Kebanyakan penderita dapat sembuh total, tetapi bisa kembali terinfeksi. Biasanya, demam rematik
menyerang anak dalam rentang usia 5 sampai 15 tahun. Menurut Watkins et al, mortalitas penyakit
ini diperkirakan sekitar 0,15 pasien meninggal per 100.000 populasi anak usia 5 – 9 tahun.
Pencegahan bisa dilakukan melalui program-program preventif di sekolah atau di komunitas dan
puskesmas. Ketersediaan leaflet dan booklet berisikan tanda dan gejala penyakit ini sangat di
perlukan. Selain itu, diagnosis dini harus dapat dijalankan. Dokter di lini terdepan harus mampu
mendiagnosis secara klinis infeksi faring akibat Streptococcus. Dan yang tidak kalah penting,
ketersediaan obat di faskes terdepan harus ada.
Pemberian obat-obatan untuk melawan infeksi bakteri Group A Streptococcus (GAS) dilakukan
sejak episode ARF pertama dengan pemberian penicillin selama 10 hari, atau benzathine penicillin
secara intramuskuler sebanyak satu kali per bulan. Infeksi berulang dicegah dengan pemberian
benzathine penicillin rutin. Hal ini bertujuan untuk mencegah RHD berkelanjutan, mengurangi
angka mortalitas, dan mencegah terjadinya gagal jantung. Bila kerusakan katup jantung semakin
bertambah, dapat dilakukan ballon valvuloplasty hingga operasi penggantian katup jantung.
Pemberian obat-obatan tetap dilanjutkan walaupun pasien sudah dioperasi.
Diagnosis DRA ditegakkan bila terdapat bukti infeksi Streptococcus grup A, disertai dua kriteria
mayor atau satu kriteria mayor dan dua kriteria minor. Bukti infeksi ini dapat berupa hasil kultur
tenggorokan yang positif untuk Streptococcus grup A atau adanya peningkatan titer antibodi
antistreptolisin O (ASTO).
Kriteria Jones, tersusun dari kriteria mayor dan kriteria minor, dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis demam rematik akut. Singkatan “JONES CAFÉ PAL” dapat digunakan
untuk mengingat kriteria ini.
Penyakit ini sifatnya berulang, setiap serangan akan merusak katup jantung sedikit demi sedikit. Bila
kerusakan katup telah permanen, penyakit ini disebut Rheumatic Heart Disease (RHD). Daun katup
jantung pada pasien RHD biasanya akan tampak menyempit, lubang daun katup bersatu, dan tampak
memendek. Pergerakan daun katup menjadi terganggu karena kaku dan menyempit. Lama-
kelamaan, hal ini dapat mengakibatkan penutupan tidak sempurna dan menjadi bocor. RHD kronik
dapat pula memicu myokarditis. Bila tidak ditangani dengan benar, hal ini dapat meningkatkan
angka kesakitan dan kematian. Pasien dengan reaktivasi RHD dapat dirawat cukup lama untuk
memastikan pemberian antibiotik adekuat.
5. Vitamin dan mineral cukup, hindari penggunaan suplemen kalsium, kalium dan magnesium
jika dibutuhkan.
10. Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit, diberikan porsi kecil.
11. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan tambahan berupa
makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi.
Lauk hewani : Ikan, ayam tanpa kulit, susu rendah lemak, putih telur
Lauk nabati : Kacang hijau, kacang kedelai dan hasil olahannya seperti tahu, tempe
Sayuran : Sayuran yang tidak mengandung gas seperti buncis, kacang panjang, labu siam,
wortel, tomat, toge, ketimun, oyong
Buah buahan : Buah buahan segar seperti pisang, apel, papaya, jeruk, melon, semangka,
alpukat.
Lemak : Minyak yang mengandung lemak tak jenuh seperti, minyak jagung,
minyak kedelai, minyak zaitun
Bumbu dan lain2 : Semua bumbu segar, gula pasir, madu
Makanan pokok : Kue yang mengandung lemak tinggi (cake, pastry), ketan, mie instan, bahan
makanan yang mengandung gas atau alkohol seperti ubi, singkong, tape.
Lauk hewani : Daging berlemak, ayam dengan kulit, sosis, ham, limpa, babat, otak, udang,
cumi, kerang keju, susu full cream
Bumbu : Bumbu olahan yang mengandung natrium seperti penyedap, kaldu instan.
