Anda di halaman 1dari 28

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Era digital merupakan sebuah masa atau zaman dimana hampir seluruh
bidang dalam tatanan kehidupan sudah dibantu dengan teknologi digital. Istilah ini
juga bisa di artikan sebagai munculnya teknologi digital yang menggantikan
teknologi-teknologi sebelumnya sudah digunakan (mekanik dan elektronik analog)
oleh manusia. Era digital adalah era yang serba menggunakan teknlogi.
Salah satu contoh paling dekat dan pastinya semua orang tahu adalah
bagaimana internet telah mengubah banyak hal. Tidak hanya bagaimana cara kita
dalam berkomunikasi dan berinteraksi, namun juga berhasil mempengaruhi
landcape bisnis yang ada di Indonesia, bahkan juga dunia.
Era digital dimulai ketika terjadinya revolusi digital yang terjadi pada tahun
1980, lebih tepatnya pada masa peralihan dari mekanik dan analog ke teknologi
digital. Bisa dibilang hamper sebagian besar aktivitas mengalami perubahan dimulai
cara berkomunikasi, bekerja, sampai dengan mendapatkan informasi.
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan yaitu antara usia 11 atau 12
tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda.
Menurut undang-undang kesejahteraan anak, pengertian remaja adalah
individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah dan dalam undang-
undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18
tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal.
Karakteristik perkembangan normal yang terjadi pada remaja dalam
menjalankan tugas perkembangannya dalam mencapai identitas diri antara diri
antara lain menilai diri secara objektif dan merencanakan untuk mengaktualisasikan
kemampuannya. Dengan demikian pada fase ini, seorang remaja akan :
1. Menilai rasa identitas pribadi
2. Meningkatkan minat pada lawan jenis
3. Menggabungkan perubahan seks sekunder kedalam citra tubuh
4. Memulai perumusan tujuan okupasional
5. Memulai pemisahan diri dari otoritas keluarga.
Di era digital seperti saat ini, remaja sulit dipisahkan dari yang namanya
media sosial. Sebagian mereka bahkan telah mengalami kecanduan yang
menjadikannya sebagai aktivitas personal yang tidak dapat dikontrol orang lain,
termasuk orang tua. Dalam perkembangannnya, bermedia sosial dapat dapat
mengubah perilaku remaja. Penggunaan internet atau media sosial secara
berlebihan yang ditandai dengan gejala-gejala klinis kecanduan, termasuk keasyikan
dengan objek pecandu yang lebih sering daripada yang diperlukan, tanpa
memerhatikan konsekuensi fisik serta psikologis dari penggunaan tersebut, dan
sebagainya. Alih-alih memajukan dan menjadi sarana bertukar informasi yang sehat,

1
media sosial malah menjadi pemicu penganiayaan dan perkelahian remaja. Kini
media sosial seseorang bisa berkomentar semaunya, seperti saling memaki,
menghina dan tidak punya adab dalam bermedia sosial. Akibat buruknya dapat
berujung pada perkelahian di dunia nyata. Dan beberapa diantara mereka bahkan
sudah hilangnya akhlak mereka terhadap orang lain, khususnya orang tua, akhlak
remaja banyak yang sudah terpengaruh dengan media sosial yang mana media sosial
telah meracuni pikiran para remaja. Maka dari itu, dibutuhkan upaya literasi media
sosial bagi remaja. Literasi media sosial dimaksudkan untuk mendidik anak/remaja
bertindak bijak sebagai pengguna dan pengakses informasi melalui media sosial.
Dalam pandangan islam, internet/media sosial telah menjadi sarana utama
bagi komunitas dan individu muslim di seluruh dunia. Internet telah mengekspos
indidvidu dan komunitas pada pemahaman dan pengaruh baru, memenuhi
kebutuhan bagi mereka yang mencari pengetahuan yang tidak dapat mereka
temukan dalam konteks domestic mereka. Hal ini tentu merupakan angin segar bagi
mereka yang merasa kecewa dengan status quo di dunia nyata sehingga dapat pula
melahirkan cara baru dalam upaya memahami islam. Namun demikian, secara
global, hal ini berkonsekuensi pada munculnya efek transformasional pada cara
umat islam dalam mempraktikan ajarannya, dan cara masyarakat islam
memersepsikan dirinya kepada orang lain. Dikarenakan jejaring internet lebih
mentransformasikan para penganutnya pada cyber-muslim, semakin penting untuk
mendefinisikan apa yang diterima dan ditolak sebagai wacana keislaman di internet.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengambil judul “Pengaruh
Penggunaan Media Sosial Terhadap Akhlak Remaja”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis memetakan permasalahan
sebagai berikut :
1. Apa pengaruh media sosial terhadap akhlak remaja?
2. Bagaimana tingkat penggunaan media sosial gadget di era digital?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis memetakan tujuan
penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh media sosial terhadap akhlak remaja.
2. Untuk mempermudah dalam berkomunikasi dengan orang jauh.

D. Kerangka Pemikiran
Yang menjadi kerangka pemikiran dalam penyusunan karya tulis ilmiah antara
lain dalam Al-Qur’an dijelaskan salah satu ayat tentang akhlak, yaitu :

‫صاَل َة َت ْن َه ٰى َع ِن ْال َفحْ َشا ِ"ء َو ْال ُم ْن َك ِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر هَّللا ِ َأ ْك َب ُر ۗ َوهَّللا ُ َيعْ لَ ُم َما‬ َّ ‫ب َوَأق ِِم ال‬
َّ ‫صاَل َة ۖ ِإنَّ ال‬ َ ‫ْت ُل َما ُأوح َِي ِإلَي‬
ِ ‫ْك م َِن ْال ِك َتا‬
َ ‫َتصْ َنع‬
‫ُون‬

2
Artinya: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Quran)
dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji
dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan," (QS. Al-'Ankabût [29]: 45).

Ayat diatas mengajak kita untuk berbuat kepada kebaikan, menjalankan segala
perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, merupakan salah satu akhlak
yang harus kita tanamkan dalam diri kita khususnya para remaja.

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitiannya, yaitu :
1. Manfaat Teoritis : manfaat penelitian secara teoritis diharapkan dapat memberikan dan
menambah informasi tentang akhlak dan adab pergaulan remaja dalam islam.
2. Manfaat Praktis :
a. Untuk Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan lebih dan
menambah pengalaman baru bagi penulis dan dapat di aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari dari hasil penelitian ini.
b. Untuk Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan ilmu dan dapat
memberikan manfaat

F. Metode Penelitian
1. Dalam penulisan karya tulis ini menggunakan metode: Deskriptif atau
menginterpretasikan data yang ada berdasarkan teori yang ada. Menurut Salim
dan Haidir (2019), penelitian deskriptif memusatkan penelitian berlangsung.
Melalui penelitian ini, penulis berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian
tanpa memberika perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.
2. Teknik penelitian dalam karya tulis ini penulis menggunakan teknik studi Pustaka
yang merupakan metode pengumpulan data dengan cara mencari data dan
informasi melalui dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar,
maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan.
Menurut Sugiyono (2005) “Hasil penelitan juga akan semakin kredibel apabila
didukung foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada”.

BAB II
A.Landasan Teori

3
1. Pengertian Akhlak
Yang dimaksud dengan akhlak (moral) adalah sebuah system yang lengkap yang
terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seseorang
menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi seseorang
dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda.
Terkadang definisi akhlak (moral) sebagaimana disebutkan atas dalam batas-batas
tertentu berbaur dengan definisi kepribadian, hanya saja perbedaan yang pokok antara
keduanya sebagai berikut.
a. Moral lebih terarah pada kehendak dan diwarnai dengan nilai-nilai.
b. Kepribadian mencakup pengaruh fenomena sosial bagi tingkah laku.
Demikian para pakar ilmu-ilmu sosial mendefinisikan akhlak (moral).
Ada sebuah definisi ringkas yang bagus tentang akhlak (moral) dalam kamus La
Lande, yaitu moral mempunyai empat makna berikut.
1.) Moral adalah sekumpulan kaidah bagi perilaku yang diterima dalam satu zaman atau
oleh sekelompok orang. Dengan makna ini moral bisa bersifat keras, buruk, atau
rendah.
2.) Moral adalah sekumpulan kaidah bagi perilaku yang dianggap baik berdasarkan
kelayakan bukannya berdasarkan syarat.
3.) Moral adalah teori akal tentang kebaikan dan keburukan, ini menurut filsafat.
4.) Tujuan-tujuan kehidupan yang mempunyai warna humanisme yang kental yang
tercipta dengan adanya hubungan-hubungan sosial.

Itulah beberapa pendapat ilmuwan Barat dalam mendefinisikan Akhlak (moral). Jika
kita perhatikan, dalam semua definisi yang mereka buat, bahwa semua itu kosong sama
sekali dari isyarat kepada kehidupan akhirat, juga kosong dari isyarat kepada apa yang
dibawa oleh para Rosul a.s.
Terlepas dari rahasia yang tersembunyi mengapa mereka bersikap masa bodoh
terhadap kehidupan akhirat dan agama-agama, yang jelas Tindakan ini tidaklah untuk
kebaikan manusia dari satu segi, dan dari segi lain tidak akan dapat mengangkat derajat akal
hingga menafikan wahyu!
Untuk meletakkan segala perkara pada tempatnya yang sebenarnya, dan untuk
bersikap seimbang antara akal dan wahyu, serta untuk menghormati agama-agama langit.
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari kata khuluqin yang berarti
budi pekerti, perangai, watak, tabiat, kebiasaan atau tingkah laku.
Selanjutnya menurut istilah, akhlak itu sesuatu bentuk (naluri asli) dalam jiwa seorang
manusia yang dapat melahirkan suatu tindakan dan kelakuan dengan mudah dan spontan
tanpa reka pikiran (Al-Ghazali). Jika pengertiannya seperti yang dimaksud uraian diatas,
maka apa yang menjadi dasar akhlak itu? Dalam pandangan ajaran islam, dasar akhalak
islam itu adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Lalu apa tujuan pembinaan akhlak itu? Tujuan pembinaan akhlak itu adalah hendak
mengantarkan manusia agar menjadi makhluk yang tinggi dan sempurna akhlaknya serta
berbeda dengan makhluk-makhluk yang lain.
Akhlak manusia itu ada dua macam, yaitu akhlak mahmudah dan akhlak madzmumah.
4
Apa yang dimaksud dengan akhlak mahmudah itu? Akhlak mahmudah atau akhlakul
karimah yaitu akhlak terpuji (baik). Ciri-cirinya, yaitu: beriman kepada Allah Swt,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan takdir-Nya, rajin
beribadah, membayar zakat, Amanah (terpercaya), jujur, menepati janji, tawadhu, berbicara
sopan dan baik, tidak sombong, menghormati tetangga, tidak kikir dan royal (boros).
Sedangkan akhlakul madzmumah, yaitu segala tingkah laku yang tercela atau akhlak yang
jahat, seperti: berdusta, menjadi saksi palsu, berkhianat, takabur/sombong, tamak/serakah,
berbuat dzalim, berburuk sangka dan mengumpat.
Dalam islam yang menjadi dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa sifat
seseorang itu baik atau buruknya adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apa yang baik menurut
al-Qur’an dan As-Sunnah itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan
sehari-hari. Sebaliknya, apa yang buruk menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah berarti itu tidak
baik dan harus di jauhi.
Firman Allah swt dalam surat Al-Qalam ayat 4:

