Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH AKHIR

MENERAPKAN KONSEP DAN PRINSIP GELOMBANG BUNYI DAN CAHAYA


DALAM TEKNOLOGI

(KD 3.10)

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Termodinamika dan Gelombang Optik untuk
Sekolah

Dosen pengampu:Drs. Sutrisno, M.Pd.

disusun oleh:

Kelompok 4

Anisa Zahra Nurjaman 1807322

Novita Asriyeti Fauziah 1801583

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DANILMUPENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2020
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI2:Memilikidanmengamalkanperilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli,kerjasama,
toleran, damai, responsifdan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 :Menganalisis, memahami, danmenerapkan pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural,dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 :Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar

3.10 Menerapkan konsep dan prinsip gelombang bunyi dan cahaya dalam teknologi.

C. Indikator

3.10.1 Mendeskripsikan konsep gelombang cahaya.


3.10.2 Mendeskripsikan sifat-sifat gelombang cahaya.
3.10.3 Menyebutkan aplikasi gelombang cahaya dalam teknologi.

D. Materi Prasyarat
1. Gelombang

E. Materi Pokok

Gelombang Cahaya
F. Sub Materi Pokok

1. Pembiasan
2. Difraksi
a) Difraksi Cahaya pada Celah Tunggal
b) Difraksi Cahaya pada Kisi
3. Interferensi
a) Inteferensi Cahaya pada Celah Ganda
b) Inteferensi pada Selaput Tipis
4. Polarisasi
a) Polarisasi karena Pemantulan
b) Polarisasi karena Refleksi
c) Polarisasi karena Pembiasan Ganda
d) Polarisasi karena Absorbsi Selektif
e) Polarisasi karena Hamburan
f) Pemutaran Bidang Polarisasi
5. Penerapan gelombang cahaya dalam teknologi
G. Bagan Materi

Pembiasan
Difraksi Cahaya
pada Celah
Tunggal
Difraksi
Difraksi Cahaya
pada Kisi

Interferensi
Cahaya pada Celah
Ganda
Interferensi
Interferensi pada
Selaput Tipis

Gelombang
Cahaya Polarisasi karena
Pemantulan

Polarisasi karena
Refleksi

Polarisasi karena
Pembiasan Ganda
Polarisasi
Polarisasi karena
Absorbsi Selektif
Penerapan
gelombang cahaya
dalam teknologi
Polarisasi karena
Hamburan

Polarisasi karena
Bidang Polarisasi

H. Konsep-KonsepEsensial

1. Gelombang Elektromagnetik
2. Gelombang cahaya
3. Dispersi
4. Difraksi
5. Interferensi
6. Polarisasi
I. Peta Konsep

Gelombang
Elektromagnetik

Ditangkap oleh mata

Gelombang
Cahaya

Menembus

Materi

Mengalami

Disepersi Difraksi Interferensi Polarisasi


J. AspekdanDimensiPengetahuan

AspekPengetahuan Klasifikasi Konsep


Sub Materi
No
Pokok Psikomoto
Kognitif Afektif Faktual Konseptual Prosedural Metakognitif
r
1. Pembiasan √ √ √ √ √ √ √
2. Difraksi √ √ √ √ √ √ √
3. Interferensi √ √ √ √ √ √ √
4. Polarisasi √ √ √ √ √ √ √

K. Uraian Materi

A. Pembiasan Cahaya

Kita telah mengetahui bahwa cahaya dapat mengalamu pembiasan. Ketika cahaya
melintas dari satu medium ke medium yang lain, sebagian cahaya datang dipantulkan pada
bidang batas antara kedua medium dan sebagian diteruskan masuk pada medium baru. Jika
berkas cahaya datang tiidak tegak lurus bidang batas antar kedua medium maka berkas
cahaya yang masuk ke medium baru mengalami pembelokkan. Pembelokan ini dinamakan
dengan pembiasan atau dispersi.

