Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA PEREMPUAN DAN ANAK


DENGAN KONDISI RENTAN
“PEREMPUAN DAN ANAK DENGAN KONDISI RENTAN
DAN KEBUTUHAN KHUSUS PADA
PERMASALAHAN FISIK”

Dosen Pengampu :
Ibu Bd. Devy Putri Nursanti, SST, S.Keb.,M.Kes

Di susun Oleh :
Kelompok I Kelas A4

ASRIYANA ILMIYANTI, A.Md.Keb NIM 2281A0912


ELLEN HERVENA, A.Md.Keb NIM 2281A0901
ERIKA SIHITE, A.Md.Keb NIM 2281A0938
HIKMAWATI, A.Md.Keb NIM 2281A0940
LAILATUN NUR, A.Md.Keb NIM 2281A0930
SRI WAHYUNINGSIH, A.Md.Keb NIM 2281A0931
SUHAIMI, A.Md.Keb NIM 2281A0906

INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
PRODI S-1 KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, guna menyelesaikan tugas
kelompok mata kuliah askeb pada perempuan dan anak dengan kondisi rentan yang
membahas tentang kebutuhan khusus pada permasalahan fisik tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian penulisan makalah makalah ini, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar besarnya dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan,
bimbingan, arahan sehingga makalah ini dapat terselesaikan pada waktunya.
Segala usaha telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini. Tapi kami
menyadari didalam makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan guna perbaikan di
masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi semua pihak
terutama bagi kami tim penulis, dan para pembaca.

Seruyan, Oktober 2022


Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. 1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. 3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 4
A. Latar Belakang……………………………………………………… 4
B. Rumusan Masalah………………………………………………..…. 5
C. Tujuan Pembahasan…………………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………… 6
A. Pengertian Kelompok Rentan………………………………………. 6
B. Batasan Kelompok Berkebutuhan Khusus…………………………. 8
C. Kebutuhan Khusus Pada Permasalahan Fisik……………………… 9
BAB III PENUTUP…………………………………………………………….. 15
A. Kesimpulan…………………………………………………………. 15
B. Saran……………………………………………………………….. 15
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perempuan dan anak di Indonesia masih menjadi kelompok yang rentan
terhadap tindakan yang melanggar Hak Asasi Perempuan dan Anak. Salah satu
masalah yang menjadi keprihatinan pemerintah adalah maraknya kasus kekerasan
dan perdagangan manusia (human traffiking). Faktor kemiskinan, masalah
ekonomi, rendahnya pendidikan, pergeseran nilai moral, masalah sosial budaya,
gaya hidup dan makin besarnya jumlah penduduk yang mempersempit lapangan
pekerjaan, membuat perempuan dan anak rentan terhadap permasalahan
traffikingdan kekerasan.
Kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah setiap perbuatan
berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berkaitan atau mungkin berakibat
kesengsaraan atau penderitaan perempuan dan anak secara fisik, seksual atau
psikologis, termasuk ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan atau perampasan,
baik yang terjadi di depan umum maupun dalam kehidupan pribadi. Kekerasan
dapat terjadi di dalam rumah dan di wilayah publik. Dari banyak kasus pelaku
kekerasan biasanya orang terdekat dan tak jarang orang yangsama sekali tidak di
kenal. Bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak antara lain;
1. Kekerasan Fisik : penganiayaan, pemukulan, trafficking, buruh anak, dll.
2. Kekerasan Seksual : perkosaan, pelacuran, paksaan, penyiksaan alat kelamin,
kehamilan tak diinginkan, pengguguran, dll.
3. Kekerasan Psikis : cacian atau makian, ancaman kekerasan, eksploitasi
ekonomi, dll.
Setiap warga Negara berhak untuk bebas dari segala bentuk penyiksaan
secara tidak manusiawi atau sewenang-wenang adalah hak asasi manusia
termasuk didalamnya perempuan dan anak. Selanjutnya juga merupakan tugas dan
tanggung jawab Negara, khusus nya pemerintah untuk menciptakan peluang dan
kondisi yang kondusif bagi pemenuhan, perlindungan dan pemajuan hak-hak asasi
perempuan dan anak dalam proses penanganan kasus-kasus kekerasan terhadap
perempuan dan anak dalam berbagai bentuk dan konteks konflik, misalnya
konflik rumah tangga dan keluarga, konflik beragama,yang kerap dialami
perempuan. Termasuk berbagai upaya untuk menghapuskan segala bentuk
ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender seperti kekerasan, diskriminasi,stereotip,
marginalisasi dan lain-lain.

