PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era digital merupakan sebuah masa atau zaman dimana hampir seluruh
bidang dalam tatanan kehidupan sudah dibantu dengan teknologi digital. Istilah
ini juga bisa di artikan sebagai munculnya teknologi digital yang menggantikan
teknologi-teknologi sebelumnya sudah digunakan (mekanik dan elektronik
analog) oleh manusia.
Era digital dimulai ketika terjadinya revolusi digital yang terjadi pada
tahun 1980, lebih tepatnya pada masa peralihan dari mekanik dan analog ke
teknologi digital. Bisa dibilang hamper sebagian besar aktivitas mengalami
perubahan dimulai cara berkomunikasi, bekerja, sampai dengan mendapatkan
informasi. Pada era digital seperti saat ini, remaja sulit dipisahkan dari yang
namanya media sosial. Sebagian mereka bahkan telah mengalami kecanduan yang
menjadikannya sebagai aktivitas personal yang tidak dapat dikontrol orang lain,
termasuk orang tua. Dalam perkembangannnya, bermedia sosial dapat dapat
mengubah perilaku remaja. Penggunaan internet atau media sosial secara
berlebihan yang ditandai dengan gejala-gejala klinis kecanduan, termasuk
keasyikan dengan objek pecandu yang lebih sering daripada yang diperlukan,
tanpa memerhatikan konsekuensi fisik serta psikologis dari penggunaan tersebut,
dan sebagainya. Alih-alih memajukan dan menjadi sarana bertukar informasi yang
sehat, media sosial malah menjadi pemicu penganiayaan dan perkelahian remaja.
Kini media sosial seseorang bisa berkomentar semaunya, seperti saling memaki,
menghina dan tidak punya adab dalam bermedia sosial. Akibat buruknya dapat
berujung pada perkelahian di dunia nyata. Dan beberapa diantara mereka bahkan
sudah hilangnya akhlak mereka terhadap orang lain, khususnya orang tua, akhlak
remaja banyak yang sudah terpengaruh dengan media sosial yang mana media
sosial telah meracuni pikiran para remaja. Maka dari itu, dibutuhkan upaya literasi
media sosial bagi remaja. Literasi media sosial dimaksudkan untuk mendidik
1
2
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan yaitu antara usia 11 atau
12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda. Menurut
undang-undang kesejahteraan anak, pengertian remaja adalah individu yang
belum mencapai 21 tahun dan belum menikah dan dalam undang-undang
perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau
sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal. Karakteristik
perkembangan normal yang terjadi pada remaja dalam menjalankan tugas
perkembangannya dalam mencapai identitas diri antara diri antara lain menilai diri
secara objektif dan merencanakan untuk mengaktualisasikan kemampuannya.
Adapun akhlak juga sangat memiliki peranan yang amat besar sekali
karena akhlak seseorang pada umumnya merupakan buah dari pola
fikirnya, orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling
baik akhlaknya,jika aqidahnya benar,maka baik pula akhlaknya.Ada pun di
3
ُون ِإاَّل هَّللا َ َوبِ ْال َوالِ< َدي ِْن ِإحْ َس<انًا َو ِذي ْالقُ<<رْ بَ ٰى َو ْاليَتَ<<ا َم ٰى ْ َوِإ ْذ َأ
َ خَذنَا ِميثَا
<َ ق بَنِي ِإ ْس َراِئي َل اَل تَ ْعبُد
َض <ون ِ صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ ثُ َّم ت ََولَّ ْيتُ ْم ِإاَّل قَلِياًل ِم ْن ُك ْم َوَأ ْنتُ ْم ُمع
ُ ْر َّ اس ُح ْسنًا َوَأقِي ُموا الِ ََّو ْال َم َسا ِكي ِن َوقُولُوا لِلن
Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil
(yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat
kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-
orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi
janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu
berpaling." (Qs. Al-Baqarah : 83)
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul
“Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Akhlak Remaja”
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
صاَل ةَ تَ ْنهَ ٰى ع َِن ْالفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر َّ ب َوَأقِ ِم ال
َّ صاَل ةَ ۖ ِإ َّن ال ِ ك ِمنَ ْال ِكتَا َ ْت ُل َما ُأو ِح َي ِإلَ ْي
َهَّللا ِ َأ ْكبَ ُر ۗ َوهَّللا ُ يَ ْعلَ ُم َما تَصْ نَعُون
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitiannya, yaitu :
1. Manfaat Teoritis : manfaat penelitian secara teoritis diharapkan dapat
memberikan dan menambah informasi tentang akhlak dan adab pergaulan
remaja dalam islam.
2. Manfaat Praktis :
a. Untuk Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan lebih dan
menambah pengalaman baru bagi penulis dan dapat di aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari dari hasil penelitian ini.