Ketika sebuah prisma dikenai oleh seberkas sinar putih makan akan terbentuk pelangi.
Sinar putih itu terurai menjadi tujuh spektrum warna yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru,
nila, dan ungu. Menurut para ahli, ternyata urutan spektrum warna tersebut berdasarkan
panjang gelombang dan frekuensinya.

Spekrum Cahaya Panjang Gelombang (nm) Frekuensi (x1014 Hz ¿

Merah 620-750 4,00 - 4,84

Jingga 590-620 4,84 - 5,08

Kuning 570-590 5,08 - 5,26

Hijau 495- 570 5,26 – 6,06

Biru 450-495 6,06 – 6,68

Ungu 380-450 6,68 – 7,89


B. Interferensi

Interferensi cahaya adalah perpaduan antara dua gelombang cahaya.Agar interferensi


cahaya dapat teramati dengan jelas, maka kedua gelombang cahaya itu harus bersifat
koheren. Dua gelombang cahaya dikatakan koheren apabila kedua gelombang cahaya
tersebut mempunyai amplitudo, frekuensi yang sama dan pada fasenya tetap.

Sangat sukar untuk mengamati inteerferensi cahaya karenaada dua alasan. Pertama,
panjang gelombang cahaya sangat pendek , kira-kira 1% dari lebar rambut. Akedua, setiap
sumber cahaya alamiah memancarkan gelombang cahaya yang fasenya sembarang sehingga
interferensi yang terjadi hanya dalam waktu sangat singkat. Ini tak dapat diamati oleh mata
anda atau film fotografi. Jadi interferensi cahaya tidaklah senyata seperti interferensi pada
gelombang air atau gelombang bunyi. Salah satu contoh interferensi cahaya adalah warna-
warna terang dari sebuah lapisan tipis minyak yang terletak diatas permukaan air.

Syarat utama agar interferensi dapat diamati adalah kedua sumber gelombang harus
koheren, artinya kedua gelombang selalu memiliki beda fase teteap (tidak harus 0). Supaya
beda fase selalu tetap, maka kedua gelombang harus memiliki fase yang sama. Syarat
tambahan agar interferensi kedua gelombang koheren dapat diamati dengan jelas adalah
kedua gelombang harus memiliki amplitudo yang hampir sama. Nah, cahaya alamiah tidaklah
koheren sehingga sangat sukar bagi kita mengamati interferensi cahaya dalam keseharian.

Ada tiga cara untuk menghasilkan pasangan sumber cahaya koheren sehingga dapat
menghasilkan pola interferensi, yaitu sebagai berikut :

1. Sinari dua atau lebih celah sempit dengan cahaya yang berasal dari celah tunggal
(satu celah). Inilah yang dilakukan oleh Thomas Young.
2. Dapatkan sumber-sumber koheren maya dari sebuah sumber cahaya dengan
pemantulan saja (ini yang dilakukan oleh fresmel) atau pemantulan dan
pembiasan. (ini yang terjadi pada interferensi lapisan tipis)
3. Gunakan sinar laser sebagai penghasil cahaya koheren.
I. Interferensi Celah Ganda
a. Analisis Kuantitatif Interferensi Celah Ganda Young

Cahaya datang pada layar pertama yang diberi celah S0 menuju kelayar kedua yang
diberi celah S1 dan S2. Gelombang cahaya yang keluar dari S1 dan S2 berasal dari satu sumber
cahaya S0 sehingga kedua cela berlaku sebagai pasangan sumber cahaya koheren.

Cahaya dari sumber S1 dan S2 menghasilkan interferensial dengan pola teratur pada
layar C. Pola interferensi terdiri atas pita-pita terang gelap yang silih berganti. Pita terang
(garis terang) terjadi jika cahaya dari kedua celah mengalami interferensi maksimum
(konstruktif). Adapun pita gelap (garis gelap) terjadi jika cahaya dari kedua celah mengalami
interferensi minimum (destrukrtif).
Gambar 1 (Diagram Skematik percobaan celah ganda Young)
Kita menurunkan rumus interferensi celah ganda Young dengan menggunakan
Gambar 2. Perhatikan titik P pada layar C yang terletak sejauh L dari celah S1 dan S2. Jarak
antara kedua celah adalah d.

