Disusun oleh:
Anisa Yuliana Putri 1805983
2. Kompetensi Dasar
3.10. Menganalisis cara kerja alat optik mengguakan sifat pemantulan dan
pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa.
3. Indikator
3.10.1 Mendeskripsikan konsep pemantulan pada cermin.
3.10.2 Mendeskripsikan konsep pembiasan pada lensa
3.10.3 Menganalisis pembentukan bayangan pada alat-alat optic.
3.10.4 Mengidentifikasi komponen-komponen pada alat-alat optic
3.10.5 Merumuskan perbesaran bayangan pada alat-alat optic
4. Materi Pembelajaran
a. Pemantulan
b. Pembiasan
c. Mata
d. Lup
e. Mikroskop
f. Teropong bintang
g. Teropong bumi
h. Kamera
6. Materi Prasyarat
a. Gelombang cahaya
b. Optik Geometri
7. Konsep Esensial
a. Pemantulan
b. Pembiasan
c. Panjang fokus
d. Perbesaran
e. Jari-jari kelengkungan
f. Akomodasi maksimum
g. Tak berakomodasi
8. Peta Konsep
9. Bagan materi
10. Kandungan aspek-aspek (kognitif, afektif, dan psikomotor) dan
klasifikasi pengetahuan (faktual, konseptuan, prosedural dan meta
kognitif).
5. Perbesaran
bayangan
Lensa
1. Pembiasan
2. Panjang
fokus lensa
3. Jari-jari
kelengkunga
n lensa
4. Sifat
bayangan
pada lensa
5. Perbesaran
bayangan
1 1 1
= +
f s0 s '
Dengan f adalah jarak focus lensa, s0 adalah jarak benda ke lensa, dan s' adala
jarak bayangan yang terbentuk ke lensa yang sama dengan jarak retina ke
lensa mata.
1. Daya akomodasi
Dari rumusan pada lensa mata tersebut, dapat kita simpulkan bahwa
besarnya s' adalah tetap, karena jarak retina ke lensa tidak mungkin
berubah. Andaikan benda terletak lebih jauh maka agar tetap terjadi
kesan melihat maka focus lensa mata haus membesar, oleh karena itu
lensa mata akan semakin tipis. Lensa mata akan memiliki bentuk paling
tipis saat harus melihat benda dengan jarak takhingga dari mata. Dalam
keadaan ini disebut mata tidak berakomodasi. Sebalikya saat mata harus
melihat benda dengan jarak yang sangatdekat, maka lensa mata akan
menebal. Keadaan paling tebal ini disebut mata berakomodasi
maksimum.
Jarak terjauh yang dapat terlihat oleh mata disebut titik jauh, sedangkan
jarak terdeat benda yang dapat terlihat oleh mata disebut jarak titik
dekat mata. Utuk mata normal nilai titik jauh adalah tak hingga dan nilai
titik dekatadalah 25cm di depan mata.
Mata yang memilihi titik dekat lebih besar dari titik dekat mata normal
(25cm) disebut rabun dekat. Kondisi ini disebut sebagai rabun dekat.
Lensa terlalu negative atau terlalu menyebarkan sinar, maka dibantu
dengan menggunakan kaamata berlensa positif.
Mata yang memiliki titik jauh tertentu atau lebih kecil dari jarak titik jauh
mata normal tidak dapat melihat benda dengan jarak terlalu jauh.
Bayangan yang terbetuk jatuh didepan retina. Kondisi ini disebut sebagai
rabun jauh (miopi). Pada kondisi ini mata dibantu dengan mengguakan
kaca mata berlensa negative.
2. Mata normal
Mata normal akan berakomodasi maksimum saat melihat benda terdekat
dengan jarak 25 cm. mata normal tidak berakomodasi saat melihat benda dijauh
tak hingga. Yang dimaksud jauh tak hingga ini bukan jarak tak berhigga sehingga
kemampuan melihat tak terbatas, melainkan jarak yang cukup besar bila
dibandingkan dengan ukuran bola amata dan titik dekat normal.