4
Namun, seiring dengan rubahnya pola perilaku kehidupan masyarakat,
perempuan dan anak seringkali dijadikan objek bagi orang-orang yang tidak
bertanggung jawab. Perempuan dan anak seringkali dijadikan sasaran penjualan
manusia, kekerasan rumah tangga, kekerasan seksual, diskriminasi terhadap
perempuan dan juga diskriminasi pada anak. Tentunya permasalahan ini menjadi
tugas sebuah Negara yang berkewajiban melindungi warga nya terutama pada
perempuan dan anak. Bahkan Negara-pun bisa menjadi pelaku kekerasan apabila
Negara tidak menjamin dan tidak memenuhi hak-hak perempuan dan anak dengan
baik secara konstitusi maupun dalam penegakkannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pengertian kelompok rentan ?
2. Apa saja batasan kelompok berkebutuhan khusus ?
3. Apa saja kebutuhan khusus pada permasalahan fisik ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Askeb Perempuan Rentan.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan tentang pengertian kelompok rentan.
b. Menjelaskan tentang batasan kelompok berkebutuhan khusus.
c. Menjelaskan tentang kebutuhan khusus pada permasalahan fisik.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KELOMPOK RENTAN


1. Defenisi Rentan
a. Menurut KBBI (1) mudah terkena penyakit dan (2) peka, mudah merasa.
b. Kelompok yang lemah ini lazimnya tidak sanggup menolong diri sendiri,
sehingga memerlukan bantuan orang lain.
c. Kelompok yang mudah dipengaruhi yang merupakan konsekuensi logis
dari kelompok lemah sehingga mudah dipengaruhi.
2. Kelompok Rentan
a. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Pasal 5 ayat (3) yang menyatakan
bahwa setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan
berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan
kekhususannya. Kelompok masyarakat yang rentan, antara lain, adalah
orang lanjut usia, anak- anak, fakir miskin, wanita hamil dan penyandang
cacat.
b. Kelompok rentan menurut Human Rights Reference
1) Refugees (pengungsi)
2) Internally Displaced Persons (IDPs) (pengungsi internal)
3) National Minorities
4) Migrant Workers
5) Indigenous Peoples (masyarakat adat)
6) Chidren
7) Women
3. Kondisi Obyektif Kelompok Rentan
a. Anak
1) Defenisi Anak
a) Pasal 1 ayat 1 UU Nomor 23 Tahun 2002, “Anak adalah
seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas tahun) termasuk
anak yang masih dalam kandungan.
b) Pasal 1 KHA/ Keppres No. 36 Tahun 1990 “anak adalah setiap
orang yang berusia dibawah 18 tahun.
c) Pasal 1 ayat 5 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM “anak
adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 tahun dan belum