Gambar 2 (Geometri untuk menurunkan rumus percobaan Young)

Intensitas cahaya di P adalah resultan dari interferensi cahaya yang datang dari kedua
celah. Gambar 2 tampak bahwa lintasan yang ditempuh oleh chaya dari S1 (S1P) lebih pendek
daripad cahaya dari S2 (S2P). Selisih antara keduanya disebut beda lintasan. Dalam kasus ini,
jarak antara celah ke layar C jauh lebih besar dibandingkan dengan jarak antara kedua celah
(L>>d) sehingga sinar S1P dapat dianggap sejajar dengan sinar S2P.

∆ s=¿S2P - S1P = S2R

Perhatikan ∆ s2R S1 siku-siku. Perhatikan, mengapa sudut PQO = sudut S2 S1 R = θ


S2 R S2 R
Sin θ = = ↔ S2R= d sinθ
S1S 2 d

Interferensi maksimum (pita terang) terjadi jika kedua gelombang yang berpadu
memiliki fase sama (sefase). Fase sama antara dua gelombang terjadi jika beda lintasan antara
keduannya ∆ s, sama dengan 0, λ , 2 λ , 3 λ ,.... Secara matematik dapat kita tulis sebagai
berikut :

∆ s = d sin θ = 0, λ , 2 λ , 3 λ ,....
∆s = d sin θ = n λ dengan n = 0,1,2,3,...
Dengan n = 0 untuk pita terang pusat, n = 1 untuk pita terang pertama, n=2 untuk pita
terang kedua, dan seterusnya. Interferensi minimum (pita gelap) terjadi jika kedua gelombang
berlawanan fase atau memiliki beda lintasan , ∆ s, sama dengan ½ λ , 1 ½ λ ,2 ½ λ ,.... secara
matematis dapat kita tulis sebagai berikut :

∆ s = d sin θ = ½ λ , 1 ½ λ ,2 ½ λ ,....
1
∆s = d sin θ = (n- ) λ dengan n = 0,1,2,3,...
2

Dengan n=1 untuk gelap pertama, n=2 untuk pita gelap kedua, n=3 untuk pita gelap
ketiga dan seterusnya.

b. Jarak Pita Terang atau Pita Gelap ke-n dari Terang Pusat

Gambar 2 kedudukan pita terang ke-n atau pita gelap ke –n dinyatakan oleh y. Jarak
antara celah dan layar sangat jauh dibandingkan dengan jarak antara kedua celah (L>>d)
sehingga sudut θ bernilai sangat kecil. Jadi dapat digunakan pendekatan sin θ=¿ tan θ .

Perhatikan ∆ POQ siku – siku pada Gambar 2

y
sin θ=¿ tan θ =
L

y
Untuk pita terang masukan nilai persamaan sin θ=¿ tan θ = kedalam persamaan
L
∆ s= d sin θ = n λ dengan n = 0,1,2,3,... sehingga kita peroleh persamaan berikut :

d sin θ = n λ

y
d( ¿=nλ
L

yd
= n λ dengan n = 0,1,2,3...
L

y
Untuk pita gelap masukan persamaaan sin θ=¿ tan θ = sehingga kita dapat
L
memperoleh persamaan berikut :

1
d sin θ = (n- ) λ
2

y 1
d ( ¿ = (n- ) λ
L 2

yd 1
= (n- ) λ dengan n = 0,1,2,3...
L 2

c. Jarak antara Dua Pita Terang Berdekatan (∆ y )


Jika jarak antara dua pita terang yang berdekatan diberi simbol ∆ y , berlaku hubungan

berikut : ∆ y=
2d

Dengan :

d= Jarak antara dua celah (m)

L= Jarak celah kelayar (m)

λ = Panjang gelombang (m)

Adapun jarak antara garis terang dan gelap yang berdekatan, berlaku hubungan berikut :

1 Lλ
∆ y tg = ∆ y=
2 2d

2. Interferensi pada Lapisan Tipis

Dalam keseharian kita sering melihat garis-garis berwarna yang tampak pada lapisan
tipis bensin oli yang tumpah di permukaan air. Hal itu terjadi saar sinar matahari menyoroti
permukaan oli tersebut. Kejadian yang sama dapat ditemukan pada gelombang sabun yag
disoroti sinar matahari.

