Anda di halaman 1dari 166

1

LAPORAN TUGAS AKHIR STASE KEPERAWATAN


KELUARGA DI RT 02 RW 02 DESA KARANGSONG
KEC/KAB INDRAMAYU

TUGAS INDIVIDU

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Keluarga


Dan Komunitas Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Indramayu

Disusun Oleh :
FITRIANINGRUM APRILINTAN, S.Kep
R.15.04.09.018

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
(STIKes) INDRAMAYU
2016

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


2

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir Stase Keperawatan Komunitas Di RT 02 RW 02 Desa


Karangsong Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu Tahun 2016
Ini Telah Diperiksa Dan Disahkan Oleh Koordinator Stase Komunitas
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu
Guna Syarat-Syarat Untuk Mencapai Gelar Profesi Ners (Ners)

Indramayu, Juli 2016

Pembimbing

Kamsari, S.Kep.,Ns
NIK.

Kordinator
Stase Keperawatan Komunitas

Riyanto, S.Kep.,Ns. M.Kep


NIK. 034 213 066

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


3

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak

nikmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan “Laporan Tugas

Akhir Stase Komunitas dan Keluarga di RW.02 RT.02 Desa Karangsong

Kec/Kab. Indramayu Tahun 2016”.

Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari sepenuhnya masih

banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami

mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan

laporan ini.

Pada kesempatan ini juga kami mengucapkan terima kasih kepada

berbagai pihak yang telah membantu kami didalam penyusunan laporan ini,

yaitu kepada :

1. Heri Sugiarto, S.Km.,M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIKes) Indramayu.

2. Dulloh, selaku Kepala Desa Karangsong Kec/Kab. Indramayu.

3. Hj. Khasan Bisri, S.Kep selaku Ketua RW.02 Desa Karangsong Kec/Kab.

Indramayu.

4. Wayunah, S.Kep., M.Kep., selaku Ketua Program Profesi Ners Sekolah

Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu.

5. Ns. Riyanto, S.Kep., M.Kep., selaku Koordinator Stase Komunitas dan

Keluarga.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


4

6. Masyarakat Desa Karangsong Kec/Kab. Indramayu yang selalu

memberikan saran positif dan semangat untuk penulis serta bersedia

menjadi responden dalam kegiatan.

7. Seluruh Dosen beserta seluruh Staf Program Profesi Ners STIKes

Indramayu.

8. Teman-teman seperjuangan di Program Profesi Ners STIKes Indramayu

angkatan IX 2015-2016 dan seluruh pihak yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu, yang selalu mendukung dalam hal moril maupun

materil.

Semoga segala bantuan dan bimbingannya di catat sebagai amal soleh

dan mendapat balasan pahala di sisiNya.

Akhirnya kami berharap, semoga laporan ini dapat diterima sehingga

dapat dijadikan dasar pelaksanaan intervensi selanjutnya.

Indramayu, Juli 2016

Penyusun

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


5

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… i
KATA PENGANTAR………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Tujuan ........................................................................................ 3
C. Manfaat ...................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Paradigma Sehat.......................................................................... 6
B. Konsep Keperawatan Komunitas…………………………........ 10
C. Tujuan Dan Fungsi Keperawatan Komunitas………………...... 11
D. Model Kepeerawatan Komunitas................................................ 26
E. Proses Asuhan Keperawatan Komunitas..................................... 27

BAB III HASIL PENGKAJIAN


A. Pengkajian Komunitas................................................................. 21
B. Analisa Data, Diagnosa Keperawatan Dan Skoring.................... 75
C. Prioritas Diagnosa Keperawatan……………………………….. 80
D. Rencana Keperawatan Komunitas............................................... 81
E. Implementasi Keperawatan......................................................... 85

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan................................................................................. 94
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian………………..................................................... 40

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan......................................................................................... 94
B. Saran............................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


6

KONSEP KELUARGA

TUGAS INDIVIDU

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Keluarga


Dan Komunitas Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Indramayu

Disusun Oleh :
FITRIANINGRUM APRILINTAN, S.Kep
R.15.04.09.018

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
(STIKes) INDRAMAYU
2016

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


7

PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,
dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1978).
Menurut UU No. 10 Tahun 1992, keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami – isteri, atau suami – isteri dan anaknya, atau
ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Definisi lain keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan
saling ketergantungan.
2. Ciri – ciri Keluarga
a. Diikat tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Tanggung jawab masing – masing
e. Kerjasama
f. Interaksi

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


8

3. Struktur Keluarga
Menurut Friedmann struktur keluarga teridri atas :
a. Pola dan proses komunikasi. Pola interaksi keluarga yang
berfungsi :
1) Bersifat terbuka dan jujur
2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga
3) berpikiran positif dan
4) tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi social yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau
status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai
suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak
dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada
beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua mereka
entah ke mana atau malah berdiam diri dirumah.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan actual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah
perilaku orang lain kea rah positif. Ada beberapa macam tipe
struktur keluatan.
1) Legitimasi power
2) Referent power
3) Reward power
4) Coercive power
5) Affective power
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu system sikap dan kepercayaan yang
secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam
satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


9

perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola


perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan system
nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola
perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan
tujuan untuk menyelesaikan masalah.
4. Ciri – ciri Struktur Keluarga
Menurut Anderson Carter, dikutip Nasrul Effendy (1998), dibagi menjadi
tiga yaitu :
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara
anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi
dan tugasnya masing – masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing – masing.
5. Tipe keluarga
a. Tipe Keluarga Tradisional
1) The nuclear family(keluarga inti). Keluarga yang terdiri dari
suami, istri dan anak.
2) The dyad family. Keluarga yang terdiri dari suami dan istri
(tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila.Keluarga yang terdiri dari suami istri yang
sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri.
4) The childless family.Keluarga tanpa anak karena terlambat
menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya,
yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi
pada wanita.
5) The extended family (keluarga luas/besar).Keluarga yang
terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah
seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-
nenek), keponakan, dll).

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


10

6) The single-parent family (keluarga duda/janda).Keluarga yang


terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
7) Commuter famil.Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda,
tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang
tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota
keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
8) Multigenerational family.Keluarga dengan beberapa generasi
atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9) Kin-network family.Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam
satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan
barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya : dapur,
kamar mandi, televisi, telpon, dll).
10) Blended family.Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda
yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan
sebelumnya.
11) The single adult living alone / single-adult family. Keluarga
yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau
ditinggal mati.
b. Tipe Keluarga Non – Tradisional
1) The unmarried teenage mother. Keluarga yang terdiri dari
orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah.
2) The stepparent family.Keluarga dengan orangtua tiri.
3) Commune family.Beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui
aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


11

4) The nonmarital heterosexual cohabiting family.Keluarga yang


hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5) Gay and lesbian families.Seseorang yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-
istri (marital partners).
6) Cohabitating couple.Orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family.Beberapa orang dewasa yang
menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa
telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi
sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8) Group network family.Keluarga inti yang dibatasi oleh set
aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan
dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9) Foster family.Keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat
orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk
menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless family.Keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.
11) Gang.Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


12

6. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal,
sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu.Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku
dari keluarga, kelompok dan masyarakat.Berbagai peranan yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peran Ayah
Ayah sebagai suami dari istri, berperanan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
sebagai anggota dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b. Peran Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peran Anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
7. Fungsi Keluarga
a. Fungsi biologis
1) Meneruskan keturunanMemelihara dan membesarkan anak
2) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
3) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih sayang dan rasa aman
2) Memberikan perhatian di antara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


13

1) Membina sosialisasi pada anak


2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
2) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di
masa yang akan datang (pendidikan, jaminan hari tua)
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat
perkembangannya.
f. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care
function)
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek
asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan
kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit.
Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas
kesehatan yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan
tugas kesehatanberarti sanggup menyelesaikan maslaah kesehatan
(Setyowati, 2008).

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


14

8. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para
anggotanya dan saling memelihara. Freeman (1981) :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota
keluarga.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,
dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau
usaianya yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan
dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

9. Tugas Perkembangan Sesuai Dengan Tahap Perkembangan


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik,
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Friedman,
1998) :
a. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing–masing:
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


15

b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama).


Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30
bulan :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan keluarga
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang
paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
d. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
2) Mempertahankan keintiman pasangan

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


16

3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin


meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak
meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas
anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap
ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :

1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar


2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


17

g. Keluarga usia pertengahan


Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak
3) Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal
damapi keduanya meninggal :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
10. Standar Praktik Keluarga PPNI
a. Standar praktik profesional
1) Standar I : Pengkajian
2) Standar II : Diagnosa
3) Standar III : Perencanaan
4) Standar IV : Pelaksanaan tindakan
5) Standar V : Evaluasi
b. Standar kinerja profesional
1) Standar I : Jaminan Mutu
2) Standar II : Pendidikan
3) Standar III : Penilaian prestasi
4) Standar IV : Kesejawatan
5) Standar V : Etik
6) Standar VI : Kolaborasi

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


18

7) Standar VII : Riset


8) Standar VIII : Pemanfaatan sumber

11. Masalah Keperawatan Kesehatan Keluarga


a. Bahaya fisik
 Penyakit
 Kegemukan
 Kecelakaan
 Kecanggungan
 Kesederhanaan
b. Bahaya psikologis
 Bahaya dalam konsep diri
 Bahaya moral
 Bahaya yang menyangkut minat
 Bahaya dalam penggolongan peran seks
 Bahaya dalam perkembangan kepribadiaan
 Bahaya hubungan keluarga

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan
menggunakan metodelogi proses keperawatan, berpedoman pada standar praktik
keperawatan dilandasi etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan.
Menurut Friedman (1998 : 54), Proses keperawatan merupakan pusat bagi
semua tindakan keperawatan yang dapat diaplikasikan dalam situasi apa saja,
dalam kerangka referensi tertentu, konsep tertentu, teori atau falsafah. Friedman
dalam proses keperawatan keluarga membagi dalam lima tahap proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian terhadap keluarga, identifikasi masalah

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


19

keluarga dan individu atau diagnosa keperawatan, rencana perawatan,


implementasi rencana pengerahan sumber – sumber dan evaluasi perawatan.
Friedman (1998) menjelaskan proses keperawatan keluarga terdiri dari lima
langkah dasar yaitu :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam pelaksanaan proses keperawatan.
Pengkajian dengan pendekatan model family centered nursing ini melihat
keluarga sebagai subsistem dan masyarakat (Allender dan Spradley, 2005).
Pengkajian dalam asuhan keperawatan keluarga dikenal dengan istilah penjajakan.
Penjajakan keluarga terdiri dan dua tahap yakni penjajakan tahap pertama dan
tahap kedua.
Penjajakan tahap pertama meliputi enam kategori yaitu 1). Identifikasi data
sosial dan budaya keluarga, 2). Tahap dan riwayat perkembangan keluarga, 3).
Data lingkungan, 4). Struktur keluarga, 5). Fungsi keluarga, dan 6). Stress dan
koping keluarga. Penjajakan tahap kedua dilakukan untuk menggali keberfungsian
pelaksanaan tugas kesehatan keluarga. Ada lima tugas kesehatan keluarga yaitu
1). Mengenal masalah, 2). Mengambil keputusan, 3). Merawat anggota keluarga,
4). Memodifikasi lingkungan, dan 5). Memanfaatkan fasilitas kesehatan
(Friedman, 2003).
Penjajakan tahap kedua dalam konteks anak remaja, maka hal yang perlu
dikaji antara lain: kemampuan keluarga untuk mengenal masalah yang terjadi
pada remaja; keputusan yang diambil oleh keluarga dalam mengatasi masalah
pada remaja; kemampuan keluarga merawat remaja yang mengalami masalah
kesehatan reproduksi; kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang dapat
mencegah terhadap terjadinya masalah kesehatan reproduksi pada remaja, dan
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kesehatan remaja
yang ada disekitarnya misalnya puskesmas.
2. Diagnosa Keperawatan
Perumusan diagnosa keperawatan merupakan tahap lanjutan setelah data hasil
pengkajian diperoleh dan dianalisa. Diagnosis keperawatan keluarga ada tiga tipe
yaitu aktual, resiko, dan potensial. Setelah diagnosa keperawatan keluarga

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


20

dirumuskan, langkah selanjutnya adalah membuat prioritas tiap diagnosa.


Komponen dalam penentuan prioritas diagnosa terdiri dari empat kriteria yaitu
sifat masalah, kemungkinan untuk diubah, potensial dicegah, dan menonjolnya
masalah.
3. Intervensi
Friedman (2003) mengklasifikasi intervensi keperawatan keluarga ke dalam
tiga jenis yaitu intervensi keperawatan supplemental, intervensi keperawatan
fasilitatif, dan intervensi keperawatan developmental. Ketiga intervensi
keperawatan tersebut memiliki makna yang berbeda. Intervensi keperawatan
supplemental adalah intervensi keperawatan yang dirancang terkait dengan
pemberian pelayanan secara langsung pada keluarga sebagai sasaran. Intervensi
keperawatan fasilitatif adalah intervensi keperawatan yang terkait dengan rencana
dalam membantu mengatasi hambatan pada keluarga. Sedangkan intervensi
keperawatan developmental adalah intervensi keperawatan yang terkait dengan
rencana perawat membantu keluarga agar mampu menolong diri sendiri dengan
kekuatan dan sumber daya yang ada pada keluarga.
Komponen lain dalam intervensi ini adalah adanya tujuan. Tujuan merupakan
hasil yang diinginkan terkait dengan pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga.
Tujuan secara umum terbagi atas dua jenis yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum menggambarkan hasil akhir pencapaian dan suatu masalah yaitu
terjadinya perubahan perilaku dan kemandirian klien. Sedangkan tujuan khusus
adalah menggambarkan pencapaian hasil dari tiap kegiatan.
4. Implementasi
Implementasi adalah tahap dimana perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan kedalam kegiatan. Tujuannya adalah untuk melaksanakan intervensi
keperawatan yang direncanakan untuk membantu klien mencapai tujuan.
Kemampuan yang harus dimiliki perawat pada tahap implementasi antara lain:
kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan
saling percaya dan saling membantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor,
kemampuan mengobservasi yang sistematis, kemampuan memberikan health
education, kemampuan advokasi, dan kemampuan mengevaluasi.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


21

5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahapan terakhir dari proses keperawatan berupa
perbandingan yang sistematis dan terencana dart hasil-hasil yang diamati dengan
tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan
secara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Apabila hasil evaluasi menunjukkan ketercapaian tujuan dan criteria hasil, maka
klien keluar dari siklus proses keperawatan. Namun apabila sebaliknya, maka
klien masuk kembali dalam siklus proses keperawatan mulai dari pengkajian
ulang (reassessment).
Sesuai rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan penilaian untuk
menilai keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil perlu disusun rencana
baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan
dalam satu kali kunjungan ke keluarga. Untuk itu dapat dilakukan secara bertahap
sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga. Evaluasi disusun dengan
menggunakan SOAP secara operasional.

S : hal – hal yang dikemukakan oleh keluarga secara objektif setelah


dilakukan intervensi keperawatan.

O : hal – hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan.

A : analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait
dengan diagnosa keperawatan.

P : perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada
tahap evaluasi.
Evaluasi terbagi atas dua jenis yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif fokusnya adalah pada aktifitas dan proses keperawatan dan hasil
dari tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
melaksanakan perencanaan keperawatan untuk membantu keefektifan terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


22

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA ANAK USIA SEKOLAH


PADA An.Z KELUARGA Ny.H DENGAN PENYAKIT TB PARU
DI RT 02 RW 02 DESA KARANGSONG KECAMATAN
INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU

TUGAS INDIVIDU

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Komunitas


Dan Keluarga Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu

Disusun Oleh :
FITRIANINGRUM APRILINTAN, S.Kep.
R.15.04.09.018

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
(STIKes) INDRAMAYU
2016

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


23

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan keluarga merupakan salah satu teknik yang dilakukan
perawat untuk mengetahui keadaan keluarga tersebut baik yang sehat maupun
sakit yang berada dalam satu rumah. Keluarga adalah sekumpulan orang yang
berikatan dengan tali perkawinan yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak –
anaknya baik anak kandung maupun adopsi.
Keluarga mempunyai fungsi untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari
secara Bio – Psiko – Sosio – kultur – spritual dan juga memenuhi fungsi
reproduksi untuk menuruskan kelangsungan menambah SDM.
Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikatakan sebagai
potret atau gambar dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah
demikian, karena anak merupakan individu tersendiri yang tumbuh dan
berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah.
Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang
dimaksud anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan
belum pernah kawin (menikah). Saat ini yang disebut anak bukan lagi yang
berumur 21 tahun, tetapi berumur 18 tahun seperti yang ditulis Hurlock (1980),
maka dewasa dini dimulai umur 18 tahun.
Meskipun demikian, anak masih dikelompokkan lagi menjadi tiga
sesuai dengan kelompok usia, yaitu ; usia 2 – 5 tahun disebut usia prasekolah,
usia 6 – 12 tahun disebut usia sekolah, usia 13 – 18 tahun disebut usia remaja.
Dalam ilmu kesehatan ada beberapa tahap perkembangan keluarga,
salah satunya adalah Keluarga dengan tahap perkembangan anak usia Sekolah,
tahap ini dimulai sejak anak berusia 6 – 12 Tahun, dalam tahap ini orang tua
mempunyai tugas untuk menghadapi pisah dengan anaknya dan melepaskan
anaknya karena anak usia sekolah ini akan lebih senang bergaul dan bermain
dengan teman sebaya. Pada tahap ini juga keluarga mempunyai tahap

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


24

perkembangan untuk mengajarkan anaknya untuk bersosialisasi dan


meningkatkan prestasi anak.
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada tahap ini adalah perawat
memberikan perawatan dan melakukan pengkajian langsung dengan keluarga,
apakah keluarga sudah memenuhi tugas perkembangan anak pada usia ini atau
belum, serta mejelaskan kepada keluarga tugas perkembangan anak usia
sekolah, selain itu perawat juga melakukan pengkajian disekitar
lingkungannnya, apakah tempat keluarga yang ditempati keluarga layak untuk
ditempati atau tidak, serta melakukan perawatan dan memberi solusi kepada
keluarga untuk mencegah terjadinya penyakit

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini dibuat untuk mempelajari lebih dalam
tentang asuhan keperawatan keluarga terhadap anak usia sekolah. Disamping itu,
penulisan juga bertujuan untuk memenuhi tugas yang bertujuan untuk
menerapkan konsep materi keperawatan keluarga.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan ini adalah untuk mengetahui :
a. Pengertian keluarga
b. Tugas keluarga dibidang kesehatan
c. Pengertian anak usia sekolah
d. Ciri fisik anak sekolah
e. Ciri social anak sekolah
f. Ciri emosiaonal anak sekolah
g. Ciri kognitif anak sekolah

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


25

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Anak Usia Sekolah


1. Anak Usia Sekolah
Anak usia sekolah dapat disebut sebagai akhir masa kanak-kanak sejak
usia 6 tahun atau masuk sekolah dasar kelas satu, ditandai oleh kondisi yang
sangat mempengaruhi penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial anak.
Akhir masa kanak-kanak memiliki beberapa ciri:
a. Label yang digunakan oleh orangtua
1) Usia yang menyulitkan, yaitu suatu masa ketika anak tidak mau lagi
menuruti perintah dan ketika anak lebih dipengaruhi oleh teman
sebaya dari pada oleh orangtua dan anggota keluarga lain.
2) Usia tidak rapi, yaitu suatu masa ketika anak cenderung tidak
memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan.
3) Usia bertengkar, yaitu suatu masa ketika banyak terjadi pertengkaran
antar-keluarga dan suasana rumah yang tidak menyenangkan bagi
semua anggota keluarga.
b. Label yang digunakan pendidik/guru
1) Usia sekolah dasar, yaitu suatu masa ketika anak diharapkan
memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk
keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan
mempelajari berbagai keterampilan penting tertentu baik kurikuler
maupun ekstrakurikuler.
2) Periode kritis dalam berprestasi, yaitu suatu masa ketika anak
membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau
sangat sukses, yang cenderung menetap sampai dewasa.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


26

c. Label yang digunakan oleh ahli psikologi


1) Usia berkelompok, yaitu suatu masa ketika perhatian utama anak
tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai
anggota kelompok.
2) Usia penyesuaian diri, yaitu suatu masa ketika anak ingin
menyesuaikan dengan standar yang disetujui oleh kelompok dalam
penampilan, berbicara, dan perilaku.
3) Usia kreatif, yaitu suatu masa ketika akan ditentukan apakah anak
akan menjadi konformis (pencipta karya baru) atau tidak.
4) Usia bermain, yaitu suatu masa ketika besarnya keinginan bermain
karena luasnya (adanya) minat dan kegiatan untuk bermain.
2. Perkembangan Akhir Masa Kanak-Kanak
Tugas perkembangan akhir masa kanak-kanak menurut Havigrust:
a. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk
permainan-permainan yang umum.
b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai
makhluk yang sedang tumbuh.
c. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-temannya.
d. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.
e. Mengembangkan keterampilan dasar untuk membaca, menulis,
dan berhitung.
f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari.
g. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tingkatan nilai.
h. Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan
lembaga.
i. Mencapai kebebasan pribadi.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


27

3. Perkembangan Usia Sekolah


a. Perkembangan Biologis
Saat umur sampai 12 tahun, pertumbuhan rata – rata 5 cm per tahun untuk
tinggi badan dan meningkat 2 – 3 kg per tahun untuk berat badan. Selama usia
tersebut, anak laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak
laki – laki cenderung gemuk. Pada usia ini, pembentukan jaringan lemak lebih
cepat perkembangannya dari pada otot.
b. Perkembangan Psikososial
Menurut Freud, perkembangan psikososialnya digolongkan dalam fase
laten, yaitu ketika anak berada dalam fase oidipus yang terjadi pada masa
prasekolah dan mencintai seseorang. Dalam tahap ini, anak cenderung
membina hubungan yang erat atau akrab dengan teman sebaya, juga banyak
bertanya tentang gambar seks yang dilihat dan dieksploitasi sendiri melalui
media.
Menurut Erikson, perkembangan psikososialnya berada dalam tahap
industri vs inferior. Dalam tahap ini, anak mampu melakukan atau
menguasai keterampilan yang bersifat teknologi dan sosial, memiliki
keinginan untuk mandiri, dan berupaya menyelesaikan tugas. Inilah yang
merupakan tahap industri. Bila tugas tersebut tidak dapat dilakukan, anak akan
menjadi inferior.
c. Temperamen
Sifat temperamental yang dialami sebelumnya merupakan faktor
terpenting dalam perilakunya pada masa ini. Pola perilakunya
menunjukkan anak mudah bereaksi terhadap situasi yang baru. Pada usia ini,
sifat temperamental sering muncul sehingga peran orang tua dan guru sangat
besar untuk mengendalikannya.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


