TUGAS INDIVIDU
Disusun Oleh :
FITRIANINGRUM APRILINTAN, S.Kep
R.15.04.09.018
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing
Kamsari, S.Kep.,Ns
NIK.
Kordinator
Stase Keperawatan Komunitas
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
laporan ini.
berbagai pihak yang telah membantu kami didalam penyusunan laporan ini,
yaitu kepada :
(STIKes) Indramayu.
3. Hj. Khasan Bisri, S.Kep selaku Ketua RW.02 Desa Karangsong Kec/Kab.
Indramayu.
Keluarga.
Indramayu.
sebutkan satu persatu, yang selalu mendukung dalam hal moril maupun
materil.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… i
KATA PENGANTAR………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................ 3
C. Manfaat ...................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Paradigma Sehat.......................................................................... 6
B. Konsep Keperawatan Komunitas…………………………........ 10
C. Tujuan Dan Fungsi Keperawatan Komunitas………………...... 11
D. Model Kepeerawatan Komunitas................................................ 26
E. Proses Asuhan Keperawatan Komunitas..................................... 27
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan................................................................................. 94
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian………………..................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
KONSEP KELUARGA
TUGAS INDIVIDU
Disusun Oleh :
FITRIANINGRUM APRILINTAN, S.Kep
R.15.04.09.018
PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,
dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1978).
Menurut UU No. 10 Tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami – isteri, atau suami – isteri dan anaknya, atau
ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Definisi lain keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.
2. Ciri – ciri Keluarga
a. Diikat tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Tanggung jawab masing – masing
e. Kerjasama
f. Interaksi
3. Struktur Keluarga
Menurut Friedmann struktur keluarga teridri atas :
a. Pola dan proses komunikasi. Pola interaksi keluarga yang
berfungsi :
1) Bersifat terbuka dan jujur
2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga
3) berpikiran positif dan
4) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi social yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau
status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai
suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak
dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada
beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka
entah ke mana atau malah berdiam diri dirumah.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan actual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
perilaku orang lain kea rah positif. Ada beberapa macam tipe
struktur keluatan.
1) Legitimasi power
2) Referent power
3) Reward power
4) Coercive power
5) Affective power
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu system sikap dan kepercayaan yang
secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam
satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi
6. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu.Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku
dari keluarga, kelompok dan masyarakat.Berbagai peranan yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peran Ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b. Peran Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peran Anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
7. Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis
1) Meneruskan keturunanMemelihara dan membesarkan anak
2) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
3) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi
5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahapan terakhir dari proses keperawatan berupa
perbandingan yang sistematis dan terencana dart hasil-hasil yang diamati dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Apabila hasil evaluasi menunjukkan ketercapaian tujuan dan criteria hasil, maka
klien keluar dari siklus proses keperawatan. Namun apabila sebaliknya, maka
klien masuk kembali dalam siklus proses keperawatan mulai dari pengkajian
ulang (reassessment).
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk
menilai keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil perlu disusun rencana
baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan
dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilakukan secara bertahap
sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga. Evaluasi disusun dengan
menggunakan SOAP secara operasional.
O : hal – hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.
A : analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait
dengan diagnosa keperawatan.
P : perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada
tahap evaluasi.
Evaluasi terbagi atas dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif fokusnya adalah pada aktifitas dan proses keperawatan dan hasil
dari tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
melaksanakan perencanaan keperawatan untuk membantu keefektifan terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
TUGAS INDIVIDU
Disusun Oleh :
FITRIANINGRUM APRILINTAN, S.Kep.
R.15.04.09.018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan keluarga merupakan salah satu teknik yang dilakukan
perawat untuk mengetahui keadaan keluarga tersebut baik yang sehat maupun
sakit yang berada dalam satu rumah. Keluarga adalah sekumpulan orang yang
berikatan dengan tali perkawinan yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak –
anaknya baik anak kandung maupun adopsi.
Keluarga mempunyai fungsi untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari
secara Bio – Psiko – Sosio – kultur – spritual dan juga memenuhi fungsi
reproduksi untuk menuruskan kelangsungan menambah SDM.
Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikatakan sebagai
potret atau gambar dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah
demikian, karena anak merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan
berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah.
Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang
dimaksud anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan
belum pernah kawin (menikah). Saat ini yang disebut anak bukan lagi yang
berumur 21 tahun, tetapi berumur 18 tahun seperti yang ditulis Hurlock (1980),
maka dewasa dini dimulai umur 18 tahun.
Meskipun demikian, anak masih dikelompokkan lagi menjadi tiga
sesuai dengan kelompok usia, yaitu ; usia 2 – 5 tahun disebut usia prasekolah,
usia 6 – 12 tahun disebut usia sekolah, usia 13 – 18 tahun disebut usia remaja.
Dalam ilmu kesehatan ada beberapa tahap perkembangan keluarga,
salah satunya adalah Keluarga dengan tahap perkembangan anak usia Sekolah,
tahap ini dimulai sejak anak berusia 6 – 12 Tahun, dalam tahap ini orang tua
mempunyai tugas untuk menghadapi pisah dengan anaknya dan melepaskan
anaknya karena anak usia sekolah ini akan lebih senang bergaul dan bermain
dengan teman sebaya. Pada tahap ini juga keluarga mempunyai tahap
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini dibuat untuk mempelajari lebih dalam
tentang asuhan keperawatan keluarga terhadap anak usia sekolah. Disamping itu,
penulisan juga bertujuan untuk memenuhi tugas yang bertujuan untuk
menerapkan konsep materi keperawatan keluarga.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan ini adalah untuk mengetahui :
a. Pengertian keluarga
b. Tugas keluarga dibidang kesehatan
c. Pengertian anak usia sekolah
d. Ciri fisik anak sekolah
e. Ciri social anak sekolah
f. Ciri emosiaonal anak sekolah
g. Ciri kognitif anak sekolah
BAB II
TINJAUAN TEORI
d. Perkembangan Kognitif
Menurut Plaget, usia ini berada dalam tahap operasional konkret, yaitu
anak mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol. Selama
periode ini kemampuan anak belajar konseptual mulai meningkat dengan pesat
dan memiliki kemampuan belajar dari benda, situasi, dan pengalaman yang
dijumpainya.
e. Perkembangan Moral
Masa akhir kanak-kanak, perkembangan moralnya dikategorikan oleh
Kohlberg berada dalam tahap konvensional. Pada tahap ini, anak mulai belajar
tentang peraturan-peraturan yang berlaku, menerima peraturan, dan merasa
bersalah bila tidak sesuai dengan aturan yang telah diterimanya.
f. Perkembangan Spiritual
Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah konkret atau
nyata daripada belajar tentang “God”. Mereka mulai tertarik terhadap surga
dan neraka sehingga cenderung melakukan atau mematuhi peraturan,
karena takut bila masuk neraka.
g. Perkembangan Bahasa
Pada usia ini terjadi penambahan kosakata umum yang berasal dari
berbagai pelajaran di sekolah, bacaan, pembicaraan, dan media.