Gambar 3 (Cahaya monokromatik datang pada suatu lapisan)

Mari kita tinjau seberkas cahaya monokromatik yang jatuh pada satu lapisan tipis
transparan. Gambar 3 terlihat bahwa cahaya yang dipantulkan oleh permukaan atas lapisan
menempuh lintasan ABC, sedangkan cahaya yang dipantulkan oleh permukaan bawah
lapisan menempuh lintasan ABDEF yang lebih panjang. Dengan demikian, seberkas cahaya
yang datang pada lapisan tipis menghasilkan dua berkas cahaya pantul koheren, yang berasal
dari pemantulan setiap permukaan lapisan.
Untuk memudahkan analisis kuantitatif ksus interferensi cahaya pada lapisan tipis,
anggap saja sinar monokrimatik datang tegak lurus pada lapisan tipis. Dengan demikian, beda
lintasn berkas cahaya pantul dari kedua permukaan lapisan tipis adalah sebagai berikut :
∆ S=¿ ABDEF – ABC = 2t

Dengan t adalah tebal lapisan tipis.Jika tidak ada pengaruh lain. Berkas-berkas cahaya
akan menghasilkan interferensi konstruktif ketika beda lintasan. ∆ S , sama dengan kelipatan
bulat dari panjang gelombang. Syarat ini telah kita pelajari pada kasus interferensi celah
ganda. Masalahnya ada perubahan lain pada kasus ini. Ketika cahaya dengan panjang
gelombang ( λ ) merambat dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat. Pembalikan fase
180° atau berkaitan dengan ½ λ terjadi peristiwa pemantulan. Peristiwa ini mirip dengan
pembalikan fase 180° ketika gelombang datang melalui tali dipantulkan oleh ujung tetap.
Peristiwa pembiasan tidak membalik fase.

Syarat agar pada suau lapisan tipis terjadi interferensi konstruktif adalah sebagai
berikut :

1
∆ S=2 t=m λ '+ λ '
2

( 12 ) λ ' dengan m=0,1,2,3 , ..


∆ S=2 t= m+

Dengan λ ' adalah panjang gelombang cahaya dalam lapisan tipis jika yang diketahui
λ
adalah panjang gelombang cahaya di udara λ nilai λ ' n = λ (1) atau x = Jika disubtitusikan
n
1 Lλ
kedalam persamaan ∆ y tg = ∆ y=
2 2d

Maka akan diperoleh persamaan berikut :

1
2t=(m+ ¿ λ /n ; m =0,1,2,3...
2

Interferensi konstruktif

1
2t=(m+ ¿ λ; m =0,1,2,3...
2

Ketika cahaya yag datang adalah cahaya yang memiliki campuran berbagai panjang
gelombang disebut cahaya polikromatik, misalnya cahaya putih sinar matahari, maka panjang
gelombang berbeda mengalami interferensi konstrukstif pada lapisan berbeda. Pola
interferensi yang dihasilkan adalah warna pelangi. Hal yang sama terjadi pada lapisan tipis
cairan sabun yang menmpel pada kawat melingkar lapisan tipis sabun ini memiliki ketebalan
yang berbeda, yaitu bagian atas lebih tipis dari pada bagian bawahnya. Ketika cahaya
matahari mengenai lapisan sabun yang berbeda berbagai panjang gelombang cahaya
mengalami interferensi konstruktif pada tempat-tempat yang berbeda dalam lapisan sabun.
Ini menyebabkan terjadinya pemisahan warna-warni dari cahaya putih matahari.