28

d. Perkembangan Kognitif
Menurut Plaget, usia ini berada dalam tahap operasional konkret, yaitu
anak mengekspresikan apa yang dilakukan dengan verbal dan simbol. Selama
periode ini kemampuan anak belajar konseptual mulai meningkat dengan pesat
dan memiliki kemampuan belajar dari benda, situasi, dan pengalaman yang
dijumpainya.
e. Perkembangan Moral
Masa akhir kanak-kanak, perkembangan moralnya dikategorikan oleh
Kohlberg berada dalam tahap konvensional. Pada tahap ini, anak mulai belajar
tentang peraturan-peraturan yang berlaku, menerima peraturan, dan merasa
bersalah bila tidak sesuai dengan aturan yang telah diterimanya.
f. Perkembangan Spiritual
Anak usia sekolah menginginkan segala sesuatunya adalah konkret atau
nyata daripada belajar tentang “God”. Mereka mulai tertarik terhadap surga
dan neraka sehingga cenderung melakukan atau mematuhi peraturan,
karena takut bila masuk neraka.
g. Perkembangan Bahasa
Pada usia ini terjadi penambahan kosakata umum yang berasal dari
berbagai pelajaran di sekolah, bacaan, pembicaraan, dan media.
Kesalahan pengucapan mengalami penurunan karena selama mencari
pengalaman anak telah mendengar pengucapan yang benar sehingga mampu
mengucapkannya dengan benar.
h. Perkembangan Sosial
Akhir masa kanak-kanak sering disebut usia berkelompok, yang ditandai
dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya
keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


29

i. Perkembangan Seksual
Masa ini anak mulai belajar tentang seksualnya dari teman-teman terlebih
guru dan pelajaran di sekolah. Anak mulai berupaya menyesuaikan
penampilan, pakaian, dan bahkan gerak-gerik sesuai dengan peran
seksnya. Kecenderungan pada usia ini, anak mengembangkan minat-minat
yang sesuai dengan dirinya. Disini, peran orang tua sangat penting untuk
mempersiapkan anak menjelang pubertas.
j. Perkembangan Konsep Diri
Perkembangan konsep diri sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan
dengan orang tua, saudara, dan sanak keluarga lain. Saat usia ini, anak-anak
membentuk konsep diri ideal, seperti dalam tokoh-tokoh sejarah, cerita khayal,
sandiwara, film, tokoh nasional atau dunia yang dikagumi, untuk membangun
ego ideal yang menurut Van den Daele berfungsi sebagai standar perilaku
umum yang diinternalisasi.
4. Bermain
Bermain dianggap sangat penting untuk perkembangan fisik dan
fisiologis karena selama bermain anak mengembangkan berbagai keterampilan
sosial sehingga memungkinkannya untuk menikmati keanggotaan kelompok
dalam masyarakat anak-anak.
Bentuk permainan yang sering diminati pada usia ini:
a. Bermain konstruktif: membuat sesuatu hanya untuk bersenang-
senang saja tanpa memikirkan manfaatnya, seperti menggambar,
melukis, dan membentuk sesuatu.
b. Menjelajah: ingin bermain jauh dari lingkungan rumah.
c. Mengumpulkan: benda-benda yang menarik perhatian dan
minatnya, membawa benda ke rumah, menyimpan dalam laci,
dan tidak memperlihatkan koleksinya dalam laci.
d. Permainan dan olahraga: cenderung ingin memainkan permainan
anak besar (bola basket dan sepak bola) dan senang pada permainan
yang bersaing.
e. Hiburan: anak ingin meluangkan waktu rumah untuk

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


30

membaca, mendengar radio, menonton, atau melamun.


Pada tahap ini tugas perkembangan keluarga yaitu: mensosialisasikan
anak dengan lingkungannya, termasuk keberhasilan dalam belajar dan kebutuhan
berkelompok dengan teman sebayanya, mempertahankan hubungan perkawinan
yang harmonis, dan memenuhi kebutuhan kesehatan anggota keluarga
(Friedman, 1998).
5. Masalah Anak Usia Sekolah
Masalah – masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah
meliputi bahaya fisik dan psikologis.
a. Bahaya Fisik
1) Penyakit
Penyakit infeksi pada usia sekolah jarang sekali terjadi dengan
adanya kekebalan yang didapat dari imunisasi yang pernah didapatkan
semasa bayi dan diulang pada kelas satu atau enam, tetapi berbahaya adalah
penyakit palsu atau khayal untuk menghindarkan tugas-tugas yang menjadi
tanggung jawabnya. Penyakit yang sering ditemui adalah penyakit yang
berhubugan dengan keberhasilan diri anak.
2. Kegemukkan
Kegemukan terjadi bukan karena adanya perubahan pada kelenjar,
tetapi akibat banyaknya karbohidrat yang dikonsumsi. Bahaya kegemukan
yang mungkin dapat terjadi: anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain
sehingga kehilangan kesempatan untuk mencapai keterampilan yang penting
untuk keberhasilan sosial, dan teman-temannya sering mengganggu dan
mengejek dengan sebutan-sebutan “gendut” atau sebutan lain sehingga anak
merasa rendah diri.
3) Kecelakaan
Kecelakaan terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang
menghasilkan keterampilan tertentu. Maskipun tidak meninggalkan bekas fisik,
kecelakaan yang dianggap sebagai kegagalan dan anak lebih bersikap hati-hati
akan berbahaya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut terhadap
kegiatan fisik. Bila hal ini terjadi dapat berkembang menjadi rasa malu yang

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


31

mempengaruhi hubungan sosial.


4) Kecanggungan
Pada masa ini anak mulai membandingkan kemampuannya dengan
teman sebaya. Bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk
rendah diri.
5) Kesederhanaan
Kesederhanaan sering dilakukan oleh anak-anak pada saat apapun.
Orang yang lebih dewasa memandangnya sebagai perilaku yang kurang
menarik sehingga anak menafsirkan sebagai penolakan yang dapat
mempengaruhi perkembangan konsep diri anak.
b. Bahaya Psikologis
1) Bahaya dalam berbicara
Ada empat bahaya dalam berbicara yang umum terdapat pada anak usia
sekolah: kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah
dan menghambat komunikasi dengan orang lain, kesalahan dalam berbicara,
seperti salah ucap dan kesalahan tata bahasa, cacat dalam bicara seperti
gagap atau pilar, akan membuat anak menjadi sadar diri sehingga anak hanya
berbicara bila perlu, anak yang mempunyai kesulitan berbicara dalam
bahasa yang digunakan di lingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha
untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia “berbeda” dan
pembicaraan yang bersifat egosentris, yang mengkritik dan
merendahkan orang lain, dan yang bersifat membual akan ditentang oleh
temannya.
2) Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang baik oleh teman-teman sebaya
maupun orang dewasa, bila ia masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang
kurang menyenangkan, seperti marah yang meledak-ledak, dan juga bila
emosi yang buruk seperti marah dan cemburu masih sangat kuat sehingga
kurang disenangi orang lain.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


32

3) Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa
kekurangan kesempatan untuk mempelajari permainan dan olahraga yang
penting untuk menjadi anggota kelompok. Anak yang dilarang berkhayal karena
membuang waktu atau dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan
mengembangkan kebiasaan penurut yang kaku.
4) Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas
pada perlakuan orang lain. Bila konsep sosialnya didasarkan pada berbagai
stereotip, ia cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam
memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi maka itu
cenderung menetap dan terus memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian
sosial anak.
5) Bahaya moral
Ada enam bahaya umumnya dikaitkan dengan perkembangan sikap
moral dan perilaku anak-anak:
a) Perkembangan kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau
berdasarkan konsep-konsep media masa tentang benar dan salah yang
tidak sesuai dengan kode orang dewasa.
b) Tidak berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas
dalam terhadap perilaku.
c) Disiplin yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa
yang sebaiknya dilakukan.
d) Hukuman fisik merupakan contoh agresivitas anak.
e) Menganggap dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu
memuaskan sehingga perilaku menjadi kebiasaan.
f) Tidak sabar terhadap perbuatan orang lain yang salah.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


33

6 ) Bahaya yang menyangkut minat


Ada dua bahaya yang umum dihubungkan dengan minat masa kanak-
kanak: pertama, tidak berminat pada hal-hal yang dianggap penting oleh
teman-teman sebaya, dan kedua, mengembangkan sikap yang kurang baik
terhadap minat yang dapat bernilai bagi dirinya, seperti kesehatan atau sekolah.
7) Bahaya dalam penggolongan peran seks
Ada dua bahaya yang umum dalam penggolongan peran seks:
kegagalan untuk mempelajari organ seks, dan ketidakmampuan untuk melakukan
peran seks yang disetujui. Bahaya yang pertama cenderung berkembang
bila anak dibesarkan oleh keluarga ketika orang tuanya melakukan peran seks
yang berbeda dengan orang tua teman-temannya. Bahaya yang kedua
berkembang bilamana anak perempuan dan laki-laki diharapkan melakukan
peran-peran tradisional.
8) Bahaya dalam perkembangan kepribadian
Ada dua bahaya yang serius dalam perkembangan kepribadian
periode ini. Pertama, perkembangan konsep diri yang buruk yang
mengakibatkan penolakan diri, dan kedua, egosentrisme yang merupakan
lanjutan dari awal masa kanak-kanak. Egosentrisme merupakan hal yang
serius karena memberikan rasa penting diri yang palsu.
9) Bahaya hubungan keluarga
Pertentangan dengan anggota-anggota keluarga mengakibatkan dua hal:
melemahkan ikatan keluarga dan menimbulkan kebiasaan pola penyesuaian
yang buruk, serta masalah-masalah yang dibawa keluar rumah.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


34

B. Konsep TB PARU
1. Pengertian
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman mycobacterium
tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi
terbanyak diparu-paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang menyerang parenkim paru (Brunner
& Suddarth, 2002).
Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi dab penyakit infeksi kronik
yang sangat lama dikenal. (Carpinto, 2001).
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman menyerang paru
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman TB berbentuk batang
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pewarnaan yang disebut pula
basil tahan asam (Depkes, 2003).
2. Etiologi
Penyebab tuberculosis adalah mycobacterium tuberculosis sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/m dan tebal 0,3-0,6/m yang
tergolong dalam kuman mycobacterium tuberculosis komplek adalah :
a. Mycobacterium tuberculosae
b. Varian Asian
c. Varian African I
d. Varian African II
e. Mycobacterium bovis
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh mycobacterium
tuberculosis :
a. Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan
diturunkan secara genetik.
b. Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka
kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
c. Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


35

d. Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang cepat,
kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat.
e. Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injuri atau penyakit, kurang
nutrisi, stress, emosional, kelelahan yang kronik).
f. meningkatkan sekresi ateroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi
dan memudahkan untuk menyebarluaskan infeksi. 
g. Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih
mudah.
h. Nutrisi ; status nutrisi kurang
i. Infeksi berulang : HIV, Measles, pertusis.
j. Tidak mematuhi aturan pengobatan.
3.  Patofisiologi
Ketika seseorang klien TB paru batuk, bersin atau bicara, maka tak sengaja
keluarlah droplet nuclei dan jatuh ke tanah, lantai atau tempat lainnya. Akibat
tertekan sinar matahari atau suhu udara yang panas droplet nuklei menguap.
Menguapnya droplet bakteri ke udara dibantu dengan pergerakkan angin akan
membuat bakteri tuberculosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke
udara. Apabila bakteri ini terhiru oleh orang sehta maka orang itu berpotensi
terkena infeksi bakteri tuberculosis. Penularan bakteri lewat udara tersebut dengan
air-borne infection. Bakteri yang terhisap akan melewati pertahanan mukosilier
saluran pernafasan dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi dimana terjadi
implantasi bekteri, bakteri akan menggandakan diri. Bakteri tuberculosis dan
fokus ini disebut fokus primer atau lesi primer (fokus ghon). Reaksi juga terjadi
pada jaringan limfe regional yang bersama dengan fokus primer disebut sebagai
kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu inang yang baru terkena infeksi akan
menjadi sensitive terhadap ter tuberculosis atau tes mantoux. Berpangkal dari
kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui berbagai jalan
yaitu :

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


36

1. Percabangan bronkhus, dapat mengenai area paru atau melalui sputum


mwnywbar ke laring (menyebabkan ukserasi laring).
2. sistem limfe menyebabkan adanya regional limfadenopati atau akhirnya
secara tak langsung mengakibatkan penyebarab lewat darah duktus
limfatius dan menimbulkan tuberculosis milier.
3. Aliran darah, aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat
membawa atau mengangkat material yang mengandung bakteri
tuberculosis dan bakteri ini daoat mencapai berbagai organ melalui aliran
darah yaitu, tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak dan meningen.
4. Rektifasi infeksi primer (infeksi pasca-primer) jika pertahanan tubuh
(inang) kuat maka infeksi primmer tidak berkrmbang lebih jauh dan
bakteri tuberkulois tak dapat berkembang biak baik lebih lanjut dan menjdi
dorman atau tidur. Ketika suatu saat tubuh terlalu lama, maka bakteri TB
yang dorman dapat aktif kembali. inilah yang disebut reaktifasi infeksi
primer atau pasca-primer juga dapat diakibatkan oleh bakteri TB ysng bsru
msduk ke tubuh (infeksi baru bukan bakteri dorman yang aktif kembali.
biasanya organ paru tempat timbulnya infeksi pasca primer terutama
berada didaerah apeks paru.
5. Infeksi Primer, tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari
penderita yang belum mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB.
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus dan terus berjalan
sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat
kuman TB berhasil berkrmbang bisk dengan cara pembelahan diri di paru,
kelenjar limfe didekitas hilus paru dan ini disebut sebagai komplek primer.
Waktu antara terjadinya infeksi sampau pembentukan komplek primer
adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjasinya
perubahan reaksi tuberkulim dari negatif menjadi positif. Kelanjutan
setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon
daya tahan tubuh. Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


37

menghentikan perkembangan kuman TB meskipun demikian ada beberapa


kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dorman. Kadang-
kadang daya tahan tubuh tidak amapu menghentikan perkembangan
kuman, akibatnya dalam beberaa bulan yang bersangkutan akan menjadi
penderita TB. Masa inkubasi yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi
sampai menjadi sakiy diperkirakan ekitar 6 bulan.
6. TB pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulam atau tahun
sesudah infeksi primer misalnya, karena daya tahan tubuh nemurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberculosis
pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas
atau efusi pleura.
7. Perjalanan alamiah TB yang tidak diobati atau tanpa oengobatan setelah
lima tahun 50% penderita TB akan meninggal, 25 % akan sembuh sendiri
dengan daya tahan tubuh tinggi dan sebagai kasus kronik yang tetap
menular.
8. Pengaruh infeksi HIV mengakibatkan kerusaka luas sistem daya tahan
tubuh sehingga jika terjadi infeksi oportunistik seperti TB maka yang
bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian.
Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat maka jumlah penderita TB
akan meningkat, dengan demikian penularan TB dimasyarakat akan
meningkat pula.
4. Klasifikasi TB Paru
Menurut Depkes (2013), Klasifikasi TB paru dibedakan menjadi :
a. Berdasarkan organ yang terinvasi 
TB paru adalah TB yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura
berdasarkan hasil pemeriksaan dahak dibagi menjadi 2 yaitu :
1). TB paru BTA positif, apabila sekurang-kurangnya 2 dahak SPS
( sewaktu pagi sewaktu) hasilnua positif atau 1 spesimen dahak SPS pemeriksaan
radiologi paru menunjukkan gambaran TB aktif.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


38

2). TB paru BTA Negatif apabila dalam 3 pemeriksaan specimen dahak


SPS BTA negatif dan pemeriksaan radiologi dada menunjukkan gambaran TB
aktif. TB paru dengan BTA (-) dan gambaran radiologi positif dibagi berdasarkan
tingkat keparahan, bila menunjukkan keparahan yakni kerusakan luas dianggap
berat.
TB ekstra paru yaitu TB yang menyerang organ lain selain paru misalnya
pleura selaput otak, selaput jantung, kelenjar limfe, tulang persendian, kulit, usus,
ginjal, saluran kencing dan alat kelamin. TB ekstra paru dibagi menjagi tingkat
keparahan pen yakitnya yaitu :
1). TB ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adreal.
2). TB ekstra paru berat seperti meningitis, perikarditis, peritonitis, TB
tulang belakang, TB saluran kencing dan alat kelamin.
b. Berdasarkan tipe pendrita
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya,
ada beberapa tipe penderita :
1. Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT
atau sudah pernah menelan obat anti TB kurang dari satu bulan.
2. Kambuh adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan dan telah dinyatakan sembuh kemudian kembali berobat dengan hasil
pemeriksaan BTA positif.
3. Pindah yaitu penderita yang sedang mendapat pengobatan di kabupaten
lain kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahaan tersebut
harus membawa surat rujukan.
4. Kasus berobat setelah lalai adalah penderita yang sudah berobat paling
kurang 1 bulan atau lebih dab berhenti 2 bulan atau lebih kemudian datang
kembali.
Perbedan TB anak dan dewasa :
a. TB anak lokasinya pada setiap bagian paru sedangkan pada dewasa
didaerah apeks dan infra klavikuler.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


39

b. terjadi pembesaran limfa regional sedangkan dewasa tanpa pembesaran


kelenjar limfa regional.
c. Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan
fibrosis.
d. Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen dan pada dewasa jarang.
5. Manifestasi Klinis
Diagnosa TB berdasarkan gejala klinis dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Gejala respiratorik
1). Batuk, gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan
yang paling sering dikeluhkan mula-mula bersifat non produktif kemudian
berdahak bahkan bercampur darah sudah kerusakan jaringan.
2). Batuk darah, darah yang dkeluarkan dalam dahak bervariasi
mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau
darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya
pembuluh darah. Berat ringannya darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh
darah yang pecah.
3). Sesak nafas, gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru
sudah luas atau kkarena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumotorax, anemia dll.
4). Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuntik yang ringan.
Gejala ini timnbul apabila sistem persyarafan dipleura terkena.
b. Gejala Sistemik
1). Demam merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul
pada sore dan malam hari mirip demam influenxza, hilang timbul dan makin lama
makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan pendek.
2). Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan BB
serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan,
akan tetapi penamppilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang
dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


40

c. Gejala TB ekstra paru


Tergantung pada organ yang terkena misalnya, limfadanatis TB,
meningitis TB, dan pleuritis TB.
d. Gejala klinis hemoptoe
Kita harus memastikan bahea perdarahan dari nasofaring dengan cara
membedakan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Batuk darah
a) Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan
b) Darah berbuih bercampur udara
c) Darah segar berwarna merah muda
d) Darah bersifat alkalis
e) Anemia kadang-kadang terjadi
f) Benzidin test negatif
2. Muntah darah
a) Darah dimuntahkan dengan rasa mual
b) Darah bercampur sisa makanan
c) Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
d) Darah bersifat asam
e) Anemia seriang terjadi
f) Benzidin test positif
3. Epistaksis
a) Darah menetes dari hidung
b) Batuk pelan kadang keluar
c) Darah berwarna merah segar
d) Darah bersifat alkalis
e) Anemia jarang terjadi

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


41

6.  Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Sputum (S-P-S)
Pemeriksaan sputum penting untuk dilakukan karena dengan pemeriksaan
tersebut akan ditemukan kuman BTA. Disamping itu pemeriksaan sputum juga
dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Tetapi
kadang-kadang tidak mudah untuk mendapat sputum terutama pasien yang tidak
batuk atau batukyan non produktif. Dalam hal ini dianjurkan satu hari sebelum
pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum banyak ± 2 liter dan diajarkan
melakukan reflek batuk.
Kriteria sputum BTA positif adalah bisa sekurang-kurangnya ditemukan 3
batang kuman BTA pada satu sediaan, dengan kata laim diperlukam 5.000 kuman
dalam 1 mil sputum hasil pemeriksaan BTA (basil tahan asam) (+) dibawah
mikroskop memerlukam kurang lebih 5.000 kuman/ml sputum, sedangkan untuk
mendapatkan kuman (+) pada biakan yang merupakan diagnooosis pasti
dibutuhkan sekitas 50-100 kuman/ml sputum. Hasil kultur memerlukan waktu
tidak kuran dari 6-8 minggu dengan angka sensitivitas 18-30%.
Rekomendasi WHO skala IUATLD :
1). Tidak ditemuukan BTA dalam 100 lapang pandangan : negative
2). Ditemukan 1-9 BTA : tulis jumlah kuman
3). Ditemukan 10-99 BTA : 1+
4). Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 2+
5). Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 3+
b. Pemeriksaan Tuberkulin
Pada anak uji tuberculin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk
menunjukkan sedang/pernah terinfeksi mikobakterium TB dan sering digunakan
dalam “Screenning TBC”. Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji
tuberculin adalah lebih dari 90%.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