6
menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal
tersebut adalah demi kepentingannya”.
2) Anak Rentan
a) Masalah anak masih menjadi tanggungjawab orangtua
b) Pemenuhan kebutuhan anak oleh orangtua membuat anak tidak
mandiri.
c) Anak sebagai pencari nafkah, anak dipaksa bekerja dan tidak
dapat sekolah, menjadi anak jalanan, terlantar dan tidak dapat
tumbuh wajar.
3) Perlindungan Terhadap Anak Rentan
a) Perlindungan anak karena amanat Undang-Undang Dasar 1945
pasal 28b ayat 2 menyatakan bahwa”Setiap anak berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh kembang, serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
b) UU Nomor 35 tahun 2014 tentang perlindungan anak
b. Perempuan rentan
1) Pasal 5 ayat (3) Undang-undang No. 39 tahun 1999 disebutkan bahwa
yang termasuk kelompok rentan adalah orang lansia, anak-anak, fakir
miskin, wanita hamil, dan penyandang cacat.
2) Kekerasan fisik, kekerasan suami terhadap istri atau suami terhadap
pembantu rumah tangga perempuan.
3) Kekerasan psikologis, perempuan masih sangat dibatasi oleh budaya
masyarakat, dimana peran tradisional masih melekat kuat.
4) Kasus aborsi/ illegal di kalangan masyarakat.
5) Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih tinggi.
c. Penyandang cacat
Undang-undang No. 4 tahun 1997 “penyandang cacat adalah setiap
orang yang mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat
mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk
melakukan kegiatan secara selayaknya. Pengelompokkan penyandang
cacat antara lain :
1) Penyandang cacat fisik
2) Penyandang cacat mental
3) Penyandang cacat fisik dan mental
d. Kelompok minoritas
Kelompok minoritas adalah kelompok individu yang tidak dominan
dengan ciri khas suku bangsa, suku bangsa, agama, atau bahasa tertentu

7
yang berbeda dari mayoritas penduduk, diskriminasi terhadap hak-hak
kelompok minoritas.
B. BATASAN KELOMPOK BERKEBUTUHAN KHUSUS
1. Kebutuhan khusus pada permasalahan fisik
a. Masalah disabilitas
b. Kelainan genetik
c. Perbedaan ras
d. Usia anak kurang dari 21 tahun
2. Kebutuhan khusus pada permasalahan psikologis
a. Kehamilan akibat pemerkosaan
b. KDRT
c. Trauma persalinan sebelumnya
d. Kelainan mental/ jiwa
e. Riwayat kehilangan dan kematian
f. Kehamilan tidak diinginkan
3. Kebutuhan khusus pada permasalahan geografi
a. Lingkungan berpolusi
b. Lingkungan dataran tinggi dan rendah
c. Lingkungan radiasi
d. Tenaga kesehatan (rontgen, lab, dll)
4. Kebutuhan khusus pada permasalahan ekonomi
a. Kemiskinan
b. Anak banyak
5. Kebutuhan khusus pada permasalahan sosial
a. Kehamilan dalam penjara
b. Single parent
c. LGBT
d. Ibu pengganti (surrogate mother)
e. Pekerja seks komersial
6. Kebutuhan khusus pada permasalahan budaya
a. Pemilihan jenis kelamin anak
b. Vaginal birth after caesarean
c. Persiapan persalinan dan kelahiran pada kebutuhan khusus
d. Perawatan anak pada ibu berkebutuhan khusus
e. Promosi kenormalan pada ibu dengan kebutuhan khusus

