Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era digital merupakan sebuah masa atau zaman dimana hampir seluruh
bidang dalam tatanan kehidupan sudah dibantu dengan teknologi digital. Istilah
ini juga bisa di artikan sebagai munculnya teknologi digital yang menggantikan
teknologi-teknologi sebelumnya sudah digunakan (mekanik dan elektronik
analog) oleh manusia.
Era digital dimulai ketika terjadinya revolusi digital yang terjadi pada
tahun 1980, lebih tepatnya pada masa peralihan dari mekanik dan analog ke
teknologi digital. Bisa dibilang hamper sebagian besar aktivitas mengalami
perubahan dimulai cara berkomunikasi, bekerja, sampai dengan mendapatkan
informasi. Pada era digital seperti saat ini, remaja sulit dipisahkan dari yang
namanya media sosial. Sebagian mereka bahkan telah mengalami kecanduan yang
menjadikannya sebagai aktivitas personal yang tidak dapat dikontrol orang lain,
termasuk orang tua. Dalam perkembangannnya, bermedia sosial dapat dapat
mengubah perilaku remaja. Penggunaan internet atau media sosial secara
berlebihan yang ditandai dengan gejala-gejala klinis kecanduan, termasuk
keasyikan dengan objek pecandu yang lebih sering daripada yang diperlukan,
tanpa memerhatikan konsekuensi fisik serta psikologis dari penggunaan tersebut,
dan sebagainya. Alih-alih memajukan dan menjadi sarana bertukar informasi yang
sehat, media sosial malah menjadi pemicu penganiayaan dan perkelahian remaja.
Kini media sosial seseorang bisa berkomentar semaunya, seperti saling memaki,
menghina dan tidak punya adab dalam bermedia sosial. Akibat buruknya dapat
berujung pada perkelahian di dunia nyata. Dan beberapa diantara mereka bahkan
sudah hilangnya akhlak mereka terhadap orang lain, khususnya orang tua, akhlak
remaja banyak yang sudah terpengaruh dengan media sosial yang mana media
sosial telah meracuni pikiran para remaja. Maka dari itu, dibutuhkan upaya literasi
media sosial bagi remaja. Literasi media sosial dimaksudkan untuk mendidik

1
2

anak/remaja bertindak bijak sebagai pengguna dan pengakses informasi melalui


media sosial.

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan yaitu antara usia 11 atau
12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda. Menurut
undang-undang kesejahteraan anak, pengertian remaja adalah individu yang
belum mencapai 21 tahun dan belum menikah dan dalam undang-undang
perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau
sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal. Karakteristik
perkembangan normal yang terjadi pada remaja dalam menjalankan tugas
perkembangannya dalam mencapai identitas diri antara diri antara lain menilai diri
secara objektif dan merencanakan untuk mengaktualisasikan kemampuannya.

Dalam pandangan islam, internet/media sosial telah menjadi sarana utama


bagi komunitas dan individu muslim di seluruh dunia. Internet telah mengekspos
indidvidu dan komunitas pada pemahaman dan pengaruh baru, memenuhi
kebutuhan bagi mereka yang mencari pengetahuan yang tidak dapat mereka
temukan dalam konteks domestic mereka. Hal ini tentu merupakan angin segar
bagi mereka yang merasa kecewa dengan status quo di dunia nyata sehingga dapat
pula melahirkan cara baru dalam upaya memahami islam. Namun demikian,
secara global, hal ini berkonsekuensi pada munculnya efek transformasional pada
cara umat islam dalam mempraktikan ajarannya, dan cara masyarakat islam
memersepsikan dirinya kepada orang lain. Dikarenakan jejaring internet lebih
mentransformasikan para penganutnya pada cyber-muslim, semakin penting untuk
mendefinisikan apa yang diterima dan ditolak sebagai wacana keislaman di
internet.

Adapun akhlak juga sangat memiliki peranan yang amat besar sekali
karena akhlak seseorang pada umumnya merupakan buah dari pola
fikirnya, orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling
baik akhlaknya,jika aqidahnya benar,maka baik pula akhlaknya.Ada pun di
3

masa sekarang akhlak remaja banyak yang sudah terpengaruh dengan


media sosial yang mana media sosial meracuni pikiran para remaja.

Sebagaimana firman Allah SWT:

‫ُون ِإاَّل هَّللا َ َوبِ ْال َوالِ< َدي ِْن ِإحْ َس<انًا َو ِذي ْالقُ<<رْ بَ ٰى َو ْاليَتَ<<ا َم ٰى‬ ْ ‫َوِإ ْذ َأ‬
َ ‫خَذنَا ِميثَا‬
<َ ‫ق بَنِي ِإ ْس َراِئي َل اَل تَ ْعبُد‬
َ‫ض <ون‬ ِ ‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ ثُ َّم ت ََولَّ ْيتُ ْم ِإاَّل قَلِياًل ِم ْن ُك ْم َوَأ ْنتُ ْم ُمع‬
ُ ‫ْر‬ َّ ‫اس ُح ْسنًا َوَأقِي ُموا ال‬ِ َّ‫َو ْال َم َسا ِكي ِن َوقُولُوا لِلن‬
Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil
(yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat
kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-
orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi
janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling." (Qs. Al-Baqarah : 83)
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul
“Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Akhlak Remaja”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis memetakan permasalahan


sebagai berikut :

1. Apa pengaruh media sosial terhadap akhlak remaja?


2. Bagaimana tingkat penggunaan media sosial pada remaja di era digital?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis memetakan tujuan penelitian


sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh media sosial terhadap akhlak remaja.


2. Untuk mengetahui tingkat penggunaan media sosial pada remaja di era digital
D. Kerangka Pemikiran
4

Yang menjadi kerangka pemikiran dalam penyusunan karya tulis


ilmiah antara lain dalam Al-Qur’an dijelaskan salah satu ayat tentang
akhlak, yaitu :

‫صاَل ةَ تَ ْنهَ ٰى ع َِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر‬ َّ ‫ب َوَأقِ ِم ال‬
َّ ‫صاَل ةَ ۖ ِإ َّن ال‬ ِ ‫ك ِمنَ ْال ِكتَا‬ َ ‫ْت ُل َما ُأو ِح َي ِإلَ ْي‬
َ‫هَّللا ِ َأ ْكبَ ُر ۗ َوهَّللا ُ يَ ْعلَ ُم َما تَصْ نَعُون‬

Artinya: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al


Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan
sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui
apa yang kamu kerjakan," (QS. Al-'Ankabût [29]: 45).

Ayat diatas mengajak kita untuk berbuat kepada kebaikan,


menjalankan segala perintah-perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya, merupakan salah satu akhlak yang harus kita tanamkan
dalam diri kita khususnya para remaja.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitiannya, yaitu :
1. Manfaat Teoritis : manfaat penelitian secara teoritis diharapkan dapat
memberikan dan menambah informasi tentang akhlak dan adab pergaulan
remaja dalam islam.
2. Manfaat Praktis :
a. Untuk Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan lebih dan
menambah pengalaman baru bagi penulis dan dapat di aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari dari hasil penelitian ini.
5

b. Untuk Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan ilmu dan dapat
memberikan manfaat

F. Metode Penelitian

1. Dalam penulisan karya tulis ini menggunakan metode: Deskriptif atau


menginterpretasikan data yang ada berdasarkan teori yang ada. Menurut
Salim dan Haidir (2019), penelitian deskriptif memusatkan penelitian
berlangsung. Melalui penelitian ini, penulis berusaha mendeskripsikan
peristiwa dan kejadian tanpa memberika perlakuan khusus terhadap peristiwa
tersebut.
2. Teknik penelitian dalam karya tulis ini penulis menggunakan teknik studi
Pustaka yang merupakan metode pengumpulan data dengan cara mencari data
dan informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto,
gambar, maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses
penulisan. Menurut Sugiyono (2005) “Hasil penelitan juga akan semakin
kredibel apabila didukung foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang
telah ada”.
6

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori

1. Pengertian Akhlak

Yang dimaksud dengan akhlak (moral) adalah sebuah system yang


lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku
yang membuat seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini
membentuk kerangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku
sesuai dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.

Terkadang definisi akhlak (moral) sebagaimana disebutkan atas dalam


batas-batas tertentu berbaur dengan definisi kepribadian, hanya saja
perbedaan yang pokok antara keduanya sebagai berikut, yaitu moral lebih
terarah pada kehendak dan diwarnai dengan nilai-nilai dan kepribadian
mencakup pengaruh fenomena sosial bagi tingkah laku.

Demikian para pakar ilmu-ilmu sosial mendefinisikan akhlak


(moral).

Ada sebuah definisi ringkas yang bagus tentang akhlak (moral) dalam
kamus La Lande, yaitu moral mempunyai empat makna berikut.
1.) Moral adalah sekumpulan kaidah bagi perilaku yang diterima dalam
satu zaman atau oleh sekelompok orang. Dengan makna ini moral
bisa bersifat keras, buruk, atau rendah.
2.) Moral adalah sekumpulan kaidah bagi perilaku yang dianggap baik
berdasarkan kelayakan bukannya berdasarkan syarat.
3.) Moral adalah teori akal tentang kebaikan dan keburukan, ini menurut
filsafat.
7

4.) Tujuan-tujuan kehidupan yang mempunyai warna humanisme yang


kental yang tercipta dengan adanya hubungan-hubungan sosial.

Itulah beberapa pendapat ilmuwan Barat dalam mendefinisikan Akhlak


(moral). Jika kita perhatikan, dalam semua definisi yang mereka buat, bahwa
semua itu kosong sama sekali dari isyarat kepada kehidupan akhirat, juga
kosong dari isyarat kepada apa yang dibawa oleh para Rosul.
Terlepas dari rahasia yang tersembunyi mengapa mereka bersikap masa
bodoh terhadap kehidupan akhirat dan agama-agama, yang jelas Tindakan ini
tidaklah untuk kebaikan

manusia dari satu segi, dan dari segi lain tidak akan dapat mengangkat
derajat akal hingga menafikan wahyu!
Untuk meletakkan segala perkara pada tempatnya yang sebenarnya, dan
untuk bersikap seimbang antara akal dan wahyu, serta untuk menghormati
agama-agama langit.

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari kata khuluqin
yang berarti budi pekerti, perangai, watak, tabiat, kebiasaan atau tingkah laku.

Selanjutnya menurut istilah, akhlak itu sesuatu bentuk (naluri asli) dalam
jiwa seorang manusia yang dapat melahirkan suatu tindakan dan kelakuan
dengan mudah dan spontan tanpa reka pikiran1 . Jika pengertiannya seperti
yang dimaksud uraian diatas, maka apa yang menjadi dasar akhlak itu?
Dalam pandangan ajaran islam, dasar akhalak islam itu adalah Al-Qur’an dan
As-Sunnah.

Lalu apa tujuan pembinaan akhlak itu? Tujuan pembinaan akhlak itu
adalah hendak mengantarkan manusia agar menjadi makhluk yang tinggi dan
sempurna akhlaknya serta berbeda dengan makhluk-makhluk yang lain.

