PERTEMUAN KE-4
Penyusun:
- Celin Cresentia Cahya
- Muhammad Agung Widyatmoko
- Natalia Gunawan
- Putri Paula Riani Wijaya
- Siti Aisyah Mukarramah Zaini
Ada tiga konsep atau definisi modal kerja yang umum dipergunakan
yaitu
1. Konsep kwantitatip
Konsep ini menitik-beratkan kepada kwantum yang diperlukan untuk mencukupi
kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau
menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka
pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja adalah jumlah aktiva
lancar (gross working capital).
2. Konsep Kwalitatip
Konsep ini menitik-beratkan pada kwalitas modal kerja, dalam konsep ini
pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap hutang jangka
pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari
pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik perusahaan.
Definisi ini bersifat kwalitatip karena menunjukkan tersedianya aktiva lancer yang
lebih besar daripada hutang lancarnya (hutang jangka pendek) dan menunjukkan
pula margin of protection atau tingkat keamanan bagi para kreditur jangka
pendek, serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek
dengan jaminan aktiva lancarnya.
3. Konsep Fungsionil
Konsep ini menitik-beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka
menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya
dana -dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya digunakan untuk
menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan tetapi tidak semua dana
digunakan untuk menghasil kan laba periode ini (current income) ada sebagian
dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasil kan laba di masa
yang akan datang. Misalnya : bangunan,mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan
aktiva tetap lainnva.
Pentingnya Modal Kerja
Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi
tergantung pada type atau sifat dari aktiva lancar yang dimiliki seperti Kas,Effek,
Piutang dan Persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti
harus mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan
sehari-hari, karena dengan modal yang cukup akan menguntungkan bagi
perusahaan, di samping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara
ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga
akan memberikan beberapa keuntungan lain, antara lain:
a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai
dari aktiva lancar.
b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat
pada waktunya.
c. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya
atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
d. Memungkinkan untuk memiliki Persediaan dalam jumlah yang cukup
untuk melayani para konsumennya.
e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang
lebih menguntungkan kepada para langganannya.
f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa
yang dibutuhkan.
Modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi
oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1. Sifat atau type dari perusahaan
Modal kerja dari suatu Perusahaan Jasa relatip akan lebih rendah bila
dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja Perusahaan Industri, karena untuk
Perusahaan Jasa-misalnya Perusahaan Listrik, Perusahaan Air Minum, Perusahaan
Bioskop dan Perusahaan-perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang
perhubungan, baik darat, laut maupun udara tidak memerlukan investasi yang
besar dalam Kas, Pihutang maupun Persediaan.
Kebutuhan uang tunai untuk membayar pegawainya maupun untuk membiayai
operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau penerimaan-penerimaan saat itu
juga, sedang piutang biasanya dapat ditagih dalam waktu yang relatip pendek,
bahkan untuk perusahaan jasa tertentu penerimaan uang justru lebih dahulu
daripada pemberian jasanya.
4. Syarat penjualan
Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan
mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan
dalam sektor Piutang. Untuk memperendah dan memperkecil modal kerja yang
harus diinvestasikan dalam Piutang dan untuk memperkecil resiko adanya piutang
yang tak dapat ditagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada
para pembeli, karena dengan demikian para pembeli akan tertarik untuk segera
membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.
Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya atau sebaiknya dibiayai oleh
pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar jumlah, modal
kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik perusahaan akan
semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memperoleh kredit, dan semakin besar jaminan bagi kreditor
jangka pendek.
Pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari
a. Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah net income yang nampak dalam
laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah
ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan.
Jadi jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung
dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. Dengan
adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan apabila laba tersebut
tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal
perusahaan yang bersangkutan.
Oleh Karena itu Laporan Perubahan Modal Kerja harus menunjukkan kedua hal
tersebut dan dapat disajikan dalam dua bagian, yaitu :
.a. Bagian pertama menunjukkan perubahan yang terjadi untuk setiap jenis
atau elemen modal kerja (perubahan masing-masing pos aktiva lancar dan hutang
lancar) dan perubahan modal kerja secara total.
b. Bagian kedua menunjukkan sumber dan penggunaan modal kerja atau sebab-
sebab terjadinya perubahan modal kerja. Bagian ini menggambarkan sumber-
sumber tertentu dari mana modal kerja diperoleh serta berbagai penggunaan dari
modal kerja tersebut.
Sebagai ilustrasi atau contoh dari penyusunan "Laporan Modal Kerja" berikut ini
diberikan data neraca PT Indırasari yang diperbandingkan antara 31 Desember
1977 dengan neraca 31 Desember 1978 sebagai berikut.
