Anda di halaman 1dari 49

i

BAB III
PELAKSANAAN RENCANA TINDAK LANJUT

A. Pelaksanaan Rencana Tindak Kepemimpinan


Berdasarkan rapor mutu PMP (Penjaminan Mutu Pendidikan) tahun 2017
SD Negeri 6 Penyaringan untuk 4 SNP khususnya (Standar Isi, Standar Proses,
Standar Penilaian dan Standar Kompetensi Lulusan, maka nilai yang termasuk
rendah dari keempat standar tersebut adalah standar proses dengan nilai capaian
4,86 yang termasuk kategori capaian menuju SNP 3. Memperhatikan indikator
setandar proses dalam rapor mutu PMP salah satu yang mendapat nilai tergolong
rendah adalah pada sekolah merencanakan proses pembelajaran sesuai ketentuan.
Terkait dengan standar proses terutama tentang rencana pelaksanaan
pembelajaran, pada kegiatan on the job learning (OJL) judul yang dituangkan
penulis dalam Rencana Tindak Kepemimpinan (RTK) adalah “Upaya Meningkatkan
Kemampuan Guru dalam Penyusunan RPP melalui In House Training (IHT) di
SD Negeri 6 Penyaringan”.
Melalui kegiatan RTK ini calom kepala sekolah bertujuan untuk untuk
meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah dalam Kompetensi Kepribadian,
Kewirausahaan dan Sosial. Melalui kegiatan RTK ini diharapkan mampu
meningkatkan kinerja SD Negeri 6 Penyaringan khususnya Standar Proses dalam
penyusunan RPP.
Indikator keberhasilan dalam kegiatan RTK ini calon kepala sekolah
menargetkan tercapainya peningkatan kompetensi calon kepala sekolah dalam
kompetensi kepribadian, kewirausahaan dan sosial dengan kategori minimal baik.
Dan untuk peningkatkan kinerja sekolah SD Negeri 6 Penyaringan khususnya
setandar peroses dalam penyusunan RPP CKS menargetkan mencapai kategori
minimal Baik.
Adapun kriteria yang dijadikan acuan dalam monitoring dan evaluasi ini
seperti tabel di bawah ini :

1
Tabel 3.1 : Keriteria Penilaian
Kriteria Penilaian
Angka Huruf Keterangan
86 % – 100% A Sangat Baik
71% – 85% B Baik
55% – 70% C Cukup
< 55% D Kurang
Program tindakan untuk meningkatkan SNP khususnya standar proses
yang perlu ditingkatkan adalah dalam penyusunan RPP melalui program In House
Training (IHT). IHT dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian
kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru tidak harus
dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memiliki
kompetensi kepada guru lain yang belum memiliki kompetensi. Dengan strategi
ini diharapkan dapat lebih menghemat waktu dan biaya.

A. Pelaksanaan Rencana Tindak Lanjut (RTL)


1. Siklus I
a. Persiapan
Diawali dengan berkoordinasi dengan kepala sekolah mengenai
pentingnya RPP oleh semua guru sebagai pedoman dalam kegiatan proses belajar
mengajar. Salah satunya Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menyusun RPP
Melalui IHT yang diselenggarakan di sekolah. Hasil diskusi dengan kepala
sekolah memutuskan bahwa dalam kegiatan IHT CKS di tunjuk sebagai
narasumber dan memberikan sosialisasi program IHT kepada warga sekolah.
Selanjutnya CKS menyusun program perencanaan tindakan, daftar hadir,
menyiapkan materi-materi dan referensi menyusun RPP, Menyusun instrumen
monitoring kegiatan, Menyusun instrumen evaluasi CKS mengacu pada indikator-
indikator yang hendak dicapai oleh CKS, dan menyusun instrumen evaluasi
Sasaran (Guru) mengacu pada indikator-indikator yang hendak dicapai oleh
Sasaran (Guru).

b. Pelaksanaan

2
Kegiatan IHT dilaksanakan pada hari Selasa, 12 Juni 2018. Adapun
kegiatan yang telah dilakukan penulis antara lain : Menjadi narasumber sekolah
dengan sepenuh hati, pada siklus pertama dilaksanakan satu kali pertemuan
dengan materi kebijakan pemerintah tentang perubahan kurikulum 2013.
Penyusunan RPP dan cara mengolah penilaian belajar siswa yang diikuti 5 orang
guru . Memfasilitasi perancangan RPP , mengadakan perbaikan dan penguatan
membuat RPP. Memberikan kesempatan kepada guru untuk membuat RPP secara
kreatif dan inovatif, kemudian dilanjutkan dengan menyusun perangkat
pembelajaran oleh guru.

c. Monitoring dan Evaluasi


Pada tahap monitoring dan evaluasi ini CKS melakukan 3 jenis monev
dan menganalis hasil monev sebagai berikut :
1) Monitoring kegiatan RTK
Berdasarkan hasil monitoring keterlaksanaan RTK yang diperoleh dari
pengisian Instrumen Monitoring keterlaksanaan program RTK siklus I yang
dianalisis dari kegiatan persiapan, pelaksanaan, monev dan refleksi. Monitoring
ini di nilai oleh kepala sekolah dan semua peserta IHT, secara rinci hasil analisis
monitoring di paparkan dalam tabel di bawah ini

Tabel 3.2: Hasil Monitoring Keterlaksanaan Program RTK Siklus II

3
Dari hasil monitoring tersebut dapat diketahui bahwa secara umum
keterlaksanaan program RTK sudak terlaksana dengan baik dapat di lihat dari skor
rata-rata di peroleh 83,33% yang tergolong kategori baik. Namun CKS masih
merasa perlu meningkatkan lagi keterlaksanaan program RTK tersebut kareana
pada kegiatan pelaksanaan nilai masih belum memuaskan maka perlu di
tingkatkan lagi pada pelaksanaan siklus II
2) Evaluasi kompetensi CKS
Berdasar hasil evaluasi kompetensi CKS, pada dimensi kompetensi
kepribadian, kompetensi kewirausahaan dan kompetensi sosial calon kepala
sekolah dan deskripsikan hasil pelaksanaan evaluasi secara kualitatif dan
kuantitatif dari kegiatan evaluasi berdasarkan instrumen yang telah diedarkan
kepada kepala sekolah dan peserta sesuai dengan indikator pada kompetensi
kepribadian, kompetensi kewirausahaan dan kompetensi sosial yang telah
disiapkan oleh CKS. Secara rinci hasil evalasi kompetensi CKS di paparkan
dalam tabel di bawah ini
Tabel 3.3: Evaluasi Peningkatan Kompetensi CKS Siklus I

Dari hasil evaluasi kompetensi CKS pada aspek kepribadian, sosial dan
kewirausahaan secara umun sudah mencapai kategori baik dengan skor 74,40%.
Namun persentase pada aspek kompetensi sosial masih tergolong rendah dengan
persentase perolehan 51,39%. Maka perlu peningkatan kompetensi dengan
melanjutkan pada program kegiatan RTK Siklus II.
3) Evaluasi kompetensi guru dalam menyusun RPP

4
Berdasar hasil evaluasi kompetensi guru dalam menyusun RPP, hasil
evaluasi untuk peserta dinilai secara kualitatif dan kuantitatif berdasarkan
instrumen yang telah diedarkan. Penjelasan hasil evaluasi memunculkan
ketercapaian kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi dalam
menyusun RPP, yang di evaluasi oleh CKS. Hasil evalusi secara rinci di paparkan
dalam tabel dibawah ini
Tabel 3.4: Hasil Evaluasi Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP Siklus I

Keterangan : a. identitas mapel, b. indikator, c. tujuan, d. materi, e. metode, f.


media, g. sumberbelajar, h. sekenario, i. penilaian.

Berdasarkan hasil evaluasi kompetensi guru dalam menyusun RPP secara


umum peserta memperoleh rata-rata 71,81 dan tergolong kategori baik. Namun
dari 5 peserta terdapat 3 peserta yang memperoleh kategori cukup baik dan periu
pembimbingan lebih untuk meningkatkan kompetensinya pada siklus II. Dilihat
dari rata-rata persentase nilai masing-masing komponen ada beberapa komponen
yang perlu di tingkatkan pada siklus II yaitu pada komponen metode
pembelajaran, pemilihan media beiajar, pemilihan sumber belajar, sekenario
pembelajaran, dan penilaian

d. Refleksi
Dalam kegiatan refleksi ini CKS mencermati hasil monev secara kualitatif
dan kuantitatif terhadap pencapaian indikator program kegiatan RTK, dan
memetakan komponen atau indikator yang lemah dan yang berdasarkan hasil
monev serta merencanakan tindak lanjut terhadap komponen atau indikator yang
masih lemah untuk dilaksanakan pada kegiatan RTK pada Siklus kedua.

5
Berdasar hasil monev yang telah dilakukan pada siklus I dapat di temukan
beberapa kelemahan dan rencana tindak lanjutnya sabagai berikut:
1) Keterlaksanaan kegiatan RTK sudah memperoleh sekor 83,33% dengan
kategori baik, namun masih ada nilai yang dirasa belum tercapai maksimal
yaitu pada kegiatan pelaksanaan dengan persentase 76,67%. Maka untuk
meningkatkan direncanakan lebih maksimal dalam proses pelaksanaan
kegiatan pada siklus selanjutnya.
2) Kompetensi CKS pada aspek kepribadian, sosial dan kewirausahaan secara
umuu sudah mencapai kategori baik dengan skor 74,40%. Namun
persentase pada aspek kompetensi sosial masih tergolong rendah dengan
persentase 51,39%. Maka perlu peningkatan kompetensi sosial dengan
melanjutkan pada program kegiatan RTK Siklus II.
3) kompetensi guru dalam menyusun RPP secara umum peserta memperoleh
rata-rata 71,81 dan tergolong kategori baik. Namun dari 5 peserta terdapat 3
peserta yang memperoleh kategori cukup baik dan perlu pembimbingan
lebih untuk meningkatkan kompetensinya pada siklus II. Dilihat dari rata-
rata persentase nilai masing-masing komponen ada beberapa komponen
yang perlu di tingkatkan pada siklus II yaitu pada komponen metode
pembelajaran, pemilihan media belajar, pemilihan sumber belajar,
sekenario pembelajaran, dan penilaian

2. Siklus II
Berikut akan dipaparkan langkah-langkah pelaksanaan Rencana Tindak
Kepemimpinan (RTK) siklus 2 sebagai tindak lanjut siklus sebelumnya :

a. Persiapan
Merenungi dan mengamati setiap tahapan yang telah dilaksanakan dalam
pembuatan RPP siklus I. Bersama guru dan kepala sekolah untuk
menyempurnakan, mendiskusikan dengan guru mengenai hal-hal yang harus
ditingkatkan dalam kegiatan meningkatkan guru dalam menyusun RPP melalui
IHT di sekolah.