Kesalahan pengucapan mengalami penurunan karena selama mencari
pengalaman anak telah mendengar pengucapan yang benar sehingga mampu
mengucapkannya dengan benar.
h. Perkembangan Sosial
Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia berkelompok, yang ditandai
dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya
keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok.
i. Perkembangan Seksual
Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya dari teman-teman terlebih
guru dan pelajaran di sekolah. Anak mulai berupaya menyesuaikan
penampilan, pakaian, dan bahkan gerak-gerik sesuai dengan peran
seksnya. Kecenderungan pada usia ini, anak mengembangkan minat-minat
yang sesuai dengan dirinya. Disini, peran orang tua sangat penting untuk
mempersiapkan anak menjelang pubertas.
j. Perkembangan Konsep Diri
Perkembangan konsep diri sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan
dengan orang tua, saudara, dan sanak keluarga lain. Saat usia ini, anak-anak
membentuk konsep diri ideal, seperti dalam tokoh-tokoh sejarah, cerita khayal,
sandiwara, film, tokoh nasional atau dunia yang dikagumi, untuk membangun
ego ideal yang menurut Van den Daele berfungsi sebagai standar perilaku
umum yang diinternalisasi.
4. Bermain
Bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan
fisiologis karena selama bermain anak mengembangkan berbagai keterampilan
sosial sehingga memungkinkannya untuk menikmati keanggotaan kelompok
dalam masyarakat anak-anak.
Bentuk permainan yang sering diminati pada usia ini:
a. Bermain konstruktif: membuat sesuatu hanya untuk bersenang-
senang saja tanpa memikirkan manfaatnya, seperti menggambar,
melukis, dan membentuk sesuatu.
b. Menjelajah: ingin bermain jauh dari lingkungan rumah.
c. Mengumpulkan: benda-benda yang menarik perhatian dan
minatnya, membawa benda ke rumah, menyimpan dalam laci,
dan tidak memperlihatkan koleksinya dalam laci.
d. Permainan dan olahraga: cenderung ingin memainkan permainan
anak besar (bola basket dan sepak bola) dan senang pada permainan
yang bersaing.
e. Hiburan: anak ingin meluangkan waktu rumah untuk
3) Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa
kekurangan kesempatan untuk mempelajari permainan dan olahraga yang
penting untuk menjadi anggota kelompok. Anak yang dilarang berkhayal karena
membuang waktu atau dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan
mengembangkan kebiasaan penurut yang kaku.
4) Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas
pada perlakuan orang lain. Bila konsep sosialnya didasarkan pada berbagai
stereotip, ia cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam
memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi maka itu
cenderung menetap dan terus memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian
sosial anak.
5) Bahaya moral
Ada enam bahaya umumnya dikaitkan dengan perkembangan sikap
moral dan perilaku anak-anak:
a) Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasarkan konsep-konsep media masa tentang benar dan salah yang
tidak sesuai dengan kode orang dewasa.
b) Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas
dalam terhadap perilaku.
c) Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa
yang sebaiknya dilakukan.
d) Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.
e) Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu
memuaskan sehingga perilaku menjadi kebiasaan.
f) Tidak sabar terhadap perbuatan orang lain yang salah.
B. Konsep TB PARU
1. Pengertian
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman mycobacterium
tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi
terbanyak diparu-paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang menyerang parenkim paru (Brunner
& Suddarth, 2002).
Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi dab penyakit infeksi kronik
yang sangat lama dikenal. (Carpinto, 2001).
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman menyerang paru
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman TB berbentuk batang
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pewarnaan yang disebut pula
basil tahan asam (Depkes, 2003).
2. Etiologi
Penyebab tuberculosis adalah mycobacterium tuberculosis sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/m dan tebal 0,3-0,6/m yang
tergolong dalam kuman mycobacterium tuberculosis komplek adalah :
a. Mycobacterium tuberculosae
b. Varian Asian
c. Varian African I
d. Varian African II
e. Mycobacterium bovis
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh mycobacterium
tuberculosis :
a. Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan
diturunkan secara genetik.
b. Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka
kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
c. Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
d. Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang cepat,
kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat.
e. Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injuri atau penyakit, kurang
nutrisi, stress, emosional, kelelahan yang kronik).
f. meningkatkan sekresi ateroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi
dan memudahkan untuk menyebarluaskan infeksi.
g. Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih
mudah.
h. Nutrisi ; status nutrisi kurang
i. Infeksi berulang : HIV, Measles, pertusis.
j. Tidak mematuhi aturan pengobatan.
3. Patofisiologi
Ketika seseorang klien TB paru batuk, bersin atau bicara, maka tak sengaja
keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke tanah, lantai atau tempat lainnya. Akibat
tertekan sinar matahari atau suhu udara yang panas droplet nuklei menguap.
Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakkan angin akan
membuat bakteri tuberculosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke
udara. Apabila bakteri ini terhiru oleh orang sehta maka orang itu berpotensi
terkena infeksi bakteri tuberculosis. Penularan bakteri lewat udara tersebut dengan
air-borne infection. Bakteri yang terhisap akan melewati pertahanan mukosilier
saluran pernafasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi dimana terjadi
implantasi bekteri, bakteri akan menggandakan diri. Bakteri tuberculosis dan
fokus ini disebut fokus primer atau lesi primer (fokus ghon). Reaksi juga terjadi
pada jaringan limfe regional yang bersama dengan fokus primer disebut sebagai
kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu inang yang baru terkena infeksi akan
menjadi sensitive terhadap ter tuberculosis atau tes mantoux. Berpangkal dari
kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui berbagai jalan
yaitu :
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Sputum (S-P-S)
Pemeriksaan sputum penting untuk dilakukan karena dengan pemeriksaan
tersebut akan ditemukan kuman BTA. Disamping itu pemeriksaan sputum juga
dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Tetapi
kadang-kadang tidak mudah untuk mendapat sputum terutama pasien yang tidak
batuk atau batukyan non produktif. Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum
pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum banyak ± 2 liter dan diajarkan
melakukan reflek batuk.
Kriteria sputum BTA positif adalah bisa sekurang-kurangnya ditemukan 3
batang kuman BTA pada satu sediaan, dengan kata laim diperlukam 5.000 kuman
dalam 1 mil sputum hasil pemeriksaan BTA (basil tahan asam) (+) dibawah
mikroskop memerlukam kurang lebih 5.000 kuman/ml sputum, sedangkan untuk
mendapatkan kuman (+) pada biakan yang merupakan diagnooosis pasti
dibutuhkan sekitas 50-100 kuman/ml sputum. Hasil kultur memerlukan waktu
tidak kuran dari 6-8 minggu dengan angka sensitivitas 18-30%.