Akhlak manusia itu ada dua macam, yaitu akhlak mahmudah dan akhlak
madzmumah.
8

Apa yang dimaksud dengan akhlak mahmudah itu? Akhlak mahmudah


atau akhlakul karimah yaitu akhlak terpuji (baik). Ciri-cirinya, yaitu: beriman
kepada Allah Swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
hari kiamat dan takdir-Nya, rajin beribadah, membayar zakat, Amanah
(terpercaya), jujur, menepati janji, tawadhu, berbicara sopan dan baik, tidak
sombong, menghormati tetangga, tidak kikir dan royal (boros). Sedangkan
akhlakul madzmumah, yaitu segala tingkah laku yang tercela atau akhlak
yang jahat, seperti: berdusta, menjadi saksi palsu, berkhianat,
takabur/sombong, tamak/serakah, berbuat dzalim, berburuk sangka dan
mengumpat.

Dalam islam yang menjadi dasar atau alat pengukur yang menyatakan
bahwa sifat seseorang itu baik atau buruknya adalah Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Apa yang baik menurut al-Qur’an dan As-Sunnah itulah yang baik
untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang
buruk menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah berarti itu tidak baik dan harus di
jauhi.

Firman Allah swt dalam surat Al-Qalam ayat 4:

ٍ ُ‫ك لَ َع ٰلى ُخل‬


‫ق َع ِظي‬ َ َّ‫َواِن‬

“Sesungguhnya engkau (ya Muhammad) mempunyai akhlak (budi pekerti)


yang amat tinggi.” (QS. Al-Qalam:4)

Nabi Muhammad saw. adalah makhluk yang paling sempurna,


mempunyai akhlak yang paling mulia, berhasil dalam mengemban misi
kerasulannya, membangun tamaddun Islamiyah, bukan karena kekuatan
senjata, perang, menindas, menjajah atau dengan cara kekerasan. Ia berhasil
karena mengedepankan kearifan, lemah lembut dan damai. Kepada kawan
dan lawan ia membumikan pesan al-Qur’an: “Bil hikmah wal mauidhatil
hasanah.”
9

Akhlak yang baik, memantul sangat dalam dan mewarnai sejarah


perkembangan islam. Rasulullah telah meletakan fondasi yang kokoh bagi
bangunan peradaban baru, yaitu tamaddun Islamiyah, yang membentang
lintas zaman dan generasi, lintas bangsa, negara dan warna kulit. Fondasi
yang kokoh itu adalah akhlak yang baik, sebagaimana sabda Rasululullah
dalam satu hadits: “Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan
akhlak”.

Sabda Rasulullah ini menunjukan tiada lain kehidupan manusia ini


semestinya bersandar pada segala perilaku positif atau tindakan terpuji. Itu
semua bagian dari “akhlakul karimah”. Dalam Islam kedudukan akhlak
sangat penting, ia merupakan ‘buah’ dari pohon islam berakaran akidah dan
berdaun syariah.

Dalam Al-Qur’an pun disebutkan:

‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْيرًا‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-
Ahzab: 21)
Akhlak adalah ciri khas kita sebagai seorang muslim yang membedakan
kita dengan yang lain. Akhlak islam yang tinggi dan mulia akan menjadikan
generasi yang terbaik dalam peradaban manusia.
Menurut imam Gazali : ”Akhlak ialah sifat yang melekat dalam jiwa
seseorang yang menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa banyak
pertimbangan lagi”. Atau boleh juga dikatakan sudah menjadi kebiasaan.
Orang yang pemurah sudah biasa memberi. Ia memberi tanpa banyak
pertimbangan lagi. Seolah-olah tangannya sudah terbuka lebar

untuk itu. Begitu juga orang kikir. Seolah-olah tangannya sudah terpaku
dalam kantongnya, tidak mau keluar mengulurkan bantuannya kepada fakir
miskin. Begitu juga orang pemarah. Selalu saja marah tanpa alasan.
10

Sebagian ulama mengatakan akhlak itu ialah, suatu sifat yang terpendam
dalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul waktu ia bertindak tanpa
merasa sulit (timbul dengan mudah). Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan
pendapat Imam Gazali.
Akal pikiran seseorang besar sekali pengaruhnya dalam kehidupannya.
Akal pikiran yang sempit dan buntu akan menjadikannya menempuh jalan
yang sesat. Sebaliknya akal pikiran yang sehat berisi ilmu pengetahuan
menjadi obor menerangi jalan hidupnya. Akal pikiran yang sehat berisi ilmu
pengetahuan akan selalu menuntunnya ke jalan yang baik. Ia akan berbuat
segala rupa yang berguna untuk dirinya, keluarganya, dan bangsanya. Firman
Allah swt. Menegaskan bahwa orang-orang yang durhaka masuk neraka
karena sempit akal pikirannya dan tidak memahami ayat-ayat Tuhan. Ayat 10
dari Surat Al-Mulk yang berbunyi :
‫ب ال َّس ِع ۡي ِر‬ ۡ َ‫وَقَالُ ۡوا لَ ۡو ُكنَّا ن َۡس َم ُع اَ ۡو ن َۡعقِ ُل َما ُكنَّا فِ ۡۤى ا‬
ِ ‫ص ٰح‬
Dan mereka berkata, "Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau
memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka
yang menyala-nyala.”

Dari kedua pendapat itu dapatlah diambil kesimpulan bahwa yang


dikatakan akhlak ialah perbuatan, tindak tanduk seseorang yang dilakukannya
dengan mudah tanpa banyak pertimbangan. Dengan lancer tanpa merasa sulit
ia lakukan. Dalam dialek Minang dikatakan sudah menjadi “perangai”.
Perangai artinya tingkah laku.
2. Kerusakan Nilai-Nilai Akhlak Dunia

a. Bentuk-bentuk Kerusakan
Kita perhatikan bahwa di antara bentuk-bentuk kerusakan nilai-nilai
akhlak dunia adalah sebagai berikut.
1.) Free sex yang menjadi fenomena di seluruh dunia, yang didukung
oleh Barat, dan diperkuat serta didukung dengan perangkat-
perangkat media massa yang mereka miliki. Terjadilah
11

perkembangbiakan penyakit AIDS, dan tersebarnya perzinahan


serta homoseksual di bawah slogan kebebasan pribadi atau slogan,
“Ini adalah tubuhku, maka aku berhak melakukan apapun yang aku
kehendaki

2.) terhadap tubuhku!” Lembaga-lembaga internasional yang pada


hakikatnya menjadi kaki tangan Barat, kemudian berusaha
mengekspos kekacauan seksual ini dengan mengadakan muktamar
dan pelbagai konferensi yang diadakan secara priodik, dan
ditujukan untuk membolehkan perzinahan, aborsi dan homoseksual
dengan alasan yang amat lemah sehingga lebih lemah dari sarang
laba-laba, yaitu untuk mengatasi ledakan pertambahan penduduk!
3.) Tersebarnya narkotika dengan segala jenis dan perkembangan
perdagangannya, serta menggunakan pelbagai cara dalam
memproduksi dan memmasarkannya, hingga ada beberapa negara
yang menjalankan hal itu secara sembunyi-sembunyi, meskipun ia
mengaku memerangi penanaman dan perdagangan narkotika itu
secara terang-terangan!
4.) Berkembangnya kriminalitas dengan segala jenisnya, individu
maupun sosial, bahkan terkadang dilakukan oleh negara, dalam
bentuk serangan negara satu ke negara lain yang lebih lemah
jumlah penduduk maupun perangkat perangnya, dengan tujuan
untuk menguasai kekayaan atau menjadikan sebagai pasar bagi
produk-produk negara yang menyerang itu. Juga bentuk
kolonialisasi terhadap negara-negara lemah tersebut, atau
memproteksinya atau membangunnya yang tak lain adalah suatu
Tindakan kriminalitas terorganisasi. Penjajahan pada saat ini sudah
digantikan dengan hegemoni politik, ekonomi dan budaya yang
pada akhirnya memberikan hasil seperti yang diberikan oleh
kolonialisasi militer, berupa kentungan-keuntungan yang diraih
oleh negara-negara yang menyerang itu. Sementara Lembaga-
12

lembaga internasional hanya berpangku tangan dan kemudian itu


memberikan legimitasi dan justifikasi terhadap penjajahan itu!
5.) Tersebarnya kasus-kasus penculikan, yaitu: penculikan individu,
berupa anak-anak, Wanita dan lelaki, juga penculikan pesawat, dan
kapal laut. Sehingga kriminalitas ini berlangsung seperti yang
pernah terjadi di Eropa di zaman pertengahan, bahkan apa yang
terjadi di Barat seluruhnya, berupa tersebarnya gangster bersenjata
yang melakukan pembajakan!
6.) Membuat aturan-aturan hukum dan perundangan yang
menguntungkan negara-negara kuat atau kaya, untuk menguasai
negara-negara lemah dan miskin di lembaga-lembaga internasional,
seperti PBB dan Lembaga-lembaga yang ada dibawahnya, dalam
bidang politik dan ekonomi (pertanian, industri dan perdagangan).
Sehingga aturan-aturan hukum tersebut memfokuskan diri pada
suatu kezaliman dan selanjutnya memberikan pelbagai aturan-
aturan hukum

7.) yang tak dapat ditolak oleh pihak yang dizalimi, karena pihak
tersebut terancam embargo perdagangan, penerbangan dan militer!
b. Sebab-sebab Kerusakan
Pertama, permusuhan konvensional--pada saat ini--antara filsafat-
filsafat modern dengan pemikiran agama secara umum, dan pemikiran
islam secara khusus. Adalah permusuhan yang jelas yang tak diingkari
kecuali oleh orang yang pura-pura buta terhadap realitas. Adalah
permusuhan yang keras yang tak jarang kalangan Arab
menghadapinya dengan senjata ketika mereka tak sanggup
menghadapinya dengan konspirasi, dan menciptakan revolusi militer,
yang kemudian menggilas semua pemikir agama yang benar, atau
pemikir islam, meskipun pemikir tersebut amat damai dalam
mengungkapkan pemikirannya.
13

Permusuhan atau perang yang tak adil dan tak seimbang itulah yang
menjadi penyebab kerusakan nilai-nilai akhlak, dan terus
menyebabkan kerusakan itu. Karena permusuhan terhadap islam
adalah permusuhan terhadap kebenaran sementara meninggikan
kebatilan.
Kedua, permusuhan yang dibuat-buat atau diklaim antara mayoritas
ilmu-ilmu modern dengan ilmu dan pengetahuan serta hakikat agama
secara umum, dan islam secara khusus. Sehingga ada manusia yang
berpikir bahwa segala sesuatu yang bersifat agama berarti
kemunduran, keterbelakangan, kegelapan dan kegaiban!
Permusuhan ini dibuat-buat. Karena islam mengajak kepada ilmu
pengetahuan dan mendorong untuk meraih pengetahuan. Bahkan
islam mewajibkan ilmu, belajar dan mengajar. Dan tidak meletakkan
batas bagi penelitian ilmiah dan meneliti jiwa manusia dan seluruh
semesta.
Permusuhan yang dibuat-buat ini berdiri diatas pemahaman yang
salah terhadap agama pada umumnya dan islam pada khususnya,
namun kemenangan bertentangan dengan agama. Sehingga menjadi
rusaklah nilai-nilai akhlak.
Ketiga, pemaksaan Barat untuk memerangi nilai-nilai islam, dan
memerangi semua kebangkitan islam yang ingin meninggikan
kedudukan nilai-nilai islam ini.
c. Hasil-hasil dari kerusakan
Nilai-nilai akhlak dunia menjadi rusak disebabkan oleh beberapa
faktor, yang kerusakan itu akan mendatangkan hasil-hasilnya pula.
Hasil kerusakan nilai-nilai akhlak adalah sebagai berikut.
1.) Penyakit jiwa dan saraf, bahkan juga penyakit fisik, yang
terjadi akibat dari kerusakan nilai-nilai akhlak di dunia.
14