8
C. KEBUTUHAN KHUSUS PADA PERMASALAHAN FISIK
1. Masalah Disabilitas
Hallahan (2009) menjelaskan semua disabilitas adalah inabilitas
(ketidakmampuan) dalam melakukan sesuatu, tetapi tidak semua inabilitas
(ketidakmampuan) tersebut termasuk disabilitas. Sebagai contoh, sebagian
besar anak usia 6 bulan tidak dapat berjalan atau bicara, tetapi hal ini bukan
disabilitas melainkan inabilitas (ketidakmampuan) usia yang belum sesuai
dengan tahap perkembangan tersebut.
Sekurang – kurangnya ada 6 masalah fisik dari sekian banyak yang butuh
pendampingan :
a. Tunanetra
Istilah ini dipakai untuk mereka yang mengalami gangguan penglihatan
yang mengakibatkan fungsi penglihatan tidak dapat dilakukan. Anak
tunanetra mempunyai kebutuhan khusus yang menuntut adanya pelayanan
khusus sehingga potensi yang dimiliki oleh para tunanetra dapat
berkembang secara optimal.
b. Tunarungu
Istilah tunarungu dikenakan bagi mereka yang mengalami gangguan
pendengaran, mulai dari yang ringan sampai yang berat. Gangguan ini
dapat terjadi sejak lahir (merupakan bawaan), dapat juga terjadi setelah
kelahiran. Saat ini, sudah ada juga alat yang mampu membantu
pendengaran walaupun harus belajar bicara secara tidak lancar.
c. Tunagrahita
Tunagrahita atau sering dikenal dengan cacat mental adalah kemampuan
mental yang berada di bawah normal. Tolok ukur yang sering dikenakan
untuk ini adalah tingkat kecerdasan atau IQ. Anak yang secara nyata
berbeda mempunyai IQ di bawah normal dikelompokkan sebagai anak
tunagrahita. Sebagaimana halnya anak tunarungu, tunagrahita juga dapat
dikelompokkan menjadi tunagrahita ringan, sedang, dan berat.
d. Tunadaksa
Tunadaksa secara harfiah berarti cacat fisik. Oleh karena kecacatan ini,
anak tersebut tidak dapat menjalankan fungsi fisik secara normal. Anak
yang kakinya tidak normal karena kena polio atau yang anggota tubuhnya
diamputasi karena satu penyakit dapat dikelompokkan pada anak
tunadaksa. Istilah ini juga mencakup gangguan fisik dan kesehatan yang

9
dialami oleh anak sehingga fungsi yang harus dijalani sebagai anak
normal, seperti koordinasi, mobilitas, komunikasi, belajar, dan
penyesuaian pribadi, secara signifikan terganggu. Dapat dimasukkan anak-
anak yang menderita penyakit epilespsy (ayan), cerebral palsy, kelainan
tulang belakang, gangguan pada tulang dan otot, serta yang mengalami
amputasi.
e. Tunalaras
Gangguan yang muncul pada anak-anak ini berupa gangguan perilaku,
seperti suka menyakiti diri sendiri (misalnya mencabik-cabik pakaian atau
memukul-mukul kepala), suka menyerang teman (agresif) atau bentuk
penyimpangan perilaku yang lain. Misalnya memukul- mukul secara
berkelanjutan, melempar/ membanting benda-benda disekitarnya, dan jari
tangan yang diputar-putar. Di samping autistic atau autism, dalam
kelompok ini juga termasuk attention deficit disorder (ADD) dan attention
deficit hyperactive disorder (ADHD). Anak- anak seperti ini, khususnya
ADHD perlu diwaspadai karena dapat membahayakan diri sendiri dan
orang lain.
f. Tuna ganda
Istilah kelompok penyandang kelainan jenis ini adalah mereka yang
menyandang lebih dari satu jenis kelainan. Misalnya, penyandang
tunanetra dan tunarungu sekaligus, penyandang tunalaras disertai
tunagrahita atau bahkan tunadaksa, tunarungu, dan tunagrahita sekaligus.
Saat ini, sudah ada sekolah luar biasa untuk penyandang tunaganda disebut
sebagai SLB-G.
Kebutuhan khusus yang dapat kita berikan pada permasalahan fisik
dengan disabilitas ini, antara lain :
a. Berikan kemudahan bagi mereka untuk dapat bergerak, gunakan peralatan
yang berat dan stabil agar tidak mudah tergulingm Hindari penggunaan
karpet atau alat lainnya yang dapat menyebabkan anak tersandung. Lalu,
atur peralatan di tempat yang luas agar anak dapat bergerak lebih bebas.
Sediakan tempat yang aman untuk pejalan kaki, kursi roda, atau
tongkatagar anak-anak lain tidak tersandung.
b. Perkenalkan kegiatan belajar, sediakan alat yang dapat mendukung
motoriknya, seperti menggenggam, memegang, memberi, dan melepaskan.
Pastikan juga objek sesuai usia.
c. Ajari teman sebaya membantu aktivitas penyandang disabilitas fisik.
Teman bermain biasanya ingin membantu anak penyandang disabilitas

