Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326405543

Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Sosiologi Hukum

Article · July 2018

CITATIONS READS
0 100,434

1 author:

Rusdi Anto
Pusat Studi Perencanaan dan Pembangunan Masyarakat
41 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Rusdi Anto on 15 July 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Sosiologi Hukum

Sosiologi Hukum adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan sosial yang mempelajari
hukum dalam konteks sosial. Sosiologi Hukum membahas tentang hubungan antara
masyarakat dan hukum; mempelajari secara analitis dan empiris pengaruh timbal balik antara
hukum dengan gejala sosial lainnya. Memperkenalkan masalah-masalah hukum yang
menjadi objek penelitian yang dilakukan oleh para sarjana Ilmu Sosial, maka dalam
mempelajari suatu ilmu pengetahuan, tentunya akan membawa manfaat tersendiri terkait
dengan apa yang kita pahami serta kita pelajari. Manfaat yang dapat kita peroleh tersebut
yakni :
- Hasil dari kajian Sosiologi Hukum mampu untuk membuka serta menambah
cakrawala berpikir dalam memahami permasalah serta perkembangan hukum
yang ada di dalam masyarakat.
- Mampu mengkonsepkan permasalahan-permasalahan hukum yang terjadi serta
memberikan gambaran maupun alternatif pemecahan sesuai dengan kerangka
konsep dan teori yang tersaji dalam kajian-kajian teoritik Sosiologi Hukum.
- Memahami perkembangan hukum positif di dalam suatu negara dan masyarakat
dengan konstruksi perpaduan antara Sosiologi dan Hukum.
- Mengetahui efektifitas hukum yang diakui, dianut maupun berlaku dalam
masyarakat.
- Memetakan dampak maupun konsekuensi yang terjadi akibat penerapan hukum
dalam masyarakat
Tentunya manfaat yang akan didapatkan tidak serta merta datang dengan sendirinya,
melainkan penggiat Sosiologi Hukum juga harus terus menggali dan mengembangkan
berbagai sumber yang ada. Pada bagian tersendiri bila seorang mahasiswa hukum
mempelajari Sosiologi bukanlah sesuatu yang mudah, sebab gaya berpikir Sosiologi yang
konstruktif dan metodologis membuat sedikit banyak mahasiswa hukum mengeluarkan
tenaga dan bekerja keras untuk memahaminya. Ada kalanya penguatan pemahaman
Sosiologi di awal pembelajaran Hukum sangat diperlukan mengingat objek hukum adalah
masyarakat.
Hal inipun berlaku sebaliknya ketika seorang Sosiolog harus mempelajari hukum,
mereka juga harus bekerja keras untuk mampu memahami konsepsi hukum dengan segala
perspektif serta logika pikir yang sangat luas untuk dipelajari. Kesimpulan kecil bahwasanya
manfaat ilmu menjadi berarti ketika pemahaman yang kita miliki bisa terbagi kepada orang
lain, dan mampu menjadi alat pemecahan masalah yang ada di dalam masyarakat.
Purbacaraka dan Soejono Soekanto memaparkan kegunaan Sosiologi Hukum sebagai
berikut:
1. Memberikan kemampuan-kemampuan bagi pemahaman terhadap hukum dalam
konteks sosial.
2. Mengadakan analisis terhadap efektifitas hukum tertulis (bagaimana
mengusahakan agar suatu undang-undang melembaga di masyarakat).
3. Mengadakan evaluasi terhadap efektifitas hukum tertulis, misalnya mengukur
berfungsinya suatu peraturan di dalam masyarakt (Utsman,2013:131).
J.Van Houtte. (1970) menyatakan:
1. Pendapat-pendapat yang menyatakan, bahwa kepada Sosiologi Hukum harus
diberikan suatu fungsi yang global. artinya, Sosiologi Hukum harus menghasilkan
suatu sintesis antara hukum sebagai sarana organisasi sosial dan sebagai sarana
keadilan. Di dalam fungsinya itu, maka hukum dapat memperoleh bantuan yang
tidak kecil dari Sosiologi Hukum, di dalam mengidentifikasikan konteks sosial
dimana hukum tadi diharapkan berfungsi.
2. Pendapat-pendapat lain menyatakan, bahwa kegunaan Sosiologi Hukum adalah
justru dalam bidang penerangan dan pengkaidahan (Ustman, 2013: 133).