Adalah nilai-nilai akhlak yang benar akan mengantarkan kepada


kelurusan yang memberikan andil dalam menyebarkan Kesehatan jiwa
dan fisik. Sementara jika nilai-nilai akhlak itu rusak, maka menjadi
terbukalah rusang bagi penyakit-penyakit yang mengancam kehidupan
manusia, keamanan mereka dan ketenangan mereka.
Ada pertumbuhan yang tampak jelas dalam bilangan orang-orang
yang mengalami penyakit jiwa dan penyakit saraf. Seperti yang
diungkapkan oleh penelitian kedokteran, dan diungkapkan banyak media
massa.
Tersebarnya penyakit-penyakit saraf dan kejiwaan membuat
tersebarnya kriminalitas, pelanggaran terhadap undang-undang dan
tradisi, serta mendorong orang untuk melakukan kejahatan.
PBB telah mencoba memerangi kriminalitas dengan mengadakan
banyak muktamar dan konferensi, tapi melupakan sebab utama hal itu,
yaitu kerusakan nilai- nilai akhlak dalam cakupan dunia secara
keseluruhan.
2.) Menguatnya kecenderungan sekuler dibanyak negara dan
Lembaga-lembaga pemerintahan. Sementara sekularisme itu
sendiri adalah musuh agama apa saja, dan berusaha
mencampakkan agama dari kehidupan, dengan alasan bahwa
agama tak memiliki kompetensi untuk mengatur kehidupan,
dan dengan alasan bahwa pemerintahan agama adalah
pemerintah yang tirani, yang berkuasa atas nama agama, dan
bertindak secara despotik dan menindas, seperti yang dilakukan
oleh gereja pada era abad pertengahan Eropa. Padahal semua
itu adalah klaim-klaim dusta yang pemerintah melegitimasikan
tindakan tirani mereka, dan melepaskan diri dari kekuasaan
agama yang mengharuskan untuk berbuat adil dan menjunjung
kebenaran.
Manhaj islam bersifat umum yang mencakup usaha perbaikan
seluruh sisi kehidupan. Dan mengambil manhaj tersebut merupakan
15

kunci keselamatan dari semua akhlak yang buruk, untuk kemudian


ditempati akhlak yang baik.
3.) Berkembangnya aliran atheis, yang mengingkari Allah dan
agama, mengingkari hari akhirat, pembangkitan Kembali umat
manusia, dan mengingkari seluruh nilai yang dibawa oleh
agama. Sementara ia memerangi islam secara khusus, karena
islam adalah agama tauhid

.
Siapa yang mengingkari Allah, pembangkitan Kembali manusia,
dan balasan akhirat; pastilah ia mengingkari nilai-nilai akhlak yang
benar. Ketika nilai-nilai diingkari, maka tempatnya diisi oleh nilai-nilai
akhlak yang rusak.
3. Pilar-Pilar Akhlak Terpuji
Imam Al-Ghazali, dalam Kitabnya Ihya ‘Ulumuddin, mengatakan
bahwa akhlak islam memiliki empat pilar atau induk, yaitu:
Pertama, Hikmah. Hikmah yang dimaksud di sini adalah “Kondisi
jiwa yang dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.”
Kondisi jiwa seperti ini merupakan pilar utama. Sebagaimana firman
Allah ta’ala dalam surah Al-Baqarah ayat 269:
ِ ‫يُّْؤ تِى ْال ِح ْك َمةَ َم ْن يَّ َش ۤا ُء ۚ َو َم ْن يُّْؤ تَ ْال ِح ْك َمةَ فَقَ ْد اُوْ تِ َي َخ ْيرًا َكثِ ْيرًا ۗ َو َما يَ َّذ َّك ُر آِاَّل اُولُوا ااْل َ ْلبَا‬
‫ب‬
Artinya:
“Allah menganugerahkan Al-Hikmah (pemahaman mendalam tentang Al-
Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang ia kehendaki. Dan
barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi
karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

Islam menganjurkan umat manusia agar mencari ilmu setinggi-


tingginya. Berbagai ayat dan hadits Nabi yang mengungkapkan keutamaan
ilmu dan orang berilmu sudah begitu dikenal. Di antara ayat tersebut
16

adalah “…Allah meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu


beberapa derajat”. Hadits Nabi yang cukup terkenal tentang mencari ilmu
adalah: “Mencari ilmu wajib bagi setiap mukmin”. Sebaliknya islam
sangat mengecam tindakan bodoh dan jumud. Dalam salah satu ayat-Nya
Allah berfirman dengan cara menyindir: “Samakah orang-orang yang
berilmu dengan orang yang bodoh?” Demikian pula, ajaran Islam
mengecam orang-orang yang mengagung-agungkan leluhur tanpa ilmu.
Kedua, Syaja’ah (keberanian). Syaja’ah adalah keadaan jiwa yang
dapat menundukkan amarah untuk patuh kepada akal dan syari’at. Berani
dalam segala hal yang positif dalam mengatakan dan membela kebenaran
serta berani dalam menghadapi tantangan dan ancaman.
Berbeda dengan tindakan keberanian yang tanpa perhitungan atau
keberanian untuk berbuat kesalahan. Syaja’ah merupakan keberanian
untuk menyampaikan yang hak, membela kebenaran, dan memberantas
kepalsuan. Tindakan gegabah, atau berani tanpa perhitungan atau untuk
kesalahan, merupakan perbuatan negatif. Demikan pula

sifat pengecut, yaitu takut untuk menyampaikan yang hak, membela


kebenaran, dan memberantas kebatilan merupakan perbuatan tercela.
Ketiga, Lapang dada, adalah situasi jiwa yang mampu menerbitkan
nafsu atas dasar pertimbangan akal dan syari’at
Keempat, Adil dalam memutuskan sesuatu tanpa membedakan
kedudukan, status sosial dan ekonomi maupun hubungan kekerabatan.
Adil adalah kondisi jiwa yang dapat mengendalikan nafsu dibawah
perintah akal dan syari’at. Di dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang
menerangkan kata “adil” dengan kata “takwa”.
Untuk sekedar memudahkan pemahaman terhadap norma-norma
cabang baik yang berkaitan dengan akhlak terpuji (akhlak mahmudah),
maupun yang berkaitan dengan akhlak tercela (akhlak mazmumah) sebagai
lawannya antara lain adalah sebagai berikut:
a.) Mendahulukan kepentingan orang lain; Lawannya Egois.
17

b.) Dermawan dan suka menafkahkan hartanya; Lawannya kikir.


c.) Ikhlas dalam melakukan setiap amal perbuatan semata-mata karena
Allah; Lawannya Riya.
d.) Sadar, segera meminta ampun kepada Tuhan jika melakukan suatu
dosa; Lawannya Mabuk.
e.) Benar, Lawannya Salah.
f.) Tenang dalam menghadapi berbagai masalah, tidak berkeluh kesah
dan gundah gulana; Lawannya Tergesa-gesa.
g.) Amanah (dapat dipercaya), Lawannya Khianat.
h.) Sabar dalam menghadapi setiap cobaan atau melaksanakan
kewajiban ibadah kepada Allah Swt. Secara kebahasaan, sabar
berarti “keteguhan hati”. Sedangkan secara umum sabar dapat
dipahami sebagai kemampuan atau daya tahan manusia dalam
menguasai sifat yang destruktif yang terdapat dalam tubuh setiap
orang, yaitu hawa nafsu. Sabar akan membentuk jiwa manusia
menjadi kuat, teguh, tidak mudah gelisah, tidak cepat panik dan
tidak hilang keseimbangan. Laksana batu karang di tengah lautan
yang tidak mudah bergeser tatkala disapu ombak dan gelombang.
Adapun wujud sabar meliputi:
a. Sabar dalam beribadah
b. Sabar jika ditimpa musibah dan malapetaka

c. Sabar terhadap kehidupan dunia


d. Sabar terhadap maksiat
e. Sabar dalam perjuangan
i.) Pemaaf, Lawannya Pendendam.
j.) Penuh kasih saying dan belas kasihan, Lawannya pembenci.
k.) ‘Iffah, yakni selalu menjaga diri dari segala sesuatu yang dapat
merusakkan kehormatan dan kesucian; Lawannya Gegabah.
18

l.) Selalu optimis menghadapi kehidupan dan penuh harap keada Allah
Swt; Lawannya Pesimistis.
m.) Al-Haya’u (malu), yakni malu melakukan perbuatan yang tidak baik;
Lawannya Tidak Sopan.
n.) Tawadhu’ (rendah hati); Lawannya Sombong.
o.) Mengutamakan perdamaian dari pada permusuhan; Lawannya gemar
bermusuhan.
p.) Zuhud dan tidak rakus terhadap kehidupan duniawi; Lawannya Tamak.
q.) Ridha atas segala ketentuan yang ditetapkan Allah; Lawannya Hiqdun.
r.) Setiap terhadap teman, sahabat, dan siapa saja yang terkait dengannya;
Lawannya khianat.
s.) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan; Lawannya
otoriter.
t.) Tawakkal setelah segala usaha dilaksanakan dengan sebaik-baiknya;
Lawannya Mudah Menyerah;
Secara kebahasaan, Tawakkal artinya “mewakilkan atau
menyerahkan”. Maksudnya adalah berserah diri sepenuhnya kepada
Allah Swt dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan,
atau menanti akibat dari suatu keadaan. Menurut Imam Al-Ghazali,
Tawakkal adalah: “menyandarkan kepada Allah Swt, tatkala
menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam waktu
kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana, dengan jiwa yang
tenang dan hati yang tentram”. Dengan demikian, Tawakkal adalah
menyerahkan diri kepada Allah Swt setelah berusaha keras dalam
berikhtiar dan bekerja sesuai dengan kemampuan dalam mengikuti
sunnatullah.