ٍ ُ‫َواِنَّكَ لَ َع ٰلى ُخل‬


‫ق َع ِظي ٍْم‬
“Sesungguhnya engkau (ya Muhammad) mempunyai akhlak (budi pekerti) yang amat
tinggi.” (QS. Al-Qalam:4)
Nabi Muhammad saw. adalah makhluk yang paling sempurna, mempunyai akhlak
yang paling mulia, berhasil dalam mengemban misi kerasulannya, membangun tamaddun
Islamiyah, bukan karena kekuatan senjata, perang, menindas, menjajah atau dengan cara
kekerasan. Ia berhasil karena mengedepankan kearifan, lemah lembut dan damai. Kepada
kawan dan lawan ia membumikan pesan al-Qur’an: “Bil hikmah wal mauidhatil hasanah.”
Akhlak yang baik, memantul sangat dalam dan mewarnai sejarah perkembangan
islam. Rasulullah telah meletakan fondasi yang kokoh bagi bangunan peradaban baru, yaitu
tamaddun Islamiyah, yang membentang lintas zaman dan generasi, lintas bangsa, negara
dan warna kulit. Fondasi yang kokoh itu adalah akhlak yang baik, sebagaimana sabda
Rasululullah dalam satu hadits: “Sesungguhnya aku diutus adalah untuk menyempurnakan
akhlak”.
Sabda Rasulullah ini menunjukan tiada lain kehidupan manusia ini semestinya
bersandar pada segala perilaku positif atau tindakan terpuji. Itu semua bagian dari “akhlakul
karimah”. Dalam Islam kedudukan akhlak sangat penting, ia merupakan ‘buah’ dari pohon
islam berakaran akidah dan berdaun syariah.
Dalam Al-Qur’an pun disebutkan:
‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْيرًا‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat
dan dia banyak menyebut Allah”. (QS. Al-Ahzab: 21)

Akhlak adalah ciri khas kita sebagai seorang muslim yang membedakan kita dengan
yang lain. Akhlak islam yang tinggi dan mulia akan menjadikan generasi yang terbaik
dalam peradaban manusia.

5
Menurut imam Gazali : ”Akhlak ialah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang
menjadikan ia dengan mudah bertindak tanpa banyak pertimbangan lagi”. Atau boleh juga
dikatakan sudah menjadi kebiasaan. Orang yang pemurah sudah biasa memberi. Ia memberi
tanpa banyak pertimbangan lagi. Seolah-olah tangannya sudah terbuka lebar untuk itu.
Begitu juga orang kikir. Seolah-olah tangannya sudah terpaku dalam kantongnya, tidak mau
keluar mengulurkan bantuannya kepada fakir miskin. Begitu juga orang pemarah. Selalu
saja marah tanpa alasan.

Sebagian ulama mengatakan akhlak itu ialah, suatu sifat yang terpendam dalam jiwa
seseorang dan sifat itu akan timbul waktu ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan
mudah). Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan pendapat Imam Gazali.

Akal pikiran seseorang besar sekali pengaruhnya dalam kehidupannya. Akal pikiran
yang sempit dan buntu akan menjadikannya menempuh jalan yang sesat. Sebaliknya akal
pikiran yang sehat berisi ilmu pengetahuan menjadi obor menerangi jalan hidupnya. Akal
pikiran yang sehat berisi ilmu pengetahuan akan selalu menuntunnya ke jalan yang baik. Ia
akan berbuat segala rupa yang berguna untuk dirinya, keluarganya, dan bangsanya. Firman
Allah swt. Menegaskan bahwa orang-orang yang durhaka masuk neraka karena sempit akal
pikirannya dan tidak memahami ayat-ayat Tuhan. Ayat 10 dari Surat Al-Mulk yang
berbunyi :
‫ب ال َّس ِع ۡي ِر‬ ۡ َ‫َوقَالُ ۡوا لَ ۡو ُكنَّا ن َۡس َم ُع اَ ۡو ن َۡعقِ ُل َما ُكنَّا فِ ۡۤى ا‬
ِ ‫ص ٰح‬
Dan mereka berkata, "Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan
itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.”
Dari kedua pendapat itu dapatlah diambil kesimpulan bahwa yang dikatakan akhlak ialah
perbuatan, tindak tanduk seseorang yang dilakukannya dengan mudah tanpa banyak
pertimbangan. Dengan lancer tanpa merasa sulit ia lakukan. Dalam dialek Minang dikatakan
sudah menjadi “perangai”. Perangai artinya tingkah laku.

1. Kerusakan Nilai-Nilai Akhlak Dunia


a. Bentuk-bentuk Kerusakan
Kita perhatikan bahwa di antara bentuk-bentuk kerusakan nilai-nilai akhlak dunia
adalah sebagai berikut.
1. Free sex yang menjadi fenomena di seluruh dunia, yang didukung oleh Barat,
dan diperkuat serta didukung dengan perangkat-perangkat media massa yang
mereka miliki. Terjadilah perkembangbiakan penyakit AIDS, dan tersebarnya
perzinahan serta homoseksual di bawah slogan kebebasan pribadi atau slogan,
“Ini adalah tubuhku, maka aku berhak melakukan apapun yang aku kehendaki
terhadap tubuhku!” Lembaga-lembaga internasional yang pada hakikatnya
menjadi kaki tangan Barat, kemudian berusaha mengekspos kekacauan
seksual ini dengan mengadakan muktamar dan pelbagai konferensi yang
diadakan secara priodik, dan ditujukan untuk membolehkan perzinahan, aborsi
dan homoseksual dengan alasan yang amat lemah sehingga lebih lemah dari
sarang laba-laba, yaitu untuk mengatasi ledakan pertambahan penduduk!
2. Tersebarnya narkotika dengan segala jenis dan perkembangan
perdagangannya, serta menggunakan pelbagai cara dalam memproduksi dan
memmasarkannya, hingga ada beberapa negara yang menjalankan hal itu

6
secara sembunyi-sembunyi, meskipun ia mengaku memerangi penanaman dan
perdagangan narkotika itu secara terang-terangan!
3. Berkembangnya kriminalitas dengan segala jenisnya, individu maupun sosial,
bahkan terkadang dilakukan oleh negara, dalam bentuk serangan negara satu
ke negara lain yang lebih lemah jumlah penduduk maupun perangkat
perangnya, dengan tujuan untuk menguasai kekayaan atau menjadikan sebagai
pasar bagi produk-produk negara yang menyerang itu. Juga bentuk
kolonialisasi terhadap negara-negara lemah tersebut, atau memproteksinya
atau membangunnya yang tak lain adalah suatu Tindakan kriminalitas
terorganisasi. Penjajahan pada saat ini sudah digantikan dengan hegemoni
politik, ekonomi dan budaya yang pada akhirnya memberikan hasil seperti
yang diberikan oleh kolonialisasi militer, berupa kentungan-keuntungan yang
diraih oleh negara-negara yang menyerang itu. Sementara Lembaga-lembaga
internasional hanya berpangku tangan dan kemudian itu memberikan
legimitasi dan justifikasi terhadap penjajahan itu!
4. Tersebarnya kasus-kasus penculikan, yaitu: penculikan individu, berupa anak-
anak, Wanita dan lelaki, juga penculikan pesawat, dan kapal laut. Sehingga
kriminalitas ini berlangsung seperti yang pernah terjadi di Eropa di zaman
pertengahan, bahkan apa yang terjadi di Barat seluruhnya, berupa tersebarnya
gangster bersenjata yang melakukan pembajakan!
5. Membuat aturan-aturan hukum dan perundangan yang menguntungkan negara-
negara kuat atau kaya, untuk menguasai negara-negara lemah dan miskin di
lembaga-lembaga internasional, seperti PBB dan Lembaga-lembaga yang ada
dibawahnya, dalam bidang politik dan ekonomi (pertanian, industri dan
perdagangan). Sehingga aturan-aturan hukum tersebut memfokuskan diri pada
suatu kezaliman dan selanjutnya memberikan pelbagai aturan-aturan hukum
yang tak dapat ditolak oleh pihak yang dizalimi, karena pihak tersebut
terancam embargo perdagangan, penerbangan dan militer!
b. Sebab-sebab Kerusakan
Pertama, permusuhan konvensional--pada saat ini--antara filsafat-filsafat modern
dengan pemikiran agama secara umum, dan pemikiran islam secara khusus. Adalah
permusuhan yang jelas yang tak diingkari kecuali oleh orang yang pura-pura buta
terhadap realitas. Adalah permusuhan yang keras yang tak jarang kalangan Arab
menghadapinya dengan senjata ketika mereka tak sanggup menghadapinya dengan
konspirasi, dan menciptakan revolusi militer, yang kemudian menggilas semua
pemikir agama yang benar, atau pemikir islam, meskipun pemikir tersebut amat
damai dalam mengungkapkan pemikirannya.
Permusuhan atau perang yang tak adil dan tak seimbang itulah yang menjadi
penyebab kerusakan nilai-nilai akhlak, dan terus menyebabkan kerusakan itu.
Karena permusuhan terhadap islam adalah permusuhan terhadap kebenaran
sementara meninggikan kebatilan.
Kedua, permusuhan yang dibuat-buat atau diklaim antara mayoritas ilmu-ilmu
modern dengan ilmu dan pengetahuan serta hakikat agama secara umum, dan islam
secara khusus. Sehingga ada manusia yang berpikir bahwa segala sesuatu yang
bersifat agama berarti kemunduran, keterbelakangan, kegelapan dan kegaiban!
Permusuhan ini dibuat-buat. Karena islam mengajak kepada ilmu pengetahuan
dan mendorong untuk meraih pengetahuan. Bahkan islam mewajibkan ilmu, belajar
dan mengajar. Dan tidak meletakkan batas bagi penelitian ilmiah dan meneliti jiwa
manusia dan seluruh semesta.