Objek Sosiologi Hukum


Dalam masyarakat terdapat konstruksi hukum yang terjalin dari kebiasaan hingga
terstruktur menjadi hukum tertulis dengan kesepakatan bahwa konsensus menjadi kekuatan
kepercayaan antar individu. Hukum sendiri berdiri pada tatanan struktural dimana hukum
diciptakan untuk sebuah keteraturan atau keharmonisan dalam berkehidupan sosial
masyarakat tanpa harus menunggu konsesus bersama dari individu, maka sering disebut
hukum memiliki unsur pemaksa.
Ketika kedua disiplin ini dipertemukan, maka harus ada persamaan wilayah bersama
untuk saling mengisi, Sosiologi tidak bisa memaksa Hukum untuk melepaskan struktural dan
mengikuti alur berpikir masyarakat begitu pula Hukum yang sangat mengikat dan memaksa
tidak kemudian mereduksi Sosiologi untuk menciptakan pola pendekatan masyarakat yang
opportunitis.
Ada hal yang bisa kita simpulkan bersama sebagai ranah bersama untuk kedua disiplin
tersebut yaitu;
1) masyarakat,
2) lembaga,
3) interaksi.
Masyarakat sebagai akumulasi individu yang diikat dengan interaksi menjadi objek
bersama bilamana kemudian Sosiologi berangapan bahwa masyarakatlah yang menciptakan
dan menghancurkan suatu tatanan hukum, sama ketika hukum beranggapan bahwa sumber
hukum selalu berasal dari masyarakat dan kembali berpulang masyarakat. Hukum yang
diciptakan selalu untuk masyarakat, yang menjalani hukum tersebutpun adalah masyarakat,
serta dampak yang dihasilkan tentunya akan kembali ke masyarakat.
Sosiologi mencerna lembaga sosial sebagai suatu keinginan bersama dari masing-
masing individu yang terlembaga dimana kemudian akan dipatuhi dan di jalani bersama apa
yang telah di atur oleh lembaga tersebut, hukum melihat lembaga sosial sebagai eleman
penting untuk menjadi konduksi pengawasan berjalannya hukum dalam masyarakat. Jadi
sama seperti Sosiologi Hukum juga memiliki kepentingan tersendiri pada tataran lembaga-
lembaga sosial yang ada di dalam masyarakat.
Yang terakhir adalah interaksi, bahwasanya menjadi kebutuhan bersama pada Sosiologi
maupun hukum melihat interaksi sebagai pola perilaku maupun tindakan yang memiliki arti
tertentu, setiap tindakan yang memiliki arti bagi Sosiologi adalah tindakan sosial sementara
setiap tindakan yang melahirkan konsekuensi bagi orang lain juga suatu tindakan hukum.
Walaupun digolongkan ke dalam bilangan ilmu pengetahuan sosial, namun akhir-akhir
ini hasil kajian Sosiologi Hukum tersebut mulai banyak dirujuk juga oleh para ahli hukum.
Kini banyak ahli hukum yang tidak sekedar berbicara tentang kesahan-kesahan yuridis suatu
aturan hukum saja, akan tetapi juga mulai merasa perlu mengetahui sejauhmana berlakunya
aturan hukum berpengaruh pada terselenggaranya kehidupan bermasyarakat yang teratur
dan tertib.
Kajian seperti itu memberikan kesempatan luas kepada para ahli hukum untuk
menjelajahi alam pengetahuan yang lebih bersifat kontekstual daripada yang terlalu sempit
dan tekstual. Demikian penting alam kontekstual bagi para ahli hukum, bahkan yang semula
hanya berpandangan preskriptif tanpa ragu berpendapat bahwa Sosiologi Hukum harus
diakui dan dimasukkan sebagai bagian dari ilmu hukum, termasuk beberapa teoretisi hukum