42

Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji
tuberkulim positif100%, umur 1-2 tahun 92%, umur 2-4 tahun 78%, umut 4-6
tahun 75% dan umur 6-12 tahun 51%. Dari presentase tersebut dapat dilihat
bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulim semakin kurang
spesifik. Ada beberapa cara melakukan uji tuberculin namun sampai sekaran tes
mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada
setengah bagian atas lengan bawah kiri bagian depan disuntikkan intrakutan
(kedalam kulit), penilaian tubeekulim 48 jam -72 jam setelah penyuntikan dan
diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.
c. Pemeriksaan rontgen thorax
Pada hasil pemeriksaan rontgen thorax sering disapatkan adanya suatu lesi
sebelum ditemukan adanya gejala subyektif awal dan sebelum pemeriksaan fisik
menemukan kelainan pada paru. Bila pemeriksaan rontgen menemukan suatu
kelainan tidak ada gambarankhusus mengenai TB paru awal terkecuali dilobus
bawah dan biasanya berada disekitar hilus. Karakteristik kelainan ini terlihay
sebagai daerah bergaris-garis opaque yang ukurannya bervariasi dengan batas lesi
yang tidak jelas. Kriteria yang kabur dan gabar yang kurang jelas ini sering diduga
sebagai pneumonia atau suatu proses edukatif yang akan tampak lebih jelas
dengan pemberian kontras. Pemeriksaan rontgen thorax sangat berguna untuk
mengevaluasi hasil pengobatan dan ini bergantung pada tipe keterlibatan dan
kerentanan bakteri tuberculosis.
d. Pemeriksaan CT-Scan
Pemeriksaan CT-Scan dilakukan untu menemukan hubungan kasus TB
inaktif/stabil yang ditunjukkam dengan adanya gambaran garis-garis fibrotic
ireguler, pita parenkimal, klasifikasi nodul dan adenopati, perubahan
kelengkungan beras bronkhovaskuler, bronkhietasis dan emifesema
perisikatriksial. Sebagaimana pemeriksaan rontgen thorak, penentuan bahwa
kelainan inaktif tidak dapat hanya berdasarkan pada temuan CT-San pada
pemeriksaan tunggal, namun selalu dihubungkan dengan kultur sputu, yang
negatif dan pemeriksaan secara serial setiap saat. Pemeriksaan CT-Scan sangat

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


43

bermanfaat untuk mendeteksi adanya pembentukkan kapasitas dan lebih dapat


diandalkan daripada pemeriksaan rontgen thorak biasa.
e. Radiologis TB paru milier
TB paru milier terjadu menjadi dua tipe yaitu tipe TB paru milier akut dan
TB paru milier sub akut (kronis). Penyebaran milier terjadi setelah infeksi primer.
TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh darah secara massif atau menyeluruh
serta mengakibatkan penyakit akut yang berat dan sering disertai akibat yang fatal
sebelum penggunaan OAT.
7. Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan kontak yaitu pemeriksaan terhadap individu yang
bergaul erat dengan penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes B,
klnis dan radiologis. Bila tes RB positif maka pemeriksaan radiologis foto thorax
diulang 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif diberikan BCG vaksinasi,
bila positif berarti terjadi konversi hasil tes TB dan diberikan kenporofilaksis.
b. Mass Chest X-ray yaitu pemerikaan missal terhadap kelompok-
kelompok populasi tertentu misalnya : karyawan RS, puskesmas, balai pngobatan,
PEnghuni rumah tahanan dan siswa-siswi pesantren.
c. Vaksinisasi BCG
d. Kemoprofilaksis dengan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan
tujuan menghancuurkan atau mengurangi ppopulasi bakteri yang masih aktif.
e. Komunikasi, informasi dan edukasi tentang penyakit TB kepada
masyarakat ditingkat puskesmas maupun RS oleh petugas pemerinta maupun
petugas LSM.
b. Pemeriksaan Tuberkulin
Mekanisme kerja anti TB (OAT) :
1). Aktivitas bakterisidal, untuk bekteri yang membelah cepat
2). Aktivitas sterilisasi, terhadap the pesisters (bakteri semidormant)
c.Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas
bakteriostatis terhadap bakteri tahan asam.
Pengobatan TB terbagi menjadi dua fase yaitu :

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


44

a). Fase intensif (2-3) bulan tujuan tahapan awal adalah membunuh kuman
yang aktif membelah sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya dengan obat
yang bersifat bakterisidal. Selama fase intensif sebanyak terdiri dari 4 obat, terjadi
pengurangan jumlah kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang infeksi menjadi
noninfeksi dalam 2 minggu. Sebagian besar dengan sputum BTA positif akan
menjadi negatif dalam waktu 2 bulan.
b). Fase lanjutan (4-7) bulan selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit
obat tapi dalam waktu yang lebih panjang, penggunaan 4 obat fase awal dan 2
obat selama fase lanjutan akan mengurangi resiko terjadinya resistensi selektif.
8. Komplikasi
Penyakit TB Paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan ko
mplikasi, diantaranya :
a. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, faringitis.
b. Komplikasi lanjut :
1). Obstruksi jalan nafas, seperti SOPT ( Sindrom Obstruksi Pasca Tube
rcolosis)
2). Kerusakan parenkim berat seperti SOPT atau fibrosis paru, Cor
Pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, ARDS.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


45

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA SEKOLAH
KELUARGA Ny.H DENGAN PENYAKIT TB PARU

A. PENGKAJIAN
I. Data Umum
1. Identitas kepala keluarga
a. Nama KK : Ny.H
b. Umur : 30 Tahun
c. Pekerjaan : Pedagang
d. Pendidikan : SMP
e. Alamat : Desa Karangsong RW 02 RT 02
2. Komposisi anggota keluarga
No Nama Umur Jenis Hub dg KK Pendidikan
Kelamin
1 An.Z 10 L Anak SD
2 An.D 4 L Anak Belum Sekolah

3. Genogram

Keterangan gambar :

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


46

= laki-laki = Satu rumah

= Perempuan = Cerai / pisah

= Menikah = Meninggal

= Garis keturunan = Klien


3. Tipe keluarga
Tipe keluarga Ny.H adalah keluarga inti (single parent family), yang
terdiri dari, ibu dan anak.
4. Suku bangsa
Keluarga Ny.H merupakan keluarga suku Jawa, bahasa yang
digunakan sehari-hari adalah Bahasa Jawa, tidak ada kebiasaan
keluarga yang dipengaruhi oleh suku yang dapat mempengaruhi
kesehatannya.
5. Agama
Keluarga Ny.H beragama Islam dan seluruh anggota keluarganya
melaksanakan sholat lima waktu.
6. Status social ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga Ny.H diperoleh dari Ny. H yang bekerja sebagai
pedagang. Penghasilan rata–rata tidak menentu, hasil dari berdagang
dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari, transport/ jajan sekolah,
membayar sekolah An.Z dan An.D Keluarga tidak mempunyai
tabungan khusus untuk kesehatan.
7. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga biasanya berkunjung kerumah sanak saudara dan menonton
TV di rumah.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


47

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Keluarga dengan anak pra sekolah dengan tugas perkembangan keluarga :
menanamkan nilai dan norma agama, mengatur waktu bermain, bersosialisasi,
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan.
2. Tahap keluarga yang belum terpenuhi.
Keluarga telah memenuhi tahap perkembanganya.
3. Riwayat keluarga inti
Ny. S mengatakan bahwa dulu Ny.H adalah pilihan sendiri dan disetujui oleh
orang tua dan akhirnya menikah.
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Menurut Ny.H dikeluarganya ada yang mengalami penyakit yang serius yaitu
mengalami penyakit saluran pernafasan dan sedang dalam pengobatan 6 bulan.

III.Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Rumah yang dihuni Ny.H merupakan rumah milik sendiri, terdiri dari ruang
tamu gabung dengan toko, 2 kamar tidur, dapur, mushola, kamar mandi dan WC.
Jarak dengan septic tank lebih dari 5 meter, kondisi WC bersih dengan model WC
leher angsa. Lantai terbuat dari keramik, rumah permanen, sirkulasi diperoleh dari
pintu depan, pintu belakang, dan jendela depan dan samping. sampah keluarga
diletakkan di tempat sampah sampingrumah. air minum sehari-hari diperoleh dari
sumur dan Pam dengan kondisi air bersih yang biasanya digunakan keluarga
untuk mandi dan mencuci semua perabot keluarga.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


48

Denah rumah

6 5

3
2

Keterangan gambar :
1. Ruang Tamu Dan Toko
2. Kamar tidur
3. Ruang keluarga
4. Kamar tidur
5. Kamar Mandi
6. Dapur
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Keluarga Ny.H tinggal di lingkungan yang berpenduduk padat, mayoritas
penduduknya bersuku jawa dan rata-rata berprofesi sebagai nelayan. Mertua,
sepupu, kakak kandung Ny.H tinggal di sekitar rumah Ny.H lingkungan tetangga
cukup akrab dan saling menolong bila ada kesusahan.
3. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Ny.H sudah lama tinggal di rumah ini. Rumah Ny.H berada 100
meter dari jalan raya, jenis kendaraan yang dipakai biasanya sepeda motor, karena
tidak ada kendaraan umum/angkot yang beroperasi di daerah desa itu, untuk
transportasi sehari–haribiasanya menggunakan sepeda motor pribadi.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


49

4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarkat


Ny.H jarang mengikuti perkumpulan. Ny.H sering mengikuti keagamaan yang
berada di sekitar rumahnya.
5. System pendukung Keluarga
Keluarga Ny.H bila ada masalah keluarga termasuk masalah keuangan,
biasanya dibantu oleh keluarga yang lain, mertua dan tetangga yang tinggal
berdekatan dengan rumah dengan meminjam uang untuk keperluan yang
mendesak dan lainnya.
IV.Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Dalam keluarga saling terbuka satu sama lain. Dalam permasalahan yang
dihadapi baik itu masalah keluarga maupun pekerjaan, biasanya diputuskan secara
mandiri karena suaminya sudah meninggal.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga Ny.H saling mendukung satu dengan lainnya, respon keluarga bila
ada anggota keluarga yang bermasalah selalu mencari jalan keluarnya bersama-
sama. Bila ada anggota keluarga yang sakit, diusahakan untuk berobat dan
mendapatkan perawatan semampu keluarga sampai membaik.
3. Struktur Peran
Tn. J sebagai kepala keluarga, pencari nafkah.Ny.H dengan menjaga toko di
rumah, mengasuh anak, pengatur rumah tangga. Anak pertama dan kedua Ny.H
tinggal bersama.
4. Nilai dan Norma keluarga
Keluarga Ny.H menerapkan aturan – aturan sesuai dengan ajaran agama Islam
dan mengharapkan kedua anaknya nanti menjadi anak yang taat dalam
menjalankan agama. Dalam keluarga diterapkan hidup bersih seperti mencuci
tangan sebelum makan.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


50

V. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif
Respon keluarga sangat bangga bila ada anggota keluarga yang berhasil dan
keluarga sedih bila ada anggota keluarga yang meninggal, sakit atau kehilangan.
2. Fungsi sosialisasi
Keluarga Ny.H menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain.
Mereka membiasakan anak – anak mareka bermain denga temannya.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Ny.H mengatakan An.Z sering batuk dan kadang sesak nafas karena kadang
susah mengekuarkan dahak saat batuk. Apabila kondisinya sudah terlihat parah
maka Ny.H memeriksakannya ke dokter.

VI.Stress dan Koping Keluarga


1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang serta kekuatan keluarga
Apabila keluarga Ny.H selalu melakukkan secara mandiri, biasanya apabila
ada masalah tidak pernah berlarut–larutatau berlangsung lama. Karena mereka
langsung menyelesaikannya. Dan stress jangka panjangnya adalah apabila
anaknya sudah besar, biaya untuk sekolah mahal.
2. Respon terhadap Stressor
Apabila ada masalah keluarga mereka selalu mendiskusikanya dalam
keluarga, dan langsung menyelesaikan.
3. Strategi koping yang digunakan
Apabila ada masalah keluarga selalu mendiskusikanya dalam keluarga,
dan mereka sedang berusaha menabung untuk biaya anak mereka sekolah kelak
4. Strategi adaptasi yang disfungsional
Dari hasil pengkajian tidak didapatkan adanya cara – cara keluarga mengatasi
masalah secara mal adaptif
5. Harapan keluarga
Keluarga menyatakan merasa sangat senang dengan kehadiran perawat dan
berharap sangat membantu keluarga mencegah penyakit keluarga.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


46

VII. Pemeriksaan Fisik


No. Pemeriksaan Ny.H An.Z An. D
1. TTV TD : 120/80 mmHg TD : 100/80mmHg N : 75x/menit
N : 72x/menit N : 80x/menit RR : 20x/menit
RR : 20x/menit RR : 25x/menit S : 38’c
2. Kepala Bentuk normal,Warna rambut Bentuk noral,lurus,tidak Bentuk normal,warna hitam
hitam,lurus tidak rontok,tidak ada beruban,rambut hitam dan lurus kulit kepala bersih
ketombe rontok
3. Mata Bentuk simetris konjungtiva Bentuk simetris konjungtiva Bentuk simetris konjungtiva
anemis sklera anikterik fungsi anemis sklera anikterik fungsi anemis sklera anikterik
penglihatan baik penglihatan baik fungsi penglihatan baik
4. Hidung dan mulut Tidak ada sekret tidak polip tidak Tidak ada sekret tidak polip Tidak ada sekret tidak polip,
caries tidak caries caries
5. Telinga Bentuk simetris tidak ada serumen Bentuk simetris tidak ada Bentuk simetris tidak ada
fungsi pendengaran baik serumen fungsi pendengaran serumen fungsi pendengaran
baik baik
6. Leher Tidak ada nyeri tekan tidak Tidak ada nyeri tekan tidak Tidak ada pembesaran
kesulitan menelan tidak ada kesulitan menelan tidak ada kelenjar tiroid

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


47

pembesaran kelenjar tiroid pembesaran kelenjar tiroid


7. Dada Tidak terdapat kelainan Tidak terdapat kelainan tetapi Tidak terdapat kelainan
terkadang mengalami sesak
nafas.
8. Abdomen Tidak terdapat kelainan Tidak terdapat kelainan Tidak terdapat kelainan
9. Ekstremitas Tidak ada edema tidak ada Tidak ada edema tidak ada Tidak terdapat kelainan
kekakuan otot tidak ada luka ada kekakuan otot tidak ada
varises varises dan tidak adanya luka
10. Kulit Warna coklat turgor baik Warna coklat turgor baik Warna coklat turgor baik

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


48

VIII. ANALISA DATA


Berdasarkan pengkajian yang telah diuraikan, maka dapat dilanjutkan dengan
melakukan analisis masalah yang digambarkan sebagai berikut:
Analisis masalah keperawatan keluarga Tn. J
Data Tipologi Masalah Etiologi

Ds : Ancaman Bersihan Jalan Bersihan Jalan Nafas


- Ny.S mengatakan Nafas
anaknya sedang
menjalani
pengobatan 6 bulan.
- An.Z mengatakan
dada kadang sesak
dan sering batuk.
-An.Z tidak bisa
mengeluarkan
dahak.
-An.Z mengatakan
dahak hanya keluar
sedikit sesekali dan
dahak berwarna
putih.
Do :
- N;
80x/menit\
- R:
25x/menit
- S : 36’C
- Keluarga
tanpak
kebingungan
dan tidak

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


49

memahami
tentang
penyakit
anaknya.

Ds : Tidak / Kurang Ketidakmampuan


- Keluarga Kurang Pengetahuan merawat / menolong
mengatakan belum Informasi anggoota keluarga
tahu tentang dengan TB PARU
penyakitnya. karena ketidaktahuan
- Keluarga tentang fakta
mengatakan belum
tahu cara
pencegahan dan
perawatannya.
Do :
- Keluarga tidak
dapat
menyebutkan
definisi tentang
TB PARU.

IX. SKORING MASALAH

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


50

No Kriteria Nilai Score Pembenaran


1. Sifat masalah : 3/3X 1 1 Ny.H mengatakan anaknya
Aktual / Ancaman sudah menderita batuk dan
terkadang sesak nafas dan
sekarang dalam pengobatan 6
bulan.
2. Kemungkinan 2/2 x 2 1 Sumber daya keluarga berupa
masalah untuk waktu, kemauan dan fasilitas
diubah : kesehatan mudah dijangkau.
Sebagian
3. Potensial masalah 2/3 x 1 0,67 Masalah sudah lama dirasakan
untuk dicegah : dan pengobatannya dilakukan
Cukup sendiri dan memeriksaan
anaknya ke dokter.
4 Menonjolnya 2/2 X 1 1 Keluarga berharap masalah
masalah : dapat segera ditangani.
Masalah tidak
segera ditangani
Total 3,67

2 Sifat masalah : 2/3 x 1 1 Ny.H tidak sepenuhnnya sadar


Tidak / Kurang untuk mengenal potensi-potensi
Sehat yang mengganggu.

Kemungkinan 2/2 x 2 1 Pengetahuan Ny.S cukup untuk


masalah untuk menerima penjelasan tentang
diubah : kesehatan.
 Mudah
3. Potensial masalah 3/3 x 1 0,67 Masalah sudah lama dirasakan
untuk dicegah : dan pengobatannya dilakukan
 Cukup sendiri kecuali jika sesaknya

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


51

tidak bisa ditahan keluarga


membawa kedokter.
4. Menonjolnya ½x1 0,5 Ny.H mengatakan penyakitnya
masalah : kadang mengganggu aktivitas
 tidak anaknya.
segera
diatasi
Total 2,84

XI. PRIORITAS BERDASARKAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Peningkatan
Sekret Karen Peningkatan Berlebih Dan Belum Paham Cara Batuk Efektif.
2. Kurang Pengetahuan Pada KEluarga Ny.H Berhubungan Dengan
Ketidakmampuan Merawat Dan Menolong anggota Keluarga Dengan TB Paru
Karena : Ketidaktahuan Tantang Fakta.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


52

INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA Ny.H


DENGAN ANAK USIA SEKOLAH An.Z RT 02 RW 02 DESA KARANGSONG
KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU
Diagnosis Kriteria
Tujuan Standar Evaluasi Rencana Intervensi
Keperawatan Evaluasi
Tujuan Umum Tujuan Khusus
Bersihan jalan nafas Setelah Setelah dilakukan Respon Jalan nafas efektif 1. Obs Pernafasan
tidak efeektif dilakukan tindakan keperawatan verbal dengan kriteria hasil : 2. Ajarkan teknik batuk
berhubungan dengan kunjungan selama 32x25 menit tidak ada sekret dan efektif
peningkatan sekret rumah selama 2 jalan nafas kembali pernafasan normal. 3. Abjurkan posisi
karen produksi yang hari jalan nafas efektif, tidak ada semofowler
berlebih dan kurang kembali efektif. sekret dan pernafasan 4. Anjurkan An.D
informasi tentang normal. minum air hangat.
cara batuk efektif. 5. Beri penkes tentang
batuk efektif
6. Anjurkan keluarga
dalam pengawasan
An.Z untuk minum
obat sesuai anjuran

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


53

dokter.
Kurang pengetahuan Setelah Tujuan khusus: Respon Keluarga mampu : 1. Memberikan
pada keluarga Ny.H dilakukan Setelah dilakukan verbal 1. Menyebutkan penyuluhan tentang
berhubungan dengan tindakan tindakan keperawatan pengertian TB adalah TB pada Ny.H
ketidakmampuan keperawatan selama 3x25 menit, saluran pernafasan 2. Bertukar pikiran dan
merawat / menolong selama 2 kali keluarga mampu : akut yang melibatkan menggali masalah
anggota keluarga pertemuan - Mengetahui saluran pernafasan. pada Ny.H.
dengan TB karena : keluarga faktor-faktor 2. Mampu 3. Motivasi keluarga
Ketidaktahuan diharapkan penyebab menyebutkan 2 dari 3 dalam melakukan
tentang fakta. mampu terjadi TB penyebab TB yaitu pengawasan pada
mengetahui - Mengetahui virus, bakteri dan anaknya
penyakit TB. pengertian TB jamur. 4. Anjurkan keluarga
- Mampu 3. Mampu dalam menjaga
menyebutkan menyebutkan 3 dari 5 kebersihan
tanda dan tanda dan gejala TB lingkungan
gejala TB yaitu batuk, pilek,
- Mengetahui sakit kepala, sakit
cara tenggorokkan dan
penanganan badan terasa pegal-

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


54

TB pegal.
4. Mampu
menyebabkan cara
pengobatab TB yaitu
dengan terapi
farmakologis dan non
farmakologois.

XIV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Hari / Tanggal / Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi
Kamis, 2 Juni 2016 Bersihan jalan nafas tidak efektif a. Mengkaji pernafasan
berhubungan dengan peningkatan sekret b. Menganjurkan teknik batuk efektif
karena produksi berlebih c. Menganjurkan posisi semi fowler
d. Memberi penkes batuk efektif
Jumat, 3 Juni 2016 Kurang pengetahuan pada keluarga Ny.H a. Memberikan penyuluhan tentang TB

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


55

berhubungan dengan ketidakmampuan b. Mendiskusikan dan menggali masalah


merawat / menolong anggota keluarga pada keluarga Ny.H
dengan TB karena : ketidaktahuan tentang c. Motivasi Ny.H tentang pengawasan
fakta. pengobatan An.Z
d. Menganjurkan Ny.H dengan
pentingnya kondisi lingkungan rumah
yang sehat.