7
Permusuhan yang dibuat-buat ini berdiri diatas pemahaman yang salah terhadap
agama pada umumnya dan islam pada khususnya, namun kemenangan bertentangan
dengan agama. Sehingga menjadi rusaklah nilai-nilai akhlak.
Ketiga, pemaksaan Barat untuk memerangi nilai-nilai islam, dan memerangi
semua kebangkitan islam yang ingin meninggikan kedudukan nilai-nilai islam ini.
c. Hasil-hasil dari kerusakan
Nilai-nilai akhlak dunia menjadi rusak disebabkan oleh beberapa faktor, yang
kerusakan itu akan mendatangkan hasil-hasilnya pula. Hasil kerusakan nilai-nilai
akhlak adalah sebagai berikut.
1. Penyakit jiwa dan saraf, bahkan juga penyakit fisik, yang terjadi akibat dari
kerusakan nilai-nilai akhlak di dunia.
Adalah nilai-nilai akhlak yang benar akan mengantarkan kepada kelurusan yang
memberikan andil dalam menyebarkan Kesehatan jiwa dan fisik. Sementara jika
nilai-nilai akhlak itu rusak, maka menjadi terbukalah rusang bagi penyakit-penyakit
yang mengancam kehidupan manusia, keamanan mereka dan ketenangan mereka.
Ada pertumbuhan yang tampak jelas dalam bilangan orang-orang yang
mengalami penyakit jiwa dan penyakit saraf. Seperti yang diungkapkan oleh
penelitian kedokteran, dan diungkapkan banyak media massa.
Tersebarnya penyakit-penyakit saraf dan kejiwaan membuat tersebarnya
kriminalitas, pelanggaran terhadap undang-undang dan tradisi, serta mendorong
orang untuk melakukan kejahatan.
PBB telah mencoba memerangi kriminalitas dengan mengadakan banyak
muktamar dan konferensi, tapi melupakan sebab utama hal itu, yaitu kerusakan nilai-
nilai akhlak dalam cakupan dunia secara keseluruhan.
2. Menguatnya kecenderungan sekuler dibanyak negara dan Lembaga-lembaga
pemerintahan. Sementara sekularisme itu sendiri adalah musuh agama apa
saja, dan berusaha mencampakkan agama dari kehidupan, dengan alasan
bahwa agama tak memiliki kompetensi untuk mengatur kehidupan, dan
dengan alasan bahwa pemerintahan agama adalah pemerintah yang tirani,
yang berkuasa atas nama agama, dan bertindak secara despotik dan menindas,
seperti yang dilakukan oleh gereja pada era abad pertengahan Eropa. Padahal
semua itu adalah klaim-klaim dusta yang pemerintah melegitimasikan
tindakan tirani mereka, dan melepaskan diri dari kekuasaan agama yang
mengharuskan untuk berbuat adil dan menjunjung kebenaran.
Manhaj islam bersifat umum yang mencakup usaha perbaikan seluruh sisi
kehidupan. Dan mengambil manhaj tersebut merupakan kunci keselamatan
dari semua akhlak yang buruk, untuk kemudian ditempati akhlak yang baik.
3. Berkembangnya aliran atheis, yang mengingkari Allah dan agama,
mengingkari hari akhirat, pembangkitan Kembali umat manusia, dan
mengingkari seluruh nilai yang dibawa oleh agama. Sementara ia memerangi
islam secara khusus, karena islam adalah agama tauhid.
Siapa yang mengingkari Allah, pembangkitan Kembali manusia, dan balasan
akhirat; pastilah ia mengingkari nilai-nilai akhlak yang benar. Ketika nilai-
nilai diingkari, maka tempatnya diisi oleh nilai-nilai akhlak yang rusak.
2. Pilar-Pilar Akhlak Terpuji
Imam Al-Ghazali, dalam Kitabnya Ihya ‘Ulumuddin, mengatakan bahwa
akhlak islam memiliki empat pilar atau induk, yaitu:
Pertama, Hikmah. Hikmah yang dimaksud di sini adalah “Kondisi jiwa yang
dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah.” Kondisi jiwa seperti ini

8
merupakan pilar utama. Sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surah Al-Baqarah
ayat 269:
ِ ‫يُّْؤ تِى ْال ِح ْك َمةَ َم ْن يَّ َش ۤا ُء ۚ َو َم ْن يُّْؤ تَ ْال ِح ْك َمةَ فَقَ ْد اُوْ تِ َي َخ ْيرًا َكثِ ْيرًا ۗ َو َما يَ َّذ َّك ُر آِاَّل اُولُوا ااْل َ ْلبَا‬
‫ب‬

“Allah menganugerahkan Al-Hikmah (pemahaman mendalam tentang Al-Qur’an dan


As-Sunnah) kepada siapa yang ia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugerahi
hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-
orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

Islam menganjurkan umat manusia agar mencari ilmu setinggi-tingginya.


Berbagai ayat dan hadits Nabi yang mengungkapkan keutamaan ilmu dan orang
berilmu sudah begitu dikenal. Di antara ayat tersebut adalah “…Allah meninggikan
derajat orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat”. Hadits Nabi yang cukup
terkenal tentang mencari ilmu adalah: “Mencari ilmu wajib bagi setiap mukmin”.
Sebaliknya islam sangat mengecam tindakan bodoh dan jumud. Dalam salah satu
ayat-Nya Allah berfirman dengan cara menyindir: “Samakah orang-orang yang
berilmu dengan orang yang bodoh?” Demikian pula, ajaran Islam mengecam orang-
orang yang mengagung-agungkan leluhur tanpa ilmu.
Kedua, Syaja’ah (keberanian). Syaja’ah adalah keadaan jiwa yang dapat
menundukkan amarah untuk patuh kepada akal dan syari’at. Berani dalam segala hal
yang positif dalam mengatakan dan membela kebenaran serta berani dalam
menghadapi tantangan dan ancaman.
Berbeda dengan tindakan keberanian yang tanpa perhitungan atau keberanian
untuk berbuat kesalahan. Syaja’ah merupakan keberanian untuk menyampaikan yang
hak, membela kebenaran, dan memberantas kepalsuan. Tindakan gegabah, atau berani
tanpa perhitungan atau untuk kesalahan, merupakan perbuatan negatif. Demikan pula
sifat pengecut, yaitu takut untuk menyampaikan yang hak, membela kebenaran, dan
memberantas kebatilan merupakan perbuatan tercela.
Ketiga, Lapang dada, adalah situasi jiwa yang mampu menerbitkan nafsu atas
dasar pertimbangan akal dan syari’at
Keempat, Adil dalam memutuskan sesuatu tanpa membedakan kedudukan,
status sosial dan ekonomi maupun hubungan kekerabatan.
Adil adalah kondisi jiwa yang dapat mengendalikan nafsu dibawah perintah
akal dan syari’at. Di dalam Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang menerangkan kata
“adil” dengan kata “takwa”.
Untuk sekedar memudahkan pemahaman terhadap norma-norma cabang baik
yang berkaitan dengan akhlak terpuji (akhlak mahmudah), maupun yang berkaitan
dengan akhlak tercela (akhlak mazmumah) sebagai lawannya antara lain adalah
sebagai berikut:
1.) Mendahulukan kepentingan orang lain; Lawannya Egois?.
2.) Dermawan dan suka menafkahkan hartanya; Lawannya kikir?
3.) Ikhlas dalam melakukan setiap amal perbuatan semata-mata karena Allah;
Lawannya Riya?
4.) Sadar, segera meminta ampun kepada Tuhan jika melakukan suatu dosa;
Lawannya Mabuk?
5.) Benar, Lawannya Salah?
6.) Tenang dalam menghadapi berbagai masalah, tidak berkeluh kesah dan gundah
gulana; Lawannya Tergesa-gesa?
7.) Amanah (dapat dipercaya), Lawannya Khianat

9
8.) Sabar dalam menghadapi setiap cobaan atau melaksanakan kewajiban ibadah
kepada Allah Swt. Secara kebahasaan, sabar berarti “keteguhan hati”. Sedangkan
secara umum sabar dapat dipahami sebagai kemampuan atau daya tahan manusia
dalam menguasai sifat yang destruktif yang terdapat dalam tubuh setiap orang,
yaitu hawa nafsu. Sabar akan membentuk jiwa manusia menjadi kuat, teguh, tidak
mudah gelisah, tidak cepat panik dan tidak hilang keseimbangan. Laksana batu
karang di tengah lautan yang tidak mudah bergeser tatkala disapu ombak dan
gelombang.
Adapun wujud sabar meliputi:
a. Sabar dalam beribadah
b. Sabar jika ditimpa musibah dan malapetaka
c. Sabar terhadap kehidupan dunia
d. Sabar terhadap maksiat
e. Sabar dalam perjuangan
9.) Pemaaf, Lawannya Pendendam.
10.) Penuh kasih saying dan belas kasihan, Lawannya pembenci.
11.) ‘Iffah, yakni selalu menjaga diri dari segala sesuatu yang dapat merusakkan
kehormatan dan kesucian; Lawannya Gegabah.
12.) Selalu optimis menghadapi kehidupan dan penuh harap keada Allah Swt;
Lawannya Pesimistis.
13.) Al-Haya’u (malu), yakni malu melakukan perbuatan yang tidak baik;
Lawannya Tidak Sopan.
14.) Tawadhu’ (rendah hati); Lawannya Sombong?
15.) Mengutamakan perdamaian dari pada permusuhan; Lawannya gemar
bermusuhan?
16.) Zuhud dan tidak rakus terhadap kehidupan duniawi; Lawannya Tamak?
17.) Ridha atas segala ketentuan yang ditetapkan Allah; Lawannya Hiqdun ?
18.) Setiap terhadap teman, sahabat, dan siapa saja yang terkait dengannya;
Lawannya khianat.
19.) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan; Lawannya otoriter?
20.) Tawakkal setelah segala usaha dilaksanakan dengan sebaik-baiknya;
Lawannya Mudah Menyerah;
Secara kebahasaan, Tawakkal artinya “mewakilkan atau menyerahkan”.
Maksudnya adalah berserah diri sepenuhnya kepada Allah Swt dalam menghadapi
atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan.
Menurut Imam Al-Ghazali, Tawakkal adalah: “menyandarkan kepada Allah Swt,
tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam waktu
kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana, dengan jiwa yang tenang dan hati
yang tentram”. Dengan demikian, Tawakkal adalah menyerahkan diri kepada
Allah Swt setelah berusaha keras dalam berikhtiar dan bekerja sesuai dengan
kemampuan dalam mengikuti sunnatullah.

3. Nilai-Nilai Akhlak Islami Yang Harus Disebarkan


Hakikat-hakikat tersebut akan dipaparkan berikut ini.
Pertama, Nilai-nilai akhlak ini berasal dari Allah, bukan buatan manusia.
Allah telah mewahyukan Qur’an--berisi nilai-nilai akhlak--yang mulia kepada Nabi
saw., untuk kemudian membiarkan penjelasan detailnya kepada sunnah Nabi saw.
Yang tak berbicara dengan hawa nafsu.
Kedua, Nilai-nilai ini bermanfaat bagi manusia jika mereka berpegang teguh
dengannya, dalam memperbaiki agama mereka dan akhirat. Tanpa itu mereka akan

10
merasakan derita di dunia dan rugi di akhirat. Nilai-nilai akhlak mana pun tak dapat
menggantikan fungsinya sama sekali.
Nilai-nilai akhlak islam ini mempunyai ciri-ciri yang membedakannya dari
seluruh nilai-nilai selainnya. Bahkan, Pendidikan akhlak islam seluruhnya, memiliki
ciri-ciri ini.
Ciri-ciri yang membedakan nilai-nilai akhlak dalam islam adalah sebagai
berikut.
a. Nilai-nilai akhlak atau Pendidikan akhlak bagi muslim berdiri di atas rasa
tanggung jawab terhadap perkataan dan perbuatan. Dan motif dalam diri muslim
adalah persoalan yang tumbuh dari dalam dirinya, bukan syarat dan bukan pula
rasa takut yang menggerakannya. Sebagaimana halnya di seluruh nilai-nilai
akhlak.
Hal itu datang dari kenyataan bahwa pribadi muslim bertanggung jawab
dihadapan Allah atas semua yang diucapkan atau dikerjakan. Manhaj yang dipilih
Allah bagi umat manusia telah mencakup agama dan sistem bagi seluruh sistem
akhlak. Sehingga tak meninggalkan hal itu bagi ijtihad-ijtihad salah seorang
manusia atau sekelompok dari mereka. Karena akhlak dalam islam adalah seperti
akidah dan ibadah yang merupakan bagian dari sisi konstan yang tak dapat
berubah dan tergantikan, sehingga seorang mujtahid bisa berijtihad disitu.
Perasaan tanggung jawab ini ditunjukan oleh nash nash Al-Qur’an dan As-
Sunnah.
Allah swt. Berfirman dalam surat Al-Israa ayat 36
ٰۤ ُ
‫ك َكانَ َع ْنهُ َم ْسـُٔوْ اًل‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫ص َر َو ْالفَُؤ ا َد ُكلُّ ا‬
َ َ‫ْس لَكَ بِ ٖه ِع ْل ٌم ۗاِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬
َ ‫َواَل تَ ْقفُ َما لَي‬