5
b. Untuk Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan ilmu dan dapat
memberikan manfaat
F. Metode Penelitian
BAB II
A. Landasan Teori
1. Pengertian Akhlak
Ada sebuah definisi ringkas yang bagus tentang akhlak (moral) dalam
kamus La Lande, yaitu moral mempunyai empat makna berikut.
1.) Moral adalah sekumpulan kaidah bagi perilaku yang diterima dalam
satu zaman atau oleh sekelompok orang. Dengan makna ini moral
bisa bersifat keras, buruk, atau rendah.
2.) Moral adalah sekumpulan kaidah bagi perilaku yang dianggap baik
berdasarkan kelayakan bukannya berdasarkan syarat.
3.) Moral adalah teori akal tentang kebaikan dan keburukan, ini menurut
filsafat.
7
manusia dari satu segi, dan dari segi lain tidak akan dapat mengangkat
derajat akal hingga menafikan wahyu!
Untuk meletakkan segala perkara pada tempatnya yang sebenarnya, dan
untuk bersikap seimbang antara akal dan wahyu, serta untuk menghormati
agama-agama langit.
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari kata khuluqin
yang berarti budi pekerti, perangai, watak, tabiat, kebiasaan atau tingkah laku.
Selanjutnya menurut istilah, akhlak itu sesuatu bentuk (naluri asli) dalam
jiwa seorang manusia yang dapat melahirkan suatu tindakan dan kelakuan
dengan mudah dan spontan tanpa reka pikiran1 . Jika pengertiannya seperti
yang dimaksud uraian diatas, maka apa yang menjadi dasar akhlak itu?
Dalam pandangan ajaran islam, dasar akhalak islam itu adalah Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
Lalu apa tujuan pembinaan akhlak itu? Tujuan pembinaan akhlak itu
adalah hendak mengantarkan manusia agar menjadi makhluk yang tinggi dan
sempurna akhlaknya serta berbeda dengan makhluk-makhluk yang lain.
Akhlak manusia itu ada dua macam, yaitu akhlak mahmudah dan akhlak
madzmumah.
8
Dalam islam yang menjadi dasar atau alat pengukur yang menyatakan
bahwa sifat seseorang itu baik atau buruknya adalah Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Apa yang baik menurut al-Qur’an dan As-Sunnah itulah yang baik
untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang
buruk menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah berarti itu tidak baik dan harus di
jauhi.
لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-
Ahzab: 21)
Akhlak adalah ciri khas kita sebagai seorang muslim yang membedakan
kita dengan yang lain. Akhlak islam yang tinggi dan mulia akan menjadikan
generasi yang terbaik dalam peradaban manusia.
Menurut imam Gazali : ”Akhlak ialah sifat yang melekat dalam jiwa
seseorang yang menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa banyak
pertimbangan lagi”. Atau boleh juga dikatakan sudah menjadi kebiasaan.
Orang yang pemurah sudah biasa memberi. Ia memberi tanpa banyak
pertimbangan lagi. Seolah-olah tangannya sudah terbuka lebar
untuk itu. Begitu juga orang kikir. Seolah-olah tangannya sudah terpaku
dalam kantongnya, tidak mau keluar mengulurkan bantuannya kepada fakir
miskin. Begitu juga orang pemarah. Selalu saja marah tanpa alasan.
10
Sebagian ulama mengatakan akhlak itu ialah, suatu sifat yang terpendam
dalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul waktu ia bertindak tanpa
merasa sulit (timbul dengan mudah). Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan
pendapat Imam Gazali.
Akal pikiran seseorang besar sekali pengaruhnya dalam kehidupannya.
Akal pikiran yang sempit dan buntu akan menjadikannya menempuh jalan
yang sesat. Sebaliknya akal pikiran yang sehat berisi ilmu pengetahuan
menjadi obor menerangi jalan hidupnya. Akal pikiran yang sehat berisi ilmu
pengetahuan akan selalu menuntunnya ke jalan yang baik. Ia akan berbuat
segala rupa yang berguna untuk dirinya, keluarganya, dan bangsanya. Firman
Allah swt. Menegaskan bahwa orang-orang yang durhaka masuk neraka
karena sempit akal pikirannya dan tidak memahami ayat-ayat Tuhan. Ayat 10
dari Surat Al-Mulk yang berbunyi :
ب ال َّس ِع ۡي ِر ۡ َوَقَالُ ۡوا لَ ۡو ُكنَّا ن َۡس َم ُع اَ ۡو ن َۡعقِ ُل َما ُكنَّا فِ ۡۤى ا
ِ ص ٰح
Dan mereka berkata, "Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau
memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka
yang menyala-nyala.”
a. Bentuk-bentuk Kerusakan
Kita perhatikan bahwa di antara bentuk-bentuk kerusakan nilai-nilai
akhlak dunia adalah sebagai berikut.