di Negeri Belanda seperti Meuwissen dan Brugink (Match Day 25).
Objektifikasi antara kedua disiplin tersebut hanya bisa dipahami ketika aktor maupun
institusi mau menempatkan kebutuhan pemahaman pada tataran yang konstruktif, tidak
serta merta ada hegemoni suatu disiplin kepada disipin lain.
Pada Hakekatnya, mulanya sangat sulit dipahami bahwa Sosiologi dan Hukum dapat
dipersatukan, karena para ahli hukum semata-mata memperhatikan masalah quid juris,
sedang para ahli sosiologi mempunyai tugas untuk menguraikan quid facti dalam arti
mengembalikan fakta-fakta sosial kepada kekuatan hubungan hubungan. Inilah yang
menyebabkan kegelisahan banyak ahli hukum dan ahli filsafat hukum yang menanyakan
apakah Sosiologi Hukum tidak bermaksud menghancurkan semua hukum sebagai norma,
sebagau suatu asa untuk mengatur fakta-fakta, sebagai suatu penilaian.
Itu pula sebabnya sebagian ahli Sosiologi tidak membenarkan adanya Sosiologi
Hukum. Mereka khawatir, melalui Sosiologi Hukum akan dihidupkan kembali penilaian-
penilaian baik-buruk (value judgement) dalam penyelidikan fakta-fakta sosial. Karena tugas
Sosiologi mempersatukan apa yang dipecah-pecah secara sewenang-wenang oleh ilmu-ilmu
sosial, selain itu para ahli Sosiologi menegaskan ketidakemungkinan mengasingkan hukum
dari keseluruhan kenyataan sosial, dipandang sebagai suatu totalitas yang tak terbinasakan
(Johnson, 1994;10).
Karena Sosiologi Hukum adalah cabang khusus Sosiologi, maka metode kajian yang
dikembangkan adalah metode yang telah dilazimkan dalam Sosiologi itu. Sebagaimana
diketahui, sosiologi mencoba melihat objek-objek kajiannya dengan kacamata penglihatan
deskriptif. Artinya, ia pertama-tama hanya hendak mengetahui dan memahami ihwal nyata
objeknya itu, tanpa memberikan penilaian apa-apa tentang baik buruknya. Dari kacamata itu
Sosiologi dan Sosiologi Hukum “hanya” akan memberikan keadaan kualitas dan/atau
kuantitas objeknya sebagaimana “apa adanya”. Sosiologi hanya akan mempertanyakan
apakah kualitas tertentu ada atau tak ada dalam objek yang tengah diteliti itu; dan kalau ada,
berapa besarnya kuantitasnya itu? (Wignjosoebroto. 2002).
Sesungguhnya, Sosiologi Hukum berusaha juga menyelidiki pola-pola dan simbol-
simbol hukum, yakni makna-makna hukum yang berlaku berdasarkan pengalaman di suatu
kelompok dan dalam satu masa tertentu, dan berusaha membangun simbol-simbol itu
berdasarkan sistimatika. Dengan demikian, perlu juga kiranya mengetahui apa saja yang
disimbolkan, yang berarti berupaya mengamati kembali segala sesuatu yang mereka
nyatakan dan menganalisa segala sesuatu yang mereka sembunyikan. Inilah tugas Sosiologi
Hukum, selain itu kriteria-kriteria yang digunakan mengabstraksikan makna-makna simbol
yang normatif, yang lepas sepenuhnya dari kenyataan hukum, maupun asas-asas yang
mengilhami tersusunya suatu sistem bersifat khusus dari makna-makna yang dibangun oleh
ilmu hukum, tidak dapat terselenggara kecuali dengan dukungan Sosiologi Hukum (Johnson,
1994;17).
Ruang Lingkup Sosiologi Hukum
Bermula dari maraknya pemikiran bahwa hukum as it is in society, not as it is in the