6
Hasil diskusi dengan rekan guru, dan kepada kepala sekolah maka di
putuskan untuk melanjutkan kegiatan IHT siklus II sehingga guru sasaran dapat
meningkatkan kompetensinya dalam menyusun RPP.

b. Pelaksanaan
Tahap Pelaksanaan Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, 13 Juni 2018
dalam satu kali pertemuan dengan memperhatikan hasil refleksi siklus I dengan
berusaha meningkatkan indikator pada kompetensi yang lemah berdasarkan hasil
monev siklus pertama yaitu kompetensi sosial. Maka dalam pelaksanaan ini CKS
lebih meningkatkan dan mengembangkan ketrampilan sosial. Selain itu diketahui
juga dalam menyusun RPP guru sasaran lemah dalam menyusun metode
pembelajaran, pemilihan media belajar, pemilihan sumber belajar, sekenario
pembelajaran, dan penilaian.
Pada siklus II ini CKS melakukan perbaikan dengan membantu guru yang
mengalami kendala pada siklus 1, yaitu membantu menentukan metode
pembelajaran dan menentukan kegiatan pembelajaran, dengan mencari referensi
di internet macam-macam metode pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang
sesuai dengan kurikulum 2013. Memfasilitasi dan apersepsi pentingnya
penyusunan RPP dalam setiap mata pelajaran. Memberikan kesempatan kepada
guru untuk membuat RPP dari hasil revisi kurikulum 2013 kreatif dan inovatif.
Memberikan pendampingan kepada guru-guru.

c. Monitoring dan Evaluasi


Pada tahap monitoring dan evaluasi ini CKS melakukan 3 jenis monev
dan menganalisi hasil monev sebagai berikut :
1) Monitoring Kegiatan RTK
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari pengisian Instrumen
Monitoring keterlaksanaan program RTK siklus II yang dianalisi dari kegiatan
persiapan, pelaksanaan, monev dan refleksi. Monitoring ini di nilai oleh kepala
sekolah dan semua peserta IHT secara rinci penulis paparkan dalam tabel dibawah
ini.

7
Tabel 3.5: Hasil Monitoring Keterlaksanaan Program RTK Siklus II

Dari hasil monitoring tersebut dapat di ketahui bahwa secara umum


keterlaksanaan program RTK Siklus II sudah terlaksana dengan amat baik dapat
di lihat dari skor rata-rata mengalami peningkatan dari siklus I 83,33% dan pada
siklus II 87,18% yang tergolong kategori Amat baik.

2) Evaluasi Kompetensi CKS


Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari pengisian Instrumen
Evaluasi peningkatan kompetensi calon kepala sekolah pada siklus II yang di
analisi dari aspek kepribadian, sosial dan kewirausahaan. Evaluasi ini dinilai oleh
kepala sekolah dan semua peserta IHT secara rinci penulis paparkan dalam tabel
di bawah ini.
Tabel 3.6: Evaluasi Peningkatan Kompetensi CKS Siklus II

8
Dari hasil evaluasi kompetensi CKS pada aspek kepribadian, sosial dan
kewirausahaan secara umun sudah mengalami peningkatan dari siklus I dengan
skor 74,40% meningkat menjadi 83,63% pada siklus II yang termasuk dalam
kategori Baik. Pada siklus II ini sempua kompetensu dah termasuk kategori baik.
3) Evaluasi Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP
Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari pengisian Instrumen
Evaluasi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP pada siklus II yang
di nilai dari komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan dinilai oleh
CKS secara rinci penulis paparkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 3.7 : Hasil Evaluasi Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP Siklus II

Keterangan : a. identitas mapel, b. indikator, c. tujuan, d. materi, e. metode, f.


media, g. sumberbelajar, h. sekenario, i. penilaian.

Berdasarkan hasil evaluasi kompetensi guru dalam menyusun RPP pada


siklus II secara umum telah menggali peningkatan dari skor rata-rata 71,81
meningkat menjadi 86.75 dengan kategori amat baik. Dengan semua peserta
memperoleh skor yang termasuk kategori baik maka siklus kegitan RTK ini dapat
dikatakan telah berhasil meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP.

d. Refleksi
Dalam kegiatan refleksi ini CKS mencermati hasil monev secara kualitatif
dan kuantitatif terhadap pencapaian indikator program kegiatan RTK, dan
mencermati hasil pada setiap komponen yang sekornya lemah. Serta memberikan

9
tindak lanjut untuk dilaksanakan dalam pelaksanaan tugas sekolah. Adapun hasil
refleksi berdasarkan hasil monev dapat diketahui beberapa hal yaitu :
1) Keterlaksanaan program RTK Siklus II sudah terlaksana dengan amat baik
dapat di lihat dari skor rata-rata mengalami peningkatan dari siklus I 83,33%
dan pada siklus II 87,18% yang tergolong kategori amat baik. Maka dapat
dikatakan keterlaksanaan kegitan RTK berhasil.
2) Kompetensi CKS pada aspek kepribadian, sosial dan kewirausahaan secara
umum sudah mengalami peningkatan dari siklus I dengan skor 74,40%
meningkat menjadi 83,63% pada siklus II yang termasuk dalam kategori
Baik. Pada siklus II ini semua kompetensi dah termasuk kategori baik. Maka
dari itu peningkatan kompetensi CKS sudah berhasil. Peningkatan
kompetensi CKS dapat dilihat dalam grafik berikut ini.

Peningkatan Kompetensi CKS pada


Siklus I dan Siklus II
100
90
80 88.19
82.64 83.33
70 75 78.33
60
50
51.39
40
30
20
10
0
Kepribadian Sosial Kewirausahaan

Kompetensi CKS Siklus I Kompetensi CKS Siklus II

Grafik 3.1 Peningkatan Kompetensi CKS dari Siklus I dan Siklus II


3) Kompetensi guru dalam menyusun RPP pada siklus II secara umum telah
menggali peningkatan dari skor rata-rata 71,81 meningkat menjadi 86.75
dengan kategori amat baik. Dengan semua peserta memperoleh skor yang
termasuk kategori baik maka siklus kegiatan RTK ini dapat dikatakan telah
berhasil meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP. Peningkatan
kompetensi guru dalam menyusun RPP dapat di lihat dalam grafik di bawah
ini.

10
Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP
100.00
90.00 92.77 89.76 86.75
80.00 83.73
79.52 80.72
70.00
72.29 70.48 69.28
60.00 67.47
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Pande Paf Ni Luh Dian Ni Kadek Ni Luh Putu I Made Dwi
Rusdyana, Verastuti, Chandra Indrawati, Rai Susila,
S.Pd S.Pd Pratiwi, S.Pd S.Pd.H S.Pd

Siklus I Siklus II

Grafik 3.2 Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyusun RPP


dari Siklus I dan Siklus II

B. Supervisi Guru Junior


Salah satu tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik
membantu guru dalam mengembangkan kemampuan pengelola pembelajaran.
Supervisi akademik merupakan kegiatan terencana, terpola dalam terprogram,
merubah prilaku guru, menigaktakan kualitas pendidikan. Supervisi akademik
dilakukan calon kepala sekolah antara lain :
a. Membimbing guru memilih menggunakan strategi/metoda/teknik dapat
mengembangkan berbagai potensi.
b. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
bimbingan di kelas.
c. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan
menggunakan fasilitas pembelajaran.
d. Memotifasi guru untuk melaksanakan pembelajaran dengan terperinci
dan terarah.
Sasaran utama supervisi akademik adalah kemapuan guru dalam
merencanakan kegiatan pembelajaran. Menciptakan lingkungan pembelajaran
yang menyenangkan, memanfaatkan sumber pembelajaran yang ada.

11
Tujuan supervisi guru junior bagi calon kepala sekolah : Mengembangkan
kompetensi akademik, Melatih kemampuan melaksanakan supervisi, Melatih
kemampuan mengidentifikasi permasalahan guru junior, dalam rangka
meningkatkan mutu proses hasil pembelajaran, Membantu guru dalam
mengambangkan kompetensi guru meningkatkan kualitas pembelajaran, dan
Membantu guru junior mengembangkan kurikulum silabus dan RPP.
Hasil yang diharapkan dari supervisi guru juior: Mampu mengembangkan
kompetensi perencanaan supervisi, Melaksanakan supervisi akademik, Mampu
melaksanakan tindak lanjut dalam rangka menigkatkan hasil pembelajaran.

B.1 Pelaksanaan Supervisi Pertama


a. Perencanaan
Sebelum melaksanakan kegiatan observasi guru junior, calon kepala
sekolah melakukan hal-hal berikut :
a. Meningkatkan pengetahuan supervisi akademik; dengan membaca modul
tentang supervisi akademik.
b. Melakukan wawancara dengan kepala sekolah tentang supervisi akademik.
c. Menyusun program, membuat jadwal, membuat instrumen perencanaan
kegiatan pembelajaran, instrumen observasi kelas, daftar pernyataan
setelah observasi, dan instrumen tindak lanjut supervisi akademik.
Penulis memutuskan guru junior yang akan disupervisi adalah : Pande
Paf Rusdyana, S.Pd mengajar di kelas IV (empat).

b. Pelaksanaan
Kegiatan supervisi akademik meliputi tiga tahapan kegiatan yaitu :
1). Pra observasi dalam tahapan ini guru diberitahu dan dinyatakan
kesiapannya untuk disupervisi oleh kepala sekolah atau guru senior, setelah ada
kesepakatan jadwal, guru diminta untuk mengisi format pra observasi yang harus
diisi, dan memberikan RPP yang akan digunakan pada saat disupervisi.
Supervisor dalam hal ini kepala sekolah atau guru senior menelaah RPP yang
telah diberikan oleh guru yang akan disupervisi.