XV. EVALUASI
Hari / Tanggal / Waktu Implementasi Evaluasi
a. Mengkaji pernafasan S:
b. Menganjurkan teknik batuk efektif Ny. H mengatakan sudah paham tentang
c. Menganjurkan posisi semi fowler cara melakukan batuk efektif yang benar.
d. Memberi penkes batuk efektif An.Z masih belum mengeluarkan sekret.
O:

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


56

An.Z tampak sesak nafas dengan RR :


25x/menit.
An.Z mau melakukan tindakan batuk
efektif namun dahak belum keluar.
A : Masalah Sebagian teratasi
P : LAnjutkan intervensi
- Anjurkan teknik batuk efektif
secara mandiri
- Anjurkan keluarga dalam
pengawasan obat An.Z

a. Memberikan penyuluhan tentang TB S:


b. Mendiskusikan dan menggali masalah Ny.H mengatakan TB paru adalah
pada keluarga Ny.H penyakit paru-paru yang ditandai dengan
c. Motivasi Ny.H tentang pengawasan batuk, pilek, sesak.
pengobatan An.Z Ny.H mengatakan paham dengan
d. Menganjurkan Ny.H dengan pentingnya penyakit TB paru dan pengobatannya
kondisi lingkungan rumah yang sehat. setelah diberikan informasi.
Ny.H paham tentang rumah sehat yang

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


57

baik supaya kondisi rumahnya menjadi


lebih sehat dan bersih.
O : Keluarga tampak kooperatif dan An.Z
tampak mau melakukan anjuran yang
telah diberikan.
A : Masalah teratasi
P : LAnjutkan intervensi
- Evaluasi tentang intervensi yang
telah dilakukan pada pertemuan
selanjutnya.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


58

BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks


dengan menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan
keluarga dan individu sebagai anggota keluarga.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat
dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Depkes RI 1988).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
(Salvicion G bailon dan Aracelis Maglaya 1989).
Menurut UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang
dimaksud anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan
belum pernah kawin (menikah). Saat ini yang disebut anak bukan lagi yang
berumur 21 tahun, tetapi berumur 18 tahun seperti yang ditulis Hurlock (1980),
maka dewasa dini dimulai umur 18 tahun.
Meskipun demikian, anak masih dikelompokkan lagi menjadi tiga
sesuai dengan kelompok usia, yaitu ; usia 2 – 5 tahun disebut usia prasekolah,
usia 6 – 12 tahun disebut usia sekolah, usia 13 – 18 tahun disebut usia remaja.
Berdasarkan hasil pengkajian pada keluarga Tn.S di dapatkan bahwa
keluarga saat ini berada tahap keluarga Usia sekolah. Dalam ilmu kesehatan ada
beberapa tahap perkembangan keluarga, salah satunya adalah Keluarga dengan
tahap perkembangan anak usia Sekolah, tahap ini dimulai sejak anak berusia 6 –
12 Tahun, dalam tahap ini orang tua mempunyai tugas untuk menghadapi pisah
dengan anaknya dan melepaskan anaknya karena anak usia sekolah ini akan
lebih senang bergaul dan bermain dengan teman sebaya. Pada tahap ini juga

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


59

keluarga mempunyai tahap perkembangan untuk mengajarkan anaknya untuk


bersosialisasi dan meningkatkan prestasi anak.
Asuhan keperawatan yang dilakukan pada tahap ini adalah perawat
memberikan perawatan dan melakukan pengkajian langsung dengan keluarga,
apakah keluarga sudah memenuhi tugas perkembangan anak pada usia ini atau
belum, serta mejelaskan kepada keluarga tugas perkembangan anak usia
sekolah, selain itu perawat juga melakukan pengkajian disekitar
lingkungannnya, apakah tempat keluarga yang ditempati keluarga layak untuk
ditempati atau tidak, serta melakukan perawatan dan memberi solusi kepada
keluarga untuk mencegah terjadinya penyakit
Pada keluarga Ny.H di dapatkan masalah bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan peningkatan sekret karena produksi berlebih,
kurang pengetahuan pada keluarga Ny.H berhubungan dengan
ketidakmampuan merawat/menolong anggota keluarga dengan TB PARU
karena : ketidaktahuan tentang fakta.
Setelah di dapatkan masalah pada keluarga kemudian perawat
melakukan implementasi keperawatan keluarga berdasakan diagnosa
keperawatan yang di dapatkan. Selama dilakukan implementasi keperawatan,
keluarga Ny.H tidak mengalami hambatan yang bermakna. Dimana keluarga
sangat apresiatif dan kooperatif terhadap perawat dan kegiatan yang dilakukan.
Sehingga tujuan implementasi keperawatan tercapai dan diharapkan keluarga
mampu secara mandiri menyelesaikan permasalahan yang ada pada
keluarganya.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


60

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat dapat
menggunakan proses keperawatan dengan tahapan pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan dan impletasi dan
evaluasi. Selain itu perawat juga dapat memilih untuk menggunakan model
konseptual yang relevan dengan kasus keluarga.
Menurut Fiedman (1998), keluarga merupakan kesatuan dari orang-
orang yang terikat dalam perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan
tinggal dalam satu rumah.
Proses keperawatan dalam pendekatan model friedman's family
centered ini terdiri atas tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.

B. Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga, hendaknya
perawat komunitas (keluarga) mampu memiliki landasan teori yang jelas,
sehingga pelayanan atau asuhan yang diberikan kepada keluarga akan mampu
menyelesaikan masalah yang terjadi di keluarga tersebut.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


61

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA ANAK USIA


PRASEKOLAH
PADA An.N KELUARGA Tn.J DENGAN PENYAKIT TYPOID FEVER
DI RT 02 RW 02 DESA KARANGSONG KECAMATAN
INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU

TUGAS INDIVIDU

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Komunitas


Dan Keluarga Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Indramayu

Disusun Oleh :
FITRIANINGRUM APRILINTAN, S.Kep.
R.15.04.09.018

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
(STIKes) INDRAMAYU
2016

BAB I
62

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang langsung diberikan kepada klien pada berbagai tatanan
pelayanan kesehatan , dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan
menggunakan metodelogi proses keperawatan, berpedomen pada standar praktik
keperawatan, dilandasi etik dan etika keperawatan, dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan.
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini
bertujuan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendidikan proses keperawatan. Secara umum, tujuan keperawatan
keluarga adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengantasi masalah
kesehatan keluarga secara mandiri.
Asuhan keperawatan keluarga pada anak prasekolah adalah suatu
rangkaian kegiatan yang diberikan kepada keluarga dengan anak usia prasekolah.
Dimana, pada anak usia inilah yang rentan dan memiliki masalah tertentu dalam
menghadapi proses tumbuh kembangnya. Peran keluarga sangat dibutuhkan
sehingga proses tumbuh dan kembang anak dapat mencapai hasil yang sesuai
dengan yang diharapkan, terutama dalam pola hidup sehat.
Anak merupakan individu yang yang berada dalan satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak – anak
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dar bayi ( 0-1
tahun ), usia bermain/ toddler ( 1-2, 5 tahun ), prasekolah ( 2,5 – 5 tahun ) usia
sekolah ( 5-11 tahun), hingga remaja (11- 18 tahun ).

Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikatakan sebagai


potret atau gambar dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian,
63

karena anak merupakan individu tersendiri yang bertumbuh dan berkembang


secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini dibuat untuk mempelajari lebih dalam tentang
asuhan keperawatan keluarga terhadap anak usia pra sekolah. Disamping itu,
penulisan juga bertujuan untuk memenuhi tugas yang bertujuan untuk
menerapkan konsep materi keperawatan keluarga.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan ini adalah untuk mengetahui :
a. Memahami konsep anak usia pra sekolah.
b. Memahami aspek-aspek perkembangan anak usia pra sekolah
c. Memahami ciri-ciri khas peserta didik usia sekolah.
d. Memahami kriteria anak matang pra sekolah.
e. Memahami tugas perkembangan pada masa anak pra sekolah.

BAB II

TINJAUAN TEORI
64

A. Konsep Anak Prasekolah


Menurut Joyce Engel (1999) Anak usia prasekolah adalah mereka yang
berusia antara 3-6 tahun. menurut Biechler dan Snowman (1993), mereka
biasanya mengikuti program prasekolah baik di taman kanak-kanak, kelompok
bermain maupun tempat penitipan anak dan menurut Elizabeth dalam buku
psikologi perkembangan, usia prasekolah adalah usia mainan, karena pada
masa itu anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk untuk bermain
dengan mainannya. (Dalam Bambang, 2005).
Usia prasekolah adalah usia yang rentan bagi anak. Pada usia ini anak
mempunyai sifat imitasi atau meniru terhadap apapun yang telah dilihatnya.
Orang-orang dewasa yang paling dekat dengan anak adalah orang tua.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak yang
mempunyai pengaruh sangat besar. Haryoko (1997) berpendapat bahwa
lingkungan sangat besar pengaruhnya sebagai stimulans dalam perkembangan
anak. Pada usia prasekolah anak-anak akan mengalami perkembangan sangat
cepat dari segi fisik, kognitif, emosi maupun sosial. Hal ini akan sangat
berpengaruh pada masa depan anak kelak. Taman kanak-kanak sebagai
lembaga pendidikan formal pertama merupakan salah satu sarana untuk
membantu memberi rangsangan dan dukungan dalam masa pertumbuhan dan
perkembangn anak. Faktor-faktor yang berperan dalam menunjang
perkembangan anak di taman kanak-kanak adalah kulitas guru, program
kegiatan dan lingkungan fisik. (Sujiono, 2003). Anak usia prasekolah adalah
anak dengan usia 3 – 5 tahun.

1. Aspek-aspek Perkembangan
a. Perkembangan fisik
65

Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum


memasuki masa remaja yang pertumbuhannya begitu cepat. Masa
yang tenang ini diperlukan oleh anak untuk belajar berbagai
kemampuan akademik.
Menurut seifert dan Hoffnung (1994), perkembangan fisik meliputi
perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak, sistem
saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormon,
dan lain-lain), dan perubahan-perubahan dalam cara-cara individu
dalam menggunakan tubuhnya (seperti perkembangan keterampilan
motorik dan perkembangan seksual), serta perubahan dalam
kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan dan
sebagainya).
Bagi anak kegiatan fisik diperlukan untuk mengembangkan
kestabilan tubuh dan kestabilan gerak serta melatih koordinasi untuk
menyempurnakan berbagai keterampilan. Kebutuhan untuk selalu
bergerak perlu bagi anak karena energy yang terumpuk pada anak
perlu penyaluran. Di samping itu kegiatan jasmani diperlukan untuk
lebih menyempurnakan berbagai keterampilan menuju keseimbangan
tubuh,seperti  bagaimana menendang bola dengan tepat sasaran,
mengantisipasi gerakan. Pada prinsipnya selalu aktif bergerak penting
bagi anak.
b. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan
berpikir anak berkembang dan berfungsi. Kemampuan kognitif dapat
dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks
serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah.
Kemampuan berpikir anak berkembang dari tingkat yang sederhana
dan konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak.
Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap
operasi konkret dalam berpikir (usia 7-12 tahun). Piaget menemukan
66

beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif


anak, diantaranya:
1) Anak adalah pembelajar yang aktif.
Anak tidak hanya mengobservasi dan mengingat apa-apa
yang mereka lihat dan dengar secara pasif, tetapi mereka secara
natural memiliki rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan secara
aktif  berusaha mencari informasi untuk membantu pemahaman
dan kesadarannya tentang realitas tentang dunia yang mereka
hadapi.
2) Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari
pengalamannya.
Anak-anak tidak hanya mengumpulkan apa-apa yang
mereka pelajari dari fakta-fakta yang terpisah menjadi suatu
kesatuan. Sebaliknya, anak secara gradual membangun suatu
pandangan menyeluruh tentang bagaimana dunia bergerak.
3) Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses
asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan
pengetahuan baru kedalam pengetahuan yang sudah ada, yakni
anak mengasimilasikan lingkungan kedalam suatu skema.
Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi
baru, yakni anak menyesuaikan skema mereka dengan
lingkungannya.
4) Proses equilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah
bentuk-bentuk pemikiran yang lebih komplek.
Melalui proses asimilasi dan akomodasinya, sistem kognisi
seseorang berkembang dari satu tahap ke tahap selanjutnya,
sehingga kadang-kadang mencapai keadaan equilibrium, yakni
keadaan seimbang antara struktur kognisinya dan pengalamannya
di lingkungan.
c. Perkembangan bahasa
67

Anak memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami dan


menginterpretasikan komunikasi lisan dan tulisan. Pada masa ini
perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata
dan tata bahasa. Anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja
yang tepat untuk menjelaskan satu tindakan seperti memukul,
melempar, menendang, atau menampar. Mereka belajar tidak hanya
untuk menggunakan banyak kata lagi, tetapi juga memilih kata yang
tepat untuk penggunaan tertentu. Area utama dalam pertumbuahan
bahasa adalah pragmatis, yaitu penggunaan praktis dari bahasa untuk
komunikasi.
 Perkembangan bicara
Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam
berkelompok. Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik
dalam berkomunikasi dengan orang lain. Anak menggunakan
kemampuan bicara sebagai bentuk komunikasi, bukan semata-
mata sebagai bentuk latihan verbal.
 Minat membaca
Sampai usia 8 tahun anak membaca penuh semangat
terutama tentang ceritera-ceritera khayal seperti misalnya karya
Anderson dan Grimm. Sedangkan, pada usia 10-12 tahun
perhatian membaca mencapai puncaknya. Materi bacaan semakin
luas. Dari kegiatan membaca inilah anak memperkaya
perbendaharaan kata dan tata bahasa sebagai bekal untuk
berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain.

d. Perkembangan moral
Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk
memahami aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat.
68

Perilaku moral banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua serta
perilaku moral dari orang-orang di sekitarnya. Perkembangan moral
ini juga tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi anak.
Perkembangan moral tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan
emosi anak.
Menurut Piaget, anatar usia 5-12 tahun konsep anak mengenaia
keadilan sudah berubah. Piaget menyatakan bahwa relativisme moral
menggantikan moral yang kaku. Misalnya: bagi anak usia 5 tahun,
berbohong adalah hal yang buruk, tetapi bagi anak yang lebih besar
sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong adalah dibenarkan
dan oleh karenanya berbohong tidak terlalu buruk. Piaget berpendapat
bahwa anak yang lebih muda ditandai dengan moral yang
heteronomous sedangkan anak pada usia 10 tahun mereka sudah
bergerak ke tingkat yang lebih tinggi yang disebut moralitas
autonomous.
Kohlberg menyatakan adanya 6 tahap perkembangan moral. Ke-
enam tahap tersebut terjadi pada tiga tingkatan, yakni tingkatan:
1) Pra-konvensional, anak peka terhadap peraturan-peraturan yang
belatar belakang budaya dan terhadap penilaian baik-buruk,
benar-salah tetapi anak  mengartikannya dari sudut akibat fisik
suatu tindakan.
2) Konvensional, memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok
atau agama dianggap sebagai sesuatu yang berharga pada dirinya
sendiri, anak tidak perduli apapun akan akibat-akibat langsung
yang terjadi. Sikap yang nampak pada tahap ini terlihat dari sikap
ingin loyal, ingin menjaga, menjunjung dan member justifikasi
pada ketertiban.
3) Pasca-konvensional, ditandai dengan adanya usaha yang jelas
untuk mengartikan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang
sohih serta dapat dilaksanakan, terlepas dari otoritas kelompok
atau orang yang memegang prinsip-prinsip tersebut terlepas
69

apakah individu yang bersangkutan termasuk kelompok itu atau


tidak.
e. Perkembangan Emosi
Emosi memainkan peran yang penting bagi perkembangan. Akibat
dari emosi ini juga dirasakan oleh fisik anak terutama bila emosi itu
kuat dan berulang-ulang.
Hurlock menyatakan bahwa ungkapan emosi yang muncul pada
masa ini masih sama dengan masa sebelumnya, seperti: marah, takut,
cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang.
Ciri-ciri emosi emosi masa kanak-kanak akhir:
1) Emosi anak berlangsung relative lebih singkat (sebentar), hanya
beberapa menit dan sifatnya tiba-tiba.
2) Emosi anak kuat atau hebat. Hal ini terlihat bila anak: takut,
marah atau sedang bersendau gurau.
3) Emosi anak mudah berubah.
4) Emosi anak nampak berulang-ulang.
5) Respon emosi anak berbeda-beda.
6) Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah
lakunya.
7) Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya.
8) Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional.
f. Perkembangan sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan
dalam hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai
proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma
kelompok, tradisi, dan moral agama. Perkembangan social anak
dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya dan guru.
1) Kegiatan bermain
Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan
social anak. Dengan bermain anak berinteraksi dengan teman main
yang banyak memberikan berbagai pengalaman berharga. Bermain
70

secara kelompok memberikan peluang dan pelajaran kepada anak


untuk berinteraksi, bertenggang rasa dengan sesame teman.
2) Teman sebaya
Teman sebaya memberikan pengaruh pada perkembangan
social baik yang bersifat positif maupun yang negatif. Pengaruh
positif terlihat pada pengembangan konsep diri dan pembentukan
harga diri. Pengaruh negatif membawa dampak seperti merokok,
mencuri, membolos, menipu serta perbuatan antisosial lainnya.

B. Masa Perkembangan Usia Sekolah


Sejalan dengan apa yang telah diuraikan di atas perkembangan manusia
mengikuti pola umum, meskipun terdapat perbedaan yang menyangkut irama
dan tempo perkembangan. Secara umum tahapan perkembangan manusia
akan melalui beberapa tahap, salah satunya pada usia sekolah.
1. Ciri-ciri khas anak usia sekolah
1) Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
2) Suka memuji diri sendiri
3) Kalau tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, tugas atau
pekerjaan itu dianggap tidak penting
4) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu
menguntungkan dirinya
5) Suka meremehkan orang lain
6) Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
7) Ingin tahu, ingin belajar dan realistis
8) Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus

9) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi


belajarnya di sekolah
10) Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk
bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam
kelompoknya.
71

2. Kematangan sekolah
Kematangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak
lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola
perkembangan tingkah laku individu. Akan tetapi, kematangan tidak dapat
dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan karena
kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh
setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu. Kematangan merupakan
suatu hasil dari perubahan-perubahan tertentu dan penyesuaian struktur
pada diri individu seperti adanya kematangan jaringan-jaringan tubuh,
saraf dan kelenjar-kelenjar yang disebut kematangan biologis.
Kematangan pada aspek meliputi keadaan berfikir, rasa, kemauan, dan
lain-lain.
Kematangan sekolah merupakan kesiapan anak dalam memasuki
masa-masa sekolah. Usia anak yang matang sekolah yaitu sekitar umur 7
tahun. Kriteria / kategori kematangan sekolah adalah :
1) Anak sudah dapat menangkap masalah-masalah yang bersifat abstrak
seperti matematika dan angka-angka.
2) Anak sudah dapat menggambar dengan lebih rapi.
3) Anak sudah dapat mandi sendiri, berpakaian sendiri, menyisir rambut
sendiri, mengikat tali sepatu serta menyisir rambut dengan benar.
4) Anak sudah lebih mampu mengendalikan tubuhnya untuk duduk dan
mendengarkan pelajaran daripada masa sebelumnya, walaupun
mereka lebih senang melakukan kegiatan fisik

3. Tugas perkembangan
Pada masa ini anak sudah semakin luas lingkungan pergaulannya.
Anak sudah banyak bergaul dengan orang-orang di luar rumah.
72

Masyarakat mengharapkan agar anak menguasai dan menyelesaikan tugas-


tugas perkembangannya agar diterima dengan baik oleh lingkungannya.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa anak sekolah adalah :
1) Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain
2) Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang
sehat mengenai diri sendiri
3) Belajar bergaul dengan teman sebaya
4) Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita
5) Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca,
menulis dan berhitung
6) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari
7) Mengembangkan kata batin, moral dan skala nilai
8) Mengembangkan sikap terhadap kelompok social dan lembaga
9) Mencapai kebebasan pribadi
Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangan
ditentukan oleh lingkungan keluarga, orang tua, orang-orang terdekat
dalam keluarga dan guru di sekolah.
Tugas-tugas perkembangan yang dipaparkan diatas, merupakan
gambaran perwujudan kematangan biologis dan psikologis individu,
ekspektasi masyarakat dan tuntutan budaya dan agama. Penuntasan
tugas-tugas perkembangan tersebut tidak selalu berjalan dengan
mulus. Untuk mencapai tugas-tugas perkembangan tersebut, beberapa
upaya yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah, yaitu:
1) Menciptakan iklim religious yang dapat memfasilitasi
perkembangan kesadaran beragama, akhlak mulia, etika atau
karakter peserta didik. Pihak sekolah perlu menyediakan sarana dan
prasarana peribadatan, memberikan contoh atau suri tauladan
dalam melaksanakan ibadah, dan berakhlak mulia, seperti
menyangkut aspek kedisiplinan, ketertiban, kebersihan, keindahan,
kejujuran, dan tanggung jawab.
73

2) Membangun suasana sosio-emosional yang kondusif bagi


perkembangan keterampilan social dan kematangan emosi peserta
didik, seperti memelihara hubungan yang harmonis antara kepala
sekolah dengan guru-guru, guru dengan guru, siswa dengan siswa.
Guru bersikap ramah dan respek terhadap peserta didik, begitupun
peserta didik kepada guru.
3) Membangun iklim intelektual yang memfasilitasi perkembangan
berpikir, nalar, dan kemampuan mengambil keputusan yang baik.
Penciptaan ilkim intelektual ini bias berlangsung dalam proses
pembelajaran di kelas (seperti guru menerapkan metode
pembelajaran yang variatif; menjelaskan materi pelajaran dengan
menggunakan multimedia atau memanfaatkan laboratorium secara
efektif; memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan
mengemukakan pendapat atau gagasan); dan kegiatan kelompok-
kelompok belajar sesuai dengan minat dan kemampuannya.
4) Mengoptimalkan program bimbingan dan konselling untuk
memfasilitasi perkembangan peserta didik, baik menyangkut aspek
pribadi, social, belajar/ akademik, maupun karier (sekolah lanjutan
atau dunia kerja).

C. Konsep dasar typhoid fever


Demam thypoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang
disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di
74

berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan


subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan
penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta
standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah
(Simanjuntak, C. H, 2009. Demam Tifoid, Epidemiologi dan Perkembangan
Penelitian. Cermin Dunia Kedokteran No. 83.)
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam
tifoid, Diseluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian
setiap tahunnya. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang
dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan
terkena demam tifoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari
pada dewasa. Hampir disemua daerah endemik, insiden demam tifoid banyak
terjadi pada anak usia 5-19 tahun (Nugroho, Susilo, 2011. Pengobatan
Demam Tifoid. Yogyakarta: Nuha Medika)
Berdasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008,
demam tifoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien
rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan
proporsi 3,15%, urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus
193.856 dengan proporsi 7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD dengan
jumlah kasus 77.539 dengan proporsi 3,01% (Departemen Kesehatan RI.
2009. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008. Depkes RI, Jakarta).

1. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
75

menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,


menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut
dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rectum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak di luar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1) Usus Halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya
akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati
melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi
isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan
makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil
enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus
meliputi, lapisan mukosa (sebelah kanan), lapisan otot melingkar (M
sirkuler), lapisan otot memanjang (M longitudinal) dan lapisan serosa
(sebelah luar).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
duodenum), usus kosong (jejenum) dan usus penyerapan (ileum). Villi
usus halus terdiri dari pipa berotot (> 6 cm), pencernaan secara
kimiawi, penyerapan makanan. Terbagi atas usus 12 jari (duodenum),
usus tengah (jejenum), usus penyerapan (ileum).
a) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke
usus kosong (jejenum). Bagian usus dua belas jari merupakan
bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale
dan berakhir di ligamentum Treitz.
76

Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang


tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus
dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada
usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pancreas
dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin
duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pylorus
dalam jumlah yang bisa dicerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan mengirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
b) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejenum (terkadang sering ditulis yeyunum)
adalah bagian dari usus halus, diantara usus dua belas jari
(duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa,
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah
bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan
dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara
histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni
berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat
dibedakan dengan usus penyerapan, yaitu sedikitnya sel goblet
dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan
usus penyerapan secara makroskopis.

c) Usus Penyerapan (ileum)


77

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus


halus. Pada sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang
sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan
dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8
(netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan garam-garam empedu.
2) Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara
usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air
dari feses. Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon
transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan
dengan rectum). Banyaknya bakteri yang terdapat didalam usus besar
berfungsi mencerna makanan beberapa bahan dan membantu
penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri didalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat
penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal
dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi
iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan
terjadilah diare.
3) Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin : caecus, “buta”) dalam
istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian
besar herbivore memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
ekslusif memiliki yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya
digantikan oleh umbai cacing.

4) Umbai Cacing (Appendix)


78

Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus


buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah
dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis
(infeksi rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing
adalah ujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai
cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang
dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi
dari 2 sampai 20 cm. walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi
ujung umbai cacing bisa berbeda-beda di retrocaecal atau di pinggang
(pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ
vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks
mempunyai fungsi dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbai
cacing dikenal sebagai appendiktomi.
5) Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi
sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini
kosong karena tinja disimpang ditempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke
dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material
didalam rectum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi,
seringkali material akan dikembalikan ke usus besar, dimana
penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi
untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan
terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan
keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda
79

BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana


bahan limba keluar dari tubuh. Sebagian besar anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan
dan penutupan anus diatur oleh otot spinter. Feses dibuang dari tubuh
melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan
fungsi utama anus.
2. Pengertian
Tifoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan
infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan
minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang
yang terinfeksi kuman salmonella (Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan
Medikal Bedah II. Jakarta: EGC). Tifoid adalah penyakit infeksi akut
usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (Mansjoer,
Arif. 2009. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.).
3. Etiologi
Etiologi demam thypoid adalah salmonella thypi (S.thypi) 90 %
dan salmonella parathypi (S. Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini
berbentuk batang, gram negatif, mempunyai flagela, dapat hidup dalam
air, sampah dan debu. Namun bakteri ini dapat mati dengan pemanasan
suhu 600 selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh salmonella thypi,
pasien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
  Aglutinin O (antigen somatik) yang dibuat karena rangsangan antigen
O (berasal dari tubuh kuman).

  Aglutinin H (antigen flagela) yang dibuat karena rangsangan antigen


H (berasal dari flagel kuman).

  Aglutinin Vi (envelope) terletak pada kapsul  yang dibuat karena


rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman).
80

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang


ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar
pasien menderita tifoid. (Aru W. Sudoyo. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
2009. Ed V.Jilid III. Jakarta: interna publishing).

4. Patofiologi
Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk
ke dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan
suasana asam (pH < 2) banyak bakteri yang mati. Keadaan-keadaan
seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor
histamin H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar,
akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai
usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada sel-sel mukosa dan
kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding usus, tepatnya di
ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi Peyer’s
patch, merupakan tempat internalisasi Salmonella typhi. Bakteri
mencapai folikel limfe usus halus, mengikuti aliran ke kelenjar limfe
mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik sampai ke
jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami
multiplikasi di dalam sel fagosit mononuklear di dalam folikel limfe,
kelenjar limfe mesenterika, hati dan limfe (Soedarmo, Sumarmo S
Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Jakarta: IDAI).
Setelah melalui periode waktu tertentu (periode inkubasi) yang
lamanya ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respons imun
pejamu maka Salmonella typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui
duktus torasikus masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Dengan cara ini
organisme dapat mencapai organ manapun, akan tetapi tempat yang
disukai oeh Salmonella typhi adalah hati, limpa, sumsum tulang
belakang, kandung empedu dan Peyer’s patch dari ileum terminal. Invasi
kandung empedu dapat terjadi baik secara langsung dari darah atau
penyebaran retrograd dari empedu. Ekskresi organisme di empedu dapat
81

menginvasi ulang dinding usus atau dikeluarkan melalui tinja. Peran


endotoksin dalam patogenesis demam tifoid tidak jelas, hal tersebut
terbukti dengan tidak terdeteksinya endotoksin dalam sirkulasi penderita
melalui pemeriksaan limulus. Diduga endotoksin dari Salmonella typhi
menstimulasi makrofag di dalam hati, limpa, folikel limfoma usus halus
dan kelenjar limfe mesenterika untuk memproduksi sitokin dan zat-zat
lain. Produk dari makrofag inilah yang dapat menimbulkan nekrosis sel,
sistem vaskular yang tidak stabil, demam, depresi sumsum tulang
belakang, kelainan pada darah dan juga menstimulasi sistem imunologik
(Soedarmo, Sumarmo S Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri
Tropis. Jakarta: IDAI).
5. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala klinik demam thypoid :
Keluhan:
 Nyeri kepala (frontal) 100%
        Kurang enak di perut 50%
       Nyeri tulang, persendian, dan otot 50%
       Berak-berak 50%
        Muntah 50%
Gejala:
        Demam 100%
        Nyeri tekan perut 75%
        Bronkitis 75%
       Toksik 60%
       Letargik 60%
       Lidah tifus (“kotor”) 40%
(Sjamsuhidayat. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC. Jakarta19)
82

a. Pada kondisi demam, dapat berlangsung lebih dari 7 hari, febris


reminten, suhu tubuh berangsur meningkat
b. Ada gangguan saluran pencernaan, bau nafaas tidak sedap,bibir
kering pecah-pecah (ragaden), lidah ditutpi selaput putih kotor
(coated tongue, lidah limfoid) ujung dan tepinya kemerahan,
biasanya disertai konstipasi, kadang diare, mual muntah, dan
jarang kembung.
c. Gangguan kesadaran, kesadaran pasien cenderung turun, tidak
seberapa dalam, apatis sampai somnolen, jarang sopor, koma atau
gelisah
d. Relaps (kambung) berulangnya gejala tifus tapi berlangsung ringan
dan lebih singkat
6. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-
batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak
ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan
jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
2) Pemeriksaan SGOT Dan SGPT
SGOT Dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
3) Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid,
tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan
terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah
tergantung dari beberapa faktor :
a. Teknik pemeriksaan Laboratorium
83

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan


laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik
dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah
yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat
bakteremia berlangsung.
b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
c. Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat
menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
d. Pengobatan dengan obat anti mikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat
anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat
dan hasil biakan mungkin negatif.
e. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan
antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella
thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat
pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan
dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka
menderita tifoid
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody
terhadap kuman Salmonella typhi. Uji widal dikatakan bernilai
bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan
ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam
sekali pemeriksaan) Gall kultur dengan media carr empedu
84

merupakan diagnosa pasti demam tifoid bila hasilnya positif,


namun demikian, bila hasil kultur negatif belum menyingkirkan
kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan, yaitu pengaruh
pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi. Sesuai
dengan kemampuan SDM dan tingkat perjalanan penyakit demam
tifoid, maka diagnosis klinis demam tifoid diklasifikasikan atas:
1) Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik
didapatkan gejala demam,gangguan saluran cerna, gangguan
pola buang air besar dan hepato/splenomegali. Sindrom
demam tifoid belum lengkap. Diagnosis ini hanya dibuat
pada pelayanan kesehatan dasar.
2) Probable Case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau
hampir lengkap, serta didukung oleh gambaran laboraorium
yang menyokong demam tifoid (titer widal O > 1/160 atau H
> 1/160 satu kali pemeriksaan).
3) Definite Case Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi pada
pemeriksaan biakan atau positif S.Thypi pada pemeriksaan
PCR atau terdapat kenaikan titerWidal 4 kali lipat (pada
pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O> 1/320, H >
1/640 (pada pemeriksaan sekali) (Widodo, D. 2007. Buku
Ajar Keperawatan Dalam. Jakarta: FKUI.
85

7. Penatalaksanaan
a. Medis
a) Anti Biotik (Membunuh Kuman) :
1) Klorampenicol
2) Amoxicilin
3) Kotrimoxasol
4) Ceftriaxon
5) Cefixim
b) Antipiretik (Menurunkan panas) :
1) Paracetamol
b. Keperawatan
a) Observasi dan pengobatan
b) Pasien harus tirah baring absolute sampai 7 hari bebas demam
atau kurang lebih dari selam 14 hari. MAksud tirah baring
adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi perforasi usus.
c) Mobilisasi bertahap bila tidak panas, sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien.
d) Pasien dengan kesadarannya yang menurun, posisi tubuhnya
harus diubah pada waktu-waktu tertentu untuk menghindari
komplikasi pneumonia dan dekubitus.
e) Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan karena kadang-
kadang terjadi konstipasi dan diare.
f) Diet
  Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
  Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
  Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu
nasi tim
  Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari
demam selama 7 hari
86

D. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga


Proses keperawatan adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang
diajukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang
dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai
sarana/penyalur. (effendy1998:38)
Asuhan keparawatan pada keluarga merupakan bagian penting dalam
upaya menyelesaikan masalah yang dihadapi sasaran, baik sebagai sasaran
keluarga sendiri , sasaran individu maupun sasaran kelompok bahkan sasaran
yang lebih luas yaitu masyarakat.
Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan satu sama
lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis untuk
menggambarkan perkembangan dari tahap, dengan tahap-tahap sebagai
berikut:
1. Pengkajian
Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk
mengukur keadaan klien dan keluarga dengan memakai norma-norma
kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem yang
berintegrasi dan kesanggupan untuk mengatasinya.
Untuk mendapatkan data keluarga yang akurat perlu sumber
informasi dari anggota keluarga yang paling mengetahui keadaan
keluarga dan biasanya adalah ibu. Sedangkan informasi tentang potensi
keluarga dapat diperoleh dari pengambilan keputusan dalam keluarga,
biasanya adalah kepala keluarga, atau kadang-kadang orangtua.
Pengumpulan data dapat dilakukan melalui cara :
a. Wawancara
Yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek
fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan.
87

b. Observasi
Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena
sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya yang
berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan,
keberhasilan dan sebagainya.
c. Studi Dokumentasi
Studi berkaitan dengan perkembangan kasus anak dan dewasa,
diantaranya melalui kartu menuju sehat, kartu keluarga dan catatan-
catatan kesehatan lain.
d. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik misalnya
kehamilan dan tanda-tanda penyakit. Data-data yang dikumpulkan
meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Data Umum
a) Kepala keluarga dan komposisi keluarga
b) Tipe keluarga
c) Suku bangsa dan agama
d) Status sosial ekonomi keluarga
e) Aktivitas rekreasi keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
a) Tahap perkembangan keluarga
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c) Riwayat kesehatan keluarga inti
3) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e) Sistem pendukung keluarga
88

4) Struktur keluarga
a) Struktur peran
b) Nilai dan norma keluarga
c) Pola komunikasi keluarga
d) Struktur kekuatan keluarga
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi ekonomi
b) Fungsi mendapatkan status sosial
c) Fungsi pendidikan
d) Fungsi sosialisasi
e) Fungsi keperawatan. Tujuan dari fungsi keperawatan :
a. Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masa
kesehatan
b. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil
keputusan mengenal tindakan kesehatan yang tepat
c. Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit
d. Mengetahui kemampuan keluarga memelihara
/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat
e. Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan dimasyarakat
f) Fungsi religius
g) Fungsi rekreasi
h) Fungsi reproduksi
i) Fungsi afeksi
6) Stress dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
c) Strategi koping yang digunakan
d) Disfungsi strategi adaptasi
89

7) Pemeriksaan keluarga
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga meliputi
pemeriksaan kebutuhan dasar individu, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang perlu.
8) Harapan keluarga
Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat (petugas
kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan
yang terjadi.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah kesehatan keluarga dapat menggambarkan
keadaan kesehatan dan status kesehatan keluarga, karena merupakan
hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi
kesehatan, lingkungan, nilai, norma, kultur yang dianut oleh keluarga
mengacu pada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan serta
berbagai alasan dari ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan
tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu:
a. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami
oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
Yang termasuk didalamnya adalah :
1) Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum diagnosa
2) Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang
tidak sesuai dengan pertumbuhan normal.
b. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan) adalah masa
keperawatan yang belum terjadi tetapi tanda untuk menjadi masalah
keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera
mendapat bantuan perawat.
90

c. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dan keluarga


ketika keluarga telah mampu memenuhi kemampuan kesehatannya
dan mempunyai suumber penunjang kesehatan yang memungkinkan
dapat ditingkatkan.
3. Prioritas Masalah
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga
harus didasarkan pada beberapa criteria sebagai berikut :
a. Sifat masalah dikelompokkan menjadi:
1) Keadaan tidak atau kurang sehat
2) Ancaman kesehatan
3) Keadaan sejahtera
b. Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan
keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila
dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan:
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk
menangani masalah
2) Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga
3) Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan, waktu
4) Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan dukungan
c. Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah
yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan
keperawatan dan kesehatan. Yang perlu diperhatikan:
1) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
2) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk
memperbaiki masalah
3) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak
aktual dan menjadi parah
d. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai
masalah dalam hal beratnya dan diatasi melalui intervensi
keperawatan, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana
91

keluarga menilai masalah keluarga tersebut. Dalam menentukan


prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga perlu disusun skala
prioritas sebagai berikut:
Tabel 2.2
Tabel Skala Prioritas Dalam Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga
No. Kriteria Nilai Bobot
1 Sifat masalah 2 1
Skala : Ancaman kesehatan 3
Tidak atau kurang sehat 1
Krisis
2 Kemungkinan masalah 2 2
yang dapat diubah 1
Skala : dengan mudah 0
Hanya sebagian
Tidak dapat
3 Potensi masalah dapat 3 1
dicegah tinggi 2
Skala : tinggi 1
Cukup
Rendah
4 Menonjolnya masalah 2 1
Skala : masalah berat harus
ditangani
Skoring :
a) Tentukan skor untuk setiap kriteria
b) Skor dibagi dengan angka dan dikalikan dengan bobot
c) Jumlah skor untuk semua kriteria
d) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot
92

4. Penyusunan Prioritas Diagnosa Keperawatan


a. Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan
karena:
1) Kurang pengetahuan/ketidaktauan fakta
2) Rasa takut akibat masalah yang diketahui
3) Sifat dan falsafah hidup
b. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan
tindakan yang tepat, disebabkan karena:
1) Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah
2) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
3) Keluarga tidak sanggup mememcahkan masalah karena kurang
pengetahuan dan kurangnya sumber daya manusia.
4) Ketidakcocokan pendapat dari anggota keluarga
5) Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
6) Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada
7) Takut dari akibat tindakan
8) Sikap negative terhadap masalah kesehatan
9) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
10) Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan
c. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan
karena:
1) Tidak mengetahui keadaan penyakit
2) Tidak mengetahui tentang perawatan yang dibutuhkan
3) Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
4) Tidak seimbang sumber daya yang ada dalam keluarga.
5) Konflik
6) Sikap dan pandangan hidup
93

d. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat


mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota
keluarga, disebabkan karena:
1) Sumber keluarga tidak cukup
2) Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat memelihara
kebersihan rumah
3) Ketidaktauan pentingnya fasilitas lingkungan
4) Sikap dan pandangan hidup
5) Ketidak kompakan keluarga karena sifat mementingkan diri
sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh terhadap yang mempunyai
masalah
e. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna
memelihara kesehatan, disebabkan karena:
1) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
2) idak memahami keuntungan yang diperoleh
3) Kurang percaya pada petugas kesehatan dan lembaga kesehatan
4) Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan
5) Rasa takut pada akibat dari tindakan
5. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam pemecahan masalah
kesehatan / keperawatan yang telah diidentifikasikan (Effendy, 1995).
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga dengan Asma
meliputi kegiatan yang bertujuan:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan.
1) Tujuan: Keluarga mampu mengenal masalah penyakit Typoid
Fever
94

2) Intervensi:
a) Beri penjelasan kepada keluarga tentang pengertian Asma,
faktor pencetus, tanda dan gejala, serta penanganannya.
b) Diskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang telah
dijelaskan
c) Tanyakan kembali tentang apa yang didiskusikan
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara yang tepat
1) Tujuan: Keluarga sanggup mengambil keputusan dalam
melakukan tindakan yang tepat
2) Intervensi:
a) Beri penjelasan pada keluarga tentang sifat, berat dan
luasnya masalah
b) Berikan beberapa pilihan kepada keluarga mengenai
tindakan yang tepat
c) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang
berkaitan dengan pemilihan tindakan yang tepat.
c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga
yang sakit.
1) Tujuan: Keluarga dapat melakukan perawatan terhadap anggota
keluarga yang mengalami typoid fever
2) Intervensi:
a) Jelaskan kepada keluarga cara penanganan penyakit asma
b) Anjurkan kepada penderita makan makanan yang bergizi
c) Anjurkan kepada penderita memperhatikan waktu
beristirahat
d) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah
dijelaskan
e) Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
95

d. Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang dapat


meningkatkan kesehatan keluarga
1) Tujuan: Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat
menunjang proses penyembuhan dan pencegahan asma.
2) Intervensi:
a) Jelaskan pada keluarga tentang lingkungan yang
berpengaruh untuk menunjang proses penyembuhan asma
b) Mendemonstrasikan kepada keluarga cara menciptakan
lingkungan yang dapat menunjang proses pencegahan dan
penyembuhan penyakit asma.
c) Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah
dijelaskan.
e. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
di lingkungannya.
1) Tujuan: Keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
untuk mengobati penyakit asma
2) Intervensi
Jelaskan kepada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada
untuk pemeriksaan dan pengobatan Asma.
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan pada
rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.
Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan
dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak
faktor, diantaranya adalah :
a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan
b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh
c. Tidak mau mengatasi situasi
d. Adat istiadat yang berlaku
e. Mempertahankan suatu pola tingkah laku
f. Kegagalan mengaitkan tindakan dengan sasaran
96

g. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan


Faktor lain yang bersumber dari perawat:
a. Menggunakan pola pendekatan yang tidak tepat (kaku)
b. Kurang memberikan penghargaan, perhatian terhadap faktor-faktor
sosial budaya
c. Perawat kurang ahli dalam mengambil tindakan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan terhadap keluarga:
a. Sumber daya keluarga (keuangan) dan tingkat pendidikan keluarga
b. Adat istiadat yang berlaku
c. Respon dalam penerimaan keluarga
d. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.
7. Evaluasi
Merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dan
kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil
evaluasi tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana perawatan
yang baru.
Evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga
sehingga penting diperhatikan waktu yang sesuai dengan kesediaan
keluarga.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga dengan thypoid
diharapkan:
a. Keluarga mampu mengenal masalah thypoid
b. Keluarga mampu mengambil keputusan dalam melakukan tindakan
yang tepat
c. Keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat pada anggota
keluarga yang sakit
d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan untuk menunjang
penyembuhan dan pencegahan penyakit typoid
e. Keluarga mampu menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang
tepat untuk penatalaksanaan thypoid.
97

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA PRASEKOLAH
KELUARGA Tn. J PADA AN.N DENGAN TYPOID FEVER

B. PENGKAJIAN
J. Data Umum
1. Identitas kepala keluarga
a. Nama KK : Tn. J
b. Umur : 43 Tahun
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Pendidikan : SMA
e. Alamat : Desa Karangsong RW 02 RT 02
8. Komposisi anggota keluarga
No Nama Umur Jenis Hub dg KK Pendidikan
Kelamin
1 Tn. J 43 L KK SMA
2 Ny. S 42 P Istri SMP
3 Tn. R 22 P Anak SMA
4 An. N 4 P Anak Belum Sekolah

9. Genogram
98

Keterangan gambar :

= laki-laki = Satu rumah

= Perempuan = Cerai / pisah

= Menikah = Meninggal

= Garis keturunan = Klien

10. Tipe keluarga


Tipe keluarga Tn. J adalah keluarga inti (nuclear family), yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak.
11. Suku bangsa
Keluarga Tn. J merupakan keluarga suku Jawa, bahasa yang
digunakan sehari-hari adalah Bahasa Jawa, tidak ada kebiasaan
keluarga yang dipengaruhi oleh suku yang dapat mempengaruhi
kesehatannya.
12. Agama
Keluarga Tn. J beragama Islam dan seluruh anggota keluarganya
melaksanakan sholat lima waktu.
13. Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga Tn. J diperoleh dari Tn. J dan Ny. S yang
bekerja sebagai pedagang. Penghasilan rata–rata tidak menentu, hasil
dari berdagang dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari, transport/
jajan sekolah, membayar sekolah An.R. Keluarga tidak mempunyai
tabungan khusus untuk kesehatan.
99

14. Aktivitas rekreasi keluarga


Keluarga biasanya berkunjung kerumah sanak saudara dan menonton
TV di rumah.

IX. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


5. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Keluarga dengan anak pra sekolah dengan tugas perkembangan keluarga :
menanamkan nilai dan norma agama, mengatur waktu bermain, bersosialisasi,
menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan.
6. Tahap keluarga yang belum terpenuhi.
Keluarga telah memenuhi tahap perkembanganya.
7. Riwayat keluarga inti
Ny. S mengatakan bahwa dulu Ny. S dengan Tn. J adalah pilihan sendiri dan
disetujui oleh orang tua dan akhirnya menikah
8. Riwayat keluarga sebelumnya
Menurut Ny. S dikeluarganya tidak ada yang mengalami penyakit yang serius
seperti jantung, pernafasan, kencing manis.