book sebagai bagian dari kajian tentang hukum dalam eksistensinya sebagai institusi
masyarakat, menghasilkan topik-topik dalam perbincangan Sosiologi Hukum akan
memaparkan berbagai masalah dan pemikiran mengenai hukum sebagaimana yang
dinyatakan as it is in society (Match Day 25).
Dalam kajian bahan perkuliahan tersebut diurai dari perspektif hukum bahwasanya
hukum lebih faktual dan memiliki objektifikasi atas Sosiologi, lebih lanjut coba saya cuplik
dari apa yang dituliskan (Match Day 25);
Pertama, Sosiologi Hukum akan menjelaskan apakah yang dimaksud dengan hukum yang
menjadi objek kajiannya itu, baik hukum tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam
Sosiologi Hukum, kedua ragam hukum itu (yang berlegalitas formal dan yang
berlegitimitas sosial) sama-sama dibicarakan dalam suatu hubungan yang
mungkin fungsional dan sinergis, atau bahkan mungkin disfungsional dan
kontroversial.
Kedua, Sosiologi Hukum akan menjelaskan ihwal lembaga-lembaga negara yang berfungsi
membentuk atau membuat serta menegakkan hukum itu. Selain itu, dikemukakan
dan diperbincangkan juga ihwal sumber otoritas yang akan dijadikan dasar
normatif untuk membenarkan dilaksanakannya fungsi-fungsi tersebut oleh
lembaga-lembaga yang bersangkutan. Selanjutnya, sejarah perkembangan sistem
hukum berikut struktur yang berfungsi sebagai penopang otoritasnya juga akan
dibicarakan disini. Ihwal yang sering dibicarakan berkisar kebijakan-kebijakan
unifikasi dan fakta riil tentang bertahannya pluralisme dalam sejarah
perkembangan hukum.
Ketiga, Hubungan interaktif antara sistem hukum yang formal (sebagaimana ditopang
oleh otoritas negara) dan tertib hukum rakyat (yang bertumpu pada dasar-dasar
moralitas komunitas). Perbincangan akan tertuju ke pencarian jawab tentang
sejauh manakah hukum akan mampu bekerja secara efektif, baik dalam peran yang
konservatif sebagai sarana kontrol maupun dalam peran yang lebih progresif
sebagai salah satu faktor fasilitator yang akan memudahkan terjadinya perubahan
sosial. Memperbincangkan ihwal keefektifan hukum, diskusi akan berkisar di
seputar usaha mengidentifikasi berbagai variabel sosial dan variabel kultural yang
boleh diduga akan berpengaruh pada bekerjanya hukum dalam masyarakat itu.
Pada perkembangan selanjutnya, Sosiologi lebih didominasi oleh ahli-ahli hukum yang
mencitrakan bahwasanya Sosiologi Hukum berasal dari ilmu hukum sendiri dan sosiologi
hanya sekedar menjadi instrument untuk mengkaji masyarakat yan dikehendaki, namun
semua ini tidak perlu diperdebatkan kembali yang jelas sinergitas antara kedua disiplin
tersebut dapat melahirkan suatu perubahan yang sekiranya berguna bagi kita semua.
Sebelum jauh kita diskusikan isi buku ini, selayaknya kita uraikan sejauhmana ruang
lingkup dari Sosiologi Hukum itu sendiri, sebagai hal dimaksud untuk menjelaskan setiap
fenomena maupun argument sebagai penjelas fakta. Untuk mengetahui kita akan bertolak
dengan apa yang disebut disiplin ilmu, yaitu ajaran tentang kenyataan yang meliputi disiplin
analitis dan disiplin hukum (preskriptif).