4. Nilai-Nilai Akhlak Islami Yang Harus Disebarkan


Hakikat-hakikat tersebut akan dipaparkan berikut ini.
19

Pertama, Nilai-nilai akhlak ini berasal dari Allah, bukan buatan manusia.
Allah telah mewahyukan Qur’an--berisi nilai-nilai akhlak--yang mulia kepada
Nabi saw., untuk kemudian membiarkan penjelasan detailnya kepada sunnah
Nabi saw. Yang tak berbicara dengan hawa nafsu.
Kedua, Nilai-nilai ini bermanfaat bagi manusia jika mereka berpegang
teguh dengannya, dalam memperbaiki agama mereka dan akhirat. Tanpa itu
mereka akan merasakan derita di dunia dan rugi di akhirat. Nilai-nilai akhlak
mana pun tak dapat menggantikan fungsinya sama sekali.
Nilai-nilai akhlak islam ini mempunyai ciri-ciri yang membedakannya
dari seluruh nilai-nilai selainnya. Bahkan, Pendidikan akhlak islam
seluruhnya, memiliki ciri-ciri ini.
Ciri-ciri yang membedakan nilai-nilai akhlak dalam islam adalah sebagai
berikut:

a. Nilai-nilai akhlak atau Pendidikan akhlak bagi muslim berdiri di atas


rasa tanggung jawab terhadap perkataan dan perbuatan. Dan motif
dalam diri muslim adalah persoalan yang tumbuh dari dalam dirinya,
bukan syarat dan bukan pula rasa takut yang menggerakannya.
Sebagaimana halnya di seluruh nilai-nilai akhlak.
Hal itu datang dari kenyataan bahwa pribadi muslim bertanggung
jawab dihadapan Allah atas semua yang diucapkan atau dikerjakan.
Manhaj yang dipilih Allah bagi umat manusia telah mencakup agama
dan sistem bagi seluruh sistem akhlak. Sehingga tak meninggalkan hal
itu bagi ijtihad-ijtihad salah seorang manusia atau sekelompok dari
mereka. Karena akhlak dalam islam adalah seperti akidah dan ibadah
yang merupakan bagian dari sisi konstan yang tak dapat berubah dan
tergantikan, sehingga seorang mujtahid bisa berijtihad disitu.
Perasaan tanggung jawab ini ditunjukan oleh nash nash Al-Qur’an
dan As-Sunnah.
Allah swt. Berfirman dalam surat Al-Israa ayat 36
20

ٰۤ ُ
‫ك َكانَ َع ْنهُ َم ْسـُٔوْ اًل‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫ص َر َو ْالفَُؤا َد ُكلُّ ا‬
َ َ‫ك بِ ٖه ِع ْل ٌم ۗاِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬ َ ‫َواَل تَ ْقفُ َما لَي‬
َ َ‫ْس ل‬

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui.


Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan
diminta pertanggungjawabannya.
b. Pendidikan Akhlak Islam, cirinya adalah mengajak kepada ilmu dan
pengetahuan, mendorong untuk mendapatkan ilmu, bahkan menuntut
ilmu agama yang pokok

dinilai sebagai kewajiban pribadi oleh islam, sementara seluruh ilmu-


ilmu yang berkaitan dengan seluruh urusan dunia dinilai sebagai
kewajiban kifa'i (jamaah).
Setiap muslim harus melakukan hal-hal yang baik dan menjauhi
hal-hal yang buruk. Jadi, seorang muslim berada di antara batas-batas
perintah dan larangan, ia tidak boleh melampaui batas-batas yang
digariskan-Nya tersebut.
Setiap muslim dituntut untuk menyeru kepada Allah dengan penuh
bijaksana dan memberi nasihat serta berdebat dengan cara terbaik jika
diperlukan. Jika setiap muslim selalu mengakjak kepada ajaran agama
Allah niscaya umat islam akan selalu dalam kebaikan. Karena dengan
demikian berarti mereka konsisten dengan perintah Allah, yaitu untuk
selalu berdakwah di jalan-Nya.
Dan dalam firman-Nya Al-Qur’an surat yusuf ayat 108,

َ‫ص ْي َر ٍة اَن َ۠ا َو َم ِن اتَّبَ َعنِ ْي ۗ َو ُسب ْٰحنَ هّٰللا ِ َو َمٓا اَن َ۠ا ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِك ْين‬ ‫هّٰللا‬
ِ َ‫قُلْ ٰه ِذ ٖه َسبِ ْيلِ ْٓي اَ ْدع ُْٓوا اِلَى ِ ۗع َٰلى ب‬
Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang
yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin,
Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.”

5. Pengertian Media Sosial

a. Definisi Media Sosial


21

Berikut ini adalah definisi dari media sosial yang berasal dari berbagai
literatur penelitian2

1.) Menurut Mandibergh (2012), media sosial adalah media yang mewadahi
kerja sama di antara pengguna yang menghasilakan konten (user
generated content).
2.) Menurut Shirky (2008), media sosial dan perangkat lunak sosial
merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk
berbagi (to share), bekerja sama (to co-operate) di antara pengguna dan
melakukan Tindakan secara kolektif yang semuanya berada di luar
kerangka institusional maupun organisasi.
3.) Boyd (2009) menjelaskan media sosial sebagai kumpulan perangkat
lunak yang memungkinkan individu Maupun komunitas untuk
berkumpul, berbagi, berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu saling
berkolaborasi atau bermain. Media sosial memiliki kekuatan pada user-
generated content (UGC) dimana konten dihasilkan oleh pengguna,
bukan oleh editor sebagaimana di institusi media massa.

4.) Menurut Van Dijk (2013), media sosial adalah platform media yang
memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka
dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat
dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan
antar pengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial.
5.) Meike dan Young (2012) mengartikan kata media sosial sebagai
konvergensi antara komunikasi personal dalam arti saling berbagi di
antara individu (to be shared one-the-one) dan media public untuk
berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan individu.
Dari berbagai definisi atau pernyataan tersebut, penulis mengambil
kesimpulan bahwa definisi media sosial adalah “medium di internet yang
memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi,
22

bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan


membentuk ikatan sosial secara virtual”.

b.Karakteristik Media Sosial


Media sosial merupakan salah satu platform yang muncul di media
siber. Karena itu, melihat media sosial yang ada tidak jauh berbeda dengan
karakteristik yang dimiliki oleh media siber. Bahkan, Gane dan Beer (2008)
secara khusus memberikan konsep-konsep kunci untuk memahami media
siber.
Meski karakteristik media siber bisa dilihat melalui media sosial, namun
media sosial memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh beberapa
jenis media siber lainnya. Ada batasan-batasan dan ciri khusus tertentu yang
hanya dimiliki oleh media sosial disbanding dengan media lainnya. Salah
satunya adalah media sosial beranjak dari pemahaman bagaimana media
tersebut digunakan sebagai sarana sosial di dunia virtual. Bukan berarti tidak
ada karakter umum atau makro, hanya pembahsan karakteristik media sosial
ini dipandang perlu untuk melihat perbedaan dengan media lainnya (Castells,
2004; Talalay et al.,1997;Thurlow, Lengel, dan Tomic, 2004). Pada akhirnya,
bagaimana karakteristik media sosial itu bisa dipergunakan untuk bidang
seperti jurnalisme, hubungan masyarakat, pemasaran, politik.
Jadi yang dimaksud dengan karakteristik media sosial yakni jaringan,
informasi, arsip, interaksi, simulasi sosial, dan konten oleh pengguna. User
generated content (UGC)

menunjukan bahwa di media sosial konten sepenuhnya milik dan


berdasarkan kontribusi pengguna atau pemilik akun.
c. Realitas Sosial-Siber
Media sosial merupakan medium digital tempat realitas sosial terjadi dan
ruang-waktu para penggunanya berinteraksi. Nilai-nilai yang ada di
masyarakat maupun komunitas juga muncul bisa dalam bentuk yang sama
atau berbeda di internet. Namun, pada dasarnya, beberapa akademisi yang
meneliti internet melihat bahwa media sosial di internet adalah gambaran apa
23

yang terjadi di dunia nyata, seperti plagiarisme. Dalam banyak kasus, sumber
awal sebuah konten di internet tidak di ketahui sehingga dapat dipergunakan
oleh pengguna lain dan dipublikasikan di media sosial miliknya (copy paste).
Nilai-nilai ini tetap berlaku di media sosial dan sanksi maupun hukuman
terhadap pelanggarn ini tetap ada waktu tidak dalam bentuk fisik.
Salah satu fenomena dalam kemajuan teknologi internet, perangkat pintar
seperti telepon genggam, dan budaya siber adalah selfie atau foto diri. Kata
ini telah resmi menjadi kata baru yang dimasukkan dalam kamus Oxford
English Dictionary dan diartikan sebagai ‘A photographic self-portrait, esp.
one taken with a smarthphone or webcam and shared via social media’ atau
secara sederhana diartikan sebagai foto diri dan disebarkan melalui media
sosial. Kata ini resmi masuk ke dalam kamus tersebut pada 2013 lalu.
Ada beberapa alasan yang bisa dipaparkan dalam kajian ini yang bisa
dipaparkan dalam kajian ini terkait dengan hal tersebut.
Pertama, kegiatan tersebut sebagai wujud dari eksistensi diri. Mengambil
foto diri dan menyebarkannya di media sosial tidak sekedar terfokus pada
penampilan diri si pengguna. Selfie merupakan upaya untuk representasi diri
di media sosial, sebuah upaya untuk dianggap ada atau eksis dalam jaringan.
Sebuah foto diri akan menunjukan aktifitas penggunanya, di mana ia bekerja
atau kuliah, sedang makan apa dan di restoran mana, apa yang dilakukan
dalam mengisi liburan di akhir pekan, film apa yang ditonton, sampai pada
dengan siapa yang berpegian. Apapun alasan yang ingin dicapai oleh
pengguna secara umum bisa dikatakan bahwa fenomena foto diri adalah
fenomena eksistensi diri di media sosial.

Kedua, selfi juga bisa menandakan bahwa pengguna melakukan


keterbukaan diri (self disclosure) di media sosial. Keleluasaan dalam
mengkreasikan konten media sosial juga melibatkan pengguna sebagai pusat
dari konten tersebut. Blog atau microblog misalnya merupakan media sosial
yang bercirikan konten berdasarkan aktivitas penggunanya sendiri. Karena
24

itu, sebuah foto diri yang diunggah menunjukkan adanya upaya keterbukaan
diri dari penggunanya. Efek selanjutnya dari keterbukaan diri itu adalah
interaksi dan komunikasi yang terjadi dengan pengguna lain akan semakin
erat. Bahkan dalam beberapa kasus, pengunggahan foto diri menyebabkan
bertambahnya jalinan pertemanan yang baru sehingga jaringan sosial yang
dimiliki semakin luas.
Ketiga, foto diri merupakan salah satu bentuk narsisme digital. Sebuah
foto diri yang diambil menunjukan bahwa penggunanya sedang mengonstruk
dirinya dan hasil konstruksi itu, selain untuk eksistensi diri, juga sebagai
bentuk pertunjukan di depan panggung untuk menarik kesan pengakses atau
pengguna lain dalam jaringan pertemanan di media sosial. Pengunggah foto
diri itu menjadi penanda bahwa pengguna sedang mewujudkan eksistensi
dirinya yang tidak sekadar sebagai objek foto, tetapi ada maksud-maksud
tertentu di dalamnya.

d. Hukum Dan Etika Di Media Sosial

Etika (Netiquette) di media sosial. Layaknya interaksi di kehidupan


nyata, pengguna di media sosial juga memiliki aturan (hukum) dam etika.
Dalam konteks ini, yang berlaku di media sosial bisa dilihat dari aktan yang
ada, yakni dari persepektif perangkat teknologi dan persepektif pengguna.
Dari persepektif teknologi, aturan dan etika yang ada menyangkut
bagaimana pengguna melalui prosedur yang ada di media sosial. Pada
praktiknya, ada semacam kode digital atau progam yang diatur terkait
kebijakan masing-masing penyedia media sosial. Contoh sederhana adalah
akses terhadap konten yang ada di Youtube. Jika konten video yang ada
memuat hal, seperti kekerasan atau seksual, diperlukan konfirmasi terhadap
pengguna berupa usia, 18 tahun ke atas. Konfirmasi tersebut untuk
memastikan bahwa pengguna terbilang cukup dewasa untuk mengakses
konten tersebut dan segala akibat dari setelah mengakses, termasuk aspek
hukum yang dikenakan, merupakan tanggung jawab sepenuhnya pengguna
25