C. Difraksi Cahaya
Apabila permukaan gelombang melewati sebuah celahsempit, di mana lebar celah lebih
kecil daripada panjanggelombangnya, maka gelombang tersebut akan mengalamilenturan.
Selanjutnya terjadi gelombang setengah lingkaranyang melebar di daerah bagian belakang
celah tersebut.Peristiwa ini disebut difraksi atau lenturan.
1. Difraksi Cahaya pada Celah Tunggal
Difraksi/lenturan cahaya pada celah tunggal akanmenghasilkan garis
terang/interferensi maksimum pada layaryang berjarak L dari celah apabila selisih
1
lintasan antara cahayayang datang dari A dan B adalah (2n + 1) λ , kemudian
2
akanterjadi garis gelap atau interferensi minimum jika selisihlintasannya adalah (2n)
1
λ.
2
Gambar 7menggambarkansebuah
celah sempit yangmempunyai lebar d,
disinari dengancahaya sejajar
monokromatik secarategak lurus pada
celah. Apabila dibelakang celah
ditaruh layar pada jarakL dari celah
maka akan tampak padalayar berupa
garis terang dan gelapyang berada di
sekitar terang pusat.Celah sempit tersebut kita bagi menjadi2 bagian yang masing-
masing lebarnyad. Kelompok cahaya dari bagian atasdan bawah akan berinterferensi
di titik P yang terletak padalayar tergantung pada selisih lintasannya. Di titik O yang
beradapada layar yang juga merupakan titik tengah-tengah celah,maka semua cahaya
yang berasal dari celah bagian atas danbagian bawah sampai ke titik O mempunyai
jarak lintasanyang sama, sehingga di titik O terjadi interferensi maksimumatau sering
juga disebut dengan terang pusat. Sedangkan hasilinterferensi di titik P tergantung
pada selisih lintasan yangditempuh oleh cahaya tersebut.
Apabila celah kita bagi dua maka cahaya dari tepi celah cahaya1 dan 5 akan
1
berinterferensi di titik P akan menghasilkan garisgelap jika selisih lintasannya λ .
2
1 1
Persamaannya dapatdituliskan : d sin θ = λ atau d sin θ = λ Apabila celah dibagi
2 2
1 1
empat, maka garis gelap akan terjadi bila d sin θ = λ atau d sin θ = 2 λ . Apabila
4 2
1 1
celah dibagi 6,maka garis gelap akan terjadi bila λ d sin θ = λ ataud sin θ = 3 λ ,
6 2
dan seterusnya. Jadi untuk garis gelap ke-n padalayar akan terbentuk jika d sin θ = n λ ;
n = 1, 2, 3, ... danseterusnya.
p
Untuk sudut θ kecil berlaku bahwa sin θ = tg θ = , maka :
L
dp
=nλ
L
Dengan cara yang sama di titik P akan terjadi garis terangjika :
dp 1
=(2 n+1) λ
L 2
2. Difraksi Cahaya pada Kisi
Kisi adalah celah sangat sempit yang dibuat denganmenggores sebuah
lempengan kaca dengan intan. Sebuah kisidapat dibuat 300 sampai 700 celah setiap 1
mm. Pada kisi,setiap goresan merupakan celah. Sebuah kisi memilikikonstanta yang
menyatakan banyaknya goresan tiap satusatuan panjang, yang dilambangkan dengan
d, yang juga seringdikatakan menjadi lebar celah. Dalam sebuah kisi, lebar
celahdengan jarak antara dua celah sama apabila banyaknyagoresan tiap satuan
1
panjang dinyatakan dengan N, makad = . Misalnya sebuah kisi memiliki 500
N
1 1
garis/mm makalebar celah kisi tersebut adalah d = mm= m= 2 × 10-6 m.
500 500.000
Pada sebuah kisi yang disinari cahaya yang sejajar dantegak lurus kisi, dan di
belakang kisi ditempatkan sebuahlayar, maka pada layar tersebut akan terdapat garis
terang dangelap, jika cahaya yang dipakai adalah monokromatik.Kemudian akan
terbentuk deretan spektrum warna, jikacahaya yang digunakan sinar putih
(polikromatik). Garis gelapdan terang atau pembentukan spektrum akan lebih jelas
dantajam jika celabar celahnya semakin sempit atau konstantakisinya semakin
banyak/besar. Garis gelap dan terang danspektrum tersebut merupakan hasil
interferensi dari cahayayang berasal dari kisi tersebut yang jatuh pada layar
titik/tempat tertentu.
Gambar 8menggambarkancahaya
monokromatik sejajar yangdatang tegak
lurus bidang kisi, cahayayang melalui
kisi dilenturkan danmemiliki fase yang
sama. Semua cahayayang melalui celah
kisi akan dikumpulkanmenjadi satu oleh
lensa positif dandiproyeksikan pada layar
menjadi garisterang dan gelap.
Misalkan semua cahaya yang melalui celah kisidilenturkan/didifraksikan
dengan sudut θ dan dikumpulkanpada satu titik P yang berjarak p dari terang pusat
(O) padalayar yang berjarak L dari kisi. Hasil interferensi cahaya di titikP tergantung
pada selisih lintasan yang ditempuh cahaya daricelah yang berdekatan yaitu d sin . Di
θ P akan terjadigaris terang jika d sin θ sama dengan kelipatan bilangan bulatkali
panjang gelombang atau kelipatan bilangan genap kalisetengah gelombang.
Sebaliknya akan terjadi garis gelap jikad sin θ sama dengan kelipatan bilangan ganjil
kali setengahpanjang gelombang. Secara matematik dapat dinyatakan :
Di P terjadi garis terang jika :
nλL
d sin θ=nλ atau p=
d
Di P akan terjadi garis gelap jika :
1 (2 n+1) λL
d sin θ=( 2 n+1 ) λ atau p=
2 d
D.Polarisasi