10
fisik, tetapi kadang caranya kurang tepat. Oleh karena itu, ajari teman-
teman si kecil cara menawarkan bantuan dengan penuh rasa hormat.

2. Kelainan Genetik
Kelainan genetik adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh satu atau
lebih gen yang menyebabkan sebuah kondisi fenotipe klinis. Beberapa
penyebab penyakit genetik antara lain:
a. Ketidaknormalan jumlah kromosom seperti dalam Sindrome Down
(adanya ektra kromosom 21) dan sindrom Klinefelter (laki-laki dengan 2
kromosom X)
b. Beberapa penyebab yang paling banyak adalah sindrom down
(DownSyndrome), sindrom user (usersyndrome). Di samping itu,
hambatan genetic juga dapat terjadi sejak lahir. Dengan adanya kelainan-
kelainan pada organ tubuh seperti hydrocephaly, microcephaly akibat
penggunaan obat-obatan yang salah oleh ibunya pada saat masa
kehamilan.
c. Mutasi gen berulang yang dapat menyebabkan sindromX rapuh atau
penyakit Huntington
d. Gen rusak yang diturunkan dari orang tua. Dalam kasus ini penyakit
genetic juga dikenal dengan istilah penyakit keturunan. Kondisi ini terjadi
ketikaindividu lahir dari dua individu sehat pembawa gen rusak tersebut,
tetapi dapat juga terjadi ketika gen yang rusak tersebut merupakan gen
yang dominan.
Selain itu dapat juga terjadinya hambatan majemuk dikarenakan faktor
sebagai berikut :
a. Faktor prenatal, terjadi sebelum kelahiran. Dapat terjadi karena
ketidaknormalan kromosom komplikasi pada anak dalam kandungan,
ketidakcocokan Rh, infeksi pada ibu ketika hamil, serta mengkonsumsi
obat-obatan atau alkohol.
b. Faktor natal, terjadi pada saat kelahiran. Hal ini dapat terjadi karena
kelahiran premature, luka pada saat kelahiran, kekurangan oksigen saat
kelahiran, dan lain-lain.
Kebutuhan khusus yang bisa kita berikan pada permasalahan fisik
kelainan genetik ini antara lain :

11
a. Membawa anak ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk diperiksa
tenaga medis secara rutin, karena jika tidak mka tubuh anak bias
bertambah kecacatannya (bengkok, mengecil, kaku).
b. Menindaklanjuti hasil pemeriksaaan dari tenaga medis dengan mengikuti
petunjuk dan saran yang diberikan.
c. Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai dan kembangkan potensi yang
dimiliki anak. Saat ini banyak anak tuna daksa yang dapat berprestasi
berhasil seperti anak lain sebayanya.
d. Memerlukan latihan rutin, dan menggunakan alat bantu untuk mencegah
bertambahnyakecacatan dan memudahkan melakukan kegiatan sehari-hari.