Rekomendasi WHO skala IUATLD :
1). Tidak ditemuukan BTA dalam 100 lapang pandangan : negative
2). Ditemukan 1-9 BTA : tulis jumlah kuman
3). Ditemukan 10-99 BTA : 1+
4). Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 2+
5). Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 3+
b. Pemeriksaan Tuberkulin
Pada anak uji tuberculin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk
menunjukkan sedang/pernah terinfeksi mikobakterium TB dan sering digunakan
dalam “Screenning TBC”. Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji
tuberculin adalah lebih dari 90%.
Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji
tuberkulim positif100%, umur 1-2 tahun 92%, umur 2-4 tahun 78%, umut 4-6
tahun 75% dan umur 6-12 tahun 51%. Dari presentase tersebut dapat dilihat
bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulim semakin kurang
spesifik. Ada beberapa cara melakukan uji tuberculin namun sampai sekaran tes
mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada
setengah bagian atas lengan bawah kiri bagian depan disuntikkan intrakutan
(kedalam kulit), penilaian tubeekulim 48 jam -72 jam setelah penyuntikan dan
diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.
c. Pemeriksaan rontgen thorax
Pada hasil pemeriksaan rontgen thorax sering disapatkan adanya suatu lesi
sebelum ditemukan adanya gejala subyektif awal dan sebelum pemeriksaan fisik
menemukan kelainan pada paru. Bila pemeriksaan rontgen menemukan suatu
kelainan tidak ada gambarankhusus mengenai TB paru awal terkecuali dilobus
bawah dan biasanya berada disekitar hilus. Karakteristik kelainan ini terlihay
sebagai daerah bergaris-garis opaque yang ukurannya bervariasi dengan batas lesi
yang tidak jelas. Kriteria yang kabur dan gabar yang kurang jelas ini sering diduga
sebagai pneumonia atau suatu proses edukatif yang akan tampak lebih jelas
dengan pemberian kontras. Pemeriksaan rontgen thorax sangat berguna untuk
mengevaluasi hasil pengobatan dan ini bergantung pada tipe keterlibatan dan
kerentanan bakteri tuberculosis.
d. Pemeriksaan CT-Scan
Pemeriksaan CT-Scan dilakukan untu menemukan hubungan kasus TB
inaktif/stabil yang ditunjukkam dengan adanya gambaran garis-garis fibrotic
ireguler, pita parenkimal, klasifikasi nodul dan adenopati, perubahan
kelengkungan beras bronkhovaskuler, bronkhietasis dan emifesema
perisikatriksial. Sebagaimana pemeriksaan rontgen thorak, penentuan bahwa
kelainan inaktif tidak dapat hanya berdasarkan pada temuan CT-San pada
pemeriksaan tunggal, namun selalu dihubungkan dengan kultur sputu, yang
negatif dan pemeriksaan secara serial setiap saat. Pemeriksaan CT-Scan sangat
a). Fase intensif (2-3) bulan tujuan tahapan awal adalah membunuh kuman
yang aktif membelah sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya dengan obat
yang bersifat bakterisidal. Selama fase intensif sebanyak terdiri dari 4 obat, terjadi
pengurangan jumlah kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang infeksi menjadi
noninfeksi dalam 2 minggu. Sebagian besar dengan sputum BTA positif akan
menjadi negatif dalam waktu 2 bulan.
b). Fase lanjutan (4-7) bulan selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit
obat tapi dalam waktu yang lebih panjang, penggunaan 4 obat fase awal dan 2
obat selama fase lanjutan akan mengurangi resiko terjadinya resistensi selektif.
8. Komplikasi
Penyakit TB Paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan ko
mplikasi, diantaranya :
a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, faringitis.
b. Komplikasi lanjut :
1). Obstruksi jalan nafas, seperti SOPT ( Sindrom Obstruksi Pasca Tube
rcolosis)
2). Kerusakan parenkim berat seperti SOPT atau fibrosis paru, Cor
Pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, ARDS.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA SEKOLAH
KELUARGA Ny.H DENGAN PENYAKIT TB PARU
A. PENGKAJIAN
I. Data Umum
1. Identitas kepala keluarga
a. Nama KK : Ny.H
b. Umur : 30 Tahun
c. Pekerjaan : Pedagang
d. Pendidikan : SMP
e. Alamat : Desa Karangsong RW 02 RT 02
2. Komposisi anggota keluarga
No Nama Umur Jenis Hub dg KK Pendidikan
Kelamin
1 An.Z 10 L Anak SD
2 An.D 4 L Anak Belum Sekolah
3. Genogram
Keterangan gambar :
= Menikah = Meninggal
III.Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Rumah yang dihuni Ny.H merupakan rumah milik sendiri, terdiri dari ruang
tamu gabung dengan toko, 2 kamar tidur, dapur, mushola, kamar mandi dan WC.
Jarak dengan septic tank lebih dari 5 meter, kondisi WC bersih dengan model WC
leher angsa. Lantai terbuat dari keramik, rumah permanen, sirkulasi diperoleh dari
pintu depan, pintu belakang, dan jendela depan dan samping. sampah keluarga
diletakkan di tempat sampah sampingrumah. air minum sehari-hari diperoleh dari
sumur dan Pam dengan kondisi air bersih yang biasanya digunakan keluarga
untuk mandi dan mencuci semua perabot keluarga.
Denah rumah
6 5
3
2
Keterangan gambar :
1. Ruang Tamu Dan Toko
2. Kamar tidur
3. Ruang keluarga
4. Kamar tidur
5. Kamar Mandi
6. Dapur
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Keluarga Ny.H tinggal di lingkungan yang berpenduduk padat, mayoritas
penduduknya bersuku jawa dan rata-rata berprofesi sebagai nelayan. Mertua,
sepupu, kakak kandung Ny.H tinggal di sekitar rumah Ny.H lingkungan tetangga
cukup akrab dan saling menolong bila ada kesusahan.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Ny.H sudah lama tinggal di rumah ini. Rumah Ny.H berada 100
meter dari jalan raya, jenis kendaraan yang dipakai biasanya sepeda motor, karena
tidak ada kendaraan umum/angkot yang beroperasi di daerah desa itu, untuk
transportasi sehari–haribiasanya menggunakan sepeda motor pribadi.
V. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Respon keluarga sangat bangga bila ada anggota keluarga yang berhasil dan
keluarga sedih bila ada anggota keluarga yang meninggal, sakit atau kehilangan.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga Ny.H menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain.
Mereka membiasakan anak – anak mareka bermain denga temannya.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Ny.H mengatakan An.Z sering batuk dan kadang sesak nafas karena kadang
susah mengekuarkan dahak saat batuk. Apabila kondisinya sudah terlihat parah
maka Ny.H memeriksakannya ke dokter.
memahami
tentang
penyakit
anaknya.
dokter.
Kurang pengetahuan Setelah Tujuan khusus: Respon Keluarga mampu : 1. Memberikan
pada keluarga Ny.H dilakukan Setelah dilakukan verbal 1. Menyebutkan penyuluhan tentang
berhubungan dengan tindakan tindakan keperawatan pengertian TB adalah TB pada Ny.H
ketidakmampuan keperawatan selama 3x25 menit, saluran pernafasan 2. Bertukar pikiran dan
merawat / menolong selama 2 kali keluarga mampu : akut yang melibatkan menggali masalah
anggota keluarga pertemuan - Mengetahui saluran pernafasan. pada Ny.H.
dengan TB karena : keluarga faktor-faktor 2. Mampu 3. Motivasi keluarga
Ketidaktahuan diharapkan penyebab menyebutkan 2 dari 3 dalam melakukan
tentang fakta. mampu terjadi TB penyebab TB yaitu pengawasan pada
mengetahui - Mengetahui virus, bakteri dan anaknya
penyakit TB. pengertian TB jamur. 4. Anjurkan keluarga
- Mampu 3. Mampu dalam menjaga
menyebutkan menyebutkan 3 dari 5 kebersihan
tanda dan tanda dan gejala TB lingkungan
gejala TB yaitu batuk, pilek,
- Mengetahui sakit kepala, sakit
cara tenggorokkan dan
penanganan badan terasa pegal-
TB pegal.
4. Mampu
menyebabkan cara
pengobatab TB yaitu
dengan terapi
farmakologis dan non
farmakologois.
XV. EVALUASI
Hari / Tanggal / Waktu Implementasi Evaluasi
a. Mengkaji pernafasan S:
b. Menganjurkan teknik batuk efektif Ny. H mengatakan sudah paham tentang
c. Menganjurkan posisi semi fowler cara melakukan batuk efektif yang benar.
d. Memberi penkes batuk efektif An.Z masih belum mengeluarkan sekret.
O:
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat dapat
menggunakan proses keperawatan dengan tahapan pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan dan impletasi dan
evaluasi. Selain itu perawat juga dapat memilih untuk menggunakan model
konseptual yang relevan dengan kasus keluarga.
Menurut Fiedman (1998), keluarga merupakan kesatuan dari orang-
orang yang terikat dalam perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan
tinggal dalam satu rumah.
Proses keperawatan dalam pendekatan model friedman's family
centered ini terdiri atas tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.
B. Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga, hendaknya
perawat komunitas (keluarga) mampu memiliki landasan teori yang jelas,
sehingga pelayanan atau asuhan yang diberikan kepada keluarga akan mampu
menyelesaikan masalah yang terjadi di keluarga tersebut.
TUGAS INDIVIDU
Disusun Oleh :
FITRIANINGRUM APRILINTAN, S.Kep.
R.15.04.09.018
BAB I
62
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan , dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan
menggunakan metodelogi proses keperawatan, berpedomen pada standar praktik
keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan.
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini
bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendidikan proses keperawatan. Secara umum, tujuan keperawatan
keluarga adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengantasi masalah
kesehatan keluarga secara mandiri.
Asuhan keperawatan keluarga pada anak prasekolah adalah suatu
rangkaian kegiatan yang diberikan kepada keluarga dengan anak usia prasekolah.
Dimana, pada anak usia inilah yang rentan dan memiliki masalah tertentu dalam
menghadapi proses tumbuh kembangnya. Peran keluarga sangat dibutuhkan
sehingga proses tumbuh dan kembang anak dapat mencapai hasil yang sesuai
dengan yang diharapkan, terutama dalam pola hidup sehat.
Anak merupakan individu yang yang berada dalan satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak – anak
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dar bayi ( 0-1
tahun ), usia bermain/ toddler ( 1-2, 5 tahun ), prasekolah ( 2,5 – 5 tahun ) usia
sekolah ( 5-11 tahun), hingga remaja (11- 18 tahun ).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini dibuat untuk mempelajari lebih dalam tentang
asuhan keperawatan keluarga terhadap anak usia pra sekolah. Disamping itu,
penulisan juga bertujuan untuk memenuhi tugas yang bertujuan untuk
menerapkan konsep materi keperawatan keluarga.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan ini adalah untuk mengetahui :
a. Memahami konsep anak usia pra sekolah.
b. Memahami aspek-aspek perkembangan anak usia pra sekolah
c. Memahami ciri-ciri khas peserta didik usia sekolah.
d. Memahami kriteria anak matang pra sekolah.
e. Memahami tugas perkembangan pada masa anak pra sekolah.
BAB II
TINJAUAN TEORI
64
1. Aspek-aspek Perkembangan
a. Perkembangan fisik
65
d. Perkembangan moral
Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk
memahami aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat.
68
Perilaku moral banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua serta
perilaku moral dari orang-orang di sekitarnya. Perkembangan moral
ini juga tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi anak.
Perkembangan moral tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan
emosi anak.
Menurut Piaget, anatar usia 5-12 tahun konsep anak mengenaia
keadilan sudah berubah. Piaget menyatakan bahwa relativisme moral
menggantikan moral yang kaku. Misalnya: bagi anak usia 5 tahun,
berbohong adalah hal yang buruk, tetapi bagi anak yang lebih besar
sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong adalah dibenarkan
dan oleh karenanya berbohong tidak terlalu buruk. Piaget berpendapat
bahwa anak yang lebih muda ditandai dengan moral yang
heteronomous sedangkan anak pada usia 10 tahun mereka sudah
bergerak ke tingkat yang lebih tinggi yang disebut moralitas
autonomous.
Kohlberg menyatakan adanya 6 tahap perkembangan moral. Ke-
enam tahap tersebut terjadi pada tiga tingkatan, yakni tingkatan:
1) Pra-konvensional, anak peka terhadap peraturan-peraturan yang
belatar belakang budaya dan terhadap penilaian baik-buruk,
benar-salah tetapi anak mengartikannya dari sudut akibat fisik
suatu tindakan.
2) Konvensional, memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok
atau agama dianggap sebagai sesuatu yang berharga pada dirinya
sendiri, anak tidak perduli apapun akan akibat-akibat langsung
yang terjadi. Sikap yang nampak pada tahap ini terlihat dari sikap
ingin loyal, ingin menjaga, menjunjung dan member justifikasi
pada ketertiban.
3) Pasca-konvensional, ditandai dengan adanya usaha yang jelas
untuk mengartikan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang
sohih serta dapat dilaksanakan, terlepas dari otoritas kelompok
atau orang yang memegang prinsip-prinsip tersebut terlepas
69
2. Kematangan sekolah
Kematangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak
lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola
perkembangan tingkah laku individu. Akan tetapi, kematangan tidak dapat
dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan karena
kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh
setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu. Kematangan merupakan
suatu hasil dari perubahan-perubahan tertentu dan penyesuaian struktur
pada diri individu seperti adanya kematangan jaringan-jaringan tubuh,
saraf dan kelenjar-kelenjar yang disebut kematangan biologis.
Kematangan pada aspek meliputi keadaan berfikir, rasa, kemauan, dan
lain-lain.
Kematangan sekolah merupakan kesiapan anak dalam memasuki
masa-masa sekolah. Usia anak yang matang sekolah yaitu sekitar umur 7
tahun. Kriteria / kategori kematangan sekolah adalah :
1) Anak sudah dapat menangkap masalah-masalah yang bersifat abstrak
seperti matematika dan angka-angka.
2) Anak sudah dapat menggambar dengan lebih rapi.
3) Anak sudah dapat mandi sendiri, berpakaian sendiri, menyisir rambut
sendiri, mengikat tali sepatu serta menyisir rambut dengan benar.
4) Anak sudah lebih mampu mengendalikan tubuhnya untuk duduk dan
mendengarkan pelajaran daripada masa sebelumnya, walaupun
mereka lebih senang melakukan kegiatan fisik
3. Tugas perkembangan
Pada masa ini anak sudah semakin luas lingkungan pergaulannya.
Anak sudah banyak bergaul dengan orang-orang di luar rumah.
72
1. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
75
4. Patofiologi
Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk
ke dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan
suasana asam (pH < 2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan
seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor
histamin H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar,
akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai
usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan
kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di
ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi Peyer’s
patch, merupakan tempat internalisasi Salmonella typhi. Bakteri
mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran ke kelenjar limfe
mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai ke
jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami
multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear di dalam folikel limfe,
kelenjar limfe mesenterika, hati dan limfe (Soedarmo, Sumarmo S
Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang
lamanya ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun
pejamu maka Salmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui
duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini
organisme dapat mencapai organ manapun, akan tetapi tempat yang
disukai oeh Salmonella typhi adalah hati, limpa, sumsum tulang
belakang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi
kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah atau
penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme di empedu dapat
81
7. Penatalaksanaan
a. Medis
a) Anti Biotik (Membunuh Kuman) :
1) Klorampenicol
2) Amoxicilin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
b) Antipiretik (Menurunkan panas) :
1) Paracetamol
b. Keperawatan
a) Observasi dan pengobatan
b) Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam
atau kurang lebih dari selam 14 hari. MAksud tirah baring
adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus.
c) Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien.
d) Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya
harus diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi pneumonia dan dekubitus.
e) Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-
kadang terjadi konstipasi dan diare.
f) Diet
Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu
nasi tim
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari
demam selama 7 hari
86
b. Observasi
Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena
sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya yang
berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan,
keberhasilan dan sebagainya.
c. Studi Dokumentasi
Studi berkaitan dengan perkembangan kasus anak dan dewasa,
diantaranya melalui kartu menuju sehat, kartu keluarga dan catatan-
catatan kesehatan lain.
d. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik misalnya
kehamilan dan tanda-tanda penyakit. Data-data yang dikumpulkan
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Data Umum
a) Kepala keluarga dan komposisi keluarga
b) Tipe keluarga
c) Suku bangsa dan agama
d) Status sosial ekonomi keluarga
e) Aktivitas rekreasi keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
a) Tahap perkembangan keluarga
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c) Riwayat kesehatan keluarga inti
3) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e) Sistem pendukung keluarga
88
4) Struktur keluarga
a) Struktur peran
b) Nilai dan norma keluarga
c) Pola komunikasi keluarga
d) Struktur kekuatan keluarga
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi ekonomi
b) Fungsi mendapatkan status sosial
c) Fungsi pendidikan
d) Fungsi sosialisasi
e) Fungsi keperawatan. Tujuan dari fungsi keperawatan :
a. Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masa
kesehatan
b. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan mengenal tindakan kesehatan yang tepat
c. Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
d. Mengetahui kemampuan keluarga memelihara
/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
e. Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan dimasyarakat
f) Fungsi religius
g) Fungsi rekreasi
h) Fungsi reproduksi
i) Fungsi afeksi
6) Stress dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
c) Strategi koping yang digunakan
d) Disfungsi strategi adaptasi
89
7) Pemeriksaan keluarga
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga meliputi
pemeriksaan kebutuhan dasar individu, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang perlu.
8) Harapan keluarga
Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat (petugas
kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
yang terjadi.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah kesehatan keluarga dapat menggambarkan
keadaan kesehatan dan status kesehatan keluarga, karena merupakan
hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi
kesehatan, lingkungan, nilai, norma, kultur yang dianut oleh keluarga
mengacu pada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan serta
berbagai alasan dari ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan
tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
a. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami
oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
Yang termasuk didalamnya adalah :
1) Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum diagnosa
2) Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang
tidak sesuai dengan pertumbuhan normal.
b. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan) adalah masa
keperawatan yang belum terjadi tetapi tanda untuk menjadi masalah
keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan perawat.
90
2) Intervensi:
a) Beri penjelasan kepada keluarga tentang pengertian Asma,
faktor pencetus, tanda dan gejala, serta penanganannya.
b) Diskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang telah
dijelaskan
c) Tanyakan kembali tentang apa yang didiskusikan
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara yang tepat
1) Tujuan: Keluarga sanggup mengambil keputusan dalam
melakukan tindakan yang tepat
2) Intervensi:
a) Beri penjelasan pada keluarga tentang sifat, berat dan
luasnya masalah
b) Berikan beberapa pilihan kepada keluarga mengenai
tindakan yang tepat
c) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang
berkaitan dengan pemilihan tindakan yang tepat.
c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga
yang sakit.
1) Tujuan: Keluarga dapat melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga yang mengalami typoid fever
2) Intervensi:
a) Jelaskan kepada keluarga cara penanganan penyakit asma
b) Anjurkan kepada penderita makan makanan yang bergizi
c) Anjurkan kepada penderita memperhatikan waktu
beristirahat
d) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah
dijelaskan
e) Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
95
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA PRASEKOLAH
KELUARGA Tn. J PADA AN.N DENGAN TYPOID FEVER
B. PENGKAJIAN
J. Data Umum
1. Identitas kepala keluarga
a. Nama KK : Tn. J
b. Umur : 43 Tahun
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Pendidikan : SMA
e. Alamat : Desa Karangsong RW 02 RT 02
8. Komposisi anggota keluarga
No Nama Umur Jenis Hub dg KK Pendidikan
Kelamin
1 Tn. J 43 L KK SMA
2 Ny. S 42 P Istri SMP
3 Tn. R 22 P Anak SMA
4 An. N 4 P Anak Belum Sekolah
9. Genogram
98
Keterangan gambar :
= Menikah = Meninggal
X. Lingkungan
6. Karakteristik Rumah
Rumah yang dihuni Tn. J merupakan rumah milik sendiri, terdiri dari ruang
tamu gabung dengan toko, 2 kamar tidur, dapur, mushola, kamar mandi dan WC.
Jarak dengan septic tank lebih dari 5 meter, kondisi WC bersih dengan model WC
leher angsa. Lantai terbuat dari keramik, rumah permanen, sirkulasi diperoleh dari
pintu depan, pintu belakang, dan jendela depan dan samping. sampah keluarga
diletakkan di tempat sampah sampingrumah. air minum sehari-hari diperoleh dari
sumur dan Pam dengan kondisi air bersih yang biasanya digunakan keluarga
untuk mandi dan mencuci semua perabot keluarga.
100
Denah rumah
6 5
3
2
Keterangan gambar :
7. Ruang Tamu
8. Kamar tidur
9. Ruang keluarga
10. Kamar tidur
11. Kamar Mandi
12. Dapur
7. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Keluarga Tn. J tinggal di lingkungan yang berpenduduk padat, mayoritas
penduduknya bersuku jawa dan rata-rata berprofesi sebagai nelayan. Mertua,
sepupu, kakak kandung Ny. S tinggal di sekitar rumah Ny. S lingkungan tetangga
cukup akrab dan saling menolong bila ada kesusahan.
8. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. J sudah lama tinggal di rumah ini. Rumah Tn. J berada 100
meter dari jalan raya, jenis kendaraan yang dipakai biasanya sepeda motor, karena
tidak ada kendaraan umum/angkot yang beroperasi di daerah desa itu, untuk
transportasi sehari–haribiasanya menggunakan sepeda motor pribadi.
9. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarkat
Ny. Sjarang mengikuti perkumpulan. Tn. J dan Ny. S sering mengikuti
keagamaan yang berada di sekitar rumahnya.
\
101
XI.Struktur Keluarga
5. Pola Komunikasi Keluarga
Dalam keluarga saling terbuka satu sama lain. Dalam permasalahan yang
dihadapi baik itu masalah keluarga maupun pekerjaan, biasanya Tn. J selalu
membicarakan dengan Ny. S.
6. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga Tn. J saling mendukung satu dengan lainnya, respon keluarga bila
ada anggota keluarga yang bermasalah selalu mencari jalan keluarnya bersama-
sama. Bila ada anggota keluarga yang sakit, diusahakan untuk berobat dan
mendapatkan perawatan semampu keluarga sampai membaik.
7. Struktur Peran
Tn. J sebagai kepala keluarga, pencari nafkah.Ny.Nmembantu suami dengan
menjaga toko di rumah, mengasuh anak, pengatur rumah tangga. Anak pertama
Tn. J dan Ny. S berada diluar kota untuk menyelesaikan sekolahnya sedangkan
anak kedua (An. N) tinggal bersama Tn. J dan Ny. S.
8. Nilai dan Norma keluarga
Keluarga Tn. Jmenerapkan aturan – aturan sesuai dengan ajaran agama Islam
dan mengharapkan kedua anaknya nanti menjadi anak yang taat dalam
menjalankan agama. Dalam keluarga diterapkan hidup bersih seperti mencuci
tangan sebelum makan.
102
2. Kepala Bentuk normal,Warna Bentuk noral,lurus,tidak Bentuk normal,warna hitam lurus kulit
rambut hitam,lurus tidak beruban,rambut hitam kepala bersih
rontok,tidak ada ketombe dan rontok
3. Mata Bentuk simetris Bentuk simetris Bentuk simetris konjungtiva anemis sklera
konjungtiva anemis sklera konjungtiva anemis anikterik fungsi penglihatan baik
anikterik fungsi penglihatan sklera anikterik fungsi
baik penglihatan baik
4. Hidung dan mulut Tidak ada sekret tidak polip Tidak ada sekret tidak Tidak ada sekret tidak polip, caries
tidak caries polip tidak caries
5. Telinga Bentuk simetris tidak ada Bentuk simetris tidak ada Bentuk simetris tidak ada serumen fungsi
104
6. Leher Tidak ada nyeri tekan tidak Tidak ada nyeri tekan Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
kesulitan menelan tidak ada tidak kesulitan menelan
pembesaran kelenjar tiroid tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid
7. Dada Tidak terdapat kelainan Tidak terdapat kelainan Tidak terdapat kelainan
8. Abdomen Tidak terdapat kelainan Tidak terdapat kelainan Tidak terdapat kelainan
9. Ekstremitas Tidak ada edema tidak ada Tidak ada edema tidak Tidak terdapat kelainan
kekakuan otot tidak ada ada kekakuan otot tidak
luka ada varises ada varises dan tidak
adanya luka
10. Kulit Warna coklat turgor baik Warna coklat turgor baik Warna coklat turgor baik
105
=
107
Mudah
3. Potensial masalah 3/3 x 1 0,67 Masalah sudah lama dirasakan
untuk dicegah : dan pengobatannya dilakukan
sendiri anaknya sudah mengeluh
Cukup
sakit keluarganya membawa ke
dokter.
4. Menonjolnya ½x1 0,5 Keluarga berharap masalah
masalah : dapat segera ditangani
tidak
segera
diatasi
Total 2,84
Diagnosis Kriteria
Tujuan Standar Evaluasi Rencana Intervensi
Keperawatan Evaluasi
Tujuan Umum Tujuan Khusus
Hipertermia b.d Setelah Tujuan khusus: Respon Tugas – tugas 7. Monitor suhu saat
proses penyakit dilakukan Setelah dilakukan verbal perkembangan dengan kunjungan
typoid fever kunjungan tindakan keperawatan anak usia pra sekolah : 8. Menganjurkan
rumah selama 3 selama 3x25 menit kompres Hangat
- Memenuhi
hari, demamnya suhu tubuhnya 9. Memberi Penkes
kebutuhan anggota
berkurang. berkurang. tentang kompres
keluarga seperti
hangat dan cuci
rumah, ruang
tangan
bermain, privasi,
10. Menganjurkan
keamanan.
keluarga agar
- Mensosialisasikan
anaknya bedres
anak.
- Mengintegrasikan
anak yang baru,
110
sementara tetap
memenuhi
kebutuhan anak-
anak yang lain.
- Mempertahankan
hubungan yang
sehat dalam
keluarga
(hubungan
perkawinan dan
hubungan orang
tua dan anak) dan
diluar keluarga
(keluarga besar
dan komunitas).
Ketidakmampuan Setelah Tujuan khusus: Respon Keluarga mampu 5. Kaji apa penyebab
keluarga mengenal dilakukan Setelah dilakukan verbal menyebutkan ulang terjadinya masalah.
penyakit typoid kunjungan tindakan keperawatan tentang prnyuluhan 6. Beri penyuluhan
fever dan perawatan rumah selama 3 selama 3x25 menit, yang telah diberikan tentang penyakit
111
BAB IV
PEMBAHASAN
anak. disamping itu keluarga mempunyai tugas yaitu memenuhi kebutuhan anak
rumah rasa aman, membantu unutk bersosialisasi mempertahankan hubungan
yang sehat keluarga intern dan luar, pembagian tanggung jawab, dan
kegiatan untuk menstimulasi perkembangan anak.
Berdasarkan hasil pengkajian pada keluarga Tn.J dengan anak An.N
yang mengalami typoid fever. Typoid Fever adalah suatu kondisi saluran
pencernaan meradang hingga lebih sensitif terhadap faktor khusus (pemicu) yang
menyebabkan saluran pencernaan khususnya usus terkena infeksi bakteri.
(Professor Jon Ayres, 2003).
Typoid Fever adalah penyakit saluran pencernaan bagian usus yang
mengalami infeksi bakteri (Cecily,2002).
Pada keluarga Tn.J di dapatkan dua permasalahan keperawatan keluarga,
yaitu : Hipertermi b.d proses penyakit typoid fever, Kurang Pengetahuan Keluarga
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat dapat
menggunakan proses keperawatan dengan tahapan pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan dan impletasi dan
evaluasi. Selain itu perawat juga dapat memilih untuk menggunakan model
konseptual yang relevan dengan kasus keluarga.
Menurut Fiedman (1998), keluarga merupakan kesatuan dari orang-
orang yang terikat dalam perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan
tinggal dalam satu rumah.
Proses keperawatan dalam pendekatan model friedman's family
centered ini terdiri atas tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.
B. Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga, hendaknya perawat
komunitas (keluarga) mampu memiliki landasan teori yang jelas, sehingga
pelayanan atau asuhan yang diberikan kepada keluarga akan mampu
menyelesaikan masalah yang terjadi di keluarga tersebut.
TUGAS INDIVIDU
Disusun Oleh :
FITRIANONGRUM APRILINTAN, S.Kep
R.15.04.09.018
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL PADA Ny.T
KELUARGA Tn. W DENGAN ANEMIA
A. PENGKAJIAN
I. Data Umum
1. Identitas Kepala Keluarga
Nama KK : Tn. W
Umur : 25 Tahun
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Nelayan
Alamat : Karangsong RT 02 RW 02
2. Komposisi Keluarga
No Nama JK Hub. dgn Umur Pnddkn Pekerjaan
. KK
1 Ny.T P Istri 23 Thn SMP IRT
3. Genogram
Keterangan gambar :
= Menikah = Meninggal
8.Rekreasi Keluarga
Ny.T mengatakan tidak pernah berekreasi dan keluargatidak pernah pergi
ke tempat hiburan atau ke tempat rekreasi, keluarga biasanya kumpul pada sore
hari dan malam hari sambil menonton TV.
IV. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Luas rumah + 2 are, tipe rumah permanen, dimana terdapat 2 kamar tidur,
1 dapur, 1 ruang keluarga, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi. Dimana ventilasi dari
tiap ruangan dimanfaatkan setiap hari, sehingga cahaya dapat masuk ke ruangan
pada siang hari.Penerangan rumah dengan menggunakan lampu listrik, lantai
rumah menggunakan keramik.Kondisi rumah secara keseruhan cukup bersih,
status rumah milik sendiri, mempunyai kamar mandi dan WC. Ny.T mengatakan
mandi di kamar mandi.
2. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas
Ny.T mengatakan bahwa hubungan seluruh anggota keluarga dengan
masyarakat lainnya cukup harmonis, dalam melakukansuatu kegiatan dilakukan
dengan gotong royong, jarak rumah dengantetangga cukup dekat, disini tidak ada
budaya setempat yangmempengaruhi kesehatan.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Ny.T mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai kebiasaan berpindah
tempat karena keluarga memiliki rumah tetap.
Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat
Ny.T mengatakan sering berkumpul dan berinteraksipada malam hari setelah
makan malam sambil menonton TV. Dalam keluargatidak ada mengalami
masalah serta konflik dalam berinteraksi.
4. Sistem Pendukung Keluarga
Ny.T mengatakan seluruh anggota keluarga dalam keadaan sehat, Ny.T
sedang hamil anak pertama.Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah tempat
tinggalnya berupa Bidan dan Puskesmas.
V. Struktur Keluarga
1. Pola Dan Proses Komunikasi Keluarga
Ny.T mengatakan bahwa anggota keluarga berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Jawa. Komunikasiberlangsung dengan baik dan keluarga
menyelesaikan masalah denganmembicarakan terlebih dahulu dengan angota
keluarga dan pengambilankeputusan oleh kepala keluarga yang sudah
dimusyawarahkansebelumnya.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga Tn.W saling mendukung satu dengan lainnya, respon keluarga
bila ada anggota keluarga yang bermasalah selalu mencari jalan keluarnya
bersama-sama.Bila ada anggota keluarga yang sakit, diusahakan untuk berobat
dan mendapatkan perawatan semampu keluarga sampai membaik.
3. Struktur peran
Tn.W mempunyai peran dalam rumah tangga sebagaipencari nafkah, Ny.T
sebagai ibu rumah tangga.
X. Pemeriksaan Fisik
ANGGOTA KELUARGA
No PEM. FISIK
Tn. W Ny. S
1. Kepala
Rambut Bersih tidak ada ketombe Bersih, tidak ada ketombe.
8. Abdomen Tidak ada nyeri tekan Sedang hamil, tidak ada nyeri tekan
ASI
-Mencegah
pembengkakan
payudara
2 Anemia Setelah dilakukan Tujuan khusus: Respon -Melakukan 1. Diskusikan dengan
ringan b.d kunjungan rumah Setelah dilakukan verbal pemenuhan gizi sehat keluarga pengertian gizi
ketidakmamp selama 3 hari tindakan keperawatan saat hamil sehat
uan keluarga keluarga mampu selama 3x20 menit, 2. Ajarkan keluarga
dalam mengatasi masalah keluarga mampu : untuk mengungkapkan
mengatasi yang dihadapi. Menjelaskan kembali pengertian
masalah pengertian perawatan pemenuhan gizi sehat
payudara
Menjelaskan Respon Manfaat perawatan - - 3. Diskusikan dengan
manfaat verbal Menjaga kebersihan keluarga manfaat gizi
perawatan payudara saat hamil
payudara -Melancarkan sirkulasi 4. Mengungkapkan
di payudara kembali manfaat
-Merangsang produksi mengkonsumsi gizi saat
ASI hamil
BAB IV
PEMBAHASAN
Kehamilan adalah suatu krisis maturasi yang dapat menimbulkan stress, tetapi berharga karena wanita tersebut
menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya
untuk menghadapi peran baru, wanita tersebut mengubah konsep dirinya supaya ia siap menjadi orang tua. Secara bertahap, ia
berubah dari seseorang yang bebas dan berfokus pada diri sendiri menjadi seorang yang seumur hidup berkomitmen untuk
merawat seorang individu lain. Pertumbuhan ini membutuhkan penguasaan tugas – tugas perkembangan tertentu: menerima
kehamilan, mengidentifikasi peran ibu antara dirinya dan pasangannya, membangun hubungan dengan anak yang belum
lahir, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pengalaman melahirkan (Rubin, 1967; Lederman, 1984; Stainton, 1985).
Penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosi dari pasangan merupakan faktor penting dalam mencapai
keberhasilan tugas perkembangan ini (Entwistle, Doering, 1981; Mercer, 1981).
Pengalaman subyektif tentang waktu dan ruang berubah selama masa hamil karena rencana dan komitmen kini diatur
oleh tanggal taksiran partus (TTP) (Rubin, 1984). Pada awal masa hamil tampaknya tidak ada yang terjadi dan keinginan untuk
menghentikan hari-hari yang penuh tuntutan spesial dan aktivitas timbul supaya dapat menikmati waktu kosong tanpa beban.
Banyak waktu dihabiskan dengan tidur. Dengan munculnya quickening pada trimester kedua, terjadilah reduksi waktu dan ruang,
baik secara geografik maupun sosial karena wanita tersebut mengalihkan perhatiannya kedalam, yakni pada kandungannya
dan pada hubungan dengan ibunya dan wanita lain yang pernah atau sedang hamil.
Pada trimester ketiga terjadi perlambatan aktivitas dan waktu terasa cepat berlalu karena aktivitas wanita tersebut
dibatasi (Rubin, 1984). Kehamilan merupakan salah satu tahap perkembangan keluarga baru menikah, dengan fungsi reproduksi
yang tergolong dalam pasangan usia subur (PUS) dan memungkinkan untuk terjadinya kehamilan. Kehamilan melibatkan
seluruh anggota keluarga. Karena ”konsepsi merupakan awal, bukan saja bagi janin yang sedang berkembang, tetapi juga bagi
keluarga, yakni dengan hadirnya seorang anggota keluarga baru dan terjadinya perubahan hubungan dalam keluarga,” maka
setiap anggota keluarga harus beradaptasi terhadap kehamilan dan menginterpretasinya berdasarkan kebutuhan masing-
masing.
Keluarga Tn.W merupakan keluarga yang pada tahap perkembangan keluarga PUS dengan istri yang sedang sedang
hamil. Saat ini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan atau janinnya mempunyai
outcome yang buruk apabila di lakukan tata laksana secara umum seperti yang dilakukan pada kasus normal. Kehamilan resiko
tinggi adalah kehamilan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang di hadapi. (Manuaba,dkk;
2007:43).
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang disertai dengan faktor-faktor yang menaikkan kemungkinan terjadinya
keguguran, kematian janin, persalinan prematuritas, retardasi perumbuhan intrauterin, penyakit janin atau neonatus, malformasi
congenital, retardasi mental atau kecacatan (handicaps). (nelson: 2000;543)
Kehamilan resiko tinggi adalah terdapat perkiraan akan terjadi gangguan terhadap out-come pada ibunya atau
janinnya sehingga memerlukan pengawwasan lebih intensif dan mungkin tindakan proaktif. Pengawasan dan tindakan proak tif
ini sangat penting dengan tujuan memperkecil kesulitan komplikasi yang terjadi sehingga hasil mendekati well born
babydan well mother. (Manuaba, 2007:6)
Berdasarkan pengakajian pada keluarga Tn.W di dapatkan 2 masalah utama yaitu : Kurang pengetahuan tentang
perawatan payudara berhubungan dengan defisit informasi, Anemia ringan b.d ketidakmampuan keluarga menghadapi masalah.
Setelah di temukannya masalah tersebut, perawat berdiskusi dengan keluarga untuk menyelesaikan masalah pada
keluarga dengan melakukan kontrak waktu untuk implementasi keperawatan.
Selama di lakukan implementasi keperawatan, keluarga Tn.W tidak ada hambatan yang bermakna. Dimana keluarga
sangat kooperatif dengan implementasi yang dilakukan oleh perawat sehingga pengetahuan keluarga terhadap permasalahan
yang ada di keluarga khususnya tentang kehamilan beresiko tinggi bertambah. Dengan pengetahuan yang meningkat di
harapkan keluarga mampu mengatasi permasalahan pada keluarganya dan keluarga lebih siap mempersiapkan kelahiran anaknya.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat dapat menggunakan proses keperawatan dengan tahapan
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan dan impletasi dan evaluasi. Selain itu
perawat juga dapat memilih untuk menggunakan model konseptual yang relevan dengan kasus keluarga.
Menurut Fiedman (1998), keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam perkawinan, ada
hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah.
Proses keperawatan dalam pendekatan model friedman's family centered ini terdiri atas tahap yaitu
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
B. Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga, hendaknya perawat komunitas (keluarga) mampu memiliki
landasan teori yang jelas, sehingga pelayanan atau asuhan yang diberikan kepada keluarga akan mampu menyelesaikan masalah
yang terjadi di keluarga tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Achjar, Komang Ayu Heni, 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga : Sagung Seto
Doane, Gweneth Hartrick, 2005. Family Nursing as Relation Inquiry Developing Health Promotion Practice. Philadelpia : Lippicott
Duvall, E,M & Miller, B.L.1985. Marriage and Family Development (6 Ed). New York : Harper and Row
Friedman, M.M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik edisi 3. Jakarta : Arcan
Gde Manuaba, Ida Bagus. 1999. Memehami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta. Jakarta : Arcan
Hurlock, Elizabeth, 1990, Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga
Mubarok, wahit iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 1. Jakarta : EGC
Mubarok, wahit iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 2. Jakarta : EGC
Santun, Setiawi. Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Media
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu
Soetjiningsih, (2005). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Stanhope, M and Lancaster, J, 1996. Community Health Nursing : Promoting Health of Aggregates , Family and Individual. Fourth
edition. St. Louis : Mosby