X. Lingkungan
6. Karakteristik Rumah
Rumah yang dihuni Tn. J merupakan rumah milik sendiri, terdiri dari ruang
tamu gabung dengan toko, 2 kamar tidur, dapur, mushola, kamar mandi dan WC.
Jarak dengan septic tank lebih dari 5 meter, kondisi WC bersih dengan model WC
leher angsa. Lantai terbuat dari keramik, rumah permanen, sirkulasi diperoleh dari
pintu depan, pintu belakang, dan jendela depan dan samping. sampah keluarga
diletakkan di tempat sampah sampingrumah. air minum sehari-hari diperoleh dari
sumur dan Pam dengan kondisi air bersih yang biasanya digunakan keluarga
untuk mandi dan mencuci semua perabot keluarga.
100

Denah rumah

6 5

3
2

Keterangan gambar :
7. Ruang Tamu
8. Kamar tidur
9. Ruang keluarga
10. Kamar tidur
11. Kamar Mandi
12. Dapur
7. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Keluarga Tn. J tinggal di lingkungan yang berpenduduk padat, mayoritas
penduduknya bersuku jawa dan rata-rata berprofesi sebagai nelayan. Mertua,
sepupu, kakak kandung Ny. S tinggal di sekitar rumah Ny. S lingkungan tetangga
cukup akrab dan saling menolong bila ada kesusahan.
8. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn. J sudah lama tinggal di rumah ini. Rumah Tn. J berada 100
meter dari jalan raya, jenis kendaraan yang dipakai biasanya sepeda motor, karena
tidak ada kendaraan umum/angkot yang beroperasi di daerah desa itu, untuk
transportasi sehari–haribiasanya menggunakan sepeda motor pribadi.
9. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarkat
Ny. Sjarang mengikuti perkumpulan. Tn. J dan Ny. S sering mengikuti
keagamaan yang berada di sekitar rumahnya.
\
101

10. System pendukung Keluarga


Keluarga Tn. J bila ada masalah keluarga termasuk masalah keuangan,
biasanya dibantu oleh keluarga yang lain, mertua dan tetangga yang tinggal
berdekatan dengan rumah Tn. J dengan meminjam uang untuk keperluan yang
mendesak dan lainnya.

XI.Struktur Keluarga
5. Pola Komunikasi Keluarga
Dalam keluarga saling terbuka satu sama lain. Dalam permasalahan yang
dihadapi baik itu masalah keluarga maupun pekerjaan, biasanya Tn. J selalu
membicarakan dengan Ny. S.
6. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga Tn. J saling mendukung satu dengan lainnya, respon keluarga bila
ada anggota keluarga yang bermasalah selalu mencari jalan keluarnya bersama-
sama. Bila ada anggota keluarga yang sakit, diusahakan untuk berobat dan
mendapatkan perawatan semampu keluarga sampai membaik.
7. Struktur Peran
Tn. J sebagai kepala keluarga, pencari nafkah.Ny.Nmembantu suami dengan
menjaga toko di rumah, mengasuh anak, pengatur rumah tangga. Anak pertama
Tn. J dan Ny. S berada diluar kota untuk menyelesaikan sekolahnya sedangkan
anak kedua (An. N) tinggal bersama Tn. J dan Ny. S.
8. Nilai dan Norma keluarga
Keluarga Tn. Jmenerapkan aturan – aturan sesuai dengan ajaran agama Islam
dan mengharapkan kedua anaknya nanti menjadi anak yang taat dalam
menjalankan agama. Dalam keluarga diterapkan hidup bersih seperti mencuci
tangan sebelum makan.
102

XII. Fungsi keluarga


4. Fungsi afektif
Respon keluarga sangat bangga bila ada anggota keluarga yang berhasil dan
keluarga sedih bila ada anggota keluarga yang meninggal, sakit atau kehilangan.
5. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. J menekankan perlunya berhubungan dengan orang lain. Mereka
membiasakan anak – anak mareka bermain denga temannya.
6. Fungsi perawatan kesehatan
Ny. S mengatakan An.N sering demam.. Apabila demam biasanya dikompres
dan bila kondisi panas tidak turun maka Ny. S memeriksakannya ke dokter.

XIII. Stress dan Koping Keluarga


6. Stressor jangka pendek dan jangka panjang serta kekuatan keluarga
Apabila keluarga Tn. J mengalami masalah, biasanya dibicarakan bersama
Ny.S. Keluarga Tn.J biasanya apabila ada masalah tidak pernah berlarut–larutatau
berlangsung lama. Karena mereka langsung menyelesaikannya. Dan stress jangka
panjangnya adalah apabila anaknya sudah besar, biaya untuk sekolah mahal.
7. Respon terhadap Stressor
Apabila ada masalah keluarga mereka selalu mendiskusikanya dalam
keluarga, dan langsung menyelesaikan.
8. Strategi koping yang digunakan
Apabila ada masalah keluarga selalu mendiskusikanya dalam keluarga,
dan mereka sedang berusaha menabung untuk biaya anak mereka sekolah kelak
9. Strategi adaptasi yang disfungsional
Dari hasil pengkajian tidak didapatkan adanya cara – cara keluarga mengatasi
masalah secara mal adaptif
10. Harapan keluarga
Keluarga menyatakan merasa sangat senang dengan kehadiran perawat dan
berharap sangat membantu keluarga mencegah penyakit keluarga.
103

XIV. Pemeriksaan Fisik


No. Pemeriksaan Tn. J (KK) Ny. S An. N

1. TTV TD : 130/80 mmHg TD : 120/80 mmHg N : 60x/menit

N : 72x/menit N : 76x/menit RR : 20x/menit

RR : 20x/menit RR : 20x/menit S : 38’c

2. Kepala Bentuk normal,Warna Bentuk noral,lurus,tidak Bentuk normal,warna hitam lurus kulit
rambut hitam,lurus tidak beruban,rambut hitam kepala bersih
rontok,tidak ada ketombe dan rontok

3. Mata Bentuk simetris Bentuk simetris Bentuk simetris konjungtiva anemis sklera
konjungtiva anemis sklera konjungtiva anemis anikterik fungsi penglihatan baik
anikterik fungsi penglihatan sklera anikterik fungsi
baik penglihatan baik

4. Hidung dan mulut Tidak ada sekret tidak polip Tidak ada sekret tidak Tidak ada sekret tidak polip, caries
tidak caries polip tidak caries

5. Telinga Bentuk simetris tidak ada Bentuk simetris tidak ada Bentuk simetris tidak ada serumen fungsi
104

serumen fungsi serumen fungsi pendengaran baik


pendengaran baik pendengaran baik

6. Leher Tidak ada nyeri tekan tidak Tidak ada nyeri tekan Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
kesulitan menelan tidak ada tidak kesulitan menelan
pembesaran kelenjar tiroid tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid

7. Dada Tidak terdapat kelainan Tidak terdapat kelainan Tidak terdapat kelainan

8. Abdomen Tidak terdapat kelainan Tidak terdapat kelainan Tidak terdapat kelainan

9. Ekstremitas Tidak ada edema tidak ada Tidak ada edema tidak Tidak terdapat kelainan
kekakuan otot tidak ada ada kekakuan otot tidak
luka ada varises ada varises dan tidak
adanya luka

10. Kulit Warna coklat turgor baik Warna coklat turgor baik Warna coklat turgor baik
105

XV. ANALISA DATA


Berdasarkan pengkajian yang telah diuraikan, maka dapat dilanjutkan dengan
melakukan analisis masalah yang digambarkan sebagai berikut:
Analisis masalah keperawatan keluarga Tn. J
Data Tipologi Masalah Etiologi

Ds : Ancaman Hipertermia Hipertermia


- Keluarga
mengatakan An.N
mengalami demam
sejak 2 hari yang
lalu.
- Sewaktu-waktu
An.N demam saat
sering
mengkonsumsi
minuman dingin.
- Ny.S dan keluarga
tentang penyakit,
komplikasi serta
perawatannya.
Do :
- N;
60x/menit\
- R:
23x/menit
- S : 38’C
106

Ds : Tidak / Kurang Ketidakmampuan


- Keluarga Kurang Pengetahuan merawat / menolong
mengatakan belum Informasi anggoota keluarga
tahu tentang dengan typoid fever
penyakitnya. karena ketidaktahuan
- Keluarga tentang fakta
mengatakan belum
tahu cara
pencegahan dan
perawatannya.
Do :
- Keluarga tidak
dapat
menyebutkan
definisi tentang
typoid fever.

=
107

IX. SKORING MASALAH


No Kriteria Nilai Score Pembenaran

1. Sifat masalah : 3/3X 1 1 Sifat masalah ini termasuk


situasi mengancam kesehatan,
Aktual / Ancaman
karena hipertermi tanda gejala
penyakit yang harus segera
ditangani agar mengurangi
komplikasi.
2. Kemungkinan 2/2 x 2 1 Orang tua mau melakukan
masalah untuk kompres pada anak untuk
diubah : menurunkan hipertermi yang
diderita anaknya.
Sebagian

3. Potensial masalah 2/3 x 1 0,67 Masalah sudah lama dilakukan


untuk dicegah : dan sudah memeriksakkan ke
tenaga medis.
Cukup

4 Menonjolnya 2/2 X 1 1 Ny.S mengatakan pentakitnya


masalah : kadang mengganggu aktivitas
anaknya dan hanya diperiksa
Masalah tidak
kalau anak sudah menderita
segera ditangani
sakit
Total 3,67

2 Sifat masalah : 2/3 x 1 1 Sifat masalah ini termasuk


situasi mengancam kesehatan,
Tidak / Kurang
sebelumnya pernah menderita
Sehat
penyakit typoid fever.
Kemungkinan 2/2 x 2 1 Sumber daya keluarga berupa
masalah untuk waktu, kemauan dan fasilitas
108

diubah : kesehatan mudah dijangkau

 Mudah
3. Potensial masalah 3/3 x 1 0,67 Masalah sudah lama dirasakan
untuk dicegah : dan pengobatannya dilakukan
sendiri anaknya sudah mengeluh
 Cukup
sakit keluarganya membawa ke
dokter.
4. Menonjolnya ½x1 0,5 Keluarga berharap masalah
masalah : dapat segera ditangani

 tidak
segera
diatasi
Total 2,84

XI. PRIORITAS BERDASARKAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Hipertermi b.d penyakit typoid fever.
2. Kurang Pengetahuan Keluarga Ny.S berhubungan dengan
ketidakmampuan merawat / menolong keluarga dengan penyakit typoid.
109

INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA Tn. J


DENGAN ANAK PRA SEKOLAH (An.N) RT 02 RW 02 DESA KARANGSONG
KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU

Diagnosis Kriteria
Tujuan Standar Evaluasi Rencana Intervensi
Keperawatan Evaluasi
Tujuan Umum Tujuan Khusus
Hipertermia b.d Setelah Tujuan khusus: Respon Tugas – tugas 7. Monitor suhu saat
proses penyakit dilakukan Setelah dilakukan verbal perkembangan dengan kunjungan
typoid fever kunjungan tindakan keperawatan anak usia pra sekolah : 8. Menganjurkan
rumah selama 3 selama 3x25 menit kompres Hangat
- Memenuhi
hari, demamnya suhu tubuhnya 9. Memberi Penkes
kebutuhan anggota
berkurang. berkurang. tentang kompres
keluarga seperti
hangat dan cuci
rumah, ruang
tangan
bermain, privasi,
10. Menganjurkan
keamanan.
keluarga agar
- Mensosialisasikan
anaknya bedres
anak.
- Mengintegrasikan
anak yang baru,
110

sementara tetap
memenuhi
kebutuhan anak-
anak yang lain.
- Mempertahankan
hubungan yang
sehat dalam
keluarga
(hubungan
perkawinan dan
hubungan orang
tua dan anak) dan
diluar keluarga
(keluarga besar
dan komunitas).
Ketidakmampuan Setelah Tujuan khusus: Respon Keluarga mampu 5. Kaji apa penyebab
keluarga mengenal dilakukan Setelah dilakukan verbal menyebutkan ulang terjadinya masalah.
penyakit typoid kunjungan tindakan keperawatan tentang prnyuluhan 6. Beri penyuluhan
fever dan perawatan rumah selama 3 selama 3x25 menit, yang telah diberikan tentang penyakit
111

b.d ketidaktahuan hari dan keluarga mampu : typoid fever


keluarga mengenal diberikan - Mengetahui 7. Diskusikan dengan
penyakit. penyuluhan faktor-faktor keluarga tentang
keluarga dapat penyebab faktor- faktor
merawat An.N/ terjadi typoid pemyebab typoid
fever
- Mengetahui
pengertian
typoid fever
- Mampu
menyebutkan
tanda dan
gejala
- Mengetahui
cara
penanganan

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA Tn. J


DENGAN ANAK PRA SEKOLAH (An. N) RT 02 RW 02 DESA KARANGSONG
112

KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU

No Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf

1 15 Juli 2016 1. Mengobservasi suhu tubuh S: Fitria


Keluarga mengatakan baru mengetahui cara melakukan
2. Melakukan kompres hangat
kompres hangat dan cara mencuci tangan.
\3. Menganjurkan anak bedresrt O :
dan menjaga kebersihan (cuci - Keluarga tampak serius
tangan) - Keluarga tampak memperhatikan cara mencuci
tangan dan melakukan kompres
4, Mendiskusikan dengan
- Keluarga tampak banyak bertanya
keluarga cara melakukan
- S : 37,8 ‘C
kompres hangat dan cuci tangan

A : masalah sebagian teratasi

P : Anjurkan keluarga melakukan kompres hangat dan


membiasakan cuci tangan pada anaknya.

2 18 Juni 2016 1. Mendiskusikan pada keluarga S : Fitria


tentang : Ny.S mengatakan typois adalah penyakit infeksi pada usus
113

- pengertian typoid karena bakteri.


- penyebab typoid
- tanda dan gejala typoid O:
- komplikasi typoid
Ny.S mampu menjawab tentang pengertian, penyebab,
- perawatan typoid
tanda dan gejala typoid.
- pencegahan typoid
2. Memotivasi keluarga untuk
penggunaan pelayanan
A : masalah dapat teratasi
kesehatan.
3. Pemeriksaan TTV P : evaluasi mengenai cara mencegah penyakit typoid

3 20 Juni 2016 1. Memberi penyuluhan tentang S : Fitria


typoid Ny.S mengatakan typoid adalah infeksi saluran pencernaan
2. Mendiskusikan dan menggali bagian usus karena bakteri.
masalah pada keluarga O:
Ny.S mampu menjawab tentang penyakit typoid
A:
MAsalah teratasi
P:
114

Menganjurkan Ny.S melakukan perawatan secara mandiri


115

BAB IV

PEMBAHASAN

Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan


menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. (Depkes RI 1988).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya
masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. (Salvicion G
bailon dan Aracelis Maglaya 1989).
Asuhan keperawatan keluarga pada anak prasekolah adalah suatu
rangkaian kegiatan yang diberikan kepada keluarga dengan anak usia prasekolah.
Dimana, pada anak usia inilah yang rentan dan memiliki masalah tertentu dalam
menghadapi proses tumbuh kembangnya. Peran keluarga sangat dibutuhkan
sehingga proses tumbuh dan kembang anak dapat mencapai hasil yang sesuai
dengan yang diharapkan, terutama dalam pola hidup sehat.
Anak merupakan individu yang yang berada dalan satu rentang
perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak–
anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dar bayi(0-
1 tahun), usia bermain/ toddler (1-2, 5 tahun), prasekolah (2,5 – 5 tahun) usia
sekolah (5-11 tahun), hingga remaja (11- 18 tahun).
Anak merupakan bagian atau anggota keluarga, sering dikatakan sebagai
potret atau gambar dari orang tuanya saat masih kecil. Namun tidaklah demikian,
karena anak merupakan individu tersendiri yang bertumbuh dan berkembang
secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya bertambah.

Keluarga dengan tahap anak prasekolah atau TK memerlukan perhatian


yang khusus terhadap perkembanhgan fisik, social, emosional dan kognitif

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


116

anak. disamping itu keluarga mempunyai tugas yaitu memenuhi kebutuhan anak
rumah rasa aman, membantu unutk bersosialisasi mempertahankan hubungan
yang sehat keluarga intern dan luar, pembagian tanggung jawab, dan
kegiatan untuk menstimulasi perkembangan anak.
Berdasarkan hasil pengkajian pada keluarga Tn.J dengan anak An.N
yang mengalami typoid fever. Typoid Fever adalah suatu kondisi saluran
pencernaan meradang hingga lebih sensitif terhadap faktor khusus (pemicu) yang
menyebabkan saluran pencernaan khususnya usus terkena infeksi bakteri.
(Professor Jon Ayres, 2003).
Typoid Fever adalah penyakit saluran pencernaan bagian usus yang
mengalami infeksi bakteri (Cecily,2002).
Pada keluarga Tn.J di dapatkan dua permasalahan keperawatan keluarga,

yaitu : Hipertermi b.d proses penyakit typoid fever, Kurang Pengetahuan Keluarga

Ny.S berhubungan dengan ketidakmampuan merawat / menolong keluarga

dengan penyakit typoid karena : ketidaktahuan tentang fakta.

Setelah di temukannya masalah tersebut, perawat berdiskusi dengan


keluarga untuk menyelesaikan masalah pada keluarga dengan melakukan kontrak
waktu untuk implementasi keperawatan.
Selama di lakukan implementasi keperawatan, keluarga Tn.J tidak ada
hambatan yang bermakna. Dimana keluarga sangat kooperatif dengan
implementasi yang dilakukan oleh perawat sehingga pengetahuan keluarga
terhadap permasalahan yang ada di keluarga khususnya tentang penyakit asma
bronkial bertambah. Dengan pengetahuan yang meningkat di harapkan keluarga
mampu mengatasi permasalahan pada keluarganya.

BAB V
PENUTUP

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


117

A. Simpulan
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat dapat
menggunakan proses keperawatan dengan tahapan pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan dan impletasi dan
evaluasi. Selain itu perawat juga dapat memilih untuk menggunakan model
konseptual yang relevan dengan kasus keluarga.
Menurut Fiedman (1998), keluarga merupakan kesatuan dari orang-
orang yang terikat dalam perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan
tinggal dalam satu rumah.
Proses keperawatan dalam pendekatan model friedman's family
centered ini terdiri atas tahap yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi, dan evaluasi.

B. Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga, hendaknya perawat
komunitas (keluarga) mampu memiliki landasan teori yang jelas, sehingga
pelayanan atau asuhan yang diberikan kepada keluarga akan mampu
menyelesaikan masalah yang terjadi di keluarga tersebut.

ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL PADA Ny.T KELUARGA

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


118

Tn.W DENGAN ANEMIA DI RT 02 RW 02 DESA KARANGSONG


KECAMATAN INDRAMAYU KABPATEN INDRAMAYU

TUGAS INDIVIDU

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan


Komunitas Dan Keluarga Program Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu

Disusun Oleh :
FITRIANONGRUM APRILINTAN, S.Kep
R.15.04.09.018

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM PROFESI NERS
(STIKes) INDRAMAYU
2016

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


119

BAB I
PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Ibu Hamil


1. Pengertian
Bumil adalah suatu kondisi dimana seorang perempuan mengalami
kehamilan. Kehamilan adalah suatu kondisi yang terjadi bila ada pertemuan dan
persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa). Kehamilan
terbagi atas: trimester I (1 – 14 minggu), trimester II (14 – 28 minggu), trimester
III (28 – 42 minggu).
Kehamilan adalah suatu krisis maturasi yang dapat menimbulkan stress,
tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan
dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya untuk
menghadapi peran baru, wanita tersebut mengubah konsep dirinya supaya ia siap
menjadi orang tua. Secara bertahap, ia berubah dari seseorang yang bebas dan
berfokus pada diri sendiri menjadi seorang yang seumur hidup berkomitmen
untuk merawat seorang individu lain.
Pertumbuhan ini membutuhkan penguasaan tugas – tugas perkembangan
tertentu: menerima kehamilan, mengidentifikasi peran ibu antara dirinya dan
pasangannya, membangun hubungan dengan anak yang belum lahir, dan
mempersiapkan diri untuk menghadapi pengalaman melahirkan (Rubin, 1967;
Lederman, 1984; Stainton, 1985).
Kehamilan merupakan salah satu tahap perkembangan keluarga baru
menikah, dengan fungsi reproduksi yang tergolong dalam pasangan usia subur
(PUS) dan memungkinkan untuk terjadinya kehamilan.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


120

2. Konsep Pertumbuhan atau Perkembangan Fisik


a. Perubahan Pada Kulit
Terjadi hiperpigmentasi yaitu kelebihan pigmen di tempat tertentu.Pada
wajah, pipi, dan hidung mengalami hiperpigmentasi sehingga menyerupai topeng
(topeng kehamilan atau kloasma gravidarum). Pada areola mamae dan Puting
susu, daerah yang berwarna hitam di sekitar puting susu akan menghitam. Sekitar
areola yang biasanya tidak berwarna akan berwarna hitam. Hal ini disebut areola
mamae sekunder. Puting susu menghitam dan membesar sehingga lebih menonjol.
Pada areola suprapubis, terdapat garis hitam yang memanjang dari atas simfisis
sampai pusat.Warnanya lebih hitam dibandingkan sebelumnya, muncul garis baru
yang memanjang ditengah atas pusat (linea nigra).Pada perut, selain
hiperpigmentasi terjadi stria gravidarum yang merupakan garis pada
kulit.Terdapat 2 jenis stria gravidarum yaitu stria livida (garis berwarna biru) dan
stria albikan (garis berwarna putih).Hal ini terjadi karena pengaruh melanophore
stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
b. Perubahan Kelenjar
Kelenjar gondok membesar sehingga leher ibu berbentuk seperti leher
pria.Perubahan ini tidak selalu terjadi pada wanita hamil.
c. Perubahan Payudara
Perubahan ini pasti terjadi pada wanita hamil karena dengan semakin
dekatnya persalinan, payudara menyiapkan diri untuk memproduksi makanan
pokok untuk bayi setelah lahir. Perubahan yang terlihat pada payudara adalah:
1) Payudara membesar, tegang dan sakit
2) Vena di bawah kulit payudara membesar dan terlihat jelas
3) Hiperpigmentasi pada areola mamae dan puting susu serta muncul
areola mamae sekunder