3. Perbedaan Ras
a. Pengertian Ras
Ras Adalah Konsep Turunan Fisik, Ini Penjelasannya Ras adalah hal
yang memiliki kaitan dengan karakteristik fisik, seperti tekstur rambut atau
warna kulit dan mencakup pilihan yang relatif sempit.
Penjelasan Singkat Tentang Ras Dikutip dari Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) ras adalah golongan bangsa berdasarkan ciri-ciri fisik.
Ras juga didefinisikan sebagai rumpun bangsa. Ras adalah kategori
individu yang secara turun-temurun terdapat ciri-ciri fisik dan biologis
tertentu yang khas.
Selain itu dilansir dari Ensiklopedia Britannica, ras adalah gagasan
bahwa spesies manusia dibagi menjadi kelompok-kelompok berbeda atas
dasar perbedaan fisik dan perilaku yang diwariskan.
Ras biasanya dikaitkan dengan biologi dan dikaitkan dengan
karakteristik fisik, seperti tekstur rambut atau warna kulit dan mencakup
pilihan yang relatif sempit, dari dua penjelasan itu dapat disimpulkan
bahwa ras adalah kategori umat manusia yang memiliki ciri fisik tertentu
yang berbeda.
Penjelasan Ras Menurut Ahli Hortun dan Hunt Hortun dan Hunt
menilai ras adalah suatu kelompok manusia yang agak berbeda dengan
kelompok-kelompok lainnya dari segi ciri-ciri fisik bawaan. Disamping itu
banyak juga ditentukan oleh pengertian yang digunakan oleh masyarakat.
Perbedaan Ras dan Etnis Ras dan etnis pada umumnya
disalahpahami sebagai konsep yang sama. Ras biasanya dilihat secara
biologis, mengacu pada ciri fisik seseorang, sedangkan etnisitas dipandang
sebagai konstruksi ilmu sosial yang menggambarkan identitas budaya

12
seseorang. Etnisitas dapat ditampilkan atau disembunyikan, tergantung
pada preferensi individu, sementara identitas rasial selalu ditampilkan,
pada tingkat yang lebih besar atau lebih kecil.

b. Diskriminasi Ras
Pengertian diskrimisasi ras dan etnis adalah segala bentuk
perbedaan, pengecualian, pembatasan, atau pemilihan berdasarkan pada
ras dan etnis, yang mengakibatkan pencabutan atau pengurangan
pengakuan, perolehan atau pelaksanaan hak asasi manusia dan kebebasan
dasar dalam suatu kesetaraan di bidang sipil, politik, ekonomi, social dan
budaya. (UURI No. 40 tahun 2008)
Filosofi Bhinneka Tunggal Ika mengajak kita untuk meyakini bahwa
di dalam diri manusia bersemayam potensi kemanusiaan yang bila
dikembangkan melalui pendidikan yang baik dan benar dapat berkembang
tak terbatas dan perlu diyakini pula bahwa potensi itu pun ada padaa diri
setiap ABK. Karena, seperti halnya ras, suku, dan agama di tanah
Indonesia, keterbatasan pada ABK maupun keunggulan pada anak pada
umumnya memiliki kedudukan yang sejajar.
Suasana tolong menolong seperti yang dikemukakan di atas dapat
diciptakan melalui suasana belajar dan kerjasama yang silih asah, silih
asih, dan silih asuh (saling mencerdaskan, saling mencinta, dan saling
tenggang rasa).
Kebutuhan khusus yang dapat kita berikan pada permasalahan ras ini
antara lain :
a. Ajak anak berfikir kritis dan terbuka, perkenalkan kepada anak bahwa
keragaman yang ada di lingkungan sekitar adalah anugerah dari Tuhan
Yang Maha Esa.
b. Ajak bersosialisasi dengan lingkungan, beri kebebasan pada anak untuk
berteman dengan siapapun tanpa memandang agama, suku, maupun ras.
c. Bangun rasa percaya diri, bangun rasa percaya diri anak dengan cara
melatih mencintai dirinya sendiri. Motivasi anak untuk menonjolkan
kelebihan yang ada pada diri mereka.
d. Bacakan cerita tentang perbedaan dan keragaman.
e. Bertamasya, ajak anak berkunjung ke tempat-tempat yang penuh
keragaman seperti ke Taman Mini Indonesia Indah, museum, mal atau
pertokoan. Gunakan jelajah museum atau lokasi-lokasi wisata. Kenalkan