12
2). Observasi, sesuai dengan jadwal yang telah disepakati kegiatan
supervisipun dilakukan untuk kegiatan pelaporan On the Job Learning (OJL)
calon kepala sekolah hanya memaparkan observasi terhadap 1 (satu) orang guru
junior saja yaitu : Pande Paf Rusdyana, S.Pd guru kelas VI disupervisi pada hari
Senin,14 Mei 2018, tema 9 Kayanya Negeriku, sub tema 3 Pelestarian Kekayaan
Sumber Daya Alam di Indonesia, muatan terpadu IPA dan Bahasa Indonesia
Berikut ini adalah deskripsi kegiatan pembelajaran Pendahuluan
pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam dan berdoa sebelum
pembelajaran dimulai, lalu guru mengabsen kehadiran siswa, memberikan
apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan inti menyampaikan
informasi yang akan dipelajari. Kemudian peserta didik diminta untuk mengolah
dan menganalisis hasil gambar pengamatan untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan, siswa membentuk kelompok diskusi, siswa membuat bacaan sesuai
dengan tema yang telah ditentukan. Mempersentasikan hasil percobaan dan
pengamatan. Kegiatan penutup diakhiri dengan menyimpulakan materi yang
telah disampaikan.
3). Pasca observasi, setelah observasi dilakukan kegiatan refleksi secara
singkat dengan guru junior dengan ditanya bagaimana perasaan/kesan guru junior
tersebut setelah melakukan proses pembelajaran yang diamati oleh calon kepala
sekolah, lalu calon kepala sekolah memberikan pujian terhadap hal-hal yang
sudah baik yang dilakukan oleh guru junior selama proses pembelajaran, setelah
itu guru junior diberi instrumen format 3 (pasca observasi)

c. Tindak Lanjut dan Hasil


Tindak lanjut dan hasil, setelah mengisi instrumen pasca observasi calon
kepala sekolah memperlihatkan hasil penilaian format 1 tentang instrumen
Perencanaan Kegiata Pembelajaran, untuk Pande Paf Rusdyana, S.Pd.
Hasil menunjukan guru junior memperoleh nilai 101. Dimasukan dalam
perhitungan maka perolehannya adalah :
101
X 100 % = 82 % = B (Baik).
123

13
Dalam format 2 instrumen observasi kelas, Pande Paf Rusdyana, S.Pd
memperoleh nilai 32, dimasukan dalam menghitung maka memperolehnya adalah:
32
x 100% = 65.3% = C (Cukup Baik)
49
Untuk observasi kelas calon kepala sekolah menyarankan untuk
mendorong peserta didik untuk menerapkan pendekatan saintifik dan pemanfaatan
sumber dan media pembelajaran, diakhir pembelajaran guru junior tidak lupa
menyampaikan pemberian tugas pada pertemuan berikutnya.
Setelah mengisi format 3 calon kepala sekolah bersama guru junior
mendiskusikan hal-hal yang perlu ditingkatkan untuk perbaikan dalam supervisi
siklus 2 nanti sebagai tindak lanjut. Hasil observasi guru junior siklus 1 adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.8 Hasil Observasi Guru Junior Siklus I
Praobservasi Oservasi
No Nama Guru Junior
Angka Huruf Angka Huruf
1 Pande Paf Rusdyana, S.Pd 82 B 65,3 C

B.2 Pelaksanaan Supervisi Kedua


a. Perencanaan
Mendiskusikan jadwal untuk supervisi berikutnya, kapan kesediaan dari
guru junior tersebut, hasil berdiskusi dengan Pande Paf Rusdyana, S.Pd
menyepakati untuk melakukan sepervisi berikutnya di siklus 2 pada hari Rabu,16
Mei 2018 dengan materi pelajaran tema 9 Kayanya Negeriku sub tema Pelestarian
Kekayaan SDA di Indonesia.
b. Pelaksanaan
1). Pra observasi, sebelumnya guru junior diberi instrumen pra observasi
untuk diisi, baru setelah itu dilakukan observasi untuk guru junior.
2). Observasi, dilaksanakan sebagai berikut : Pande Paf Rusdyana, S.Pd
pada saat observasi proses pembelajaran guru junior terlihat lebih baik dalam
mempersiapkan pembelajaran, baik dari segi penyampaian materi. Pada kegiatan

14
penutup guru junior juga menyampaikan materi dan memberikan tugas untuk
pertemuan berikutnya.
3). Pasca Observasi setelah observasi, seperti halnya pada siklus 1 guru
junior diberi pertanyaan bagaimana perasaan/kesan setelah melakukan proses
pembelajaran tadi yang diamati oleh calon kepala sekolah lalu calon kepala
sekolah memberikan pujian terhadap hal-hal yang sudah baik yang dilakukan guru
junior selama proses pembelajaran, setelah itu guru junior diberi instrumen format
3 (pasca observasi), setelah mengisi instrumen format 3 guru junior diperlihatkan
hasil penilaian format 1 dan format 2.

c. Tindak Lanjut dan Hasil


Hasil penilaian untuk Pande Paf Rusdyana, S.Pd pada siklus 2 untuk
format 1 Instrumen Perencanaan Kegiatan Pembelajaran diperoleh nilai skor 110,
dimasukan dalam perhitungan maka diperoleh :
110
x 100% = 89.4% = B (Baik)
123

Dari pengamatan pada siklus 1 dan siklus 2, untuk guru junior a.n Pande
Paf Rusdyana, S.Pd pada peningkatan untuk perencanaan kegiatan pembelajaran
ini diperlihatkan dengan adanya peningkatan perolehan nilai skor (82%) menjadi
(89.4%), dan untuk kegiatan observasi kelas diperoleh nilai skor 39, dimasukan
dalam perhitungan diperoleh :
39
x 100% = 79.6% = B (Baik)
49
Kesimpulan hasil observasi guru junior siklus 2 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.9 Hasil Observasi Guru Junior Siklus II
Praobservasi Oservasi
No Nama Guru Junior
Angka Hurup Angka Hurup
1 Pande Paf Rusdyana, S.Pd 89.4 B 79.6 B

Dari pengamatan siklus 1 dan siklus 2, untuk guru junior a.n Pande Paf
Rusdyana, S.Pd pada praobservasi kelas ada peningkatan yang signifikan, yaitu

15
dari 82% menjadi 89.4%, dan observasi kelas ada peningkatan yang signifikan,
yaitu dari 65.3% menjadi 79.6%. peningkatan tersebur dapat dilihat dalam grafik
di bawah ini.

Peningkatan Hasil Supervisi


Siklus I dan Siklus II
100
90
80 89.4
82 79.6
70
60 65.3
50
40
30
20
10
0
Praobservasi Observasi

Siklus I Siklus II

Grafik 3.3 Peningkatan Hasil Supervisi Siklus I dan Siklus II

Dari hasil wawancara dengan keduanya terlihat ada kepuasan, walaupun


belum sempurna, bahkan setelah kegiatan ini guru junior lebih antusias agar
program supervisi ini berkesinambungan, dengan supervisi akademik guru junior
merasakan adanya manfaat yang mereka rasakan, a) dalam penyusunan RPP, b)
pelaksanaan proses pembelajaran. Sehingga dapat menigkatan kompetensi
mereka.

C. Penyusunan Perangkat Pembelajaran


Kegiatan penyusunan perangkat pembelajaran berupa rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), instrumen penilaian dan bahan ajar, merupakan bagian dari
upaya peningkatan kompetensi calon kepala sekolah dalam mengembangkan
perangkat pembelajaran karena sebagai pemimpin pembelajaran, seorang kepala
sekolah harus bisa menjadi model/teladan dalam pembelajaran. RPP, instrumen
penilaian dan bahan ajar yang disusun oleh penulis sebagai peserta diklat calon
kepala sekolah sesuai dengan tema kelas V semester 1 tahun pelajaran berjalan
2017/2018 yakni tema 5 (Ekosistem), sub tema 2 (Hubungan antara makhluk
hidup dalam ekosistem) Sesuai dengan jadwal rencana tindak lanjut (RTL),

16
penyusunan perangkat ini sebanyak 1 kali pertemuan, masing-masing 4x35 menit.
Kompetensi yang diambil adalah “ Tema 5 sub tema 2 pembelajaran 1 ”.

C.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu
perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran
adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi
pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. Komponen RPP meurut
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang standar proses terdiri atas:
1. identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan;
2. identitas mata pelajaran atau tema/subtema;
3. kelas/semester;
4. materi pokok;
5. alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD
6. dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang
tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai;
7. tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
8. kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi;
9. materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang
relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
10. indikator ketercapaian kompetensi;
11. metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
12. media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pelajaran;

17
13. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar,
atau sumber belajar lain yang relevan; langkah-langkah pembelajaran
dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan
14. penilaian hasil pembelajaran.
Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas
di mana guru tersebut dalam pengembangan RPP dapat dilakukan pada setiap awal
semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih
dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat
dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok.
Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau secara
bersama-sama melalui KKG di dalam suatu sekolah tertentu difasilitasi dan disupervisi
kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah.
Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara berkelompok
melalui KKG antar sekolah atau antar wilayah dikoordinasikan dan disupervisi
oleh pengawas atau dinas pendidikan.
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai
berikut.
1. RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus
yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses
pembelajaran untuk direalisasikan dalam pembelajaran.
2. RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang dinyatakan dalam
silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik,
minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai,
dan/atau lingkungan peserta didik.
3. Mendorong partisipasi aktif peserta didik sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013
untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti
belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta
didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas,
inisiatif, inspirasi, kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan
kebiasaan belajar.