RHD terjadi karena penyakit peradangan (inflamasi) yang dapat timbul sebagai komplikasi dari
infeksi pada tenggorokan (faringitis) dengan gejala demam yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Streptococcus tipe A yang tidak diobati atau tidak ditangani dengan baik. infeksi seperti ini akan
menimbulkan reaksi imun atau reaksi kekebalan tubuh untuk melawan bakteri ini. Nah, pada orang-orang
yang ”berbakat”, reaksi imun ini tidak hanya akan membantai si bakteri streptokokus, tetapi juga akan
menyerang tubuh sendiri. Peradangan kemudian dapat terjadi pada sendi, jantung, otak dan kulit. Nah,
jika peradangan terjadi pada jantung inilah yang disebut dengan penyakit jantung reumatik. Jika
sampai demam reumatik berkembang menjadi penyakit jantung reumatik, dapat berakibat sangat
berbahaya, karena selain dapat meninggalkan cacat menetap pada jantung yang akan mempengaruhi
kehidupan seseorang, dapat juga menyebabkan gagal jantung yang berujung pada kematian.
Tidak juga. Demam reumatik paling sering terjadi pada usia 5 sampai 15 tahun dan sangat jarang
terjadi pada usia di bawah 5 atau di atas 15 tahun, apalagi pada orang dewasa. Terlebih lagi,
penyakit ini cenderung terjadi pada golongan sosial ekonomi yang lebih rendah, terutama akibat
faktor kebersihan lingkungan tempat tinggal dan kondisi kesehatan secara umum dan nutrisi.
Kemudian, ada pula peranan genetik di dalamnya, sehingga ada orang-orang yang memang
”berbakat” untuk mengalami demam reumatik setelah menderita infeksi tenggorokan. ”Bakat” ini
pun seringkali ditemukan pada lebih dari satu anggota dalam satu keluarga.
Apa ciri-ciri penyakit ini sehingga orang tua bisa tahu bahwa ini bukan sekedar
demam biasa dan bisa segera membawanya ke dokter atau rumah sakit?
Perbedaan dengan demam biasa ?
Sesuai namanya, akan ada demam. Demam yang timbul pun tidak terlalu tinggi, paling sekitar 38°C.
Kemudian, ada keluhan radang tenggorokan yang ditandai dengan nyeri dan bisa ada batuk-batuk.
Karena ini terutama menyangkut anak-anak, keluhan yang sering timbul adalah si anak tidak mau
makan karena tenggorokannya sakit. Kemudian, anak tadi mungkin batuk-batuk kecil, namun tidak
disertai dengan pilek. Beberapa tanda lain, seperti pembesaran kelenjar getah bening di leher yang
merupakan salah satu tanda infeksi tenggorokan biasanya hanya akan dikenali oleh dokter Tanda-
tanda demam reumatik biasanya timbul 2-3 minggu setelah infeksi tenggorokan bermula. Saat
inilah, muncul gejala-gejala akibat peradangan yang disebabkan karena reaksi imunologis. Yang
paling sering terjadi adalah peradangan pada sendi. Sendi-sendi besar, terutama pada lutut, siku,
pergelangan tangan dan pergelangan kaki, akan membengkak, tampak kemerahan, terasa hangat jika
diraba dan dirasakan sakit oleh si anak. Seringkali, peradangan ini akan berpindah-pindah dari satu
sendi ke yang lainnya, misalnya pertama sendi pada lutut, besoknya sendi pada siku, dan
sebagainya. Sehingga peradangan pada sendi ini disebut poliartritis migrans, artinya radang pada
banyak sendi yang berpindah-pindah.
Pada tahap infeksi tenggorokan, sebaiknya anak diperiksakan ke dokter jika menderita tanda-tanda
infeksi tenggorokan (sakit tenggorokan dan sulit menelan) yang disertai demam, namun tanpa
tanda-tanda pilek (seperti hidung berair, bersin, batuk yang parah – apalagi jika berdahak dan
sebagainya). Terlebih lagi, jika radang tenggorokan terjadi berulang atau berlangsung selama
berhari-hari. Waspadalah jika anak terkena radang tenggorokan, karena penanganan dini dapat
mencegah terjadi komplikasi. Jika sampai terjadi tanda-tanda demam reumatik atau penyakit
jantung reumatik, terutama radang sendi yang berpindah-pindah, chorea, masalah pada jantung
(ditandai dengan anak yang cepat lelah dan sesak nafas, dan sebagainya), sudah pasti konsultasi
dokter sangat diperlukan.