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta
pertanggungjawabannya.
b. Pendidikan Akhlak Islam, cirinya adalah mengajak kepada ilmu dan
pengetahuan, mendorong untuk mendapatkan ilmu, bahkan menuntut ilmu agama
yang pokok dinilai sebagai kewajiban pribadi oleh islam, sementara seluruh ilmu-
ilmu yang berkaitan dengan seluruh urusan dunia dinilai sebagai kewajiban kifa'i
(jamaah).
Setiap muslim harus melakukan hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal yang
buruk. Jadi, seorang muslim berada di antara batas-batas perintah dan larangan, ia
tidak boleh melampaui batas-batas yang digariskan-Nya tersebut.
Setiap muslim dituntut untuk menyeru kepada Allah dengan penuh bijaksana
dan memberi nasihat serta berdebat dengan cara terbaik jika diperlukan. Jika
setiap muslim selalu mengakjak kepada ajaran agama Allah niscaya umat islam
akan selalu dalam kebaikan. Karena dengan demikian berarti mereka konsisten
dengan perintah Allah, yaitu untuk selalu berdakwah di jalan-Nya.
Dan dalam firman-Nya Al-Qur’an surat yusuf ayat 108,

َ‫ص ْي َر ٍة اَن َ۠ا َو َم ِن اتَّبَ َعنِ ْي ۗ َو ُسب ْٰحنَ هّٰللا ِ َو َمٓا اَن َ۠ا ِمنَ ْال ُم ْش ِر ِك ْين‬ ‫هّٰللا‬
ِ َ‫قُلْ ٰه ِذ ٖه َسبِ ْيلِ ْٓي اَ ْدع ُْٓوا اِلَى ِ ۗع َٰلى ب‬
Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Mahasuci Allah, dan
aku tidak termasuk orang-orang musyrik.”

11
2.Pengertian Media Sosial
1. Definisi Media Sosial
Berikut ini adalah definisi dari media sosial yang berasal dari berbagai literatur
penelitian (lihat fuchs, 2014: 35-36):
1. Menurut Mandibergh (2012), media sosial adalah media yang mewadahi kerja sama
di antara pengguna yang menghasilakan konten (user generated content).
2. Menurut Shirky (2008), media sosial dan perangkat lunak sosial merupakan alat untuk
meningkatkan kemampuan pengguna untuk berbagi (to share), bekerja sama (to co-
operate) di antara pengguna dan melakukan Tindakan secara kolektif yang semuanya
berada di luar kerangka institusional maupun organisasi.
3. Boyd (2009) menjelaskan media sosial sebagai kumpulan perangkat lunak yang
memungkinkan individu Maupun komunitas untuk berkumpul, berbagi,
berkomunikasi, dan dalam kasus tertentu saling berkolaborasi atau bermain. Media
sosial memiliki kekuatan pada user-generated content (UGC) dimana konten
dihasilkan oleh pengguna, bukan oleh editor sebagaimana di institusi media massa.
4. Menurut Van Dijk (2013), media sosial adalah platform media yang memfokuskan
pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi mereka dalam beraktivitas maupun
berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat dilihat sebagai medium (fasilitator)
online yang menguatkan hubungan antar pengguna sekaligus sebagai sebuah ikatan
sosial.
5. Meike dan Young (2012) mengartikan kata media sosial sebagai konvergensi antara
komunikasi personal dalam arti saling berbagi di antara individu (to be shared one-
the-one) dan media public untuk berbagi kepada siapa saja tanpa ada kekhususan
individu.
Dari berbagai definisi atau pernyataan tersebut, penulis mengambil
kesimpulan bahwa definisi media sosial adalah “medium di internet yang
memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja
sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial
secara virtual”.

2.Karakteristik Media Sosial

Media sosial merupakan salah satu platform yang muncul di media siber. Karena itu,
melihat media sosial yang ada tidak jauh berbeda dengan karakteristik yang dimiliki oleh
media siber. Bahkan, Gane dan Beer (2008) secara khusus memberikan konsep-konsep kunci
untuk memahami media siber.

Meski karakteristik media siber bisa dilihat melalui media sosial, namun media sosial
memiliki karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh beberapa jenis media siber lainnya.
Ada batasan-batasan dan ciri khusus tertentu yang hanya dimiliki oleh media sosial
disbanding dengan media lainnya. Salah satunya adalah media sosial beranjak dari
pemahaman bagaimana media tersebut digunakan sebagai sarana sosial di dunia virtual.
Bukan berarti tidak ada karakter umum atau makro, hanya pembahsan karakteristik media
sosial ini dipandang perlu untuk melihat perbedaan dengan media lainnya (Castells, 2004;
Talalay et al.,1997;Thurlow, Lengel, dan Tomic, 2004). Pada akhirnya, bagaimana
karakteristik media sosial itu bisa dipergunakan untuk bidang seperti jurnalisme, hubungan
masyarakat, pemasaran, politik.

12
Jadi yang dimaksud dengan karakteristik media sosial yakni jaringan, informasi, arsip,
interaksi, simulasi sosial, dan konten oleh pengguna. User generated content (UGC)
menunjukan bahwa di media sosial konten sepenuhnya milik dan berdasarkan kontribusi
pengguna atau pemilik akun.

3.Realitas Sosial-Siber

Media sosial merupakan medium digital tempat realitas sosial terjadi dan ruang-waktu
para penggunanya berinteraksi. Nilai-nilai yang ada di masyarakat maupun komunitas juga
muncul bisa dalam bentuk yang sama atau berbeda di internet. Namun, pada dasarnya,
beberapa akademisi yang meneliti internet melihat bahwa media sosial di internet adalah
gambaran apa yang terjadi di dunia nyata, seperti plagiarisme. Dalam banyak kasus, sumber
awal sebuah konten di internet tidak di ketahui sehingga dapat dipergunakan oleh pengguna
lain dan dipublikasikan di media sosial miliknya (copy paste). Nilai-nilai ini tetap berlaku di
media sosial dan sanksi maupun hukuman terhadap pelanggarn ini tetap ada waktu tidak
dalam bentuk fisik.

Salah satu fenomena dalam kemajuan teknologi internet, perangkat pintar seperti
telepon genggam, dan budaya siber adalah selfie atau foto diri. Kata ini telah resmi menjadi
kata baru yang dimasukkan dalam kamus Oxford English Dictionary dan diartikan sebagai ‘A
photographic self-portrait, esp. one taken with a smarthphone or webcam and shared via
social media’ atau secara sederhana diartikan sebagai foto diri dan disebarkan melalui media
sosial. Kata ini resmi masuk ke dalam kamus tersebut pada 2013 lalu.

Ada beberapa alasan yang bisa dipaparkan dalam kajian ini yang bisa dipaparkan
dalam kajian ini terkait dengan hal tersebut.

Pertama, kegiatan tersebut sebagai wujud dari eksistensi diri. Mengambil foto diri dan
menyebarkannya di media sosial tidak sekedar terfokus pada penampilan diri si pengguna.
Selfie merupakan upaya untuk representasi diri di media sosial, sebuah upaya untuk dianggap
ada atau eksis dalam jaringan. Sebuah foto diri akan menunjukan aktifitas penggunanya, di
mana ia bekerja atau kuliah, sedang makan apa dan di restoran mana, apa yang dilakukan
dalam mengisi liburan di akhir pekan, film apa yang ditonton, sampai pada dengan siapa yang
berpegian. Apapun alasan yang ingin dicapai oleh pengguna secara umum bisa dikatakan
bahwa fenomena foto diri adalah fenomena eksistensi diri di media sosial.

Kedua, selfi juga bisa menandakan bahwa pengguna melakukan keterbukaan diri (self
disclosure) di media sosial. Keleluasaan dalam mengkreasikan konten media sosial juga
melibatkan pengguna sebagai pusat dari konten tersebut. Blog atau microblog misalnya
merupakan media sosial yang bercirikan konten berdasarkan aktivitas penggunanya sendiri.
Karena itu, sebuah foto diri yang diunggah menunjukkan adanya upaya keterbukaan diri dari
penggunanya. Efek selanjutnya dari keterbukaan diri itu adalah interaksi dan komunikasi
yang terjadi dengan pengguna lain akan semakin erat. Bahkan dalam beberapa kasus,
pengunggahan foto diri menyebabkan bertambahnya jalinan pertemanan yang baru sehingga
jaringan sosial yang dimiliki semakin luas.

Ketiga, foto diri merupakan salah satu bentuk narsisme digital. Sebuah foto diri yang
diambil menunjukan bahwa penggunanya sedang mengonstruk dirinya dan hasil konstruksi
itu, selain untuk eksistensi diri, juga sebagai bentuk pertunjukan di depan panggung untuk
menarik kesan pengakses atau pengguna lain dalam jaringan pertemanan di media sosial.
Pengunggah foto diri itu menjadi penanda bahwa pengguna sedang mewujudkan eksistensi

13
dirinya yang tidak sekadar sebagai objek foto, tetapi ada maksud-maksud tertentu di
dalamnya.

4.Hukum Dan Etika Di Media Sosial

Etika (Netiquette) di media sosial. Layaknya interaksi di kehidupan nyata, pengguna


di media sosial juga memiliki aturan (hukum) dam etika. Dalam konteks ini, yang berlaku di
media sosial bisa dilihat dari aktan yang ada, yakni dari persepektif perangkat teknologi dan
persepektif pengguna.

Dari persepektif teknologi, aturan dan etika yang ada menyangkut bagaimana
pengguna melalui prosedur yang ada di media sosial. Pada praktiknya, ada semacam kode
digital atau progam yang diatur terkait kebijakan masing-masing penyedia media sosial.
Contoh sederhana adalah akses terhadap konten yang ada di Youtube. Jika konten video yang
ada memuat hal, seperti kekerasan atau seksual, diperlukan konfirmasi terhadap pengguna
berupa usia, 18 tahun ke atas. Konfirmasi tersebut untuk memastikan bahwa pengguna
terbilang cukup dewasa untuk mengakses konten tersebut dan segala akibat dari setelah
mengakses, termasuk aspek hukum yang dikenakan, merupakan tanggung jawab sepenuhnya
pengguna.

Pada umumnya, perangkat media sosial memberikan semacam prosedur awal bagi
siapa pun yang ingin memiliki akun atau bergabung. Sebagai contoh, di Linkedin pengguna
baru tidak hanya sebatas diperlukan nama pengguna atau kata kunci, tetapi juga diarahkan
untuk membaca kebijakan perusahaan dan perjanjian pengguna. Aturan yang ada di
perjanjian pengguna tersebut memuat hak dan kewajiban bagi pengguna serta Linkedin selaku
perusahaan, apa yang boleh dan tidak boleh diunggah di media sosial tersebut, ketentuan
hukum, sampai pada bagaimana menyelesaikan perselisihan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa media sosial juga merupakan institusi sosial di internet. Karena ia adalah institusi
sosial (siber), berlaku juga aturan-aturan terhadap interaksi antarpengguna maupun antar
pengguna dan Linkedin selaku institusi.

Etika di internet atau netiquette berasal dari kata “net”, untuk menjelaskan jaringan
(network) atau bisa juga internet, dan “etiquette” yang berarti etika atau tata nilai yang
diterapkan dalam komunikasi di dunia siber. Netiquetta merupakan sebuah konvensi atas
norma-norma yang secara filosofi digunakan sebagai panduan bagi aturan atau standar dalam
proses komunikasi di internet atau merupakan etika berinternet sekaligus perilaku sosial yang
berlaku di media online (Thurlow et al., 2004: 65).