1.) Free sex yang menjadi fenomena di seluruh dunia, yang didukung
oleh Barat, dan diperkuat serta didukung dengan perangkat-
perangkat media massa yang mereka miliki. Terjadilah
11
7.) yang tak dapat ditolak oleh pihak yang dizalimi, karena pihak
tersebut terancam embargo perdagangan, penerbangan dan militer!
b. Sebab-sebab Kerusakan
Pertama, permusuhan konvensional--pada saat ini--antara filsafat-
filsafat modern dengan pemikiran agama secara umum, dan pemikiran
islam secara khusus. Adalah permusuhan yang jelas yang tak diingkari
kecuali oleh orang yang pura-pura buta terhadap realitas. Adalah
permusuhan yang keras yang tak jarang kalangan Arab
menghadapinya dengan senjata ketika mereka tak sanggup
menghadapinya dengan konspirasi, dan menciptakan revolusi militer,
yang kemudian menggilas semua pemikir agama yang benar, atau
pemikir islam, meskipun pemikir tersebut amat damai dalam
mengungkapkan pemikirannya.
13
Permusuhan atau perang yang tak adil dan tak seimbang itulah yang
menjadi penyebab kerusakan nilai-nilai akhlak, dan terus
menyebabkan kerusakan itu. Karena permusuhan terhadap islam
adalah permusuhan terhadap kebenaran sementara meninggikan
kebatilan.
Kedua, permusuhan yang dibuat-buat atau diklaim antara mayoritas
ilmu-ilmu modern dengan ilmu dan pengetahuan serta hakikat agama
secara umum, dan islam secara khusus. Sehingga ada manusia yang
berpikir bahwa segala sesuatu yang bersifat agama berarti
kemunduran, keterbelakangan, kegelapan dan kegaiban!
Permusuhan ini dibuat-buat. Karena islam mengajak kepada ilmu
pengetahuan dan mendorong untuk meraih pengetahuan. Bahkan
islam mewajibkan ilmu, belajar dan mengajar. Dan tidak meletakkan
batas bagi penelitian ilmiah dan meneliti jiwa manusia dan seluruh
semesta.
Permusuhan yang dibuat-buat ini berdiri diatas pemahaman yang
salah terhadap agama pada umumnya dan islam pada khususnya,
namun kemenangan bertentangan dengan agama. Sehingga menjadi
rusaklah nilai-nilai akhlak.
Ketiga, pemaksaan Barat untuk memerangi nilai-nilai islam, dan
memerangi semua kebangkitan islam yang ingin meninggikan
kedudukan nilai-nilai islam ini.
c. Hasil-hasil dari kerusakan
Nilai-nilai akhlak dunia menjadi rusak disebabkan oleh beberapa
faktor, yang kerusakan itu akan mendatangkan hasil-hasilnya pula.
Hasil kerusakan nilai-nilai akhlak adalah sebagai berikut.
1.) Penyakit jiwa dan saraf, bahkan juga penyakit fisik, yang
terjadi akibat dari kerusakan nilai-nilai akhlak di dunia.
14
.
Siapa yang mengingkari Allah, pembangkitan Kembali manusia,
dan balasan akhirat; pastilah ia mengingkari nilai-nilai akhlak yang
benar. Ketika nilai-nilai diingkari, maka tempatnya diisi oleh nilai-nilai
akhlak yang rusak.
3. Pilar-Pilar Akhlak Terpuji
Imam Al-Ghazali, dalam Kitabnya Ihya ‘Ulumuddin, mengatakan
bahwa akhlak islam memiliki empat pilar atau induk, yaitu:
Pertama, Hikmah. Hikmah yang dimaksud di sini adalah “Kondisi
jiwa yang dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.”
Kondisi jiwa seperti ini merupakan pilar utama. Sebagaimana firman
Allah ta’ala dalam surah Al-Baqarah ayat 269:
ِ يُّْؤ تِى ْال ِح ْك َمةَ َم ْن يَّ َش ۤا ُء ۚ َو َم ْن يُّْؤ تَ ْال ِح ْك َمةَ فَقَ ْد اُوْ تِ َي َخ ْيرًا َكثِ ْيرًا ۗ َو َما يَ َّذ َّك ُر آِاَّل اُولُوا ااْل َ ْلبَا
ب
Artinya:
“Allah menganugerahkan Al-Hikmah (pemahaman mendalam tentang Al-
Qur’an dan As-Sunnah) kepada siapa yang ia kehendaki. Dan
barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi
karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang
dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).
l.) Selalu optimis menghadapi kehidupan dan penuh harap keada Allah
Swt; Lawannya Pesimistis.