Pada umumnya, perangkat media sosial memberikan semacam prosedur


awal bagi siapa pun yang ingin memiliki akun atau bergabung. Sebagai
contoh, di Linkedin pengguna baru tidak hanya sebatas diperlukan nama
pengguna atau kata kunci, tetapi juga diarahkan untuk membaca kebijakan
perusahaan dan perjanjian pengguna. Aturan yang ada di perjanjian pengguna
tersebut memuat hak dan kewajiban bagi pengguna serta Linkedin selaku
perusahaan, apa yang boleh dan tidak boleh diunggah di media sosial
tersebut, ketentuan hukum, sampai pada bagaimana menyelesaikan
perselisihan. Hal tersebut menunjukkan bahwa media sosial juga merupakan
institusi sosial di internet. Karena ia adalah institusi sosial (siber), berlaku
juga aturan-aturan terhadap interaksi antarpengguna maupun antar pengguna
dan Linkedin selaku institusi.
Etika di internet atau netiquette berasal dari kata “net”, untuk menjelaskan
jaringan (network) atau bisa juga internet, dan “etiquette” yang berarti etika
atau tata nilai yang diterapkan dalam komunikasi di dunia siber. Netiquetta
merupakan sebuah konvensi atas norma-norma yang secara filosofi
digunakan sebagai panduan bagi aturan atau standar dalam proses komunikasi
di internet atau merupakan etika berinternet sekaligus perilaku sosial yang
berlaku di media online.3
Setidaknya terdapat beberapa alasan mengapa di internet, khususnya di
media sosial, memerlukan etika. Pertama, latar belakang maupun lingkungan
pengguna media sosial yang heterogen dan berbeda-beda. Perbedaan ini tentu
membawa, sadar atau tidak disadari oleh pengguna, kebiasaan maupun aturan
yang berbeda pula. Belum lagi jika berkaitan dengan norma yang berlaku di
masyarakat, seperti norma sosial dan agama, perbedaan tersebut memberikan
dampak, baik positif maupun negatif, dalam berinteraksi di media sosial.4
Kedua, komunikasi yang terjadi media sosial cenderung lebih didominasi
oleh teks semata. Teks tentunya memerlukan upaya pembentukan (encoding)
dari pengguna maupun upaya penafsiran (decoding) dari pengguna lainnya
dan ini adalah proses yang berlangsung secara terus menerus. Apalagi jika
melihat kondisi, sebagaimana dijelaskan dalam poin pertama, bahwa
26

pengguna di media sosial memiliki latar belakang dan pengetahuan yang


berbeda terhadap teks. Jika meminjam istilah yang dipopulerkan oleh Ronald
Barthes dalam semiotika, teks menjadi entitas yang bebas dari penafsiran dan
si pembuat teks tidak memiliki kuasa atas teks yang telah dilahirkannya.
Realitas sosial-siber ini memerlukan kesepakatan di antara aktan yang ada.
Maka dari itu, muncul ikon emosi

atau emoticon sebagai salah satu untuk mrngurangi kesalahpahaman dalam


pengungkapan emosi pengguna di media sosial.
Ketiga, media sosial tidak serta-merta dianggap sebagai media yang
berbeda dengan dunia nyata. Hubungan antarpengguna dengan perantara
teknologi di media sosial (online) pada kenyataannya merupakan transformasi
dari hubungan di dunia nyata (offline). Etika berinternet diperlukan agar
setiap pengguna ketika berada di dunia virtual memahami hak dan
kewajibannya sebagai “warga negara” dan virtual (digital citizenship).
Keempat, pada beberapa kasus, media sosial merupakan media yang
berjalan tidak hanya memfasilitasi pengguna, tetapi juga merupakan institusi
bisnis. Etika yang ada di media sosial diperlukan bagi institusi pengembang
media sosial untuk menarik minat orang lain agar menggunakan media sosial
mereka. Semakin banyak pengguna yang mendaftar (sign in), semakin besar
pula potensi pangsa pasar (captive market) yang bisa ditawarkan kepada
perusahaan atau pengiklan. Karena itu, diperlukan lingkungan media sosial
yang teratur maupun kenyamanan bagi pengguna, institusi media sosial, dan
(perusahaan) pengiklan.
Meski aturan atau etika berinternet telah ada, sifat media internet yang
terbuka tetap saja memiliki peluang terhadap pelanggaran dan perbuatan-
perbuatan yang kontraproduktif.

1.) Cyber-Bullying ( Perundung siber)

Perundung atau yang lebih dikenal dengan istilah bullying merupakan


Tindakan negatif yang dilakukan oleh orang lain secara terus menerus atau
27

berulang. Tindakan ini kerap kali menyebabkan korba tidak berdaya terluka
secara fisik maupun mental (Rigby, 2002: 27). Dalam aspek etimologi, bully
atau dalam bahasa Indonesia kerap dipergunakan dengan kata “rundung”
yang bermakna mengganggu; mengusik terus menerus; bahkan menyusahkan.
Beberapa kali riset menunjukkan bahwa perundung terjadi pada fisik, namun
bentuknya semakin melebar juga pada verbal dan atau psikologi (Cowie &
Jennifer, 2008: 2-3) dan terjadi di dunia nyata (offline) maupun dunia virtual
(online). Selain cyber bullying, ada istilah lain yang juga bisa digunakan
untuk menggambarkan perundungan
siber ini, yaitu online social cruelty atau electronic bullying (Kowalski et
al., 2008: 42). Dalam catatan Shariff (2011: 28-30), istialah perundung siber
pertama kali digunakan bisa ditarik referensi akademisnya melalui duan ama,
yakni Bill Belsey atau Nancy Willard. Menurut Belsey (2005), perundung
siber adalah kesengajaan, perulangan atau perilaku, maupun kebiasaan negatif
dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, seperti email,
pesan instan, serta situs personal oleh individu maupun kelompok dengan
maksud menyakiti orang lain. Sementara Willard, direktur center for Safe
and Responsible Internet Use di Amerika, mendefinisikan perundung siber
sebagai perbuatan fitnah, penghinaan, diskriminasi, pengungkapan informasi
atau konten yang bersifat privasi dengan maksud mempermalukan, atau juga
bisa dimaknai dengan komentar yang menghina, menyinggung secara vulgar
(Willard, 2003 dalam Shariff, 2011: 29).
Definisi perundungan siber juga diulas oleh Smith (2004) yang
menyatakan bahwa perundungan siber merupakan tindakan agresif yang
dilakukan secara sengaja, baik oleh sekelompok orang maupun individu, yang
menggunakan media atau kontak elektronik secara berulang dan dalam waktu
tertentu terhadap korban yang tidak bisa (lemah) dalam mempertahankan
dirinya.
Terminologi cyber-bullying juga dapat diakses melalui laman Wikipedia.
Laman ini menyatakan bahwa:
28

“Cyber-bullying adalah segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau


remaja dan dilakukan teman seusia mereka melalui dunia cyber atau internet.
Cyber-bullying adalah kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek,
dihina, diintimidasi, atau dipermalukan oleh anak atau remaja lain melalui
media internet, teknologi digital, atau telepon seluler”5
Dari beragam terminologi perundungan siber yang telah dipaparkan,
peneliti mendefinisikan perundungan siber sebagai Tindakan penghinaan,
kekerasan psikis, atau intimidasi yang dilakukan seseorang, kelompok, atau
institusi melalui perangkat teknologi dan informasi di media siber terhadap
orang, kelompok, atau institusi lain. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk
mempermalukan, mengintimidasi, menyebar keburukan dan kebencian di
media siber, baik ditujukan secara khusus kepada korban maupun dengan cara
diketahui publik.Pada intinya, perundungan siber bisa disebut sebagai teror
sosial melalui teknologi.6
Definisi tersebut jelas menegaskan bahwa perundungan tidak hanya
dilakukan oleh perorangan, namun bisa jadi dilakukan oleh institusi, baik
resmi maupun tidak. Langsung
yang dimaksud bahwa media yang digunakan hanya bisa diakses oleh
korban maupun pelaku. Tidak langsung menandakan bahwa media yang
digunakan bisa milik korban, milik pelaku, milik korban yang diretas/dibajak
oleh pelaku, atau bukan milik keduanya. Fasilitas di media siber
memungkinkan siapa pun untuk mengakses akun media sosial, misalnya
milik orang lain atau menggunakan akun anonim untuk membuat akun media
sosial baru. Dibandingkan di dunia nyata (offline), perundungan di dunia
online menjadi mudah dilakukan dan cenderung aman. Perundungan di media
siber bisa dilakukan oleh identitas yang disembunyikan. Artinya, perangkat
media siber memungkinkan seseorang untuk membangun identitas lain
(anonymous) atau realitas diri palsu sehingga pengguna lain tidak mengetahui
siapa atau identitas sebenernya (Angger, 2004; Hine, 2000; Jordan, 1999;
Konijn, Utz, Tanis, & Barnes, 2008; Nasrullah, 2012; Turkle, 2005).
29

Riset tentang perundungan lebih banyak dilakukan melalui kajian-


kajian, seperti psikologi dan pendidikan. Beberapa referensi awal tentang
perundungan menunjukan bahwa perilaku dan atau kebiasaan negative ini
sering terjadi di lembaga Pendidikan, termasuk bagaimana mengatasi
perundungan, baik untuk guru, orang tua, siswa (Coloroso, 2008), maupun
melibatkan komunitas di sekitar (Hirsch & Lowen, 2012). Namun,
perkembangan riset terbaru sepertinya telah melebar bahwa persoalan
perundungan bukan hanya objek kajian tentang prilaku atau kepribadian.7

2.) Aspek Hukum Di Media Sosial


Sebagaimana telah dijelaskan bahwa media sosial tidak hanya sebagai
media dalam bersosialisasi di internet, tetatapi juga memiliki aturan-aturan
yang mengikat penggunanya. Beberapa kasus, khususnya di Indonesia,
pernah terjadi terkait aspek hukum di media sosial.
Kejahatan siber dalam penerepannya telah menggunakan Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik. Misalnya, ditemukan Tindakan yang
dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan atau kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan
(SARA) dapat dikenakan hukuman sesuai dengan pasal 45 ayat 2 yang
berbunyi, “Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliyar
rupiah)”.