Setidaknya terdapat beberapa alasan mengapa di internet, khususnya di media sosial,


memerlukan etika. Pertama, latar belakang maupun lingkungan pengguna media sosial yang
heterogen dan berbeda-beda. Perbedaan ini tentu membawa, sadar atau tidak disadari oleh
pengguna, kebiasaan maupun aturan yang berbeda pula. Belum lagi jika berkaitan dengan
norma yang berlaku di masyarakat, seperti norma sosial dan agama, perbedaan tersebut
memberikan dampak, baik positif maupun negatif, dalam berinteraksi di media sosial (lihat
Kayany, 2004; Van Dijk, 2013).

Kedua, komunikasi yang terjadi media sosial cenderung lebih didominasi oleh teks
semata. Teks tentunya memerlukan upaya pembentukan (encoding) dari pengguna maupun
upaya penafsiran (decoding) dari pengguna lainnya dan ini adalah proses yang berlangsung
secara terus menerus. Apalagi jika melihat kondisi, sebagaimana dijelaskan dalam poin
pertama, bahwa pengguna di media sosial memiliki latar belakang dan pengetahuan yang

14
berbeda terhadap teks. Jika meminjam istilah yang dipopulerkan oleh Ronald Barthes dalam
semiotika, teks menjadi entitas yang bebas dari penafsiran dan si pembuat teks tidak memiliki
kuasa atas teks yang telah dilahirkannya. Realitas sosial-siber ini memerlukan kesepakatan di
antara aktan yang ada. Maka dari itu, muncul ikon emosi atau emoticon sebagai salah satu
untuk mrngurangi kesalahpahaman dalam pengungkapan emosi pengguna di media sosial
(Baron, 2008; Crystal, 2004; Manovic, 2001; Thurlow et al., 2004).

Ketiga, media sosial tidak serta-merta dianggap sebagai media yang berbeda dengan
dunia nyata. Hubungan antarpengguna dengan perantara teknologi di media sosial (online)
pada kenyataannya merupakan transformasi dari hubungan di dunia nyata (offline). Etika
berinternet diperlukan agar setiap pengguna ketika berada di dunia virtual memahami hak dan
kewajibannya sebagai “warga negara” dan virtual (digital citizenship).

Keempat, pada beberapa kasus, media sosial merupakan media yang berjalan tidak
hanya memfasilitasi pengguna, tetapi juga merupakan institusi bisnis. Etika yang ada di
media sosial diperlukan bagi institusi pengembang media sosial untuk menarik minat orang
lain agar menggunakan media sosial mereka. Semakin banyak pengguna yang mendaftar
(sign in), semakin besar pula potensi pangsa pasar (captive market) yang bisa ditawarkan
kepada perusahaan atau pengiklan. Karena itu, diperlukan lingkungan media sosial yang
teratur maupun kenyamanan bagi pengguna, institusi media sosial, dan (perusahaan)
pengiklan.

Meski aturan atau etika berinternet telah ada, sifat media internet yang terbuka tetap
saja memiliki peluang terhadap pelanggaran dan perbuatan-perbuatan yang kontraproduktif.

Cyber-Bullying ( Perundung siber)


Perundung atau yang lebih dikenal dengan istilah bullying merupakan Tindakan negatif yang
dilakukan oleh orang lain secara terus menerus atau berulang. Tindakan ini kerap kali
menyebabkan korba tidak berdaya terluka secara fisik maupun mental (Rigby, 2002: 27).
Dalam aspek etimologi, bully atau dalam bahasa Indonesia kerap dipergunakan dengan kata
“rundung” yang bermakna mengganggu; mengusik terus menerus; bahkan menyusahkan.
Beberapa kali riset menunjukkan bahwa perundung terjadi pada fisik, namun bentuknya
semakin melebar juga pada verbal dan atau psikologi (Cowie & Jennifer, 2008: 2-3) dan
terjadi di dunia nyata (offline) maupun dunia virtual (online). Selain cyber bullying, ada
istilah lain yang juga bisa digunakan untuk menggambarkan perundungan siber ini, yaitu
online social cruelty atau electronic bullying (Kowalski et al., 2008: 42). Dalam catatan
Shariff (2011: 28-30), istialah perundung siber pertama kali digunakan bisa ditarik referensi
akademisnya melalui duan ama, yakni Bill Belsey atau Nancy Willard. Menurut Belsey
(2005), perundung siber adalah kesengajaan, perulangan atau perilaku, maupun kebiasaan
negatif dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, seperti email, pesan
instan, serta situs personal oleh individu maupun kelompok dengan maksud menyakiti orang
lain. Sementara Willard, direktur center for Safe and Responsible Internet Use di Amerika,
mendefinisikan perundung siber sebagai perbuatan fitnah, penghinaan, diskriminasi,
pengungkapan informasi atau konten yang bersifat privasi dengan maksud mempermalukan,
atau juga bisa dimaknai dengan komentar yang menghina, menyinggung secara vulgar
(Willard, 2003 dalam Shariff, 2011: 29).
Definisi perundungan siber juga diulas oleh Smith (2004) yang menyatakan bahwa
perundungan siber merupakan tindakan agresif yang dilakukan secara sengaja, baik oleh

15
sekelompok orang maupun individu, yang menggunakan media atau kontak elektronik secara
berulang dan dalam waktu tertentu terhadap korban yang tidak bisa (lemah) dalam
mempertahankan dirinya.
Terminologi cyber-bullying juga dapat diakses melalui laman Wikipedia. Laman ini
menyatakan bahwa:
“Cyber-bullying adalah segala bentuk kekerasan yang dialami anak atau remaja dan
dilakukan teman seusia mereka melalui dunia cyber atau internet. Cyber-bullying adalah
kejadian manakala seorang anak atau remaja diejek, dihina, diintimidasi, atau dipermalukan
oleh anak atau remaja lain melalui media internet, teknologi digital, atau telepon
seluler”(Wikipedia, n.d).
Dari beragam terminologi perundungan siber yang telah dipaparkan, peneliti
mendefinisikan perundungan siber sebagai Tindakan penghinaan, kekerasan psikis, atau
intimidasi yang dilakukan seseorang, kelompok, atau institusi melalui perangkat teknologi
dan informasi di media siber terhadap orang, kelompok, atau institusi lain. Tindakan tersebut
dimaksudkan untuk mempermalukan, mengintimidasi, menyebar keburukan dan kebencian di
media siber, baik ditujukan secara khusus kepada korban maupun dengan cara diketahui
publik.Pada intinya, perundungan siber bisa disebut sebagai teror sosial melalui teknologi
(Kowalski et al., 2008: 41).
Definisi tersebut jelas menegaskan bahwa perundungan tidak hanya dilakukan oleh
perorangan, namun bisa jadi dilakukan oleh institusi, baik resmi maupun tidak. Langsung
yang dimaksud bahwa media yang digunakan hanya bisa diakses oleh korban maupun pelaku.
Tidak langsung menandakan bahwa media yang digunakan bisa milik korban, milik pelaku,
milik korban yang diretas/dibajak oleh pelaku, atau bukan milik keduanya. Fasilitas di media
siber memungkinkan siapa pun untuk mengakses akun media sosial, misalnya milik orang
lain atau menggunakan akun anonim untuk membuat akun media sosial baru. Dibandingkan
di dunia nyata (offline), perundungan di dunia online menjadi mudah dilakukan dan
cenderung aman. Perundungan di media siber bisa dilakukan oleh identitas yang
disembunyikan. Artinya, perangkat media siber memungkinkan seseorang untuk membangun
identitas lain (anonymous) atau realitas diri palsu sehingga pengguna lain tidak mengetahui
siapa atau identitas sebenernya (Angger, 2004; Hine, 2000; Jordan, 1999; Konijn, Utz, Tanis,
& Barnes, 2008; Nasrullah, 2012; Turkle, 2005).
Riset tentang perundungan lebih banyak dilakukan melalui kajian-kajian, seperti
psikologi dan pendidikan. Beberapa referensi awal tentang perundungan menunjukan bahwa
perilaku dan atau kebiasaan negative ini sering terjadi di lembaga Pendidikan, termasuk
bagaimana mengatasi perundungan, baik untuk guru, orang tua, siswa (Coloroso, 2008),
maupun melibatkan komunitas di sekitar (Hirsch & Lowen, 2012). Namun, perkembangan
riset terbaru sepertinya telah melebar bahwa persoalan perundungan bukan hanya objek
kajian tentang prilaku atau kepribadian (Satalina, 20114).

Aspek Hukum Di Media Sosial


Sebagaimana telah dijelaskan bahwa media sosial tidak hanya sebagai media dalam
bersosialisasi di internet, tetatapi juga memiliki aturan-aturan yang mengikat penggunanya.
Beberapa kasus, khususnya di Indonesia, pernah terjadi terkait aspek hukum di media sosial.
Kejahatan siber dalam penerepannya telah menggunakan Undang-Undang Informasi
dan Transaksi Elektronik. Misalnya, ditemukan Tindakan yang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan
individu dan atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA) dapat dikenakan hukuman sesuai dengan pasal 45 ayat 2 yang
berbunyi, “Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat

16
(1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah)”.
Berkaitan dengan aspek hukum dan kejahatan yang ada di media sosial, perlu kiranya
untuk membahas kejahatan siber atau cybercrime. Pembahasan ini dikarenakan media sosial
merupakan salah satu media yang ada di internet. Oleh karena itu, media sosial juga
merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan ketika membahas di internet dan kejahatan
yang terjadi.

MEDIA SOSIAL DAN EKSPRESI KEAGAMAAN


Moch. Fakhrurroji, dalan Islam Digital, menyatakan bahwa dalam banyak kasus
terdapat fenomena cyberrelegion. Maksudnya bahwa terdapat fenomena di mana terdapat
hubungan yang signifikan antara agama dan internet, baik sebagai media maupun sebagai
sebuah ruang kebudayaan. Fenomena tersebut telah menyebar ke berbagai belahan dunia,
tidak terkecuali Indonesia. Maraknya situs-situs yang bertema keagaamaan menyebabkan
banyaknya pengguna yang mem-posting informasi keagamaan, juga para pencari informasi
sebagai rujukan, serta pencari pengetahuan. Internet memang tidak membangun agama
dengan sendirinya, tetapi para pengguna internet, yaitu orang-orang yang interes terhadap
agama dan keagamaan, yang mengisi ruang-ruang internet sebagai media sosial mereka.
Dengan mempertimbangkan pandangan Dawson dan Cowman, Moch. Fakhururoji
(2011:93) mencatat ada beberapa persoalan penting yang patut ditindaklanjuti, di antaranya:
1. Siapa pengguna internet dengan tujuan agama, bagaimana dan mengapa mereka
menggunakannya.
2. Sifat dan kualitas pengalaman orang-orang yang melakukan aktivitas keagamaan
secara online.
3. Hubungan antara aktivitas keagamaan secara online dan offline. Dalam hal ini kita
perlu mendapatkan pemahaman lebih baik dari konteks sosial secara keseluruhan.
4. Detail dan komperatif dari aktivitas keagamaan online tertentu.
5. Diperlukan kajian mengenai bagaimana fitur-fitur teknologi tersebut digunakan dalam
layanan keagamaan dan implikasinya.
6. Adanya tinjauan terhadap internet, apakah lebih sesuai untuk mencapai tujuan agama
pada masa sekarang yang akan datang?