18
4. Mengembangkan budaya membaca dan menulis. Proses pembelajaran dalam
RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman
beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
5. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. RPP memuat rancangan program
pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian
pembelajaran remedi dilakukan setiap saat setelah suatu ulangan atau ujian
dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat
teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan
peserta didik.
6. Keterkaitan dan keterpaduan. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan
dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP
disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas
mata pelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman budaya.
7. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. RPP disusun dengan
mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara
terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

Berikut ini adalah cara dan langkah-langkah dalam menyusun RPP:


a. Mengkaji Silabus
Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus terdapat 1 KD
sesuai dengan aspek KI (Memahami Perubahan Yang Terjadi di Alam dan
Hubungannya Dengan Penggunaan Sumber Daya Alam). Untuk mencapai 1 KD
tersebut, di dalam silabus dirumuskan kegiatan peserta didik secara umum dalam
pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan peserta didik ini merupakan
rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengolah dan mengkomunikasikan. Kegiatan inilah
yang harus dirinci lebih lanjut di dalam RPP, dalam bentuk langkah-langkah yang
dilakukan guru dalam pembelajaran, yang membuat peserta didik aktif belajar.
Pengkajian terhadap silabus juga meliputi perumusan indikator KD dan
penilaiannya.
b. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran

19
Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD
dengan mempertimbangkan: potensi peserta didik; relevansi dengan karakteristik
daerah, tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual
peserta didik; kebermanfaatan bagi peserta didik; struktur keilmuan; aktualitas,
kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; relevansi dengan kebutuhan
peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan alokasi waktu.
c. Menentukan Tujuan
Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan
untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada indikator, paling tidak
mengandung dua aspek: Audience (peserta didik) dan Behavior (aspek
kemampuan).
d. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik,
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui
penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta
didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta
didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah sebagai berikut.
1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para
pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran
secara profesional.
2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang
dilakukan guru, agar peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti di
silabus.
3) Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario
langkah-langkah guru dalam membuat peserta didik aktif belajar.
Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan: Pendahuluan, Inti, dan
Penutup. Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut menjadi rincian dari

20
kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan
mengkomunikasikan. Untuk pembelajaran yang bertujuan menguasai
prosedur untuk melakukan sesuatu, kegiatan pembelajaran dapat berupa
pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peniruan oleh peserta didik,
pengecekan dan pemberian umpan balik oleh guru, dan pelatihan
lanjutan.

e. Penjabaran Jenis Penilaian


Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian pencapaian
KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada setiap
pembelajaran peserta didik didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian
portofolio merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang
pendidikan dasar dan menengah. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan
untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil
belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,
sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian yaitu sebagai berikut:
1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD
pada KI.
2) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan
bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum,
serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.

21
4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut
berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program remidi bagi
peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan
program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi ketuntasan.
5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus
diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun produk
berupa hasil melakukan observasi lapangan.
f. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu
efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan
jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD.
Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu
rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP.
g. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara
sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

C.2 Bahan Ajar


Bahan ajar memiliki fungsi strategis bagi proses belajar mengajar. Ia dapat
membantu guru dalam kegiatan pembelajaran, sehingga guru tidak terlalu banyak
menyajikan materi. Disamping itu, bahan ajar dapat menggantikan sebagian peran
guru dan mendukung pembelajaran individual. Hal ini akan memberi dampak
positif bagi guru, karena sebagian waktunya dapat dicurahkan untuk membimbing
belajar siswa. Dampak positifnya bagi siswa, dapat mengurangi ketergantungan
pada guru dan membiasakan belajar mandiri.
Bahan ajar adalah berbeda dengan buku teks. Bahan ajar yang baik
dirancang sesuai dengan prinsip-prinsip instruksional. Guru dapat menulis sendiri

22
bahan ajar yang ingin digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Namun, guru juga
dapat memanfaatkan buku teks atau bahan dan informasi lainnya yang sudah ada
di pasaran untuk dikemas kembali atau ditata sedemikian rupa sehingga dapat
menjadi bahan ajar. Bahan ajar biasanya dilengkapi dengan pedoman untuk siswa
dan guru. Pedoman berguna untuk mempermudah siswa dan guru
mempergunakan bahan ajar.
Komponen utama bahan ajar adalah: a) tinjauan materi, b) pendahuluan
setiap bab, c) penutup setiap bab, d)daftar pustaka, dan e) senarai. Setiap
komponen mempunyai sub-sub komponen yang saling berintegrasi satu sama lain.
Susunan komponen-komponen dan sub-sub komponen bahan ajar sama dengan
strategi  pembelajaran yang lazim digunakan guru dalan kegiatan pembelajaran.
Bahan ajar dapat ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan siswa.
Selain ditulis sendiri guru dapat berkolaborasi dengan guru lain untuk menulis
bahan ajar secara kelompok, dengan guru-guru bidang studi sejenis, baik dalam
satu sekolah atau tidak.  Penulisan juga dapat dilakukan bersama pakar, yang
memiliki keahlian di bidang ilmu tertentu. Disamping penguasaan bidang ilmu,
untuk dapat menulis sendiri bahan ajar, diperlukan kemampuan menulis sesuai
dengn prinsip-prinsip instruksional.
Penulisan bahan ajar selalu berlandaskan pada kebutuhan siswa, meliputi
kebutuhan pengetahuan, keterampilan, bimbingan, latihan, dan umpan balik.
Untuk itu dalam  menulis bahan ajar didasarkan: (a) analisis materi pada
kurikulum, (b) renacna atau program pengajaran, dan (c) silabus yang telah
disusun.
Perbedaannya dengan buku teks, tidak hanya terletak pada format, tata
letak, dan perwajahannya, tetapi orientasinya  dan pendekatan yang digunakan.
Buku teks ditulis dengan orientasi pada struktur dan urutan berdasarkan bidang
ilmu untuk digunakan oleh guru. Penggunaannya memerlukan bantuan guru untuk
menerjemahkannya. Perbedaan pokok, antara lain: a) bahan ajar disusun untuk
siswa, b) menjelaskan tujuan, c) strukturnya berdasarkan kebutuhan siswa, c)
fokusnya memberi kesempatan siswa berlatih, d) disusun berdasarkan pola belajar
yang fleksibel, e) mengakomodasi kesulitan belajar, f)  gaya penulisan

23
komunikatif, g) berdasarkan kebutuhan siswa, h) dikemas untuk digunakan dalam
proses instruksional, i) mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan
balik, j) menjelaskan cara mempelajari.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau materi yang disusun secara
sistematis yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar. Bahan tersebut dapat berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis. Menurut Pannen (1995) Bahan ajar adalah bahan
atau materi pelajaran yang disusun secara sisitematis, yang digunakan guru dan
siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar atau materi pembelajaran
(instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi
yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri
dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau
nilai.

C.3 Perangkat Penilaian


a. Ruang Lingkup Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat
digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar
yang telah ditetapkan. Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi,
kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses.
b. Teknik dan Instrumen Penilaian
Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.
1) Penilaian kompetensi sikap
Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi,
penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik dan
jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian

24
antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.
a) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang
berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.
b) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam
konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa
lembar penilaian diri.
c) Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan cara
meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian
kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar
peserta didik.
d) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi
informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta
didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan
Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan
penugasan.
a) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi
pedoman penskoran.
b) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.
c) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau proyek yang
dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik
tugas.
3) Penilaian Kompetensi Keterampilan
Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu
penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi
tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.

25
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale)
yang dilengkapi rubrik.
a) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan
kompetensi.
b) Proyek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan
dalam waktu tertentu.
c) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai
kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat
reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi,
dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya
tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian
peserta didik terhadap lingkungannya.
Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan: Substansi yang
merepresentasikan kompetensi yang dinilai; Konstruksi yang memenuhi
persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan; dan
Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik.

D. Pengkajian 9 Aspek Manajerial


Dalam mengkaji 9 aspek manajerial, sebagai langkah persiapan calon
kepala sekolah menyiapkan beberapa dokumen, 1) Bahan ajar yang calon kepala
sekolah memperoleh berupa modul suatu kegiatan In-Service 1. 2) Untuk mencari
kondisi ideal digunakan atau berpedoman pada Permendiknas/Permendikbud
sesuai dengan aspek kajian manajerial. 3) Kemudian calon kepala sekolah
menyusun instrumen kajian 9 aspek manajerial yang akan dijadikan panduan
mencari informasi dari pemegang jabatan di sekolah, dan 4) Jika informasi dirasa
masih kurang calon kepala sekolah melakukan wawancara dengan para pemegang
jabatan tersebut.

26
Sebelum mengkaji penulis mengumpulkan dokumen terkait, Pada proses
pengkajian penulis membandingkan antara kondisi ideal dan nyata di sekolah
sendiri SD Negeri 6 Penyaringan dan sekolah lain SD Negeri 3 Penyaringan
dengan cara studi dokumentasi, observasi, dan wawancara.

D.1 Rencana Kerja Sekolah


Peraturan menteri pendidikan nasional (permendiknas) nomor 19 tahun
2007 tentang standar pengelolaan pendidikan menyatakan bahwa sekolah harus
membuat rencana kerja sekolah (RKS DAN RKAS) yang terdiri dari rencana
kerja jangka menengah (RKJM) dan rencana kerja tahunan (RKT). RKJM
menggambarkan tujuan sekolah yang akan dicapai dalam kurun waktu empat
tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan
komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan, sedangkan RKT dicapai
dalam kurun waktu satu tahunan. Permendiknas tersebut juga menyatakan bahwa
RKT adalah rencana kerja tahunan yang berdasar pada RKJM dan dinyatakan
dalam rencana kegiatan anggaran sekolah (RKJM DAN RKAS).
Dasar hukum lain yang mendukung penyusunan program kegiatan sekolah
adalah peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan. Pasal 51 peraturan pemerintah ini menyatakan
bahwa satuan pendidikan harus membuat kebijakan tentang perencanaan program
dan pelaksanaannya secara transparan dan akuntabel. Kebijakan pendidikan
sebagaimana dimaksud pasal 51 oleh satuan pendidikan dituangkan dalam: a)
rencana kerja tahunan satuan pendidikan, b) anggaran pendapatan dan belanja
tahunan satuan pendidikan, dan c) peraturan satuan atau program pendidikan.
Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami cara
penyusunan rencana kerja sekolah baik rencana kerja jangka menengah ataupun
jangka pendek (tahunan). Mengkaji RKS/RKAS sekolah tempat magang pada
kegiatan on the job learning (OJL) bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah
mengembangkan dimensi kompetensi manajerial khususnya kompetensi: 1)
menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan, dan 2)

27
mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel,
transparan, dan efisien.
Berdasarkan hasil pengisian instrumen kajian RKS/RKJM, wawancara
dengan kepala sekolah dan matriks kajian RKJM DAN RKAS, berikut kami
sajikan deskripsi hasil kajian RKS/RKJM sekolah magang 1 SD Negeri 6
Penyaringan tempat penulis bertugas, dan sekolah magang 2 SD Negeri 3
Penyaringan.
a. SD Negeri 6 Penyaringan
Hasil kajian manajerial dan analisi kesenjangan kondisi ideal dan kondisi
saat ini dalam aspek Rencana Kerja Sekolah (RKS) yang terdiri dari 6 komponen
diketahui bahwa : Komponen yang tidak ada kesenjangan antara kondisi ideal dan
kondisi saat ini adalah penyusunan EDS, pelengkapan dokumen RKS, dan
evaluasi dan pelaporan. Sedangkan komponen yang ada kesenjangan adalah
pemanfaatan EDS, mekanisme penyusunan RKS, dan implementasi RKS
Dari hasil analisis komponen yang terdapat kesenjangan maka dapat
diberikan alternatif solusi masing-masing komponen sebagai berikut:
 Pemanfaatan EDS, kondisi idealnya hasil EDS dijadikan dasar dalam
penyusunan RPS/RKS dan RAPBS/RKAS, sedangkan kondisi saat ini hasil
EDS belum relevan dengan , RPS/RKS, dan RAPBS/RKAS. Alternatif solusi
seharusnya antara pihak yang menyusun EDS, RPS/RKS, dan
RAPBS/RKAS harus di realisasikan.
 Mekanisme Penyusunan RKS, kondisi idealnya RKS disusun oleh tim
penyusun RKS, sedangkan kondisi saat ini disusun secara sepihak oleh kepala
sekolah . Alternatif solusi seharusnya dikoordinasikan antara kepala sekolah,
guru-guru, dan komite sekolah.
 Implementasi RKS, kondisi idealnya RKS digunakan sebagai acuan
kegiatan sekolah dan pelaksanaan kegiatan sekolah yang tidak sesuai dengan
RKS perlu mendapat persetujuan melalui rapat dewan guru dan stakeholder,
sedangkan kondisi saat ini RKS masih digunakan sebagai acuan kegiatan
sekolah, tetapi kegiatan yang tidak sesuai dengan RKS tidak melaui

28
persetujuan rapat. Alternatif solusi harus ada koordinasi pihak sekolah dengan
dewan guru atau stakeholder dalam penyusunan RKS.
b. SD Negeri 3 Penyaringan
Hasil kajian manajerial dan analisi kesenjangan kondisi ideal dan kondisi
saat ini dalam aspek Rencana Kerja Sekolah (RKS) di SD Negeri 3 Penyaringan
sama dengan hasil analisi kesenjangan di tempat magang 1.
Dari hasil analisis komponen yang terdapat kesenjangan maka dapat
diberikan alternatif solusi masing-masing komponen sebagai berikut:
 Pemanfaatan EDS, kondisi idealnya hasil EDS dijadikan dasar dalam
penyusunan RPS/RKS dan RAPBS/RKAS, sedangkan kondisi saat ini hasil
EDS belum relevan dengan RPS/RKS, dan RAPBS/RKAS. Alternatif solusi
seharusnya antara pihak yang menyusun EDS, RPS/RKS, dan
RAPBS/RKAS harus di realisasikan.
 Mekanisme Penyusunan RKS, kondisi idealnya RKS disusun oleh tim
penyusun RKS, sedangkan kondisi saat ini disusun secara sepihak oleh kepala
sekolah . Alternatif solusi seharusnya dikoordinasikan antara kepala sekolah,
guru-guru, dan komite sekolah.
 Implementasi RKS, kondisi idealnya RKS digunakan sebagai acuan
kegiatan sekolah dan pelaksanaan kegiatan sekolah yang tidak sesuai dengan
RKS perlu mendapat persetujuan melalui rapat dewan guru dan stakeholder,
sedangkan kondisi saat ini RKS masih digunakan sebagai acuan kegiatan
sekolah, tetapi kegiatan yang tidak sesuai dengan RKS tidak melaui
persetujuan rapat. Alternatif solusi harus ada koordinasi pihak sekolah dengan
dewan guru atau stakeholder dalam penyusunan RKS.

D2. Pengelolaan Keuangan Sekolah


Pengelolaan atau manajemen keuangan sekolah merupakan salah satu
substansi pengelolaan sekolah yang akan turut menentukan  berjalannya kegiatan
pendidikan di sekolah.  Sebagaimana yang terjadi di substansi pengelolaan
pendidikan pada umumnya, kegiatan pengelolaan keuangan sekolah dilakukan

29
melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,
pengawasan atau pengendalian. 
Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami pengelolaan
keuangan sekolah. Mengkaji pengelolaam keuangan sekolah tempat magang pada
kegiatan on the job learning (OJL) bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah:
(1) dapat mengidentifikasi sumber-sumber keuangan sekolah, (2). Dapat
menentukan alokasi-alokasi pembiayaan sekolah dengan baik, dan (3). Memahami
mekanisme pertanggungjawaban keuangan sekolah.
Berdasarkan hasil pengisian instrumen kajian pengelolaan keuangan
sekolah, wawancara dengan bendahara keuangan sekolah dan matriks kajian
pengelolaan keuangan sekolah, berikut kami sajikan deskripsi hasil kajian
pengelolaan keuangan sekolah tempat magang di sekolah sendiri dan sekolah lain.

a. SD Negeri 6 Penyaringan
Hasil kajian manajerial dan analisi kesenjangan kondisi ideal dengan
kondisi saat ini dalam aspek pengelolaan keuangan sekolah. Calon kepala sekolah
mengamati 6 komponen yaitu perencanaan, sumber keuangan sekolah,
mekanisme dan proses pengelolaan, kelengkapan dokumen keuangan,
akuntabilitas dan pertanggungjawaban, dan evaluasi dan pelaporan. Dalam
pengelolan keuangan sudah terlaksana dengan baik cuma ada 1 kesenjangan yang
di temukan dalam komponen perencanaan dimana kondisi idealnya RKAS
disetujui dalam rapat Dewan Pendidik setelah memperhatikan pertimbangan
komite sekolah dan disahkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, sedangkan
kondisi saat ini RKAS masih dibuat oleh sebelah pihak. Maka dapat diberikan
alternative solusi sekolah berkoordinasi dengan pihak-pihak yang berwenang.
b. SD Negeri 3 Penyaringan
Hasil kajian manajerial dan analisi kesenjangan kondisi ideal dengan
kondisi saat ini dalam aspek pengelolaan keuangan sekolah. Calon kepala sekolah
mengamati 6 komponen. Dalam pengelolan keuangan sudah terlaksana dengan
baik cuma ada 1 kesenjangan yang di temukan dalam komponen perencanaan

30
dimana kondisi idealnya RKAS disetujui dalam rapat Dewan Pendidik setelah
memperhatikan pertimbangan komite sekolah dan disahkan oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota, sedangkan kondisi saat ini RKAS masih dibuat oleh
sebelah pihak. Maka dapat diberikan alternatif solusi sekolah berkoordinasi
dengan pihak-pihak yang berwenang.

D.3 Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Berdasarkan hasil pengisian instrumen kajian pengelolan pendidik dan
tenaga kependidikan, wawancara dengan kepala sekolah dan matriks kajian
pengelolan pendidik dan tenaga kependidikan, berikut kami sajikan deskripsi hasil
kajian pengelolan pendidik dan tenaga kependidikan sekolah tempat magang di
sekolah sendiri dan sekolah lain.

a. SD Negeri 6 Penyaringan
1) Pendidik (Guru)
SD Negeri 6 Penyaringan saat ini dipimpin oleh Ni Luh Sekarini, S.Pd.
Beliau adalah memiliki akta IV serta berkualifikasi S1. Jumlah guru 7 orang, 3
orang PNS, 4 orang non-PNS, belum memenuhi standar jumlah tenaga
kependidikan sekolah. Guru yang sudah berkualifikasi S1 sebanyak 6 orang, S2
sebanyak 1 orang. Guru yang sudah bersertifikasi pendidik sebanyak 2 orang.
Tenaga perpustakaan 1 orang. Pegawai tata usaha 1 orang.
Berdasarkan permendiknas nomor 39 tahun 2009 tentang pemenuhan
beban kerja guru dan pengawas sekolah yang mewajibkan guru mengajar 24 jam
tatap muka, yang telah tersertifikasi dan bersekolah induk di SD Negeri 6
Penyaringan telah memiliki lebih dari 24 jam tatap muka.
SD Negeri 6 Penyaringan tahun pelajaran 2017/2018 membina siswa
sebanyak 110 orang siswa , yang dikelola oleh 4 guru kelas dan 2 guru agama,
dan 1 orang guru PJOK. Memperlihatkan keadaan guru yang sudah memenuhi
kualifikasi pendidikan S1. Kekurangan guru kelas sebanyak 2 orang, untuk

31
sementara masih menggunakan guru Agama dan PJOK untuk membantu menjadi
guru kelas.
2) Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan di SD Negeri 6 Penyaringan sebanyak 2 orang
Tenaga kependidikan sekolah terbagi menjadi tenaga administrasi sekolah dan
tenaga perpustakaan, berpendidikan S1 sebanyak 1 orang dan 1 orang
berpendidikan SMA. SD Negeri 6 Penyaringan masih kekurangan 1 orang
tenaga operator sekolah (OPS).
b. SD Negeri 3 Penyaringan
1) Pendidik
SD Negeri 3 Penyaringan dipimpin Oleh Bapak I Made Winantra, S.Pd.
Pendidikan terakhir beliau pendidikan S1. Jumlah guru Jumlah guru sebangak 7
orang dengan incian 4 guru PNS dan 3 orang Non PNS sedangkan jumlah tenaga
administrasi sebanyak 2 orang yang terdiri dari 1 PNS dan 1 Non PNS Tenaga
Kependidikan
2)Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan sekolah terbagi menjadi tenaga administrasi sekolah,
dan operator sekolah. Kualifikasi pendidikan tenaga kependidikan tata usaha
SMA sebanyak 1 orang, Oprator Sekolah 1 orang berpendidikan DII.
Pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah satu
kompetensi manajerial kepala sekolah yang menentukan keberhasilannya dalam
mengelola sekolah. Beberapa pendidik dan tenaga kependidikan SD Negeri 3
Penyaringan sudah memenuhi standar kualifikasi akademik, namun kebanyakan
belum PNS. Sebagai peserta diklat calon kepala sekolah, melalui tugas mengkaji
pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan, saya telah memperoleh banyak
tambahan ilmu dan pengalaman.