13
kepada anak bahwa Indonesia memiliki keragaman suku, agama, budaya,
dan adat istiadat.
f. Contoh teladan, anak merupakan pembelajar yang cepat, terlebih belajar
dari sikap-sikap yang ditunjukkan orangtua.
g. Tanamkan karakter kebangsaaan, orangtua ataupun guru dapat mengajak
anak mengikuti kegiatan-kegiatan yang memberikan semangat untuk
tumbuhnya rasa nasionalisme dan karakter kebangsaan.
4. Usia Anak Kurang Dari 21 Tahun
Masa remaja terdiri atas 3 subfase yang jelas, yaitu masa remaja awal
(usia 11 sampai 14 tahun), masa remaja pertengahan (usia 15 sampai 17 tahun),
masa remaja akhir (usia 18 sampai 21 tahun) (Wong, 2008)
Kebutuhan akan informasi pengasuhan (caregiving), kemarahan dan
perasaan bersalah, komunikasi dan persaaan terisolasi, dan masa depan
merupakan permasalahan yang harus dijaga oleh keluarga terutama oleh
saudaranya yang dekat.
Kebutuhan yang dapat kita berikan pada anak berkebutuhan khusus
dengan permasalahan fisik pada usia < 21 tahun, antara lain :
a. Jadilah pendengar yang baik
b. Hormati privasi anak
c. Sepakati aturan-aturan penting
d. Berikan motivasi untuk cita-citanya
e. Berikan informasi dalam bergaul
f. Sampaikan cara mengelola stress

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perempuan dan anak di Indonesia masih menjadi kelompok yang rentan
terhadap tindakan yang melanggar Hak Asasi Perempuan dan Anak. Salah satu
masalah yang menjadi keprihatinan pemerintah adalah maraknya kasus kekerasan
dan perdagangan manusia (human traffiking). Faktor kemiskinan, masalah
ekonomi, rendahnya pendidikan, pergeseran nilai moral, masalah sosial budaya,
gaya hidup dan makin besarnya jumlah penduduk yang mempersempit lapangan
pekerjaan, membuat perempuan dan anak rentan terhadap permasalahan
traffikingdan kekerasan
Anak berkebutuhan khusus (ABK) secara fisik memerlukan pendmpingan
baik dari segi kesehatan, sosial, pendidikan dan kasih saying. ABK secara fisik
dapat dibagi menjadi empat sumber yaitu masalah fisik, kelainan genetic,
perbedaan rasa, dan masalah pada kelompok usia di bawah 21 tahun. ABK secara
nyata minimal ada 6 masalah utama dari banyak masalah yang harus ada
pendampingan. Masalah gnetis umumnya berasal dari masa kehamilan dari
berbagai faktor. Perbedaan ras dapat disejajarkan oleh undang-undang Neagara RI.
Masalah usia anak di bawah 21 tahun yang ABK sangat berkaitan dengan
kecemasan masa depannya.

B. SARAN
Sebagai petugas kesehatan/ Bidan, kita perlu menggali lebih dalam
mengenai kebutuhan khusus pada anak dengan permasalahan fisik. Perlunya
kerjasama semua pihak dalam penatalaksanaan yang baik dalam melengkapi
kebutuhan khusus pada anak yang mengalami permasalahan fisik. Lebih
menigkatkan KIE kepada keluarga yang anaknya mengalami kebutuhan khusus.
Kolaborasi dan melakukan rujukan agar semua permasalahan pada anak dengan
berkebutuhan khusus dapat ditangani.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hoesin, Iskandar, (2004). Perlindungan terhadap Kelompok Rentan (Wanita, Anak,


Minoritas, Suku Terasing, dll ) dalam Perspektif Hak Asasi Manusia [Materi].
Seminar Pembangunan Hukum Nasional ke VIII Tahun 2003, Denpasar, Bali, 14 – 18
Juli 2003.

16

Anda mungkin juga menyukai