3. Mata Rabun Jauh (Myop)
Mata ini tidak bisa melihat dengan jelas untuk benda yang cukup jauh. Ini
disebabkan oleh lensa mata yang terlalu positif (konvergen) sehingga sinar
datang difokuskan di depan retina.
Dalam perhitungan:
1 1 1
= +
f s0 s '
diperoleh bahwa: f = – PR
1
P=
f
Gambar tersebut menunjukan perjalanan sinar pada mata saat mata dalam
keadaan berakomodasi maksimum. Bayangan yang terbentuk dibelakang retina
karena benda yang dilihat terletak kurang dari 25 cm dari mata. Oleh karena itu
dibantu dengan kacamata berlensa positif sehingga membentuk bayangan maya
dititik dekat mata hipermetrop. Untuk kondisi mata hipermetrop saat tak
berakomodasi sama dengan mata normal saat tak berakomodasi.
Dalam perhitungan:
100 1
P= −
25 −PP '
B. Lup
Lup komponen utamanya merupakan sebuah lensa positif yang digunakan untuk
membantu mata mengamati benda-benda yang ukurannya kecil .
perbesaran sudut lihat tanpa alat (α). Untuk sudut kecil didapat β = tan β
dan α = tan α, sehingga perbesaran sudut dapat dinyatakan dengan
persamaan:
β tanβ s n
M= = =
α tanα s
M = perbesaran anguler
1 1 1
= +
f s0 s '
1 1 1
= +
f s sn
1 1 1
= +
s f sn
sn f
s=
sn + f
s
'
sn s n +f sn
M= = = = +1
s sn f f f
s n +f
M= perbesaran anguler
1 1 1
= +
f s0 s '
1 1 1
= +
f s0 ∞
1 1
=
f s0
f =s
sn
M=
f
M = perbesaran anguler
C. Mikroskop
Mikroskop digunakan untuk mengamati benda benda kecil dan tembus
cahaya agar tampak lebih besar dan jeas. Sebuah mikroskop terdiri atas dua
lensa positif yaitu lensa objektif dan lensa okuler. Lensa objektif berada di
dekat objek atau benda, sedangkan lensa okuler berada di depan mata
pengamat.
Bagaimana pembentukan bayangan pada mikroskop? Perhatikan gambar
berikut ini !
Perbesaran bayangan
Perbesaran Mikroskop
M = Mob . Mok
Keterangan
D. Teropong Bintang
Teropong bintang disebut juga sebagai teropong astronomi digunakan untuk
mengamati benda benda angkasa agar tampak lebih jelas dan dekat. Perbesaran
yang dihasilkan ini tidak akan lebih besar dari ukuran benda aslinya maka disebutu
perbesaran anguler. Ada dua jenis teropong bintang yaitu teropong jenis bias dan
jenis pantul.
1. Teropong Bintang Jenis Bias
Teropong ini terdiri dari dua lensa yaitu lensa okuler dan lensa objektif. Benda
terletak di jauh takhingga sehingga bayangan yang dihasilkan oleh lensa objektif
selalu terletak pada titik focus lensa objektif. Bayangan ini dianggap sebagai
benda leh lensa okuler yang berfungsi sebagai sebuah lup.
Perbesarannya yaitu
'
y
tanβ s ok
f ob
M= = ' =
tanα y sok
f ob
'
f ob
sok takhingga , sehingga s ok =f ok sehingga M =
f ok
E. Teropong Bumi
Teropong bumi atau sering disebut teropong medan tersusun atas tiga
lensa cembung yaitu lensa objektif, lensa pembalik, dan lensa okuler.
Bayangan yang dibentuk bersifat maya, tegak, dan lebih dekat. Lensa
pembalik hanya berfungsi membalik bayangan yang dibentuk lensa objektif
agar menjadi tegak.
- Lensa okuler (berfungsi sebagai lup): Sok < fok ; S’ok = -Sn
M= =
sok f ok (
f ob f ob sn + f ok
sn )
d=f ob + 4 f p+ s ok
d=f ob + 4 f p+ f ok
.
DAFTAR PUSTAKA
Tipler, P.A.,1998, Fisika untuk Sains dan Teknik - Jilid 1 (terjemahan), Jakarta:
Penerbit Erlangga.