Setiap hari kita melihat langit, pasti akan berwarna biru. Mengapa langit berwarna biru?
Langit berwarna biru karena di atmosfer itu banyak sekali parikel-partikel gas, dan saat
cahaya matahari masuk melalui atmosfer yang mana cahaya matahari merupakan cahaya
putih, saat gelombang cahaya bertubrukan dengn partikel gas, cahaya yang memiliki panjang
gelombang lebih pendek (biru dan ungu) lebih banyak dibiaskan dibanding cahaya yang
panjang gelombangnya panjang (merah dan jingga). Kejadian ini merupakan salah satu
contoh kejadian adanya polarisasi. Sama halnya dengan kaca mata hitam yang sering orang-
orang pakai saat cahaya matahari terik, saat itulah kacamata itu melakukan polarisasi.

Polarisasi merupakan proses pengkutuban atau penyerapan/pemfilteran cahaya sehingga


dihasilkan arah gelombang cahaya yang sesuai. Adapun maksud Polarisasi adalah peristiwa
penyerapan arah bidang getar dari gelombang. Polarisasi hanya terjadi pada gelombang
transversal saja.

Untuk mengamati polarisasi ini, marilah kita ikat seutas tali pada titik O di dinding,
kemudian masukkan ujung tali lain, yaitu ujung A ke sebuah celah, Pasang celah dalam posisi
vertikal, kemudian getarkan ujung tali di A sehingga gelombang transversal yang merambat
dari A dapat menembus celah, dan sampai di titik O. Ubahlah posisi celah menjadi horisontal,
kemudian getarkan kembali ujung tali A secara vertikal. Hasil pengamatan menunjukkan
bahwa gelombang vertikal tidak dapat menembus celah (tampak tidak ada gelombang
diantara celah dan titik O). Jika kemudian tali di titik A digetarkan berputar, artinya
digetarkan ke segala arah dan celah dipasang vertikal, apa yang terjadi? Ternyata,
gelombang dapat menembus celah dengan arah getaran gelombang yang sama dengan arah
posisi celah, yaitu arah vertical. Perhatikan gelombang tali pada( Gambar 1)