Berkaitan dengan aspek hukum dan kejahatan yang ada di media sosial,
perlu kiranya untuk membahas kejahatan siber atau cybercrime. Pembahasan
ini dikarenakan media sosial merupakan salah satu media yang ada di
internet. Oleh karena itu, media sosial juga merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan ketika membahas di internet dan kejahatan yang terjadi.
30

3.) Media Sosial Dan Ekspresi Keagamaan Remaja


Moch. Fakhrurroji, dalan Islam Digital, menyatakan bahwa dalam banyak
kasus terdapat fenomena cyberrelegion. Maksudnya bahwa terdapat
fenomena di mana terdapat hubungan yang signifikan antara agama dan
internet, baik sebagai media maupun sebagai sebuah ruang kebudayaan.
Fenomena tersebut telah menyebar ke berbagai belahan dunia, tidak
terkecuali Indonesia. Maraknya situs-situs yang bertema keagaamaan
menyebabkan banyaknya pengguna yang mem-posting informasi keagamaan,
juga para pencari informasi sebagai rujukan, serta pencari pengetahuan.
Internet memang tidak membangun agama dengan sendirinya, tetapi para
pengguna internet, yaitu orang-orang yang interes terhadap agama dan
keagamaan, yang mengisi ruang-ruang internet sebagai media sosial mereka.
Dengan mempertimbangkan pandangan Dawson dan Cowman, Moch.
Fakhururoji (2011:93) mencatat ada beberapa persoalan penting yang patut
ditindaklanjuti, di antaranya:
1. Siapa pengguna internet dengan tujuan agama, bagaimana dan
mengapa mereka menggunakannya.
2. Sifat dan kualitas pengalaman orang-orang yang melakukan aktivitas
keagamaan secara online.
3. Hubungan antara aktivitas keagamaan secara online dan offline.
Dalam hal ini kita perlu mendapatkan pemahaman lebih baik dari
konteks sosial secara keseluruhan.
4. Detail dan komperatif dari aktivitas keagamaan online tertentu.
5. Diperlukan kajian mengenai bagaimana fitur-fitur teknologi tersebut
digunakan dalam layanan keagamaan dan implikasinya.
6. Adanya tinjauan terhadap internet, apakah lebih sesuai untuk
mencapai tujuan agama pada masa sekarang yang akan dating.

Teknologi semakin maju. Tidak dapat dipungkiri juga hadirnya internet


semakin dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari; baik dalam kegiatan
sosialisasi, pendidikan,
31

bisnis dan sebagainya. Dengan hadirnya internet, maka media sosial


pun ikut berkembang pesat.
Media sosial merupakan situs di mana seseorang dapat membuat web
page pribadi dan terhubung dengan setiap orang; berbagi informasi dan
berkomunikasi.
Di kalangan remaja, penggunaan media sosial dapat mempengaruhi
pola kehidupan remaja. Banyak fitur-fitur menarik dalam media sosial yang
membuat mereka cenderung malas dan kecanduan. Keadaan tersebut
membuat waktu mereka banyak yang terbuang dan aktivitas yang terganggu.
Seperti sekolah, belajar, makan, tidur, bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar dan membantu orangtua; untuk lebih memilih bermain media sosial.
Di kalangan remaja saat ini, media sosial biasa adalah tempat curhat dan
tempat untuk mencari teman-teman baru dengan cepat. Mereka, para remaja
ini, sering curhat tentang percintaan, kekeluargaan, perasaan, dan lain-lain.
Selain itu juga, remaja sering menggunakan sosial media untuk mengunggah
foto, melihat foto, dan mengunduh foto seperti media sosial yang digunakan
remaja untuk berbagi foto adalah Instagram.
Pengalaman membuktikan bahwa remaja yang sering mengungkapkan
perasaanya di media sosial, baik itu perasaan marah, sedih, ataupun bahagia.
Mereka akan saling sindir dan bahkan akan memperburuk keadaan.
Hal ini menyebabkan akhlak remaja yang semakin menurun, ada hadits
yang menerangkan bahwa,
“mankana yu’minu billahi wal yaumil akhiri fal yaqul khoiron aw
liyasmut, wamankana yu’minu billahi wal yaumil akhiri falaa yu’dzi jarohu,
wamankana yu’minu billahi wal yaumil akhiri fal yukrim dhoifah”.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah
maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, janganlah menyakiti tetangganya. Dan barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghormati
tamu-tamunya”
a. Takhrij hadits
32

Hadits di atas diriwayatkan dalam kitab-kitab berikut ini:

1. Shahih Al-bukhori diriwiyatkan dalam kitab Arriqo bab Hifdzilisan


no.6475: kitab Al-Adab mankana yu’minu billah wayaumul-akhir fala
yu’dzi jarahu no.6018-6019; Kitab Al-Adab bab ikramid-dhaif wa
khidmatihi no.6135, 6136, 6138
2. Shahih Muslim kitab al-iman bab alhats’ala ikram aljar no.182; kitab
al-lughothah bab ad-diyafah waanahwiha no.4610
3. Sunan Abi Dawud kitab al-adab bab fihaqqil-jiwar no.5156
4. Sunan Attirmidziy kitab shifatalqiyamah bab ikramiddhaif wa
qoulilkhoir no.2688
5. Sunan Ad-Darimi kitab arriqaq bab layu’minu ahadukum hatta
no2797
6. Musnad Ahmad bab musnad Abdillah ibn Amr no.6760; musnad abi
Hurairah no.7841,9845
b. Syarah Mufradat
Pernyataan nabi SAW : “yu’minu billahi wal yaumil akhir…”
“Beriman lah kepada Allah dan hari akhir” tidak dalam posisi menafikan
kedudukan ataupun kepentingan dari rukun iman yang lainnya, karena
sebagaimana diketahui rukun iman yang enam sama-sama merupakan unsur
yang penting dalam aqidah islam. Banyak nya penyebutan iman yang cukup
dibatasi pada Allah dan hari akhir menurut para ulama, hanyalah sebentuk
penamaan kesadaran utama yang dimiliki manusia, tepatnya dalam hal
darimana mereka berasal dan kemana mereka akan menuju.
c. Syarah Ijmali
Sabda Rosul SAW yang artinya: “Hendaklah berkata baik atau diam”
Dalam hadits di atas sangat berkaitan erat dengan penghormatan terhadap
tetangga dan tamu. Tetapi bukan berarti tidak ada kaitan dengan amaliah
lainnya. Hanya saja ketika Nabi SAW menyebut penghormatan terhadap
tetangga dan tamu yang beliau kaitkan dengan menjaga lisan, bisa kita ambil
33

pelajaran bahwa penghormatan hidup tamu dan tetangga itu akan berdampak
baik atau tidaknya dimulai dari lisan kita
Aktivitas penggunaan media sosial di Indonesia didominasi oleh kalangan
remaja. Media sosial memberikan dampak negatif pada remaja, salah satunya
adalah kecanduan. Hal tersebut dikarenakan dapat mengganggu berbagai
kegiatan, diantaranya belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran tingkat kecanduan media sosial pada remaja.
Di era yang serba modern ini yang mana kita hidup di dalamnya, hadits di
atas seolah-olah menjadi cambuk tersendiri bagi kita. Mengingat pada zaman
sekarang ini orang-orang lebih banyak membaca status di media sosial
daripada ayat suci Al-Qur’an, lebih berusaha untuk nambah followers di
berbagai media sosial dari pada menambah amalan baiknya.

Bahkan yang paling parah, banyak orang yang membuka aib atau kehormatan
saudaranya atau sesama muslim lainnya di media sosial sehingga banyak
orang yang mengetahui keberadaannya. Hal ini di sebut juga dengan cyber-
bullying sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Padahal Rosulullah
SAW telah memberi tahu betapa beruntungnya orang yang dapat menjaga aib
atau kehormatannya.
“man rodda ‘an ‘irdhi akhiihi bil ghoibi roddaallahu ‘an wajHihinnaro
yaumal qiyamah”
“Barang siapa yang menjaga kehormatan saudaranya ketika ia tidak ada maka
Allah akan menjaga wajahnya pada hari kiamat” (sunan at-tirmidziy bab maa
jaa fi adz-dzan bian irdli al-muslim no.1931).
Tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan manusia yang serba mudah ini
seolah-olah manusia pun dipermudah untuk melakukan maksiat dengan
adanya media sosial ini tentu yang menggoda manusia untuk berbuat maksiat
pada media sosial ini siapa lagi kalua bukan musuh nyata kita, yaitu syetan.
Sebagaimana firman Allah dalam surat fatir ayat 6,

ِ ‫اِ َّن ال َّشي ْٰطنَ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو فَاتَّ ِخ ُذوْ هُ َع ُد ًّو ۗا اِنَّ َما يَ ْد ُعوْ ا ِح ْزبَهٗ لِيَ ُكوْ نُوْ ا ِم ْن اَصْ ٰح‬
‫ب الس َِّعي ۗ ِْر‬
34

“Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh,


karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka
menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”.

Maka tak aneh bila banyak tulisan, banyak ungkapan yang menceritakan
“1001 Gerbang setan pada media sosial”. Karena faktanya manusia
khususnya para remaja lebih sering menggunakan media sosial sebagai
maksiat daripada sebagai manfaat.

Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah yang lemah perlu meminta
pertolongan kepada yang maha segalanya dan harus melawan musuh nyata
kita itu antara lain:

1. Istighfar
2. Isti’adzah
3. Menyikapi diri kita dengan niat keikhlasan. Karena ikhlas adalah salah
satu pengecualian iblis dalam penyesalan mereka
4. Ikhtiar kita untuk tidak mengikuti Langkah-langkah mereka. Karena
mereka tidak ada kekuasaan atas kita melainkan diri kita sendiri yang
mengikuti mereka.
d. Thagut

Thagut merupakan pecahan dari kata “thagyaani” yang artinya


melampaui batas. Ibnu Jarir menjelaskan “Fii thagyaa niHim” pada surat Al-
Baqarah ayat 15, ia berkata yang dimaksud fii thugyaa niHim adalah ”Thagut
adalah melampaui batas dalam sesuatu”.

Thagut menurut Ibnu Qayyim adalah : “Sesuatu yang diperlakukan


oleh seorang hamba secara melampaui batas baik berupa hal yang disembah,
diikuti atau dipatuhi (Fath Al-Majid)-(Syarah kitabuttauhid)

Adapun menurut Syaikh Shalih Ibn Fauzan, Thagut adalah :


“Terambil dari kata thugyaani (melampaui batas) sehingga dikatakan
35

“Setiap sesuatu yang disembah selain Allah, sedangkan ia merasa ridho untuk
disembah. Maka ia termasuk thagut”.

Dari beberapa keterangan di atas jelas bahwa yang dimaksud dengan


Thagut adalah perilaku seorang hamba yang melampaui batas sehingga ia
berpaling dari peribadahan kepada Allah SWT menuju beribadahan kepada
yang lain (thagut), berpaling berhukum dari Al-Qur’an dan As-Sunnah
menuju berhukum kepada yang lain (thagut), dan tidak mengikuti Rasulullah
SAW dan berpaling dari ketaatan kepada beliau menuju kepada yang lain
(thagut).

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 256,

‫صا َم لَهَا‬ َ ‫ت َويُْؤ ِم ۢ ْن بِاهّٰلل ِ فَقَ ِد ا ْستَ ْم َس‬


َ ِ‫ك بِ ْالعُرْ َو ِة ْال ُو ْث ٰقى اَل ا ْنف‬ ِ ْ‫فَ َم ْن يَّ ْكفُرْ بِالطَّا ُغو‬

“Barang siapa kufur kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka
sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak
akan putus”.

Ayat ini dengan tegas memerintahkan kita untuk kufur terhadap thagut dan
harus beriman kepada Allah, dengan begitu berarti kita sudah berpegang
teguh kepada tali yang kuat. Yang dimaksud ‫ ْالعُرْ َو ِة ْال ُو ْث ٰقى‬menurut Muyahid
adalah “iman” menurut As-Suaiy “islam” dan menurut Jaid Bin Zubair dan
Ad-Dllohak adalah “laa ilaha illaallahu” (Ibnu Katsir : 286).