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditentukan bahwa letak antara ruang lingkup
Sosiologi Hukum ada 2 (dua) hal, yaitu:
1. Dasar-dasar sosial dari hukum atau basis sosial dari hukum. sebagai contoh dapat
disebut misalnya: Hukum Nasional di Indonesia, dasar sosialnya adalah Pancasila,
dengan ciri-cirinya : gotong royong, musyawarah, dan kekeluargaan
2. Efek-efek hukum terhadap gejala-gejala sosial lainnya. sebagai contoh dapat
disebut misalnya:
- Undang-undang tentang hak cipta
- Undang-undang mengenai Pemilihan Presiden secara langsung terhadap
gejala politik (Ali, 2005: 4).
Karakteristik kajian Sosiologi Hukum adalah fenomena hukum di dalam masyarakat
dalam mewujudkan: (1) Deskripsi, (2) Penjelasan, (3) Pengungkapan, (4) Prediksi.
1. Sosiologi Hukum berusaha untuk memberikan deskripsi terhadap praktik-praktik
hukum. Apabila praktik-praktik itu dibeda-bedakan ke dalam pembuatan
undang-undang, penerapan dalam pengadilan maka ia juga mempelajari
bagaimana praktik yang terjadi pada masing-masing bidang kegiatan tersebut.
2. Sosiologi Hukum bertujuan untuk menjelaskan: mengapa suatu praktik-praktik
hukum didalam kehidupan sosial masyarakat itu terjadi, sebab-sebabnya, faktor-
faktor apa yang berpengaruh, latar belakangnya, dan sebagainya. Satjipto Raharjo
mengutip pendapat Max Weber yang menamakan cara pendekatan yang
demikian itu sebagai suatu interpretative understanding, yaitu cara menjelaskan
sebab, perkembangan, serta efek dari tingkah laku sosial. dengan demikian,
mempelajari Sosiologi Hukum adalah menyelidiki tingkah laku orang dalam
bidang hukum sehingga mampu mengungkapkannya.
3. Sosiologi Hukum senantiasa menguji kesahihan empiris dari suatu peraturan atau
pernyataan hukum, sehingga mampu memprediksi sesuatu hukum yang sesuai
dan atau tidak sesuai dengan masyarakat tertentu.
4. Sosiologi Hukum tidak melakukan penilaian terhadap hukum. Perhatiannya yang
utama hanyalah pada memberikan penjelasan terhadap objek yang dipelajarri
(Ali, 2005;8).
Sosiologi Hukum merupakan salah satu domain dari ilmu sosial yang menggabungkan
dua pendekatan dalam setiap aplikasinya, yaitu dengan mempergunakan pendekatan hukum
dan pendekatan sosiologi. Ada hal yang bisa kita simpulkan bersama sebagai ranah untuk
kedua disiplin tersebut yaitu; 1) masyarakat, 2) lembaga, 3) interaksi.
Mengkonseptualisasikan Sosiologi Hukum yaitu menganalisis atau mempelajari
hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala sosial lainnya, juga termasuk
didalamnya pola perilaku masyarakat dalam konteks sosialnya dan berbagai gejala hukum
yang tampak dari kehidupan masyarakat.
Mempelajari Sosiologi Hukum tidak sekedar mengartikan atau pula mendefenisikan
namun terlebih lagi kita juga harus mamahami kebermanfaatan yang salah satunya
memetakan dampak maupun konsekuensi yang terjadi akibat penerapan hukum dalam
masyarakat juga memilah-milah objektifitasi dari Sosiologi Hukum yaitu hukum dan
masyarakat.
Selain itu perlu juga kita batasi ruang lingkup dari Sosiologi Hukum dengan memahami
dasar-dasar sosial dari hukum atau basis sosial dari hukum dan efek-efek hukum terhadap
gejala-gejala sosial lainnya.