D4. Pengelolaan Ketatausahaan Sekolah


Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar-mengajar sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu di antaranya adalah tersedianya tenaga
administrasi sekolah yang memadai disertai pemanfaatan dan pengelolaannya

32
secara optimal. Tenaga administrasi sekolah merupakan salah satu sumber daya
yang penting dan utama dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah, untuk
itu perlu dilakukan peningkatan dalam pendayagunaan dan pengelolaannya agar
tujuan sekolah dapat tercapai secara maksimal.
Tenaga administrasi sekolah yang dapat melaksanakan tugas dan
fungsinya masing-masing secara baik sangat terkait dengan kompetensi yang
mereka miliki.
Peraturan menteri pendidikan nasional (permendiknas) Nomor 24 tahun
2008 yang mengatur tentang Tenaga administrasi sekolah, nomor 25 tahun 2008
tentang tenaga perpustakaan, dan nomor 26 tahun 2008 tentang standar tenaga
laboratorium sekolah.
Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami dan menguasai
untuk mengelola tenaga administrasi sekolah. Mengkaji pengelolaan Tenaga
administrasi sekolah di sekolah tempat magang pada kegiatan on the job learning
(OJL) bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah mengembangkan dimensi
kompetensi manajerial khususnya kompetensi mengelola guru dan staf dalam
rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.
a. SD Negeri 6 Penyaringan
Hasil kajian manajerial dan analisi kesenjangan kondisi ideal dan kondisi
saat ini dalam aspek Pengelolaan Ketatausahaan Sekolah (TAS). Calon kepala
sekolah telah menganalisi 9 komponen yaitu : Perencanaa, Pemenuhan
Kualifikasi, Pemenuhan Kebutuhan sesuai Standar, Pemenuhan Kompetensi,
Uraian Tugas dan Tata Kerja, Pembinaan, Pengembangan, Evaluasi/Penilaian
Kinerja dan Pelaporan.
Dari hasil analisis 9 komponen tersebut ada yang sudah terlaksana dengan
baik sesuai kondisi idealnya sebanyak 7 komponen. Sedangkan 2 kompeten
terdapat kesenjangan maka dapat diberikan alternatif solusi masing-masing
komponen sebagai berikut:
 Pemenuhan kebutuhan sesuai setandar kondisi idealnya adanya Kepala
Administrasi Memiliki masa kerja minimal 4 tahun, Kepala Administrasi
Memiliki SK pengangkatan sebagai Kepala Administrasi, dan Terdapat

33
pelaksana urusan administrasi kepegawaian, keuangan, sarpras, humas,
persuratan dan pengarsipan, kesiswaan, kurikulum, sedangkan kondisi saat ini
tidak terpenuhinya kondisi ideal tersebut. Alternatif solusi kepala sekolah
membagi beban pengadministrasian kepada guru-guru
 Pelaporan, kondisi idealnya Tenaga Administrasi Sekolah melaporkan
pelaksanaan teknis dari tugas masing-masing sekurang-kurangnya setiap
akhir semester yang ditujukan kepada kepala sekolah, kepala sekolah
melaporkan hasil evaluasi kepada komite sekolah dan pihak-pihak lain yang
berkepentingan sekurang-kurangnya setiap akhir semester, sedangkan kondisi
saat ini Administrasi sekolah /guru selalu melaporkan administrasi kepada
kepala sekolah. Alternatif solusi harus ada sosialisasi antara sekolah dan
dewan sekolah.
b. SD Negeri 3 Penyaringan
Hasil kajian manajerial dan analisi kesenjangan kondisi ideal dan kondisi
saat ini dalam aspek Pengelolaan Ketatausahaan Sekolah (TAS). Calon kepala
sekolah telah menganalisi 9 komponen yaitu : Perencanaa, Pemenuhan
Kualifikasi, Pemenuhan Kebutuhan sesuai Standar, Pemenuhan Kompetensi,
Uraian tugas dan tata Kerja, Pembinaan, Pengembangan, Evaluasi/Penilaian
Kinerja dan Pelaporan.
Dari hasil analisis 9 komponen tersebut ada yang sudah terlaksana dengan
baik sesuai kondisi idealnya sebanyak 8 komponen. Sedangkan 1 komponen
terdapat kesenjangan maka dapat diberikan alternatif solusi masing-masing
komponen sebagai berikut:
 Pemenuhan kebutuhan sesuai setandar kondisi idealnya adanya Kepala
Administrasi Memiliki masa kerja minimal 4 tahun, Kepala Administrasi
Memiliki SK pengangkatan sebagai Kepala Administrasi, dan Terdapat
pelaksana urusan administrasi kepegawaian, keuangan, sarpras, humas,
persuratan dan pengarsipan, kesiswaan, kurikulum, sedangkan kondisi saat ini
tidak terpenuhinya kondisi ideal tersebut. Alternatif solusi Kepala sekolah
membagi beban pengadministrasian kepada guru-guru

34
D.5 Pengelolaan Sarana Prasarana
Berdasarkan Permendiknas Nomor 24 tahun 2007 untuk sekolah tingkat
SD sekurang-kurangnya memiliki kelengkapan sarana dan prasarana sekolah
berupa: Ruang kelas, Ruang perpustakaan, Ruang laboratorium IPA, Ruang
pimpinan, Ruang guru, Ruang tata usaha, Tempat beribadah, Ruang konseling,
Ruang UKS, Ruang organisasi kesiswaan, Jamban, Tempat bermain/berolahraga.
Berdasarkan hasil pengisian instrumen kajian pengelolaan sarana dan
prasarana sekolah, wawancara dengan wakil kepala sekolah urusan sarana dan
prasarana dan matriks kajian pengelolaan sarana dan prasarana, berikut kami
sajikan deskripsi hasil kajian pengelolaan sarana dan prasarana sekolah tempat
magang di sekolah sendiri SD Negeri 6 Penyaringan dan sekolah magang SD
negeri 3 Penyaringan.
a. SD Negeri 6 Penyaringan
Hasil kajian manajerial dan analisi kesenjangan kondisi ideal dengan
kondisi saat ini dalam aspek Pengelolaan Sarana Prasarana Sekolah. Calon kepala
sekolah telah menganalisi 8 komponen yaitu : perencanaa, pengadaan, perbaikan,
perawatan, pemberdayaan, penghapusan, invetarisasi, dan pelaporan.
Dari hasil analisis 8 komponen tersebut ada 1 kensendangan dalam
komponen Perbaikan kondisi idealnya Perbaikan ringan dilakukan setiap waktu/
skala prioritas, dan perbaikan berat setiap 3 tahun sekali, sedangkan kondisi saat
masih ada ruangan yang mengalami kerusakan ringan namun belum mengalami
perbaikan. Alternatif solusi sekolah seharusnya melakukan perbaikan dengan
sekala prioritas yang disesuaikan dengan kebutuhan.
b. SD Negeri 3 Penyaringan
Hasil kajian manajerial dan analisi kesenjangan kondisi ideal dengan
kondisi saat ini dalam aspek Pengelolaan Sarana Prasarana Sekolah. Dari hasil
analisis 8 komponen tersebut ada 1 kensendangan dalam komponen Perbaikan
kondisi idealnya Perbaikan ringan dilakukan setiap waktu/ skala prioritas, dan
perbaikan berat setiap 3 tahun sekali, sedangkan kondisi saat masih ada ruangan
yang mengalami kerusakan ringan namun belum mengalami perbaikan. Alternatif

35
solusi sekolah seharusnya melakukan perbaikan dengan sekala prioritas yang
disesuaikan dengan kebutuhan.

D.6 Pengelolaan Kurikulum


Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang
dikembangkan oleh masing-masing sekolah. Kurikulum yang digunakan adalah
kurikulum KTSP tahun 2016 dan KTSP tahun 2013 atau kurikulum 2013 revisi
tahun 2016 yang disusun oleh tim pengembang kurikulum sekolah yang mengacu
pada Permendikbud Nomor 20 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan,
Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah, Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang standar proses
Pendidikan Dasar dan Menengah, Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang
standar penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah dan Permendikbud No. 24
Tahun  2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran pada
Kurikulum 2013. Panduan tersebut memuat tentang konsep dasar, prinsip,
prosedur dan kriteria pengembangan KTSP.
Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami pengelolaan
kurikulum sekolah sehingga pada saatnya nanti setelah menjadi kepala sekolah
sudah dapat mengelola kurikulum sekolahnya dengan baik.
Berdasarkan hasil pengisian instrumen analisis dokumen 1, dokumen 2,
wawancara dengan wakil kepala sekolah urusan kurikulum dan matriks kajian
pengelolaan kurikulum, berikut ini saya sajikan deskripsi hasil kajian pengelolaan
kurikulum SD Negeri 6 Penyaringan dan SD Negeri 3 Penyaringan.
a. SD Negeri 6 Penyaringan
Hasil kajian manajerial dan analisi kesenjangan kondisi ideal dan kondisi
saat ini dalam aspek Pengelolaan Kurikulum di SD Negeri 6 Penyaringan yang di
amati dari 4 komponen yaitu proses Penyusunan Kurikulum, kelengkapan isi
kurikulum, proses penyusunan silabus dan RPP, dan Kelengkapan RPP.
Dari hasil analisis komponen yang terdapat kesenjangan adalah pada
komponen proses penyusunan kurikulum kondisi idealnya kurikulum di susun
oleh tim pengembang kurikulum di setujui dalam rapat dewan guru dan diketahui

36
komite sekolah namun pada kondisi saat ini kurikulum di susun sepihak oleh
kepala sekolah dan beberapa guru, sehingga perlu alternatif solusi pembentukan
tim penyusun kurikulum dan rapat dengan seluruh keluarga sekolah dan komite
sekolah.
b. SD Negeri 3 Penyaringan
Hasil kajian manajerial dan analisi kesenjangan kondisi ideal dan kondisi
saat ini dalam aspek pengelolaan kurikulim di SD Negeri 3 Penyaringan sama
dengan hasil analisi kesenjangan di tempat magang 1.
Dari hasil analisis komponen yang terdapat kesenjangan adalah pada
komponen peroses penyusunan kurikulum kondisi idealnya kurikulum di susun
oleh tim pengembang kurikulum di setujui dalam rapat dewan guru dan diketahui
komite sekolah namun pada kondisi saat ini kurikulum di susun sepihak oleh
kepala sekolah dan beberapa guru, sehingga perlu alternatif solusi pembentukan
tim penyusun kurikulum dan rapat dengan seluruh keluarga sekolah dan komite
sekolah.

D.7 Pengelolaan Peserta Didik


Pengelolaan peserta didik adalah suatu pengaturan terhadap peserta didik
di sekolah, sejak peserta didik masuk sampai dengan peserta didik lulus, bahkan
setelah menjadi alumni. Oleh karena itu, kegiatan pengelolaan peserta didik
meliputi hal-hal sebagai berikut: Perencanaan peserta didik; Penerimaan peserta
didik; Orientasi peserta didik baru; Mengatur kehadiran dan ketidakhadiran
peserta didik di sekolah; Mengatur evaluasi peserta didik; Mengatur kenaikan
tingkat peserta didik, mutasi dan drop out. Mengatur kode etik, pengadilan dan
peningkatan disiplin peserta didik. Mengatur layanan peserta didik yang meliputi:
layanan kepenasehatan akademik dan administratif, layanan bimbingan dan
konseling peserta didik.
Berdasarkan hasil pengisian instrumen kajian pengelolaan peserta didik,
wawancara dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kepeserta didikan
dan matriks kajian pengelolaan peserta didik, berikut kami sajikan deskripsi hasil

37
kajian pengelolaan peserta didik sekolah tempat magang di sekolah sendiri dan
sekolah lain.
a. SD Negeri 6 Penyaringan
Berdasarkan hasil kajian Pengelolaan Peserta Didik yang di analasis dari
10 komponen yaitu : penerimaan peserta didik, orientasi pesertad idik baru,
administrasi peserta didik, kenaikan kelas kelulusan peserta didik, peraturan dan
kode etik, organisasi kesiswaan layanan BK, layanan Ekstrakulikuler, evaluasi
dan pelaporan, pembinaan prestasi. Dari 10 komponen tersebut ada 3 komponen
yang mengalami kesenjangan yaitu:
 Administrasi Peserta Didik, kondisi idealnya Sekolah melakukan
pengadministrasian dalam PPDB mulai dari buku penerima peserta, buku
klaper, buku induk siswa, buku mutasi, buk uabsensi, buku alumni, keadaan
saat ini sekolah belum memiliki buku alumni, sehingga dapat diberikan
alternatif solusi Harus di buat oleh pihak sekolah dalam kekurangan
administrasi sekolah yang menyangkut buku alumni.
 Layanan BK. Kondisi idealnya layanan BK terlaksana dengan di bimbing
oleh guru kelasnya masing-masing berbeda dengan kondisi saat ini maka
perlu memberikan pembinaan dan pengembangan kepada guru terkait layanan
BK.
 Pembinaan Prestasi, Kondisi Idealnya sekolah melakukan pembinaan bagi
siswa yang untuk menjaring prestasi siswa sedangkan kondisi saat ini belum
ada sehingga dapat diberikan alternatif solusi untuk merencanakan pembinaan
bagi siswa yang berprestasi.
b. SD Negeri 3 Penyaringan
Berdasarkan hasil kajian Pengelolaan Peserta Didik yang di analasis dari
10 tersebut ada 3 komponen yang mengalami kesenjangan yaitu:
 Administrasi Peserta Didik, kondisi idealnya Sekolah melakukan
pengadministrasian dalam PPDB mulai dari buku penerima peserta, buku
klaper, buku induk siswa, buku mutasi, buku absensi, buku alumni, keadaan
saat ini sekolah belum memiliki buku alumni, sehingga dapat diberikan

38
alternatif solusi harus dibuat oleh pihak sekolah dalam kekurangan
administrasi sekolah yang menyangkut buku alumni.
 Layanan BK. Kondisi idealnya layanan BK terlaksana dengan di bimbing
oleh guru kelasnya masing-masing berbeda dengan kondisi saat ini maka
perlu memberikan pembinaan dan pengembangan kepada guru terkait layanan
BK.

D.8 Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran


Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mengalami perkembangan
yang sangat signifikan dalam belasan tahun terakhir ini. Berbagai bidang mulai
mengadopsi teknologi ini dengan berbagai alasan. Bidang pendidikan pun tidak
lepas dari hal ini. Saat ini TIK banyak digunakan untuk menunjang proses
pembelajaran.
TIK dapat didefinisikan sebagai teknologi (hasil rekayasa manusia) yang
memungkinkan proses penyampaian informasi dan proses komunikasi dapat
dilakukan secara lebih optimal dan efisien. Pada umumnya alasan orang
menggunakan TIK pada suatu bidang adalah mengenai masalah efisiensi dan
optimisasi. Peningkatan produktifitas adalah alasan utama mengapa orang pada
umumnya menggunakan TIK. Dengan menggunakan TIK, pekerjaan yang
memerlukan waktu lama jika diproses secara manual (oleh manusia) bisa
dikerjakan lebih cepat oleh mesin (komputer).
Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami dan menguasai
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran yang dimaksudkan untuk menunjang
tercapainya tujuan pembelajaran. Mengkaji pemanfaatan TIK dalam pembelajaran
sekolah tempat magang pada kegiatan on the job learning (OJL) bertujuan untuk
melatih calon kepala sekolah mengembangkan pemahaman tentang TIK sekaligus
dapat mengidentifikasi guru-guru di sekolah magang yang memanfaatkan TIK
dalam pembelajarannya.
Berdasarkan hasil pengisian instrumen kajian Pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran, wawancara dengan wakil kepala sekolah dan matriks kajian
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, berikut kami sajikan deskripsi hasil kajian

39
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran sekolah tempat magang di sekolah sendiri
dan sekolah lain.
a. SD Negeri 6 Penyaringan
Hasil Kajian aspek pemanfaataan TIK dalam pembelajaran yang di analisi
dari 5 komponen yaitu kelengkapan sarana, ketersediaan prasarana, kompetensi
kemampuan guru dalam pengoperasian TIK, pelaksanaan TIK dalam
pembelajaran, dan perencanaan pengembangan TIK. Diketahui ada beberapa
kesenjangan yang terjadi yaitu dalam komponen :
 Kelengkapan sarana, sekolah belum mempunyai LCD proyektor utuk
menunjang peroses pembelajaran maka dapat di berikan alternatif solusi
dengan menganggarkan pembelian LCD dalam RKAS dan Pemanfaatan
media TIK Lain.
 Ketersediaan prasarana, di SD masih belum menjadi perioritas dalam
pemenuhan ruang komputer dan ruang multi media maka untuk kepentingan
pengentrian data-data sekolah dilaksanakan di ruang guru.
 Kompetensi Kemampuan Guru dalam pengoprasian TIK, masih adanya
guru tidak dapat mengoprasikan TIK, maka perlu meningkatkan kemampuan
guru dalam bidang TIK
 Pelaksanaan TIK dalam Pembelajaran, Media untuk menunjang sumber
belajar di kelas hanya mencari informasi dari buku sumber, Tidak semua guru
memanfaatkan komputer untuk menyusun bahan ajar dan mengolah nilai hasil
belajar, maka guru harus berusaha belajar mengoperasikan computer.
 Perencanaan / program pengembangan TIK, Sekolah belum
merealisasikan untuk pengembangan guru khususnya di dalam TIK
b. SD Negeri 3 Penyaringan
Hasil Kajian aspek pemanfaataan TIK dalam pembelajaran yang di analisi
dari 5 komponen yaitu kelengkapan sarana, ketersediaan prasarana, kompetensi
kemampuan guru dalam pengoperasian TIK, pelaksanaan TIK dalam
pembelajaran, dan perencanaan pengembangan TIK. Diketahui ada beberapa
kesenjangan yang terjadi yaitu dalam komponen :

40
 Ketersediaan prasarana, di SD masih belum manjadi perioritas dalam
pemenuhan ruang komputer dan ruang multi media maka untuk kepentingan
pengentrian data-data sekolah dilaksanakan di ruang guru.
 Kompetensi Kemampuan Guru dalam pengoprasian TIK, masih adanya
guru tidak dapat mengoprasikan TIK, maka perlu meningkatkan kemampuan
guru dalam bidang TIK
 Pelaksanaan TIK dalam Pembelajaran, Media untuk menunjang sumber
belajar di kelas hanya mencari informasi dari buku sumber, tidak semua guru
memanfaatkan komputer untuk menyusun bahan ajar dan mengolah nilai hasil
belajar, maka guru harus berusaha belajar mengoperasikan komputer.

D.9 Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi


Kepala Sekolah dalam menjalankan tugasnya di sekolah berfungsi sebagai
administrator, manajer, pengawas, dan pemimpin. Dalam melaksanakan tugas
kepengawasan di sekolah, salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh
seorang kepala sekolah adalah kemampuan pengendalian program. Pengendalian
program kegiatan sekolah sangat penting bagi kelancaran dan peningkatan
kualitas pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Kepala Sekolah harus
memahami fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut dari monitoring,
evaluasi, dan pelaporan yang menjadi salah satu kegiatan program untuk
meningkatkan mutu pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengisian instrumen kajian pelaksanaan monitoring dan
evaluasi program kegiatan sekolah, wawancara dengan kepala sekolah dan guru-
guru serta matriks kajian monitoring dan evaluasi (Monev), berikut kami sajikan
deskripsi hasil kajian pelaksanaan Monev sekolah tempat magang di sekolah
sendiri dan sekolah lain.
b. SD Negeri 6 Penyaringan
Hasil Kajian aspek Sistem Monitoring dan Evaluasi yang di analisi dari 5
komponen yaitu program monev, proses dan tata kerja monev, pengembangan dan
ketersedian instrument monev, evaluasi dan pelaporan, dan tindak lanjut. Dari
kelima komponen tersebut terdapat kesenjangan dalam komponen pengembangan

41
dan ketersedian instrument monev, karena tidak ada hasil atau pegangan yang
dapat dijadikan bahan pertimbangan dari hasil kegiatan monev, maka perlu
adanya catatan dari hasil monev untuk bahan acuan yang akan datang.
b. SD Negeri 3 Penyaringan
Hasil Kajian aspek Sistem Monitoring dan Evaluasi yang di analisi dari 5
komponen yaitu program monev, proses dan tata kerja monev, pengembangan dan
ketersedian instrument monev, evaluasi dan pelaporan, dan tindak lanjut. Dari
kelima komponen tersebut terdapat kesenjangan dalam komponen pengembangan
dan ketersedian instrument monev, karena tidak ada hasil atau pegangan yang
dapat di jadikan bahan pertimbangan dari hasil kegiatan monev, maka perlu
adanya catatan dari hasil monev untuk bahan acuan yang akan datang.

E. Peningkatan Kompetensi Berdasarkan Hasil AKPK yang


Kurang/Rendah di Sekolah Magang Kedua ( SD Negeri 3 Penyaringan)
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan pengalaman yang sudah
dimiliki berkenan dengan calon kepala sekolah, sebelumnya telah dilakukan
penyebaran angket AKPK (Analisis Kebutuhan Pengembangan Keprofesian)
kepada seluruh calon kepala sekolah. AKPK dilaksanakan untuk mengidentifikasi
bagian-bagian kompetensi yang dikuasai oleh calon kepala sekolah (merupakan
kekuatan) yang ditunjukkan melalui pengetahuan dan pengalamannya. Selain itu,
juga untuk mengidentifikasi bagian-bagian kompetensi yang belum dikuasai oleh
calon kepala sekolah (sebagai kelemahan) dan memerlukan pengalaman
pengetahuan serta pengalaman, sehingga akan menjadi bahan pengembangan
lebih lanjut dalam diklat calon kepala sekolah.
Berdasarkan hasil penilaian Analisis Kebutuhan Pengembangan
Kepofresian (AKPK) sebagai peserta diklat calon kepala sekolah memperlihatkan
hasil sebagai berikut.
Tabel 3. 10 : Hasil Penilaian AKPK
Kompetensi Kode Jumlah
Kepribadian 1 92.86
Kompetensi Manajerial 2 71.43
Kewirausahaan 3 85.00

42
Supervisi 4 91.67
Sosial 5 35.00

Berdasarkan hasil penilaian AKPK diketahui kompetensi yang paling lemah


adalah kompetensi sosial dan kompetensi manajerial. Kelemahan tersebut sebagai
dasar kegiatan peningkatan kompetensi di sekolah magang dua, dikarenakan
kepala SD Negeri 3 Penyaringan tempat magang dua merasa belum
kompeten/tidak mahir pada aspek tersebut, maka calon KS melaksanakan kegiatan
berdasarkan keunggulan sekolah magang yaitu unggul dalam kompetensi
supervisi.
Sebagai tindak lanjut dari hasil Analisis Kebutuhan Pengembangan
Keprofesian (AKPK) calon kepala sekolah yang masih kurang atau sangat lemah,
dan juga merupakan salah satu tugas dari kegiatan On the Job Learning (OJL),
maka calon kepala sekolah harus meningkatkan kompetensi supervisi di sekolah
magang 2 SD Negeri 3 Penyaringan melalui kegiatan pengamatan/observasi
terhadap pelaksanaan kegiatan sosial yang dilakukan di SD Negeri 3 Penyaringan
.
1. Persiapan
Dalam kegiatan perencanaan, penulis mempersiapkan instrumen
wawancara untuk kepala sekolah dan guru. Selain itu penulis juga berkoordinasi
dengan kepala sekolah untuk memaparkan tujuan OJL pada sekolah beliau bahwa
ada dua kegiatan yang akan dilaksanakan di sekolah magang 2 ini dan salah
satunya adalah peningkatan AKPK berkenaan dengan kompetensi supervisi.
Penulis juga menyampaikan teknik dan cara pengambilan data dan informasi
berkaitan dengan kegiatan tersebut. Pemaparan tujuan dan teknik ini dapat
dipahami, sehingga Kepala Sekolah memberikan ruang dan waktu yang sebaik-
baiknya kepada penulis bahkan beliau bersedia meluangkan waktunya untuk
diminta pendapat tentang kegiatan supervisi yang beliau terapkan pada sekolah
tersebut. Penulis juga meminta kesiapan beberapa orang guru untuk  diwawancara
serta menentukan pelaksanaan wawancara tersebut. Guna melengkapi instrumen,
penulis juga membuat angket terhadap beberapa orang guru untuk sinkronisasi
jawaban.

43
2. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan penulis berusaha mempelajari kompetensi supervisi
yang dimiliki oleh kepala sekolah dengan cara melakukan wawancara kepada
kepala sekolah dan beberapa orang guru, (daftar pertanyaan dan jawaban
terlampir).
3. Hasil
Hasil dari wawancara kepada kepala sekolah dan beberapa guru serta
beberapa angket dihasilkan  kesimpulan bahwa kompetensi yang dimiliki Kepala
SD Negeri 3 Penyaringan cukup tinggi dan bisa dijadikan sebagai pembelajaran
yang berarti bagi penulis sebagai calon kepala sekolah.
Dari hasil wawancara penulis merangkumnya sebagai berikut :
o Kepala sekolah melibatkan guru dalam menentukan rencana atau program
sekolah. Begitu pula dengan program supervisi sekolah terhadap guru. Dalam
penentuan program masing-masing guru dimintakan perencanaan kebutuhan
masing-masing guru untuk satu tahun.
o Kepala sekolah telah memberikan uraian tugas kepada guru dengan jelas
dalam bentuk Surat Keputusan Kepala Sekolah yang harus dilaksanakan oleh
semua guru.
o Kepala sekolah telah memberikan ganjaran dan penghargaan kepada guru.
Ganjaran berupa teguran sampai dengan tidak dinaikannya nilai PKG dan
SKP.  Sedangkan penghargaan dilakukan bervariasi sesuai dengan situasi dan
kondisinya yaitu: (1) dipersiapkan untuk lomba guru berprestasi, (2)
dicalonkan menjadi kepala sekolah, (3) dinaikan nilai PKG dan SKP-nya, dan
(4) pengakuan status.
o Kepala sekolah melakukan pemantauan sebagai upaya pengendalian
sekolahnya terhadap guru dan karyawan sekolah melalui supervisi sekolah
o Kepala sekolah melakukan penilaian terhadap kinerja guru secara lengkap
dilakukan setiap akhir semester.  Khusus pada akhir tahun seluruh pekerjaan
guru diperiksa keseluruhannya.

44
o Kepala sekolah telah menggunakan supervisi sebagai dasar untuk melakukan
tindak lanjut baik berupa berupa pemantapan dan perbaikan kinerja tahun
berikutnya.
Kesimpulan dari hasil wawancara ini adalah bahwa dalam perencanaan
program sekolah telah melibatkan seluruh guru. Dalam pengorganisasian  tugas
guru, kepala sekolah telah membuat uraian tugas guru dengan Surat Keputusan
Kepala Sekolah tentang Kegiatan Proses Belajar Mengajar dan Pembinaan.
Sebagai upaya pengendalian dan penilaian terhadap guru kepala sekolah
melakukannya dengan supervisi. Supervisi dilakukan mulai harian, bulanan,
semester, dan tahunan. Hasil pelaksanaan supervisi dijadikan sebagai dasar
pemberian hukuman dan ganjaran bagi guru.  Sehingga dengan hukuman dan
ganjaran guru termotivasi untuk dapat bekerja dengan baik.
Pada akhirnya, setelah melakukan On the Job Learning (OJL) pada SD
Negeri penulis mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat dalam pengelolaan,
memimpin dan me-manage sebuah sekolah terutama di bidang supervisi. Salah
satu hal yang bisa penulis terapkan dalam peningkatan kompetensi supervisi di
masa yang akan datang adalah melakukan kerja sama yang baik dengan semua
warga sekolah untuk memahami konsep dan fungsi supervisi, dimana dengan
memahami kedua hal tersebut akan mampu meningkatkan kinerja semua pihak
dilingkungan sekolah. Adanya kerja sama yang baik dengan semua warga sekolah
tidak saja kita lakukan sebatas hal yang berhubungan dengan kegiatan
pembelajaran siswa semata, tapi kerja sama tersebut bisa kita lakukan dalam
segala hal, misalnya peningkatan kinerja manajerial sekolah, sosial, dll. Terutama
dalam supervisi akademik diharapkan mampu meningkatkan kinerja sebagai guru
yang professional.
Dengan  melibatkan dan kerja sama dengan semua warga serta meletakkan
pemahaman konsep dan tujuan supervisi akademik ini,  maka  akan  sangat
berdampak  baik  pada proses pembelajaran yang diterapkan di sekolah maupun
pada peningkatan kompetensi dari semua guru. Sehingga kepala sekolah dan guru
akan lebih bersemangat dalam mendidik siswa, bahkan para orang tua siswa akan
menaruh kepercayaan yang tinggi pada sekolah dan tidak akan merasa khawatir

45
terhadap anak – anak mereka, karena dibimbing oleh guru yang tepat dan kepala
sekolah yang bijak serta memiliki kompetensi supervisi yang sangat tinggi.
 

46
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan kegiatan On the Job Learning (OJL) maka calon
kepala sekolah dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan guru dalam menyusun RPP Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) sangat menunjang dalam meningkatkan standar
proses pendidikan di sekolah.
2. Kepemilikan RPP dan perangkat pembelajaran lainnya merupakan hal
yang sangat penting bagi seorang guru dalam mempersiapkan proses
pembelajaran.
3. Observasi guru junior merupakan upaya untuk meningkatkan kompetensi
yang harus dimiliki seorang kepala sekolah.
4. Melakukan kajian manajerial merupakan sarana latihan mengasah
kemampuan calon kepala sekolah dalam menelaah permasalahan yang
ada di lapangan, dan mencari alternatif solusinya.
5. Meningkatkan kompetensai di sekolah lain merupakan kegiatan studi
banding dan pengamatan terhadap salah satu kompetensi kepala sekolah.

B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang ditemukan di atas, maka terdapat saran-
saran yang perlu disampaikan sebagai berikut:
1. Guru hendaknya dapat menyusun sendiri RPP Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) sehingga akan memudahkan dalam proses
pembelajaran.
2. Kepala sekolah hendaknya melakukan pemantauan terhadap RPP yang
telah dibuat, dan melakukan monev terhadap proses pembelajaran
melalui supervisi akademik.
3. Supervisi akademik sebaiknya dilakukan berkesinambungan, sehingga
dapat meningkatkan proses pembelajaran.

47
4. Kepala sekolah juga tepat harus selalu melakukan kajian manajerial, agar
dapat selalu mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada di
sekolahnya, sehingga dapat membuat rencana program yang akan
disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

48

Anda mungkin juga menyukai