3.Pengaruh Media Sosial Terhadap Akhlak Remaja


Teknologi semakin maju. Tidak dapat dipungkiri juga hadirnya internet semakin
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari; baik dalam kegiatan sosialisasi, pendidikan, bisnis
dan sebagainya. Dengan hadirnya internet, maka media sosial pun ikut berkembang pesat.
Media sosial merupakan situs di mana seseorang dapat membuat web page pribadi
dan terhubung dengan setiap orang; berbagi informasi dan berkomunikasi.
Di kalangan remaja, penggunaan media sosial dapat mempengaruhi pola kehidupan
remaja. Banyak fitur-fitur menarik dalam media sosial yang membuat mereka cenderung
malas dan kecanduan. Keadaan tersebut membuat waktu mereka banyak yang terbuang dan
aktivitas yang terganggu. Seperti sekolah, belajar, makan, tidur, bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar dan membantu orangtua; untuk lebih memilih bermain media sosial.
Di kalangan remaja saat ini, media sosial biasa adalah tempat curhat dan tempat untuk
mencari teman-teman baru dengan cepat. Mereka, para remaja ini, sering curhat tentang
percintaan, kekeluargaan, perasaan, dan lain-lain. Selain itu juga, remaja sering menggunakan

17
sosial media untuk mengunggah foto, melihat foto, dan mengunduh foto seperti media sosial
yang digunakan remaja untuk berbagi foto adalah Instagram.
Pengalaman membuktikan bahwa remaja yang sering mengungkapkan perasaanya di
media sosial, baik itu perasaan marah, sedih, ataupun bahagia. Mereka akan saling sindir dan
bahkan akan memperburuk keadaan.
Hal ini menyebabkan akhlak remaja yang semakin menurun, ada hadits yang
menerangkan bahwa,
“mankana yu’minu billahi wal yaumil akhiri fal yaqul khoiron aw liyasmut,
wamankana yu’minu billahi wal yaumil akhiri falaa yu’dzi jarohu, wamankana yu’minu
billahi wal yaumil akhiri fal yukrim dhoifah”.
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah maka hendaklah ia
berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, janganlah
menyakiti tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaklah ia menghormati tamu-tamunya”
Takhrij hadits
Hadits di atas diriwayatkan dalam kitab-kitab berikut ini:
1. Shahih Al-bukhori diriwiyatkan dalam kitab Arriqo bab Hifdzilisan no.6475: kitab
Al-Adab mankana yu’minu billah wayaumul-akhir fala yu’dzi jarahu no.6018-
6019; Kitab Al-Adab bab ikramid-dhaif wa khidmatihi no.6135, 6136, 6138
2. Shahih Muslim kitab al-iman bab alhats’ala ikram aljar no.182; kitab al-lughothah
bab ad-diyafah waanahwiha no.4610
3. Sunan Abi Dawud kitab al-adab bab fihaqqil-jiwar no.5156
4. Sunan Attirmidziy kitab shifatalqiyamah bab ikramiddhaif wa qoulilkhoir no.2688
5. Sunan Ad-Darimi kitab arriqaq bab layu’minu ahadukum hatta no2797
6. Musnad Ahmad bab musnad Abdillah ibn Amr no.6760; musnad abi Hurairah
no.7841,9845
Syarah Mufradat
Pernyataan nabi SAW : “yu’minu billahi wal yaumil akhir…”
“Beriman lah kepada Allah dan hari akhir” tidak dalam posisi menafikan kedudukan
ataupun kepentingan dari rukun iman yang lainnya, karena sebagaimana diketahui rukun
iman yang enam sama-sama merupakan unsur yang penting dalam aqidah islam. Banyak nya
penyebutan iman yang cukup dibatasi pada Allah dan hari akhir menurut para ulama,
hanyalah sebentuk penamaan kesadaran utama yang dimiliki manusia, tepatnya dalam hal
darimana mereka berasal dan kemana mereka akan menuju.
Syarah Ijmali
Sabda Rosul SAW yang artinya: “Hendaklah berkata baik atau diam”
Dalam hadits di atas sangat berkaitan erat dengan penghormatan terhadap tetangga dan tamu.
Tetapi bukan berarti tidak ada kaitan dengan amaliah lainnya. Hanya saja ketika Nabi SAW
menyebut penghormatan terhadap tetangga dan tamu yang beliau kaitkan dengan menjaga
lisan, bisa kita ambil pelajaran bahwa penghormatan hidup tamu dan tetangga itu akan
berdampak baik atau tidaknya dimulai dari lisan kita.

18
Di era yang serba modern ini yang mana kita hidup di dalamnya, hadits di atas seolah-
olah menjadi cambuk tersendiri bagi kita. Mengingat pada zaman sekarang ini orang-orang
lebih banyak membaca status di media sosial daripada ayat suci Al-Qur’an, lebih berusaha
untuk nambah followers di berbagai media sosial dari pada menambah amalan baiknya.
Bahkan yang paling parah, banyak orang yang membuka aib atau kehormatan saudaranya
atau sesama muslim lainnya di media sosial sehingga banyak orang yang mengetahui
keberadaannya. Hal ini di sebut juga dengan cyber-bullying sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya. Padahal Rosulullah SAW telah memberi tahu betapa beruntungnya
orang yang dapat menjaga aib atau kehormatannya.
“man rodda ‘an ‘irdhi akhiihi bil ghoibi roddaallahu ‘an wajHihinnaro yaumal
qiyamah”
“Barang siapa yang menjaga kehormatan saudaranya ketika ia tidak ada maka Allah akan
menjaga wajahnya pada hari kiamat” (sunan at-tirmidziy bab maa jaa fi adz-dzan bian irdli
al-muslim no.1931).
Tidak dapat dipungkiri dalam kehidupan manusia yang serba mudah ini seolah-olah
manusia pun dipermudah untuk melakukan maksiat dengan adanya media sosial ini tentu
yang menggoda manusia untuk berbuat maksiat pada media sosial ini siapa lagi kalua bukan
musuh nyata kita, yaitu syetan. Sebagaimana firman Allah dalam surat fatir ayat 6,

ِ ‫اِ َّن ال َّشي ْٰطنَ لَ ُك ْم َع ُد ٌّو فَاتَّ ِخ ُذوْ هُ َع ُد ًّو ۗا اِنَّ َما يَ ْد ُعوْ ا ِح ْزبَهٗ لِيَ ُكوْ نُوْ ا ِم ْن اَصْ ٰح‬
‫ب ال َّس ِعي ۗ ِْر‬
“Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena
sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka
yang menyala-nyala”.
Maka tak aneh bila banyak tulisan, banyak ungkapan yang menceritakan “1001
Gerbang setan pada media sosial”. Karena faktanya manusia khususnya para remaja lebih
sering menggunakan media sosial sebagai maksiat daripada sebagai manfaat.
Oleh karena itu kita sebagai hamba Allah yang lemah perlu meminta pertolongan
kepada yang maha segalanya dan harus melawan musuh nyata kita itu antara lain:
1. Istighfar
2. Isti’adzah
3. Menyikapi diri kita dengan niat keikhlasan. Karena ikhlas adalah salah satu
pengecualian iblis dalam penyesalan mereka
4. Ikhtiar kita untuk tidak mengikuti Langkah-langkah mereka. Karena mereka tidak
ada kekuasaan atas kita melainkan diri kita sendiri yang mengikuti mereka.
THAGUT
Thagut merupakan pecahan dari kata “thagyaani” yang artinya melampaui batas. Ibnu
Jarir menjelaskan “Fii thagyaa niHim” pada surat Al-Baqarah ayat 15, ia berkata yang
dimaksud fii thugyaa niHim adalah ”Thagut adalah melampaui batas dalam sesuatu”.
Thagut menurut Ibnu Qayyim adalah : “Sesuatu yang diperlakukan oleh seorang
hamba secara melampaui batas baik berupa hal yang disembah, diikuti atau dipatuhi (Fath Al-
Majid)-(Syarah kitabuttauhid)

19
Adapun menurut Syaikh Shalih Ibn Fauzan, Thagut adalah : “Terambil dari kata
thugyaani (melampaui batas) sehingga dikatakan
“Setiap sesuatu yang disembah selain Allah, sedangkan ia merasa ridho untuk disembah.
Makai a termasuk thagut”.
Dari beberapa keterangan di atas jelas bahwa yang dimaksud dengan Thagut adalah
perilaku seorang hamba yang melampaui batas sehingga ia berpaling dari peribadahan kepada
Allah SWT menuju beribadahan kepada yang lain (thagut), berpaling berhukum dari Al-
Qur’an dan As-Sunnah menuju berhukum kepada yang lain (thagut), dan tidak mengikuti
Rasulullah SAW dan berpaling dari ketaatan kepada beliau menuju kepada yang lain (thagut).
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 256,
‫هّٰلل‬
َ ِ‫ت َويُْؤ ِم ۢ ْن بِا ِ فَقَ ِد ا ْستَ ْم َسكَ بِ ْالعُرْ َو ِة ْال ُو ْث ٰقى اَل ا ْنف‬
‫صا َم لَهَا‬ ِ ْ‫فَ َم ْن يَّ ْكفُرْ بِالطَّا ُغو‬
“Barang siapa kufur kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah
berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus”.
Ayat ini dengan tegas memerintahkan kita untuk kufur terhadap thagut dan harus
beriman kepada Allah, dengan begitu berarti kita sudah berpegang teguh kepada tali yang
kuat. Yang dimaksud ‫ ْال ُعــرْ َو ِة ْال ـ ُو ْث ٰقى‬menurut Muyahid adalah “iman” menurut As-Suaiy
“islam” dan menurut Jaid Bin Zubair dan Ad-Dllohak adalah “laa ilaha illaallahu” (Ibnu
Katsir : 286).
Di dalam beraktifitas di media sosial, ada beberapa etika yang perlu diperhatikan
karena bermedia sosial itu ibarat menghunus sebuah pedang, jika salah mengayunkannya
maka kita sendiri akan tertebas, sedikitnya ada 10 etika yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Muroqobah
Yakni, merasa selalu diawasi oleh Allah. Apa pun yang kita posting termasuk
niat di postingan tersebut. Sadarilah selalu diketahui oleh sang maha tahu. Dan
demikian, maka pastilah kita takut melanggar batasan-batasan agama dalam
menggunakan media sosial.
Firman-Nya dalam surat At-Thagabun ayat 4:

‫هّٰللا‬
ِ ‫ض َويَ ْعلَ ُم َما تُ ِسرُّ وْ نَ َو َما تُ ْعلِنُوْ ۗنَ َو ُ َعلِ ْي ٌم ۢبِ َذا‬
‫ت الصُّ ُدوْ ر‬ ِ ْ‫ت َوااْل َر‬
ِ ‫يَ ْعلَ ُم َما فِى السَّمٰ ٰو‬
“Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi, dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan
dan apa yang kamu nyatakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala isi hati”.
2. Hisab
Setiap apa pun yang di posting, sekecil apa pun pasti ada perhitungannya atas
hal itu. Firman Allah SWT, dalam surat Al-Zalzalah ayat 7-8

َ َ‫فَ َم ْن يَ ْع َملْ ِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة َخ ْيرًا يَ َرهُ َو َم ْن يَ ْع َملْ ِم ْثق‬


ُ‫ال َذ َّر ٍة َش ًّرا يَ َره‬
“Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji Dzaroh maka ia akan melihat
balasannya. Dan barang siapa mengerjakan kejelakan seberat biji Dzaroh makai a akan
melihat balasannya”.
3. Istifadoh

20
Yaitu meninggalkan sarana yang ada untuk di ambil manfaatnya. Begitu pun
dalam beraktifitas di media sosial.
Abu Huroirah RA berkata: Telah bersabda Rosulullah SAW (Diantara tanda
kebaikan keislaman seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang bermanfaat
baginya). -Hadits Hasan diriwayatkan oleh Attirmidziy no 2318 dan yang lainnya.
4. Bertanggung jawab
Seorang muslim pastilah beretika baik dan akan berhati-hati dalam apapun.
Begitupun dalam menanggapi sesuatu di media sosial.
Firman-Nya dalam Surat Al-Isra ayat 36:
ٰۤ ُ
‫ك َكانَ َع ْنهُ َم ْسـُٔوْ اًل‬
َ ‫ول ِٕى‬ ‫ص َر َو ْالفَُؤ ا َد ُكلُّ ا‬
َ َ‫ْس لَكَ بِ ٖه ِع ْل ٌم ۗاِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب‬
َ ‫َواَل تَ ْقفُ َما لَي‬
“Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran,
penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya”.
5. Menjaga Batasan pergaulan
Batasan ini terkhusus pada hubungan antara pria dan wanita meski tidak
bertatapan langsung, media sosial mampu membawa jerat-jerat penyakit hati di setiap
interaksi lawan jenis. Maka batasilah interaksi lawan jenis yang bukan mahromnya
dan yang tidak ada keperluan penting dengannya.
6. Memperhatikan pertemanan
Berteman di media sosial mestilah mempertimbangkan kebaikan dengan
timbangan ilmu syar’i. Jangan dengan mudahnya mengikuti status orang yang tidak
jelas kebaikannya.
Ibnu Mas’ud pernah memberi nasihat: “Jika engkau sekedar jadi pengikut
kebaikan, maka itu lebih daripada engkau jadi panutan dalam kejelakan”(Kitab
Alibanah).
7. Wasilah
Yakni menjadikan media sosial sebagai penghantar atau saran wasilah kepada
kebaikan. Artinya, menggunakan media sosial dengan cara memanfaatkannya untuk
menebar kebaikan dan silaturahmi.
8. Tidak lalai
Inilah yang sering luput jika sudah asik bermain media sosial, kita jadi mudah
terlalaikan oleh hal semacam itu. Hingga waktu berharga terbuang begitu saja.
Termasuk waktu-waktu untuk beribadah.
9. Mengumpulkan kebaikan
Yaitu dengan menjadikan sarana pengumpulan ilmu dan kebaikan. Seperti
mengadakan sharing ilmu pengetahuan, ilmu agama dan lain-lain. Hadits Rosul:
Dari Abu Hurairah RA. Ia berkata: Telah bersabda Rosulullah SAW: Barang siapa
yang mengajak manusia kepada petunjuk, maka baginya pahala orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.
10. Ikhlas
Selalu menjaga keikhlasan menjadi salah satu etika yang harus dilakukan
muslim pada saat bermedia sosial. Termasuk di dalamnya agar tidak memposting
sesuatu karena maksud riya.

B. Pembahasan
1. Sejarah Media Sosial
Media sosial telah membawa perubahan yang luar biasa terhadap praktik
komunikasi korporat. Pemasaran media sosial memungkinkan perusahaan untuk

21
berkomunikasi secara langsung dan cepat dengan para pemangku kepentingannya, yang
menandai adanya peralihan dari komunikasi korporat satu arah yang bersifat tradisional
menjadi proses dialog yang bersifat luas antara perusahaan dengan konsumennya. Perusahaan
bisa menggunakan media sosial untuk berbagi informasi, pesan, pencapaian, dan sebagainya
yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini menjadi penting untuk diteliti mengingat di masa
sekarang ini perusahaan tidak bisa melepaskan diri dari sorotan publik dan harus berinteraksi
secara sosial dengan intensitas lebih tinggi demi menjaga eksistensinya. Dengan kata lain,
media sosial digunakan sebagai sarana penting bagi strategi komunikasi korporat. Kemajuan
media interaktif digital telah membawa struktur komunikasi baru sehingga penting bagi para
praktisi dan akademisi komunikasi korporat untuk memahami perubahan yang disebabkan
oleh perkembangan tersebut. Bersatunya komunikasi dan teknologi menawarkan praktisi PR
peluang untuk membentuk kinerja ke arah yang lebih strategis. Karena komunikasi korporat
yang tidak tepat bisa memberikan pengaruh negatif terhadap persepsi yang dimiliki oleh
konsumen dalam sebuah perusahaan. Media sosial merupakan salah satu aktivitas online
favorit yang digunakan oleh publik hampir setiap hari. Menurut artikel yang ditulis oleh
Davidson pada tahun 2015 lalu, pengguna internet menghabiskan sekitar satu jam 40 menit
perhari di situs sosial, jika dibandingkan dengan satu:empat waktu yang digunakan untuk
membaca e-mail yang merupakan aktivitas umum jika berkaitan dengan internet (Davidson,
2015). Laporan yang pernah dikeluarkan oleh Global Web Index pada tahun 2015 lalu
mengenai trend terbaru berkenan dengan jejaring sosial menemukan bahwa setiap empat
menit yang dihabiskan seseorang di internet digunakan untuk mengakses jejaring sosial,
seiring dengan peningkatan penggunaan internet di telepon genggam. Facebook sendiri
merupakan media sosial yang memiliki pengguna paling tinggi dan lebih dari 50%
penggunanya selalu mengunjungi aplikasi ini hamper setiap hari. Laporan tersebut juga
menemukan bahwa kebnayakan masyarakat saat ini memiliki kurang lebih lima akun media
sosial (Rohampton, 2017) di mana laporan lainnya menyatakan bahwa jejaring sosial
merupakn aktivitas yang palig banyak menghabiskan waktu pengguna internet di masa
sekarang ini.
Media sosial sendiri terdiri dari teknologi, praktik, atau komunitas online yang
digunakan masyarakat untuk menghasilkan konten tertentu atau berbagai opini, pemahaman,
pengalaman, dan perspektif antara satu sama lain. Namun dalam artikel ini media sosial
hanya akan disebut sebagai suatu objek yang bersifat tunggal.
Media sosial merupakan inovasi yang relative terus berkembang, dan
pemasaran media sosial merupakan industry yang relative terus bergerak dinamis. Dari lebih
5000 responden yang disurvey, Sebagian besar para pemasar tersebut menyatakan bahwa
penggunaan video merupakan hal yang sangat penting dalam aktivitas pemasaran mereka,
dan menganggap bahwa penggunaan live video seperti facebook five dan periscope harus
lebih ditingkatkan lagi. Setidaknya 63% dari para pemasar tersebut berencana meningkatkan
penggunaan jaringan media sosial mereka, dimana snapchat termasuk dalam rencana
kedepan mereka selain facebook dan youtube karena masih sangat sedikit sekali yang
menggunakannya (5%). Ketika diberi pertanyaan mengenai platform media sosial yang
paling penting digunakan saat ini, 55% pemasar tersebut menjawab facebook, dan diikuti
dengan linkedln sebesar 18%. Namun demikian, sekitar 40% responden menyatakan tidak
mengetahui jika trafik yang dimiliki facebook telah mengalami penurunan selama setahun
terakhir dan lebih dari sepertiga pemasar menyatakan tidak yakin jika pemasaran melalui
facebook merupakan hal yang cukup efektif meskipun mayoritas diantara mereka secara
regular menggunakan iklan di facebook.

22
Survey tersebut mengindikasikan bahwa mayoritas partisipan sangat ingin tahu
taktik sosial terbaik mengingat perubahan yang konstan terjadi dalam berbagai jejaring sosial,
karna saat ini keterlibatan dengan konsumen menjadi keunggulan kompetitif yang terbilang
unik. Selain itu, mayoritas pemasar ingin mempelajari bagaimana mengukur laba yang
mereka dapat dari investasi yang mereka lakukan melalui aktivitas media sosial karna
menemukan konsumen dan perspektif konsumen sendiri merupakan hal yang terus menjadi
perhatian penting bagi mereka. Penelitian tersebut juga secara mengejutkan menemukan
bahwa 86% diantara responden tidak mengetahui media mana yang terbaik untuk
memudahkan tugas mereka.
Pada tahun 1920-an, menurut the Oxford English Dictionary orang mulai
berbicara tentang media masa dan satu generasi. Kemudian pada tahun 1950-an, orang mulai
bicara tentang revolusi komunikasi, namun perhatian terhadap sarana-sarana komunikasi jauh
lebih tua dari pada itu.
Awal mula terbentuknya media sosial terjadi pada tahun 1978 dari penemuan
sistem papan buletin, yang dapat memungkinkan seseorang unuk mengunggah, atau
mengunduh informasi, dapat berkomunikasi dengan menggunakan surat elektronik yang
koneksi internetnya masih terhubung dengan saluran telepon genggam modern. Sistem papan
buletin ini ditemukan oleh Ward Christensen dan Randy Suess yang keduanya adalah sesame
pecinta dunia computer. Perkembangan media sosial media pertama kali dilakukan melalui
pengiriman surat elektronik pertama oleh peneliti ARPA (Advanced Research Project
Agency) pada tahun 1971. 1995 adalah kelahiran situs GeoCities, situs ini melayani Web
Hosting yaitu layanan penyewaan penyimpanan data website agar halaman website tersebut
bisa di akses dari mana saja, dan kemunculan GeoCities ini menjadi tonggak dari berdirinya
website-website lain.
Tahun 1997 muncul situs jejaring sosial pertama yaitu Sixdegree.com
walaupun sebenernya pada tahun 1995 terdapat situs Classmates.com yang juga merupakan
situs jejaring sosial umum, Sixdegree.com di anggap lebih menawarkan sebuah situs jejaring
sosial di banding classmates.com.
Tahun 1999 Muncul situs untuk membuat blog pribadi, yaitu blogger. Situs ini
menawarkan penggunanya untuk bisa membuat halaman situsnya sendiri. Sehingga pengguna
dari Blogger ini bisa memmuat hal tentang apapun. Termasuk hal pribadi ataupun untuk
mengkritisi pemerintah. Bisa di katakana blogger ini menjadi tonggak berkembangnya
sebuah media sosial. Perkembangan media sosial di Indonesia berangkat dari dari masuknya
internet ke Indonesia yaitu pada tahun 1990 an, saat itu jaringan internet di Indonesia lebih
dikenal sebagai paguyuban network, di mana semangat kerja sama, kekeluargaan dan gotong
royong sangat hangat dan terasa di antara para pelakunya.
Dalam waktu singkat bermunculan situs sosial interaktif lain menyusul
Friendster. Seakan Friendster tidak dibiarkan eksis sendirian dalam jangka waktu lama,
karena sejak 2003 terus bermunculan berbagai medsos dengan seabrek keunggulan, keunikan,
karakteristik dan segmentasi yang beragam. LinkedIn yang lahir tahun 2003, muncul semata-
mata tidak hanya untuk bersosialisasi saja. Situs ini juga bermanfaat untuk mengenai
pekerjaan atau mencari pekerjaan, sehingga fungsi medsos makin berkembang.
Sebuah layanan jejaring sosial biasanya terdiri atas representasi setiap
penggunanya dalam wujud profil, aktivitas, relasi sosial, dan sejumlah layanan tambahan.
Layanan itu biasanya berbasis web dan penggunanya berinteraksi melalui internet, seperti
pesan instan, surat elektronik dan mengunduh foto, gambar atau video.