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


121

Kelenjar Montgomery yang terletak di dalam areola mamae membesar dan


kelihatan dari luar. Kelenjar Montgomery mengeluarkan lebih banyak cairan agar
puting susu selalu lembab dan lemas sehingga tidak menjadi tempat berkembang
biak bakteri.
Payudara ibu mengeluarkan cairan apabila dipijat. Mulai kehamilan 16
minggu, cairan yang dikeluarkan jernih. Pada kehamilan 16 minggu sampai 32
minggu, warna cairan agak putih seperti air susu yang sangat encer. Dari
kehamilan 32 minggu sampai anak lahir, cairan yang dikeluarkan lebih kental,
berwarna kuning, dan banyak mengandung lemak. Cairan ini disebut kolostrum.
d. Perubahan Perut
Semakin mendekati masa persalinan, perut semakin besar.Biasanya hingga
kehamilan 4 bulan, pembesaran perut belum kelihatan.Setelah kehamilan 5 bulan,
perut mulai kelihatan membesar.Saat hamil tua, perut menjadi tegang dan pusat
menonjol ke luar. Timbul stria gravidarum dan hiperpigmentasi pada linea alba
serta linea nigra.
e. Perubahan Alat Kelamin Luar
Alat kelamin luar ini tampak hitam kebiruan karena adanya kongesti pada
peredaran darah.Kongesti terjadi karena pembuluh darah membesar, darah yang
menuju uterus sangat banyak, sesuai dengan kebutuhan uterus untuk
membesarkan dan memberi makan janin.Gambaran mukosa vagina yang
mengalami kongesti berwarna hitam kebiruan tersebut disebut tanda Chadwick.
f. Perubahan Pada Tungkai
Timbul varises pada sebelah atau kedua belah tungkai.Pada hamil tua,
sering terjadi edema pada salah satu tungkai.Edema terjadi karena tekanan uterus
yang membesar pada vena femoralis sebelah kanan atau kiri.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


122

g. Perkembangan atau Perubahan Psikologis


Sikap tumbuh ibu menjadi lordosis karena perut yang membesar.
Perkembangan/Perubahan Psikologis. Menurut teori Rubin, perubahan psikologis
yang terjadi pada:
1) Trimester I meliputi: ambivalen, takut, fantasi, dan khawatir.
2) Trimester II meliputi: perasaan lebih nyaman serta kebutuhan
mempelajari perkembangan dan pertumbuhan janin meningkat.
Kadang tampak egosentris dan berpusat pada diri sendiri.
3) Trimester III meliputi: memiliki perasaan aneh, sembrono, lebih
introvert, dan merefleksikan pengalaman masa lalu.
3. Masalah Yang Sering Terjadi
a. Respon Terhadap Perubahan Citra Tubuh
Perubahan fisiologis kehamilan menimbulkan perubahan bentuk tubuh
yang cepat dan nyata.Selama trimester I bentuk tubuh sedikit berubah, tetapi pada
trimester II pembesaran abdomen yang nyata, penebalan pinggang dan
pembesaran payudara memastikan status kehamilan.Wanita merasa seluruh
tubuhnya bertambah besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perasaan ini
semakin kuat seiring bertambahnya usia kehamilan. Secara bertahap terjadi
kehilangan batasan – batasan fisik secara pasti, yang berfungsi memisahkan diri
sendiri dari orang lain dan memberi rasa aman. Sikap wanita terhadap tubuhnya di
duga dipengaruhi oleh nilai – nilai yang diyakininya dan sifat pribadinya.Sikap ini
sering berubah seiring kemajuan kehamilan.Sikap positif terhadap tubuh biasanya
terlihat selama trimester I. Namun, seiring kemajuan kehamilan, perasaan tersebut
menjadi lebih negatif.Pada kebanyakan wanita perasaan suka atau tidak suka
terhadap tubuh mereka dalam keadaan hamil bersifat sementara dan tidak
menyebabkan perubahan persepsi yang permanen tentang diri mereka.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


123

b. Ambivalensi Selama Masa Hamil


Ambivalensi didefinisikan sebagai konflik perasaan yang simultan, seperti
cinta dan benci terhadap seseorang, sesuatu, atau suatu keadaan.Ambivalensi
adalah respon normal yang dialami individu yang mempersiapkan diri untuk suatu
peran baru.Kebanyakan wanita memiliki sedikit perasaan ambivalen selama
hamil.
Bahkan wanita yang bahagia dengan kehamilannya, dari waktu ke waktu
dapat memiliki sikap bermusuhan terhadap kehamilan atau janin.Pernyataan
pasangan tentang kecantikan seorang wanita yang tidak hamil atau peristiwa
promosi seorang kolega ketika keputusan untuk memiliki seorang anak berarti
melepaskan pekerjaan dapat meningkatkan rasa ambivalen.Sensasi tubuh,
perasaan bergantung, dan kenyataan tanggung jawab dalam merawat anak dapat
memicu perasaan tersebut.Perasaan ambivalen berat yang menetap sampai
trimester III dapat mengindikasikan bahwa konflik peran sebagai ibu belum
diatasi (Lederman, 1984). Setelah kelahiran seorang bayi yang sehat, kenangan
akan perasaan ambivalen ini biasanya lenyap. Apabila bayi yang lahir cacat,
seorang wanita kemungkinan akan mengingat kembali saat – saat ia tidak
menginginkan anak tersebut dan merasa sangat bersalah. Tanpa penyuluhan dan
dukungan yang memadai, ia dapat menjadi yakin bahwa perasaan ambivalennya
telah menyebabkan anaknya cacat.
c. Hubungan Seksual
Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Beberapa
pasangan menyatakan puas dengan hubungan seksual mereka, sedangkan yang
lain mengatakan sebaliknya. Perasaan yang berbeda – beda ini dipengaruhi oleh
faktor – faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk takhayul tentang seks selama
masa hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik pada wanita.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


124

Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan


rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk menyatakan
seksualitas mereka. Selama trimester I seringkali keinginan seksual wanita
menurun, terutama jika ia merasa mual, letih, dan mengantuk. Saat memasuki
trimester II kombinasi antara perasaan sejahteranya dan kongesti pelvis yang
meningkat dapat sangat meningkatkan keinginannya untuk melampiaskan
seksualitasnya.Pada trimester III peningkatan keluhan somatik (tubuh) dan ukuran
tubuh dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap seks menurun
(Rynerson, Lowdermilk, 1993).
Pasangan tersebut perlu merasa bebas untuk membahas hubungan seksual
mereka selama masa hamil. Kepekaan individu yang satu terhadap yang lain dan
keinginan untuk berbagi masalah dapat menguatkan hubungan seksual mereka.
Komunikasi antara pasangan merupakan hal yang penting.Pasangan yang tidak
memahami perubahan fisiologis dan emosi, yang terjadi dengan cepat selama
masa hamil, dapat menjadi bingung saat melihat perilaku pasangannya.Dengan
membicarakan perubahan – perubahan yang mereka alami, pasangan dapat
mendefinisikan masalah mereka dan menawarkan dukungan yang
diperlukan.Perawat dapat memperlancar komunikasi antar pasangan dengan
berbicara kepada pasangan tentang perubahan perasaan dan perilaku yang
mungkin dialami wanita selama masa hamil (Rynerson, Lowdermilk, 1993).
d. Kekhawatiran Tentang Janin
Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda – beda selama
masa hamil (Gaffney, 1988). Kekhawatiran pertama timbul pada trimester I dan
berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran. Banyak wanita yang
sengaja tidak mau memberitahukan kehamilannya kepada orang lain sampai
periode ini berlalu. Ketika janin menjadi semakin jelas, yang terlihat dengan
adanya gerakan dan denyut jantung, Kecemasan orang tua yang terutama ialah
kemungkinan cacat pada anaknya. Orang tua mungkin akan membicarakan rasa
cemasnya ini secara terbuka dan berusaha untuk memperoleh kepastian bahwa
anaknya dalam keadaan sempurna. Pada tahap lanjut kehamilan, rasa takut bahwa

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


125

anaknya dapat meninggal semakin melemah.Kemungkinan kematian ini terbukti


semakin tidak dipikirkan orang tua.
4. Tugas Perkembangan
a. Menerima Kehamilan
Langkah pertama dalam beradaptasi terhadap peran ibu ialah menerima ide
kehamilan dan mengasimilasi status hamil ke dalam gaya hidup wanita tersebut
(Lederman, 1984). Tingkat penerimaan dicerminkan dalam kesiapan wanita dan
respons emosionalnya dalam menerima kehamilan.
b. Kesiapan Menyambut Kehamilan
Ketersediaan keluarga berencana mengandung makna bahwa kehamilan
bagi banyak wanita merupakan suatu komitmen tanggung jawab bersama
pasangan. Namun, merencanakan suatu kehamilan tidak selalu berarti menerima
kehamilan (Entwistle, Doering, 1981).Wanita lain memandang kehamilan sebagai
suatu hasil alami hubungan perkawinan, baik diinginkan maupun tidak
diinginkan, bergantung pada keadaan.
Wanita yang siap menerima suatu kehamilan akan dipicu gejala – gejala
awal untuk mencari validasi medis tentang kehamilannya. Beberapa wanita yang
memiliki perasaan kuat, seperti “tidak sekarang,” bukan saya,” dan “ tidak yakin,”
mungkin menunda mencari pengawasan dan perawatan (Rubin, 1970). Namun ,
beberapa wanita menunda validasi medis karena akses keperawatan terbatas,
merasa malu, atau alasan budaya. Untuk orang lain, kehamilan dipandang sebagai
suatu peristiwa alami, sehingga tidak perlu mencari validasi medis dini.
Setelah kehamilan dipastikan respon emosi wanita dapat bervariasi, dari
perasaan sangat gembira sampai syok, tidak yakin, dan putus asa.Reaksi yang
diperlihatkan banyak wanita ialah respon” suatu hari nanti, tetapi tidak sekarang”.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


126

Wanita lain dengan sederhana menerima kehamilan sebagai kehendak


alam. Banyak wanita mula- mula terkejut ketika mendapatkan diri mereka
hamil.Namun, seiring meningkatnya penerimaan terhadap kehadiran seorang
anak, akhirnya mereka menerima kehamilan.Tidak menerima kehamilan tidak
dapat disamakan dengan menolak anak.Seorang wanita mungkin tidak menyukai
kenyataan dirinya hamil, tetapi agar anak itu dilahirkan.
c. Respon Emosional
Wanita yang bahagia dan senang dengan kehamilannya sering memandang
hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan merupakan bagian dari rencana
hidupnya. Mereka memiliki harga diri yang tinggi dan cenderung percaya diri
akan hasil akhir untuk dirinya sendiri, untuk bayinya, dan untuk anggota keluarga
yang lain. Meskipun secara umum keadaan mereka baik, namun kelabilan
emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat untuk dijumpai pada
wanita hamil.
Perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitifitas terhadap orang
lain ini membingungkan calon ibu dan orang- orang di sekelilingnya. Peningkatan
iritabilitas, uraian air mata dan kemarahan serta perasaan suka cita, serta
kegembiraan yang luar biasa muncul silih berganti hanya karena suatu provokasi
kecil atau tanpa provokasi sama sekali.
Perubahan hormonal yang merupakan bagian dari respon ibu terhadap
kehamilan, dapat menjadi penyebab perubahan mood, hampir sama seperti saat
akan menstruasi atau selama menopause. Alasan lain, seperti masalah seksual atau
rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan, juga dijadikan penjelasan timbulnya
perilaku yang tidak menentu ini.
Seiring kemajuan kehamilan, wanita lebih menjadi terbuka tentang
terhadap diri sendiri dan orang lain. Ia bersedia membicarakan hal- hal yang tidak
pernah dibahas atau yang dibahas hanya dalam keluarga dan tampak yakin bahwa
pikiran- pikirannya dan gejala - gejala yang dialaminya akan menarik untuk si
pendengar yang dianggapnya protektif. Keterbukaan ini, disertai kesiapan untuk
belajar, meningkatkan kesempatan untuk bekerja sama dengan wanita hamil dan

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


127

meningkatkan kemungkinan diselenggarakannya perawatan yang efektif dan


terapeutik untuk mendukung kehamilan.
Apabila anak tersebut diingingkan, rasa tidak nyaman yang timbul akibat
kehamilan cenderung dianggap sebagai suatu iritasi dan upaya dilakukan untuk
meredakan rasa nyaman tersebut biasanya membawa keberhasilan. Rasa senang
yang timbul karena memikirkan anak yang akan lahir dan perasaan dekat dengan
anak membantu menyesuaikan diri terhadap rasa tidak nyaman ini.
Pada beberapa keadaan wanita yang biasanya mengeluhkan
ketidaknyamanan fisik dapat mencari bantuan untuk mengatasi konflik peran ibu
dan tanggung jawabnya. Pengkajian lebih lanjut tentang toleransi dan kemampuan
koping perlu dilakukan (Lederman, 1984)
d. Mengenal Peran Ibu
Proses mengidentifikasi peran ibu dimulai pada awal setiap kehidupan
seorang wanita, yakni melalui memori - memori ketika ia, sebagai seorang anak,
diasuh oleh ibunya. Persepsi kelompok sosialnya mengenai peran feminim juga
membuatnya condong memilih peran sebagai ibu atau wanita karir, menikah atau
tidak menikah, dan mandiri dari pada interdependen.Peran - peran batu loncatan,
seperti bermain dengan boneka, menjaga bayi, dan merawat adik - adik, dapat
meningkatkan pemahaman tentang arti menjadi seorang ibu.
Banyak wanita selalu menginginkan seorang bayi, menyukai anak - anak,
dan menanti untuk menjadi seorang ibu.Mereka sangat dimotivasi untuk menjadi
orang tua. Hal ini mempengaruhi penerimaan mereka terhadap kehamilan dan
akhirnya terhadap adaptasi prenatal dan adaptasi menjadi orang tua (Grossman,
Eichler, Winckooff,1980 ;Lederman, 1984). Wanita yang lain tidak
mempertimbangkan dengan terinci arti menjadi seorang ibu bagi diri mereka
sendiri. Konflik selama masa hamil, seperti tidak menginginkan kehamilan dan
keputusan - keputusan yang berkaitan denga karir dan anak harus diselesaikan.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


128

e. Hubungan Ibu – Anak


Ikatan emosional dengan anak mulai timbul pada periode prenatal, yakni
ketika wanita mulai membayangkan dan melamunkan dirinya menjadi ibu (Rubin,
1975; Gaffney, 1988). Mereka mulai berpikir seakan - akan dirinya adalah
seorang ibu dan membayangkan kualitas ibu seperti apa yang mereka miliki.
Orang tua yang sedang menantikan bayi berkeinginan untuk menjadi orang tua
yang hangat, penuh cinta, dan dekat dengan anaknya. Mereka mencoba untuk
mengantisipasi perubahan - perubahan yang mungkin terjadi pada kehidupannya
akibat kehadiran sang anak dan membayangkan apakah mereka bisa tahan
terhadap kebisingan, kekacauan, kurangnya kebebasan, dan bentuk perawatan
yang harus mereka berikan. Mereka mempertanyakan kemampuan mereka untuk
membagi kasih mereka kepada anak yang belum dilahirkan ini. Rubin (1967)
menemukan bahwa wanita “ menerapkan “dan menguji perannya sebagai ibu
dengan mengambil contoh ibunya sendiri atau wanita lain pengganti ibu yang
memberi pelayanan, dukungan, atau berperan sebagai sumber informasi dan
pengalaman.
Hubungan ibu - anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai
suatu proses perkembangan (Rubin, 1975) Persiapan melahirkan. Banyak wanita
khususnya Nulipara, secara aktif mempersiapkan diri untuk menghadapi
persalinan. Mereka membaca buku, menghadiri kelas untuk orang tua, dan
berkomunikasi dengan wanita lain (ibu, saudara perempuan, teman, orang yang
tidak dikenal).Mereka akan mencari orang terbaik untuk memberi nasihat, arahan,
dan perawatan (Patterson, Freese, Goldenberg, 1990). Rasa cemas dapat timbul
akibat kekhawatiran akan proses kelahiran yang aman untuk dirinya dan anaknya
(Rubin, 1975).
f. Hubungan Dengan Pasangan
Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah ayah
sang anak (Richardson,1983). Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa wanita
yang diperhatikan dan dikasihi oleh pasangan prianya selama hamil akan
menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komplikasi

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


129

persalinan, dan lebih mudah melakukan penyesuaian selama masa nifas


(Grossman, Eichler, Winckoff, 1980; May, 1982).
Ada 2 kebutuhan utama yang ditunjukkan wanita selama ia hamil
(Richardson,1983). Kebutuhan pertama ialah menerima tanda – tanda bahwa ia
dicintai dan dihargai. Kebutuhan kedua ialah merasa yakin akan penerimaan
pasangannya terhadap sang anak dan mengasimilasi bayi tersebut ke dalam
kelurga. Rubin (1975) menyatakan bahwa wanita hamil harus “memastikan
tersedianya akomodasi sosial dan fisik dalam keluarga dan rumah tangga untuk
anggota baru tersebut.”
Hubungan pernikahan tidak tetap, tetapi berubah dari waktu ke waktu.
Bertambahnya seorang anak akan mengubah sifat ikatan pasangan untuk selama –
lamanya. Lederman (1984) melaporkan bahwa hubungan istri dan suami
bertambah dekat selama masa hamil. Dalam studinya, ia mengatakan bahwa
kehamilan berdampak mematangkan hubungan suami – istri akibat peran dan
aspek – aspek baru yang ditemukan dalam diri masing – masing pasangan.
g. Kesiapan Untuk Melahirkan
Menjelang akhir trimester III, wanita akan mengalami kesulitan napas dan
gerakan janin menjadi cukup kuat sehingga mengganggu tidur ibu. Nyeri
pinggang, sering berkemih, keinginan untuk berkemih, konstipasi, dan timbulnya
varies dapat sangat mengganggu. Ukuran tubuh yang besar dan rasa canggung
mengganggu kemampuannya melakukan pekerjaan rumah tangga rutin, dan
mengambil posisi yang nyaman untuk tidur dan istirahat.
Pada saat ini kebanyakan wanita akan tidak sabar untuk menjalani
persalinan, apakah disertai rasa suka cita, rasa takut, atau campuran keduanya.
Keinginan yang kuat untuk melihat hasil akhir kehamilannya dan untuk segera
menyelesaikannya membuat wanita siap masuk ke tahap persalinan.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


130

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL PADA Ny.T
KELUARGA Tn. W DENGAN ANEMIA

A. PENGKAJIAN
I. Data Umum
1. Identitas Kepala Keluarga
Nama KK               : Tn. W
Umur                      : 25 Tahun
Suku                       : Jawa
Pendidikan              : SMP
Pekerjaan                : Nelayan
Alamat                    : Karangsong RT 02 RW 02
2. Komposisi Keluarga
No Nama JK Hub. dgn Umur Pnddkn Pekerjaan
. KK
1 Ny.T P Istri 23 Thn SMP IRT

3. Genogram

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


131

Keterangan gambar :

= laki-laki = Satu rumah

= Perempuan = Cerai / pisah

= Menikah = Meninggal

= Garis keturunan = Klien


4. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. W merupakan tipe keluarga inti (nuclear family) yang terdiri
dari adik.
5. Latar Belakang Budaya
Tn.W mengatakan keluarganya adalah asli suku jawayang berkebangsaan
Indonesia serta tidak ada kebudayaan yangbertentangan dengan kesehatan.
 6. Agama
Tn.W mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada perbedaan
keyakinan semua beragama islam. Keluarga selalu menjalankan sholat 5 waktu,
namun Tn.W tidak aktif dalam kegiatan-kegiatan pengajian karena dia bekerja
sebagai nelayan.
7.Status Sosial Ekonomi Keluarga
Menurut Ny.T sumber penghasilan keluarga berasal dari Tn.W dimana
Tn.W bekerja sebagai nelayan, penghasilan tidak menentu karena Tn. W pulang
dari laut sekitar 3 bulan. Dan penghasilan tersebut digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


132

8.Rekreasi Keluarga
Ny.T mengatakan tidak pernah berekreasi dan keluargatidak pernah pergi
ke tempat hiburan atau ke tempat rekreasi, keluarga biasanya kumpul pada sore
hari dan malam hari sambil menonton TV.

II. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn.W berada pada tahap perkembangankeluarga dengan ibu
hamil, ini ditandai oleh istri Tn.W yang sedang Hamil 8 bulan.
2. Tugas Perkembangan Yang Belum Terpenuhi
Keluarga Tn.W saat ini sudah memenuhi tugas perkembangan sesuai
dengan tahap perkembangan keluarga saat ini.
3. Riwayat Keluarga Inti
Ny.T mengatakan tidak memiliki riwayat penyakitketurunan ataupun
penyakit menular seperti kencing manis, TBC, jantung, hepatitis, hipertensi.
Apabila anggota keluarga sakit, keluargabiasanya berobat ke bidan desa atau
puskesmas.

III. Riwayat Keluarga Sebelumnya


Ny.T mengatakan, keluarga Tn.W ataupun Ny.T tidak mempunyai riwayat
penyakit yang berbahaya seperti kencingmanis, TBC, Jantung, hipertensi,
hepatitis.

IV. Lingkungan
1. Karakteristik Rumah
Luas rumah + 2 are, tipe rumah permanen, dimana terdapat 2 kamar tidur,
1 dapur, 1 ruang keluarga, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi. Dimana ventilasi dari
tiap ruangan dimanfaatkan setiap hari, sehingga cahaya dapat masuk ke ruangan
pada siang hari.Penerangan rumah dengan menggunakan lampu listrik, lantai
rumah menggunakan keramik.Kondisi rumah secara keseruhan cukup bersih,

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


133

status rumah milik sendiri, mempunyai kamar mandi dan WC. Ny.T mengatakan
mandi di kamar mandi.
2. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas
Ny.T mengatakan bahwa hubungan seluruh anggota keluarga dengan
masyarakat lainnya cukup harmonis, dalam melakukansuatu kegiatan dilakukan
dengan gotong royong, jarak rumah dengantetangga cukup dekat, disini tidak ada
budaya setempat yangmempengaruhi kesehatan.
3. Mobilitas Geografis Keluarga
Ny.T mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai kebiasaan berpindah
tempat karena keluarga memiliki rumah tetap.
Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat
Ny.T mengatakan sering berkumpul dan berinteraksipada malam hari setelah
makan malam sambil menonton TV. Dalam keluargatidak ada mengalami
masalah serta konflik dalam berinteraksi.
4. Sistem Pendukung Keluarga
Ny.T mengatakan seluruh anggota keluarga dalam keadaan sehat, Ny.T
sedang hamil anak pertama.Fasilitas kesehatan yang ada di wilayah tempat
tinggalnya berupa Bidan dan Puskesmas.