m.) Al-Haya’u (malu), yakni malu melakukan perbuatan yang tidak baik;
Lawannya Tidak Sopan.
n.) Tawadhu’ (rendah hati); Lawannya Sombong.
o.) Mengutamakan perdamaian dari pada permusuhan; Lawannya gemar
bermusuhan.
p.) Zuhud dan tidak rakus terhadap kehidupan duniawi; Lawannya Tamak.
q.) Ridha atas segala ketentuan yang ditetapkan Allah; Lawannya Hiqdun.
r.) Setiap terhadap teman, sahabat, dan siapa saja yang terkait dengannya;
Lawannya khianat.
s.) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan; Lawannya
otoriter.
t.) Tawakkal setelah segala usaha dilaksanakan dengan sebaik-baiknya;
Lawannya Mudah Menyerah;
Secara kebahasaan, Tawakkal artinya “mewakilkan atau
menyerahkan”. Maksudnya adalah berserah diri sepenuhnya kepada
Allah Swt dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan,
atau menanti akibat dari suatu keadaan. Menurut Imam Al-Ghazali,
Tawakkal adalah: “menyandarkan kepada Allah Swt, tatkala
menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam waktu
kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana, dengan jiwa yang
tenang dan hati yang tentram”. Dengan demikian, Tawakkal adalah
menyerahkan diri kepada Allah Swt setelah berusaha keras dalam
berikhtiar dan bekerja sesuai dengan kemampuan dalam mengikuti
sunnatullah.
Pertama, Nilai-nilai akhlak ini berasal dari Allah, bukan buatan manusia.
Allah telah mewahyukan Qur’an--berisi nilai-nilai akhlak--yang mulia kepada
Nabi saw., untuk kemudian membiarkan penjelasan detailnya kepada sunnah
Nabi saw. Yang tak berbicara dengan hawa nafsu.
Kedua, Nilai-nilai ini bermanfaat bagi manusia jika mereka berpegang
teguh dengannya, dalam memperbaiki agama mereka dan akhirat. Tanpa itu
mereka akan merasakan derita di dunia dan rugi di akhirat. Nilai-nilai akhlak
mana pun tak dapat menggantikan fungsinya sama sekali.
Nilai-nilai akhlak islam ini mempunyai ciri-ciri yang membedakannya
dari seluruh nilai-nilai selainnya. Bahkan, Pendidikan akhlak islam
seluruhnya, memiliki ciri-ciri ini.
Ciri-ciri yang membedakan nilai-nilai akhlak dalam islam adalah sebagai
berikut:
ٰۤ ُ
ك َكانَ َع ْنهُ َم ْسـُٔوْ اًل
َ ول ِٕى ص َر َو ْالفَُؤا َد ُكلُّ ا
َ َك بِ ٖه ِع ْل ٌم ۗاِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب َ َواَل تَ ْقفُ َما لَي
َ َْس ل
َص ْي َر ٍة اَن َ۠ا َو َم ِن اتَّبَ َعنِ ْي ۗ َو ُسب ْٰحنَ هّٰللا ِ َو َمٓا اَن َ۠ا ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِك ْين هّٰللا
ِ َقُلْ ٰه ِذ ٖه َسبِ ْيلِ ْٓي اَ ْدع ُْٓوا اِلَى ِ ۗع َٰلى ب
Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang
yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin,
Mahasuci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.”
Berikut ini adalah definisi dari media sosial yang berasal dari berbagai
literatur penelitian2
1.) Menurut Mandibergh (2012), media sosial adalah media yang mewadahi
kerja sama di antara pengguna yang menghasilakan konten (user
generated content).
2.) Menurut Shirky (2008), media sosial dan perangkat lunak sosial
merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk
berbagi (to share), bekerja sama (to co-operate) di antara pengguna dan
melakukan Tindakan secara kolektif yang semuanya berada di luar
kerangka institusional maupun organisasi.
3.) Boyd (2009) menjelaskan media sosial sebagai kumpulan perangkat
lunak yang memungkinkan individu Maupun komunitas untuk
berkumpul, berbagi, berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu saling
berkolaborasi atau bermain. Media sosial memiliki kekuatan pada user-
generated content (UGC) dimana konten dihasilkan oleh pengguna,
bukan oleh editor sebagaimana di institusi media massa.
4.) Menurut Van Dijk (2013), media sosial adalah platform media yang
memfokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka
dalam beraktivitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat
dilihat sebagai medium (fasilitator) online yang menguatkan hubungan
antar pengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial.
5.) Meike dan Young (2012) mengartikan kata media sosial sebagai
konvergensi antara komunikasi personal dalam arti saling berbagi di
antara individu (to be shared one-the-one) dan media public untuk
berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan individu.