23
Pada tahun 2004 Facebook lahir. Situs jejaring sosial ini sampai kini masuk
dalam jajaran lima besar yang paling dikenal karena memiliki banyak anggota. Memasuki
tahun 2006, penggunaan Friendster dan MySpace mulai tergeser dengan adanya Facebook.
Situs ini dengan corak tampilan yang lebih modern memungkinkan orang untuk berkenalan
dan mengakses informasi seluas-luasnya.
Tahun 2006 Twitter lahir. Kemunculan Twitter menambah jumlah situs sosial
bagi kaum muda. Pengguna Twitter hanya bisa meng-update status yang bernama tweet atau
kicauan, dan dibatasi hanya 140 karakter saja. Twitter menggunakan sistem mengikuti-tidak
mengikuti (followunfollow), di mana seseorang dapat melihat status terbaru dari orang yang
diikuti (follow).
2. Pandangan Islam Tentang Teknologi Dan Pemanfaatan Media Sosial
Saat ini teknologi merupakan hal yg sangat melekat dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam Islam sendiri tidak pernah mengekang umatnya untuk maju dan modern, justru
Islam sangat mendukung kemajuan umatnya untuk melakukan penelitian dan bereksperimen
dalam bidang apapun termasukdalam bidang teknologi. Selain banyak memuat tentang
pentingnya pengembangan sains,  Al-Quran juga dapat dijadikan sebagai inspirasi ilmu dan
pengembangan wawasan berpikir, sehingga mampu menciptakan sesuatu yang baru dalam
kehidupan. Hanya saja, untuk menemukan hal tersebut, dibutuhkan kemampuan untuk
menggalinya secara lebih mendalam agar potensi alamiah yang diberikan Tuhan dapat
memberikan kemaslahatan sepenuhnya bagi keselarasan alam dan manusia.
Salah satu manfaat internet yang paling dicari dan diminati oleh semua orang
dari berbagai kalangan adalah sebagai media hiburan. Internet menyediakan beragam
kategori hiburan untuk berbagai usia, mulai dari anak-anak, remaja hingga dewasa. Bebasnya
hiburan melalui internet ini membuat para penggunanya dianjurkan untuk bijak dalam
aksesnya. Cara mengakses internet pun sekarang juga mudah, hampir di semua tempat
menyediakan akses WIFI dan banyak perusahaan provider internet menawarkan paket data
dengan harga yang relatif murah. Kita juga bisa menggunakan smartphone untuk mengakses
internet di manapun dan kapanpun. Saat ini aktivitas internet yang paling banyak dilakukan
adalah media sosial. Islam sebagai agama yang menuntun umatnya untuk selalu
mengutamakan berbuat baik dalam setiap sisi kehidupan memiliki batasan-batasan bagi
umatnya dalam menggunakan media sosial secara bijak. Islam mendukung dengan tetap
memperhatikan etika yang mengawal moral dan akhlak pada jalur yang benar.
Adapun Adab-adab bermedia sosial dalam islam antara lain :
1. Meluruskan Niat

Dalam islam, niat merupakan hal paling pokok sehingga perbuatan yang baik,
termasuk ibadah bisa menjadi buruk dan berbuah dosa. Apalagi jika berniat dan berbuat
buruk. Rasulullah SAW bersabda:
ْ ‫ورسُوْ لِ ِه و َم ْن َكان‬
‫َت‬ َ ِ‫َت ِهجْ َرتُهُ إلى هللاِ و َرسُولِ ِه ف ِهجْ َرتُهُ إلى هللا‬ ْ ‫ت وِإنَّما لِ ُك ِّل امري ٍء ما ن ََوى فَ َم ْن َكان‬
ِ ‫إنَّ َما األع َمال بالنِّيَّا‬
‫ص ْيبُها أو امرأ ٍة يَ ْن ِك ُحهَا ف ِهجْ َرتُهُ إلى ما هَا َج َر إلي ِه‬ِ ُ‫ِهجْ َرتُهُ لِ ُد ْنيَا ي‬
“Sesungguhnya segala perbuatan bergantung pada niatnya. Dan setiap orang akan
memperoleh apa yang diniatkannya. Siapa saja yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-nya,
maka hijrahnya itu dinilai karena Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena
menginginkan dunia atau karena perempuan yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu
sampai pada apa yang diniatkannya itu.” (H.R. Bukhari)

24
Berkaca pada hadis tersebut, maka sudah seharusnya setiap orang meluruskan niatnya
dalam menggunakan medsos. Apa sesungguhnya yang dicari dan ingin didapat dari medsos.
Terkait dengan hal ini tentu orang yang bersangkutan dan persaksian Allah SWT saja yang
dapat mengetahuinya. Orang lain dapat saja menangkap kesan baik dari seseorang
menyangkut setiap kata-kata, gambar, maupun video yang diunggahnya, tetapi terselip saja
maksud riya di dalamnya, maka akan merusak keseluruhan perbuatannya itu.

2. Menyebarkan Kebaikan dan Mencegah Keburukan

Menjadi seorang Muslim sesungguhnya banyak keuntungannya, tetapi tidak sedikit


pula tanggung jawabnya. Dalam Q.S. Ali Imran [3]: 110, Allah SWT menyebutkan
bahwa kaum Muslim adalah umat terbaik, disebutkan:

ِ ‫اس تَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬


ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َوتُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ ۗ َولَوْ آ َمنَ َأ ْه ُل ْال ِكتَا‬
ۚ ‫ب لَ َكانَ خَ ْيرًا لَهُ ْم‬ ْ ‫ُك ْنتُ ْم َخ ْي َر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
َ‫ِم ْنهُ ُم ْال ُمْؤ ِمنُونَ َوَأ ْكثَ ُرهُ ُم الفَا ِسقون‬
ُ ْ

“Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab
beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran [3]: 110)

Pada ayat tersebut jelas sekali disebutkan bahwa syarat menjadi umat terbaik adalah
jika memenuhi tiga hal: menyuruh pada kebaikan, mencegah keburukan, dan keduanya
dilandasi atas dasar keimanan kepada Allah SWT. Ketiga tuntutan ini harus dipraktikkan oleh
setiap Muslim dalam beraktivitas di media sosial, jika memang ingin masuk ke dalam
kategori sebagai umat terbaik.

Dengan kata lain, media sosial  harus diupayakan sebisa mungkin sebagai sarana
pengumpul pahala, baik dengan cara menjalin silaturahmi, lebih-lebih lagi menggunakannya
sebagai sarana berdakwah untuk mengajak orang pada kebaikan. Untuk itu hindari
penggunaan media sosial untuk menebar permusuhan, menjelekkan orang lain, menularkan
kedengkian, menebar fitnah, atau digunakan sebagai kegiatan stalking terhadap orang lain,
terutama yang bukan mahram.
3. Tidak Menghina dan Mengumbar Kebencian
Serangan untuk menjelek-jelekan di media sosial atau menghina individu, kelompok,
bahkan agama tidak pernah sepi. Hal ini bisa disalurkan lewat gambar meme, video, dan
sebagainya. Seorang Muslim harus menjadi duta Islam yang baik menyikapinya. Alangkah
baiknya dipikir masak-masak sebelum me-retweet, meng-share, atau berkomentar mengenai
sesuatu yang berpotensi menjadi polemik dan menebar kebencian.
Ajaran Islam menuntut seseorang untuk selektif dan teliti dalam menerima berita atau
kabar, serta tidak mudah percaya begitu saja sebelum mengetahui kebenarannya. Hal ini
ditegaskan di dalam Al-Qur’an  Surat Al-Hujurat [49]: 6:

َ‫ص ْيبُوْ ا قَوْ ًم ۢا بِ َجهَالَ ٍة فَتُصْ بِحُوْ ا ع َٰلى َما فَ َع ْلتُ ْم ٰن ِد ِم ْين‬ ٌ ۢ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ ْن َج ۤا َء ُك ْم فَا ِس‬
ِ ُ‫ق بِنَبَا ٍ فَتَبَيَّنُ ْٓوا اَ ْن ت‬

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu
itu.” (Q.S. Al-Hujurat [49]: 6)

Ketelitian dan kehati-hatian harus menjadi etos setiap Muslim dalam beraktivitas di
media sosial. Hal ini mengingat sering kali banyak jebakan yang siap merangkap, misalnya

25
dengan meyakini sesuatu sebagai kebenaran sebelum mengetahui duduk perkara sebenarnya,
dan menyebarkannya secara viral. Jika ternyata berita atau kabar tersebut tidak valid tentu
akan semakin memperkeruh keadaan.

4. Memanfaatkan Waktu Sebaik Mungkin

Aktivitas apa pun yang bersifat ketergantungan dan berlebihan tidak baik. Apalagi
jika waktu yang kita habiskan untuk bersosial media ini membuat kita jadi lupa beribadah.
Rasulullah SAW selalu mengajarkan kepada umatnya agar sebaik mungkin menggunakan
waktu. Sebab “waktu” sering kali diabaikan sebagai sesuatu yang berharga, kecuali manakala
telah habis atau hilang kesempatan. Beliau mengatakan: “Ada dua keuntungan yang banyak
orang mengabaikannya, kecuali jika sudah tiada: kesehatan dan waktu luang.” (H.R.
Bukhari).

26
BAB III
A. Simpulan
Seiring berjalannya waktu, alat komunikasi semakin berkembang dan maju. Di
era digital saat ini media sosial semakin marak di kalangan masyarakat khususnya di
kalangan para remaja. Adanya media sosial, untuk memudahkan komunikasi jarak
jauh, pemerintah sendiri sudah mengatur pengguna media sosial dalam pasal 27 ayat 3
UU ITE (undang-undang informasi dan transaksi elektronik) yang mengatur tentang
informasi dan transaksi elektronik dan pengaturan mengenai perbuatan yang dilarang.
Namun, para remaja banyak yang menyimpang dalam menggunakan media sosial.
Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya ada istilah cyber-bullying yaitu
tindakan membully orang lain atau sekelompok di media sosial, menyebarkan gosip
atau fitnah mencemarkan nama baik orang, bahkan hilangnya akhlak remaja kepada
orang yang lebih tua maupun yang lebih muda, di karenakan pergaulan yang salah
dalam bermedia sosial.
Dari hasil analisis diatas, maka dapat disimpulkan bahwa remaja yang
memiliki konsep diri yang rendah tentu mereka memiliki ketidakpuasan terhadap
dirinya, sehingga hal itu akan mempengaruhi cara pandang dirinya terhadap hal-hal
yang mereka lihat atau baca di media sosial, karena ketidakpuasan diri inilah yang
menyebabkan remaja melampiaskannya di media sosial dengan memberikan respon
yang negatif
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka saran yang dapat diberikan antara lain :
1. Untuk Remaja
Bagi remaja harus mengembangkan konsep diri yang positif untuk bisa
mengurangi kecenderungan dalam menggunakan media sosial agar tidak terjadi
kecanduan dalam menggunakan gadget atau alat komunikasi, yaitu dengan cara
menjaga hubungan baik dengan lingkungan sekitar dan menerima keadaan dengan
baik.
2. Untuk Orang Tua
Bagi orang tua harus lebih memerhatikan lagi anak-anaknya dalam
mengoperasikan gadget atau alat komunikasi. Tidak hanya itu, orang tua juga harus
mengembangkan konsep diri anak melalui keterbukaan dan menjaga komunikasi
sehingga mampu membangun konsep diri untuk tidak melakukan agresi verbal di
media sosial.

27
28

Anda mungkin juga menyukai