V. Struktur Keluarga
1. Pola Dan Proses Komunikasi Keluarga
Ny.T mengatakan bahwa anggota keluarga berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Jawa. Komunikasiberlangsung dengan baik dan keluarga
menyelesaikan masalah denganmembicarakan terlebih dahulu dengan angota
keluarga dan pengambilankeputusan oleh kepala keluarga yang sudah
dimusyawarahkansebelumnya.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Keluarga Tn.W saling mendukung satu dengan lainnya, respon keluarga
bila ada anggota keluarga yang bermasalah selalu mencari jalan keluarnya
bersama-sama.Bila ada anggota keluarga yang sakit, diusahakan untuk berobat
dan mendapatkan perawatan semampu keluarga sampai membaik.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


134

3. Struktur peran
Tn.W mempunyai peran dalam rumah tangga sebagaipencari nafkah, Ny.T
sebagai ibu rumah tangga.

VI. Fungsi Keluarga


1. Fungsi Afektif
Setiap anggota keluarga menghargai dirinya sendiri dan mereka saling
membutuhkan satu sama lain, serta saling memberikan dukungansatu sama lain.
Setiap anggota keluarga selalu membina kehangatandalam rumah tangganya dan
setiap malam selalu menyempatkan waktuuntuk berkumpul dengan anggota
keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi
Ny.T mengatakan bahwa hubungan semua anggotakeluarga baik, norma
budaya dan perilaku sesuai dengan nilai dan normayang berlaku di keluarga dan
yang berlaku di masyarakat.
3. Fungsi Ekonomi
Ny.T mengatakan dari penghasilan setiap bulan cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan.Keluarga
Tn.W tidak memiliki tabungan atau simpanan uang.Dimana Tn.W bekerja sebagai
nelayan.
4. Fungsi Reproduktif
Ny.T mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun karena saat
ini Ny.T dalam keadaan hamil.
5. Fungsi Pemeliharaan Kesehatan
Ny.T mengatakan setelah berobat ke Bidan. Ny.T selalu meminum obat
yang diberikan dengan teratur.Bilalagi ada Suamiyang selalu mengingatkannya
agar tidak sampai lupa untuk meminum obatnya. Kebutuhan istirahat dan tidur
dalam keluarga tercukupi.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


135

VII. Fungsi Perawatan Keluarga


1. Kemampuan Keluarga Dalam Mengenal Masalah Kesehatan
Keluarga mengatakan tidak mengerti tentang masalah yang dihadapi yaitu
hamil resti.Ny.T masih berusia 23 tahun.
2. Kemampuan Keluarga Mengambil Keputusan
Keluarga mengatakan setiap masalah kesehatan yang ada masih belum
mampu ditangani dengan segera dan apabila ada salah satu dari anggota keluarga
yang sakit keluarga memutuskan untuk membawa ke pelayanan kesehatan seperti
bidan atau puskesmas kalau tidak bisa ditangani dirumah.
3. Kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga mengatakan selama ini sudah cukup mampu merawat anggota
keluarga yang sakit dengan membuatkan jamu kalau ada salah satu anggota
keluarganya yang sakit.Kalau tidak berhasil baru kemudian mengajak berobat ke
bidan atau puskesmas.
4. Kemampuan Keluarga Memelihara Lingkungan
Keluarga mengatakan tahu akan kepentingan kesehatan lingkungan yang
dapat memenuhi kesehatan seperti menyediakan wc (jamban). Kondisi rumah
keluarga cukup bersih, membuang limbah atau sampah di depan jalan sudah ada
tempatnya.
5. Kemampuan Keluarga Menggunakan Fasilitas Kesehatan
Keluarga mengatakan jika salah satu dari anggota keluarga yang sakit
selalu dibawa ke fasilitas kesehatan, yang dapat dijangkau oleh keluarga seperti
bidan desa atau puskesmas.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


136

VIII. Masalah Kesehatan Spesifik


1. Kesehatan ibu dan anak
a. Ibu hamil
Riwayat kehamilan Ny.T G1 P0 AO (kehamilan pertama, partus tidak
pernah dan abortus tidak pernah).Usia kehamilan saat ini 8 bulan, Ny.Tmulai
hamil di usia 23 tahun. Ny.T mengatakan sudah delapan kali rnemeriksakan
kehamilanya ke bidan dan mendapat imunisasi TT se-kali, penambahan BB ± 6 kg
dan pada waktu memeriksakan kehamilanya ke bidan pernah mendapat obat
penambah darah yang menurut anjuran bidan harus diminum sehari sekali namun
sekarang obatnya telah habis.
b.. Inspeksi muka:
Tidak ditemukan chloasma gravidarum, ditemukan adanya konjungtiva
anemis, tidak ada oedema pada muka.
c. Dada (buah dada tegangang dan membesar) terlihat pigmentasi pada
puting susu, keadaan putting susu tenggelam dan colostrums belum keluar
d. Pada tungkai tidak ditemukan farises maupun oedem
e. Palapasi abdomen:
Leopold I
Pada saat dipalpasi bagian atas teraba bokong dengan TFU 30cm.
Leopold II
Punggung bayi berasa pada sebelah kanan perut ibu DJJ 128x/menit
Leopold III
Kepala sudah berada dibagian bawah.
Leopold IV
Belum masuk PAP.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


137

IX. Stres Dan Koping Keluarga


1. Stressor Jangka Pendek dan Panjang
a. Stressor Jangka Pendek
Ny.T mengatakan bahwa keluarganya tidak pernah menghadapi masalah
yang berkepanjangan, sehingga membuat keluarganya menjadi khawatir, bingung
dan cemas.Bila ada masalah keluarga, mereka selalu menyelesaikan secara
kekeluargaan.
b. Stressor Jangka Panjang
Saat ini keluarga Tn.W sedang memikirkan ekonomi keluarganya agar
dapat terus meningkat.
2. Kemampuan Keluarga berespon Terhadap Situasi
Ny.T mengatakan bila ada masalah dalam keluarga, maka segera
dibicarakan dengan anggota keluarga untuk mencari pemecahan masalah.
3.Strategi Koping yang Digunakan
Tn.W mengatakan bahwa keluarga tidak pernah melakukan hal-hal yang
menyimpang dalam menghadapi segala masalah yang ada seperti menyelesaikan
masalah dengan menggunakan kekerasan dengan bersama-sama dan selalu
menyelesaikan masalah secara kekeluargaan.
4. Strategi Adaptasi Disfungsional
Tn.W mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang menggunakan
cara-cara diluar cara umum seperti kekerasan dalam menghadapi masalahnya.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


138

X. Pemeriksaan Fisik
ANGGOTA KELUARGA
No PEM. FISIK
Tn. W Ny. S
1. Kepala
Rambut Bersih tidak ada ketombe Bersih, tidak ada ketombe.

Konjungtiva ananemis, sclera anikterik


Mata Konjungtiva anemis, sclera an ikhterik

2. Hidung Tidak ada sekret dan polip Tidak ada secret


dan polip.
3. Telinga Tidak terdapat serumen Tidak terdapat
serumen.
4. Mulut dan Bersih tidak ada stomatitis, gigi lengkap Bersih, tidak ada
Gigi stomatitis, gigi
lengkap.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


139

5. Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid Tidak ada


pembesaran
kelenjar tyroid.
6. Tonsil Tidak ada pembengkakan Tidak ada pembengkakan.
7. Dada Tidak terdapat kelainan Tidak terdapat kelainan

8. Abdomen Tidak ada nyeri tekan Sedang hamil, tidak ada nyeri tekan

9. Ekstremita Tidak ada kelainan Tidak terdapat kelainan


10. TTV
TD 120/80 mmHg 100/80 Mmhg
Nadi 80x/menit 76x/menit
Suhu 36’C 36,4° C
Pernafasan 20x/menit 20x/menit
BB 51 Kg 56Kg

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


141

Xi. Analisa Data


No DATA MASALAH
1 DS:
Ny.T mengatakan tidak mengetahui cara Kurang pengetahuan
perawatan payudara. perawatan payudara b.d
DO: informasi
Ny. T mengatakan selama hamil belum
pernah melakukan perawatan payudara.
2 DS: Anemia ringan pada
Ny. T mengeluh cepat lelah dan sering kehamilan
pusing saat melakukan aktifitas.
DO:
Konjungtiva pucat, bibir agak pucat saat
dilakukan pemeriksaan TTV TD
90/80mmHg.

XII. Prioritas Diagnosa Keperawatan


1. Kurang pengetahuan tentang perawatan payudara berhubungan dengan
defisit informasi
2. Anemia ringan pada kehamilan Ny. T berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga Tn. W dalam mengatasi masalah kesehatan yang
dialami Ny. T.

XIII. Skoring Masalah


1. Kurang perawatan perawatan payudara b.d informasi
Kriteria Nilai Skor Pembenaran

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


142

Sifat masalah : 3/3 x 1 1 Selama kehamilan Ny. T belum


aktual pernah mendapatkan informasi
bagaimana cara merawat payudara
Kemungkinan 1x2 2 Harapan keluarga terhadap kesehatan
masalah untuk tinggi tetapi kondisi payudara Ny. T
diubah : sebagian kurang bersih
Potensi masalah 2/3 x 1 2/3 Ny. T tidak tahu bagaimana cara
dapat di cegah : perawatan payudara agar ASI dapat
cukup keluar lancar saat menyusui
Menonjolnya ½x1 ½ Ny. T menganggap payudaranya dapat
masalah : masalah mengeluarkan ASI banyak ditangani.
ada tapi tidak
perlu segera di
tangani.
Total Skor 4 1/6

2. Anemia ringan pada kehamilan Ny. T berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga Tn. W dalam mengatasi masalah kesehatan yang
dialami Ny. T.
Kriteria Nilai Skor Pembenaran
Sifat masalah : 2/3 x 1 2 Selama kehamilan Ny. T sering
resiko mengalami pusing dan cepat lelah.
Kemungkinan 2/2 x 2 2 Penyebab pusing dan cepat lelah yang
masalah untuk dialami Ny. T kemungkinan akibat
diubah : mudah kebiasaan yang dilakukan terkait pola
makan dan istirahat.
Potensi masalah 2/3 x 1 2 Keluarga tidak mengetahui kebiasaan
dapat di cegah : yang dilakukan terkait pola makan
cukup dan istirahat dapat menimbulkan
masalah kesehatan.
Menonjolnya ½x1 ½ Keluarga menganggap masalah pusing

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


143

masalah : masalah dan cepat lelah yang terjadi


ada tapi tidak merupakan hal yang alami terhadap
perlu segera di kehamilan. Tetapi tidak perlu segera
tangani. ditangani.
Total Skor 35

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


142

INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA Tn. W


DENGAN IBU HAMIL (Ny. T) DI DESA KARANGSONG
KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU

N Diagnosis Tujuan Kriteria


Standar Evaluasi Intervensi
o Keperawatan Tujuan Umum Tujuan Khusus Evaluasi
1 Kurang Setelah dilakukan Tujuan khusus: Respon Melakukan perawatan 1. Diskusikan dengan
pengetahuan kunjungan rumah Setelah dilakukan verbal payudara pada ibu keluarga pengertian
tentang selama 3 hari, tindakan keperawatan untuk melancarkan perawatan payudara.
perawatan pengetahuan tentang selama 3x20 menit, proses menyusui 2. Ajarkan keluarga
payudara perawatan payudara keluarga mampu : untuk mengungkapkan
berhubungan bertambah Menjelaskan kembali pengertian
dengan defisit pengertian perawatan perawatan payudara.
informasi payudara

Menjelaskan Respon Manfaat perawatan 3. Diskusikan dengan


manfaat verbal payudara : keluarga manfaat
perawatan -Menjaga kebersihan perawatan payudara.
payudara payudara 4. Mengungkapkan
-Melancarkan sirkulasi kembali manfaat
di payudara perawatan payudara.
-Merangsang produksi

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


143

ASI
-Mencegah
pembengkakan
payudara
2 Anemia Setelah dilakukan Tujuan khusus: Respon -Melakukan 1. Diskusikan dengan
ringan b.d kunjungan rumah Setelah dilakukan verbal pemenuhan gizi sehat keluarga pengertian gizi
ketidakmamp selama 3 hari tindakan keperawatan saat hamil sehat
uan keluarga keluarga mampu selama 3x20 menit, 2. Ajarkan keluarga
dalam mengatasi masalah keluarga mampu : untuk mengungkapkan
mengatasi yang dihadapi. Menjelaskan kembali pengertian
masalah pengertian perawatan pemenuhan gizi sehat
payudara
Menjelaskan Respon Manfaat perawatan - - 3. Diskusikan dengan
manfaat verbal Menjaga kebersihan keluarga manfaat gizi
perawatan payudara saat hamil
payudara -Melancarkan sirkulasi 4. Mengungkapkan
di payudara kembali manfaat
-Merangsang produksi mengkonsumsi gizi saat
ASI hamil

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


144

-Mencegah 5. Diskusikan dengan


pembengkakan keluarga macam-macm
payudara payudara : gizi yang penting saat
hamil

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA Tn. W


DENGAN IBU HAMIL (Ny.T ) DI DESA KARANGSONG
KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU

No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi Paraf


1 Kurang Selasa, 14 Juni Diskusikan bersama keluarga dengan S :
pengetahuan 2016 menggunakan leaflet: Ny. T mengatakan mengerti dan Fitria
tentang perawatan - Pengertian perawatan payudara paham apa yang sudah dijelaskan

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


145

payudara - manfaat perawatan payudara dan akan mempraktekanya


berhubungan - langkah – langkah perawatan O:
dengan defisit payudara - Ny. T menyimak penjelasan
informasi dengan baik.
- Ny. T berusaha menjawab
setiap pertanyaan yang
diajukan.
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Evaluasi perawatan payudara
dan anjurkan melakukan
perawatan payudara secara
mandiri.
2 Anemia ringan b.d 20 Juni 2016 Diskusikan bersama keluarga dengan S : Fitria
ketidakmampuan menggunakan leaflet: Ny. T mengatakan mengerti dan
keluarga - Pengertian gizi sehat paham apa yang sudah dijelaskan
menghadapi - manfaat gizi sehat dan mengkonsumsi gizi yang baik
masalah - macam-macam gizi yang harus untuk kehamilannya.
dikonsumsi saat hamil 0:
Ny. T tampak mengerti dan

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


146

paham tentang materi yang


dijelaskan.
A : Masalah Teratasi
P : Evaluasi Gizi Sehat
Anjurkan Ny.T mengkonsumsi
gizi sehat

1 Kurang pengetahuan Selasa, 14 Juni Diskusikan bersama keluarga dengan S :


tentang perawatan 2016 menggunakan leaflet: Ny. T mengatakan mengerti dan Fitria
payudara - Pengertian perawatan payudara paham apa yang sudah dijelaskan
berhubungan - manfaat perawatan payudara dan akan mempraktekanya
dengan defisit - langkah – langkah perawatan O:
informasi payudara - Ny. T menyimak penjelasan
dengan baik.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


147

- Ny. T berusaha menjawab


setiap pertanyaan yang
diajukan.
A : Masalah Teratasi Sebagian
P : Evaluasi perawatan payudara
dan anjurkan melakukan
perawatan payudara secara
mandiri.
2 Anemia ringan b.d 20 Juni 2016 Diskusikan bersama keluarga dengan S : Fitria
ketidakmampuan menggunakan leaflet: Ny. T mengatakan mengerti dan
keluarga - Pengertian gizi sehat paham apa yang sudah dijelaskan
menghadapi - manfaat gizi sehat dan mengkonsumsi gizi yang baik
masalah - macam-macam gizi yang harus untuk kehamilannya.
dikonsumsi saat hamil 0:
Ny. T tampak mengerti dan
paham tentang materi yang
dijelaskan.
A : Masalah Teratasi
P : Evaluasi Gizi Sehat

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


148

Anjurkan Ny.T mengkonsumsi


gizi sehat

BAB IV

PEMBAHASAN

Kehamilan adalah suatu krisis maturasi yang dapat menimbulkan stress, tetapi berharga karena wanita tersebut
menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Seiring persiapannya
untuk menghadapi peran baru, wanita tersebut mengubah konsep dirinya supaya ia siap menjadi orang tua. Secara bertahap, ia

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


149

berubah dari seseorang yang bebas dan berfokus pada diri sendiri menjadi seorang yang seumur hidup berkomitmen untuk
merawat seorang individu lain. Pertumbuhan ini membutuhkan penguasaan tugas – tugas perkembangan tertentu: menerima
kehamilan, mengidentifikasi peran ibu antara dirinya dan pasangannya, membangun hubungan dengan anak yang belum
lahir, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi pengalaman melahirkan (Rubin, 1967; Lederman, 1984; Stainton, 1985).
Penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosi dari pasangan merupakan faktor penting dalam mencapai
keberhasilan tugas perkembangan ini (Entwistle, Doering, 1981; Mercer, 1981).
Pengalaman subyektif tentang waktu dan ruang berubah selama masa hamil karena rencana dan komitmen kini diatur
oleh tanggal taksiran partus (TTP) (Rubin, 1984). Pada awal masa hamil tampaknya tidak ada yang terjadi dan keinginan untuk
menghentikan hari-hari yang penuh tuntutan spesial dan aktivitas timbul supaya dapat menikmati waktu kosong tanpa beban.
Banyak waktu dihabiskan dengan tidur. Dengan munculnya quickening pada trimester kedua, terjadilah reduksi waktu dan ruang,
baik secara geografik maupun sosial karena wanita tersebut mengalihkan perhatiannya kedalam, yakni pada kandungannya
dan pada hubungan dengan ibunya dan wanita lain yang pernah atau sedang hamil.
Pada trimester ketiga terjadi perlambatan aktivitas dan waktu terasa cepat berlalu karena aktivitas wanita tersebut
dibatasi (Rubin, 1984). Kehamilan merupakan salah satu tahap perkembangan keluarga baru menikah, dengan fungsi reproduksi
yang tergolong dalam pasangan usia subur (PUS) dan memungkinkan untuk terjadinya kehamilan. Kehamilan melibatkan
seluruh anggota keluarga. Karena ”konsepsi merupakan awal, bukan saja bagi janin yang sedang berkembang, tetapi juga bagi
keluarga, yakni dengan hadirnya seorang anggota keluarga baru dan terjadinya perubahan hubungan dalam keluarga,” maka
setiap anggota keluarga harus beradaptasi terhadap kehamilan dan menginterpretasinya berdasarkan kebutuhan masing-
masing.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


150

Keluarga Tn.W merupakan keluarga yang pada tahap perkembangan keluarga PUS dengan istri yang sedang sedang
hamil. Saat ini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan atau janinnya mempunyai
outcome yang buruk apabila di lakukan tata laksana secara umum seperti yang dilakukan pada kasus normal. Kehamilan resiko
tinggi adalah kehamilan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang di hadapi. (Manuaba,dkk;
2007:43).
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang disertai dengan faktor-faktor yang menaikkan kemungkinan terjadinya
keguguran, kematian janin, persalinan prematuritas, retardasi perumbuhan intrauterin, penyakit janin atau neonatus, malformasi
congenital, retardasi mental atau kecacatan (handicaps). (nelson: 2000;543)
Kehamilan resiko tinggi adalah terdapat perkiraan akan terjadi gangguan terhadap out-come pada ibunya atau
janinnya sehingga memerlukan pengawwasan lebih intensif dan mungkin tindakan proaktif. Pengawasan dan tindakan proak tif
ini sangat penting dengan tujuan memperkecil kesulitan komplikasi yang terjadi sehingga hasil mendekati well born
babydan well mother. (Manuaba, 2007:6)
Berdasarkan pengakajian pada keluarga Tn.W di dapatkan 2 masalah utama yaitu : Kurang pengetahuan tentang
perawatan payudara berhubungan dengan defisit informasi, Anemia ringan b.d ketidakmampuan keluarga menghadapi masalah.
Setelah di temukannya masalah tersebut, perawat berdiskusi dengan keluarga untuk menyelesaikan masalah pada
keluarga dengan melakukan kontrak waktu untuk implementasi keperawatan.
Selama di lakukan implementasi keperawatan, keluarga Tn.W tidak ada hambatan yang bermakna. Dimana keluarga
sangat kooperatif dengan implementasi yang dilakukan oleh perawat sehingga pengetahuan keluarga terhadap permasalahan
yang ada di keluarga khususnya tentang kehamilan beresiko tinggi bertambah. Dengan pengetahuan yang meningkat di

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


151

harapkan keluarga mampu mengatasi permasalahan pada keluarganya dan keluarga lebih siap mempersiapkan kelahiran anaknya.

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga, perawat dapat menggunakan proses keperawatan dengan tahapan
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan dan impletasi dan evaluasi. Selain itu
perawat juga dapat memilih untuk menggunakan model konseptual yang relevan dengan kasus keluarga.
Menurut Fiedman (1998), keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam perkawinan, ada
hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah.

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


152

Proses keperawatan dalam pendekatan model friedman's family centered ini terdiri atas tahap yaitu
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

B. Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga, hendaknya perawat komunitas (keluarga) mampu memiliki
landasan teori yang jelas, sehingga pelayanan atau asuhan yang diberikan kepada keluarga akan mampu menyelesaikan masalah
yang terjadi di keluarga tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Heni, 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga : Sagung Seto
Doane, Gweneth Hartrick, 2005. Family Nursing as Relation Inquiry Developing Health Promotion Practice. Philadelpia : Lippicott
Duvall, E,M & Miller, B.L.1985. Marriage and Family Development (6 Ed). New York : Harper and Row
Friedman, M.M. 1998. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktik edisi 3. Jakarta : Arcan
Gde Manuaba, Ida Bagus. 1999. Memehami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta. Jakarta : Arcan
Hurlock, Elizabeth, 1990, Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga
Mubarok, wahit iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 1. Jakarta : EGC

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


153

Mubarok, wahit iqbal. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Buku 2. Jakarta : EGC
Santun, Setiawi. Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : Trans Info Media
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu
Soetjiningsih, (2005). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Stanhope, M and Lancaster, J, 1996. Community Health Nursing : Promoting Health of Aggregates , Family and Individual. Fourth
edition. St. Louis : Mosby

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


154

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


155

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


156

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


157

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


158

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


159

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016


160

PROGRAM PROFESI NERS IX STASE KELUARGA DAN KOMUNITAS 2016

Anda mungkin juga menyukai