Dari berbagai definisi atau pernyataan tersebut, penulis mengambil
kesimpulan bahwa definisi media sosial adalah “medium di internet yang
memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi,
22
yang terjadi di dunia nyata, seperti plagiarisme. Dalam banyak kasus, sumber
awal sebuah konten di internet tidak di ketahui sehingga dapat dipergunakan
oleh pengguna lain dan dipublikasikan di media sosial miliknya (copy paste).
Nilai-nilai ini tetap berlaku di media sosial dan sanksi maupun hukuman
terhadap pelanggarn ini tetap ada waktu tidak dalam bentuk fisik.
Salah satu fenomena dalam kemajuan teknologi internet, perangkat pintar
seperti telepon genggam, dan budaya siber adalah selfie atau foto diri. Kata
ini telah resmi menjadi kata baru yang dimasukkan dalam kamus Oxford
English Dictionary dan diartikan sebagai ‘A photographic self-portrait, esp.
one taken with a smarthphone or webcam and shared via social media’ atau
secara sederhana diartikan sebagai foto diri dan disebarkan melalui media
sosial. Kata ini resmi masuk ke dalam kamus tersebut pada 2013 lalu.
Ada beberapa alasan yang bisa dipaparkan dalam kajian ini yang bisa
dipaparkan dalam kajian ini terkait dengan hal tersebut.
Pertama, kegiatan tersebut sebagai wujud dari eksistensi diri. Mengambil
foto diri dan menyebarkannya di media sosial tidak sekedar terfokus pada
penampilan diri si pengguna. Selfie merupakan upaya untuk representasi diri
di media sosial, sebuah upaya untuk dianggap ada atau eksis dalam jaringan.
Sebuah foto diri akan menunjukan aktifitas penggunanya, di mana ia bekerja
atau kuliah, sedang makan apa dan di restoran mana, apa yang dilakukan
dalam mengisi liburan di akhir pekan, film apa yang ditonton, sampai pada
dengan siapa yang berpegian. Apapun alasan yang ingin dicapai oleh
pengguna secara umum bisa dikatakan bahwa fenomena foto diri adalah
fenomena eksistensi diri di media sosial.
itu, sebuah foto diri yang diunggah menunjukkan adanya upaya keterbukaan
diri dari penggunanya. Efek selanjutnya dari keterbukaan diri itu adalah
interaksi dan komunikasi yang terjadi dengan pengguna lain akan semakin
erat. Bahkan dalam beberapa kasus, pengunggahan foto diri menyebabkan
bertambahnya jalinan pertemanan yang baru sehingga jaringan sosial yang
dimiliki semakin luas.
Ketiga, foto diri merupakan salah satu bentuk narsisme digital. Sebuah
foto diri yang diambil menunjukan bahwa penggunanya sedang mengonstruk
dirinya dan hasil konstruksi itu, selain untuk eksistensi diri, juga sebagai
bentuk pertunjukan di depan panggung untuk menarik kesan pengakses atau
pengguna lain dalam jaringan pertemanan di media sosial. Pengunggah foto
diri itu menjadi penanda bahwa pengguna sedang mewujudkan eksistensi
dirinya yang tidak sekadar sebagai objek foto, tetapi ada maksud-maksud
tertentu di dalamnya.
berulang. Tindakan ini kerap kali menyebabkan korba tidak berdaya terluka
secara fisik maupun mental (Rigby, 2002: 27). Dalam aspek etimologi, bully
atau dalam bahasa Indonesia kerap dipergunakan dengan kata “rundung”
yang bermakna mengganggu; mengusik terus menerus; bahkan menyusahkan.
Beberapa kali riset menunjukkan bahwa perundung terjadi pada fisik, namun
bentuknya semakin melebar juga pada verbal dan atau psikologi (Cowie &
Jennifer, 2008: 2-3) dan terjadi di dunia nyata (offline) maupun dunia virtual
(online). Selain cyber bullying, ada istilah lain yang juga bisa digunakan
untuk menggambarkan perundungan
siber ini, yaitu online social cruelty atau electronic bullying (Kowalski et
al., 2008: 42). Dalam catatan Shariff (2011: 28-30), istialah perundung siber
pertama kali digunakan bisa ditarik referensi akademisnya melalui duan ama,
yakni Bill Belsey atau Nancy Willard. Menurut Belsey (2005), perundung
siber adalah kesengajaan, perulangan atau perilaku, maupun kebiasaan negatif
dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, seperti email,
pesan instan, serta situs personal oleh individu maupun kelompok dengan
maksud menyakiti orang lain. Sementara Willard, direktur center for Safe
and Responsible Internet Use di Amerika, mendefinisikan perundung siber
sebagai perbuatan fitnah, penghinaan, diskriminasi, pengungkapan informasi
atau konten yang bersifat privasi dengan maksud mempermalukan, atau juga
bisa dimaknai dengan komentar yang menghina, menyinggung secara vulgar
(Willard, 2003 dalam Shariff, 2011: 29).