PT INDIRASARI
Neraca yang Diperbandingkan
31 Desember 1977, 1978
31 Desember Naik atau
1977 1978 Turun
Kas Rp 545.500 Rp 919.700 Rp 374.200
Piutang Dagang 1.324.200 1.612.800 288.600
Piutang Wesel 500.000 250.000 250.000
Persediaan 951.200 1.056.500 105.300
Persekot Biaya 46.000 37.000 9.000
Tanah 200.000 200.000 -
Gedung 1.600.000 2.000.000 400.000
Alat Kantor 700.000 850.000 150.000
Rp 5.826.900 Rp 6.926.000 Rp 1.056.100
PT INDIRASARI
Laporan Perubahan Modal Kerja
Untuk tahun 1978
Tetapi ada pula transaksi-transaksi yang seluruhnya terjadi dalam sektor non
current yang tidak mempengaruhi besar-kecilnya modal kerja, antara lain:
a. Pengeluaran Stock Devidend. Transaksi ini mengakibatkan bertambahnya
Modal Saham tetapi tidak mengakibatkan bertambahnya aktiva lancer (bukan
merupakan sumber modal kerja) karena pertambahan Modal Saham tersebut
secara langsung diimbangi dengan berkurangnya Laba Yang Ditahan, sehingga
transaksi ini hanya merupakan pemindahan (transfer) dari rekening Laba Yang
Ditahan ke rekening Modal Saham tanpa melalui (mempengaruhi) modal kerja.
b. Penghapusan Good will atau aktiva tidak lancar lainnya yang dibebankan
langsung terhadap Laba Yang Ditahan. Transaksi ini mengakibatkan
berkurangnya (penurunan) aktiva tidak lancar, tetapi penurunan aktiva ini bukan
merupakan sumber modal kerja karena secara langsung diimbangi dengan
penurunan Laba Yang Ditahan.
c. Penilaian Kembali (revaluasi) Aktiva tetap. Hal ini mengakibatkan
bertambahnya nilai aktiva tetap yang bersangkutan, tetapi bukan merupakan
penggunaan modal kerja karena pertambahan itu secara langsung diimbangi
dengan pertambahan dalam "Modal dari Revaluasi”.
d. Pembentukan cadangan-cadangan yang bertujuan untuk membatasi penggunaan
Laba Yang Ditahan agar tidak dibagi seluruhnya dalam bentuk deviden,
perubahan bentuk aktiva tetap/hutang tetap yang satu ke bentuk aktiva
tetap/hutang tetap yang lain, dan sebagainya.
Dalam penyusunan Work Sheet yang bertujuan untuk mempermudah penyusunan
Laporan Perubahan Modal Kerja atau Laporan Sumber dan Pengunaan Modal
Kerja, perubahan-perubahan yang tidak mempunyai pengaruh terhadap modal
kerja tersebut masih tetap akan nampak kalua tidak dihapuskan atau disesuaikan.
Penyesuaian ini dapat dilakukan dengan menambahkan kolom baru dalam work
sheet yaitu kolom "Penyesuaian” atau adjustment.
Metode Rekening
Dalam penyusunan work sheet dalam rangka untuk mempermudah penyusunan
Laporan Perubahan Modal Kerja, kita harus membuat adjustment atau membuat
jurnal revers (reversing entries) terhadap perubahan-perubahan yang tidak
mempunyai pengaruh terhadap modal kerja. Untuk dapat mengadakan adjustment
ataupun reversing entries dengan benar maka kita harus mengetahui lebih dahulu
jurnal-jurnal yang dibuat pada waktu terjadinya transaksi (jurnal mula-mula). Cara
penyusunan Laporan Perubahan Modal Kerja atau Laporan Sumber dan
Penggunaan Modal Kerja dengan menggunakan work sheet dinamakan Reversal
Method. Ada metode lain yang dapat digunakan sebagai bantuan dalam
penyusunan Laporan Perubahan Modal Kerja, yaitu tanpa menggunakan work
sheet yang berarti juga tidak perlu mengadakan adjustment ataupun reversing
entries, metode ini dinamakan Metode Rekening atau Direct Met hod (metode
langsung). Dalam cara
ini tiap-tiap perubahan non current account dicatat dalam masing-masingrekening
yang berbentuk T (T account) termasuk perubahan total modal kerja, rugi laba
serta sumber dan penggunaan modal kerja. Kemudian jurnal-jurnal transaksi
(Jurnal mula-mula) di-posting-kan pada rekening masing-masing.
Analisa Sumber dan Penggunaan Kas
Sumber penerimaan kas dalam suatuu perusahaan pada dasarnya dapat berasal:
1. hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud (intangible assets); atau adanya penurunan aktiva
tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.
2. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh
pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
3. Pengeluaran surat tanda bukti hutang baik jangka pendek (wessel) maupun
hutang jangka panjang (hutang obligasi, hutang hipotik atau hutang jangka
panjang yang lain) serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan penerimaan
kas.
4. Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi
dengan adanya penerimaan kas: misalnya adanya penurunan piutang karena
adanya penerimaan pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan
karena adanya penjualan secara tunai, adanya penurunan surat berharga (efek)
karena adanya penjualan dan sebagainya.
5. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau devidend dari investasinya,
sunbangan atau hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran
pajak pada periode-periode sebelumnya.
Sedangkan penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksi-
transaksi sebagai berikut:
1. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka
panjang serta adanya pembelian aktiva tetap lainnya.
2. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan kas
perusahaan oleh pemilik perusahaan.
3. Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka pendek maupun hutang
jangka panjang.
4. Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi
yang meliputi upah dan gaji, pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga,
premi asuransi, advertensi dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot
pembelian.
5. Pengeluaran kas untuk pembayaran deviden (bentuk pembagian laba lainnya
secara tunai), pembayaran pajak, denda-denda dan lain sebagainya.
Sumber penerimaan kas yang berasal dari penjualan barang dagangan maupun
jasa bila dipertemukan dengan biaya operasi maka secara neto akan diperoleh
sumber kas yang berasal dari operasi (laporan rugi-laba dasar tunai tetapi pada
umumnya perusahaan menyusun laporan rugi-laba dengan menggunakan dasar
waktu, oleh karena itu laba bersih yang dilaporkan dalam laporan rugi-laba harus
disesuaikan sehingga menjadi hasil operasi berdasarkan tunai (cash basis).
Dari laporan sumber dan penagunaan kas dapat diketahui bahwa penerimaan kas
dari hasil operasi sebesar Kp 474.200,
Penggunaan Kertas Kerja
Apabila jumlah pos-pos atau rekening yang nampak dalam neraca yang
diperbandingkan relatif sedikit dan jumlah transaksi atau perubahan yang terjadi
masih sederhana atau tidak begitu rumit maka penyusunan Laporan. Perubahan
Kas dapat disusun dengan secara langsung menganalisa perubahan yang
bersangkutan. Tetapi kalau jumlah pos atau rekening neraca relative banyak, dan
jumlah informasi-informasi lain juga cukup banyak serta perubahan atau
transaksi-transaksi yang mengakibatkan perubahan tersebut begitu rumit, maka
penyusunan Laporan Perubahan Kas akan menemui kesulitan bila dilakukan
secara langsung; oleh karena itu untuk membantu memecahkan persoalan ini
maka sebelum menyusun laporan perubahan kas sebaiknya disusun kertas kerja
atau work sheet.
Bentuk work sheet untuk perubahan kas terdiri dari delapan kolom yang
prosedur penyusunannya adalah sebagai berikut:
a. Mendaftar pos-pos neraca yang diperbandingkan antara dua titik waktu
tertentu dalam kolom pertama dan kedua, pisahkan antara kelompok
debit dan kredit.
b. Mendaftar pos-pos laporan rugi-laba dari tahun yang diperbandingkan
(current year), susunlah dalam debit dan kredit pada kolom pertama
dan kedua.
c. Tentukan kenaikan dan penurunan yang terjadi pada pos-pos neraca,
tunjukkan dalam kolom “Perubahan” debit dan kredit. Kolom
perubahan debit untuk mencatat adanya kenaikan aktiva, penurunan
hutang, dan modal serta bertambahnya biaya serta berkurangnya
penghasilan sedang kolom kredit untuk mencatat penurunan aktiva,
kenaikan hutang, dan modal serta pertambahan penghasilan dan
berkurangnya biaya.
d. Menganalisa perubahan-perubahan yang terjadi pada pos-pos neraca
dan pos-pos rugi laba untuk menentukan adanya perubahan yang tidak
mempengaruhi kas.
e. Membuat jurnal penyesuaian dalam work sheet tersebut untuk
menghilangkan akibat atau pengaruh transaksi non kas yang sudah
dicatat dalam periode tersebut.
f. Memindahkan saldo atau perubahan-perubahan setelah disesuaikan
(kecuali perubahan kas) ke dalam kolom “Kenaikan dan Penurunan
Kas” atau “Sumber dan Penggunaan Kas”. Penurunan aktiva (selain
kas), kenaikan hutang, modal dan penghasilan merupakan sumber kas
sedangkan kenaikan aktiva (selain kas); penurunan hutang, modal dan
kenaikan biaya merupakan penggunaan kas. Perubahan dalam kas
tidak perlu dipindahkan ke kolom sumber dan penggunaan kas karena
perubahan kas inilah yang dianalisa, selisih jumlah kolom sumber kas
dengan penggunaan kas harus sama dengan perubahan yang terjadi
dalam pos “Kas”.
Langkah berikutnya setelah pembuatan work sheet adalah menyusun Laporan
Perubahan Kas atau Laporan Sumber dan Penggunaan Kas yang datanya diambil
dari dua kolom terakhir dari work sheet tersebut. Dalam penyusunan laporan
sumber dan penggunaan kas hendaknya sumber-sumber kas diklasifikasikan
menjadi sumber yang berasal dari operasi, dari penjualan aktiva tetap dan dari
kreditor atau pemilik; begitu pula untuk penggunaannya.
Dari laporan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kas yang diperoleh dari
operasi secara neto adalah Rp 9.558.400,- (Rp 8.294.900,- + Rp 28.000 ,- + Rp
127.800)= Rp 1.107.700,- dari jumlah ini digunakan untuk membayar deviden
sebesar Rp 633.500,- sehingga tinggal Rp 474.200,-. Disamping itu perusahaan
telah mengeluarkan modal saham Rp 600.000,- dan dari hasil penjualan saham
serta sisa hasil usaha (setelah digunakan untuk membayar deviden) telah
digunakan untuk membeli gedung, alat-alat kantor dan digunakan untuk
membayar hutang obligasi.