(Gambar 9)

Sebelum dilewatkan pada celah sempit vertical, tali bergetar dengan simpangan seperti
spiral.Setelah gelombang pada tali melewati celah, hanya arah getar vertical yang masih
tersisa.Adapun arah getar horizontal atu diserap oleh celah sempit itu.Gelombang yang keluar
dari celah tadi disebut gelombang polarisasi, lebih khusus disebut terpolarisasi linier.

Terpolarisasi artinya memiliki satu arah getar tertentu saja.Polarisasi yang hanya terjadi
pada satu arah disebut polarisasi linear.Suatu gelombang yang mempunyai banyak arah getar
disebutgelombang tak terpolarisasi, sedangkangelombang yang memilki satu arah
getardisebut gelombang terpolarisasi.

Cahaya dapat mengalami polarisasi dengan berbagai cara,antara lain karena peristiwa
pemantulan, pembiasan, biaskembar, absorbsi selektif, dan hamburan.

1. Polarisasi karena Pemantulan

Pada (Gambar 2) cahaya yang datang ke cermin dengan sudut datang sebesar 57 o, maka
sinar yang terpantul akan merupakan cahaya yang terpolarisasi. Cahaya yang berasal dari
cermin I adalah cahaya terpolarisasi akan dipantulkan ke cermin.
(Gambar 10)

Apabila cermin II diputar sehingga arah bidang getar antara cermin I dan cermin II saling
tegak lurus, maka tidak akan ada cahaya yang dipantulkan oleh cermin II. Peristiwa ini
menunjukkan terjadinya peristiwa polarisasi. Cermin I disebut polarisator, sedangkan cermin
II disebut analisator. Polarisator akan menyebabkan sinar yang tak terpolarisasi menjadi sinar
yang terpolarisasi, sedangkan analisator akan menganalisis sinar tersebut merupakan sinar
terpolarisasi atau tidak.

2. Polarisasi karena Refleksi (Pemantulan dan pembiasan)

Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan para ilmuwan Fisika menunjukkanbahwa


polarisasi karena pemantulan danpembiasan dapat terjadi apabila cahaya yangdipantulkan
dengan cahaya yang dibiaskan salingtegak lurus atau membentuk sudut 90o. Di manacahaya
yang dipantulkan merupakan cahayayang terpolarisasi sempurna, sedangkan sinar
biasmerupakan sinar terpolarisasi sebagian. Sudutdatang sinar yang dapat menimbulkan
cahayayang dipantulkan dengan cahaya yang dibiaskanmerupakan sinar yang terpolarisasi.
Sudut datangseperti ini dinamakan sudut polarisasi (ip) atausudut Brewster. Pada saat sinar
pantul dan sinar bias saling tegak lurus (membentuk sudut 90 o) akan berlaku ketentuan
bahwa: i’+ r = 90 atau r = 90o– i

(Gambar 11)
Dari hukum Snellius tentang pembiasan berlaku bahwa:
sin i n2
= =n
sin r n1
sin i p n2
= =n
sin(90−i p) n1
sin i n 2
= =n
cos i p n 1
n2
tani p= =n
n1
3. Polarisasi karena Pembiasan Ganda

Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu bahan yang
mempunyai indeks bias ganda atau lebih dari satu, misalnya pada kristal kalsit.

(Gambar 12)

Cahaya yang lurus disebut cahaya biasa, yang memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini
tidak terpolarisasi. Sedangkan cahaya yang dibelokkan disebut cahaya istimewa karena tidak
memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini adalah cahaya yang terpolarisasi.