Di dalam beraktifitas di media sosial, ada beberapa etika yang perlu


diperhatikan karena bermedia sosial itu ibarat menghunus sebuah pedang, jika
salah mengayunkannya maka kita sendiri akan tertebas, sedikitnya ada 10
etika yang harus diperhatikan, yaitu:

1.) Muroqobah

Yakni, merasa selalu diawasi oleh Allah. Apa pun yang kita
posting termasuk niat di postingan tersebut. Sadarilah selalu diketahui oleh
36

sang maha tahu. Dan demikian, maka pastilah kita takut melanggar
batasan-batasan agama dalam menggunakan media sosial.

Firman-Nya dalam surat At-Thagabun ayat 4:


‫هّٰللا‬
ِ ‫ض َويَ ْعلَ ُم َما تُ ِسرُّ وْ نَ َو َما تُ ْعلِنُوْ ۗنَ َو ُ َعلِ ْي ٌم ۢبِ َذا‬
‫ت الصُّ ُدوْ ر‬ ِ ْ‫ت َوااْل َر‬
ِ ‫يَ ْعلَ ُم َما فِى السَّمٰ ٰو‬
“Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi, dan mengetahui apa
yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha
Mengetahui segala isi hati”.

2.) Hisab Setiap apa pun yang di posting, sekecil apa pun pasti ada
perhitungannya atas hal itu. Firman Allah SWT, dalam surat Al-
Zalzalah ayat 7-8

ُ‫فَ َم ْن يَ ْع َملْ ِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة خَ ْيرًا يَ َرهُ َو َم ْن يَ ْع َملْ ِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة َش ًّرا يَ َره‬

“Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji Dzaroh


maka ia akan melihat balasannya. Dan barang siapa mengerjakan
kejelakan seberat biji Dzaroh makai a akan melihat balasannya”.

3.) Istifadoh
Yaitu meninggalkan sarana yang ada untuk di ambil manfaatnya. Begitu
pun dalam beraktifitas di media sosial.
Abu Huroirah RA berkata: Telah bersabda Rosulullah SAW (Diantara
tanda kebaikan keislaman seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang
bermanfaat baginya). -Hadits Hasan diriwayatkan oleh Attirmidziy no
2318 dan yang lainnya.
4.) Bertanggung jawab
Seorang muslim pastilah beretika baik dan akan berhati-hati dalam
apapun. Begitupun dalam menanggapi sesuatu di media sosial.
Firman-Nya dalam Surat Al-Isra ayat 36:
ٰۤ ُ
‫ك َكانَ َع ْنهُ َم ْسـُٔوْ اًل‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫ص َر َو ْالفَُؤا َد ُكلُّ ا‬
َ َ‫ك بِ ٖه ِع ْل ٌم ۗاِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬ َ ‫َواَل تَ ْقفُ َما لَي‬
َ َ‫ْس ل‬

“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta
37

pertanggungjawabannya”.

5.) Menjaga Batasan pergaulan

Batasan ini terkhusus pada hubungan antara pria dan wanita meski
tidak bertatapan langsung, media sosial mampu membawa jerat-jerat
penyakit hati di setiap interaksi lawan jenis. Maka batasilah interaksi
lawan jenis yang bukan mahromnya dan yang tidak ada keperluan penting
dengannya.
6.) Memperhatikan pertemanan
Berteman di media sosial mestilah mempertimbangkan kebaikan
dengan timbangan ilmu syar’i. Jangan dengan mudahnya mengikuti status
orang yang tidak jelas kebaikannya.
Ibnu Mas’ud pernah memberi nasihat: “Jika engkau sekedar jadi
pengikut kebaikan, maka itu lebih daripada engkau jadi panutan dalam
kejelakan”(Kitab Alibanah).
7.) Wasilah
Yakni menjadikan media sosial sebagai penghantar atau saran
wasilah kepada kebaikan. Artinya, menggunakan media sosial dengan cara
memanfaatkannya untuk menebar kebaikan dan silaturahmi.
8.) Tidak lalai
Inilah yang sering luput jika sudah asik bermain media sosial, kita
jadi mudah terlalaikan oleh hal semacam itu. Hingga waktu berharga
terbuang begitu saja. Termasuk waktu-waktu untuk beribadah.
9.) Mengumpulkan kebaikan
Yaitu dengan menjadikan sarana pengumpulan ilmu dan kebaikan.
Seperti mengadakan sharing ilmu pengetahuan, ilmu agama dan lain-lain.
Hadits Rosul:
Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata: Telah bersabda Rosulullah SAW:
Barang siapa yang mengajak manusia kepada petunjuk, maka baginya
38

pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit


pun.
10.) Ikhlas
Selalu menjaga keikhlasan menjadi salah satu etika yang harus
dilakukan muslim pada saat bermedia sosial. Termasuk di dalamnya agar
tidak memposting sesuatu karena maksud riya.

6. Pengertian Remaja

a. Remaja dan ciri-cirinya

Remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan


menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) tentang
usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. (Kemenkes RI,2012).

Remaja adalah usia transisi, seseorang individu telah ,meninggalkan


usia kanak-kanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum
mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya
maupun masyarakat. Masa remaja awal merupakan masa transisi, di mana
usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan
usia belasan yang tidak menyenangkan, di mana terjadi juga perubahan pada
dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial.

Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan
dalam lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru,
teman sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan
reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk mampu
menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bag orang-orang
seusianya. Adanya perubahan baik di dalam maupun di luar dirinya itu
membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial
dan kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja
memperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan keluarga seperti
lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain.

b. Tugas perkembangan remaja


39

Pada setiap tahapan perkembangan manusia terdapat tugas-tugas


tertentu yang berasal dari harapan masyarakat yang harus dipenuhi oleh
individu, dan ini sering disebut tugas-tugas perkembangan. Keberhasilan
atau kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan pada periode
usia tertentu akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya seseorang dalam
menjalankan tugas perkembangan pada periode usia selanjutnya. Pada usia
remaja terdapat pula tugas-tugas perkembangan tertentu yang harus
dipenuhi oleh individu. Pada akhir masa remaja ini, diharapkan tugas tugas
tersebut telah terpenuhi sehingga individu siap memasuki masa dewasa
dengan peran-peran dan tugas-tugas barunya sebagai orang dewasa.
Pikunas (1976) mengemukakan beberapa tugas perkembangan yang
penting pada tahap pertengahan dan akhir masa remaja, yaitu:

1. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang
berkaitan dengan fisiknya.

2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figur-figur


otoritas.

3. Mengembangkan keterampilan dalam komunikasi interpersonal,


belajar membina relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa,
baik secara individu maupun dalam kelompok.

4. Menemukan model untuk identifikasi.

5. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampuan dan sumber


sumber yang ada pada dirinya.

6. Memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip


yang ada.

7. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak-


kanakan.1

1
40

Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun


bagi wanita dan 13 tahun samapai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia
remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu usia 12/13 tahun sampai
dengan 17/18 tahun adalah remaja awal dan usia 17/18 sampai dengan 21/22
tahun adalah remaja akhir.

Pada umumnya usia ini adalah usia dimana mereka sedang duduk di
bangku sekolah menengah. Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut
adolescence adalah berasal dari bahasa adolescere yang artinya tumbuh atau
tumbuh untuk menjadi dewasa atau tumbuh untuk mencapai kematangan
tetapi ada sebagian yang beranggapan dan memandang bahwa masa remaja
tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan.

c. Faktor-faktor perkembangan remaja

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan remaja antara lain


adalah pengaruh keluarga, pengaruh keluarga, pengaruh gizi, gangguan
emosional, jenis kelamin, status sosial ekonomi, kesehatan, dan pengaruh
bentuk tubuh. Disamping itu pengaruh lingkungan juga mempengaruhi
perkembangan fisik remaja. Seberapa jauh perubahan pada masa remaja akan
mempengaruhi perilaku sebagaian besar, tergantung pada kemampuan dan
kemauan anak remaja untuk mengungkapkan keprihatinan dan kecemasannya
kepada orang lain sehingga dengan begitu ia dapat memperoleh pandangan
baru yang lebih baik.

Menurut Hurlock (dalam Muhammad Ali, Muh. Asrori, 2004)


mengemukakan perubahan yang terjadi, yaitu: ingin menyendiri, bosan,
inkoordinasi, antagonis sosial,

emosi yang meninggi, hilangnya kepercayaan diri, dan terlalu sederhana.


Sejumlah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik individu, yaitu,
faktor internal (sifat jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya dan
kematangan) dan faktor eksternal (kesehatan, makanan, dan stimulasi
lingkungan).
41

Faktor-faktor internal dan eksternal yang semuanya ikut mempengaruhi


pertumbuhan individu mudah dimengerti bahwa pertumbuhan fisik itu akan
sangat bervariasi. Perbedaan faktor keturunan, kondisi kesehatan, gizi
makanan, dan stimulasi lingkungan menyebabkan perbedaan pertumbuhan
fisik individu.2

Menurut pandangan Gunarsa bahwa secara umum ada dua faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu (bersifat dichotomi) yakni:

a. Faktor endogen (nature).


Dalam pandangan ini dinyatakan bahwa perubahan-perubahan fisik
maupun psikis dipengaruhi oleh faktor internal yang bersifat herediter yaitu
yang diturunkan oleh orang tuanya, misalnya postur tubuh (tinggi badan),
bakat-minat, kecerdasan, kepribadian dan sebagainya. Kalau kondisi fisik
individu dalam keadaan normal berarti ia berasal dari keturunan yang normal
juga yaitu tidak memiliki gangguan/ penyakit. Hal ini dapat dipastikan, orang
tersebut akan memiliki pertumbuhan dan perkembangan fisik yang normal.
Hal ini juga berlaku untuk aspek psikis atau psikososialnya. Perlu diketahui
bahwa kondisi fisik, psikis atau mental yang sehat, normal dan baik menjadi
predisposisi bagi perkembangan berikutnya. Ini menjadi modal bagi individu
agar mampu mengembangkan kompetensi kognitif, afektif maupun
kepribadian dalam proses penyesuaian diri (adjustment) di lingkungan
hidupnya.
b. Faktor exogen (nurture).
Pandangan faktor exogen menyatakan bahwa perubahan dan
perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal
dari luar diri individu itu sendiri. Faktor ini diantaranya berupa lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik berupa tersedianya sarana
dan fasilitas, letak geografis, cuaca, iklim dan sebagainya. edangkan
lingkungan sosial ialah lingkung 3 dimana seorang mengadakan
relasi/interaksi dengan individu atau kelompok individu didalamnya.
2
Heriana Eka Dewi, Memahami Perkembangan Fisik Remaja ( Yogyakarta :Gosyen Publishing,
2012)
42

Lingkungan sosial ini dapat berupa keluarg tetangga, teman, lembaga


pendidikan, lembaga kesehatan dan sebagainya. Seorang individu yang hidup
dalam lingkungan keluarga yang berkecukupan (yakni

memiliki status sosial ekonomi menengah keatas), serta orang tua memberi
perhatian, kasih sayang (pola asuh) yang baik, memberi biaya, fasilitas dan
kesempatan luas anaknya untuk berkembang secara baik, maka ia akan
tumbuh berkembang menjadi individu yang mampu mengaktualisasikan
potensinya dengan baik pula. Hal ini berbeda dengan mereka yang tidak
memperoleh kesempatan kesempatan tersebut. Menurut Erik Erikson seorang
tokoh psikoanalisis (dalam Agoes Dariyo, 2004) membenarkan pendapat
tersebut diatas, sebab lingkungan sosial budaya keluarga yang ditandai
dengan kehangatan kasih sayang dan perhatian akan memungkinkan anak
untuk mengembangkan rasa percaya (basic-trust) kepada lingkungannya.
Sebaliknya mereka yang tak memperoleh kasih sayang dengan baik,
cenderung menjadi anak yang sulit mempercayai lingkungannya. Dengan
demikian, rasanya akan sulit untuk mengembangkan potensi kognitif maupun
kemampuan yang lain.
b. Interaksi antara endogen dan exogen.
Dalam kenyataannya masing-masing faktor tersebut tak dapat dipisahkan.
Kedua faktor ini saling berpengaruh sehingga terjadi interaksi antara faktor
internal maupun eksternal, yang kemudian membentuk dan mempengaruhi
perkembangan individu.

Dengan demikian, sebenarnya faktor yang ketiga ialah kombinasi dari


kedua faktor itu. Para ahli perkembangan sekarang menyakini bahwa kedua
faktor internal (endogen) maupun eksternal (exogen) tersebut mempunyai
peran yang sama besarnya, bagi perkembangan dan pertumbuhan individu.
Oleh karena itu sebaiknya dalam memandang dan memprediksi
perkembangan seseorang harus melibatkan kedua faktor tersebut secara utuh
(holistik, integratif, dan komprehensif) dan bukan partial (sebagian saja).3

3
43

B. Pembahasan

1. Pengaruh Media Sosial Terhadap akhlak remaja

Media sosial merupakan salah satu platform yang muncul di media


siber. Karena itu, melihat media sosial yang ada tidak jauh berbeda dengan
karakteristik yang dimiliki oleh media siber. Bahkan, Gane dan Beer (2008)
secara khusus memberikan konsep-konsep kunci untuk memahami media
siber.
Meski karakteristik media siber bisa dilihat melalui media sosial, namun
media sosial memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh beberapa
jenis media siber lainnya. Ada batasan-batasan dan ciri khusus tertentu yang
hanya dimiliki oleh media sosial disbanding dengan media lainnya. Salah
satunya adalah media sosial beranjak dari pemahaman bagaimana media
tersebut digunakan sebagai sarana sosial di dunia virtual. Bukan berarti tidak
ada karakter umum atau makro, hanya pembahsan karakteristik media sosial
ini dipandang perlu untuk melihat perbedaan dengan media lainnya. Pada
akhirnya, bagaimana karakteristik media sosial itu bisa dipergunakan untuk
bidang seperti jurnalisme, hubungan masyarakat, pemasaran, politik.

Di kalangan remaja, penggunaan media sosial dapat mempengaruhi pola


kehidupan remaja. Banyak fitur-fitur menarik dalam media sosial yang
membuat mereka cenderung malas dan kecanduan. Keadaan tersebut
membuat waktu mereka banyak yang terbuang dan aktivitas yang terganggu.
Seperti sekolah, belajar, makan, tidur, bersosialisasi dengan lingkungan
sekitar dan membantu orangtua; untuk lebih memilih bermain media sosial.

Dikalangan remaja saat ini, media sosial biasa adalah tempat curhat dan
tempat untuk mencari teman-teman baru dengan cepat. Mereka, para remaja
ini, sering curhat tentang percintaan, kekeluargaan, perasaan, dan lain-lain.
Selain itu juga, remaja sering menggunakan sosial media untuk mengunggah
foto, melihat foto, dan mengunduh foto seperti media sosial yang digunakan
remaja untuk berbagi foto adalah Instagram.
44

Pengalaman membuktikan bahwa remaja yang sering mengungkapkan


perasaanya di media sosial, baik itu perasaan marah, sedih, ataupun bahagia.
Mereka akan saling sindir dan bahkan akan memperburuk keadaan.
Hal ini menyebabkan akhlak remaja yang semakin menurun, ada
hadits yang menerangkan bahwa,“mankana yu’minu billahi wal yaumil akhiri
fal yaqul khoiron aw liyasmut, wamankana yu’minu billahi wal yaumil akhiri
falaa yu’dzi jarohu, wamankana yu’minu billahi wal yaumil akhiri fal yukrim
dhoifah”.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah
maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, janganlah menyakiti tetangganya. Dan barang siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menghormati tamu-
tamunya”

Dalam islam yang menjadi dasar atau alat pengukur yang menyatakan
bahwa sifat seseorang itu baik atau buruknya adalah Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Apa yang baik menurut al-Qur’an dan As-Sunnah itulah yang baik
untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang
buruk menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah berarti itu tidak baik dan harus di
jauhi.

Lalu apa tujuan pembinaan akhlak itu? Tujuan pembinaan akhlak itu
adalah hendak mengantarkan manusia agar menjadi makhluk yang tinggi dan
sempurna akhlaknya serta berbeda dengan makhluk-makhluk yang lain.

Akhlak manusia itu ada dua macam, yaitu akhlak mahmudah dan akhlak
madzmumah.

Apa yang dimaksud dengan akhlak mahmudah itu? Akhlak mahmudah


atau akhlakul karimah yaitu akhlak terpuji (baik). Ciri-cirinya, yaitu: beriman
kepada Allah Swt, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
hari kiamat dan takdir-Nya, rajin beribadah, membayar zakat, Amanah
(terpercaya), jujur, menepati janji, tawadhu, berbicara sopan dan baik, tidak
45

sombong, menghormati tetangga, tidak kikir dan royal (boros). Sedangkan


akhlakul madzmumah, yaitu segala tingkah laku yang tercela atau akhlak
yang jahat, seperti: berdusta, menjadi saksi palsu, berkhianat,
takabur/sombong, tamak/serakah, berbuat dzalim, berburuk sangka dan
mengumpat.

2.Tingkat Penggunaan Media Sosial Pada Remaja Di era Digital

Remaja adalah usia transisi, seseorang individu telah meninggalkan


usia kanak-kanak yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum
mampu ke usia yang kuat dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya
maupun masyarakat. Masa remaja awal merupakan masa transisi, di mana
usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan
usia belasan yang tidak menyenangkan, di mana terjadi juga perubahan pada
dirinya baik secara fisik, psikis, maupun secara sosial.

Pada setiap tahapan perkembangan manusia terdapat tugas-tugas tertentu


yang berasal dari harapan masyarakat yang harus dipenuhi oleh individu, dan
ini sering disebut tugas-tugas perkembangan. Keberhasilan atau kegagalan
dalam melaksanakan tugas perkembangan pada periode usia tertentu akan
mempengaruhi berhasil atau tidaknya seseorang dalam menjalankan tugas
perkembangan pada periode usia selanjutnya. Pada usia remaja terdapat pula
tugas-tugas perkembangan tertentu yang harus dipenuhi oleh individu.

Tingkat penggunaan media sosial pada remaja sangatlah tinggi, di era yang
serba modern ini yang mana kita hidup di dalamnya, hadits di atas seolah-
olah menjadi cambuk tersendiri bagi kita. Mengingat pada zaman sekarang ini
orang-orang lebih banyak membaca status di media sosial daripada ayat suci
Al-Qur’an, lebih berusaha untuk nambah followers di berbagai media sosial
dari pada menambah amalan baiknya. Bahkan yang paling parah, banyak
orang yang membuka aib atau kehormatan saudaranya atau sesama muslim
lainnya di media sosial sehingga banyak orang yang mengetahui
46

keberadaannya. Hal ini di sebut juga dengan cyber-bullying sebagaimana


yang telah dijelaskan sebelumnya. Padahal Rosulullah SAW telah memberi
tahu betapa beruntungnya orang yang dapat menjaga aib atau kehormatannya.
Cyber bullying atau bisa disebut dengan perundung siber merupakan
tindakan agresif yang dilakukan secara sengaja, baik oleh sekelompok orang
maupun individu, yang menggunakan media kontak elektronik secara
berulang dan dalam waktu tertentu terhadap

korban yang tidak bisa (lemah) dalam mempertahankan dirinya. Artinya


tingkat penggunaan media sosial pada remaja di era digital saat ini sangatlah
menyimpang, dikarenakan para remaja kebanyakan menggunakan media
sosial untuk saling tuding atau membuli satu sama lain, dan ada juga yang
menyimpang dikarenakan terlalu kecanduan terhadap game hingga bahkan
lupa waktu dan lalai terhadap apa yang harus di kerjakan yang lebh pentung
dari bermain gadget atau game. Karena saat ini aktivitas internet yang paling
banyak di lakukan adalah media sosial.

Aktivitas penggunaan media sosial di Indonesia didominasi oleh kalangan


remaja. Media sosial memberikan dampak negatif pada remaja, salah satunya
adalah kecanduan. Hal tersebut dikarenakan dapat mengganggu berbagai
kegiatan, diantaranya belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran tingkat kecanduan media sosial pada remaja.
47

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari pembahasan dan uraian yang telah dibahas, maka dapat
diambil keputusan tersebut sebagai berikut:
1. Di kalangan remaja saat ini, media sosial biasa adalah tempat curhat dan
tempat untuk mencari teman-teman baru dengan cepat. Mereka, para
remaja ini, sering curhat tentang percintaan, kekeluargaan, perasaan, dan
lain-lain. Selain itu juga, remaja sering menggunakan sosial media untuk
mengunggah foto, melihat foto, dan mengunduh foto seperti media sosial
yang digunakan remaja untuk berbagi foto adalah Instagram. Pengalaman
membuktikan bahwa remaja yang sering mengungkapkan perasaanya di
media sosial, baik itu perasaan marah, sedih,

ataupun bahagia. Mereka akan saling sindir dan bahkan akan


memperburuk keadaan. Hal ini menyebabkan akhlak remaja semakin
menurun.

2. Tingkat penggunaan internet di era digital saat ini yang paling banyak
dilakukan adalah media sosial. Aktivitas penggunaan media sosial di
Indonesia didominasi oleh kalangan remaja. Media sosial memberikan
dampak negatif pada remaja, salah satunya adalah kecanduan. Hal
tersebut dikarenakan dapat mengganggu berbagai kegiatan, diantaranya
belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat
kecanduan media sosial pada remaja.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, maka saran yang dapat diberikan antara lain :

1. Untuk Remaja

Bagi remaja harus mengembangkan konsep diri yang positif untuk bisa
mengurangi kecenderungan dalam menggunakan media sosial agar tidak
48

terjadi kecanduan dalam menggunakan gadget atau alat komunikasi, yaitu


dengan cara menjaga hubungan baik dengan lingkungan sekitar dan
menerima keadaan dengan baik.

2. Untuk Orang Tua

Bagi orang tua harus lebih memerhatikan lagi anak-anaknya dalam


mengoperasikan gadget atau alat komunikasi. Tidak hanya itu, orang tua
juga harus mengembangkan konsep diri anak melalui keterbukaan dan
menjaga komunikasi. sehingga mampu membangun konsep diri untuk
tidak melakukan agresi verbal di media sosial.

Anda mungkin juga menyukai