Definisi perundungan siber juga diulas oleh Smith (2004) yang
menyatakan bahwa perundungan siber merupakan tindakan agresif yang
dilakukan secara sengaja, baik oleh sekelompok orang maupun individu, yang
menggunakan media atau kontak elektronik secara berulang dan dalam waktu
tertentu terhadap korban yang tidak bisa (lemah) dalam mempertahankan
dirinya.
Terminologi cyber-bullying juga dapat diakses melalui laman Wikipedia.
Laman ini menyatakan bahwa:
28
Berkaitan dengan aspek hukum dan kejahatan yang ada di media sosial,
perlu kiranya untuk membahas kejahatan siber atau cybercrime. Pembahasan
ini dikarenakan media sosial merupakan salah satu media yang ada di
internet. Oleh karena itu, media sosial juga merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan ketika membahas di internet dan kejahatan yang terjadi.
30
pelajaran bahwa penghormatan hidup tamu dan tetangga itu akan berdampak
baik atau tidaknya dimulai dari lisan kita
Aktivitas penggunaan media sosial di Indonesia didominasi oleh kalangan
remaja. Media sosial memberikan dampak negatif pada remaja, salah satunya
adalah kecanduan. Hal tersebut dikarenakan dapat mengganggu berbagai
kegiatan, diantaranya belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran tingkat kecanduan media sosial pada remaja.
Di era yang serba modern ini yang mana kita hidup di dalamnya, hadits di
atas seolah-olah menjadi cambuk tersendiri bagi kita. Mengingat pada zaman
sekarang ini orang-orang lebih banyak membaca status di media sosial
daripada ayat suci Al-Qur’an, lebih berusaha untuk nambah followers di
berbagai media sosial dari pada menambah amalan baiknya.
Bahkan yang paling parah, banyak orang yang membuka aib atau kehormatan
saudaranya atau sesama muslim lainnya di media sosial sehingga banyak
orang yang mengetahui keberadaannya. Hal ini di sebut juga dengan cyber-
bullying sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Padahal Rosulullah
SAW telah memberi tahu betapa beruntungnya orang yang dapat menjaga aib
atau kehormatannya.
“man rodda ‘an ‘irdhi akhiihi bil ghoibi roddaallahu ‘an wajHihinnaro
yaumal qiyamah”
“Barang siapa yang menjaga kehormatan saudaranya ketika ia tidak ada maka
Allah akan menjaga wajahnya pada hari kiamat” (sunan at-tirmidziy bab maa
jaa fi adz-dzan bian irdli al-muslim no.1931).
Tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan manusia yang serba mudah ini
seolah-olah manusia pun dipermudah untuk melakukan maksiat dengan
adanya media sosial ini tentu yang menggoda manusia untuk berbuat maksiat
pada media sosial ini siapa lagi kalua bukan musuh nyata kita, yaitu syetan.
Sebagaimana firman Allah dalam surat fatir ayat 6,
ِ اِ َّن ال َّشي ْٰطنَ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو فَاتَّ ِخ ُذوْ هُ َع ُد ًّو ۗا اِنَّ َما يَ ْد ُعوْ ا ِح ْزبَهٗ لِيَ ُكوْ نُوْ ا ِم ْن اَصْ ٰح
ب الس َِّعي ۗ ِْر
34
Maka tak aneh bila banyak tulisan, banyak ungkapan yang menceritakan
“1001 Gerbang setan pada media sosial”. Karena faktanya manusia
khususnya para remaja lebih sering menggunakan media sosial sebagai
maksiat daripada sebagai manfaat.
Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah yang lemah perlu meminta
pertolongan kepada yang maha segalanya dan harus melawan musuh nyata
kita itu antara lain:
1. Istighfar
2. Isti’adzah
3. Menyikapi diri kita dengan niat keikhlasan. Karena ikhlas adalah salah
satu pengecualian iblis dalam penyesalan mereka
4. Ikhtiar kita untuk tidak mengikuti Langkah-langkah mereka. Karena
mereka tidak ada kekuasaan atas kita melainkan diri kita sendiri yang
mengikuti mereka.
d. Thagut
“Setiap sesuatu yang disembah selain Allah, sedangkan ia merasa ridho untuk
disembah. Maka ia termasuk thagut”.
“Barang siapa kufur kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka
sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak
akan putus”.
Ayat ini dengan tegas memerintahkan kita untuk kufur terhadap thagut dan
harus beriman kepada Allah, dengan begitu berarti kita sudah berpegang
teguh kepada tali yang kuat. Yang dimaksud ْالعُرْ َو ِة ْال ُو ْث ٰقىmenurut Muyahid
adalah “iman” menurut As-Suaiy “islam” dan menurut Jaid Bin Zubair dan
Ad-Dllohak adalah “laa ilaha illaallahu” (Ibnu Katsir : 286).
1.) Muroqobah
Yakni, merasa selalu diawasi oleh Allah. Apa pun yang kita
posting termasuk niat di postingan tersebut. Sadarilah selalu diketahui oleh
36
sang maha tahu. Dan demikian, maka pastilah kita takut melanggar
batasan-batasan agama dalam menggunakan media sosial.
2.) Hisab Setiap apa pun yang di posting, sekecil apa pun pasti ada
perhitungannya atas hal itu. Firman Allah SWT, dalam surat Al-
Zalzalah ayat 7-8
ُفَ َم ْن يَ ْع َملْ ِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة خَ ْيرًا يَ َرهُ َو َم ْن يَ ْع َملْ ِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة َش ًّرا يَ َره
3.) Istifadoh
Yaitu meninggalkan sarana yang ada untuk di ambil manfaatnya. Begitu
pun dalam beraktifitas di media sosial.
Abu Huroirah RA berkata: Telah bersabda Rosulullah SAW (Diantara
tanda kebaikan keislaman seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang
bermanfaat baginya). -Hadits Hasan diriwayatkan oleh Attirmidziy no
2318 dan yang lainnya.
4.) Bertanggung jawab
Seorang muslim pastilah beretika baik dan akan berhati-hati dalam
apapun. Begitupun dalam menanggapi sesuatu di media sosial.
Firman-Nya dalam Surat Al-Isra ayat 36:
ٰۤ ُ
ك َكانَ َع ْنهُ َم ْسـُٔوْ اًل
َ ول ِٕى ص َر َو ْالفَُؤا َد ُكلُّ ا
َ َك بِ ٖه ِع ْل ٌم ۗاِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب َ َواَل تَ ْقفُ َما لَي
َ َْس ل
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta
37
pertanggungjawabannya”.
Batasan ini terkhusus pada hubungan antara pria dan wanita meski
tidak bertatapan langsung, media sosial mampu membawa jerat-jerat
penyakit hati di setiap interaksi lawan jenis. Maka batasilah interaksi
lawan jenis yang bukan mahromnya dan yang tidak ada keperluan penting
dengannya.
6.) Memperhatikan pertemanan
Berteman di media sosial mestilah mempertimbangkan kebaikan
dengan timbangan ilmu syar’i. Jangan dengan mudahnya mengikuti status
orang yang tidak jelas kebaikannya.
Ibnu Mas’ud pernah memberi nasihat: “Jika engkau sekedar jadi
pengikut kebaikan, maka itu lebih daripada engkau jadi panutan dalam
kejelakan”(Kitab Alibanah).
7.) Wasilah
Yakni menjadikan media sosial sebagai penghantar atau saran
wasilah kepada kebaikan. Artinya, menggunakan media sosial dengan cara
memanfaatkannya untuk menebar kebaikan dan silaturahmi.
8.) Tidak lalai
Inilah yang sering luput jika sudah asik bermain media sosial, kita
jadi mudah terlalaikan oleh hal semacam itu. Hingga waktu berharga
terbuang begitu saja. Termasuk waktu-waktu untuk beribadah.
9.) Mengumpulkan kebaikan
Yaitu dengan menjadikan sarana pengumpulan ilmu dan kebaikan.
Seperti mengadakan sharing ilmu pengetahuan, ilmu agama dan lain-lain.
Hadits Rosul:
Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata: Telah bersabda Rosulullah SAW:
Barang siapa yang mengajak manusia kepada petunjuk, maka baginya
38
6. Pengertian Remaja
Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan
dalam lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru,
teman sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan
reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk mampu
menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bag orang-orang
seusianya. Adanya perubahan baik di dalam maupun di luar dirinya itu
membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial
dan kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja
memperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan keluarga seperti
lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain.
1. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang
berkaitan dengan fisiknya.
1
40
Pada umumnya usia ini adalah usia dimana mereka sedang duduk di
bangku sekolah menengah. Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut
adolescence adalah berasal dari bahasa adolescere yang artinya tumbuh atau
tumbuh untuk menjadi dewasa atau tumbuh untuk mencapai kematangan
tetapi ada sebagian yang beranggapan dan memandang bahwa masa remaja
tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan.
Menurut pandangan Gunarsa bahwa secara umum ada dua faktor yang
mempengaruhi perkembangan individu (bersifat dichotomi) yakni:
memiliki status sosial ekonomi menengah keatas), serta orang tua memberi
perhatian, kasih sayang (pola asuh) yang baik, memberi biaya, fasilitas dan
kesempatan luas anaknya untuk berkembang secara baik, maka ia akan
tumbuh berkembang menjadi individu yang mampu mengaktualisasikan
potensinya dengan baik pula. Hal ini berbeda dengan mereka yang tidak
memperoleh kesempatan kesempatan tersebut. Menurut Erik Erikson seorang
tokoh psikoanalisis (dalam Agoes Dariyo, 2004) membenarkan pendapat
tersebut diatas, sebab lingkungan sosial budaya keluarga yang ditandai
dengan kehangatan kasih sayang dan perhatian akan memungkinkan anak
untuk mengembangkan rasa percaya (basic-trust) kepada lingkungannya.
Sebaliknya mereka yang tak memperoleh kasih sayang dengan baik,
cenderung menjadi anak yang sulit mempercayai lingkungannya. Dengan
demikian, rasanya akan sulit untuk mengembangkan potensi kognitif maupun
kemampuan yang lain.
b. Interaksi antara endogen dan exogen.
Dalam kenyataannya masing-masing faktor tersebut tak dapat dipisahkan.
Kedua faktor ini saling berpengaruh sehingga terjadi interaksi antara faktor
internal maupun eksternal, yang kemudian membentuk dan mempengaruhi
perkembangan individu.
3
43
B. Pembahasan
Dikalangan remaja saat ini, media sosial biasa adalah tempat curhat dan
tempat untuk mencari teman-teman baru dengan cepat. Mereka, para remaja
ini, sering curhat tentang percintaan, kekeluargaan, perasaan, dan lain-lain.
Selain itu juga, remaja sering menggunakan sosial media untuk mengunggah
foto, melihat foto, dan mengunduh foto seperti media sosial yang digunakan
remaja untuk berbagi foto adalah Instagram.
44
Dalam islam yang menjadi dasar atau alat pengukur yang menyatakan
bahwa sifat seseorang itu baik atau buruknya adalah Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Apa yang baik menurut al-Qur’an dan As-Sunnah itulah yang baik
untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, apa yang
buruk menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah berarti itu tidak baik dan harus di
jauhi.
Lalu apa tujuan pembinaan akhlak itu? Tujuan pembinaan akhlak itu
adalah hendak mengantarkan manusia agar menjadi makhluk yang tinggi dan
sempurna akhlaknya serta berbeda dengan makhluk-makhluk yang lain.
Akhlak manusia itu ada dua macam, yaitu akhlak mahmudah dan akhlak
madzmumah.
Tingkat penggunaan media sosial pada remaja sangatlah tinggi, di era yang
serba modern ini yang mana kita hidup di dalamnya, hadits di atas seolah-
olah menjadi cambuk tersendiri bagi kita. Mengingat pada zaman sekarang ini
orang-orang lebih banyak membaca status di media sosial daripada ayat suci
Al-Qur’an, lebih berusaha untuk nambah followers di berbagai media sosial
dari pada menambah amalan baiknya. Bahkan yang paling parah, banyak
orang yang membuka aib atau kehormatan saudaranya atau sesama muslim
lainnya di media sosial sehingga banyak orang yang mengetahui
46
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari pembahasan dan uraian yang telah dibahas, maka dapat
diambil keputusan tersebut sebagai berikut:
1. Di kalangan remaja saat ini, media sosial biasa adalah tempat curhat dan
tempat untuk mencari teman-teman baru dengan cepat. Mereka, para
remaja ini, sering curhat tentang percintaan, kekeluargaan, perasaan, dan
lain-lain. Selain itu juga, remaja sering menggunakan sosial media untuk
mengunggah foto, melihat foto, dan mengunduh foto seperti media sosial
yang digunakan remaja untuk berbagi foto adalah Instagram. Pengalaman
membuktikan bahwa remaja yang sering mengungkapkan perasaanya di
media sosial, baik itu perasaan marah, sedih,
2. Tingkat penggunaan internet di era digital saat ini yang paling banyak
dilakukan adalah media sosial. Aktivitas penggunaan media sosial di
Indonesia didominasi oleh kalangan remaja. Media sosial memberikan
dampak negatif pada remaja, salah satunya adalah kecanduan. Hal
tersebut dikarenakan dapat mengganggu berbagai kegiatan, diantaranya
belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat
kecanduan media sosial pada remaja.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, maka saran yang dapat diberikan antara lain :
1. Untuk Remaja
Bagi remaja harus mengembangkan konsep diri yang positif untuk bisa
mengurangi kecenderungan dalam menggunakan media sosial agar tidak
48