4. Polarisasi karena Absorbsi Selektif

Selektif Polaroid adalah suatu bahan yang dapat menyerap arah bidang getar gelombang
cahaya dan hanya melewatkan salah satu bidang getar. Seberkas sinar yang telah melewati
polaroid hanya akan memiliki satu bidang getar saja sehingga sinar yang telah melewati
polaroid adalah sinar yang terpolarisasi.

paraloid
(Gambar 13)

Peristiwa polarisasi ini disebut polarisasi karena absorbsi selektif. Polaroid banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain untuk pelindung pada kacamata dari sinar
matahari (kacamata sun glasses) dan polaroid untuk kamera.

5. Polarisasi karena Hamburan

Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat terjadi pada peristiwa terhamburnya
cahaya matahari oleh partikel-partikel debu di atmosfer yang menyelubungi Bumi. Cahaya
matahari yang terhambur oleh partikel debu dapat terpolarisasi. Itulah sebabnya pada hari
yang cerah langit kelihatan berwarna biru. Hal itu disebabkan oleh warna cahaya biru
dihamburkan paling efektif dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang lainnya.

partikel

(Gambar 14)

6. Pemutaran Bidang Polarisasi

Seberkas cahaya tak terpolarisasi melewati sebuah polarisator sehingga cahaya yang
diteruskan terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi melewati zat optik aktif, misalnya larutan gula
pasir, maka arah polarisasinya dapat berputar.

Besarnya sudut perubahan arah polarisasi cahaya θ tergantung pada konsentrasi larutan c,
panjang larutan l , dansudut putar larutan β . Hubungan ini dapat ditulis secaramatematik
sebagai:

θ=cβl
(Gambar 15)

C. Penerapan dalam Teknologi

Seiring berjalannya waktu teknologi pun akan semakin berkembang. Para ilmuwan fisika
pun mengembangkan sebuah cahaya menjadi sebuah teknologi yang bermanfaat dalam
kehidupan dari mulai mesin photo copy yang sering kita jumpai, sampai laser untuk
pengobatan.

3. Laser

Laser adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation.


Laser adalah salah satu sumber cahaya yang memancarkan berkas cahaya yang koheren.
Laser masuk dalam kelompok cahaya monokromatik. Selain itu, laser juga mempunyai
intensitas dan tingkat ketelitian yang sangat tinggi, sehingga laser sering digunakan dalam
berbagai peralatan. Laser mulai dikembangkan pertama kali pada tahun 1960. Dalam
kehidupan sehari-hari, laser diterapkan antara lain untuk alat pemutar CD atau DVD,
pemindai barcode di supermarket, laser printer, dan dioda laser. Dalam bidang kedokteran,
laser dimanfaatkan untuk pisau bedah dan untuk menyembuhkan gangguan akomodasi mata.
(Laser pada barcode)

4. Night  vision  camera

Kamera ini digunakan manusia untuk melihat pada  malam hari tanpa menggunakan
lampu atau alat penerang.  Karena  kamera  ini  menangkap sinar inframerah dan merubahnya
menjadi sinar tampak (sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia).
5. TV LCD dan LED
 LCD
LCD menggunakan teknologi yang disebut dengan ‘kristal cair’ sebagai penghasil
gambar monitor. Pengertian monitor LCD merujuk kepada penggunaan varian pixels (titik
warna cahaya) yang tidak memancarkan cahayanya sendiri seperti halnya monitor CRT. Pada
teknologi LCD sumber cahaya berasal dari lampu neon berwarna putih yang tersusun secara
merata pada bagian belakang susunan pixel (kristal cair) tadi yang jumlahnya mencapai
jutaan piksel hingga membentuk sebuah gambar. Kutub kristal cair yang dilewati oleh arus
listrik akan berubah karena pengaruh polarisasi medan magnetik yang timbul dan oleh
karenanya akan hanyamembiarkan beberapa warna diteruskan sedangkan warna lainnya
tersaring
 LED
Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen elektronika yang
dapat memancarkan  cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan
keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang
dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya.
LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang
sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik
lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Subagya, Hari.(2013).Konsep dan Penerapan Fisika.Jakarta: PT Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai