Anda di halaman 1dari 168

STRATEGI DAN LANGKAH LANGKAH YANG DILAKUKAN

OLEH PT. BANK NEGARA INDONESIA 1946 (PERSERO)


UNTUK MENINGKATKAN KINERJA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
JURUSAN MANAJEMEN
Oleh

Nama : Sweetly Sondakh Wewengkang

NPM : 1701024

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) PIONEER MANADO

2021

1
LEMBAR PERSETUJUAN

STRATEGI DAN LANGKAH LANGKAH YANG DILAKUKAN OLEH PT. BANK NEGARA
INDONESIA 1946 (PERSERO)
UNTUK MENINGKATKAN KINERJA

Diterima dan disetujui oleh Tim Pembimbing dengan Surat Keputusan Ketua
STIE Pioneer Manado, No. /SK/US/STIEP/MG/…../2021

Untuk diajukan kepada Panitia Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen
Jurusan Manajemen STIE Pioneer Manado.

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sefanya Oratmangun, SE.MM. .............................................


091510901

Mengesahkan

Ketua Wakil Ketua


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bidang Akedemik
PIONEER Manado

Stephany J.R. Walalangi, SE. MM Steifie Cornelisz, SE,ST,M.Si


0910078906 0903046801

2
LEMBAR PENGESAHAN

STRATEGI DAN LANGKAH LANGKAH YANG DILAKUKAN OLEH PT. BANK NEGARA
INDONESIA 1946 (PERSERO)
UNTUK MENINGKATKAN KINERJA

Disahkan oleh Penitia Ujian Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Pioneer Manado, Sesuai Surat Keputusan Ketua STIE Pioneer Manado, No.
/SK/US/STIEP/MG/…../2021, tanggal …….

Manado, 2021
Panitia Ujian Sarjan Ekonomi
Jurusan Manajemen Program Studi Manajeme Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
(STIE) Pioneer Manado
Ketua Sekretaris

Drs. Sefanya Oratmangun, SE.MM. Steifie Cornelisz, SE,ST,M.Si


091510901 0903046801

Tim Penguji

1. Drs. Sefanya Oratmangun, SE.MM 1…………….

2. Steifie Cornelisz.SE.ST.M.Si 2………………..

3. Hentje Kandati SE. M.Si 3. …………….

4. Ray Julius Ruhupatty, SE. M.Si 4…………………

5. Drs. Laures Mambu. SE. M.Si 5……………….

3
MOTO

4
BIOGRAFI

Nama Lengkap :

NPM :

Tempat, Tangga Lahir :

Agama :

Riwayat Pemdidikan :1.

2.

3.

4.

5.

Nama Ayah :

Nama Ibu :

…………………………….

Pas Foto

…………………………….

5
KATA PENGANTAR

Pujian, Sembah dan Syukur penulis mempersemabahkan kepada Tuhan Yang


Maha Kuasa karena Kasih SayangNya, RahmatNya dan Berkatnya, sehingga kami
dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini dalam bentuk
SKRIPSI, sebagai salah satu syarat akhir studi untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pioneer Manado

Terhadap selesainya karya ilmiah ini dan studi ini kami di STIE Pioneer Manado,
maka dengan ini kami menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian karya ilmiah dan
studi dimaksud masing-masing :

1. Drs. Robby F.L. Walalangi, selaku Ketua Badan Pembina Yayasan Bangun
Waya Manado, sebagai Badan Hukum Penyelenggara STIE Pioneer Manado

2. Merryati Kaawoan, SE. M.Pd, sekalu Ketua Yayasan Bangun Waya Manado,
sebagai Badan Hukum Penyelenggara STIE Iponeer Maando

3. Jilly. R. Walalangi, SE. MM, selaku Wakil Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Pioneer Manado.

4. Steifie Cornelisz, .SE.ST. M.Si, selaku Wakil Ketua Bidang Akademik,


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pioneer Manado

5. Drs. Sefanya Oratmangun, SE. MM, selaku Wakil Ketua Bidang


Administrasi Umum dan Keuangan STIE Pioneer Manado.

6. Ray Julius Ruhupatty, SE, M.Si, selaku Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan,
STIE Pioneer Manado.

7.

8. Drs. Laurens Mambu. SE, M.Si, selaku Wakil Ketua Bidang Kerjasama STIE
Pioneer Manado.

9. Hentje Kandati, SE, M.Si, selaku Kepala Program Studi Manajemen, STIE
Pioneer Manado

6
9. Para Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pioneer Manado

10.Para Pegawai dan Staf Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pioneert Manado

11.Rekan-rekan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pioneert Manado

12.Semua pihak yang turut membantu kami dalam penyelasaian studi ini.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penelitian dan


penulisan karya ilmiah ini, untuk itu kami sagat mengharapkan saran dan masukan
kepada kami dalam rangka perabikan skripsi ini, dan selanjutnya untuk karya
karya ilmiah berikutnya.

Tuhan Memberkati semua usaha kita.

Penulis

7
iii

Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................
Daftar Isi...........................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

1
2.
3.
4.
5.

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

. A.

B.

C.

D.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A.

B.

C.

D.

E.

8
BAB VI. PEMBAHASAN

A.

B.

C.

D.

E.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................

B. Saran ....................................................................................

KEPUSTAKAAN ................................................................................................

9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penilaian Kinerja adalah salah satu instrumern untuk mengukur perusahaan

dalam menjankan bisnis, apalagi perusahaan terbuka seperti Bank Bank milik

negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti antara lain PT. Bank

Negara Indonesia 1946 (Persero)

Kinerja perusahaan adalah “ suatu tampilan keadaan secara utuh atas

perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang

dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan

sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki,

Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk

sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

periode dengan referensi pada jumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu

atau yang diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau

akuntabilitas manajemen dan semacamnya (Helfert, dalam Srimindarti, 2004: 53).

Kinerja dimaksud antara lain adalah Pertumbuhan Pinjaman, Pertubuhan

Asset, Pertumbuhan Simpanan, Pertumbuhan Laba Rugi, Pertumbuhan Non

Performing Loan (Kredit bermasalah) pertumbuhan Biaya (BOPO)

pertumbuan dan Ratio Ratio keuangan seperti lainnya CAR (capital adequency

ratio), NLP (non performance loan) Gross dan Net, ROA ( return on assets),

ROE ( return on equity), NIM (net interest margin), BOPO, dan LDR ( loan to

deposit ratio)

10
2. Rumusan Masalah

Atas dasar latar belakang masalah dimaksud, maka masalah dirumuskan antara

lain bahwa Apakah capaian kineja PT. Bank BNI 46 (Persero) yang diukur

dengan Pertumbuhan Aset, Pertumbuhan Pinjaman, Pertumbuhan Dana Pihak

Ketiga,Pertumbuhan Laba dan Ratio ratio keuangan seperti antara lain CAR

(capital adequency ratio), NPL (non performance loan) Gros dan Net, ROA

(return on assets) ROE (return on equity), NIM (net interest margin), BOPO dan

LDR (loan to deposit ratio) disebakan oleh keunggulan bersaing yang dimilikinya

3. Tujuan Penelitian.

Tujuan penelian adalah antara lain untuk ; Mengetahui dan menganalisis dampak

keunggulan bersaing yang efektif terhadap capaian kinerja keuangan dan non

keuangan PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero).

4. Manfaat Penelitian

- Dijadikan sebagai masukan kepada pemilik dan pengurus Bank PT. Bank
Negara Indosesia 46 dalam rangka menaikan dan memenangkan kinerja Bank,

- Sebagai sarana untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

- Sebagai masukan bagi perusahaan dalam memahami konsep-konsep aliansi


stratejik dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam rangka membangun
keunggulan bersaing perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja
perusahaan.

11
BAB II

KERANKA TEORI

Pijakan teori yang berkaitan dengan tulusan ini yaitu menigkatkan kinerja PT.

Bank Negara Indonesia 1946 antara lain adalah ;

1. Pengertian Pengukuran Kinerja dan Penilaian Kinerja

Perbedaan definisi menurut para ahli tentang pengukuran kinerja dan penilaian

kinerja adalah sebagai berikut:

a. Pengukuran Kinerja

Menurut Anderson dan Clancy dalam Yuwono (2002: 21), mendefinisikan

pengukuran kinerja sebagai berikut:

“feedback from the accountant to management that provides information about


how well the action represent the plants; it also identifies where manager may
need to make corrections or adjustment in future planning and controlling
activities”.

Pengukuran kinerja merupakan suatu tolok ukur atau bagi manajemen


perusahaan dalam menentukan kebijakan perusahaan, apakah kinerja
perusahaan sudah baik dari segi keuangan maupun non keuangan.

Menurut Gaspersz (2005: 68), tujuan dari pengukuran kinerja “ adalah untuk
menghasilkan data, yang kemudian apabila data tersebut dianalisis secara
tepat akan memberikan informasi yang akurat bagi pengguna data tersebut”

Berdasarkan tujuan pengukuran kinerja, maka suatu metode pengukuran

kinerja harus dapat menyelaraskan tujuan organisasi perusahaan secara

keseluruhan tujuan organisasi secara keseluruhan (goal congruence).

Suatu pengukuran kinerja akan menghasilkan data, dan data yang telah

dianalisis akan memberikan informasi yang berguna bagi peningkatan

pengetahuan para manajer dalam mengambil keputusan atau tindakan

manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi (Gaspersz, 2005: 68).

12
Manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah:

1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa

perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang

dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.

2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata

rantai pelanggan dan pemasok internal.

3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upayaupaya

pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).

4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih

konkrit sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

5. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi

reward atas perilaku yang diharapkan itu.

b. Penilaian Kinerja

Menurut Mulyadi dan Setyawan (2002: 227), mendefinisikan mengenai

penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional

organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Melalui penilaian kinerja, manajer

dapat menggunakannya dalam mengambil keputusan penting dalam rangka bisnis

perusahaan, seperti menentukan tingkat gaji karyawan, dan sebagainya, serta

langkah yang akan diambil untuk masa depan. Sedangkan bagi pihak luar,

penilaian kinerja sebagai alat pendeteksi awal dalam memilih alternatif investasi

yang digunakan untuk meramalkan kondisi perusahaan di masa yang akan datang.

2. Tujuan Dan Manfaat Pengukuran dan Penilaian Kinerja

Tujuan utama penilaian kinerja (Mulyadi dan Setyawan, 2002: 227) adalah untuk

13
memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi

standar perilaku berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang

dituangkan dalam anggaran organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya, agar

membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi.

Manfaat dari penilaian kinerja bagi manajemen perusahaan (Mulyadi, 2001:416)

adalah sebagai berikut:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian

karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,

seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untu

menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka

menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

Tingkat persaingan yang ketat antar perusahaan menyebabkan perusahaan harus

benar-benar memikirkan strategi yang tepat dalam menghadapi persaingan. Untuk

dapat memenangkan persaingan perusahaan perlu strategi yang tepat dalam

menjalankan operasionalnya, sehingga dapat menciptakan profit yang optimal,

yang paling baik dilakukan adalah memulai dengan menciptakan customer value

yang pada gilirannya nanti akan mampu menarik pelanggan dan mampu

mendatangkan profit bagi perusahaan.

14
Nilai yang melekat pada produk yang dipersepsikan konsumen disebut dengan persepsi

nilai dapat menjadi sebuah awal yang baik bagi perusahaan untuk dapat memenangkan

sebuah persaingan. Hal ini dapat dilihat dengan kemampuan perusahaan beradaptasi

dengan kebutuhan konsumen dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan

konsumen dan bukan sesuai dengan rancang bangun yang ditetapkan oleh pihak

perusahaan. Semakin baik kemampuan beradaptasi sebuah perusahaan dalam

mengakomodasi kebutuhan dan kemauan konsumen maka persepsi yang dimiliki

konsmen terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan akan semakin baik nilainya

Perlu diingat bahwa inovasi nilai tidaklah sama dengan inovasi teknologi. Inovasi

nilai menolak salah satu dogma yang paling umum digunakan dalam strategi

berbasiskan kompetisi yaitu : dilemma atau pertukaran (tradeoff) nilai biaya.

Disini, strategi dilihat sebagai pembuat pilihan antara diferensiasi dan biaya

rendah.

3.Faktor-Faktor Kritis Keberhasilan Kinerja

Dalam bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Balanced Scorecard, Drs. Amin

Widjaya Tunggal Ak. MBA (2009) dalam Bagian Faktor Keberhasilan Kritikal

(Critical Sucsses/CSFs) Dan Bagaimana Mengukurnya, dijelaskan bahwa

“ Faktor Keberhasilan Kritikal merupakan tolok ukur dari aspek-aspek kinerja


perusahaan yang penting terhadap keunggulan kompetitifnya, dan sebab
ituterhadap keberhasilannya”.
Lebih lanjut, dikatakan “ Sistem manajemen biaya strategik mengembangkan

informasi, strategik yang memasukan informasi yang bersifat keuangan maupun

non keuangan. Dimasa lalu, perusahaan cenderung berfokus terutama pada

ukurang kinerja keuangan, seperti peertumbuhn penjualan dan laba, alirah kas dan

nilai persediaan. Sebaliknya perusahaan dalam linkungan bisnis kontemporer

15
menggunakan manajemen strategik untuk mengfokuskan tertutama pada

ukuran strategik tentang keberhasilan yang banyak berupa ukuran operasional

yang bersifat non keuangan, seperti pangsa pasar, mutu produk, kepuasan

pelanggan dan peluang pertumbuhan.

Ukuran keuangan menunjukan dampak kebijakan dan prosedur perusahaan pada

posisi keuangan perusahaan jangka pendek dan oleh karena itu juga memberikan

pegembalian (return) jangka pendek bagi pemegang saham.Sebaliknya factor-

faktor yang bersifat non keuangan menunjukan posisi kompetitif perusahaan

untuk saat ini dan masa yang akan dating, yang merupakan ukuran yang

dipandang dari tiga sudut pandang (a) pelanggan, (b) proses bisnis internal dan (c)

inovasi dan pembelajaran mislnya ; sumber daya manusia.

Ukuran stategik yang bersifat keuangan dan non keuangan biasanya disebut

dengan kunci keberhasilan kritikal (critical succsess factor/CSFs).

Amin Widjaya mencontohkan Ukuran Keberhasilan yang bersifat Keuangan dan

Non Keuangan Faktor Keberhasilan Kritikal (critical succsess factor/CSFs,

dengan penjelasan yang panjang lebarnya, yang menurut penulis sangat relevan

dengan obyek penelitian sebagai berikut :

Daftar Ukuran Keberhasilan Kritikal Keuangan dan Non Keuangan menurut

Amin Wijaya Tunggal

Ukuran Keberhasilan Yang Bersifat Ukuran Keberhasilan Yang Bersifat


Keuangan Non Keuangan

Pertumbuhan penjualan Ukuran dari sisi pelangan (Costumer


measures)
Pertumbuhan Laba

16
Pertumbuhan Dividen - Pangsa pasar dan pertumbuhan
pagsa pasar
Obligasi dan Penilaian Kredit
- Pelayanan kepada pelanggan
Aliran Kas
- Pengiriman yang tepat waktu
Peningkatan harga saham
- Kepuasan pelanggan

- Pengakuan terhadap merek

- Posisi pada pasar yang


menguntungkan

Proses Bisnis Internal (Internal Bisnis


Processes)

- Mutu produk yang tinggi

- Inovasi dalam manufakturig

- Produktivitas manufakturing yang


tinggi

- Waktu siklus (cycle time)

- Hasil dan penurunan pemborosan

Inovasi dan Pembelajaran (Sumber


daya manusia)

- Kompetensi dan integritas manajer

- Moral dan budaya perusahaan

- Pendidikan dan pelatihan

- Inovasi produk baru

- Metode manufacturing

17
4. Pengukuran Kinerja

Dalam bukunya yang berjudul All-in-one Strategic Manajemen, Vincent

Gaspersz (2012), menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran kinerja adalah

untuk menghasilkan data, yang kemudian apabila data tersebut dianalisis

secara tepat akan memberikan informasi yang akurat bagi pengguna data

tersebut. Berdasarkan tujuan pengukuran kinerja, maka suatu metode

pengukuran kinerja harus dapat menyelaraskan tujuan organisasi perusahaan

secara keseluruhan tujuan organisasi secara keseluruhan (goal congruence).

Masih menurut Vincent, bahwa suatu pengukuran kinerja akan

menghasilkan data, dan data yang telah dianalisis akan memberikan

informasi yang berguna bagi peningkatan pengetahuan para manajer dalam

mengambil keputusan atau tindakan manajemen untuk meningkatkan

kinerja organisasi.

Manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah:

1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa

perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang

dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.

2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata

rantai pelanggan dan pemasok internal.

3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya

pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).

4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih

konkrit sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

18
Dalam bagian lain, Vincent Gaspersz menjelaskan Indikator Kinerja

Kunci (KPls) merupakan ; elemen kunci untuk mengukur level kinerja

organisasi, kriteria yang bersifat terukur (measurable) dan dianggap sebagai

parameter kunci untuk menentukan keberhasilan Organisasi, indikator kunci

yang memiliki penetapan angka target kinerja tahunan yang menantang

(challenging)

Vincent menguraikan Indikator Kinerja Kunci (KPls) yang ditetapkan harus

berkaitan langsung dengan :

 Visi, misi nilai-nilai dan tujuan strategi dari setiap perspektif dalam

organisasi

 Manajemen sebagai informasi yang konsisten, tepat, mudah diakses namun

tetap aman agar dapat dipergunakan untuk pembuatan keputusan strategic

dan operasional,

 Upaya giat secara terus-menerus untuk meningkatkan kepuasan semua

stakeholder organisasi, melalui

 Dan Peningkatan efisiensi internal dan efektivitas eksternal dari organisasi

bisnis, seperti ditunjukan sebagaimana skema dalam bagan sebagai berikut:

Gambar 2.5. ; OEE= Overall Operational Effectiveness (industry jasa)

Visi, Nilai, Strategi


Organisasi

Tujuan -tujuan Ukuran ukuran


Pangsa Finansial
Pasar
Unit-Unit Bisnis

Kepuas- Produk-
an tivitas
Pelangga 19
n
OEE Proses-proses
bisnis
Down Time
Kualitas Cycle Time
Pemboros
an

Departemen &
Proses-proses Operasional Dalam Organisasi
Pusat Kerja

Efektivitas Eksternal Efisiensi Internal

Dalam bagan lain dibawah ini, Vencent menjelaskan bahwa Pengkuran kinerja
memberikan suatu alat untuk menetapkan “angka sebutan” untuk pembanding
sepanjang waktu. Pengukuran kinerja merupakan suatu cara mengukur arah dan
kecepatan perubahan, yang dapat diibaratkan seperti meteran pengukur
kecepatan dari sebuah mobil, seperti dalam bagan sebagai berikut :

Posisi
Sekarang
Keadaan keadaan yang
Sekarang akan datang
Gambar 2.6. Baseline target
Sumber : Vincent Gaspersz (2012)

Kinerja keseluruhan
Gambar 2.7.

Sumber : Vincent Gaspersz (2012)

Baseline Sasaran/Tujuan
Selanjuntnya masih menurut Vincent, bahwa untuk memahami secara

cepat tentang berbagai aspek pengukuran, perlu dijelaskan bentuk-bentuk


Pengukuran Kinerja
pengukuran (angka, indeks, persentasi, rati

Bentuk-bentuk pengukuran (angka, indeks, presentase, rating, rasio,


ranking) dan jenis-jenis pengukuran (outcome – lag indicators, dan pengendali
kinerja – drive /lead indicators), dilihat dari manfaat dan kelemahannya
sebagaimana uraian Manfaat dan Kelemahan dari Beberapa Aspek Pengukuran di
jelaskan sebagai berikut :
.
Manfaat dan Kelemahan dari Beberapa Aspek Pengukuran

Bentuk Pengukuran Manfaat Kelemahan

20
Angka-angka Sederhana dan mudah
Hanya baik sebagai
dipahami tujuan strategic
Indeks Mengijinkan kombinasi
Sulit dipahami tentang
beberapa pengukuran apa yang akan terjadi
Persentase Ukuran yang baik untuk Dapat digunakan secara
waktu berjangka keliru (tidak tepat)
Rating Ukuran yang baik untuk Dapat bersifat subyektif
informasi kualitatif berkaitan dengan
bagaimana itu dihasilkan.
Ratio Mengukur hubungan Membutuhkan tambahan
kritis/penting analisis untuk menarik
kesimpulan
Tipe Pengukuran Manfaat Kelemahan
Outcome-lag Obyektif dan mudah Berfokus pada masa lalu,
indicators memperoleh bukan pada keadaan
sekarang
Pengendali Kinerja- Prediktif dan mengendalikan Sukar untuk
driver/lead indicators kinerja organisasi mendefinisikan atau
menurunkan jenis
pengukurn ini.
Contoh Outcome-lag indicators Pengendali Kinerja-
driver/lead indicators

- Persentasi pertumbuhan - Hanya baik untuk


dalam penerimaan tujuan strategik
- Rating kepuasan - Penyerahan tepat
pelanggan waktu
- Rating kepuasan - Jam pelatihan yg
karyawan diikuti
- Persentase keuntungan - Persentase yang cacat
produk produk
- Return - on – investment - Utilisasi aset
(ROI)
- Nilai penjualan per - Kompetensi tenaga
tenaga kerja penjual penjual
- Dan lain-lain - Dan lain-lain

Terkait dengan penjelasan dalam Kajian Teoritik tentang Pengertian

Pengukuran Kinerja dan Penilaian Kinerja, Anderson dan Clancy dalam

Yuwono et al. (2002: 21), mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai berikut:

21
“feedback from the accountant to management that provides information about
how well the action represent the plants; it also identifies where manager may
need to make corrections or adjustment in future planning and controlling
activities”.

Pengukuran kinerja merupakan suatu tolok ukur atau bagi manajemen


perusahaan dalam menentukan kebijakan perusahaan, apakah kinerja
perusahaan sudah baik dari segi keuangan maupun non keuangan.

Masih dalam keterangan pada Kajian Teoritik, bahwa Mulyadi dan

Setyawan (2002: 227), mendefinisikan Penilaian Kinerja adalah penentuan secara

periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya

berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Melalui penilaian kinerja, manajer dapat menggunakannya dalam mengambil

keputusan penting dalam rangka bisnis perusahaan, seperti menentukan tingkat

gaji karyawan, dan sebagainya, serta langkah yang akan diambil untuk masa

depan. Sedangkan bagi pihak luar, penilaian kinerja sebagai alat pendeteksi awal

dalam memilih alternatif investasi yang digunakan untuk meramalkan kondisi

perusahaan di masa yang akan datang.

Tujuan utama penilaian kinerja menurut Mulyadi dan Setyawan, 2002: 227
adalah untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
mematuhi standar perilaku berupa kebijakan manajemen atau rencana formal
yang dituangkan dalam anggaran organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya,
agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi.

Manfaat dari penilaian kinerja bagi manajemen perusahaan adalah sebagai

berikut:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian

karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,

seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.

22
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk

menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan kinerja.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka

menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

(Mulyadi dan Setyawan (2002: 227).

Daftar Ukuran Keberhasilan Kritikal Keuangan dan Non Keuangan

Ukuran Keberhasilan Yang Bersifat Ukuran Keberhasilan Yang Bersifat


Keuangan Non Keuangan

Pertumbuhan penjualan Ukuran dari sisi pelangan (Costumer


measures)
Pertumbuhan Laba
- Pangsa pasar dan pertumbuhan
Pertumbuhan Dividen pagsa pasar
Obligasi dan Penilaian Kredit - Pelayanan kepada pelanggan
Aliran Kas - Pengiriman yang tepat waktu
Peningkatan harga saham
- Kepuasan pelanggan

- Pengakuan terhadap merek

- Posisi pada pasar yang


menguntungkan

Proses Bisnis Internal (Internal Bisnis


Processes)

23
- Mutu produk yang tinggi

- Inovasi dalam manufakturig

- Produktivitas manufakturing yang


tinggi

- Waktu siklus (cycle time)

- Hasil dan penurunan pemborosan

Inovasi dan Pembelajaran (Sumber


daya manusia)

- Kompetensi dan integritas manajer

- Moral dan budaya perusahaan

- Pendidikan dan pelatihan

- Inovasi produk baru

- Metode manufacturing

6. Ukuran Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan adalah “ suatu tampilan keadaan secara utuh atas

perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau

prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan

dalam memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki,

Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk

sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi

pada suatu periode dengan referensi pada jumlah standar seperti

biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, dengan dasar

efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan

semacamnya (Helfert, dalam Srimindarti, 2004: 53).

24
Perbedaan definisi menurut para ahli tentang pengukuran kinerja dan

penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

a. Pengukuran Kinerja

Menurut Anderson dan Clancy dalam Yuwono (2002: 21), mendefinisikan

pengukuran kinerja sebagai berikut:

“feedback from the accountant to management that provides information about

how well the action represent the plants; it also identifies where manager may

need to make corrections or adjustment in future planning and controlling

activities”.

Pengukuran kinerja merupakan suatu tolok ukur atau bagi manajemen

perusahaan dalam menentukan kebijakan perusahaan, apakah kinerja

perusahaan sudah baik dari segi keuangan maupun non keuangan.

Menurut Gaspersz (2005: 68), tujuan dari pengukuran kinerja “ adalah

untuk menghasilkan data, yang kemudian apabila data tersebut

dianalisis secara tepat akan memberikan informasi yang akurat bagi

pengguna data tersebut”

Berdasarkan tujuan pengukuran kinerja, maka suatu metode pengukuran

kinerja harus dapat menyelaraskan tujuan organisasi perusahaan secara

keseluruhan tujuan organisasi secara keseluruhan (goal congruence).

Suatu pengukuran kinerja akan menghasilkan data, dan data yang telah

dianalisis akan memberikan informasi yang berguna bagi peningkatan

25
pengetahuan para manajer dalam mengambil keputusan atau tindakan

manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi (Gaspersz, 2005: 68).

Manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah:

1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa

perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang

dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.

2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata

rantai pelanggan dan pemasok internal.

3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upayaupaya

pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).

4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih

konkrit sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

5. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi

reward atas perilaku yang diharapkan itu.

b. Penilaian Kinerja

Menurut Mulyadi dan Setyawan (2002: 227), mendefinisikan mengenai

penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional

organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar,

dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Melalui penilaian kinerja,

manajer dapat menggunakannya dalam mengambil keputusan penting dalam

rangka bisnis perusahaan, seperti menentukan tingkat gaji karyawan, dan

sebagainya, serta langkah yang akan diambil untuk masa depan. Sedangkan

bagi pihak luar, penilaian kinerja sebagai alat pendeteksi awal dalam memilih

26
alternatif investasi yang digunakan untuk meramalkan kondisi perusahaan di

masa yang akan datang.

Tujuan utama penilaian kinerja (Mulyadi dan Setyawan, 2002: 227) adalah

untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan

dalam mematuhi standar perilaku berupa kebijakan manajemen

atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran organisasi yang

telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil

yang diinginkan oleh organisasi.

Manfaat dari penilaian kinerja bagi manajemen perusahaan (Mulyadi,

2001:416) adalah sebagai berikut:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian

karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,

seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untu

menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka

menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

27
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat Peneltian

Tempat penelitian yaitu PT.Bank Negara Indonesia 1946 (Persero) di Kantor

terdekat.

3.2. Populasi

Populasi adalah beberapa PT.Bank Negara Indonesia 1946 (Persero). Yang

ada.

3.3. Sampel

Mereka yang ada pada tingkatan manajer operasional menengah sampai pada

mereka yang paling diatas.

3.4. Data Primer

Data Primer, yang diambil dari sumber pertama dalam hal ini PT. Bank

Negara Indonesia 1946 dalam berbagai tingkatan.

3.5. Sekunder

Data Sekunder, yang diambil dari infomasi media yang di olah dan

Dipublikasikan.

3.6. Cara Data Diambil

Data dilakukan melalui data langsung melalui daftar pertanyaan dan

pengamatan langsung, sedangkan data tidak langsung yaitu melalui

informasi melalui media cetak atau buku buku mengenai PT. Bank Negara

Indenesia 1946.

28
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitan ini mengenai adalah penilaian atau ukuran kinerja dilakukan di PT.

Bank Negara Indoesia 1946 (Persero). Untuk itu dapat diuraikan sedikit tentang

bank PT. Bank Negara Indonesia 1946 sebagai berikut :

Dalam menjalankan usaha dan operasionalnya, BNI 46 mendisain dan menetapkan

strategi bisnis yang di mulai dari Visi, Misi, Tujuan, Strategi dan Implementasi

strategi dengan berbagai formula dan intrumen.

Terhadap penjelasan tersebut tentang PT. Bank Negara Indonesia 1946 (Persero) Tbk

tersebut diatas sebagai berikut :

I. Visi, Misi. Nilai dan Tujuan Perusahaan.

a. Visi

Visi BNI 46 yang ditetapkan adalah “ Menjadi Bank Kebanggan Nasional yang

Unggul, Terkemuka dan Terdepan dalam Layanan dan Kinerja.

Selanjutnya dalam pernyataan Visi dimaksud, di sampaikan bahwa “ Menjadi


bank yang menunjukan kinerja unggul untuk memberikan nilai investasi yang
memuaskan bagi para pemegang saham, menjadi the bank of choice dengan
menyajikan kualitas layanan terbaik, serta menjadi dominant player (market
leader) dengan menyajikan produk/jasa bernilai tinggi di segmen pasar yang di
layani “

b. Misi BNI

 Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kapada seluruh
nasabah, dan selaku mitra pilihan utama.
 Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor.
 Menciptakan kondisi terbaik bagi karyawan sebagai kebanggaan untuk
berkarya dan berprestasi.
 Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab kepada lingkungan dan
komunitas.

29
 Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik
bagi industri.
c. Nilai dan Tujuan

Nilai Perusahaan adalah “ Memberikan Kenyamann dan Kepuasan “, sedangkan


tujuan perusahaan adalah “ Melayani Jasa perbankan untuk seluruh lapisan
masyarakat

II. Perkembangan Bisnis BNI

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Atau biasa dikenal dengan BNI merupakan
salah satu penyedia jasa perbankan terkemuka di Indonesia. BNI pertama kali
didirikan pada tanggal 5 Juli 1946 sebagai bank pertama yang dimiliki oleh
Pemerintah Republik Indonesia secara resmi. Debut pertama BNI sejak awal
berdirinya dengan mengedarkan ORI (Oeang Republik Indonesia) yang merupakan
alat pembayaran pertama yang resmi sejak tanggal 30 Oktober 1946. Hari tersebut
sekarang diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sedangkan hari berdirinya BNI
tanggal 5 Juli diperingati sebagai Hari Bank Nasional. Peran BNI sebagai bank
sirkulasi atau bank sentral mulai dibatasi oleh Pemerintah seiring dengan penunjukan
bank warisan Belanda De Javsche Bank sebagai Bank Sentral sejak tahun 1949.
Selanjutnya BNI diberikan hak sebagai bank devisa selain berperan sebagai bank
pembangunan dengan memiliki akses transaksi langsung keluar negeri. Status BNI
kemudian berubah menjadi bank komersial milik pemerintah dengan penambahan
modal yang dilakukan pada tahun 1955. Hal ini menjadikan pelayanan BNI berjalan
semakin baik seiring dengan hadirnya dukungan bagi sector usaha nasional.

Nama BNI atau Bank Negara Indonesia 1946 yang dipakai sebagai identitas bank
secara resmi digunakan sejak akhir tahun 1968. Namun dalam perkembangan-nya
bank ini lebih dikenal sebagai ‘BNI 46’. Pada tahun 1988 perusahaan memutuskan
untuk merubah nama panggilan menjadi ‘Bank BNI’ dengan alas an mudah diingat
oleh nasabah. Sejak tahun 1992 status hukum Bank BNI berubah menjadi perusahaan
terbuka. Hal ini sejalan dengan penggantian nama menjadi PT Bank Negara Indonesia
(Persero). Perusahaan tak hanya berhenti sampai di sana saja, rencana untuk “go
public” kemudian dapat terealisasikan dengan melakukan penawaran umum perdana
di pasar modal pada tahun 1996. Perusahaan terus menjaga komitmen dalam
perbaikan kualitas kinerja di tengah perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-
budaya serta teknologi. Identitas baru perasahaan terus diperbaharui dengan

30
menggunakan nama “BNI” dan mencantumkan tahun berdiri “46” dalam logo
perusahaan sejak tahun 2004.

Pada tahun 2018, Pemerintah Indonesia telah memegang saham BNI sebesar 60% dan
sisanya 40% dimiliki oleh pemegang saham publik yang dating dari individu, instansi,
domestik maupun asing. Dengan visi “Menjadi bank yang unggul, terkemuka dan
terdepan dalam layanan dan kinerja”, BNI telah berhasil menjadi bank terbesar ke-4
di Indonesia bila dilihat dari total aset, total kredit maupun total dana pihak ketiga.
Hingga akhir twirulan I 2021 saja, BNI telah memiliki total asset sebesar Rp 456.426
triliun. Hal ini merupakan hasil kerja keras dari semua komponen BNI terutama
35.503 karyawan yang telah berdedikasi tinggi terhadap perusahaan. Selain itu,
jaringan layanan BNI berada di 341.999 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia dan
telah berhasil merambah hingga Hong Kong, London, New York dan Singapura. BNI
juga memiliki unit ATM sebanyak 15.762 dan EDC sebanyak 321.707 serta fasilitas
internet dan SMS banking yang dapat memanjakan nasabah. Perkembangan BNI juga
dibantu melalui beberapa anak perusahaannya seperti Bank BNI Syariah, BNI Multi
Finance, BNI Securities dan BNI Life Insurance. Dengan tekad dan semangat yang
tinggi kedepan-nya BNI akan selalu berupaya untuk memberikan layanan terbaik dan
selalu menjadi kebanggaan negara.

III.Prestasi dan Penghargaan

Dalam perjalanan bisnisnya, BNI 46 di akui keberadaanya dalam ber bisnis di industri
perbankan. Berikut ini sejumah penghargaan yang telah di terima antara lain :

 Best Issuer Award (Based on SPI) Visa dalam Visa Indonesia Bank
Awards 2018.
 Best BPD Partnership Program Visa dalam Visa Indonesia Bank Awards
2019
 Best Affinity Program Visa dalam Visa Indonesia Bank Awards 2019.
 2nd Best SMS Banking; Commercial Bank MRI & Info bank dalam
Banking service Excellence Awards 2018
 Regular Banking - Domestic Banking Carre& Service Excellence dalam
Service Quality Award 2019
 Indonesia Service to Care Champhion 2019 Markphismsight dalam
Indonesia Service to Care Champion 2019

31
 The 1st Winner in Category of Priority Banking based on Survey by
lpsos SWA Magazine &IpsosdaIam Consumer Banking Excellence
Award
 Top 100 Annual Reports Worldwide; ranking at #80 League of American
Communications Professionals dalam 2019 Vision Awards Annual
Report Competition.
 Best in House Annual Report - Bronze; Asia Pasific Region League of
American
 Communications Professionals dalam 2020 Vision Awards Annual
Report Competition.
 Special Category Best State-Owned Enterprise SBA id dalam Indonesia
Sustainable Business Awards 2020
 Most Favorite Leadership of The Year 2020 : Gatot M. Suwondo
Indonesia Property & Bank Award VII dalam Most Favorite Leadership
of The Year 2020
 In Recognition of Winning the “Most Admired ASEAN Enterprise for
Corporate Social Responsibility Large Company” ASEAN dalam Asean
Business Awards 2018
 Indonesia Green Company Achievement SWA Magazine dalam
Indonesia Green
 Company Achievement 2019.
 Category Inovasi GCG BUMN TbkTerbaik BUMN Track dalam
Anugerah BUMN 2020
 Most Admired ASEAN Enterprise for Employment Large Company
ASEAN dalam Asean Business Awards 2019.
 ISO 9001:2008 - IT Operation Services oleh SGS Systems & Services
Certification.
 ISO 9001:2008 - IT Security Management oleh SGS Systems & Services
Certification.
 ISO 9001:2008 - Credit Card - Quality Management oleh PT Lloyd's
Register Indonesia.
 ISO 9001:2008 - ISO 9001:2008 Quality Management System on Trade
Processing Center oleh SAI Global Australia.

32
Sejalan dengan model bisnis BNI yang memanfaatkan pendekatan customer
centric, strategi pemasaran BNI, terutama di segmen konsumer dan ritel,
dirancang berdasarkan pemahaman atas kebutuhan para nasabah sepanjang
siklus kehidupannya.

IV. Strategi Pemasaran Produk dan Jasa Bank BNI

Intensitas persaingan yang semakin ketat di sektor perbankan menuntut BNI untuk
senantiasa melakukan inovasi vaik dalam hal produk maupun lavanan. Aspek
penting lainnya yang juga menuntut inovasi adalah pemasaran. Dibutuhkan
kreativitas tersendiri untuk memperkenalkan suatu produk atau layanan baru kepada
nasabah sehingga nasabah dapat menerima produk atau layanan baru dengan baik.
Strategi pemasaran di segmen Konsumer & Ritel disusun berdasarkan pemahaman
atas kebutuhan atau keinginan (voice of customer) nasabah BNI. Hal ini didukung
dengan riset untuk mendapatkan customer insight sehingga dapat diperoleh masukan
yang relevan terhadap kebutuhan pasar. Pemahaman tersebut kemudian
diterjemahkan menjadi produk atau layanan yang dibutuhkan, dikomunikasikan
melalui program pemasaran dan media yang fokus pada masing-masing target
segmen nasabah yang dituju, dan akhirnya dijual atau didistribusikan melalui jalur
distribusi yang sesuai bagi masing-masing target segmen tersebut.

Program-program pemasaran produk konsumer dan ritel dalam pelaksanaannya


bekerja sama dengan unit bisnis maupun pendukung lainnya yang reJevan. Demi
roenjamin efektivitas program pemasaran, BNI menggunakan pendekatan program
lokal yang didesentralisasikan kepada setiap kantor wilayah. Dengan cara ini, jenis
program pemasaran yang dilaksanakan dapat berbeda di setiap wilayah sesuai
dengan fokus segmen maupun potensi yang ada di masing-masing wilayah tersebut.
Dalam memasarkan produknya, BNI memperkenalkan Konsep BNI Experience di
tahun 2016 sebagai konsep tematik bagi pemasaran dan promosi produk-produk
konsumer dan ritel. Konsep BNI Experience menjanjikan suatu pengalaman yang
berbeda bagi para nasabah melalui penggunaan produk dan layanan BNI.

Konsep ini dilanjutkan di tahun 2013 adalah 5 (Strategi Pemasaran) Program Iconic
Cluster:

1. BNI Music Experience


2. BNI Fashion Experience
3. BNI Food Experience

33
4. BNI Travel Experience
5. BNI Entrepreneurship Experience
Implementasi Strategi Pemasaran Program Iconic Cluster, adalah bahwa dibawah
payung ‘BNI Experience’, program-program promosi untuk nasabah secara umum
dilakukan melalui 5 (lima) Iconic Cluster sesuai segmentasi dan preferensi
nasabah, yaitu BNI Music Experience, BNI Fashion Experience, BNI Food
Experience, BNi Travel Experience dan BNI Entrepreneurship Experience.

a. BNI Musk Experience

Dalam konsep BNI Music Experience, BNI bekerja sama dengan pihak ketiga
menyajikan berbagai pementasan musik dan teater musikal berkualitas dari
musisi Indonesia maupun rnternasionaf seperti Java jazz Festival 2018, Weezer,
Afrojack, Stoneroses, opera Padusi dan Slank serta Dia Frampton, Lenka, Danie
Wellington, Mika, Hi Five hasil kerja sama dengan salah satu mal terkemuka di
Jakarta. Program ini ditujukan kepada nasabah pemegang Kartu BNi (Kartu
Kredit BNI, Kartu Debit BNi, kartu debit BNI Emerald dan kartu BNI prepaid)
dimana BNI memberikan berbagai kemudahan dan keistimewaan bagi nasabah,
seperti Buy 1 Get 2, prioritas pembefian tiket, pembelian tiket dengan Diskon
ataupun dengan cicilan, jalur masuk VIP bebas antrian, BNI Lounge di tempat
penyelenggaraan pementasan sebagai meeting point ataupun tempat menunggu
yang nyaman, dan lain-lain.

b. BNI Fashion Experience

BNI menyajikan berbagai acara dan pentas busana dalam rangka BNI Fashion
Experiencebagi para nasabah BNI. Pada tahun 2016, BNI menggelar acara
Indonesia Fashion Week 2016 dan Fashion Show 20 Tahun Dian Pelangi,
fashion desainer muda ternama. Beberapa dari acara peragaan busana tersebut
juga memberikan kesempatan kepada nasabah debitur maupun Usaha Kecil
Menengah (UKM) mitra binaan BNI untuk mempromosikan hasil usaha mereka.
Selain itu BNI juga memberikan kemudahan bagi pecinta fashion untuk memiliki
produk ternama Braun Buffel, Rumours, Aleira, Iwan Tirta, Ped Der Red, Dian
Pelangi serta produk GAP seperti guess, dan lainnya dengan program diskon,
cicilan dan point reward.

c. BNI Food Experience

34
Melalui BNI Food Experience, BNI memberikan kesempatan kepada para
nasabah Kartu Kredit dan Kartu Debit BNI untuk menikmati sajian istimewa di
berbagai restoran ternama di Jakarta dan kota-kota besar lain di Indonesia,
dengan menawarkan diskon harga ataupun program promosi yang menarik
lainnya antara lain di restoran Pizza Marzano, Bon Chon, Domino Pizza, Cold
Stone, Roppan, KFC, dan Kenny Rogers. Pada tahun 2015, BNI juga
menyelenggarakan serangkaian acara promosi kulinertematik seperti Imlek
Dining Experience, Ramadhan Experience serta Year End Dining Experience.

d. BNI Travel Experience

BNI juga memahami kebutuhan nasabah untuk berlibur dengan menawarkan


berbagai program travel yang bekerja sama dengan berbagai travel agent dan
maskapai penerbangan terkemuka, seperti Garuda Indonesia, Citilink, serta
penerbangan internasional seperti Cathay Pacific, Malaysia Airlines dan Jetstar.
BNI juga melakukan berbagai kegiatan Travel Fair seperti Garuda Travel Fair
(GATF) lokal Roadshow maupun GATF Jakarta dan Jakarta International Travel
Fair (ITHF). Disamping itu BNI juga menawarkan program promosi hotel seperti
Royal Safari Garden, Santika dan Amaris, Putri Duyung cotage, Tune Hotel,
Accor Group Hart's Hotel dan Inna Hotel serta beberapa luxurious villa dan hotel
seperti W Retreat Spa Bali, Courtyard Bali Nusa Dua, The Atanaya dan Ayana
Hotel Bali. Untuk layanan pemesanan hotel di seluruh dunia secara online, BNI
bekerja sama dengan Agoda, Rajakamar, Pegipegi, Klikhotel, Tiket.com,
TickTab.com, dan Traveloka. com. Selain itu BNI juga memberikan layanan
untuk kebutuhan mudik di hari raya Idul Fitri, baik melalui moda transportasi
darat maupun udara.

e. BNI Entrepreneucshlp Experience

BNI Entrepreneurship Experience membantu nasabah komersial ritel dan UKM


untuk mempromosikan produk dan layanan mereka melalui berbagai acara
pameran produk dan industri. Di tahun 2015, program yang diselenggarakan
diantaranya Inacraft, Creativepreneur dan Tangan Di Atas.

Untuk lebih focus, terdapat Strategy Pemasaran dengan Promosi Spesifik Produk,
bahwa BNI juga melaksanakan berbagai program lain untuk mempromosikan dan
memasarkan produk-produk tertentu. Pada tahun 2013, program-program tersebut
antara tern adatah:

35
o BNI Taplus: Program Rejeki BNI Taplus 2013.
o BNI Taplus Anak : Anak berbakat dan anak BNI, Konser musik diatas
rata-rata kerja sama dengan Erwin Gutawa & Gita Gutawa.
o BNI Taplus Muda: Acara “Creativepreneur”, ajang pengembangan
entrepreneur di kalangan mahasiswa.
o BNI Griya: Fokus pada tema Lebih ringan dengan bunga lebih rendah,
Lebih cepat dengan program One Day Approval dan Lebih mudah
dengan persyaratan minimal.
o BNI e-Banking: promo transaksi “Around The World” dengan hadiah
jalan-jalan keliling dunia, dan lain-lain.
o Produk investasi: Sukuk Negara Ritef Seri 05, Obfigasi Negara Ritei 010
dan Rekasadana Expo.
o BNI Chelsea Payment Card: BNI Cup 2013 pertandingan langsung antara
FC Chelsea melawan BNI Indonesia All Star di stadion GBK Senayan.
o Ferrari Card by BNI: launching produk payment cards bekerja sama
dengan Ferrari Italia.
o BNI Emerald Education Assistance, Emerafd Event Series.

Selain melalui program-program promosi khusus, event dan sponsorship, upaya


pemasaran produk dan layanan BNI juga dilakukan melalui pemasangan iklan
dan advertorial di media cetak, media eletronik, media luar ruang, dan online
social media, dengan cakupan lokal, nasional maupun internasional. Di berbagai
lokasi Point of Sales (POS) BNI juga menyediakan berbagai materi promosi
produk mulai dari flyer dan brosur, poster, banner.

Salah satu strategi yaitu Menuju “The BNI Sales” bahwa selama kurun 2015,
BNI memberi perhatian yang signifikan terhadap pengelolaan sumber dayanya
dalam hal ini sumber daya manusia yang terkait dengan penjualan, yaitu Sales
Force atau yang disebut sebagai “The BMl Sales”, termasuk di dalamnya adalah
Sales Leader di BNI. Pengelolaan Sales Force bertujuan membangun Sales Force
yang memiliki identitas:

a. Total Solution yang kuat yaitu Team Sales yang dapat memberikan solusi
total yang terbaik terhadap penjualan produk-produk BNI.
b. Highly Skilled yaitu Team Sales yang memiliki selling skill yang optimal
dalam memasarkan produk-produk BNI.

36
Knowledgeable yaitu Team Sales yang mengerti dan memahami produk-
produk BNI, potensi, dan peluang pasar.
c. Positive Attitude yaitu Team Sales elegan yang memiliki perilaku penuh
kesopanan dan percaya diri serta pembawaan diri yang baik yang dapat
mempengaruhi target market, sesuai dengan strategi sales yang dijalankan
serta nilai-nilai yang berlaku di BNI.

Bahwa The BNI Sales adalah bagran proses membangun “Sales Culture” yang
fokus kepada Sales Capacity, Sales Capability, dan Sales Productivity, dengan
melakukan hal-hal berikut:

I. Bekerja sama dengan perusahaan mitra profesional melalui Sales


Company, melakukan program-program perbaikan untuk
pemenuhan kebutuhan jumlah Sales dan training yang berkualitas di
seluruh wilayah Indonesia.
II. Memberikan support yang optimal kepada operasional aktivitas
harian Sales melalui pembentukan layanan Helpdesk Sales, yaitu
layanan contact center (telepon, SMS, e-mail, faksimili) yang
didukung oleh sistem aplikasi untuk contact center, sebagai media
pemberian layanan informasi dan tindak lanjut permasalahan kepada
Sales.
III. Pengembangan yang terus-menerus terhadap kapasitas dan
kapabilitas Sales Tool yang saat ini digunakan sebagai monitoring
tool yaitu yang disebut sebagai Sales Activity & Performance
Management (SAPM) kedalam format yang sama dengan koridor
Sales Force Automation - Customer Relationship Management
(CRM), sebagai suatu project di BNI.
Inisiasi-inisiasi lain yangdilakukan selama kurun waktu 2013, selain
proses training-coaching-mentoring yang berkelanjutan, BNI
melakukan proses sertifikasi Sales, program pelatihan terpadu
melalui Sales Academy, sales event melalui Event Series, dan
penghargaan untuk Sales melalui Around The World, e-Star, & e-
Club.

Terhadap Strategi Pemasaran 2021, bahwa Pengembangan di


tahun 2021 untuk program The BNI Sales adalah dengan

37
menajamkan kembali strategi yang fokus kepada Strategic Plan
sebagai berikut:

Fokus kepada pemenuhan gap jumlah kebutuhan Sales.


1. Intensitas dalam meningkatkan kualitas Safes (skill &
knowledge).
2. Menjaga keberlangsungan Sales effectiveness improvement.
3. Mengmisiasi fcegiatan motivasi melalui Sates Award &
Reward.
4. Memberikan total support terhadap Sales.

Hasil yang diharapkan dari penerapan strategi tersebut adalah


meningkatnya Sales Force Performance yang secara langsung akan
berkontribusi terhadap meningkatnya portofolio produk, Product
Holding Ratio, dan market share yang signifikan, serta pertumbuhan
yang di atas rata-rata industri dan pesaing utama.

Terkait dengan kondisi dimaksud, disampaikan data kinerja PT. Bank Negara

Indonesia 1946 yang menjadi obyek penelitian selama 4 tahun terakhir

(2018,2019,2020) dan Triwulan tahun 2021 sebagai berikut :

Jenis Bank Negara Indonesia


Kegiatan Dan hasil nya 46 (Persero) Tbk
1. Aset

- 2018 321.543

- 2019 370.716

- 2020 416.600

- 2021 456.460
(Twr I)

2. Kredit

- 2018 193.017

38
- 2019 239,363

- 2020 277.601

- 2021 307.120
(Iw I)

3. DPK

- 2018 248.993

- 2019 280,613

- 2020 313.902

- 2021 349.440
- (Tw I)

4. Laba

- 2018 6.792

- 2019 8.882

- 2020 10.829

- 2021 5.900
(Tw I)

5. Ratio Keuangan

5.1. C A R

- 2018 16,69

- 2019 16,99

- 2020 16.20

- 2021 (TwI) 17,40

39
5.2. NPL GROSS

- 2018 2,84

- 2019 2,17

- 2020 1,96

- 2021 2,80
(Tw I)

5.3. NPL NET

- 2018 0,75

- 2019 0,55

- 2020 0,39

- 2021 0,70
(Tw I)

5.4. ROA

- 2018 2,92

- 2019 3,36

- 2020 3,50

- 2021 1,48
- (Tw I)

5.5. ROE

- 2018 19,99

- 2019 22,47

40
- 2020 23,60

- 2021 9,54
(Tw I)

5.6. NIM

- 2018 5,93

- 2019 6,11

- 2020 6,20

- 2021 6,50
(Tw I)

5.7. BOPO

- 2018 70,99

- 2019 67,09
- 2020 69.80
- 2021 (Tw.I) 87,41

5.8. LDR

- 2018 77,52

- 2019 85,30

- 2020 87,80

- 2021 87,70
(Tw I)

41
Selanjutnya Kinerja Saham PT. Bank Negara Indonesia adalah ;

Kode Saham BBNI

Harga Saham 8.600

EPS Rupiah 486,03

Price/Earning Ratio 9,24

Price To Book 1,8 kali

dan jumah unit kerja / outlet PT. Bank Negara Indonesia 46 (Persero) Tbk

Thn Ktr Cab. Ktr Cab.Pemb. Ktr Kas Unit Mkr ATM EDC CDM Lainya Jmh

2018 159 870 354 86 8.227 83.150 560 192

2019 167 881 375 97 11.163 85.201 792 286

2020 178 912 458 116 14.017 86.800 1.225 351

2012 821 1.365 789 159 15.762 91.797 1.852 392


TwrI

Dari data kinerja berbagai jenis kegiatan, ternyata PT. Bank Negara Indonesia 46

(Persero) Tbk menunjukan kemajuan kenerja yang menggembirakan dari tahun ke tahun.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kinerja PT.Bank Negara Indonesia 46

(Persero) Tbk, menunjukan kinerja usaha baik sesuai dengan landasaan teori dan

latar berlakang dimaksud.

Memang harus diakui bahwa kinerja PT. Bank Negara Indonesia, bagaimana pun
juga bertumbuh dari saat ke saat karena diawasi langsung oleh Pemilik dan
Pemegang Saham dan tidak terlepas dari tenaga yang trampil dari Pengurusnya,
dalam hal ini Direksi dan jajarannya dari semua tingkatan manajemen nya.

42
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN.

A. KESIMUPALN

1. Kenerja perusahaan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, menjadi


utama dari setiap perusahan, untuk harus bertumbuh dan terus
ditingkatkan dari saat ke saat.

2. Kinerja yang baik dan bertumbuh membutuhkan penanganan dari semua


level pimpinan.

3. Kinerja harus sustain setiap dari semua situasi, dan menyesuaikan dengan
situasi.

B. S A R A N.

1. Kineja merupakan tanggung jawab dari manajemen perusahan, untuk itu


diperlukan keahlian dan kertampilan mengelola perusahaan dengan sebaik
baiknya, agar terus bertumbuh dan berkembang.

2. Pemilik perusahaan perlu pengawasan yang ketat, agar kinerja Perusahaan


terus meningkat.

43
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anderson dan Clancy dalam Yuwono (2002: 21),

Amin Widjaya Tunggal Ak. MBA (2009) Balanced Scorecard

Coyne, Kevin P. 1997. Sustainable Competitive Advantage – What It Isn’t.


Journal of Strategy

David, Fred R. 2009,ManajemenStrategis. Salemba Empat Jakarta.

Gaspersz, V., 2005, Total Quality Management, edisi perdana, Penerbit PT.
Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.

Getz, Gary A. dan Frederick D. Sturdivant, 1989. The Nuts and Bolts of
Formulating Differentiation Strategy. Planning Review 17 (5) : 4 –
9

Ghemawat. P. 2002. Competition and Business Strategy in Historical Perspective.


Business History Review (Spring 2002): 37-74.

Mulyadi. 2001. Sistem Akutansi. Edisi ke-3. Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi dan Johny Setyawan, 2002, Sistem Perencanaan Dan


Pengendalian Manajemen, Yogyakarta: Aditya Media.
Porter, Michael.E. 1994. Keunggulan Bersaing: Menciptakan dan
Mempertahankan Kinerja Unggul. (terjemahan). Bina rupa Aksara,
Jakarta.

Porter, Michael E., 1993. Keunggulan Bersaing – Menciptakan dan


Mempertahankan Kinerja Unggul. Erlangga, Jakarta

Setiawan, A.S. 2006.  “Manajemen Perguruan Tinggi Di Tengah Perekonomian


Pasar dan Pendidikan Yang Demokratis “,
“INDONews (s)”indonews@indo-news.com. 24 Maret 2006.

Srimindarti, Caecilia. 2004. Balanced Scorecard sebagai alternative untuk


mengukur kinerja. Fokus Ekonomi, Vol.3, No.1, Hal.52-64.

Srinivasan H. , 2004.Management of ulcers in neuroligacally impaired feet in


leprosy affected persons. Ekta Books Distributors Pvt Ltd, 2004:
193-223.

44
Tjiptono, F., (2002), Strategi Pemasaran, Edisi 2, Cetakan 6, Penerbit Andi,
Yogyakarta.

Yuwono, S. (2002). Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard. Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

45
Selain itu, bahwa ekonomi Indonesia selama 3 tahun terakhir (2013, 2014 dan

Semester I, II & III 2015) terus mengalami kelambatan yang cukup

signifikan, bahkan pada tahun 2015 terus mengalami penurunan yang

sangat besar selama triwulan I sampai triwulan III. Kelambatan ekonomi

dimaksud berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang sangat kecil selama 3

tahun terakhir, jika dibandngkan tahun-tahun sebelumnya (2011 dan 2012).

Akibat kelambatan ekonomi ini, maka bisnis perbankan sulit bertumbuh

dengan baik sebagaimana yang diharapkan, bahkan realisasi target-target

bisnis tahunan dalam Rencana Kerja Dan Anggaran Perusaaan

tahunannya tidak dicapai, kecuali masing-masing bank mendisain strategi

bisnis yang memadai termasuk didalamnya melakukan penetrasi secara besar-

basaran terhadap kompetitornya dan membuka potensi pasar pasar baru.

Situasi kelambatan ekonomi ini bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi

beberapa negara mitra dagang Indonesia yaitu Amerika Serikat, Cina dan

Jepang yang fundamental ekonomi dapat dikatakan cukup kuatpun turut

mengalami pertumbuhan ekonomi yang terus menurun.

Daftar Tabel 1.1

Data pertumbuhan ekonomi dimaksud sebagai berikut :

Tahun 2011 2012 2013 2014 Trw TrwII/2015 Trw


I/2015 III/2015

Realisasi 6,50 6,23 5,78 5,02 4,70 4,63 4,73

Sumber Data : Pencarian Data melalui google setelah diolah.

Data tersebut menunjukan perkembangan sebagai berikut :

- Tahun 2011 menjadi sebesar 6,50 %,

- Tahun 2012 menjadi turun sebesar 6,23 %

46
- Dan pada tahun 2013 menjadi turun menjadi sebesar 5,78 %,

- Selanjutnya pada tahun 2014 turun lagi sebesar 5,02 %

- Dan, pada triwulan I 2015 turun menjadi sebesar 4,70 %,

- Triwulan II tahun 2015 turun lagi menjadi sebesar 4,67 %

- Dan pada triwulan III tahun 2015 naik sedikit menjadi sebesar 4,73 %,

namun masih tetap dibawah tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014.

Kondisi yang sama terjadi juga pada beberapa negara yang sering sekali

berhubungan dagang dengan Indonesia antara lain :

- Amerika Serikat, bahwa pada triwulan II tahun 2015 menjadi sebesar 2,7

%, turun menjadi sebesar 2 % pada triwulan III tahun 2015,

- Cina pada triwulan II 2015 menjadi sebesar 7 %, turun menjadi sebesar 6,9

% pada triwulan III,

- Begitu juga dengan Jepang pada triwulan II tahun 2015 menjadi sebesar

1,7 %, dan pada triwulan III turun menjadi sebesar 1,4 %.

Situasi ini mengakibatkan terjadinya beberapa masalah yang antara lain :

- Terhadap Negara, bahwa pendapatan negara melalui pajak menurun

secara signifikan.

- Pendapatan sektor usaha menjadi turun kurang 30 s/d 40 %.

- Perbankan lambat menyalurkan pinjaman karena permintaan rendah,

akibat dari bisnis menjadi lesu dan cenderung hanya bertahan.

- Kemungkinan revisi target pinjaman, dana pihak ketiga, laba rugi dan item

lain yang terkait.

- Terdapat pemburukan kolektibilitas pinjaman, dalam hal NPL menjadi

tinggi/memburuk karena debitur mengalami kesulitan untuk memenuhi

47
kewajiban /angsuran pinjaman akibat dari usaha yang mengalami

penurunan.

- Beberapa bank mulai melakukan efisiensi melalui tawaran pengurangan

pekerja, melakukan peninjauan kembali segmen bisnis, untuk selanjutnya

dapat dihapus atau dikurangi aktivitas/operasionalnya.

Terkait dengan kondisi dimaksud, disampaikan data kinerja bank-bank

BUMN yang menjadi obyek penelitian selama 4 tahun terakhir

(2012,2013,2014 dan semester III tahun 2015)masing-masing sebagai berikut :

a. Kinerja Bisnis.

Daftar Tabel 1.2.

Kinerja Kuangan Bank-Bank BUMN Selama 3 tahun terakhir.

Dalam milyar

Indikator Utama Bank Bank Bank Bank Jumlah


Mandiri BRI BNI 46 BTN
6. Aset

- 2012 563.105 535.209 321.543 111.749 1.531.336

- 2013 733.100 606.370 370.716 131.170 1.841.356

- 2014 755.810 798.010 416.600 144.570 2.114.990

- 2015 905.760 802,300 456,460 166.040 2.330.560


(Twr III)

48
7. Kredit

- 2012 339.974 348.232 193.017 2.707 833.930

- 2013 472.400 430.622 239,363 92,386 1.333.644

- 2014 479.410 490.410 277.601 115.900 1.363.321

- 2015 560.600 518,900 307.120 131.580 1.518.200


(smtr I)

8. DPK

- 2012 435.459 436.098 248.993 75.783 1.196.333

- 2013 556,300 486,370 280,613 90.852 1.414.136

- 2014 533.085 600.405 313.902 101.345 1.548.737

- 2015 654.900 611,300 349.440 124.470 1.740.110


- (Twr III)

9. Laba

- 2012 14.302 18.521 6.792 1.364 40.979

- 2013 18.200 21.160 8.882 1.562 49.804

- 2014 19.871 24.201 10.829 1.100 56.001

- 2015 14.600 18.410 5.900 1.220 39.130


(Twr III)

10. Ratio
Keuangan
10.1. C
AR
- 2012 15,48 16,95 16,69 17,69

- 2013 14,93 16,99 16,99 15,62

49
- 2014 16,00 18.57 16.20 22,28

- 2015 17,82 20,59 17,40 15,78


(TwrIII)

5.9. NPL
GROSS
- 2012 1,74 1,78 2,84 4,09

- 2013 1,60 1,55 2,17 4,05

- 2014 1,68 1,69 1,96 4,85

- 2015 1,70 2,20 2,80 4,20


(Twr III)

5.10. NPL NET

- 2012 0,37 0,34 0,75 1,94

- 2013 0,58 0,31 0,55 3,04

- 2014 0,47 0,46 0,39 2,20

- 2025 0,57 0,60 0,70 3,18


(Twr III)

5.11. ROA

- 2012 3,55 5,15 2,92 1,94

- 2013 3,66 4,65 3,36 1,79

- 2014 3,53 4,84 3,50 3,92

- 2015 3,60 4,81 1,48 1,55


- (Twr III)

5.12. ROE

50
- 2012 27,23 38,66 19,99 18,23

- 2013 27,31 33,24 22,47 16,05

- 2014 25,15 31,67 23,60 20,53

- 2015 25,17 31,76 9,54 15,62


(Twr I)

5.13. NIM

- 2012 5,58 8,42 5,93 5,83

- 2013 5,68 8,25 6,11 5,44

- 2014 5,97 8,78 6,20 4,20

- 2015 5,76 8,60 6,50 4,72


(Twr III)

5.14. BOPO

- 2012 63,93 59,93 70,99 80,74

- 2013 62,41 61,54 67,09 82,19

- 2014 64,95 65,82 69.80 78,85

- 2015 70,15 69,40 87,41 85,40


(Twr.III)

5.15. LDR

- 2012 77,66 79,85 77,52 100,90

- 2013 82,97 88,54 85,30 104,42

- 2014 84,34 85,29 87,80 108,54

- 2015 84,72 84,89 87,70 109,94


(Twr III)

51
Sumber Data : Dari masing-masing bank melalui pencarian data di google

setelah diolah.

b. Kinerja Saham

Terhadap kegiatan IPO di bursa efek Indonesia, tercatat harga saham, EPS,

P/E Ratio dan PBR per dana terakhir tahun 2015 sebagai berikut :

Daftar Tabel 1.3.

Kinerja Harga Saham Bank-Bank BUMN

No Nama Bank Kode Harga EPS Price/ Price


. Saham (rupiah) Earning To
(rupiah) Ratio Book
Saham (kali) Ratio
(kali)
1 Bank Mandiri BMRI 8.975 780,01 11,92 3,7
2 BRI BBRI 10.975 865,22 11,12 3,5
3 BNI BBNI 6.500 486,03 9,24 1,8
4 BTN BBTN 1.165 148,12 7,89 1,5

Sumber data : Dari masing-masing bank melalui pencarian data dari google setelah

diolah.

Terhadap data Kinerja Keuangan dan data Kinerja Harga Saham dimaksud,

dengan ini disampaikan perkembangan masing-masing data dimaksud sebagai

berikut :

C. Data Kinerja Keuangan.

Secara umum, kinerja total asset, pinjaman, dana pihak ketiga dan laba rugi

bank-bank BUMN yang dijadikan objek penelitian dimaksud menunjukan

pertumbuhan positif dari tahun ketahun, namun prosentasi pertumbuhannya

relatf sangat kecil, yaitu

52
- Total asset terus bertumbuh, rata-rata 10 % sampai 14 % per tahun.

- Penyaluran pinjaman bertumbuh, rata-rata 5 % sampai 10 % setiap

tahunnya.

- Dana pihak ketiga, bertumbuh rata-rata 5 % sampai 9 %, walaupun relatif

rendah namun ratio LDR terjaga dengan baik sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. (dibawah 90 %),

- Laba bersih tiga tahun terakhir terus meningkat, namum tidak dalam

jumlah yang signifikan.

- Ratio-ratio keuangan, kecuali NPL (Groos dan Net) nampaknya terdapat

perbaikan, namun tidak signifikan, karena ratio keuangan tersebut di

analisis menurut kinerja asset, pinjaman, dana pihak ketiga dan laba rugi

yang pada prinsipnya mengalami pertumbuhan relatif kecil, manun

demikian tetap terjaga dengan dari tahun ketahun, baik sesuai dengan

formula dan rumus-rumus ratio keuangan yang berlaku, walaupun ratio

NPL sedikit memburuk pada tahun 2015.

Seharusnya jika masing-masing bank terus meningkatkan daya saing melalui

inovasi nilai, pembukaan lokasi pasar-pasar baru secara terus-menerus dan

konsisten maka pertumbuhan bisnis dimaksud minimal diatas 20 % sampai 30

%, apalagi bank-bank tersebut (bank BUMN) banyak mendapatkan

kemudahan /fasilitas dari pemerintah selaku pemegang saham mayoritas

sekaligus sebagai pemilik, jika dibandingkan dengan bank swasta nasional

swasta asing. Walaupun demikian, bahwa industri perbankan masih

merupakan pilihan yang menarik dan menantang bagi para investor.

53
Meski perkembangan dengan pertumbuhan posisif, namun perbankan

harus mewaspadai tantangan baru, seperti antara lain :

- Suku bunga pinjaman bergerak naik, karena pengaruh kondisi ekonomi

dan moneterl global antara lain Bank Sentral Amerika Serikat menaikan

suku bunga pinjamannya, sehingga Bank Indonesia harus menyesuaikan

BI Ratenya.

- Pengumpulan dana pihak ketiga, dimana regulator menetapkan batasan

suku bunga simpanan relatif rendah dibanding investasi lain, yaitu : 5.5%

untuk bank umum dan 8% untuk BPD, bank perlu lebih kreatif dalam

mengumpulkan dana pihak ketiga dari nasabah.

- Perkembangan teknologi dan perubahan selera konsumen/pelanggan

mengakibatkan pelanggan berpindah dari satu bank ke bank lain membuat

perbankan untuk terus meningkatkan daya saingnya, untuk itu perbankan

harus mempunyai kemampuan dalam mengembangkan pilihan strategik

supaya dapat beradaptasi dengan lingkungan yang dinamis, termasuk

kualitas sumberdaya manusia.

- Persaingan antar bank menuntut para bankir harus siap bersaing ketat

dengan bank lain, semakin ketatnya persaingan bank yang ada “memaksa”

para bankir memberikan pelayanan dan fasilitas terhadap nasabah

(pelanggan), dengan begitu, pelanggan pun merasa diuntungkan dengan

ketersediaan fasilitas tersebut.

Tantangan baru yang dihadapi tersebut diatas, tidak membuat para bankir dan

para investor untuk tidak bersemangat, bahkan sebaliknya membuat mereka

lebih agresif untuk terus berinvestasi melalui bank, terutama para investor

54
asing, yang ekspansi usahanya di Indonesia.  Saat ini dan di masa yang

akan datang masing-masing bank terus mengembangan bisnisnya dengan

berkontribusi yang optimal untuk menjangkau sebanyak mungkin pasar -pasar

baru dalam berbagai bentuk antara lain pembukaan unit kerja baru dalam dan

luar negeri, pengambangan produk, pengembangan fitur-fitur produk,

pengembangan outlet dan membangun serta melakukan kerja sama dengan

berbagai institusi bisnis.

Pertumbuhan kinerja positif disebabkan antara lain, karena bank bank

tersbut (BUMN) berhasil membangun dan melakukan mapping atas posisi

masing-masing. Mapping posisi ini lebih berorientasi di segmen yang

spesifikasi-nya, dengan demikian masing-masing bank menjadi lebih fokus

kepada segmen dan spesikiasi bisnisnya.

Fokus atas segmen dan spesifikasi dimaksud tersebut antara lain sebagai berikut :

- PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, di segmen kredit korporasi, dengan tetap

mengembangan kredit di sektor UMKM dan internasional trade (usaha

devisa)

- PT. Bank BRI (Persero) Tbk, di segmen kredit UMKM, dengan tetap

mengembangkan kredit di sektor korporasi dan internasional trade (usaha

devisa)

- PT. Bank BNI 46 (Persero) Tbk, di segmen kredit ritel menengah,

international trade (usaha devisa) dengan tetap mengembangkan kredit di

sektor UMK.

- PT. Bank BTN (Persero) Tbk, di segmen kredit Perumahan, dengan tetap

mengembangkan kredit di sektor UMKM.

55
Segmen bisnis dan spefisikasi tersebut sekaligus menjelaskan tentang core

business dari bank-bank tersebut.

D. Kinerja Harga Saham.

Data harga saham tersebut diatas menujukan perkembangan bahwa kinerja

saham terkait erat dengan kinerja keuangan perusahaan, untuk itu seharusnya

harga saham di bursa efek jauh lebih baik dari industri sejenis seperti misalnya

BCA yang sebesar 13.550 jika seandainya kinerja keuangan diatas baik, dapat

dipastikan bahwa harga saham bank-bank BUMN di Bursa Efek Jakarta.

Walaupun demikian tetap menunjukan perkembangan yang posisif.

Terhadap Price/Earning Ratio dan Price To Book nampak terjadi sesuai

kaidah dan atau formula yang dikehendaki, yaitu rata-rata diatas 1 kali.

Atas kondisi- kondisi tersebut diatas, bahwa di masa yang akan datang masing-

masing bank harus terus mengembangan bisnisnya dengan menjangkau sebanyak

mungkin pasar -pasar baru dalam berbagai bentuk antara lain pembukaan unit

kerja baru dalam dan luar negeri, pengembangan produk, pengembangan fitur-

fitur produk, pengembangan outlet dan membangun serta melakukan kerja sama

dengan berbagai institusi bisnis untuk mengoptimalkan kinerja bisnis.

Selanjutnya memenangkan persaingan dipasar, masing-masing bank harus

mendisain strategi binsis yang cocok dan efektif. Terhadap disain strategi bisnis

ini, penulis berpendapat bahwa alternative strategi yang dapat menjadi solusi adalah Blue

Ocean Strategy, bahwa Blue Ocean Strategy belum diketahui dan dikembangkan oleh

banyak pelaku bisnis atau perusahaan, terutama bisnis perbankan di Indonesia, strategi

dimaksud dalam bentuk antara :

56
- Mencari dan membuka pasar sebesar-besarnya dan seluas-luasnya melalui

pasar-pasar baru. Dalam konsep blue ocean strategy, pasar itu dilihat sebagai

lautan biru yang tidak habis-habisnya. Penulis memberikan istilah pasar tidak

berkesudahan.

- Melakukan inovasi nilai melalui pengembangan produk dan fitur-fitur produk

sehingga dapat unggul dalam persaingan, menang dipasar sekaligus

memperbesar market space dan market share selain terus bersaing di Red

Ocean dan pendekatan White Ocean Strategy dan Purple Ocean Strategy.

Terhadap kondisi-kondisi yang dijelaskan tersebut diatas, penulis melakukan

kajian yang cermat dan mendalam tentang Analisis Keunggulan Bersaing Bank-

Bank BUMN di Indonesia dengan Konsep Blue Ocean Strategy.

Bisnis perbankan di Indonesia terus mengalam persaingan yang sangat

ketat, dipihak lain terdapat daya saing yang sangat lemah. Persaingan dimaksud

terjadi baik dengan bank swasta nasional maupun swasta asing, bahkan sesama

bank BUMN pun sangat ketat, dipihak lain daya saing terus menurun. Kondisi

dimaksud nampak pada kinerja bank-bank terutama bank-bank BUMN yang

mengalami pertumbuhan relatif kecil. Faktor yang sangat dominan dalam

pertumbuhan bisnis ini adalah daya saing yang lemah. Salah satu alat ukurnya

adalah kinerja keuangan sebagaiman yang telah disajikan diatas masing-masing

Pertumbuhan Asset, Pertumbuhan Pinjaman, Petumbuhan Dana Pihak Ketiga,

Pertumbuhan Laba/Rugi yang relative kecil dan Ratio Keuangan yang menglami

pergerakan yang tidak signifikan.

57
Menurut penulis bahwa perbaikan kinerja hanya dapat diperoleh dari Daya Saing

Yang Unggul, untuk menadapatkan daya saing yang unggul diperlukan disain

strategi yang dapat meningkatkan daya saing. Strategi dimaksud adalah Strategi

Blue Ocean, dalam hal ini Blue Ocean Strategy mutlak di perlukan.

Bahwa Perbaikan Daya Saing melalui Blue Ocean Strategy menjadikan bisnis

menang dalam persaingan, apalagi beberapa tahun kedepan persaingan ini

semakin ketat ketika Indonesia memasuki era penyatuan Masyarakat Ekonomi

ASEAN (MEA), penyatuan ekonomi masyarakt ASEAN-Cina dan penyatuan

masyarakat ekonomi ASIA-PASIFIK (APEC). Dan dalam hal ini menurut

penulis bahwa peningkatan daya saing melalui strategi blue ocean mutlak di

perlukan.

Blue Ocean Strategi mutlak diperlukan, namun strategi ini belum

diketahui dan dikembangkan oleh banyak pelaku bisnis dan atau perusahaan di

Indonesia, terutama bisnis perbankan dalam rangka penembangan bisnis,

terutama memenangkan pasar, memperbesar market space dan market share,

selain terus bersaing di Red Ocean dan pendekatan White Ocean Strategy dan

Purple Ocean Strategy.

Ekonomi Indonesia 3 tahun terakhir (2013, 2014 dan Semester I/2015) ini

mengalami kelambatan, sehingga perlu dilakukan akselrasi melalui kebijakan

moneter dan kebijakan fiskal yang memadai. Kondisi ini nampak pada

pertumbuhan ekonomi yang sangat kecil selama dari 3 tahun terakhir jika

dibandingkan tahun tahun sebelumnya (2011 dan 2012). sebagaimana data yang

telah disajikan diatas. Bahwa sektor perbankan memiliki peranan yang sangat

58
penting dan signifikan terhadap akselerasi pertumbuhan dan perkembangan

ekonomi melalui kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang memadai.

Kemudahan pelayanan jasa perbankan kepada masyarakat belum optimal, jasa

bank dimaksud antara lain, e-channel, e-banking, ketersediaan intrastruktur,

layanan dan pengembangan fitur produk, untuk harus terus ditingkatkan. Jika

kemudahan layann ini dilakukan secara optimal, maka dapat dipastikan akan

berdampak signifikan terhadap volume bisnis perbankan, yang pada akhirnya

berkontribusi yang sangat besar terhadap akselerasi pertumbuhan dan

pengembangan ekonomi.

Objek penelitian pada penelitian ini adalah bank-bank milik pemerintah

Indonesia yaitu PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.(BRI), PT. Bank

Mandiri (Persero) Tbk, PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) dan PT.

Bank Tabungan Negara (Pesero) Tbk.(BTN).

Pemilihan fokus penelitian pada sektor perbankan BUMN karena beberapa

pertimbangan antara lain :

- bahwa atas peranan dan kontribusi bank bank dalam kebijkan moneter

yang sangat besar dimaksud, bahwa bank-bank BUMN BUMN

mempunyai peranan dengan bagian yang sangat signifikan terhadap total

perbankan nasional. Kondisi ini nampak dari data 4 bank BUMN ini

terhadap data perbankan nasional sebanyak kurang lebih 118 bank yang

terdiri dari bank swasta nasional dan bank asing yang beroperasi di

Indonesia. Berikut data dan kontribusi bank BUMN semester III tahun

2015 dari 3 item besar sebagai berikut :

Daftar Tabel 1.4.

59
Data Kontribusi /Share Bank Bank BUMN Terhadap Perbankan

Nasioanal

dalam ribuan triliun

Item Bisnis Total Share Share Share

Perbankan kontribusi kontribusi kontribusi

Nasional 4 bank 114 bank 4 bank

118 bank BUMN lannya BUMN

Rp. %

Total Asset 3.863.900 2.330.569 1.533.331 60,32

Pinjaman 2.175.000 1.518.200 656.800 69,80

Dana Pihak 2.357.500 1.740.110 617.390 73,81

Ketiga

Sumber data : Masing-masng bank dan data OJK melalui pencarian data

google setelah diolah.

Data tersebut menunjukan perkembangan sebagai berikut :

a. Dari sisi share kontribusi, bahwa 4 bank BUMN tersebut memberikan

kontribusi yang sangat besar terhadap pengembangan bisnis perbankan

nasional. Data menunjukan bahwa dari kurang lebih 118 bank, bahwa

114 bank diantaranya memberikan kontribusi yang sangat kecil jika

dibandingkan 4 bank BUMN tersebut.

b. Perolehan Total Asset, Jumlah Pinjaman dan Jumlah Dana Pihak Ketiga

dari empat bank BUMN tersebut terhadap total perbankan nasional yang

kurang lebih 118 bank diatas 60 %, melebih 114 bank lainnya, yaitu

60
baik absolut (Rp) maupun prosentasi (%) masing-masing total asset

60,32 %, jumlah pinjaman 69, 80 % dan dana pihak ketiga 73,81%

Besarnya kontribusi 4 bank BUMN tersebut sekaligus menunjukan

bahwa peranannya sangat besar dan sangat signifikan terhadap

pengembangan ekonomi dan moneter baik nasional maupun daerah,

Kondisi dan atau fenomena ini ini membuat penulis untuk mencermati

dan dikaji secara mendalam melalui penelitian ini (fenomena yang

menarik untuk dikaji).

Dapat dipastikan bahwa jika semua bank BUMN melakukan

pembukaan pasar sebanyak-banyaknya melalui strategi blue ocean

maka sharenya akan lebih besar lagi dan terus mendominasi bisnis

perbankan di tanah air. Sampai saat ini sebagian besar potensi pasar di

seluruh wilayah nusantara belum terjamah atau terjangkau.

- Alasan yang ketiga, dalam pengamatan penulis bank-bank nasional

termasuk bank BUMN menghadapi kecenderungan mengembangkan

pasar ke pasar produk e-banking dan e-channel dengan segala fiturnya,

walaupun tetap dan terus mengembangkan pasar produk konvensional,

dengan perkembangan yang sangat dasyat akhir-akhir ini. Dengan

bergeserya pasar produk dan layanan konvesioanl ke pasar produk e-

banking maka infrastruktur software (produk, fitur dan

pengembangannya) e-banking dan hardwer e-banking (e-channel )

bentuk antara lain ATM, EDC dan CDM bank BUMN berkembang

pesat, fenomena ini perlu di teliti dan dikaji secara cermat dan mendalam

melalui peneltian ini.

61
Berikut ini data hardware e-channel yang terdiri dari ATM, EDC dan

CDM posisi semester 1 tahun 2015 dari masing-masing bank BUMN

tersebut sebagai berikut :

Daftar Tabel 1.5.

Data Outlet/ Jaringan Kerja E-Channel Bank Bank BUMN Semester I/2015

Bank ATM EDC CDM Lainnya

Bank Mandiri 17.200 285.974 783 303.957

Bank BRI 21.215 153.787 426 16.280 191.708

Bank BNI 46 12.850 150.220 852 163.922

Bank BTN 1.830 75.235 227 77.292

Jumlah 53.095 665.216 2.288 16.280 736.879

Sumber data: Dari masing-masing data melalui pencarian data google

setelah diolah.

Bahwa dengan semakin ketatnya persaingan perbankan, perusahaan

harus dan perlu memiliki tenaga-tenaga kerja dari berbagai tigkatan yang

berkualitas tinggi termasuk trampil, sebagai upaya mendukung daya saing

dan peningkatan kinerja perusahaan, kondisi ini pun perlu dikaji lebih

cermat dan mendalam.

Manajemen bank perlu memperebutkan investor-investor guna

mendapatkan modal yang semakin strategis bagi kelangsungan

perusahaan. Kebutuhan untuk mendapatkan investor baru semakin

62
dirasakan guna membangun bank dengan ukuran yang lebih besar.

Kondisi ini perlu dikaji lebih cermat dan mendalam.

Bahwa bahwa perubahan-perubahan yang dipicu oleh

perkembangan teknologi, ekonomi, pasar, politik, pemerintahan, dan

sosial-budaya mengakibatkan berubahnya kondisi pesaing, yaitu bahwa

perubahan telah mengakibatkan semakin tingginya tingkat persaingan di

kalangan perbankan, untuk itu tiap-tiap bank harus juga dapat mencermati

berbagai langkah dan gerak pesaing melalui marketing inteljen agar

perusahaan dapat menetapkan langkah yang strategis dan tepat untuk

menghadapinya serta unggul dalam persaingan. Kondisi ini pun perlu

mendapat kajian yang cermat dan mendalam.

Bahwa jaringan kerja bank-bank BUMN di Indenesia sangat banyak

dari segi jumlah dan lebih luas dari segi wilayah, bahwa bank-bank

BUMN ini mengoperasikan banknya seluruh wilayah di Indonesia, jika

dibandingkan dengan bank bank swasta nasional dan swasta asing yang

umumnya beroperasi di ibu kota Propinsi dengan jumlah yang relatif

sedikit. Jumlah Jaringan kerja bank BUMN dimaksud mempunyai

kontribusi yang sangat nyata dan sangat besar terhadap pemerataan

layanan perbankan di Indonesia khususnya dan pemerataan pembangunan

ekonomi secara umum, kondisi ini membuat peneliti untuk mengkaji lebih

dalam melalui penelitin ini.

Berikut data jumlah jaringan kerja/ Outlet baik konvensional maupun

jaringan kerja e-banking dan e-channel PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk,

63
PT. Bank BRI (Persero) Tbk, PT. Bank BNI 46 (Persero) Tbk dan PT.

Bank BTN posisi Semester I tahun 2015 sebagai berikut :

Daftar Tabel 1.6.


Jaringan Kerja /Outlet Bank-Bank BUMN Semester I/2015

1. Bank Mandiri
Jenis Jaringan Tahun Tahun Tahun Tahun 2015
Kerja/ 2012 2013 2014 Semester I
Outlet
Kantor Cabang 1.810 2.050 2.450 4.675
Micro Outles 2.212 2.465 2.663 4.965
ATM 10.985 11.514 11.998 17.000
EDC 180.532 230.352 235.400 285.947
Lainnya (CDM, Dll) 432 478 624 783

Jumlah 195.971 246.859 253.135 313.370

2. Bank BRI
Jenis Jaringan Tahun Tahun Tahun Tahun 2015
Kerja/ 2012 2013 2014 Semester I
Outlet
Kantor Cabang 446 453 461 560
Kantor Cabang 545 565 584 692
Pembantu
Kantor Kas 914 950 971 1.012
BRI Unit 5.000 5.144 5.819 5.989
Teras BRI 1,778 2.212 2.541 2.701
Teras Keliling 210 350 560 624
E-Buzz 20 50 65 75
BRILINK 9.12 10.400 15.012 16.280
ATM 14.292 18.292 20.792 21.215
EDC 44,715 85.936 131.204 153.786
CDM 126 192 309 426
Lain-lain (mocash) *) *) *) *)
Jumlah 68.958 124.544 178.318 203.360
*) belum terinventarisir

3. Bank BNI 46
Jenis Jaringan Kerja/ Tahun Tahun Tahun Tahun 2015
Outlet 2012 2013 2014 Semester I

Kantor Cabang 168 250


Kantor Cabang 912 1.265
Pembantu
Kantor Kas 495 786

64
Unit Mikro 111 159
ATM 8.227 11.163 14.017 12.850
EDC 85.900 150.200
CDM
Lainnya (Brancehless, 170
Dll)
Jumlah 87.657

4. Bank BTN
Jenis Jaringan Kerja/ Tahun Tahun Tahun Tahun 2015
Outlet 2012 2013 2014 Semester I

Kantor Cabang 50 55
Kantor Cabang 98 105
Pembantu
Kantor Kas 59 65
Kas Keliling 55 75
ATM 209 1.830
EDC 75.235
CDM 227
Jumlah 471

Daftar Tabel 1.6.

Sumber data; dari masing-masing bank melalui pencarian data dari google
setelah diolah

Catatan :

a. Data jaringan kerja akan dilakukan verifikasi kembali untuk

mendapatkan data yang akurat pada saat penelitian.

b. Data Unit Kerja Konvensional dan Infrastruktur Penunjang Pelayanan

E-Channel dan E-Banking dimaksud akan di ambil pada saat

penelitian dilakukan untuk konfirmasi atau perbaikan data.

Keunggulan bersaing mutlak dilakukan dan diperlukan untuk mendapatkan

bagian pasar yang besar dan menjadi leader dalam persaingan, intinya adalah

bahwa perusahaan apapun, dari manapun selalu ingin untuk menang dalam

65
persaingan dan menjadi leader dalam pasar yang persaingannya sangat

kompetetif.

Menjadi sebuah hal yang sangat logis jika pemilik dan para pemangku

kepentingan perusahaan (manajer, karyawan, pelanggan, pemasok, mitra,

pemerintah, dan sebagainya) berharap perusahaan dapat memberikan manfaat

sebesar-besarnya dalam jangka panjang. Mereka menginginkan perusahaan dapat

bertahan, mampu menghadapi persaingan dan tumbuh berkembang dengan

memanfaatkan berbagai peluang bisnis. Artinya perusahaan diharapkan

memperoleh serta dapat mempertahankan keunggulan bersaing secara

berkelanjutan.

Sebuah perusahaan yang mampu mempertahankan keuntungan melampaui rata-


rata keuntungan dari perusahaan-perusahaan lain pada industri yang sama, maka
perusahaan tersebut dikatakan mempunyai keunggulan bersaing dibandingkan
para pesaingnya. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam menciptakan
dan mempertahankan keunggulan bersaing suatu perusahaan, diantaranya Porter
(1994:33), menyatakan, bahwa : ” Competitive advantage is created by using
resources and capabilities to achieve either a lower cost structure or a
differentiated product.  A firm positions itself in its industry through its choice of
low cost or differentiation.  This decision is a central component of the firm’s
competitive strategy “.

Selanjutnya, Colgate (1998:80) menjelaskan bahwa keunggulan bersaing


sebagai posisi organisasi yang unik terhadap pesaingnya.

Berdasarkan dua pengertian tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa “


keunggulan bersaing adalah keunggulan yang dimiliki oleh organisasi atau
perusahaan, dimana keunggulannya mutlak untuk berkompetisi dan bersaing
dengan organisasi atau perusahaan lainnya, untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dan signifikan sebagai kekuatan untuk menjadi leader dalam
pemasaran dan pengembanan bisnis.

Hal ini berarti bahwa, keunggulan perusahaan dapat ditimbulkan dari

kemampuan perusahaan untuk  memanfaatkan berbagai sumberdaya dan

kapabilitasnya sebagai aset strategik. Keberhasilan pengelolaan aset strategik ini

66
akan menentukan keunggulan khas perusahaan yang mampu menciptakan posisi

differensial dibanding para pesaing. Maka ada empat kebutuhan pokok untuk

sumberdaya yang harus dipenuhi dalam mencapai keunggulan bersaing yang

berkesinambungan yaitu: (1) Nilai. Dengan nilai tambah yang dimiliki akan

meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan, (2) Keunikan diantara

perusahaan sejenis dan pesaing potensial. Jika suatu perusahaan memiliki

keunikan tersendiri maka akan semakin meningkat keunggulan bersaing yang

dimilikinya diantara pesaing , (3) Tidak dapat ditiru dengan sempurna.

Perusahaan dengan produk yang tidak dapat ditiru pesaingnya dengan sempurna

telah memiliki nilai tambah dalam mencapai keunggulan bersaing, (4) Harus

tidak ada strategi yang sama yang dapat menggantikan sumberdaya. Jika tidak

ada strategi yang dapat menggantikan sumberdaya maka suatu perusahaan akan

mencapai keunggulan bersaing tersendiri (Setiawan, 2006:2).

Dalam perkembangannya telah banyak konsep, model, strategi-strategi

atau pendekatan-pendekatan yang dikemukakan oleh para pakar untuk

menciptakan keunggulan bersaing perusahaan secara berkelanjutan di berbagai

industri, antara lain ; Porter (1994), dengan strategi generik , Barney (1991)

dengan Resource-Based Approach (RBA), Amit dan Schoemaker (1993) dengan

pendekatan perbedaan, Ghemawat (2002) dengan Keunggulan Bersaing dan

Komitmen, D’Aveni (1994) dengan Hypercompetition dan Keunggulan Bersaing,

dimana pendekatan-pendekatan ini menyarankan strategi keunggulan bersaing

dengan cara-cara yang berbeda. Sehingga terdapat kesenjangan (gap) secara teori

yang menurut peneliti menarik untuk dikaji lebih dalam.

67
Sebagai misal Porter (1994:35) menyatakan bahwa perusahaan memiliki

keunggulan bersaing jika memiliki biaya lebih rendah dibandingkan pesaing,

memiliki produk atau proses yang lebih baik, sukses menjalankan strategi fokus

segmen pasar tertentu. Daya tarik industri bergantung pada pengaruh bersama dari

lima kekuatan persaingan, yakni: pesaing, pendatang baru, produsen substitusi,

permintaan, dan pemasok. Interaksi dua arah dari faktor-faktor ini mempengaruhi

kemampuan daya ungkit perusahaan untuk menghasilkan profit pada industri yang

sama. Profit perusahaan juga dipengaruhi oleh posisi spesifik perusahaan dalam

menduduki lingkungan industri.

Perusahaan yang beroperasi dalam industri yang sama dapat memutuskan

untuk mengadopsi strategi yang berbeda, memilih diantara tiga strategi generik,

yakni: Pertama, cost leadership. Ketika perusahaan menawarkan produk yang

sama pada harga yang lebih rendah dari pesaingnya. Kedua, diferensiasi. Ketika

perusahaan menawarkan produk yang berbeda (lebih bermutu dan berfungsi lebih)

pada harga lebih tinggi. Dalam kasus ini, perusahaan harus menetapkan harga

pada tingkat kecukupan untuk menutup biaya yang lebih tinggi dalam

menghasilkan diferensiasi. Jika ini tidak dilakukan, strategi diferensiasi akan

memicu biaya tinggi yang tidak tertutup oleh pendapatan perusahaan. Dalam

strategi diferensiasi, fokus utama adalah membedakan produk dari unit bisnis

dengan cara menciptakan sesuatu yang unik bagi pelanggan (customer). Ketiga

fokus. Perusahaan mengikuti salah satu dari dua strategi sebelumnya, tetapi

berfokus pada segmen pasar yang terbatas. Perusahaan memiliki fokus biaya bila

perusahaan memutuskan untuk mengejar cost leadership dalam segmen pasar

terbatas dan fokus diferensiasi jika bertindak menurut strategi diferensiasi.

68
Posisi yang tidak konsisten dengan tiga pilihan yang diajukan di atas

menghasilkan apa yang disebut Porter sebagai “stack in the midle” dan tidak

memungkinkan perusahaan memperoleh profit pasar rata-rata.

Selanjutnya Barney (1991:102) mengemukakan konsep pandangan

berbasis sumberdaya (Resource Based View), dimana perusahaan tunggal,

strateginya, dan sumberdayanya, sebagai obyek analisa. Dalam pengujian

konstruksi keunggulan bersaing yang solid, proses akumulasi sumberdaya

menjadi perhatian utama. Barney mencoba untuk merumuskan pendekatan

berbasis sumberdaya sebagai lawan dari corak utama yang disebutnya sebagai

model lingkungan. Perbedaan diantara dua pendekatan ini sangat dalam dan

radikal. Pandangan berbasis sumberdaya memberi kebebasan perusahaan untuk

memutuskan strategi yang diadopsi dalam kaitannya dengan sumberdaya spesifik

dan kompetensi yang dikembangkannya sendiri.

Pandangan berbasis sumberdaya merumuskan beberapa perbedaaan

fundamental yang diperlukan untuk memahami proses menciptakan keunggulan

bersaing secara lebih baik. Perbedaan umum dibuat antara sumberdaya dan

kompetensi. Sumberdaya adalah semua fisik, manusia, dan aset finansial yang

berkontribusi dengan cara berbeda dalam proses input output produksi.

Sumberdaya ini didayagunakan, sebagian atau keseluruhan, sehingga

memungkinkan pengembangan sejumlah pengetahuan dan kapabilitas yang

menghasilkan kompetensi.

Perbedaan antara sumberdaya dan kompetensi menjadi penting disebabkan

cara perusahaan dapat mememperoleh dan mengembangkannya. Perusahaan dapat

memperoleh sumberdaya yang diperlukan di pasar dan menghasilkan sendiri

69
kompetensinya khususnya melalui penggunaan sumberdaya. Kompetensi

dihasilkan dari jalan penggunaan sumberdaya perusahaan untuk menciptakan

pengetahuan dan keterampilan. Sumberdaya secara bebas dapat diperoleh di pasar,

sedangkan kompetensi harus dikembangkan oleh internal perusahaan melalui

aktivitas sehari-hari.

Kompetensi selanjutnya terakumulasi mengikuti pola pengetahuan

tertentu. Sekali dikembangkan, kompetensi akan mempengaruhi sumberdaya dari

mulai kompetensi tersebut dibangkitkan hingga transformasi dari sumberdaya

yang sama ke dalam sesuatu yang berbeda dari apa yang perusahaan beli.

Hasilnya adalah bahwa sumberdaya dan kompetensi berubah secara kontinu di

bawah pengaruh aktivitas normal organisasi.

Pandangan berbasis sumberdaya yang berfokus pada sumberdaya dan

kapabilitas perusahaan, telah mendorong pengembangan lebih banyak riset yang

ditujukan bagi perusahan. Namun demikian, terdapat kelemahan dalam beberapa

aspek, antara lain: Pertama pandangan berbasis sumberdaya memiliki

keterbatasan pertimbangan dalam konteks industri. Sumberdaya dan kompetensi

yang unik diambil tanpa mempertimbangkan faktor-faktor industri yang

mempengaruhi strategi perusahaan. Kedua pandangan berbasis sumberdaya tidak

dapat mengidentifikasi mekanisme penyebab yang bertanggung jawab atas

pencipataan keunggulan bersaing jangka panjang. Hubungan diantara sumberdaya

dan kompetensi di satu sisi dengan keunggulan bersaing dan kesuksesan di sisi

lain tidak terjelaskan. Hasil pandangan ini hanya menunjukan daftar sumberdaya,

beberapa diketahui, dan lainnya tidak, tanpa pejelasan lebih akurat tentang cara

sumberdaya dan kompetensi tersebut ditransformasi menjadi keunggulan

70
bersaing. Ketiga, pendekatan sumberdaya tidak memberi arti penting pada

pengaruh keputusan di masa lampau terhadap perilaku aktual perusahaan di masa

kini.

Kemudian konsep keunggulan bersaing berikutnya dikemukakan oleh

Amit dan Schoemakaer (1993: 33) dimana mereka tidak menolak metode berbasis

sumberdaya dan idenya tentang keunggulan bersaing. Mereka menekankan pada

kemungkinan menggunakan perangkat konseptual yang berbeda secara simultan,

mengikuti pendekatan multiperspekstif. Mereka menekankan peran yang

dimainkan oleh beberapa unsur dan pengaruhnya terhadap industri, serta

konsekuensinya. Unsur-unsur yang dimaksud adalah:

1. Ketidak pastian, lingkungan industri seperti teknologi dan masyarakat

disifatkan oleh tumbuhnya derajat ketidakpastian.

2. Kompleksitas. unsur-unsur dan komponen yang berbeda dari lingkungannya:

berhubungan satu sama lain dengan cara yang sangat kompleks.

3. Konflik interorganisasi. Organisasi mengembangkan sejumlah besar hubungaan

konflik diantara karyawan, diantara manajer, dan diantara kedua kelompok

tersebut.

Ketidakpastian, kompleksitas, dan lingkungan konflik membutuhkan perangkat

riset yang lebih terseleksi. Persyaratan ini dipenuhi dengan penggunaan sejumlah

pendekatan perbedaan, masing-masing fokus pada aspek tunggal realitas, tetapi

mampu menjelaskan dunia persaingan nyata.

Pandangan sumberdaya penting karena fokus pada perusahaan, tetapi analisis

lengkap mengenai keunggulan bersaing membutuhkan perangkat riset lebih

71
banyak. Perangkat yang dapat teridentifikasi untuk menganalisis keunggulan

bersaing antara lain:

1. Pendekatan analisis industri, untuk memahami struktur masing-masing industri

dengan lebih baik.

2. Pandangan sumberdaya, untuk mengkaji sumberdaya dan kompetensi internal

perusahaan.

3. Teori keputusan perilaku, untuk menginvestigasi pola-pola keputusan dan

perilaku yang digunakan para manajer.

Ketiga pendekatan di atas relevan untuk memahami lingkungan industri saat ini

dengan lebih baik dan membantu manajemen dalam proses pengambilan

keputusan. Selanjutnya, Amit dan Shoemaker (1993: 34) membagi proses

keputusan ke dalam dua tahap. Pertama, manajer harus merancang skenario masa

depan yang mungkin terjadi dengan menggunakan perangkat-perangkat yang

ditawarkan teori keputusan perilaku. Pada tahap ini, manajer mengembangkan

kesadaran mendalam tentang perspektif perbedaaan dan model evaluasi dalam

merespon risiko. Ketika skenario-skenario perbedaan teridentifikasi, manajer

dapat mengembangkan interaksi pasar persaingan yang tepat untuk masing-

masing situasi masa depan, untuk memecahkan peluang industri (analisis industri)

dan kapabilitas perusahaan (pandangan berbasis sumberdaya).

Konsep berikutnya dikemukakan oleh Ghemawat (2002:37) yang

menekankan kebutuhan untuk mengubah fokus, beralih dari analisis keunggulan

bersaing ke analisis ide komitmen. Ghemawat menyatakan bahwa sumberdaya

dan kompetensi yang dipertimbangkan oleh pandangan berbasis sumberdaya sulit

diidentifikasi dan terlalu banyak untuk dikaji dengan cara yang lebih kongkrit.

72
Hasil kajian ini adalah bahwa analisis yang diajukan pendekatan sumberdaya

tidak banyak bermanfaat membantu manajemen dalam proses pengambilan

keputusan. Selanjutnya, pandangan berbasis sumberdaya tidak memberi makna

penting bagi pola implementasi strategi secara temporer.

Meskipun demikian, Ghemawat tidak menolak sepenuhnya bahwa perusahaan

memainkan peranan sentral. Dia menolak argumen bahwa yang seharusnya

menjadi fokus adalah penciptaan dan akumulasi sumberdaya internal. Sebagai

ganti proses pencipataan sumberdaya, Ghemawat menyatakan pentingnya konsep

komitmen.

Kemudian D’Aveni (1994:9) mengenalkan istilah hypercompetition untuk

mengindikasikan skenario berbeda yang baru dan radikal dalam persaingan

perusahaan. Pendekatan ini mengembangkan kritik radikal terhadap keunggulan

bersaing berkelanjutan. Dalam lingkungan bersaing tradisional, perusahaan dapat

membangun strategi sukses yang akan diterjemahkan ke dalam posisi bersaing

yang solid dan tahan lama berdasarkan pengembangan kapabilitas uniknya.

Hypercompetition merupakan bentuk lebih cepat dari lingkungan persaingan,

namun yang lebih penting, ini merupakan cara berbeda dalam bersaing. Dalam

konteks ini, perusahaan harus mengikuti aturan perilaku yang berbeda dan

merespon kebutuhan pasar dengan perubahan yang cepat.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa perusahaan yang ingin membangun posisi

bersaing yang solid dan tahan lama harus mengubah dan menghancurkan

keunggulan bersaingnya. Dalam persaingan tradisional, keunggulan bersaing

merupakan dimensi jangka panjang. Dalam lingkungan hypercompetitive,

perusahaan harus memperoleh rangkaian keunggulan bersaing jangka pendek, dan

73
menghancurkannya secara kontinu. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk

mencegah peniruan oleh pesaingnya, kemudian menjaga keberlanjutan posisi

suksesnya. Kapabilitas krusial untuk perusahaan tidak didasarkan pada aset

sumberdaya yang bersifat spesifik dan statis, namun mengacu pada

kemampuannya untuk memuaskan pasar dengan cara-cara baru. Konsekuensinya,

dibutuhkan kemampuan untuk mengembangkan kompetensi baru secara kontinu

yang dapat diterapkan untuk pasar dan konteks yang berbeda. Hambatan masuk

industri bekerja hanya jika pesaing merasa eksistensi hambatan-hambatan tersebut

efektif. Pendekatan yang berhasil adalah menjadi “irasional” dan unpredictable

dalam rangka mencegah strategi peniruan dari pesaing. Ini bukan berarti bahwa

perusahaan harus mengubah strategi dengan cara irasional dan tidak memiliki

justifikasi, namun harus dilakukan dengan cara yang tidak dapat diprediksikan

pesaing. Perangkat tradisional untuk perencanaan strategi tidak bekerja. Strategi

harus bersandar pada penciptaan dan penghancuran keunggulan bersaing.

Perusahaan seharusnya memberdayakan keunggulan bersaingnya saat ini,

menghancurkan baik keunggulan bersaingnya maupun keunggulan bersaing

pesaing, dan menciptakan keunggulan bersaing yang baru. Persaingan menjadi

lomba untuk mengantisipasi strategi pesaing yang berubah secara kontinu.

Hasilnya adalah pencipataan serangkaian keunggulan bersaing jangka pendek

dalam pola persaingan yang dinamis. Persaingan menjadi lebih sulit. Sulit untuk

mendapatkan jalan yang tepat menuju keberhasilan. Perusahaan harus

memperbaiki kapabilitasnya untuk bersaing dengan cara yang cepat dan tak

terprediksikan.

74
Dyer dan Singh (2001;37) mengemukakan konsep Relational Approach

(RA) yang menyatakan bahwa pesaing akan sulit untuk meniru keunggulan

bersaing sebuah organisasi yang memiliki kombinasi sumberdaya spesifik yang

bernilai, yang lahir dari sebuah proses organisasional yang causally ambiguous,

path dependent, dan socially complex. Efek interaksi dan komplementer ini

menyebabkan salah satu sumberdaya atau kapabilitas tidak bisa dipisahkan dari

yang lain. Hal ini dikarenakan keberadaan suatu sumberdaya akan meningkatkan

nilai sumberdaya lain, yang akhirnya berdampak pada baik buruknya hasil yang

diperoleh organisasi.

Dari beberapa konsep terkait dengan keunggulan bersaing perusahaan

yang telah dikemukakan oleh para pakar di atas, penulis berpendapat bahwa

adanya perbedaan konsep pemikiran. Hal inilah yang menjadi awal pemikiran

penulis bahwa mengapa konsep keunggulan bersaing tetap menjadi tema yang

menarik untuk dikaji.

Tentu saja konsep dan strategi-strategi dimaksud dibuat dengan harapan


perusahaan mampu menciptakan dan mempertahankan  keunggulan bersaing
dibandingkan dengan para pesaingnya.  Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh
Porter (1994:33), bahwa : ”  The goal of much of  business strategy is to achieve a
sustainable competitive advantage ”.
 

Dalam ranah empiris pun kajian penelitian berkaitan dengan strategi

menciptakan keunggulan bersaing yang berkelanjutan memberikan temuan yang

berbeda beda. Hui-O Yang dan Hsin-Wei Fu (2009 ) dari hasil penelitiannya

mengemukakan, bahwa : “ keunggulan bersaing suatu perusahaan dalam

industri yang sama dengan perusahaan para pesaingnya dapat dicapai dengan

melihat lingkungannya, baik lingkungan eksternal maupun lingkungan

internal. Lingkungan eksternal meliputi : negara, industri, stakeholder,

75
pesaing, jaringan kerja strategis, diferensiasi dan merk. Pembatasan pada

lingkungan industri didasarkan pada pertimbangan, bahwa faktor industri

sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan suatu perusahaan. 

Penelitian yang dilakukan oleh Ring & Van de Ven (1992), menyatakan

bahwa aliansi stratejik merupakan kerjasama yang tepat untuk menyetarakan diri,

khususnya ketika perusahaan mencari sumberdaya unik dan unggul. Hal ini

didukung oleh pendapat Bleeke and Ernst (1991) yang menyatakan bahwa

pembentukan aliansi stratejik dan kerjasama dimotivasi untuk mendapatkan

keunggulan kompetitif di pasar. Aliansi stratejik juga merupakan jawaban bagi

banyak perusahaan yang berusaha untuk mendapatkan keunggulan bersaing

(Hamel, Doz dan Prahalad, 1989).

Berbeda dengan pendapat beberapa peneliti di atas yang mengemukakan

bahwa pentingnya aliansi stratejik untuk mencapai keunggulan bersaing

perusahaan. Penelitian lain mengatakan bahwa keunggulan kompetitif dari suatu

usaha lebih dipengaruhi oleh kemampuan pihak manajemen dalam mengelola

lingkungan. Brown dan Karagozoglu (1998) menyarankan proactive corporate

environmental management sebagai strategi perusahaan untuk dapat menciptakan

keunggulan kompetitif karena tuntutan konsumen yang semakin peka akan

pentingnya faktor lingkungan sebagai pendukung kelangsungan hidup manusia.

Penelitian yang dilakukan oleh Chavan (2005) mengemukakan bahwa penerapan

manajemen lingkungan yang baik akan membantu perusahaan dalam meraih

keunggulan kompetitif.

Selain pendapat yang menyatakan bahwa aliansi stratejik dan perubahan

lingkungan dapat membantu perusahaan dalam meraih keunggulan kompetitif, ada

76
beberapa pendapat lain yang menyatakan bahwa inovasi produklah yang

merupakan kunci sukses dalam meraih keunggulan kompetitif. Penelitian Korth

(2005) mengemukakan perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif melalui

inovasi yang berkelanjutan. Dalam tulisannya, Korth (2005) mengidentifikasi

empat tipe inovasi, yaitu : produk dan jasa; proses manufaktur, material, dan

inovasi dalam praktek bisnis. Perusahaan perlu untuk selalu berusaha

meningkatkan kapabilitas dan aktivitas inovasinya.

2. Theorical Gap dan Emperical Gap, Dengan Alternative Solusi Blue Ocean

Strategy.

Untuk mendapatkan daya saing yang kuat atau keunggulan bersaing yang

signifikan atau memadai, maka berbagai teori dan konsep telah disampaikan,

antara lain Michael E Porter (1994), dengan strategi generik , Barney (1991)

dengan Resource-Based Approach (RBA), Amit dan Schoemaker (1993) dengan

pendekatan perbedaan, Ghemawat (2002) dengan Keunggulan Bersaing dan

Komitmen, D’Aveni (1994) dengan Hypercompetition dan Keunggulan Bersaing,

dimana pendekatan-pendekatan ini menyarankan strategi keunggulan bersaing

dengan cara-cara yang berbeda. Sedangkan dalam ranah emppirik antara lain

Hui-O Yang dan Hsin-Wei Fu (2009 ) dengan melihat lingkungannya (eksternal

dan internal, Ring & Van de Ven (1992), dengan aliansi stratejik, didukung oleh

Bleeke and Ernst (1991) dan (Hamel, Doz dan Prahalad, 1989), Brown dan

Karagozoglu (1998) dengan Proactive Corporate Environmental Management,

dan Chavan (2005), Korth (2005) dengan Inovasi Yang Berkelanjutan.

77
Konsep dari berbagai ahli tersebut diatas menimbulkan kesenjangan (gap) secara teori

dn empirik yang menurut peneliti menarik untuk dikaji lebih dalam.

Penelitian ini didasari pemikiran bahwa apa yang telah diuraikan di atas,

berkaitan dengan strategi menciptakan keunggulan kompetitif berkelanjutan

berada pada konteks pasar yang memiliki pesaing, atau bersaing pada pasar yang

sudah ada (Red Ocean). Sementara Blue Ocean Strategy (BOS) adalah sebuah

strategi yang menawarkan sebuah konsep dimana perusahaan mencari pasar baru,

karena pada bahwa pasar itu merupakan lautan biru yang tidak habis habisnya.

Pasar baru dimaksud mencakup antara lain :

- Daerah-daerah baru

- Inovasi nilai melalui pengembangan produk secara terus menerus

- Mengembangkan fitur produk sesuai dengan keinginan terkini dari konsumen

yang pada akhirnya membuat pesaing menjadi tidak relevan.

Dalam konsep Blue Ocean Strategy, perusahaan memiliki sebuah kelebihan untuk
melakukan penguasaan pasar sebesar besarnya dengan mencari
dan memasuki pasar-pasar baru yang belum dimasuki oleh
kompetitor, disamping itu tetap melakukan penetrasi pasar
terhadap pasar yang telah ada untuk terus bersaing dan

a. Kajian Teoritik

Dalam kajian teoritik ini, penulis menyampaikan berbagai teori yang berkaitan
langsung dengan bagaimana mendapatkan daya saing atau keunggulan bersaing
yang signifikan, termasuk unsur dan faktor faktornya antara lain : Keunggulan
Bersaing (Competitive Advance). BCG Matrix, Model Bussiness Proses
Reengineering, Posistioning –Trout & Ries Model, Product/Market Grid Ansoff,
Konsep Strategi, Strategi Bisnis, Kinerja Perusahaan, Pengukuran Kinerja dan
Penilaian Kinerja dan Blue Ocean Strategy

Teori dan alat analisis yang mendasari penelitian ini sehingga terlaksananya pembuatan
startegi yang berlandaskan pada Blue Ocean Strategy adalah: Keunggulan Bersaing
(Competitive Advantage), sebagaimana yang disampaikan diatas masing-masing
BCG Matrix, Bussiness Process Reenginering Model, Positioning,

78
Product/market grid Ansoff business unit strategy model, Strategi, Kinerja
Perusahaan.

Setiap teori memiliki peranan dalam merumuskan strategi yang akan

dibentuk oleh perusahaan. Perusahaan akan mampu merumuskan strategi dengan

baik apabila perusahaan memiliki kelengkapan informasi, baik dari informasi

internal perusahaan maupun pengetahuan akan teori yang mampu mendukung

perumusan startegi yang hendak dibuatnya. Berikut ini adalah uraian masing-

masing teori dan konsep tersebut antara lain :

i. Keunggulan Bersaing (Competitve Advantage)

Keunggulan bersaing menyoroti bagaimana perusahaan dapat

memenangkan persaingan dengan menonjolkan kelebihan yang dimiliki oleh

perusahaan tersebut. Keunggulan bersaing (competitive advantage) adalah jantung

kinerja perusahaan dalam pasar bersaing. Dewasa ini pentingnya keunggulan

bersaing tidak mungkin diabaikan lagi.

Keunggulan bersaing pada dasarnya tumbuh dari nilai atau manfaat yang

dapat diciptakan perusahaan bagi para pembelinya yang lebih dari biaya yang

harus dikeluarkan perusahaan untuk menciptakannya. Nilai atau manfaat inilah

yang sedia dibayar oleh pembeli, dan nilai yang unggul berasal dari penawaran

harga yang lebih rendah ketimbang harga pesaing untuk manfaat setara atau

penawaran manfat unik yang melebihi harga yang ditawarkan (Poter, 1993: 110).

Perusahaan harus memiliki keuggulan bersaing (competitive advantage) dari


Kepemimpinan Strategik (strategic leadership) (Efendi Arianto 2012).

Menurutnya, bahwa Kepemimpinan Strategik (strategic leadership)


berhubungan dengan pengelolaan proses penyusunan strategi untuk
meningkatkan kinerja perusahaan, yang akan berdampak pada peningkatan
nilai perusahaan yang dimiliki oleh para pemegang saham. Untuk

79
meningkatkn nilai para pemegang saham, para manejer harus mendorong
penyusunan strategi yang dapat meningkatkan kemampulabaan dari perusahan
dan memastikan laba perusahaan akan terus meningkat. Untuk dapat
melakukan ini, perusahaan harus dapat mengalahkan para pesaingnya;
perusahaan harus memiliki keuggulan bersaing (competitive advantage)

ii. Faktor-Faktor Keunggulan Bersaing

Day dan Wensley dalam Cravens, (1996:50) mengemukakan bahwa


keunggulan bersaing seharusnya dipandang sebagai suatu proses dinamis
ketimbang sebagai hasil akhir. Dikemukakan pula sebagai suatu proses yang
terdiri atas sumber keunggulan, keunggulan posisi, dan prestasi hasil akhir
serta investasi laba untuk mempertahankan keunggulan.

Perusahaan harus melakukan tindakan menyeluruh untuk menghasilkan

keunggulan bersaing yang berkesinambungan, agar lebih unggul dari pesaing.

Perusahaan akan memiliki keunggulan bersaing bila memenuhi tiga syarat

(Coyne,1997:182-184) yaitu :

1. Differentiation in important attributes

Para konsumen merasakan adanya pemberdayaan yang konsisten antara

barang/jasa yang dihasilkan perusahaan dengan yang dihasilkan para

pesaingnya dan dalam hal ini tidak hanya sekedar diferensiasi namun harus

benar-benar bisa dirasakan di dalam pasar diferensiasi meliputi :

a. Product delivery attributes.

Atribut pengiriman produk barang / jasa tidak hanya terdiri dari elemen-

elemen seperti harga, kualitas, estika, dan kegunaan yang dirasakan, tetapi

juga atribut yang lebih luas seperti availability (ketersediaan), consumer

awareness (kesadaran konsumen), visibility dan after sales service (garansi).

b. Key buying criterion.

80
Setiap produk memiliki berbagai atribut yang dapat dipakai untuk

membedakan diri dengan pesaing, guna mendapat beberapa derajat

keuntungan yang lebih tinggi. Agar memiliki arti strategis, keuntungan

tersebut harus berdasarkan pada pembedaan secara positif terhadap sesuatu

atribut, sehingga bisa disebut sebagai kriteria pembeli yang sangat penting

untuk segmen pasar tertentu dan tidak digantikan oleh perbedaan yang

sifatnya negatif.

c. Footprint in the market.

Diferensiasi harus dapat menarik perhatian dan kesetiaan (loyalitas)

konsumen. Dengan kata lain mereka harus menghasilkan footprint in the

market dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : (1) berapa

konsumen yang tertarik pada produk melebihi yang lain akibat perbedaan

atributnya dan berapa jumlah yang dibeli konsumen ; (2) berapa pilihan

telah membangkitkan perbedaan ini dan apakah perubahan kecil dalam hal

keseimbangan atribut menyebabkan konsumen berubah arah.

2. Capability gap

Hal lain yang harus mendapat perhatian besar dari perusahaan yang

menerapkan strategi diferensiasi adalah tentang kesenjangan perusahaan dan

pesaingnya, yang diharapkan terus ada. Ini terjadi jika diferensiasi hanya

dimiliki oleh perusahaan atau dengan kata lain diferensiasi tersebut memiliki

halangan yang besar terhadap kemungkinan tindakan peniruan dari para pesaing

perusahaan. Satu-satunya faktor bahwa pesaing baru bisa mengusahakan

diferensiasi tersebut adalah dengan usaha yang keras. Ada empat kategori

capability gap yang dapat diciptakan perusahaan yaitu :

81
a. Bussiness system gaps.

Hasil dari kemampuan untuk melakukan fungsi individual lebih efektif daripada

pesaing sehingga pesaing sulit untuk mengikuti.

b. Positive gaps.

Hasil dari keputusan terlebih dahulu dari kegiatan dan situasi. Reputasi,

consumen awearness, kepercayaan dan jaminan simpanan di mana dapat

ditampilkan sebagai capabiltiy gaps yang penting, sehingga dapat pula disebut

sebagai pesan penting pada manajemen awal. Pemikiran dengan keuntungan

yang kompetitif dapat menjadi konsikuensi dari keputusan pemilihan lokasi

yang lalu.

c. Regulatory / legal gaps.

Hasil dari pemerintah yang membatasi pesaing atau kompetitor yang dapat

menunjukan aktivitas yang nyata. Hak paten, ijin operasional, kuota impor, dan

keselamatan konsumen dapat membuka peluang yang penting diantara pesaing.

d. Organizational or managerial quality gaps.

Hasil dari kemampuan organisasi yang secara secara konsisten selalu berinovasi,

beradaptasi cepat dan efektif dibandingkan dengan pesaing. Fleksibilitas ini

merupakan satu-satunya peluang yang penting untuk selalu mengetahui lebih

dahulu atau selangkah lebih maju. Dalam industri lain kunci peluang dapat

menjadi kemampuan diluar kemampuan inovasi pesaing, untuk menjaga mereka

agar selalu siap siaga.

e. Differentiation in important attributes and capability gap.

82
Kondisi ini diharapkan akan terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Pada kegiatan lebih awal, semua persyaratan tersebut terpadu di dalam suatu

konsep yang disebut KFS (Key Factor Success atau kunci keberhasilan), tingkat

kebebasan dan biaya yang lebih rendah atau nilai yang lebih tinggi terhadap

konsumen perusahaan. Keunggulan bersaing merupakan hasil dari adanya

perbedaan produk diantara kompetitor, namun bukan hanya sekedar

differensiasi. Perbedaan dengan para pesaing yang ada dalam produk harus

dapat dirasakan langsung oleh konsumen dimana tercermin dalam beberapa

Product / Delivery attribute yang merupakan Key buying criteria untuk pasar.

Dan produk mesti memiliki perbedaan yang cukup untuk memenangkan ataupun

mendapatkan loyalitas yang signifikan dari para pembeli, untuk itu harus

memiliki foot print in the market.

Selain pendapat di atas, pendapat lainnya juga mengemukakan bahwa


inovasi produklah yang merupakan kunci sukses dalam meraih keunggulan
kompetitif. Inovasi adalah proses kreasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru
yang mempunyai nilai bermakna bagi individu, kelompok, organisasi, industri
maupun masyarakat. Suatu produk hanya dapat dikatakan “baru” untuk waktu
yang terbatas. Untuk dapat disebut baru, suatu produk harus benar-benar baru atau
berubah dalam hal-hal yang sifatnya penting atau substansial secara fungsional
(McCharty dan Perreault, 1996: 214-215). Inovasi adalah bagaimana sebuah
perusahaan atau seseorang menghasilkan uang dari kreativitas.

Di bidang bisnis, dengan melakukan inovasi, perusahaan dapat

menghadapi bukan saja pesaing, tetapi juga tantangan. Ketika kreativitas berada

pada kultur organisasi yang benar, hasilnya adalah inovasi. Dalam kondisi

lingkungan yang berubah dengan cepat, keunggulan bersaing ditentukan oleh

kreativitas dan inovasi yang dapat memuaskan keinginan pelanggan secara lebih

baik daripada pesaing.

83
Menurut Porter (1994: 157), dengan inovasi produk, perusahaan
melakukan pengembangan produk, sehingga dapat menciptakan produk yang
mempunyai keunggulan kompetitif.Inovasi merupakan jalan keluar untuk
memperoleh keunggulan bersaing melalui “core competence” yang dimiliki
perusahaan. Inovasi produk merupakan suatu strategi penting bagi perusahaan
agar tetap dapat beradaptasi dengan pasar, teknologi dan persaingan. Produk
yang inovatif diyakini mampu meraih pangsa pasar yang lebih baik
dibandingproduk tanpa inovasi atau pembauran produk. Oleh karenanya
inovasi merupakan kunci dari keunggulan bersaing. Lebih lanjut dikemukakan
bahwa agar dapat bertahan dalam pasar yang bersifat dinamis, maka
perusahaan harus selalu terlibat dalam inovasi terus-menerus yang merupakan
kebutuhan mendasar dalam suatu perusahaan untuk menciptakan keunggulan
bersaing.

Sumberdaya perusahaan harus dikelola dengan upaya-upaya yang


sistematis untuk menghasilkan keunggulan bersaing bagi perusahaan. Terdapat
tiga strategi generik yaitu strategi keunggulan biaya menyeluruh, strategi
diferensiasi dan strategi fokus (Porter,1994:1-7)

Strategi keunggulan biaya menyeluruh membutuhkan fokus pada


kebijakan fungsional, operasi internal dan efisiensi internal. Strategi
diferensiasi sebaliknya membutuhkan penciptaan daya tarik terhadap segmen
pasar sasaran. Dengan strategi ini perusahaan tidak terlalu memperhatikan
biaya tetapi lebih memfokuskan pada identifikasi nilai kunci tertentu yang
dapat mereka ciptakan. Strategi fokus masuk dalam persaingan sempit suatu
industri, di mana strategi ini memilih suatu bagian atau kelompok tertentu
dalam industri dan menyesuaikan strateginya untuk melayani bagian/kelompok
segmen ini secara khusus. Dari ketiga strategi generik tersebut, strategi
diferensiasi merupakan strategi yang paling menguntungkan karena itu
MacMillan dan McGrath (1997:134) dalam penelitiannya berpendapat bahwa
strategi diferensiasi dibuat berdasarkan perbedaan dan menawarkan kepada
para pembeli sesuatu yang bernilai yang tidak dimiliki oleh para pesaing.

Perusahaan melakukan diferensiasi jika perusahaan dapat memiliki

keunikan dibandingkan para pesaingnya dalam sesuatu yang dinilai penting oleh

pembeli. Cross (1999, :96) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perusahaan

yang menerapkan strategi diferensiasi menciptakan dan memproduksi sesuatu

yang dianggap unik oleh para konsumennya dan dengan demikian strategi tersebut

mendorong terciptanya loyalitas konsumen. Alasan lain terciptanya loyalitas

84
konsumen adalah karena produk yang dihasilkan perusahaan dipandang memiliki

nilai yang tinggi oleh para konsumen.

Menurut Getz dan Sturdivant (1989:6-7) ada beberapa pendekatan yang

dapat digunakan perusahaan untuk mengembangkan strategi diferensiasi yang

efektif. Strategi tersebut dapat difokuskan pada biaya, struktur industri, pilihan-

pilihan yang ada dalam pasar, atau kemampuan internal perusahaan. Pendekatan

menyeluruh yang dapat mendukung strategi diferensiasi meliputi :

a.Memulai dengan melihat pilihan-pilihan dan kebutuhan segmen pasar sasaran,

kemudian mengidentifikasi aktivitas-aktivitas fungsional kunci yang dibutuhkan

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

b. Menilai dengan benar kelangsungan hidup ekonomi dari berbagai macam

pilihan yang ada, untuk menghindari tindakan mengejar pilihan-pilihan yang

kelihatannya menarik dalam segmen pasar tetapi akan berakhir dengan

kegagalan.

c. Mempertimbangkan kemampuan pesaing, biaya dan cara pandang segmen

terhadap penawaran kompetitif yang ditawarkan perusahaan dalam rangka

menyediakan keuntungan melalui nilai tambah yang diciptakan perusahaan.

d. Menilai secara objektif baik kemampuan perusahaan untuk

mengimplementasikan aktivitas aktivitas yang dibutuhkan dalam penerapan

strategi diferensiasi maupun halangan-halangan dalam kultur perusahaan untuk

mencapai sukses melalui strategi diferensiasi.

Selanjutnya Getz dan Sturdivant (1989:8) menyatakan bahwa secara


keseluruhan perusahaan harus mengikuti aturan ICI agar dapat menerapkan
strategi diferensiasi dengan sukses. Aturan ICI tersebut terdiri dari :

a.Involving

85
Melibatkan semua fungsi internal yang penting.

b.Comprehensive

Mendaftarkan secara menyeluruh kebutuhan-kebutuhan konsumen, kekuatan

pesaing, kondisi ekonomi dan kemampuan perusahaan dalam

mengimplementasikan strategi diferensiasi.

c. Integrating

Mengintegrasikan setiap elemen perusahaan dalam seluruh proses.

Lebih lanjut, Getz dan Sturdivant (1989 : 9) menyatakan bahwa pada


awalnya membutuhkan kerja keras bagi perusahaan untuk menerapkan
strategi diferensiasi tetapi hasil yang akan diperoleh sebanding dengan kerja
keras yang telah dilakukan perusahaan. Manajemen perusahaan yang
menerapkan strategi diferensiasi menciptakan keuntungan-keuntungan bagi
perusahaan yang tidak dapat ditiru dengan mudah oleh para pesaing dan
dengan melakukan hal tersebut, perusahaan menciptakan sukses di masa yang
akan datang. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Kutcher (2000 :14)
mengemukakan bahwa diferensiasi merupakan bagian yang terintegrasi
dengan kesuksesan perusahaan dalam lingkungan bisnis yang kompetitif.

Porter (1993:110-117) menyatakan bahwa diferensiasi dipahami


melalui sejumlah kegiatan spesifik yang dilakukan perusahaan dan pengaruh
kegiatan tersebut terhadap pembeli.

Diferensiasi tumbuh dari rantai nilai perusahaan. Setiap aktivitas


nilai yang ada dalam perusahaan merupakan sumber yang potensial bagi
penciptaan keunikan bagi perusahaan. Sejumlah faktor yang
membantudiferensiasi dapat diperoleh dari cakupan bersaing yang luas, yaitu
kemudahan pemeliharaan bagi pembeli jika dibandingkan produk sejenis yang
ada di segmenpasar dan keunggulan kompatibilitas dibandingkan dengan
produk lain. Sebagian besar manfaat tadi hanya dapat dicapai jika perusahaan
melakukan aktivitas rantai nilainya secara konsisten dan terkoordinasi. Jika
perusahaan mengelola hubungan dengan pembeli melalui rantai nilai
perusahaan secara konsisten dan berkesinambungan, maka keuntungan yang
diperoleh adalah perusahaan akan memperoleh keunggulan bersaing yang
berkesinambungan dan pada akhirnya bisnis perusahaan akan berkembang.

Diferensiasi biasanya membutuhkan biaya tinggi. Perusahaan seringkali

harus mengeluarkan biaya untuk menjadi unik karena untuk mencapai keunikan,

86
perusahaan harus melaksanakan sejumlah aktivitas nilai secara lebih baik daripada

para pesaingnya. Demikian pula, mendiferensiasikan diri dengan cara

memberikan ciri lebih banyak kepada produk barangkali membutuhkan biaya

lebih tinggi daripada mendiferensiasikan diri dengan cara memberi produk ciri

yang berbeda-beda tetapi lebih disukai (Porter, 1993:125-127).

Selanjutnya Porter (1993:127-128) menyatakan bahwa perusahaan


dapat membuat biaya diferensiasi sebagai sebuah manfaat bagi perusahaan
melalui mekanisme sebagai berikut :a). Mengeksploitasi semua sumber
diferensiasi yang tidak mahal.b). Meminimumkan biaya diferensiasi dengan
mengendalikan faktor penentu biaya. c). Menekankan bentuk diferensiasi
yang memungkinkan perusahaan memperoleh keuntungan biaya diferensiasi.
d). Menurunkan biaya dalam aktivitas yang tidak mempengaruhi nilai pembeli.

Diferensiasi produk dipengaruhi oleh proses disain sebuah produk yang

mempunyai keunikan. Peranan disain sebagai alat diferensiasi produk sedang

meningkat seperti sulitnya untuk menahan keunggulan bersaing melalui teknologi

saja (Nixon, 1999: 814-816). Proses disain ini tidak dapat diabaikan karena sangat

penting bagi pembuatan produk yang menciptakan hambatan untuk ditiru dengan

mudah oleh pesaing.

Melalui proses disain, perencanaan diferensiasi produk dapat mencegah

timbulnya pembuatan produk yang dapat dengan mudah ditiru oleh pesaing. Salah

satu syarat keberhasilan dari diferensiasi adalah hambatan untuk peniruan oleh

pesaing terhadap produk yang telah dibuat (Reinhardt, 1998:51) karena tiap

inovasi berkekuatan menjual cenderung untuk ditiru dengan cepat (Ehrenberg,

Barnard dan Scriven, 1997:10).

Lebih lanjut, Getz dan Sturdivant (1989:9) menyatakan bahwa pada


awalnya membutuhkan kerja keras bagi perusahaan untuk menerapkan
strategi diferensiasi tetapi hasil yang akan diperoleh sebanding dengan kerja
keras yang telah dilakukan perusahaan. Manajemen perusahaan yang
menerapkan strategi diferensiasi menciptakan keuntungan-keuntungan bagi
perusahaan yang tidak dapat ditiru dengan mudah oleh para pesaing dan

87
dengan melakukan hal tersebut, perusahaan menciptakan sukses di masa yang
akan datang.

Hal tersebut didukung oleh pernyataan Kutcher (2000:14) bahwa


diferensiasi merupakan bagian yang terintegrasi dengan kesuksesan perusahaan
dalam lingkungan bisnis yang kompetitif.

Meskipun diferensiasi mempunyai arti penting, sumber-sumber yang

memungkinkan dilakukannya diferensiasi seringkali tidak dipahami oleh

perusahaan, atau dengan kata lain perusahaan sering memandang diferensiasi

dalam sudut pandang yang terlalu sempit.

Kutcher (2000:14) menyatakan perusahaan sering merasa puas dan


merasa berhasil menerapkan strategi diferensiasi bila telah menciptakan suatu
keunikan tanpa melihat apakah keunikan tersebut bernilai atau tidak di mata
para pembeli. Perusahaan melakukan diferensiasi terhadap para pesaingnya
bilamana dia berhasil menampilkan keunikan yang dinilai penting oleh
pembeli, selain dari sekedar penawaran harga rendah.

Diferensiasi memungkinkan perusahaan untuk menawarkan dengan

harga tinggi (harga premi), menjual produknya semakin banyak pada harga

tertentu, atau memperoleh sejumlah manfaat yang setara, misalnya : besarnya

kesetiaan pembeli selama masa menurunnya permintaan dalam daur hidup usaha.

Diferensiasi memungkinkan perusahaan meraih keunggulan bersaing jika harga

premi yang berhasil ditawarkan lebih besar daripada biaya manapun dari usaha

memperoleh keunikan tersebut.

Pada perusahaan jasa, terutama dalam bidang perbankan, keunggulan

bersaing seringkali diupayakan dalam bentuk pelayanan yang unggul.

Wahlers dan Cox (1994:230), menyatakan bahwa “ strategi yang tepat


dan akurat dalam kualitas layanan merupakan faktor penting yang
mempengaruhi keunggulan bersaing perusahaan bila direncanakan dan
diimplementasikan dengan tepat “

88
Ferdinand, (2000: 4-5), menyatakan bahwa dalam bidang jasa
perbankan, “ kualitas produk yang diukur adalah kualitas layanan. Oleh sebab
itu, sumberdaya perusahaan harus dikelola secara sistematis sehingga dapat
menghasilkan superior value yang benar-benar dapat dihargai oleh para
pelanggan”

Terciptanya superior value bagi pelanggan merupakan batu loncatan


bagi perusahaan untuk memperoleh keunggulan bersaing (Menon, Jaworski
dan Kohli, 1997:187).

2.1.1.2. Pendekatan dalam Keunggulan Bersaing

Menurut Porter (1994) keunggulan bersaing perusahaan dapat dilakukan

dengan memilih menggunakan pendekatan-pendekatan berikut ini:

1. Cost Leadership

Keunggulan dengan mengandalkan kelebihan perusahaan, yaitu dengan biaya

murah dalam operasional dan produktivitas perusahaan sehingga harga pokok

produk yang dihasilkan pada proses produksi akan berbeda jauh dengan para

pesaing yang tidak menekan biaya produksi.

2.Differentiation

Perusahaan harus dapat mencari keunikan dan kelebihan dari produk yang

dihasilkannya dengan melakukan deferensiasi produk yang dihasilkan dan

memberikan nilai tambah untuk konsumen. Hal ini juga dapat diaplikasikan

dalam jaringan yang perusahaan miliki sehingga konsumen yang membutuhkan

produk dan memiliki permasalahan dengan produk dapat dengan mudah

memiliki hubungan dengan perwakilan perusahaan.

3. Fokus

Sebuah perusahaan harus mempersiapkan dirinya agar bisa menjadi yang

terbaik dalam segment yang digarapnya, sehingga dapat Fokus terhadap apa

yang menjadi tujuannya melalui pemfokusan terhadap biaya dan diferensiasi.

89
2.1.2. BCG Matrix

Selain keunggulan – keunggulan yang dikemukakan melalui keunggulan

bersaing (competitive advantage), hal lain yang perlu diperhatikan oleh

perusahaan adalah posisi perusahaan pada saat ini yang dapat dilihat pada siklus

Boston Consulting Group (BCG) Matrix. Pada dasarnya BCG Matrix

menggunakan Product Life Cycle untuk menentukan posisi perusahaan pada saat

ini. Dalam BCG Matrix dikenal dengan empat kategori yang mewakili portofolio

perusahaan. Berikut adalah empat kategori dalam BCG Matrix (David, 2012) :

a. Star ( Pertumbuhan yang tinggi dan Market Share yang tinggi )

Ciri – cirinya adalah menggunakan uang dalam jumlah yang besar dan

merupakan pemimpin pasar yang juga menghasilkan uang yang sangat banyak.

b. Cash Cow ( Pertumbuhan yang lambat dan Market Share yang cukup tinggi )

Tingkat keuntungan dan penghasilan yang cukup tinggi dihasilkan ada siklus ii

tetapi pada saat ini pertumbuhan yang lambat dari perusahaan menyebabkan

rendahnya tingkat investasi yang dilakukan oleh perusahaan.

c. Dog ( Pertumbuhan yang lambat dan Market Share yang kecil )

Keadaan perusahaan yang sangat parah, dimana perusahaan melakukan

perampingan dimana terdapat pengeluaran yang cukup besar dengan biaya

operaional perusahaan yang cukup besar pula. Sangat memungkinkan apabila

perusahaan tidak melakukan penanganan yang baik maka perusahaan akan

menderita kerugian yang sangat besar dan akhirnya dilikuidasi.

d. Question Mark ( Pertumbuhan yang tinggi dan Market Share yang rendah )

90
Merupakan keadaan perusahaan yang sangat parah dari segi keuangan dimana

terdapat permintaan yang tinggi tetapi tingkat pengembalian yang rendah

karena market share yang rendah. Keadaan ini hanya dapat diatasi dengan cara

meningkatkan market share yang dimiliki oleh perusahaan atau dengan cara

menambah modal perusahaan agar perusahaan dapat berjalan kembali dengan

baik.

Gambar 2.1 ; Matrix BCG

Sumber: (David, 2012)

2.1.3. Model Bussiness Process Reengineering

Model ini diperkenalkan oleh Hammer dan Champy sebagai pengingatan

kembali dari fundamental dan perancangan kembali yang radikal untuk

menghasilkan perubahan yang drastis untuk performansi penekanan biaya,

kualitas pelayanan dan kecepatan. Davenport (1992) mendeskripsikan lima

tahapan pendekatan untuk Model Bussiness Process Reengineering :

1. Membangun visi dan proses objektif untuk kegiatan bisnis.

Metode BPR digerakan oleh visi bisnis dimana mengimplikasikan tujuan bisnis

yang spesifik seperti pengurangan biaya, penghematan waktu dan peningkatan

mutu produk

91
2. Mengidentifikasi proses bisnis untuk dapat di rancang ulang.

Sebagian besar perusahaan menggunakan pendekatan dengan cara mencari hal

– hal yang berdampak besar bagi perusahaan dibandingkan mencari penyebab

masalah tersebut.

3. Mengerti dan mengukur oroses yang sudah ada.

Untuk menghindari pengulangan kesalahan masa lalu dan untuk menyediakan

dasar untuk meningkatkan kinerja dimasa yang akan datang.

4. Mengidentifikasi kemampuan sistem informasi.

Kepedulian terhadap kemampuan sistem informasi yang akan menunjang

kegiatan BPR.

5. Mendesain dan membangun prototipe dari proses yang baru.

Dengan membangun sistem yang baru bukan berarti proses BPR berhenti tetapi

terus berlanjut sehingga menghasilkan hal – hal yang jauh lebih sempurna.

2.1.4. Positioning – Trout & Ries Model

Positioning adalah metode pemasaran untuk menciptakan persepsi

produk, merk atau identitas perusahaan. Beberapa hal, berikut adalah yang dapat

dijadikan dasar untuk positioning :

Fasilitas Produk

a. Keuntungan, kebutuhan ataupun solusi

b. Penggunaan Kategori

c. Menggunakan kesempatan yang ada

d. Penempatan dan pembandingan terhadap produk yang lain

e. Pemisahan kelas produk ( diversifikasi )

92
Secara konseptual, tiga dasar positioning dapat dibagi menjadi hal – hal

berikut :

1. Functional Positioning ( menyelesaikan masalah, memberikan manfaat

bagi konsumen ).

2. Symbolic Positioning (indetifikasi,pembentukan citra diri,manfaat sosial ).

3. Experiential Positioning.

2.1.5. Product / Market Grid Ansoff

Batasan Ansoff terhadap produk dan pasar adalah model yang telah

terbukti sangat berguna dalam proses strategi unit bisnis untuk menentukan

peluang dari pertumbuhan bisnis. Model ini memiliki dua dimensi yaitu produk

dan pasar. Diluar dari produk dan pasar, terdapat empat strategi pertumbuhan

yang dapat digunakan :

• Penetrasi Pasar / Market Penetration:

Stategi perusahaan berdasar pada penetrasi pasar yang secara normal akan

berfokus pada perubahan dari konsumen yang hanya insidental saja menjadi

pelanggan yang setia dan berubah kembali menjadi pelanggan yang fanatik.

Sistem yang biasa digunakan adalah pemberian bonus ataupun pengurangan

harga, kartu anggota dan pengelolaan hubungan dengan pelanggan.

• Pengembangan pasar / Market Development:

Strategi perusahaan berdasar pada pembangunan segmen pasar walaupun sering

kali mencoba untuk menjauhkan konsumen dari pesaing atau memperkenalkan

produk yang telah ada dari pasar lain yang telah dijual perusahaan atau

memperkenalkan merk baru pada pasar.

93
• Pengembangan Produk / Product Development:

Strategi perusahaan berdasarkan pada pengembangan produk seringkali

mencoba untuk menjual produk yang lain pada pelanggan tetapnya, hal ini dapat

berupa asesoris, penambahan pada produk yan telah ada, atau memperkenalkan

produk yang sama sekali baru.Biasanya dengan menggunakan jalur komunikasi

yang telah ada.

• Diversifikaasi / Diversification:

Strategi perusahaan berdasarkan pada diversifikasi adalah startegi yang sangat

beresiko bagi perrusahaan.Biasanya hal ini menyangkut kredibilitas yang

berfokus pada komunikasi yang menjelaskan mengapa perusahaan memasuki

pasar baru dengan produk yang baru. Berikut adalah empat kuadran

diversifikasi yang merupakan hasil dari pemisahan :

1.2. Diversifikasi horizontal / horizontal diversification (Produk baru pada psar

yang sudah ada).

1.3. Diversifikasi Vertikal / vertical diversification (bergerak memasuki daerah

usaha pemasuk ataupun pelanggan perusahaan yang menggunakan produk

hasil perusahaan).

1.4. Diversifikasi Konsentrik / concentric diversification (Produk baru yang

mirip dan memiliki hubungan dengan produk yang sudah ada di pasar ke

dalam pasar yang baru).

1.5. Diversifiaksi Konglomerasi / conglomerate diversification (Produk baru di

pasar yang baru).

2.1.6. Konsep Strategi

94
Persaingan bisnis yang semakin ketat dewasa ini menuntut pihak

manajemen suatu perusahaan untuk menggunakan strategi pemasaran yang tepat

bagi produk atau jasa layanan yang dijualnya. Pihak perusahaan harus mengamati

kondisi persaingan bisnis yang selalu berkembang atau berubah setiap saatnya.

Strategi pemasaran merupakan pernyataan (baik secara implisit


maupun eksplisit) mengenai bagaimana suatu merek atau lini produk mencapai
tujuannya (Bennet dan Cooper, 1998:76).

Pada dasarnya strategi merupakan berbagai tahapan dari jawaban yang

optimal terhadap tantangan-tantangan baru yang mungkin dihadapi, baik sebagai

akibat dari langkah sebelumnya maupun karena adanya tekanan dari luar.

Keseluruhan dari proses tersebut berada dalam suatu arah tujuan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan dari awal. Dengan manajemen strategi yang baik,

maka perencanaan strategi atau pemimpin perusahaan akan berpikir dan

memandang perusahaan secara keseluruhan, sehingga akan cepat dan mudah bagi

pemimpin untuk mengidentifikasi masalah-masalah strategi yang muncul.

Menyusun strategi berarti mencari jalan bagaimana mencapai hasil yang

ditargetkan sesuai dengan visi dan misi di dalam situasi organisasi dan prospek

yang dihadapi. Strategi ini adalah jalan untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk

mencapai posisi yang strategis.

2.1.6.1. Pengertian Strategi

Berikut ini dijelaskan beberapa definisi strategi menurut beberapa ahli

yaitu sebagai berikut:

Definisi strategi menurut Jain (1990) seperti yang dikutip oleh Tjiptono
(2002:6) adalah sebagai berikut:“Strategi menggambarkan arah bisnis yang
mengikuti lingkungan yang dipilih dan merupakan pedoman untuk
mengalokasikan sumberdaya dan usaha suatu organisasi.”

95
Definisi strategi menurut Kotler (2008:25) adalah sebagai
berikut:“Strategi adalah proses manajerial untuk mengembangkan dan menjaga
keserasian antara tujuan perusahaan, sumberdaya perusahaan, dan peluang
pasar yang terus berubah, dengan tujuan untuk membentuk dan menyesuaikan
usaha perusahaan dan produk yang dihasilkan sehingga bisa mencapai
keuntungan dan tingkat pertumbuhan yang menguntungkan.”

Definisi strategi menurut Wheelen dan Hunger (2000:20) adalah sebagai


berikut:

“A strategy of a corporation forms a comprehensive mater plan stating how the


corporation will achieve its mission and objectives.”

Berdasarkan beberapa pengertian atau definisi strategi di atas, penulis

berpendapat bahwa strategi adalah alat untuk mencapai tujuan perusahaan dengan

memperhatikan faktor-faktor perubahan lingkungan baik eksternal maupun

internal karena sangat menentukan kekuatan dan kelemahan perusahaan, sehingga

dapat disusun strategi untuk mencapai keunggulan kompetitif perusahaan.

2.1.6.2. Tingkatan Strategi

Secara umum Tjiptono (2002:4) mengemukakan ada tiga tingkatan

strategi, yaitu strategi level korporasi, strategi level bisnis, dan strategi level

fungsional.

1. Strategi tingkat korporasi

Strategi tingkat korporasi dirumuskan oleh manajemen puncak yang mengatur

kegiatan dan operasi organisasi yang memiliki lini atau unit bisnis lebih dari

satu. Dalam mengembangkan sasaran level korporasi, setiap perusahaan perlu

menentukan salah satu dari beberapa alternatif berikut:

a. Kedudukan dalam pasar.

b. Inovasi.

c. Produktivitas.

96
d. Sumberdaya fisik dan financial.

e. Profitabilitas.

f. Prestasi dan pengembnagan manajerial.

g. Prestasi dan sikap karyawan.

h. Tanggungjawab social.

2. Strategi tingkat bisnis

Strategi tingkat bisnis lebih dirahkan pada pengelolaan kegiatan operasi suatu bisnis

tertentu.

Pada dasarnya strategi level unit bisnis bisa berupaya menentukan pendekatan yang

sebaiknya digunakan oleh suatu bisnis terhadap pasarnya dan bagaimana

melaksanakan pendekatan tersebut dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada

dan dalam kondisi pasar tertentu.

3. Strategi tingkat fungsional

Strategi level fungsional merupakan “ strategi dalam kerangka fungsifungsi


manajemen (secara tradisional terdiri atas riset dan pengembangan,
keuangan, produksi dan operasi, pemasaran, personalia/sumberdaya
manusia) yang dapat mendukung strategi level unit bisnis”.

Ketiga level strategi tersebut menurut Wheelen dan Hunger (2003:32)

membentuk suatu hirarki dalam perusahaan, seperti yang ditunjukkan pada

gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2. Hirarki Strategi, Wheelen- Hunger

Corporate Strategy

Functional Strategy
Business
Strategy

97
Model hirarki yang ditunjukkan gambar 2.1. di atas menggambarkan

pengelompokan tipe strategi tiap level dalam organisasi. Tiap-tiap tipe strategi

tersebut saling mendukung. Jadi strategi fungsional mendukung strategi bisnis dan

strategi korporat. Perencanaan strategi pada level yang lebih rendah dibatasi oleh

perencanaan strategi dari level yang lebih tinggi.

2.1.6.3 Pengertian Strategi Bisnis

Semua perusahaan pasti membutuhkan strategi bisnis apabila usaha atau

perusahaan mereka ingin tetap tumbuh dan bertahan dalam situasi persaingan

dunia global yang semakin hebat seperti saat ini. Perusahaan menggunakan

strategi bisnis untuk menggarisbawahi langkah pokok yang mereka rencanakan

dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya

bahwa secara umum terdapat tiga tingkatan strategi, yaitu strategi level korporasi,

strategi level bisnis dan strategi level fungsional. Definisi strategi bisnis menurut

Wheelen dan Hunger (2003:35) adalah sebagai sebagai berikut:

“ Business strategy usually occurs at the businessunit or product level, and it


emphasizes improvement of the competitive position of a corporation’s products
or services in the spesific industry or market segment served by that business
unit.” (Strategi bisnis biasanya terjadi pada unit bisnis atau tingkat produk, dan
menekankan peningkatan posisi kompetitif dari produk atau jasa perusahaan
dalam industri spesifik atau pasar segmen yang dilayani oleh unit bisnis itu).

2.1.6.3.1. Macam-Macam Strategi

2.1.6.3.1.1. Strategi Generik

Pada dasarnya setiap perusahaan mempunyai strategi dalam berusaha.

Dalam mengkaji strategi perusahaan, perlu diketahui bahwa bentuk strategi akan

berbeda-beda antar industri, antar perusahaan, bahkan antar situasi. Namun ada

98
sejumlah strategi yang umum dan dapat diterapkan pada berbagai bentuk dan

ukuran perusahaan. Strategi-strategi ini dikelompokan kedalam Strategi Generik.

Pengertiannya adalah suatu pendekatan strategi perusahaan dalam


rangka mengungguli pesaing dalam industri sejenis. Dalam praktek, setelah
perusahaan mengetahui strategi generiknya, untuk implementasinya akan
ditindaklanjuti dengan langkah penentuan strategi yang lebih operasional.

Berikut ini akan disajikan paparan model Strategi Generik menurut

Wheelen dan Hunger (2003) serta David (2002).

1. Strategi Generik dari Wheelen dan Hunger

Untuk menjelaskan tentang strategi, Wheelen dan Hunger (2003:35)

menggunakan konsep dari General Electric. General Electric menyatakan bahwa

pada prinsipnya strategi generik dibagi atas tiga macam, yaitu:

a. Strategi Stabillitas (stability).

Pada prinsipnya strategi ini menekankan pada tidak bertambahnya produk,

pasar, dan fungsi-fungsi perusahaan lain karena perusahaan berusaha untuk

meningkatkan efisiensi di segala bidang dalam rangka meningkatkan kinerja

dan keuntungan. Strategi ini resikonya relatif rendah dan biasanya dilakukan

untuk produk yang tengah berada pada posisi kedewasaan (mature)

b. Strategi Ekspansi (expansion).

Strategi ini menekankan pada penambahan atau perluasan produk, pasar dan

fungsi-fungsi perusahaan lainnya, sehingga aktivitas perusahaan meningkat.

Tetapi selain keuntungan yang ingin diraih lebih besar, strategi ini juga

mengandung resiko kegagalan yang tidak kecil.

c. Strategi Penciutan (retrenchment).

99
Pada prinsipnya strategi ini dimaksudkan untuk melakukan pengurangan

atas produk yang dihasilkan atau pengurangan atas pasar maupun fungsi-

fungsi dalam perusahaan, khususnya yang mempunyai cash flow negative.

Strategi ini biasanya diterapkan pada bisnis yang berada pada tahap menurun

(decline). Penciutan ini dapat terjadi karena sumberdaya yang perlu

diciutkan itu lebih baik dikerahkan, misalnya untuk usaha lain yang sedang

berkembang.

2. Strategi Generik dari Fred R. David

Menurut David (2009:209), pada prinsipnya strategi generik dapat

dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

a. Strategi Integrasi Vertikal (integration vertical strategy).

Strategi ini menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan yang lebih

terhadap distributor, pemasok, dan atau para pesaingnya, misalnya melalui

merger, akuisisi, atau membuat perusahaan sendiri.

b. Strategi Intensif (intensive strategy).

Strategi ini memerlukan usaha-usaha yang intensif untuk meningkatkan posisi

persaingan perusahaan melalui produk yang ada.

c. Strategi Diversifikasi (diversification strategy).

Strategi ini dimaksudkan untuk untuk menambah produk-produk baru. Strategi

ini kurang populer, paling tidak ditinjau dari sisi tingginya tingkat kesulitan

manajemen dalam mengendalikan aktivitas perusahaan yang berbeda-beda.

d. Strategi Bertahan (defensive strategy).

100
Strategi ini bermaksud agar perusahaan melakukan tindakan-tindakan

penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar, yang pada ujungnya

akan membawa perusahaan pada kebangkrutan.

2.1.6.3.1.2. Strategi Utama (Grand Strategy)

Strategi Utama (grand strategy) merupakan strategi yang lebih

operasional yang merupakan tindak lanjut dari strategi generik. Paparannya akan

dijelaskan sebagai berikut:

1. Strategi Utama dari Wheelen dan Hunger

Jabaran strategi utama dari strategi generik versi Wheelen-Hunger

(2003:35) yang menggunakan konsep dari GE ini dapat dilihat melalui Tabel 2.1

di bawah ini:

Daftar Tabel 2.1.

Jabaran Strategi Utama Dari Strategi Generik Versi Wheelen-Hunger

Strategi Generik Strategi Utama

Strategi Pertumbuhan a) Strategi Pertumbuhan


(Growth Strategy) Terkonsentrasi
1) Horizontal
2) Vertikal
b) Strategi Pertumbuhan Diversifikasi
1) Terpusat
2) Konglomerasi
Strategi Stabilitas a) Strategi jeda (Pause Strategy)
(Stability Strategy) b) Strategi Waspada (Proceed with
Caution Strategy)
c) Strategi Tanpa Perubahan (No
Change Strategy)
d) Strategi Laba (Profit Strategy)
Strategi Penciutan a) Strategi Perubahan Haluan
(Retrenchment strategy) (Turnaround Strategy)
b) Strategi Memikat Perusahaan Lain
(Captive Company Strategy)
c) Strategi Jual/ditutup (Sell
Out/Divestment Strategy)
d) Strategi Pelepasan (Bankruptcy

101
Strategy) / Strategi Likuidasi
(Liquidation Strategy)
Sumber: Wheelen-Hunger (2003)

2.1.6.3.2. Kelompok-Kelompok Strategi.

Atas jebaran strategi diatas,Wheelen-Hunger memberikan kelompok strategi sbb:

A. Kelompok Strategi Pertumbuhan.

Strategi generik pertumbuhan memiliki dua strategi utama. Setiap jenis strategi

utamanya masing-masing terdiri atas dua macam, yaitu strategi pertumbuhan

konsentrasi dan strategi pertumbuhan diservikasi.

1).Strategi Pertumbuhan Konsentrasi. Merupakan strategi di mana perusahaan

berkonsentrasi dan bertumbuh kembang pada semua atau hampir semua

sumberdaya yang sejenis. Strategi ini memiliki dua cara, yaitu:

a). Horizontal. Dari sisi internal, hendaknya segmen pasar diperluas untuk

mengurangi potensi persaingan, sehingga skala ekonomi menjadi lebih

besar. Dari sisi eksternal, perusahaan dapat melakukan akuisisi atau joint-

venture dengan perusahaan lain pada industri yang sama.

b).Vertikal. Strategi ini dapat dilakukan dengan cara mengambil alih fungsi

yang sebelumnya disediakan oleh pemasok (backward integration) atau

distributor (forward integration). Dengan kata lain, terdapat satu atau lebih

bisnis yang selama ini disediakan oleh perusahaan lain. Pada kedua strategi

ini dapat dilakukan pendekatan internal dan eksternal.

Pendekatan internal adalah dengan cara mengembangkan anak perusahaan

yang baru untuk memasok bahan baku dan bahan setengah jadi untuk

kebutuhan produk maupun jasa. Pendekatan eksternal adalah dengan cara

membeli perusahaan baru baik dengan cara akuisisi, merger, ataupun

102
jointventure yang bertujuan memasok kebutuhan barang untuk bisnis

pelanggan mereka.

2). Strategi Pertumbuhan Diversifikasi. Strategi ini menuntut perusahaan

untuk tumbuh dengan cara menambahkan produk atau divisi yang

berbeda dengan produk atau divisi yang telah ada. Strategi ini terdiri dari

dua cara, yaitu terpusat (konsentrasi) atau konglomerasi baik secara

internal maupun eksternal. Jika dilaksanakan dengan cara internal, hal ini

dapat dilakukan melalui perkembangan produk baru. Tetapi jika denga

cara eksternal dilakukan dengan cara akuisisi. Sasaran dan pertumbuhan

produk untuk menjaga pangsa pasar, mengurangi persaingan, menekan

biaya dan meningkatkan keuntungan. Strategi pertumbuhan ini dibagi

menjadi dua cara, yaitu:

a).Terpusat. Melakukan penambahan produk atau divisi yang sudah ada

pada perusahaan sebelumnya, dilakukan dengan cara yang masih sama

dengan produk atau jasa yang sudah ada.

b).Konglomerasi. Melakukan penambahan produk atau divisi yang tidak

ada hubungannya dengan lini produk atau jasa yang telah dimiliki

sebelumnya.

B. Kelompok Strategi Stabilitas (Stability)

Strategi generik stabilitas adalah strategi yang paling sesuai bagi perusahaan

yang berhasil pada industri dengan daya tarik industri medium. Ada empat

bentuk strategi utamanya, yaitu:

103
1). Strategi Istirahat (Pause Strategy). Strategi ini tepat dilakukan sebagai

strategi sementara agar perusahaan dapat mengkonsolidasikan

sumberdaya yang ada setelah menghadapi pertumbuhan cepat.

2). Strategi Waspada (Proceed with Caution Strategy). Perusahaan tetap

menjalankan usahanya dengan hati-hati karena adanya faktor-faktor

penting yang berubah pada lingkungan eksternal, seperti peraturan dari

pemerintah.

3). Strategi Tanpa Perubahan (No Change Strategy). Pada strategi ini

perusahaan tidak perlu melakukan perubahanperubahan yang berarti. Di

sini perusahaan tetap melakukan usaha-usaha yang sedang dijalankan,

dan hanya melakukan sedikit penyesuaian misalnya karena terjadi

inflasi.

4). Strategi Laba (Profit Strategy). Strategi ini lebih mengutamakan

keuntungan saat ini walau memiliki resiko besar dengan mengorbankan

pertumbuhan masa depan. Hasilnya sering kali adalah kesuksesan jangka

panjang.

C. Kelompok Strategi Penciutan (Retrenchment)

Strategi generik ini bertujuan untuk melakukan penghematan atau penciutan

bila suatu perusahaan memiliki posisi bersaing yang lemah dibandingkan

dengan daya tarik industrinya. Sesungguhnya, strategi ini tidak banyak

dipakai oleh perusahaan karena seolah-olah perusahaan memperlihatkan

kegagalan dalam berusaha. Ada lima bentuk strategi utama untuk strategi

generik ini, yaitu:

104
1). Strategi Turnaround. Strategi ini dianjurkan untuk digunakan pada saat daya tarik

industri sedang tinggi walaupun perusahaan sebenarnya mengalami kesulitan,

namun belum kritis. Strategi ini menekankan pada upaya perbaikan efisiensi

operasional.

2). Strategi Captive Company. Pada strategi ini, beberapa aktivitas dari bagian

tertentu yang kurang menarik perlu dikurangi, kemudian diusahakan agar fungsi-

fungsi lain menjadi lebih menarik. Dengan demikian diharapkan ada calon

investor mau menginvestasikan modalnya di perusahaan tersebut.

3). Strategi Sell Out/Divestment. Jika perusahaan tidak lagi mampu melakukan strategi

captive company, perusahaan terpaksa harus dijual dan investor segera

meninggalkan bisnis seperti ini, asalkan saham-saham perusahaan yang akan

dijual tidak jatuh, sehingga tidak merugikan para pemegang saham. Jika

perusahaan memiliki banyak bidang usaha, maka divisi yang merugikan

sebaiknya ditutupkarena bidang usaha seperti ini tergolong divestasi (divestment).

4). Strategi Bankruptcy. Strategi Bankruptcy (pailit) dapat membantu perusahaan

menghindar dari tanggung jawab atas hutang-hutang dan juga dapat menyatakan

tidak berlakunya kontrak-kontrak yang telah disetujuai.

5). Strategi Liquidation. Strategi terakhir yang dapat dilakukan oleh manajemen

karena perusahaan sudah relatif tidak mempunyai prospek lagi. Prinsipnya, lebih

baik melakukan likuidasi secepatnya daripada menunggu kebangkrutan , karena

bagi pemegang saham, harga saham likuidasi jauh lebih baik daripada

saham perusahaan yang telah dinyatakan bangkrut.

Karena bagi pemegan saham, harga saham likuidasi jauh lebih baik daripada

saham perusahaan yang telah dinyatakan bangkrut.

2. Strategi Utama dari Fred R. David

105
Jabaran strategi utama dari strategi generik versi David (2009:209) seperti yang

dikemumakan oleh Umar (2003:219) dapat dijelaskan melalui Tabel 2.2 di

bawah ini:

Daftar Tabel 2.2.


Jabaran Strategi Utama Dari Strategi Generik Menurut Fred R. David

Strategi Generik Strategi Utama

Strategi Integrasi Vertikal a. Strategi Integrasi ke Depan (Forward


(Vertical Integration Strategy) Integration Strategy)
b. Strategi Integrasi ke Belakang (Backward
Integration Strategy)
c. Strategi Integrasi Horisontal (Horizontal
Integration Strategy)
Strategi Intensif a. Strategi Pengembangan Pasar (Market
(Intensive Strategy) DevelopmentStrategy)
b. Strategi Pengembangan Produk (Product
DevelopmentStrategy)
c. Strategi Penetrasi Pasar (Market
Penetration Strategy)
Strategi Diversifikasi a. Strategi Diversifikasi Konsentrik
(Diversification Strategy) (Consentric Divers. Strategy)
b. Strategi Diversifikasi Konglomerat
(Conglomerate Divers. Strategy)
c. Strategi Diversifikasi Horisontal
(Horizontal Divers Strategy)
Strategi Bertahan a. Strategi Usaha Patungan (Joint Venture
(Divense Strategy) Strategy)
b. Strategi Penciutan Biaya (Retrenchment
Strategy)
c. Strategi Penciutan Usaha (Divestiture
Strategy)
d. Strategi Likuidasi (Liquidation Strategy)

Sumber: Umar (2003)

1. Kelompok Strategi Integrasi Vertikal (Vertical Integration Strategies)

forward integration strategy, backward integration strategy, dan horizontal

integration strategy, ketiganya secara kolektif sering dianggap sebagai strategi

integrasi vertikal. Penjelasan ketiga strategi ini dipaparkan sebagai berikut:

106
a. Forward Integration Strategy. Strategi ini menghendaki agar perusahaan

mempunyai kemampuan yang besar terhadap pengendalian para distributor

atau pengecer mereka, bila perlu dengan memperoleh kepemilikan.

b. Backward Integration Strategy. Merupakan strategi perusahaan agar

pengawasan terhadap bahan baku dapat lebih ditingkatkan, apalagi pemasok

sudah dinilai tidak lagi menguntungkan perusahaan, seperti keterlambatan

dalam pengadaan bahan, kualitas bahan yang menurun, biaya yang

meningkat sehingga tidak dapat lagi diandalkan. Jadi, tujuan dari strategi ini

adalah mendapatkan kepemilikan dan atau meningkatkan pengendalian atas

perusahaan pemasok.

c. Horizontal Integration Strategy. Strategi integrasi horisontal merupakan

suatu strategi pertumbuhan, jadi tujuan strategi ini adalah untuk

mendapatkan kepemilikan dan atau pengendalian atas para pesaing.

2. Kelompok Strategi Intensif (Intensive strategies). Strategi penetrasi

pasar,pengembangan pasar, dan pengembangan produk adalah tiga strategi

yang dikelompokkan dalam strategi intensif.karena strategi-strategi ini dalam

implementasinya memerlukan usaha-usaha intensif untuk meningkatkan posisi

persaingan perusahaan melalui produkproduk yang ada. Pemaparannya adalah

sebagai berikut:

a. Strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration Strategy). Strategi ini berusaha

untuk meningkatkan market share suatu produk atau jasa yang sudah ada

melalui usaha pemasaran yang lebih gencar dan besar.

b. Strategi Pengembangan Pasar (Market Development Strategy) Strategi ini

bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk atau jasa yang ada

107
sekarang ke daerah-daerah yang secara geografis merupakan daerah baru

(dalam perspektif global).

c. Strategi Pengembangan Produk (Product Development Strategy). Strategi ini

bertujuan agar perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan cara

meningkatkan, memperbaiki dan memodifikasi produkproduk atau jasajasa

yang ada sekarang.

3. Kelompok Strategi Diversifikasi (Diversification Strategies). Concentric

diversification, horizontal diversification, dan conglomerate diversification

adalah kelompok strategi yang makin lama kurang populer. Namun

bagaimanapun juga, diversifikasi kadang-kadang masih merupakan strategi

yang sesuai bagi perusahaan dan berhasil untuk diterapkan.

a. Concentric Diversification Strategy. Strategi ini dapat dilakukan dengan

menambahkan produk dan jasa yang baru tetapi masih saling berhubungan.

Hal ini dapat dilakukan jika bersaing pada industri yang pertumbuhannya

lambat (decline) dan produk tersebut mengalami hal yang sama.

b. Horizontal Diversification Strategy. Strategi ini dilakukan dengan

menambahkan produk dan jasa pelayanan yang baru, tetapi tidak saling

berhubungan. Hal ini dapat dilakukan jika produk baru akan mendukung

produk lama.

c. Conglomerate Diversification Strategy. Strategi ini dilakukan dengan

menambahkan produk atau jasa yang tidak saling berhubungan. Hal ini

dapat dilakukan jika industri di sektor ini telah mengalami kejenuhan. Ada

peluang untuk memiliki bisnis dan berkaitan, yang masih berkembang baik

serta memiliki sumberdaya untuk memasuki industri baru.

108
4. Kelompok Strategi Bertahan (Devensive Strategies)

a. Joint Venture Strategy. Strategi ini merupakan strategi yang populer, dimana

terjadi saat dua perusahaan atau lebih membentuk suatu perusahaan

temporer atau kosorsium untuk tujuan kapitalisasi modal (membentuk

organisasi terpiah dengan tujuan kerja sama).

b. Retrenchment Strategy. Strategi ini dapat dilaksanakan melalui reduksi biaya

dan aset perusahaan. Retrenchment yang kadang-kadang disebut juga

sebagai strategi turnaround dirancang agar perusahaan mampu bertahan

pada pasar pesaingnya dengan mengubah pengelompokan lewat

penghematan biaya dan aset untuk membalik penjualan dan laba yang

menurun.

c. Divestiture Strategy. Strategi ini dilakukan dengan menjual divisi atau

bagian dari organisasi. Strategi inipun sering digunakan dalam rangka

penambahan modal dari suatu rencana investasi atau untuk menindaklanjuti

strategi akuisisi yang telah diputuskan untuk proses selanjutnya.

d. Liquidation Strategy. Merupakan suatu strategi yang menjual seluruh asset

dari sebuah perusahaan, yang dapat dihitung nilainya bagian per bagian, atas

nilai aset berwujud. Strategi ini merupakan sebuah pengakuan dari

kegagalan.

e. Strategi Kombinasi. Organisasi mengusahakan kombinasi dari dua atau lebih

strategi secara simultan, tetapi suatu strategi kombinasi mungkin membawa

resiko yang istimewa bila dilaksanakan terlalu jauh. Tidak ada organisasi

yang sanggup menjalankan semua strategi yang mungkin bermanfaat bagi

109
perusahaan. Keputusan yang sulit harus dibuat serta prioritas harus

ditetapkan.

2.1.7. Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan adalah “ suatu tampilan keadaan secara utuh atas


perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang
dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam memanfaatkan
sumberdaya-sumberdaya yang dimiliki,

Kinerja merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk


sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu
periode dengan referensi pada jumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu
atau yang diproyeksikan, dengan dasar efisiensi, pertanggungjawaban atau
akuntabilitas manajemen dan semacamnya (Helfert, dalam Srimindarti, 2004:
53).

7.1.7.1. Pengertian Pengukuran Kinerja dan Penilaian Kinerja

Perbedaan definisi menurut para ahli tentang pengukuran kinerja dan

penilaian kinerja adalah sebagai berikut:

a. Pengukuran Kinerja

Menurut Anderson dan Clancy dalam Yuwono (2002: 21),

mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai berikut:

“feedback from the accountant to management that provides information about


how well the action represent the plants; it also identifies where manager may
need to make corrections or adjustment in future planning and controlling
activities”.

Pengukuran kinerja merupakan suatu tolok ukur atau bagi manajemen


perusahaan dalam menentukan kebijakan perusahaan, apakah kinerja
perusahaan sudah baik dari segi keuangan maupun non keuangan.

Menurut Gaspersz (2005: 68), tujuan dari pengukuran kinerja “ adalah


untuk menghasilkan data, yang kemudian apabila data tersebut dianalisis
secara tepat akan memberikan informasi yang akurat bagi pengguna data
tersebut”

110
Berdasarkan tujuan pengukuran kinerja, maka suatu metode pengukuran

kinerja harus dapat menyelaraskan tujuan organisasi perusahaan secara

keseluruhan tujuan organisasi secara keseluruhan (goal congruence).

Suatu pengukuran kinerja akan menghasilkan data, dan data yang telah

dianalisis akan memberikan informasi yang berguna bagi peningkatan

pengetahuan para manajer dalam mengambil keputusan atau tindakan

manajemen untuk meningkatkan kinerja organisasi (Gaspersz, 2005: 68).

Manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah:

1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa

perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang

dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.

2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata

rantai pelanggan dan pemasok internal.

3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upayaupaya

pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).

4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih

konkrit sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

5. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi

reward atas perilaku yang diharapkan itu.

b. Penilaian Kinerja

Menurut Mulyadi dan Setyawan (2002: 227), mendefinisikan mengenai

penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional

organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Melalui penilaian kinerja, manajer

111
dapat menggunakannya dalam mengambil keputusan penting dalam rangka bisnis

perusahaan, seperti menentukan tingkat gaji karyawan, dan sebagainya, serta

langkah yang akan diambil untuk masa depan. Sedangkan bagi pihak luar,

penilaian kinerja sebagai alat pendeteksi awal dalam memilih alternatif investasi

yang digunakan untuk meramalkan kondisi perusahaan di masa yang akan datang.

2.7.1.2. Tujuan Dan Manfaat Pengukuran dan Penilaian Kinerja

Tujuan utama penilaian kinerja (Mulyadi dan Setyawan, 2002: 227) adalah
untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
mematuhi standar perilaku berupa kebijakan manajemen atau rencana formal
yang dituangkan dalam anggaran organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh
organisasi.

Manfaat dari penilaian kinerja bagi manajemen perusahaan (Mulyadi,

2001:416) adalah sebagai berikut:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian

karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,

seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untu

menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka

menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

2.1.8. Blue Ocean Strategy

2.1.8.1. BlueOcean Strategy Memperkuat Daya Saing Perusahaan

112
Dalam menerapkan dan membuat sebuah strategi yang berbasis pada Blue Ocean

Strategy( BOS), sebuah perusahaan membutuhkan beberapa pemikiran dan dasar

yang menjadi landasan bagi perusahaan agar dapat membuat keputusan yang tepat

dalam menetapkan strategi.

Tingkat persaingan yang ketat antar perusahaan menyebabkan

perusahaan harus benar-benar memikirkan strategi yang tepat dalam menghadapi

persaingan. Untuk dapat memenangkan persaingan perusahaan perlu strategi yang

tepat dalam menjalankan operasionalnya, sehingga dapat menciptakan profit yang

optimal, yang paling baik dilakukan adalah memulai dengan menciptakan

customer value yang pada gilirannya nanti akan mampu menarik pelanggan dan

mampu mendatangkan profit bagi perusahaan.

Nilai yang melekat pada produk yang dipersepsikan konsumen disebut dengan

persepsi nilai dapat menjadi sebuah awal yang baik bagi perusahaan untuk dapat

memenangkan sebuah persaingan. Hal ini dapat dilihat dengan kemampuan perusahaan

beradaptasi dengan kebutuhan konsumen dalam menghasilkan produk yang sesuai

dengan keinginan konsumen dan bukan sesuai dengan rancang bangun yang ditetapkan

oleh pihak perusahaan. Semakin baik kemampuan beradaptasi sebuah perusahaan dalam

mengakomodasi kebutuhan dan kemauan konsumen maka persepsi yang dimiliki

konsmen terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan akan semakin baik nilainya.

Blue Ocean Strategy yang merupakan salah satu landasan strategi perusahaan

pada saat ini memiliki peranan yang cukup besar yang membuat

perusahaan mencari daerah – daerah target yang belum tersentuh oleh pesaingnya.

Menurut Kim dan Mauborgne (2005:12 ) dalam bukunya yang berjudul “Blue Ocean

Strategy” menyatakan bahwa BOS (Blue Ocean Strategy) merupakan sebuah terobososan

strategi perusahaan untuk keluar dari samudra merah (Red Ocean). Samudra merah itu

113
sendiri merupakan istilah untuk menyebut “strategi konvensional” dimana sebagian besar

perusahaan saat ini penuh berkutat dengan yang disebut kompetisi.

2.1.8.2. Blue Ocean Strategy Memberikan Inovasi Nilai

Dasar dalam membuat samudra biru adalah inovasi nilai. Inovasi nilai hanya

terjadi ketika perusahaan memadukan inovasi dengan utilitas (manfaat), harga, dan posisi

biaya. Inovasi nilai seperti terlihat pada gambar dibawah (segitiga tengah berwarna biru

muda kecil bertuliskan VI) diciptakan dalam wilayah dimana tindakan perusahaan secara

positif mempengaruhi struktur biaya dan tawaran nilai bagi pembeli. Penghematan biaya

dilakukan dengan menghilangkan dan mengurangi faktor-faktor yang menjadi titik

persaingan dalam industri. Nilai pembeli ditingkatkan dengan menambah dan

menciptakan elemen-elemen yang belum ditawarkan industri. Maka biaya berkurang jauh

ketika ekonomi skala bekerja setelah terjadi volume penjualan tinggi akibat nilai unggul

yang diciptakan.

Gambar 2.3 ; Inovasi Nilai

Sumber: Kim dan Mauborgne (2005)

Perlu diingat bahwa inovasi nilai tidaklah sama dengan inovasi

teknologi. Inovasi nilai menolak salah satu dogma yang paling umum digunakan

114
dalam strategi berbasiskan kompetisi yaitu : dilemma atau pertukaran (tradeoff)

nilai biaya. Disini, strategi dilihat sebagai pembuat pilihan antara diferensiasi dan

biaya rendah. Sebaliknya BOS menjadikan perusahaan mengejar diferensiasi

dengan biaya rendah secara bersamaan. Tabel 2.3 berikut adalah perbedaan antara

strategi pada samudra merah dan BOS.

Daftar Tabel 2.3.


Strategi Samudra Merah vs Strategi Samudra Biru

Sumber: Kim dan Mauborgne (2005)

Selanjutnya, BOS menentang pertukaran nilai-biaya dan hanya dapat

dicapai jika keseluruhan sistem utilitas perusahaan, harga dan biaya benar-benar

selaras. Hal ini dikarenakan nilai yang diterima konsumen berasal dari manfaat

dan harga yang ditawarkan perusahaan dan nilai bagi perusahaan berasal dari

struktur biaya dan harga. BOS juga menyediakan tools berguna yang mendorong

kita berpikir tentang ide alternatif bukan pesaing dan nonkonsumen bukan

konsumen. BOS sendiri telah berhasil diterapkan dalam berbagai industri, seperti

otomotif, komputer, penerbangan, dan lain-lain.

2.1.8.3. Faktor-Faktor Eksekusi Blue Ocean Strategy

115
Dalam merumuskan BOS, terdapat empat prinsip yang harus dijalankan,

yaitu dengan merekonstuksi batasan pasar, fokus pada gambaran besar bukan pada

angka, menjangkau melampaui permintaan yang ada dan menjalankan rangkaian

strategis dengan benar. Setelah berhasil mengembangkan BOS dengan melewati

prinsip-prinsip dalam perumusannya, strategi tersebut harus dapat dieksekusi.

Mengeksekusi BOS lebih sulit daripada mengeksekusi strategi pada red ocean,

karena BOS melambangkan langkah yang signifikan untuk meninggalkan status

quo. Setiap tahap memiliki rintangan tersendiri untuk dieksekusi, yaitu rintangan

kognitif, rintangan sumberdaya, rintangan motivasional, dan rintangan.

A.Logic of Industry

Sebelum masuk dalam perumusan BOS, terlebih dahulu harus dapat memahami

kondisi perusahaan dengan melihat beberapa hal yang perlu diperhatikan. Yang

pertama adalah logic of industry (LOI). Dalam suatu perusahaan terdapat aktivitas

primer dan aktivitas pendukung yang harus dijalankan secara optimal untuk

meningkatkan keunggulan kompetitif (Porter,1993:86). Menurut Porter (1994:77)

aktivitas primer merupakan aktivitas yang menggambarkan nilai tambah dari proses

awal pembelian bahan baku sampai menjadi produk akhir (dalam Crain & Abraham,

2008). LOI merupakan pendukung bagi aktivitas primer suatu perusahaan dalam

mencapai keunggulan kompetitifnya, yang terdiri dari beberapa elemen (Porter, 1990)

yaitu procurement (pembelian), technology (teknologi), human resources management

(manajemen sumberdaya manusia), firm infrastructure (infrastruktur perusahaan).

B.Driving Forces

Hal kedua yang harus dipahami adalah driving forces. Kondisi industri terus

berubah karena globalisasi dan perubahan dalam lingkungan industri sehingga

116
para pelaku industri harus dapat memahami kunci pasar dan perkembangan

teknologi untuk mendorong perubahan tindakan secara signifikan (Thompson,

Gamble & strickland, 2005:112). Driving Forces dalam sebuah industri

memiliki pengaruh yang paling besar terhadap perubahan yang akan terjadi di

dalam struktur industri dan lingkungan kompetitif (Thompson, Gamble &

Strickland, 2005:113). Perubahan tersebut bisa terjadi karena direncanakan

ataupun tidak direncanakan. Perubahan yang terencana terjadi secara sistematis

dan terkontrol, dan perubahan tidak terencana sering terjadi karena kebetulan

dalam konteks yang disebabkan perkembangan variabel situasional (Nutt, 1992;

Tichy, 1983 dalam Banker dan Srinivasan, 2000). Ada beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi perubahan dalam suatu industri, seperti: inovasi produk,

inovasi produksi, inovasi pasar, perubahan konsumen, kebijakan pemerintah,

perubahan gaya hidup konsumen (Thompson, Gamble & Strickland, 2004),

teknologi baru, konsumen baru, pasar yang dinamis dan teknologi informasi

(Morrison, 1998; Kaestle, 1990 dalam Banker dan Srinivasan, 2000)

C.Prime Movers

Hal ketiga yang harus dipahami adalah prime movers yaitu pihak-pihak yang

memiliki pengaruh besar dalam dunia bisnis yang mendefinisikan ulang sistem

penciptaan nilai suatu perusahaan dalam suatu kompetisi bersaing yang

kemudian dapat mengubah aturan maupun batasan kompetisi yang terjadi

dalam bisnis (Kim & Seidel, 2008; Locke, 2000 dalam Thayer, 2001). Prime

movers mempunyai ciri yaitu memiliki kemampuan, kepercayaan diri,

keyakinan dan mau untuk mengambil resiko. Prime movers akan bergerak

cepat dalam mengimplementasikan strategi, menuntut hasil, menggantikan

117
orang-orang yang tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya, menetapkan tujuan

baru, dan menekankan visi (Locke, 2000 dalam Thayer, 2001).

D.Key Success Factors

Hal keempat yang harus dipahami adalah key success factors (KSF). KSF

merupakan faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi kemampuan anggota

industri untuk berkembang di lingkungan pasar dengan memperhatikan semua

anggota industri agar dapat berkompeten dalam menyelesaikan pekerjaan dan

berkonsentrasi agar dapat bersaing dengan sukses (Thompson, Gamble &

Stricklnd, 2005). Hal ini menjadi sangat penting dimana semua perusahaan

dalam industri harus memperhatikan dan memprioritaskan hal-hal yang

dibutuhkan dan atribut tertentu serta memahami situasi industri dengan baik

agar dapat bersaing dengan sukses pada industri tersebut. (Thompson, Gamble

& Strickland, 2005). Anggota industri harus berfokus pada tugas dan kegiatan

yang harus dilakukan dengan baik untuk mencapai kesuksesan dan dengan

lebih memfokuskan perhatian pada faktor-faktor kunci penting dan

memisahkan faktor-faktor tersebut dari hal-hal lainnya yang tidak begitu

penting). Terdapat beberapa tipe KSF, antara lain; terkait dengan teknologi,

proses manufaktur, pendistribusian roduk/jasa, pemasaran, kemampuan dan

keterampilan manajemen, lokasi usaha, hak paten untuk merk ), layanan,

kualitas produk/jasa dan biaya produksi.(Thompson, Gamble & Strickland,

2005).

E.SERVO Analysis

118
Yang terakhir adalah kerangka kerja SERVO Analysis merupakan suatu alat

manajemen yang dirancang untuk menilai dan memfasilitasi proses formulasi

dan implementasi strategi perusahaan dalam konteks pasar dan perubahan dalam

lingkungan. Dengan meneliti hubungan antara kelima elemen SERVO (strategy,

environment, resources, values dan organization) yang dianalisis secara terpisah

dalam hubungannya satu sama lain sehingga dapat dinilai apakah strategi yang

diterapkan perusahaan sekarang masih relevan atau tidak dengan kondisi

persaingan saat ini. SERVO Analysis menjadi penting dalam analisa kompetitif

dan tujuan strategik karena memiliki banyak faktor yang harus di

pertimbangkan. SERVO Analysis sangat berguna dalam menganalisa strategi

karena dapat diaplikasikan dalam berbagai kondisi yang berbeda (Fleisher &

Bensoussan, 2007).

2.1.8.4. Prinsip Blue Ocean Strategy

BOS memiliki enam prinsip yang mendorong kesuksesan penerapan dan

pelaksanaannya. Setiap strategi pasti melibatkan peluang dan resiko di dalamnya,

begitu juga dengan BOS. Pada keenam prinsip BOS tersebut juga terdapat resiko

resiko yang akan ditangani oleh setiap prinsipnya. Empat prinsip pertama

merupakan pemandu keberhasilan dalam merumuskan BOS, sementara dua

prinsip terakhir merupakan pemandu ketika BOS yang efektif dieksekusi.

Daftar Tabel 2.4.

Prinsip Perumusan Blue Ocean Strategy

119
Sumber: Kim dan Mauborgne (2005)

2.1.8.2 Implementasi Blue Ocean Strategy

Kim dan Mauborgne (2005) telah mengembangkan perangkat kerja

untuk menganalisis BOS agar perumusan dan penerapannya menjadi sistematis

dan praktis. Perangkat kerja ini telah dipelajari dan diuji selama hampir 15 tahun

terhadap perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Perangkat analisis

dikemukakan dalam tiga hal yaitu:

1. Strategy Canvas

Strategi kanvas ini merupakan kerangka aksi sekaligus diagnosis untuk

membangun BOS yang baik. Strategi memiliki dua fungsi :

a.Merangkum situasi terkini dalam ruang pasar yang sudah dikenal Hal ini

untuk memahami di mana kompetisi saat ini sedang terjadi, memahami faktor

yang sedang dijadikan ajang kompetisi dalam produk, jasa dan pengiriman

120
serta apa yang didapat konsumen dari penawaran kompetitif yang ada di

pasar.

b.Merangkum tingkat penawaran yang didapatkan pembeli di semua faktor

utama kompetisi.

Gambar 2.4 ; Kanvas Strategi, Kim dan Mauborgne

Kim dan Mauborgne (2005)

Adapun cara membaca nilai dalam canvas strategy dijelaskan sebagai

berikut (Kim, Mauborgne,2005):

1. Bila kurva nilai memenuhi tiga kriteria yang mendefinisikan strategi samudra

biru, yaitu fokus, divergensi, dan mempunyai moto/tagline maka hal ini

menunjukkan perusahaan berada di samudra biru.

2. Bila kurva nilai suatu perusahaan bertemu dengan kurva nilai pesaingnya,

menunjukkan bahwa perusahaan terperangkap dalam kompetisi samudra

merah.

3. Bila kurva nilai menunjukkan tingkat nilai yang tinggi dalam semua faktor,

maka harus dipertanyakan apakah pangsa pasar dan profitabilitas perusahaan

mencerminkan investasi. Jika tidak, berarti perusahaan mungkin memberikan

pasokan berlebih atau memberikan penawaran terlalu banyak kepada

pelanggannya.

121
4. Jika kurva nilai suatu perusahaan terlihat tanpa pola yang jelas, dimana

penawaran bisa digambarkan sebagai “naik-turun-naik-turun”, maka

menunjukkan perusahan tidak mempunyai strategi yang koheren.

2. Four Actions Framework

Kerangka kerja empat langkah dikembangkan untuk merekonstruksi elemen-

elemen nilai pembeli dalam membuat kurva nilai baru. Kerangka kerja empat

langkah ini terdiri dari empat pertanyaan kunci untuk menantang logika strategi

dan model bisnis yaitu sebagai berikut :

a. Faktor apa saja yang harus ”dihapuskan” dari faktor yang telah diterima

begitu saja oleh industri ?

b. Faktor apa saja yang harus ”dikurangi” hingga di bawah standar industri ?

c. Faktor apa saja yang harus ”ditingkatkan” hingga di atas standar industri?

d. Faktor apa saja yang belum pernah ditawarkan industri sehingga harus

”diciptakan” ?

3. ERRC Grid (Eliminate– Create Grid)

Alat analisis ketiga ini merupakan pelengkap bagi kerangka kerja empat

langkah. ERRC Grid Skema Hapuskan – Kurangi –Ciptakan. Skema ini

mendorong perusahaan untuk tidak hanya menanyakan empat pertanyaan,

tetapi juga bertindak berdasarkan keempat pertanyaan itu untuk menciptakan

suatu kurva nilai baru.

Dalam menciptakan strategi samudera biru yang tepat, terdapat tiga

kualitas atau ciri strategi yang harus ada dan tertuang dalam kanvas strategi dan

kurva nilai. Menurut Kim dan Mauborgne, (2008), tiga ciri strategi yang baik

tersebut adalah :

122
1. Fokus

Setiap strategi hebat memiliki fokus dan suatu profil strategis atau kurva nilai

perusahaan harus jelas menunjukkan fokus tersebut.

2. Divergensi (gerak menjauh)

Ketika strategi suatu perusahaan dibentuk secara reaktif dalam usaha mengikuti

irama kompetisi, strategiitu akan kehilangan keunikannya. Bentuk dari kurva

nilai dengan gerak menjauh dari pemain-pemain lain, merupakan sebuah hasil

dari mencari dan melihat alternatif dan bukan dari membandingkan diri dengan

pesaing.

3. Moto utama

Sebuah strategi yang baik memiliki moto yang jelas dan memikat. Cara yang

tepat untuk menguji keefektifan dan kekuatan dari sebuah strategi adalah

meilhat apakah strategi itu

mengandung suatu moto yang kuat dan autentik.

Sementara itu dalam merumuskan strategi samudera biru, Kim dan

Mauborgne, (2008), mengemukan terdapat enam prinsip, yaitu :

1. Cara merekonstruksi batas-batas pasar.

Prinsip ini menangani resiko pencarian yang dihadapi banyak perusahaan.

Tantangannya adalah bisa mengidentifikasi, dari sekian banyak kemungkinan

yang ada, peluang-peluang samudera biru yang secara komersial menarik.

Untuk melepaskan dari dari samudera merah, perusahaan harus mendobrak

batasan-batasan umum mengenai cara mereka berkompetisi. Manajer perlu

mencermati industri-industri alternatif, kelompok strategis, kelompok pembeli,

123
penawaran produk dan jasa pelangkap, orientasi funsional-emosional suatu

industri, dan bahkan waktu.

2. Berfokus pada gambaran besar.

Setelah mengetahui jalan untuk menembus batas-batas pasar, maka pertanyaan

selanjutkan adalah bagaimana memadukan proses perencanaan strategis untuk

berfokus pada gambaran besar dan menerapkan ide-ide dalam menggambarkan

kanvas strategi hingga sampai pada suatu strategi samudera biru.

3. Melampaui permintaan yang ada,

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana memaksimalkan ukuran samudera

biru yang sedang diciptakan. Dengan meningkatkan permintaan terbesar atas

suatu penawaran baru, pendekatan ini mengurangi resiko skala yang mengiringi

penciptaan pasar baru. Untuk mencapai hal ini, perusahaan harus menentang

dua praktik strategi konvensional. Pertama, berfokus pada konsumen yang ada.

Kedua, dorongan mempertajam segementasi demi mengakomodasi perbedaan

di pihak pembeli. Untuk memaksimalkan ukuran samudera biru, perusahaaan

harus mengambil jalan berlawanan, perlu melihat non-konsumen, perlu

mengembangkan hal-hal yang dihargai pembeli secara umum (commonalities).

4. Merancang rangkaian strategi dengan benar

Perusahaan perlu membangun strategi samudera biru dalam rangkaian utilitas

pembeli, harga, biaya dan pengadopsian.

5. Mengatasi rintangan-rintangan organisasional

Setelah mengembangkan strategi samudera biru, suatu perusahaan harus

mengeksekusi strategi tersebut. Setiap strategi memiliki kesulitan tersendiri

untuk dieksekusi. Dibandingan dengan strategi samudera merah, strategi

124
samudera biru melambangkan langkah yang signifikan dalam meninggalkan

status quo. Strategi samudera biru dilandaskan pada pergeseran dari

konvergensi ke divergensi dalam kurva nilai dengan biaya yang lebih rendah.

Hal ini meningkatkan kadar kesulitan eksekusi. Terdapat empat rintangan

untuk eksekusi strategi yang dihadapi oleh manajer. Pertama, rintangan

kognitif : menyadarkan karyawan akan pentingnya perpindahan strategis.

Rintangan kedua adalah keterbatasan sumberdaya. Semakin besar pergeseran

dalam strategi, semakin besar sumberdaya yang dibutuhkan untuk

mengeksekusi strategi itu. Rintangan ketiga adalah motivasi. Bagaimana

memotivasi pemainpemian kunci untuk bergerak cepat dan dengan tangkas

meninggalkan status quo, hal ini membutuhkan waktu bertahun-tahun dan

manajer tidak punya waktu selama itu. Rintangan terakhir adalah rintangan

politis. Meski semua perusahaan mengalami kadar yang berbeda, namun

mengetahui bagaimana mengatasi rintangan-rintangan tersebubt adalah kunci

untuk mengurangi resiko organisasi. Kepemimpinan tipping point

memungkinkan seorang manajer mengatasi keempat hambatan dengan cepat

dan dengan biaya rendah, sembari juga mendapatkan dukungan karyawan

dalam mengeksekusi perpindahan dari status quo.

6. Mengintegrasikan eksekusi ke dalam strategi.

Supaya bisa membangun kepercayaan dan komitmen orang-orang dalam

hirarki dan mendorong kerja sama sukarela mereka, perusahaan harus

mengintegrasikan eksekusi ke dalam strategi sejak awal. Prinsip ini

memungkinkan perusahaan untuk meminimalkan resiko menajemen dari

ketidakpercayaan, penolakan kerja sama dan bahkan sabotase. Penerapan

125
proses yang adil dapat mengatasi dilema diatas. Dengan mengorganisasi proses

perumusan strategi berdasarkan prinsip proses yang adil, perusahaan dapat

mengintegrasikan eksekusi ke dalam perumusan strategi mulai awal. Dengan

proses yang adil, orang cenderung berkomitmen untuk mendukung strategi

yang dihasilkan, sekalipun ketika strategi itu dipandang tidak mengenakkan

atau berbeda dengan padangan mereka mengenai strategi yang pantas bagi

unitnya.

2.2. Kajian Empirik

Terhadap Kajian Empirik, terdapat banyak sekali hasil penelitian, kajian

dalam bentuk jurnal, artikel, karya tulis, berupa Skripsi dan Tesis, dan lain-

lain, tentang Keunggulan Bersaing, (Daya Saing), Strategi Bisnis dan Blue

Ocean Strategy. Sebagian diantaranya disampaikan terkait dengan

Keunggulan Bersaing, (Daya Saing), Strategi Bisnis dan Blue Ocean

Strategy masing-masing sebagai berikut :

a. Kajian Empirik Terhadap Konsep Kenggulan Bersaing.

Dalam kajian teoritik diatas, telah dijelaskan beberapa konsep tentang

strategi-strategi yang didisain agar perusahaan mampu menciptakan dan

mempertahankan  keunggulan bersaing dibandingkan dengan para

pesaingnya.

Keunggulan bersaing dimaksud bukan bersifat temporer, namun harus

terus berkelanjutan, (Porter (1994:33), bahwa : ”  The goal of much of 

business strategy is to achieve a sustainable competitive advantages”).

Selanjutnya terhadap Kajian Empirik, sudah terdapat banyak selaki hasil

penelitian dalam bentuk jurnal, artikel, karya tulis, berupa Skripsi, Tesis

126
dan lain-lain, berikut disampaikan beberapa kajian dimaksud tentang

Keunggulan Bersaing, (Daya Saing), Strategi Bisnis dan Blue Ocean

Strategy antara lain sebagau berikut :

Wibowo Kuntjoroadi & Nurul Safitry tentang Analisis Strategi Bersaing

Dalam Persaingan Usaha Penerbangan Komersial, dengan Keywords

marketing strategy, BCG matrix theory dan sustainable competitive

advance menjelaskan bahwa “ tujuan akhir strategi bersaing adalah

menanggulangi kekuatan lingkungan demi kepentingan perusahaan. Lebih

lanjut dikatakan bahwa aturan atau lingkungan persaingan yang ada pada

industri terdiri atas lima kekuatan bersaing, yaitu masuknya pesaing baru,

ancaman dari produk pengganti (substitusi), kekuatan pertawaran (tawar-

menawar) pembeli, kekuatan pertawaran pasokan dan persaingan diantara

pesaing-pesaing yang ada.

Kesimpulan dalam hasil penelitian, disampaikan antara lain bahwa

konsep sustainable competitive advance (SCA) dapat diterapkan sebagai

srategi pemasasaran Garuda dengan melakukan pembenahan seperti

sinergi pasar sebagai prioritas utama, pengenalan pesaing mendapatkan

prioritas mendesak, disamping pembenahan dan pengoptimalan terhadap

pengunaan strategi sinergi pasar, strategi pengembangan SDM dan

strategi perluasan pangsa pasar.

Dalam peneliannya Analisa Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan

Bersaing Produk Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Pemasaran,

dengan Kata Kunci Teknologi, novasi, Keunggulan Produk, Kinerja

Pemasaran, Adhitya Yoya Prasetya (2012) menyatakan bahwa Teknologi

127
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan bersaing produk,

invovasi juga , keunggulan bersaing produk berpengaruh positif terhadap

kinerja pemasaran.

Rendy Rendy (2013) dalam penelitian mengenai Pengaruh Activiy Based

Cotsing terhadap Keunggulan Bersaing dan Kinerja Organisasi, disampaikan

dalam hasil penelitian bahwa Activity Based Costing berpengaruh terhadap

keunggulan bersaing, Activity Based Costing berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan dan keunggulan bersaing berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Dalam penelitiannya tentang Pengaruh Supply Chain Management

Terhadap Keunggulan Bersaing , dengan Keywords Supply Chain Management,

Keunggulan Bersaing dan Kinerja Perusahaan, Regina Junikan Suharto

mendapatkan hasil penelitian bahwa adanya hubungan yang signifikan antara

Supply Chain Mangement terhadap Keungguan bersaing, Supply Chain

Management terhadap kinerja perusahaan dan Keunggulan bersaing tehadap

Kinerja Perusahaan.

Terhadap bisnis perbankan, terdapat beberapa kajian empiris terhadap

keunggulan bersaing antara lain :

Dalam penelitian tentang Intellectual Capital Performance sektor perbankan di

Indonesia (IHYAUL Ulum MD) 2008, dengan Keywords Intellectual capital,

banking sector, value Addedintellectual Coeffivient (VAICTM), inta-ngible

assest, Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja perbankan di Indonesia

termasuk dalam kategori good performers dengan skor VAIC 2.07.

Hui-O Yang dan Hsin-Wei Fu (2009 ), dalam hasil penelitiannya

mengemukakan, bahwa : “ keunggulan bersaing suatu perusahaan dalam industri yang

sama dengan perusahaan para pesaingnya dapat dicapai dengan melihat pengelolaan dan

128
penyesuaian lingkungannya, baik lingkungan eksternal maupun lingkungan internal.

Lingkungan eksternal meliputi : negara, industri, stakeholder, pesaing, jaringan kerja

strategis, diferensiasi dan merk. Pembatasan pada lingkungan industri didasarkan pada

pertimbangan, bahwa faktor industri sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan

suatu perusahaan. 

Selain itu Inovasi produk juga merupakan kunci sukses dalam meraih

keunggulan kompetitif. Dalam penelitiannya Korth (2005) mengemukakan

perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif melalui inovasi yang

berkelanjutan. Korth mengidentifikasi empat tipe inovasi, yaitu : produk dan jasa;

proses manufaktur, material, dan inovasi dalam praktek bisnis, dalam hal ini

perusahaan perlu untuk selalu berusaha meningkatkan kapabilitas dan aktivitas

inovasinya.

Selanjutnya terhadap aliansi strategi untuk keperluan keunggulan

bersaing, Ring & Van de Ven (1992), dalam penelitianya menyatakan bahwa

aliansi stratejik merupakan kerjasama yang tepat untuk menyetarakan diri,

khususnya ketika perusahaan mencari sumberdaya unik dan unggul.

Terkait dengan aliansi strategi juga, bahwa Bleeke and Ernst (1991)

dalam penelitiannya menyatakan bahwa pembentukan aliansi stratejik dan

kerjasama dimotivasi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif di pasar.

Sedangkan Hamel, Doz dan Prahalad, 1989, dalam penelitiannya menyatakan

bahwa aliansi stratejik merupakan jawaban bagi banyak perusahaan yang berusaha

untuk mendapatkan keunggulan bersaing, bahwa pentingnya aliansi stratejik

untuk mencapai keunggulan bersaing perusahaan.

129
Selain itu, penelitian lain mengatakan bahwa keunggulan kompetitif dari

suatu usaha lebih dipengaruhi oleh kemampuan pihak manajemen dalam

mengelola lingkungan.

Dalam penelitiannya, Brown dan Karagozoglu (1998) menyarankan proactive

corporate environmental management sebagai strategi perusahaan untuk dapat

menciptakan keunggulan kompetitif karena tuntutan konsumen yang semakin

peka akan pentingnya faktor lingkungan sebagai pendukung kelangsungan hidup

manusia. Chavan (2005) dalam penelitian mengemukakan bahwa penerapan

manajemen lingkungan yang baik akan membantu perusahaan dalam meraih

keunggulan kompetitif.

Dalam Penelitiannya tentang PeningktanDaya Saing dan Kinerja Perbankan

nasiolan dengan penerapan Good Corporate Governance/201, dengan Keywords :

Daya Saing, Good Governance, Organ-Orgn GCG, Prinsip-prinsip GCG, Model

Konseptual oleh (Tesis), Adil Tobing (2014) Hasil analisis menggunakan uji

Kruskal Wallis, uji t dan Mann Whitney menunjukan bahwa pelaksanaan GCG

berbeda secara signifikan antara bank” pemerintah dan bank” swasta dimana

rentabilitas bank” pemerintah lebih tinggi dari bank” swasta dan resiko kredit dan

resiko operasional bank” pemerintah lebih rendah daripada bank” swasta.

Ditunjukan pula bahwa pelaksanaan GCG pada bank pemerintah lebih baik

daripada bank swasta. Berdasarkan hasil ISM,perbedaan ini terkait dengan prinsip

kunci dalam implementasi GCG,dimana bank pemerintah dengan sub elemen

kunci transparansi sedangkan bank swasta dengan sub elemen kunci akuntabilitas.

Hasil analisis diskriminanan menunjukan bahwa terdapat perbedaan pengaruh

penerapan GCG terhadap tingkat kesehatan (kinerja) antara bank pemerintah dan

130
swasta yaitu, pada pemerintah yang signifikan adalah terhadap resiko stratejik dan

permodalan sedangkan pada bank swasta terhadap resiko pasar, risiko niali tukar

dan risiko kepatuhan. Hasil analisis diskriminan juga menunjukan bahwa terdapat

perbedaan penerapan GCG mempengaruhi langsung daya saing bank, dimana

pada bank-bank pemerintah pengaruh yang sigifikan pada semua elemen daya

saing (efisiensi,produktivitas,profitabilitas,market evolution) sedangkan pada

bank swasta pengaruh tersebut tidak signifikan. Untuk hasil rancang bangun

dengan menggunakan ISM, secara agregat menghasilkan model yang beragam

untuk masing-masing bank. Hanya bank mandiri yang secara tegas/jelas memiliki

komite GCG sehingga dalam konteks hubungan implementasi GCG dengan

tingkat kesehatan maupun dengan daya saing, bank mandiri menjadi berbeda

dibandingkan dengan bank-bank lain dengan menyatakan bahwa actor yang

menjadi sub elemen kunci adalah komite GCG. Bagi bank mandiri, tidak ada

kendala yang berperan dalam konteks hubungan implementasi GCG-tingkat

kesehatan-daya saing. Pada akhirnya. Keseluruhan hasil pengolahan data

menghasilkan model konseptual hubungan antara GCG tingkat kesehatan daya

saing.

Dari semua kajian empirik tentang keunggulan bersaing dengan segalah

persyaratan dan elemen-elemennya, penulis berpendapat bahwa :

- Hasil kajian empiris menunjukan bahwa Keunggulan Bersaing Perusahaan

berdampak positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan.

- Keunggulan bersaing yang berkelanjutan adalah mutlak untuk kelangsungan

hidup perusahaan.

131
- Aliansi strategi sangat dibutuhkan penguatan daya saing, aliansi stategi lebih

kepada kerja sama untuk membangun bisnis yang saling menguntugkan.

- Inovasi nilai melalui invonasi dan pengembangan produk berkontribusi secara

signifikan terhadap ketahanan keunggulan bersaing, untuk itu perlu dilakukan

secara konsisten dan berkesinambungan.

- Kemampuan dan kertampilan pengelola (SDM) perusahaan sangat penting

untuk meningkatkan daya saing, untuk itu perusahaan harus terus menerus

meng up-grate secara berkala dan berkesinambungan, terutama terhadap ilmu-

ilmu marketing, ilmu-ilmu strategi, perkembangan teknologi yang

terkini/kontemporer.

- Lingkungan bisnis kontemporer antara lain Turbulensi, Pembukaan usaha

tanpa batas, semua perusahaan bebas bersaing dan konsumen sekami

pintaruntuk menentukan pihan hasur dicermati untuk selanjutnya di antisipasi

dengan disain disain strategi yang dapat n lingkungan bisnis dimaksud.

b. Kajian Empirik Tentang Strategi Bisnis

Banyak sekali kajian empiris tentang strategi binsis, dengan

menggunakan bermacam-macam istilah dengan konteks yang berberda-

beda antar lain Strategi Binis secara umum terkait dengan visi dan misi

perusahaan, Strategi Pemasaran, Strategi Peningkatan Kinerja, Strategi

Meningkatkan Kualitas Produk, Strategi Penjualan dan lain-lain yang

semuanya orientasinya keunggulan bersaing dan peningkatakan kinerja

keuangan.

Peter, SE, MT (2007), dalam penelitiannya tentang Penerapan

Strategi Bisnis Yang Tepat Terhadap Persepsi Nilai Yang Dimiliki Oleh

132
Konsumen (Melalui Pendekatan Blue Ocean Strategy Yang Disesuaikan

Dengan Teori Pendukung Dan Kondisi Lingkungan serta Konsumen),

dalam salah satu kesimpulannya menyatakan Dengan penerapan Blue

Ocean Strategy perusahaan mampu menjadi market leader, karena

perusahaan memiliki keunggulan-keunggulan (strategi dalam persaingan)

yang ada yang telah dirumuskan dalam pembuatan Blue Ocean Strategy

tersebut,

Jbptitbpp-gdl-noeksuland-27158-4-2007ts-4 dalam salah satu

publikasi tentang Usulan Strategi Pengembangan Produk Simpanan

Tabungan, dalam salah satu kesimpulannnya dijelaskan Blue Ocen

Strategy adalah strategi yang tepat bagi perseroan yang memiliki market

share 0,08 % untuk produk simpanan Tabungan dalam menghadapi

pemain-pemain besar pada industri perbankan dalam megembangkan

produk simpanan Tabungan.

Dalam penelitiannnya tentang Strategi Bisnis khusus tentang

Strategi Relation Marketing pada Bank Pembangunan Daerah Syariah

Cabang Cik Ditoro Yogyakarta, (Skripsi 2014), Siti Eka Hardiyati 2014) ,

dalam salah kesimpulannya menyatakan bahwa Strategi relatioiship

marketing yang diterapkan Ban BPD DIY Syariah baru 75%, hal ini

ditunjukan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia,

pembangunan patner dengan beberapa lini, perbaikan kualitas serta

mempertahankan kontak yang berkesinambungan, sehingga dari aspek-

aspek tersebut Bank BPD DIY Syariah dapat melakukan evaluasi yang

memompa semangat untuk terus mengembangan bisnis.

133
Teddy Hikmat Fauzi, (2010) dalam penelitiannya tentang Strategi

dan Arah Kebijakan Perbankan Nasional dengan keywords Strategic,

environmental factors, effecitiveness, dalam salah satu kesimpulannya

adalah, dalam variable pelaksanaan strategi, hal-hal yang perlu lebih

dipertimbangkan oleh manajemen unit-unit bank BNI Wilayah 04 Jawa

Barat dari sub variable formulasi strategi ; yaitu mengenai dimensi misi

yang meliputi misi perusahaan yang tertulis dan formal, memuat tujuan

unik san spesifik, yang mencerminkan bisnis perusahaan serta

mengakomodir banyak kepetingan.

Aries Munandar (2013) dalam penelitiannya tentang Strategi

Pemasaran pada Jasa Perbankan, dalam bagian tulisan tentang

Perencanaan Produk-Produk Baru Perbankan, dinayatakan bahwa ‘

Perencanaan produk baru selalu berkaitan dengan strategi bisnis dan

perusahaan serta menemukan peluang pemenuhan kepuasan kastemer.

Selanjutanya dalam salah kesimpulannya, Aries Munandar menyampaikan

‘ Modal yang ada akan bertambah besar melalui kepiawaian pelaku bisnis

yang memanfaatkan peluang dan cela. Kekayaan perusahaan akan berlipat-

lipat dan dalam jangka waktu pendek akan sangat menunguntungkan

perusahaan. Dibanyak negara berkembang seperti di Indonesia system

nilai manajer (pelaku bisnis) masih cenderung bersifat pragmatis,

sementara itu sistem etika bisnis dipengeruhi oleh budaya-budaya local

setempat, (Danandjaja 1986, Hodgetss & Luthans 1997). Oleh karena itu

strategi pemasaran yang dilakukan selalu mengarah pada nilai-nilai

pragmatis seperti pemberian hadiah bagi para penabung, pemberian bunga

134
yang tinggi untuk menarik minat kastemer serta sistim undian berhadiah.

Stategi ini banyak dilakukan oleh bank-bank di Indonesia, pada hal jasa

perbankan seharusnys lebih diarahkan pada sistem pelayanan prima dan

optimal sehingga, sehingga kastemer merasakan manfaat atau nilai tambah

dari jasa perbankan. Pada prinsipnya prime customer biasanya lebih

mementingkan keamanan dananya melalui sistem manajerial yang

professional dan kenyamanan pelayanan bank.

Selanjutnya terlait dengan pengaruh karakteristik lingkungan

eksternal dan karakteristik lingkungan internal perusahaan, disampaikan

bahwa implementasi Strategi Binis dipengaruhi oleh antara kedua

karakteristik lingkungan dimaksud, untuk itu formulasi strategi harus

mengcover kondisi-kondisi tersebut.

Dalam penelitian Tatang Kusmayadi (2015),tentang Pengaruh

Relationhsip Quality Terhadap Loyalitas Nasabah Tabungan, dengan kata

kunci relationship marketing, relationship quality, kepercayaan, kepuasan,

komitmen dan structural equation, dari subyek 140 nasabah aktif bank

BNI 46, mendapatkan peringkat pangsa pasar bank dalam memperoleh

dana pihak ketiga, terdapat Bank BNI memperoleh peringkat pangsa pasar

ke 3, dari 5 peringkat tertinggi masing-masing Bank Mandiri 17,72 %,

Bank BCA 13,83 %, BNI 10,45 % dan BRI 8,47 %, Bank Danamon 4,93

%.

Data tersebut menunjukan bahwa Strategi Realitionship Quality

yang dibangun dan di implementasikan oleh bank-bank dalam kegiatan

135
mobilisasi dana sangat menentukan peringkat pangsa pasar bank dalam

memperoleh dana pihak ketiga.

c. Kajian Empirik Tentang Blue Ocean Strategy

Dari kajian teoritik, Strategi Blue Ocean di formulasikan sebagai strategi

yang memberikan solusi yang sangat efektif terhadap peningkatan daya

saing.

Dalam konsepnya, bahwa pasar dilihat seperti lautan biru yang tidak akan

habisnya, penulis menggunakan formula pasar yang tidak berkesudahan.

Dengan strategi blue ocean, bahwa pembukaan pasar terus dilakukan

dengan tujuan untuk memenangkan dan unggul dalam persaingan,

sehingga membuat pesaing tidak relevan

Beberapa pernyataan, informasi, hasil penelitian dan kesimpulan dari

beberapa peneliti antara lain ; Ibrahim Rawabdeh, Alaa Raqab, Dana Al-

Nimri dan Shuruq Haddadine (2012) dalam penelitiannya tentang Blue

Ocean Strategy as a Tool for Improving a Company’s Marketing

Function : The case of Jordan (Blue Ocean Strategy Sebagai Alat

Untuk Meningkatkan Fungsi Pemasaran Perusahaan : Kasus

Jordan), dengan Keywords ; Blue Ocean Strategy, Strategy Planning,

Chocolate Industry, Case Study, Industry, Jordan. Yang dilakukan dalam

peneltian antara lain 1). Menguji Ocean/laut melalui penentuan apakah

perusahaan berada dalam red ocean atau blue ocean, menggunakan

survey blue-red. 2). Membangun Kanvas strategi terbaru, bahwa kanvas

strategi adalah alat yang membantu perusahaan melihat secara visual nilai

nilai dari factor-faktor yang mempengaruhi red ocean. 3). Menganalisa

136
pasar yang ada, pada langkah ini analisa pasar dibutuhkan berdasarkan

survey dari pelanggan yang berbeda. Langkah-langkah membuat blue

ocean antara lain a). Mendeskripsikan perubahan dana dengan

menggunakan 6 metode. b). Menguji ide-ide baru untuk blue ocean, c).

Membuat strategi kanvas. Dalam kesimpulannya peneliti memberikan

pernyataan bahwa ; terhadap perusahaan Jordan, Blue Ocean Strategy

dapat diterapkan untuk membuka ide-ide dan produk baru sebagai alat

yang konstruktif untuk membangun perusahaan.

Bernard Buisson dan Philippe Silerzahn (2010), dalam penelitian tentang

Blue Ocean Or Fast-Second Innovation ? A Four-Breakthrough Model

To model yang memiliki 4 terobosan untuk menjelaskan dominasi

pasar yang sukses), dengan Keywords; Breakthroughs, Strategy, Fisrt

Mover, Fast Second, Pioneer, Colonisator, dijelaskan antara lain a).

Pendekatan pertama lebih cepat, ketika memasuki pasar baru dan strategi

deferensiasi yang berbeda, perusahaan dapat membuat sebuah sumber

keuntungan yang baru, Pendekatan ini terkenal dikalangan pelaku bisnis

sebagai Strategy Blue Ocean. 2).Pendekatan yang cepat ke 2, bahwa

hampir bersamaan dalam bidang managerial, Markerdes dan Geroski

(2005) secara bertolak belakang menyatakan perusahaan tidak mencoba

menjadi pioneer, tetapi lebih pada membentuk target pasar baru diposisi

kedua dan menyesuaikannya. 3). Kesimpulan dari penelitian ini adalah

membedakan antara perpindahan pertama dan kedua tidak menjelaskan

kergaman kesuksesan dominnasi pasar. Empat terobosan untuk

menjelaskan dominasi pasar yang sukses, disampaikan 1). Terobosan

137
Teknologi ; Sebuah teknologi baru akan mengakhiri teknologi yang

lama.2). Terobosan Bisnis Model ; Cara baru untuk menciptakan nilai

melalui ketempatan kesempatan bisnis.3). Terobosan Disain ; Cara baru

untuk mendisain sebuah produk tanpa mengubah bentuknya. 4).

Terobosan Proses ; Cara baru untuk melakukan banyak : tinggi melalui

penerapan Blue Ocean Strategy; implikasi utuk kebijakan ekonomi.

Jaka Lidic, Mojca Bavdaz dan Helena Kovacic dalam penelitian tentang

Higher growth through the Blue Ocean Strategy: Implicatioan for

economic policy, dengan keywords : Blue Ocean Strateg, Growth,

Inovation, Policy Making, intinya adalah menentang beberapa premis

tentang kebijakan ekonomi, apakah kebijakan ekonomi saat ini cocok

untuk usaha kecil menengah dan start up industry berteknologi tinggi.

Dari sudut pandang Blue Ocean Strategy, ada 4 hal yang disampaikan,

masing-masing 1). Perusahaan yang menganut Blue Ocean Strategy

tumbuhnya lebih cepat, butuh dukungan minimal, 2). Industri besar

sangat mempengaruhi perusahaan kecil di Slonevia yang menerapkan

Blue Ocean Strategy cenderung lebih memiliki nilai tambah

dibandingkan dengan perusaan besar yang menjalankan kebijakan

ekonomi. 3). Nilai inovasi sama pentingnya dengan teknologi inovasi. 4).

Fokus keberpihakan ekonomi harus berpindah dari bisnis UMKM ke

Korporasi,

Andrejs Cirjevskis, Genadijs Hemenko dan Valerija Lacinova (2011)

dalam penelitian tentang How To Implement Blue Ocean Strategy (BOS)

In B2B Sector (Bagaimana mengimplementasikan BOS dan Sektor B2B),

138
dengnn Keywords B2B sector, Strategic Canvas, Blue Ocean Strategy

Idea Index, Value Innovation Chain, menjelaskan bahwa tujuan

penelitian antara lain untuk memastikan hipotesa bahwa Blue Ocean

Strategy dapat diterapkan dalam perusahaan yang bergerak dalam sektor

B2B (perusahaan perusahaan yang bergerak dalam bidang yang berbeda)

dengan sukses, maka hasil penelitian menunjukan bahwa hipetesa atau

pernyataan tersebut sesuai, dapat diterima dan layak, bahwa Blue Ocean

Strategy diterapkan dalam industri kimia Sika AG dan dalam perusahaan

teknologi Pemurnian Alexandra Plus LLC, telah ditemukan.

Zainal Abidin Mohamed (2012), dalam penelitian yang berjudul

Analysis Of The Use Of The Blue Ocean Strategy: Case Study Analysis

on 14 Different Agencies (Analisa Manfaat Blue Ocean Strategy :

Analisis Studi Kasus Terhadap 14 Agensi Berbeda), dengan Keywords

Blue Ocen Strategy, Eliminate-Reduce-Create Framework, Competitor

Irrelevancy, Competitive Advantage, disampaikan bahwa penelitian ini

bertujuan antara lain untuk mengetahui perusahaan yang telah

melaksanakan Blue Ocean Strategy, dimana 6 perusahaan dari 26

perusahaan telah melakukan BOS, ke 14 agensi dalam 26 perusahaan

perusahaan tersebut melakukan pertemuan untuk sharing tentang Blue

Ocean Strategy, kesimpulannya bahwa dalm analisis exploratory sebagai

usaha untuk memahami lebih dalam tentang penerapan Blue Ocean

Strategy, bahwa setiap perusahaan yang berpartisipasi dalam forum

sharing tersebut pemahaman tentang Blue Ocean Strategy telah

139
menerapkan prinsip-prinsip Blue Ocean Strategy dalam usahanya, akan

tetapi pemahaman mereka tentang Blue Ocean Strategy harus di perjelas.

Hartanto 2013), dalam penelitiannya tentang Analisis Strategi

Distributor Farmasi Dengan pendekatan Blue Ocean Strategy dan

Balanced Scorecard Strategy Pada Line Solusi Bisnis Kerja Sama

Laboratorium PT. Indofarma Global Medica (Tesis) secara mendalam

menjelaskan tentang strategy Blue Ocean dalam bisnis, bahwa dalam

kesimpulannya disampaikan antara lain “ Strategi Blue Ocean Strategy -

Balanced Scorecard Strategy pada PT. Indofarma Global Medica

menjangkau, melampaui permintaan yang ada, dengan membidik

segmentasi/ceruk pasar Kerja Sama Laoratorium di Rumah Sakit Umum

Pemerintah guna memenuhi preferensi pelanggang sudah ada sebelumnya

yaitu Line Bisnis Reguler dan Line Bisnis Trading, penjelasan lainnya

dalam kesimpulan, lebih tegas tentang Blue Ocean Strategy dengan

keunbgulan bersaiang yaitu “ Model Perencanaan Strategy Line Solusi

Bisnis Kerjasama Laoratorium Rumah Sakit Pemerintah dengan

Pendekatan Blue Ocean Strategy- Balanced Scorecard Strategy

menjawab kebutuhan akan model perencanaan strategy pada industri

farmasi khususnya PT. Indofarma Global Medica, sehingga menghasilkan

kinerja yang unggul berdasarkan perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran, proses bisnis internal, pelanggan dan keuangan meskipun

dalam sulan

Dalam penelitiannya tentang Penerapan Strategi Bisnis Yang Tepat

Terhadap Persepsi Nilai Yang Dimiliki Oleh Konsumen (Melalui

140
Pendekatan Blue Ocean Strategy Yang Disesuaikan Dengan Teori

Pendukung Dan Kondisi Lingkungan serta Konsumen), Peter, SE, MT

(2007) dalam salah satu kesimpulannya menyatakan Dengan penerapan

Blue Ocean Strategy perusahaan mampu menjadi market leader, karena

perusahaan memiliki keunggulan-keunggulan (strategi dalam persaingan)

yang ada yang telah dirumuskan dalam pembuatan Blue Ocean Strategy

tersebut,

Jbptitbpp-gdl-noeksuland-27158-4-2007ts-4 dalam salah satu publikasi

tentang usulan strategi pengembangan produk Simpanan Tabungan, dalam

salah satu kesimpulannnya dijelaskan Blue Ocen Strategy adalah strategi

yang tepat bagi perseroan yang memiliki market share 0,08 % untuk

produk simpanan Tabungan dalam menghadapi pemain-pemain besar pada

industri perbankan dalam megembangkan produk simpanan Tabungan.

Nissyia Mazhaly, Dadan Umar D, dan Parwadi Moengin, dalam penelitian

tentang Penerapan Blue Ocean Strategy di PT. X Dalam Menghadapi

Persaingan Penjualan Automatic Tank Gauging di Indonesia, dengan

Kewords; Blue Ocean Strategy, Red Ocean Strategy, Automatic Tank

Gauging, Canvas Strategy, 4 Action Framework, ERRC Grid (Jurnal

Teknik Industri, ISSN : 1411-6340, dalam satu kesimpulannya

menyatakan bahwa Setelah melalukan analsa Blue Ocean Strategy, PT. X

menciptakan indikator baru yang belum pernah dimiliki oleh competitor

yaitu ‘

Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia, (2013) dalam salah satu

artikelnya yang di beri Judul Mengubah Persaingan Menjadi

141
Keuntungan Dengan Blue Ocean Strategy, menyampaikan cerita tentang

membuka rumah makan dengan menu yang belum pernah ada. Inti

ceritanya antara lain sebagai berikut :

1. Membuat rencana untuk mendirikan warung /rumah makan di kaki

lima

2. Ingin menerapkan Manajemen Srategi dalam membuka warung/rumah

makan.

3. Pertanyaannya, apa yang harus dijual, karena sudah banyak rumah

makan dengan berbagai jenis makanan, dan sudah berjualan dalam

waktu yang lama.

4. Dengan prinsip bahwa jika tidak bisa menjadi yang pertama, maka

jadilah yang berbeda.

5. Dengan prinsip itu mereka menggunakan blue ocean strategy, dari pada

harus berdarah-darah dengan menu-menu popular yang sudah ada,

mereka memutuskan untuk berjualan pecel sayur khas salah satu daerah

asalnya, yaitu pecel Ponorogo.

6. Blue Ocean Strategy merupakan strategi bisnis dengan menawarkan

barang atau jasa yang lain yang seringkali dilupakan oleh pebisnis lain.

7. Pecel Ponorogo adalah pecel yang didominasi oleh sayur sayuran

dengan sambal kacang yang sedap, dan umumnya tidak jual malam

hari, tetapi siang hari dengan analisa bahwa a. Pecel yang ada umumnya

dijual malam hari, dipihak lain pecel itu biasanya dimakan di siang hari,

ini sekaligus mengambil sasaran pasar di siang hari.

142
8. Setelah sukses disatu tempat, maka dibukalah di berbagai tempat

dengan sukses yang gemilang.

(Pengusaha Muslim.com. didukung oleh Zahir Accounting, Software

Akuntnasi terbaik di Indonesia).

Dalam penelitiannya Jesif Benny Rohy, Abd.Rahman Kadir dan Syamsu

Alam, tentang Blue Ocean Strategy Untuk Menetapkan New Bussiness

Canvas Model Pada PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero), dengan kata

kunci : Blue Ocean Strategy, Bussiness Kanvas Model, Manajemen Strategi

dan Investasi, dijelaskan bahwa terdapat perbedaan Curren Strategy

dengan Proposed Strategy, ini disebabkan adanya perbedaan perlakuan

proses dengan data yang sama. Curren Strategy PT. Pelabuhan Indonesia

IV (Persero) belum memiliki karakterstik Blue Ocean setelah diverifikasi

dengan BOI index. Hanya utilisasi yang memenuhi syarat New Proposed

Strategy PT. Pelabuhan Indonesia IV (persero) yang dirancang memiliki

BOI index dengan nilai untuk semua kriteria, sehingga memiliki kelayakan

sebagai Blue Ocean Strategy. Strategi yang saat ini dilakukan oleh PT.

Pelindo IV (persero) perlu mendapat perbaikan, hal ini disebabkan karakter

strategi sekarang tidak menjauhi pesaing.

Dalam kajian empirik melalui berbagai penelitian tersebut diatas dan

mungkian penelitian lain yang belum dapat disampaikan dalam tulisan ini,

penulis berpendapat sekaligus berkesimpulan bahwa :

1. Semua penelitian merujuk kajian teori Blue Ocean Strategy

2. Blue Ocean Strategi adalah suatu konsep yang mengatasi kesenjangan

pasar yang telah sudah ada dan berdarah darah dengan solusi mencari

143
pasar-pasar baru dalam konteks wilayah dan dalam konteks melakukan

inovasi nilai melalui pengembangan produk, inovasi fitur produk dan

lain-lain untuk dapat unggul dalam persaingan.

3. Blue Ocean Strategi, menurut kajian empirik dimaksud, bahwa semua

penelti menemukan bahwa strategi ini memang sudah, telah dan akan

dilaksanakan karena sangat efektif untuk meningkatkan daya saing atau

keunggulan bersaing dari perusahaan. Banyak perusahaan yang

dicontohkan antara lain Wings Foods, Sostro The Botol, Avansa &

Xenia, Lion Air, dan masih banyak lagi perusahaan yang lain.

4. Blue Ocean Strategi adalah opsi untuk keluar dari Red ocean (pasar

yang sudah berdarah-darah) banyak perusahaan yang telah terjebak

dengan red ocean

2.2. Definisi Konsep Dan Pengukuran

2.3.1.Definisi Konsep

a. Difenisi Konsep Keunggulan Bersaing

Inti dari keunggulan bersaing adalah bisnis yang

dilaksanakan memenangkan persaingan (competitive advantage)

karena keuungulan bersaing adalah jantung kinerja yang terus begerak.

Dalam persaingan yang sangat ketat saat ini, keunggulan bersaing adalah

sesuatu yang mutlak.

Daya Saing perusahaan adalah Suatu perusahaan memiliki

daya saing atau keunggulan kompetitife (competitive advantage)

ketika perusahaan tersebut mempunyai sesutu yang tidak dimiliki

144
oleh pesaing, melalukan sesuatu yang lebih baik, atau mampu

melakukan susuatu yang tidak mampu dilakukan oleh perusahaan lain

(Efendi Arianto, 2008)

Keunggulan kompetitif/bersaing (competitive advantage)


menurut Wikipedia bahasa Indonesia , ensiklopedi adalah
kemampuan yang diperoleh melalui karakteristik dan sumer daya
suatu perusahaan untuk memiliki kinerja yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan lain pada industri atau pasar
yang sama. yang dibuat sebagai jawaban atas kritik terhadap
konsep keunggukan Komperativ. Porter merumuskan dua jenis
keungguan kompetetif perusahaan, yaitu biaya rendah dan
diferensiasi produk.

Setiawan (2006), memberikan pengertian bahwa Keunggulan


Kompetetif adalah merujuk pada kemampuan sebuah organisasi
untuk mengformulasikan strategi yang menempatkannya pada suatu
posisi yang menguntugkan berkaitan dengan perusahaan lainnya.
Keunggulan Kompetitif muncul bila pelanggan merasa bahwa
mereka menerima nilai lebih dari transaksi yang dilakukan dengan
sebuah organisasi pesaingnya.

Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa keunggulan kompetitif

bersifat kompetisi dan bersifat persaingan.

Kamus Bisnis, memberikan penjelasan bahwa Keunggulan Bersaing


adalah sebuah karakter dari sebuah organisasi yang
memungkinkan untuk menciptakan lebih banyak keuntungan dari
penjualan karena lebih baik dalam memenuhi kebutuhan
pekanggan daripada para pesaingnya.

Mihael Poter (1994:33), memberikan pengertian tentang Keunggulan


Bersaing sebagai berikut ” Competitive advantage is created by using
resources and capabilities to achieve either a lower cost structure or a
differentiated product.  A firm positions itself in its industry through its
choice of low cost or differentiation.  This decision is a central component
of the firm’s competitive strategy.

Poter mengatakan bahwa menyatakan bahwa keunggulan bersaing terjadi


jika :

145
- biaya lebih rendah dari yang lain

- produk kompetetive dengn proses yang lebih baik,

- menjalankan strategi fokus ke segmen pasar tertentu.

- keunggulan ketahanan dipengaruhi kekuatan persaingan, antara lain

persaingan, pendatang baru, produk substitusi, permintaan, dan

pemasok

- Profit perusahaan juga dipengaruhi oleh posisi spesifik perusahaan

dalam menduduki lingkungan industri.(Porter (1994:35)

Sedangkan Colgate (1998:80) mendefenisikan bahwa “

keunggulan bersaing sebagai posisi organisasi yang unik terhadap

pesaingnya.

Dalam upaya menciptakan keunggulan bersaing perusahaan secara

berkelanjutan di berbagai industri, berbagai pakar mengajukan konsep

antara lain Porter (1994), dengan konsep strategi generic, Barney (1991)

mengajukan konsep Resource-Based Approach, Ghemawat (2002)

dengan Keunggulan Bersaing dan Komitmen, D’Aveni (1994) dengan

konsep Hypercompetition dan Keunggulan Bersaing.

Barney (1991:102) memberikan konsep keunggulan bersaing berbasis

sumberdaya (Resource Based View), yaitu untuk pengujian konstruksi

keunggulan bersaing yang solid, maka akumulasi sumberdaya menjadi

perhatian utama.

Konsep keunggulan bersaing yang lain disampaikan oleh Amit dan

Schoemakaer (1993: 33) yaitu penekanan pada kemungkinan

146
menggunakan perangkat konseptual yang berbeda secara simultan,

mengikuti pendekatan multiperspekstif, dengan peranan beberapa unsur

masing-masing :

1. Ketidakpastian, lingkungan industri seperti teknologi dan masyarakat

disifatkan oleh tumbuhnya derajat ketidakpastian.

2. Kompleksitas. unsur-unsur dan komponen yang berbeda dari

lingkungannya: berhubungan satu sama lain dengan cara yang sangat

kompleks.

3. Konflik interorganisasi. Organisasi mengembangkan sejumlah besar

hubungan konflik diantara karyawan, diantara manajer, dan diantara

kedua kelompok tersebut.

Disisi lain D’Aveni (1994:9) menggunakan istilah hypercompetition untuk

mengindikasikan skenario berbeda yang baru dan radikal dalam

persaingan perusahaan. Hypercompetition merupakan bentuk lebih cepat

dari lingkungan persaingan, namun yang lebih penting, ini merupakan cara

berbeda dalam bersaing. Untuk itu perusahaan harus mengikuti aturan

perilaku yang berbeda dan merespon kebutuhan pasar dengan perubahan

yang cepat, terhadap lingkungan hypercompetitive, perusahaan harus

mendapatkan rangkaian keunggulan bersaing jangka pendek, dan

menghancurkannya secara kontinu. Hal ini memungkinkan perusahaan

untuk mencegah peniruan oleh pesaingnya, kemudian menjaga

keberlanjutan posisi suksesnya.

Dyer dan Singh (2001;37) menyampaikan konsep untuk keunggulan

bersaing, yaitu Relational Approach (RA), bahwa pesaing akan sulit untuk

147
meniru keunggulan bersaing sebuah organisasi yang memiliki kombinasi

sumberdaya spesifik yang bernilai, yang lahir dari sebuah proses

organisasional yang causally ambiguous, path dependent, dan socially

complex.

Day dan Wensley dalam Cravens, (1996:50) menjelaskan bahwa

keunggulan bersaing seharusnya dipandang sebagai suatu proses dinamis

ketimbang sebagai hasil akhir. Dikemukakan pula sebagai suatu proses

yang terdiri atas sumber keunggulan, keunggulan posisi, dan prestasi hasil

akhir serta investasi laba untuk mempertahankan keunggulan. Perusahaan

harus melakukan tindakan menyeluruh untuk menghasilkan keunggulan

bersaing yang berkesinambungan, agar lebih unggul dari pesaing.

Selain pendapat di atas, pendapat lainnya juga mengemukakan bahwa

inovasi produklah yang merupakan kunci sukses dalam meraih keunggulan

kompetitif. Inovasi adalah proses kreasi untuk menghasilkan sesuatu yang

baru yang mempunyai nilai bermakna bagi individu, kelompok, organisasi,

industri maupun masyarakat. Suatu produk hanya dapat dikatakan “baru”

untuk waktu yang terbatas. Untuk dapat disebut baru, suatu produk harus

benar-benar baru atau berubah dalam hal-hal yang sifatnya penting atau

substansial secara fungsional (McCharty dan Perreault, 1996: 214-215).

Inovasi adalah bagaimana sebuah perusahaan atau seseorang menghasilkan

uang dari kreativitas.

Di bidang bisnis, dengan melakukan inovasi, perusahaan dapat

menghadapi bukan saja pesaing, tetapi juga tantangan. Ketika kreativitas

berada pada kultur organisasi yang benar, hasilnya adalah inovasi. Dalam

148
kondisi lingkungan yang berubah dengan cepat, keunggulan bersaing

ditentukan oleh kreativitas dan inovasi yang dapat memuaskan keinginan

pelanggan secara lebih baik daripada pesaing.

Porter (1994: 157), menyatakan bahwa dengan inovasi produk, perusahaan

melakukan pengembangan produk, sehingga dapat menciptakan produk

yang mempunyai keunggulan kompetitif.Inovasi merupakan jalan keluar

untuk memperoleh keunggulan bersaing melalui “core competence” yang

dimiliki perusahaan. Inovasi produk merupakan suatu strategi penting bagi

perusahaan agar tetap dapat beradaptasi dengan pasar, teknologi dan

persaingan.

Produk yang inovatif diyakini mampu meraih pangsa pasar yang lebih baik

dibandingproduk tanpa inovasi atau pembauran produk, oleh sebab itu

inovasi merupakan kunci dari keunggulan bersaing . Disapaikan pual

bahwa agar dapat bertahan dalam pasar yang bersifat dinamis, maka

perusahaan harus selalu terlibat dalam inovasi terus-menerus yang

merupakan kebutuhan mendasar dalam suatu perusahaan untuk

menciptakan keunggulan bersaing.

Konsep-konsep tersebut diatas didisain untuk menciptakan dan


mempertahankan  keunggulan bersaing, Porter (1994:33), ”  The goal of
much of  business strategy is to achieve a sustainable competitive
advantage ”.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas, menurut penulis tentang

Keunggulan Bersaing dalam konteks binis adalah “ Kemampuan

Perusahaan untuk mendapatkan sebagian besar market share dan market

space melalui pendaya gunaan sumber daya perusahaan secara optilmal,

antisipasi kondisi lingkungan eksternal dan internal bisnis yang sifatnya

149
mengancam perkembangan dan pertumbuhan bisnis, selanjutnya mendisain

strategi bisnis yang mengantarkan bisnis menembus ruang dan waktu,

selanjutnya tetap memenangkan persaingan dan menjadi leader sampai

kapanpun dan dimanapun.

b. Difinisi Konsep Strategi

Kata “ Strategi “ dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia diartikan


sebagai “ Taktik, sedangkan dalam Avanced English-Indonesia Dictionary, “
Strategi” dijelaskan sebagai Strategi Perang.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua Departemen


Pendidikan penjelasan 4 dalam kata Pemasaran Strategi di defenisikan sebagai “

Pemasaran rencana untuk memperbesar pengaruh terhadap pasar, baik


jangka pendek maupun jangka panjang yang didasrkan pada riset pasar,
penilaian, perencanaan produk, promosi da perencanaan penjualan serta
distribus dikatakan “

Dalam Buku The Portable MBA Pemasaran, dikatakan “ Satu atau

beberapa produk, merek, divisi, atau segmen pasar yang mempunyai kesamaan

tertentu, misalnya sistem distribusi yang sama. Setiap Unit Bisnis Strategy

mempunyau visi sendiri, pesaing sendiri, dan rencana strategik sendiri “.

Terhadap Perencanaan Pasar Strategik, dijelaskan bahwa Proses Manajerial untuk

mengembangkan dan menerapkan kesesuaian antara peluang pasar dan sumber

daya perusahaan, dan an Strategi Perencanaan adalah Proses mengambangkan

rencana jangka panjang yang dirancang untuk menyesuaikan kekuatan dan

kelemahan organisasi dengan ancaman dan peluang yang ada di sekitarnya.

Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas dalam pencarian data


google dijelaskan bahwa kata “ Strategi “ adalah turunan dari kata dalam
bahasa Yunani “ Strategos” Adapun Strategos dapat diterjemahkan sebagai “
komandan militer pada zaman demokrasi Yunani. Pada awalnya digunakan
sebagai strategi militer saja, tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang

150
yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga misalnya sepak bola dan tenis),
catur, ekonomi, pemasaran, perdaganga, manajemen strategi dan lain-lain.

Kata Strategi disinonimkan dengan kata-kata antara lain Cetak Biru, Desain,
Muslihat, Program, Rencana, Siasat, Skema, Garis Haluan, Kebijakan, Khita,
Pendekatan, Politik, Prosedur, Langkah, Taktik dan Trik.

Jain (1990) seperti yang dikutip oleh Tjiptono (2002:6) bahwa Strategi
adalah “Strategi menggambarkan arah bisnis yang mengikuti lingkungan yang
dipilih dan merupakan pedoman untuk mengalokasikan sumberdaya dan usaha
suatu organisasi.”

Kotler (2008:25) menjelaskan bahwa “Strategi adalah proses manajerial


untuk mengembangkan dan menjaga keserasian antara tujuan perusahaan,
sumberdaya perusahaan, dan peluang pasar yang terus berubah, dengan tujuan
untuk membentuk dan menyesuaikan usaha perusahaan dan produk yang
dihasilkan sehingga bisa mencapai keuntungan dan tingkat pertumbuhan yang
menguntungkan.”

Wheelen dan Hunger (2000:20) adalah “A strategy of a corporation forms


a comprehensive mater plan stating how the corporation will achieve its mission
and objectives.”

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, bahwa Strategi “ adalah


pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan,
perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu”.

Tika-Sense, dalam pencarian data google, Tika-Sense menjelaskan


difinisi Strategi secama umum adalah “ Prioritas atau arah secara keseluruhan
yang luas yang diambil oleh organisasi, yakni pilihan-pilihan tentang
bagaimana cara terbaik untuk mencapai misi organisasi “

Difinisi ini disesuaikan dengan kata Strategi berasal dari kata kerja

bahasa Yunani stratego yang berarti merencanakan pemusnahan musuh lewat

penggunaan sumber-sumber yang efektif. Strategi dimaknai sebagai suatu cara

atau kiat mencapai suatu tujuan tertentu.

Lebih lanjut disampaikan bahwa menurut Onong Uchjana Effendi


tentang Strategi bahwa “ Strategi adalah Paduan perencanaan dengan
Manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, Strategi harus
mampu menunukan bagaimana operasionalnya secara praktis harus

151
dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bias berbeda
sewaktu-waktu tergantung pada situasi dan kondisi.

Strategi “ adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang


tindakan, guna mencapai tujuan “. Jadi merumuskan strategi, berarti
memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) dihadapi dan yang
akan mungkin di masa depan, guna mencapai sukses.

Pada dasarnya strategi merupakan berbagai tahapan dari jawaban yang

optimal terhadap tantangan-tantangan baru yang mungkin dihadapi, baik sebagai

akibat dari langkah sebelumnya maupun karena adanya tekanan dari luar.

Keseluruhan dari proses tersebut berada dalam suatu arah tujuan yang telah

ditetapkan oleh perusahaan dari awal. Dengan manajemen strategi yang baik,

maka perencanaan strategi atau pemimpin perusahaan akan berpikir dan

memandang perusahaan secara keseluruhan, sehingga akan cepat dan mudah bagi

pemimpin untuk mengidentifikasi masalah-masalah strategi yang muncul.

Menyusun strategi berarti mencari jalan bagaimana mencapai hasil yang

ditargetkan sesuai dengan visi dan misi di dalam situasi organisasi dan prospek

yang dihadapi. Strategi ini adalah jalan untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk

mencapai posisi yang strategis.

Berdasarkan beberapa pengertian atau definisi strategi di atas, penulis

berpendapat bahwa strategi merupakan taktik dan instrumen yang konseptual

untuk mencapai tujuan perusahaan dengan memperhatikan faktor-faktor

perubahan lingkungan baik eksternal maupun internal karena sangat menentukan

kekuatan dan kelemahan perusahaan, sehingga dapat disusun strategi untuk

mencapai keunggulan kompetitif perusahaan.

c. Difinisi Konsep Strategi Bisnis

152
Strategi Binis berasal dari 2 kata yaitu kata Strategi dan Bisnis, untuk

dalam penjelasan ini dijelaskan terlebih dahulu arti kedua kata tersebut, untuk

selanjutnya data disampaikan pengertian Strategi Bisnis..

Kata “ Strategi “ dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia diartikan sebagai

“ Taktik “ selanjutnya Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas dalam

pencarian data google dijelaskan bahwa kata “Strategi “ adalah turunan dari kata

dalam bahasa Yunani “ Strategos” Adapun Strategos dapat diterjemahkan sebagai

“ komandan militer pada zaman demokrasi Yunani. Pada awalnya digunakan

sebagai strategi militer saja, tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang

berbeda seperti strategi bisnis, olahraga misalnya sepak bola dan tenis), catur,

ekonomi, pemasaran, perdaganga, manajemen strategi dan lain-lain.

Kata Strategi disinonimkan dengan kata-kata antara lain Cetak Biru, Desain,

Muslihat, Program, Rencana, Siasat, Skema, Garis Haluan, Kebijakan, Khita,

Pendekatan, Politik, Prosedur, Langkah, Taktik dan Trik.

Selajutnya kata “ Bisnis “ dijelaskan dalam Wikipedia Ensiklopedia bebas

dijelskan kata dan pengertian “ bisnis “ adalah bahwa, Dalam ilmu eknomi,

bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen

atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan lama. Secara historis kata “ bisnis “dari

Bahasa Inggris, bussines dari kata dasar busy yang berarti “sibuk “ dalam

konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk

mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.

Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak

swasta, bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran

para pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan

153
sesuai dengan aktu, usaha, atau capital yang mereka berikan. Namun tidak semua

bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan

meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang

bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras

dengan sistim sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh

pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja.

Secara etimologi, “ bisnis “ berarti keadaan dimana seseorang atau


sekelompok orang melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata
“Bisnis” sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya. Penggunaan
singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yurudis
(hokum), teknis dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan.
Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya
bisnis per television. Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh
aktivitas yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Namun
definisi bisnis yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini.

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Drs.Kamisa (1997) dijelaskan


bahwa : Bisnis adalah sesuatu yang bersifat mencari keuntungan, bidag usaha
yang bertujuan mendatangkan hasil., selanjutnya Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Kedua Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan dijelaskan
bahwa “ Bisnis “ adalah usaha dagang komersial dalam dunia perdagangan.

Dengan menggabungkan kedua kata terebut menjadi “ Strategi dan Bisnis,

maka dapat dijelaskan bahwa “ Strategi Bisnis “ dapat diartikan sebagai Strategi

untuk menjalankan Bisnis. untuk menjalankan atau melaksaakan usaha dalam

bidang ekonomi dan bisnis yang menghasilkan keuntungan.

Wheelen dan Hunger (2003:35) memberikan pengertian Strategi Bisnis

sebagai sebagai berikut: “ Business strategy usually occurs at the businessunit or

product level, and it emphasizes improvement of the competitive position of a

corporation’s products or services in the spesific industry or market segment

served by that business unit.” (Strategi bisnis biasanya terjadi pada unit bisnis

154
atau tingkat produk, dan menekankan peningkatan posisi kompetitif dari produk

atau jasa perusahaan dalam industri spesifik atau pasar segmen yang dilayani oleh

unit bisnis itu).

Dari berbagai penjelesan tentang Strategi Bisnis dimaksud, penulis

berpendapat bahwa Strategi Bisnis adalah suatu konsep bisnis dibidang ekonomi

dengan menggunakan taktik, rencana, skenario, cetak biru, desain, siasat,

kebijakan, prosedur, langkah, dan trik untuk mendaatkan profit yang sebesar

besarnya dalam waktu yang tidak terhingga. bahwa setiap perusahaan sangat dan

dipastikan membutuhkan strategi bisnis, jika perusahaan bermksud untuk tetap

berutmbuh dengan baik dan bertahan dalam situasi persaingan dunia global yang

semakin hebat saat ini, maka tidak ada pilihan lain kecuali disain srtategi binis

yang baik.

d. Definisi Konsep Blue Ocean Strategy

Blue ocean terdiri dari dua kata bahasa Inggris masing-masing blue artinya biru

dan ocean artinya lautan. Dua kata ini sesuaikan dengan bahasa Indonesia, maka

instilah menjadi laut biru, selanjutnya jika ditambahkan dengan kata strategi maka

akan menjadi kalimat Strategi laut biru, dalam bahasa aslinya (Inggris) disebut

Blue Ocean Strategy (menurut kami/peneliti). Pasar dilihat sebagai lautan biru

yang tidak akan habis-habisnya, dan jika dimasuki maka menjadikan pesaing tidak

relevan.

Blue Ocean Strategy ( BOS), muncul untuk mengatasi sebuah perusahaan

kesulitan pemasaran di pasar yang telah ada dan lama di dilakukan penetrasi

sehingga menjadi berdarah-darah (red). Pasar dimaksud di bisnis perbankan

adalah pasar komersil ritel, komersil menengah dan komersil korporasi, dimana

155
semua bank ber lomba-lomba untuk bersaing di dalamnya sejak beroperasi sampai

saat ini dan sampai kapanpun. Disisi lain roduk yang di tawarkan kepada

masyarakat adalah produk konvensional antara lain simpanan, pinjaman, jasa

bank, tanpa berusaha keras untuk memasuki produk e-banking secara proporsional

sebagaimana kebutuhan konsumen yang kontemporer. Kondisi inilah yang

membuat perlu adanya alternative solusi strategi bisnis.

Menurut peneliti bahwa Blue Ocean Strategy muncul dan memberikan solusi

yang tepat, disamping tetap bersaing dengan ketat dalam pasar yang telah (red

ocean) ada selama ini.

Kim dan Mauborgne (2005:12) dalam bukunya yang berjudul “Blue


Ocean Strategy” menyatakan bahwa (Blue Ocean Strategy) merupakan sebuah
terobososan strategi perusahaan untuk keluar dari samudra merah (Red
Ocean). Samudra merah itu sendiri merupakan istilah untuk menyebut
“strategi konvensional” dimana sebagian besar perusahaan saat ini penuh
berkutat dengan yang disebut kompetisi.

Dasar dalam membuat samudra biru adalah inovasi nilai. Inovasi nilai
hanya terjadi ketika perusahaan memadukan inovasi dengan utilitas (manfaat),
harga, dan posisi biaya. Inovasi nilai seperti terlihat pada gambar dibawah
(segitiga tengah berwarna biru muda kecil bertuliskan VI) diciptakan dalam
wilayah dimana tindakan perusahaan secara positif mempengaruhi struktur
biaya dan tawaran nilai bagi pembeli.

Dalam penjelesannya, Kim dan Mauborgne bahwa Inovasi nilai tidaklah


sama dengan inovasi teknologi, Inovasi nilai menolak salah satu dogma yang
paling umum digunakan dalam strategi berbasiskan kompetisi yaitu : dilemma
atau pertukaran (tradeoff) nilai biaya, disini, bahwa strategi dilihat sebagai
pembuat pilihan antara diferensiasi dan biaya rendah. Sebaliknya Blue Ocean
Strategy menjadikan perusahaan mengejar diferensiasi dengan biaya rendah
secara bersamaan.

Masih menurut Kim dan Mauborgne bahwa di Bule Ocean Strategy,

terdapat empat prinsip yang harus dijalankan, yaitu dengan merekonstuksi batasan

pasar, fokus pada gambaran besar bukan pada angka, menjangkau melampaui

156
permintaan yang ada dan menjalankan rangkaian strategis dengan benar. Setelah

berhasil mengembangkan BOS dengan melewati prinsip-prinsip dalam

perumusannya, strategi tersebut harus dapat dieksekusi. Mengeksekusi Blue Ocean

Strategy lebih sulit daripada mengeksekusi strategi pada red ocean, karena BOS

melambangkan langkah yang signifikan untuk meninggalkan status quo.

Setiap tahap memiliki rintangan tersendiri untuk dieksekusi, yaitu rintangan

kognitif, rintangan sumberdaya, rintangan motivasional, dan rintangan.

Untuk mendapatkan rumusan Blue Ocean Strategy yang efektif, terdapat

kondisi yang harus dipaham dan dipelajari secara mendalam, dimana manurut

Kim dan Mauborgne adalah : Logic of Industry, Driving Forces, Prime Movers,

Key Success Factors dan SERVO Analysis.

Kim dan Mauborgne (2005) telah mengembangkan perangkat kerja untuk

menganalisis Blue Ocean Strategy agar perumusan dan penerapannya menjadi

sistematis dan praktis. Perangkat kerja ini telah dipelajari dan diuji selama hampir

15 tahun terhadap perusahaan-perusahaan di seluruh dunia. Perangkat analisis

dikemukakan dalam tiga hal yaitu: Strategy Canvas, Four Actions Framework,

ERRC Grid (Eliminate– Create Grid).

Kim dan Mauborgne (2005) menyatakan bahwa “ Blue Ocean Strategy


memiliki enam prinsip yang mendorong kesuksesan penerapan dan
pelaksanaannya, dimana Empat prinsip pertama merupakan pemandu
keberhasilan dalam merumuskan Blue Ocean Strategy, sementara dua prinsip
terakhir merupakan pemandu ketika BOS yang efektif dieksekusi, prinsip-
prinsip dimaksud adalah Merekonstruksi batasan-batasan pasar, Fokus pada
gambaran besar, bukan pada angka, Menjangkau, melampaui permintaan yang
ada, Melakukan rangkaian strategis dengan tepat, Mengatasi hambatan utama
dalam organisasi dan Mengintergasi eksekusi kedalam strategi”.

2.3.2. Pengukuran

a. Tujuan Dan Manfaat Pengukuran

157
Dalam bukunya yang berjudul All-in-one Strategic Manajemen, Vincent
Gaspersz (2012), menyatakan bahwa tujuan dari pengukuran kinerja adalah
untuk menghasilkan data, yang kemudian apabila data tersebut dianalisis
secara tepat akan memberikan informasi yang akurat bagi pengguna data
tersebut. Berdasarkan tujuan pengukuran kinerja, maka suatu metode
pengukuran kinerja harus dapat menyelaraskan tujuan organisasi
perusahaan secara keseluruhan tujuan organisasi secara keseluruhan (goal
congruence).

Masih menurut Vincent, bahwa suatu pengukuran kinerja akan


menghasilkan data, dan data yang telah dianalisis akan memberikan
informasi yang berguna bagi peningkatan pengetahuan para manajer dalam
mengambil keputusan atau tindakan manajemen untuk meningkatkan
kinerja organisasi.

Manfaat sistem pengukuran kinerja yang baik adalah:

1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa

perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang

dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.

2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata

rantai pelanggan dan pemasok internal.

3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya

pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).

4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih

konkrit sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.

Dalam bagian lain, Vincent Gaspersz menjelaskan Indikator Kinerja

Kunci (KPls) merupakan ; elemen kunci untuk mengukur level kinerja

organisasi, kriteria yang bersifat terukur (measurable) dan dianggap sebagai

parameter kunci untuk menentukan keberhasilan Organisasi, indikator kunci

yang memiliki penetapan angka target kinerja tahunan yang menantang

(challenging)

158
Vincent menguraikan Indikator Kinerja Kunci (KPls) yang ditetapkan harus

berkaitan langsung dengan :

 Visi, misi nilai-nilai dan tujuan strategi dari setiap perspektif dalam

organisasi

 Manajemen sebagai informasi yang konsisten, tepat, mudah diakses namun

tetap aman agar dapat dipergunakan untuk pembuatan keputusan strategic

dan operasional,

 Upaya giat secara terus-menerus untuk meningkatkan kepuasan semua

stakeholder organisasi, melalui

 Dan Peningkatan efisiensi internal dan efektivitas eksternal dari organisasi

bisnis, seperti ditunjukan sebagaimana skema dalam bagan sebagai berikut:

Gambar 2.5. ; OEE= Overall Operational Effectiveness (industry jasa)

Visi, Nilai, Strategi


Organisasi

Tujuan -tujuan Ukuran ukuran


Pangsa Finansial
Pasar
Unit-Unit Bisnis

Kepuas- Produk-
an OEE tivitas Proses-proses
Pelangga bisnis
n
Down Time
Kualitas Cycle Time
Pemboros
an

Departemen &
Proses-proses Operasional Dalam Organisasi
Pusat Kerja

159
Efektivitas Eksternal Efisiensi Internal

Dalam bagan lain dibawah ini, Vencent menjelaskan bahwa Pengkuran kinerja
memberikan suatu alat untuk menetapkan “angka sebutan” untuk pembanding
sepanjang waktu. Pengukuran kinerja merupakan suatu cara mengukur arah dan
kecepatan perubahan, yang dapat diibaratkan seperti meteran pengukur
kecepatan dari sebuah mobil, seperti dalam bagan sebagai berikut :

Gambar 2.6, ; Pengukuran Arah dan Kecepatan Perubahan

Posisi
Sekarang
Keadaan keadaan yang
Sekarang akan datang
Gambar 2.6. Baseline target
Sumber : Vincent Gaspersz (2012)

Kinerja keseluruhan
Gambar 2.7.

Sumber : Vincent Gaspersz (2012)

Baseline Sasaran/Tujuan
Selanjuntnya masih menurut Vincent, bahwa untuk memahami secara

cepat tentang berbagai aspek pengukuran, perlu dijelaskan bentuk-bentuk


Pengukuran Kinerja
pengukuran (angka, indeks, persentasi, rati

Bentuk-bentuk pengukuran (angka, indeks, presentase, rating, rasio,


ranking) dan jenis-jenis pengukuran (outcome – lag indicators, dan pengendali
kinerja – drive /lead indicators), dilihat dari manfaat dan kelemahannya
sebagaimana uraian Manfaat dan Kelemahan dari Beberapa Aspek Pengukuran di
jelaskan sebagai berikut :
Daftar Tabel 2.5.
Manfaat dan Kelemahan dari Beberapa Aspek Pengukuran

Bentuk Pengukuran Manfaat Kelemahan


Angka-angka Sederhana dan mudah Hanya baik sebagai
dipahami tujuan strategic
Indeks Mengijinkan kombinasi Sulit dipahami tentang
beberapa pengukuran apa yang akan terjadi
Persentase Ukuran yang baik untuk Dapat digunakan secara
waktu berjangka keliru (tidak tepat)
Rating Ukuran yang baik untuk Dapat bersifat subyektif
informasi kualitatif berkaitan dengan
bagaimana itu dihasilkan.
Ratio Mengukur hubungan Membutuhkan tambahan
kritis/penting analisis untuk menarik
kesimpulan

160
Tipe Pengukuran Manfaat Kelemahan
Outcome-lag Obyektif dan mudah Berfokus pada masa lalu,
indicators memperoleh bukan pada keadaan
sekarang
Pengendali Kinerja- Prediktif dan mengendalikan Sukar untuk
driver/lead indicators kinerja organisasi mendefinisikan atau
menurunkan jenis
pengukurn ini.
Contoh Outcome-lag indicators Pengendali Kinerja-
driver/lead indicators

- Persentasi pertumbuhan - Hanya baik untuk


dalam penerimaan tujuan strategik
- Rating kepuasan - Penyerahan tepat
pelanggan waktu
- Rating kepuasan - Jam pelatihan yg
karyawan diikuti
- Persentase keuntungan - Persentase yang cacat
produk produk
- Return - on – investment - Utilisasi aset
(ROI)
- Nilai penjualan per - Kompetensi tenaga
tenaga kerja penjual penjual
- Dan lain-lain - Dan lain-lain

Sumber : Vincent Gaspersz (2005)

Terkait dengan penjelasan dalam Kajian Teoritik tentang Pengertian

Pengukuran Kinerja dan Penilaian Kinerja, Anderson dan Clancy dalam

Yuwono et al. (2002: 21), mendefinisikan pengukuran kinerja sebagai berikut:

“feedback from the accountant to management that provides information about


how well the action represent the plants; it also identifies where manager may
need to make corrections or adjustment in future planning and controlling
activities”.

Pengukuran kinerja merupakan suatu tolok ukur atau bagi manajemen


perusahaan dalam menentukan kebijakan perusahaan, apakah kinerja
perusahaan sudah baik dari segi keuangan maupun non keuangan.

161
Masih dalam keterangan pada Kajian Teoritik, bahwa Mulyadi dan

Setyawan (2002: 227), mendefinisikan Penilaian Kinerja adalah penentuan secara

periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya

berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Melalui penilaian kinerja, manajer dapat menggunakannya dalam mengambil

keputusan penting dalam rangka bisnis perusahaan, seperti menentukan tingkat

gaji karyawan, dan sebagainya, serta langkah yang akan diambil untuk masa

depan. Sedangkan bagi pihak luar, penilaian kinerja sebagai alat pendeteksi awal

dalam memilih alternatif investasi yang digunakan untuk meramalkan kondisi

perusahaan di masa yang akan datang.

Tujuan utama penilaian kinerja menurut Mulyadi dan Setyawan, 2002: 227
adalah untuk memotivasi personel dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam
mematuhi standar perilaku berupa kebijakan manajemen atau rencana formal
yang dituangkan dalam anggaran organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya,
agar membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan oleh organisasi.

Manfaat dari penilaian kinerja bagi manajemen perusahaan adalah sebagai

berikut:

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian

karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan,

seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.

3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk

menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan kinerja.

4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka

menilai kinerja mereka.

5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

162
(Mulyadi dan Setyawan (2002: 227).

2. Faktor-Faktor Kritis Keberhasilan Kinerja

Dalam bukunya yang berjudul Pokok-Pokok Balanced Scorecard, Drs. Amin

Widjaya Tunggal Ak. MBA (2009) dalam Bagian Faktor Keberhasilan Kritikal

(Critical Sucsses/CSFs) Dan Bagaimana Mengukurnya, dijelaskan bahwa

“ Faktor Keberhasilan Kritikal merupakan tolok ukur dari aspek-aspek kinerja


perusahaan yang penting terhadap keunggulan kompetitifnya, dan sebab itu
terhadap keberhasilannya”.
Lebih lanjut, dikatakan “ Sistem manajemen biaya strategik mengembangkan

informasi, strategik yang memasukan informasi yang bersifat keuangan maupun

non keuangan. Dimasa lalu, perusahaan cenderung berfokus terutama pada

ukurang kinerja keuangan, seperti peertumbuhn penjualan dan laba, alirah kas dan

nilai persediaan. Sebaliknya perusahaan dalam linkungan bisnis kontemporer

menggunakan manajemen strategik untuk mengfokuskan tertutama pada

ukuran strategik tentang keberhasilan yang banyak berupa ukuran operasional

yang bersifat non keuangan, seperti pangsa pasar, mutu produk, kepuasan

pelanggan dan peluang pertumbuhan.

Ukuran keuangan menunjukan dampak kebijakan dan prosedur perusahaan pada

posisi keuangan perusahaan jangka pendek dan oleh karena itu juga memberikan

pegembalian (return) jangka pendek bagi pemegang saham.Sebaliknya factor-

faktor yang bersifat non keuangan menunjukan posisi kompetitif perusahaan

untuk saat ini dan masa yang akan dating, yang merupakan ukuran yang

dipandang dari tiga sudut pandang (a) pelanggan, (b) proses bisnis internal dan (c)

inovasi dan pembelajaran mislnya ; sumber daya manusia.

163
Ukuran stategik yang bersifat keuangan dan non keuangan biasanya disebut

dengan kunci keberhasilan kritikal (critical succsess factor/CSFs).

Amin Widjaya mencontohkan Ukuran Keberhasilan yang bersifat Keuangan dan

Non Keuangan Faktor Keberhasilan Kritikal (critical succsess factor/CSFs,

dengan penjelasan yang panjang lebarnya, yang menurut penulis sangat relevan

dengan obyek penelitian sebagai berikut :

Tabel 2.6.

Daftar Ukuran Keberhasilan Kritikal Keuangan dan Non Keuangan

(Amin Wijaya Tunggal)

Ukuran Keberhasilan Yang Bersifat Ukuran Keberhasilan Yang Bersifat


Keuangan Non Keuangan

Pertumbuhan penjualan Ukuran dari sisi pelangan (Costumer


measures)
Pertumbuhan Laba
- Pangsa pasar dan pertumbuhan
Pertumbuhan Dividen pagsa pasar
Obligasi dan Penilaian Kredit - Pelayanan kepada pelanggan
Aliran Kas - Pengiriman yang tepat waktu
Peningkatan harga saham - Kepuasan pelanggan

- Pengakuan terhadap merek

- Posisi pada pasar yang


menguntungkan

Proses Bisnis Internal (Internal Bisnis


Processes)

- Mutu produk yang tinggi

- Inovasi dalam manufakturig

- Produktivitas manufakturing yang

164
tinggi

- Waktu siklus (cycle time)

- Hasil dan penurunan pemborosan

Inovasi dan Pembelajaran (Sumber


daya manusia)

- Kompetensi dan integritas manajer

- Moral dan budaya perusahaan

- Pendidikan dan pelatihan

- Inovasi produk baru

- Metode manufacturing

Sumber :Amin Widjaya Tunggal (2009)

Dalam penjelasan lebih lanjut, Amin Widjaya Tunggal menjelaskan bahwa dalam

mengembangkan ukuran CFSs harus melibatkan studi secara hati-hati terhadap

proses bisnis perusahaan. Pengembangan produk, manufacturing, manajemen, dan

fungsi keuangan harus dilihat untuk menentuan spesifikasi fungsi-fungsi ini dalam

memberikan kontribusi untuk keberhasilan perusahaan.

Dicontohkan CFSs, dan bagaimana cara mengukurnya sebagai berikut :

Daftar Tabel 2.7.

Mengukur Critical Succses Factori , Bagaimana Mengukurnya.Amin Wijaya

Tunggal.

Critical Success Factor How it is Mesuared

Quality Number of defects of retums, customer


satisfaction

165
Efficiensy Throughput lime

Flexibility Setup time, cycle time

Effectiveness Value added versus no value added

Skill development Trainng housrs, skill performance

Customer satisfaction Number of complainst, survey results

Timeliness of delivery Time from order to customer receipt

Timeliness of new product release Number of days over/under targeted


introduction date

Safety Number of accidents, related


occurrences

Collections Agingof receivable, number of


delinquencies

Manufcturability Cycle time, setup time, number of


design changes Complaints, turover

- Mengukur Critical Success Factors

Bagaimana mengukur CSF

Faktor Keberhasilan kritikal Faktor Keuangan

- Profitabilitas Laba operasi, trend laba

- Likuidtas Cash flow adequancy, trend in cash


flow, kemapuan membayar bunga,
tingkat pertputaran aktiva, tingkat
perputaran persediaan, tingkat
perputaran piutang
- Penjulan
Tingkat penjualan pada kelompok
produk utama, trend penjualan,
persentase penjualan yang berasal dari
produk baru, ukuran peramalan
- Nilai pasar penjualan

Harga saham

166
Faktor Pelanggan

- Kepuasan pelanggan Pengembalian produk dn keluhan


pekanggan, penelitian tentang
pelanggan
- Dealer dan Distributor Kekuatan hubungan dengan dealer dan
distributor

- Pemasaran dan Penjualan


Trend kinerja penjualan, aktivitas
pelatihan dan riset pasar
- Ketepatan Pengiriman
Kinerja ketepatan waktu pengiriman,
waktu mulai pemesanan sampai
pengiriman kepada pelanggan
- Mutu
Keluhan pelanggan, biaya jaminan,
kecepatan dan keefektifan pelayanan

Proses Bisnis Internal

- Mutu Jumlah produk cacat, jumlah


pengembalian, penelitian terhadap
pelanggan, jumlah sisa produksi,
jumlah perbaikan, laporan lapangan,
klaim jaminan, tingkat kecacatan
barang daripemasok

- Produktivitas Waktu siklus (mulai dari bahan mentah


sampai dengan produk selesai) efisiensi
tenaga kerja, jumlah pemborosan,
- Fleksibilitas perbaikan dan sisa produksi

Waktu set up, waktu siklus, keefektifan


penjadwalan
- Keamanan
Down time, pengalaman operator,
kapasitas mesin, aktivitas pemeliharaan

Pembelajaran dan Inovasi

- Inovasi Produk Jumlah perubahan desain, jumlah hak


paten atau hak cipta yang baru,
keahlian staf riset dan pengembangan

167
- Ketepatan waktu untuk produk baru Jumlah kelebihan atau kekurangan hari
dari tanggal pengiriman

Jumlah pelatihan, peningkatan kinerja


- Pengembangan keahlian keahlian

Tingkat perputaran pekerja, jumlah


- Moral pekerja keluhan, penelitian terhadap
pekerja/karyawan
- Kompetensi
Tingkat perputaran, pelatihan,
pengalaman, kemapuan beradaptasi,
ukuran-ukuran keuangan, dan
operasional

168

Anda mungkin juga menyukai