REFERENSI

Abdullah, Taufik & Der Leeden , A. C. Van. 1986. Durkheim dan Pengantar Sosiologi Moralitas,
Yayasan Obor Indonesia ,Jakarta
Ali, Prof. Dr. H. Zainuddin. 2005. Sosiologi Hukum. Sinar Grafika. Jakarta

Umanailo, M Chairul Basrun. Desa_Sebagai_Poros_Pembangunan_Daerah. March 2018.


https://doi.org/10.31219/osf.io/gp97z
Umanailo, M Chairul Basrun. Dominasi_Modal_Ekonomi_Atas_Ranah_Politik. March 2018.
https://doi.org//10.13140/RG.2.2.21873.79207
Umanailo, M Chairul Basrun. Konsumerisme Menuju Konstruksi Masyarakat Modern. April 2018.
https://doi.org/10.17605/OSF.IO/U8SED
Umanailo, M Chairul Basrun. Mengurai_Kemiskinan_Di_Kabupaten_Buru. November 2017.
https://doi.org/10.31219/osf.io/cpgd5
Umanailo, M Chairul Basrun. Naska
h_Akademik_Pedoman_Organisasi_Dan_Tata_Kerja_Pemerintah_Desa. April 2018.
https://doi.org/10.31228/osf.io/4g5q7
Umanailo, M Chairul Basrun. Naskah_Akademik_Keuangan_Desa. April 2018.
https://doi.org/10.31228/osf.io/qbzn5
Umanailo, M Chairul Basrun.
Naskah_Akademik_Pedoman_Organisasi_Dan_Tata_Kerja_Pemerintah_Desa. April 2018.
https://doi.org/10.31228/osf.io/4g5q7
Umanailo, M Chairul Basrun. Teknik Praktis Grounded Theory Dalam Penelitian Kualitatif. April 2018.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.18448.71689
Umanailo, M Chairul Basrun._Naskah_Akademik_Badan_Permusyawaratan_Desa. April 2018.
https://doi.org/10.31228/osf.io/h5w7k
Umanailo, M Chairul Basrun._Naskah_Akademik_Badan_Usaha_Milik_Desa. April 2018.
https://doi.org/10.31228/osf.io/ua92n
Umanailo, M Chairul Basrun._Naskah_Akademik_Pedoman_Teknis_Peraturan_Desa. April 2018.
https://doi.org/10.31228/osf.io/78p3m
Umanailo, M Chairul Basrun.
Keterbatasan_Penggunaan_Teknologi_Informasi_Pada_Pelayanan_Dan_Pembelajaran_Di_Un
iversitas_Iqra_Buru. October 2017. https://doi.org/10.31219/osf.io/8u52p
Umanailo, M Chairul Basrun. Agama Dalam Identitas. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.34980.99202
Umanailo, M Chairul Basrun. Eksistensi_Waranggana_Dalam_Ritual_Tayub. October 2017.
https://doi.org/10.31219/osf.io/vkdb5
Umanailo, M Chairul Basrun. Ilmu_Sosial_Budaya_Dasar. December 2017.
https://doi.org/10.31219/osf.io/tha2u
Umanailo, M Chairul Basrun. Kajian_Dan_Analisis_Sosiologi. December 2017.
https://doi.org/10.31219/osf.io/jd2qp
Umanailo, M Chairul Basrun. Kalesang_Desa_dalam_Konteks_Membangun_dari_Desa. March 2018.
https://doi.org/10.31219/osf.io/jsx9k
Umanailo, M Chairul Basrun. Konsumerisme. March 2018. https://doi.org//10.13140/RG.2.2.31101.26084
Umanailo, M Chairul Basrun. Masyarakat_Buru_Dalam_Perspektif_Kontemporer. December 2017.
https://doi.org/10.31219/osf.io/6d2g8
Umanailo, M Chairul Basrun. Mengurai Kekerasan Simbolik di Sekolah Sebuah Pemikiran Pierre
Bourdiue Tentang Habitus Dalam Pendidikan. March 2018.
https://doi.org//10.13140/RG.2.2.24809.80483
Umanailo, M Chairul Basrun. Mereduksi_Multi_Partai_Untuk_Kestabilan_Pembangunan_Nasional.
October 2017. https://doi.org/10.31219/osf.io/e37fp
Umanailo, M Chairul Basrun. Naskah Akademik Tata Cara Pencalonan Pemilihan Pengangkatan
Pelantikan Dan Pemberhentian Kepala Desa. April 2018. https://doi.org/10.31228/osf.io/t62ps
Umanailo, M Chairul Basrun.
Naskah_Akademik_Perlindungan_Lahan_Pertanian_Pangan_Berkelanjutan. April 2018.
https://doi.org/10.31228/osf.io/rb63n
Umanailo, M Chairul Basrun. Penciptaan_Sumberdaya_Manusia_Yang_Berkarakter. October 2017.
https://doi.org/10.31219/osf.io/xnc93
Umanailo, M Chairul Basrun. Perubahan Sosial di Indonesia:Tradisi Akomodasi dan Modernisasi. March
2018. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.23761.22887/1
Umanailo, M Chairul Basrun. Postmodernisme_Dalam_Pandangan_Jean_Francois_Lyotard. March
2018. https://doi.org//10.13140/RG.2.2.20300.92802
Umanailo, M Chairul Basrun. Proses Modernisasi dan Pergeseran Okupasi. March 2018.
https://doi.org/10.13140/RG.2.2.19671.78241
Umanailo, M Chairul Basrun. Sosiologi_Hukum. December 2017. https://doi.org/10.31219/osf.io/5ymwh
Umanailo, M Chairul Basrun. Teknik Praktis Riset Fenomenologi. March 2018.
https://doi.org/110.13140/RG.2.2.19320.34563
Umanailo, M Chairul Basrun._Marginalisasi_Buruh_Tani_Akibat_Alih_Fungsi_Lahan. December 2017.
https://doi.org/10.31219/osf.io/xq96n
Utsman, Sabian. 2013. Dasar-Dasar Sosiologi Hukum, Makna Dialog Antara Hukum Dan Masyarakat.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Waluyo., (dalam A. Santoso), 1991-1992, Menetapkan dan Merumuskan Masalah Dalam Kegiatan
Penelitian (Makalah Latihan Jabatan Metodologi Penelitian Bagi Tenaga Edukatif), UNTAG,
Semarang

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai