Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keinginan untuk penuhi kebutuhan hidup merupakan naluri tiap manusia.

Semenjak kecil manusia telah menyatakan keinginan untuk penuhi kebutuhannya

dengan bermacam cara. Semakin besar serta dewasanya seseorang, keinginan

serta kebutuhannya akan terus bertambah. Majunya pembangunan nasional

Indonesia diiringi dengan tingkat kompleksitas masyarakat yang lebih besar.

Adanya kemajuan ini secara nyata menimbulkan hasrat konsumtif serta daya beli

yang meningkat. Keadaan tersebut membawa Kebiasaan serta gaya hidup juga

berganti dalam waktu yang relatif singkat menuju ke arah semakin mewah dan

berlebihan ( Astuti serta puspitawati, 2009).

Pola mengkonsumsi seperti ini terjadi pada hampir semua lapisan

masyarakat, walaupun dengan kadar yang berbeda- beda. Hampir tidak terdapat

kalangan yang luput dari perihal tersebut. Keadaan ini bisa dicermati dengan

semakin banyaknya tempat- tempat perbelanjaan yang disebut dengan

supermarket ataupun mall( Astuti, 2013).

Sikap konsumtif bagi Sumartono( 2012) merupakan tindakan seseorang

membeli sesuatu barang tanpa terdapatnya pertimbangan yang masuk akal di

mana orang tersebut dalam membeli suatu barang tidak didasarkan pada aspek

kebutuhan. Orang dengan perilaku konsumtif cenderung lebih mengutamakan

keinginan dari pada manfaat atau kebutuhan dari barang tersebut.

1
2

Orang yang konsumtif bisa dikatakan tidak lagi memikirkan kegunaan

serta fungsi ketika membeli barang, melainkan memikirkan prestise yang melekat

pada barang itu. Dalam makna luas konsumtif ialah sikap berkonsumsi yang boros

serta kelewatan, yang lebih mendahulukan kemauan dari pada kebutuhan dan

tidak terdapat skala prioritas ataupun bisa diartikan sebagai gaya hidup yang

elegan. Sikap konsumtif merupakan kemauan untuk mengkomsumsi beberapa

barang yang sesungguhnya kurang dibutuhkan secara berlebihan buat menggapai

kepuasan optimal termasuk mahasiswa ( Tambunan, 2001).

Gaya hidup merupakan sikap seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas,

minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan gambaran diri untuk

mencerminkan status sosialnya (Susanto, 2008). Dalam arti lain gaya hidup dapat

memberikan pengaruh positif atau negatif untuk yang melakukannya. Terutama

mahasiswa yang belajar di kota-kota besar salah satunya di Kota Banda Aceh.

Perkembangan teknologi membawa banyak perubahan dalam gaya hidup

masyarakat, khususnya di Kota Banda Aceh. Online shop merupakan salah satu

pemicu masyarakat untuk berperilaku konsumtif. Kebanyakakan perempuan

termasuk mahasiswa lebih banyak menghabiskan uangnya untuk keperluan

penampilan seperti pakaian, kosmetik, pernak-pernik, dan sepatu. Beberapa

mahasiswi mengaku bahwa tidak dapat menahan diri atau mengendalikan diri

ketika memiliki kebutuhan akan suatu produk atau barang yang hendak dibelinya.

Selain itu, ketika membutuhkan sesuatu mahasiswa umumnya tidak melakukan

survei terlebih dahulu. Alasannya adalah agar tidak terlalu lama dalam memilih

barang yang cocok dan sesuai dengan pilihan dan selera (Tambunan, 2001).
3

Hal ini juga terjadi pada pria zaman sekarang, internet mengenalkan

berbagai informasi mulai dari jejaring sosial, berita, video, foto, hingga

berbelanja. Tidak hanya wanita, beberapa pria dari kalangan tingkat ekonomi

orang tua menengah keatas juga berperilaku konsumtif. Perubahan pria zaman

sekarang menuju gaya hidup yang modern atau elegan dapat dilihat dari barang-

barang ataupun pakaian mereka yang selalu mengikuti trend masa kini. Seiring

dengan perkembangan perekonomian dan teknologi, terjadi perubahan sikap

pembelian pada masyarakat. Seseorang membeli sesuatu bukan didasarkan pada

kebutuhan melainkan dilakukan semata-mata demi kesenangan dan gaya hidup,

sehingga menimbulkan seseorang menjadi lebih boros atau dikenal dengan istilah

perilaku konsumtif (Wahyudi, 2013).

Dampak negatif perilaku konsumtif antara lain kecemburuan sosial,

mengurangi peluang untuk menabung dan cenderung tidak memikirkan kebutuhan

yang akan datang. Kecemburuan sosial muncul karena orang hendak membeli

seluruh barang yang diinginkan tanpa memikirkan harga barang tersebut murah

atau mahal, barang tersebut dibutuhkan atau tidak, sehingga untuk orang yang

tidak mampu tidak akan sanggup untuk mengikuti pola kehidupan yang seperti

itu. Perilaku konsumtif menyebabkan seseorang cenderung lebih banyak

menghabiskan uangnya dibandingkan menyisihkan untuk ditabung (Irmasari,

2011).

Mahasiswa merupakan individu yang belajar dijenjang perguruan tinggi.

Belajar, menuntut, dan mencari ilmu idealnya adalah aktivitas rutinitas seorang

mahasiswa. Saat ini mahasiswa dihadapkan pada lingkungan dimana segala


4

sesuatu berubah sangat cepat dalam teknologi informasi yang menyebabkan

perubahan nilai serta pola atau gaya hidup yang diinginkan (Hikmat, 2006).

Perilaku konsumtif ini juga terjadi pada kalangan mahasiswa Fakultas

Psikologi Universitas Muhammadiyah Aceh. UNMUHA merupakan salah satu

Universitas terkemuka di Aceh yang terletak di Kota Banda Aceh. Dari observasi

yang dilakukan, perilaku konsumtif yang terjadi di kalangan mahasiswa

UNMUHA adalah sering membeli barang yang diinginkan namun tidak

dibutuhkan. Selain itu, mahasiswa juga membeli barang untuk meningkatkan

kepercayaan diri, gengsi, dan harga diri dalam lingkungan sosialnya.

Dari fenomena yang peneliti dapatkan melalui observasi dan wawancara

terhadap empat orang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

Aceh mengenai kebiasaannya melakukan online shopping. Subyek pertama

merupakan seorang wanita yang berinisial NR yang merupakan mahasiswi baru

Fakultas Psikologi semester 3 yang pada saat itu sedang beraktifitas di Fakultas

Psikologi UNMUHA kemudian peneliti mendekati mahasiswi tersebut dan

menanyakan mengenai online shopping. Awal mahasiswi ini melakukan online

shopping pada saat masih SMA pada saat itu si subyek sudah memiliki hp android

dan dia sering melihat iklan yang muncul dilayar androidnya.

“Ya, awalnya aku tau kelas 3 SMA kakak soalnya kelas 3 SMA itu aku
sudah memiliki hp android terus aku sering liat iklan-iklan gitu,dari situ aku
mulai ikut beli karena harganya murah kadang ada promo gitu kan terus
barangnya bagus juga”.

Mahasiswi ini mengaku tiap membeli barang habis 200 ribu tetapi hal ini

tidak selalu dilakukan karena tiap kali habis membeli selalu menyesali uang yang

harus dikeluarkan.
5

“Jika membeli kadangkala habis 200 ribu kadang juga cuma 150 itu satu
barang kakak dan jaman dulu sering lebih dari itu. Tapi kalau awal kuliah ini
saya online shopping kakak soalnya saya kan anak baru kuliah ya jadi perlu
barang yang banyak jadi uangnya buat beli itu dulu kakak, dan gak tau deh nanti
kalau saya sudah lama disini. Saya juga anak rantau kakak jadi harus bisa jaga
uang”.

Bagi subyek membeli online itu ada bagusnya dan ada tidaknya karena

konsumen tidak bisa melihat langsung barangnya.

“ Kalau saya sih kalau udah suka sama barangnya ya beli kakak, tapi
emang kadang bagus kadang juga gak namanya kita gak lihat secara
langsungkan kakak. Kalau saya sih beli online itu gara-gara suka lihat
gambarnya kadang juga modelnya, yang tidak bisa ketinggalan pas ada promo-
promo gitu itu gak bisa dilewatkan itu saya langsung beli tu kakak”.

Setelah itu fenomena yang didapatkan dari subyek kedua yang merupakan

seorang perempuan yang berinisial DN yang merupakan mahasiswi Fakultas

Psikologi angkatan 2020 yang melakukan online shopping. Subyek melakukan

online shopping karena teman-temannya juga melakukan transaksi tersebut.

Subyek mengenal online shopping pertama kali pada saat subyek kuliah di

fakultas psikologi karena teman-temannya juga melakukan online shopping.

Setiap bulan Subyek selalu membeli baju melalui online shopping, subyek

mengaku tertarik karena pengen dan model yang membuatnya tertarik bahkan dari

pengakuan subyek kadang karena temannya membeli barang melalui online

shopping. Subyek mengaku kalau melakukan online shopping menghabiskan uang

Rp 400.000,00 kadang juga kalau tidak punya uang hanya Rp 200.000,00 saja.

“Kalau saya ya dulu gak tau namanya online shopping saya tau waktu
awal kuliah, saya suka membeli karena ya pengen bajunya, modelnya gitu. Kalau
belanja habis uang berapa ya gak pasti karena itu sesuai barangnya. Sering ya
250 ribu tiap bulan kalau online gitu, tapi pernah cuma 100 ribu aja. Saya beli itu
kadang juga karena teman-temanku kok kakak, awalnya cuma pengen lihat aja
baju-bajunya tapi gara-gara temen saya ya akhirnya saya beli. Ya tergantung
iman saya aja kuat apa gak. Saya sih gak terlalu mikir ya masalah online
6

shopping apa ke butik soalnya kadang saya online kadang juga ke butik, sama
beratnyalah. Kalau setahun berapa kali gak ngitung soalnya gak pasti semaunya
saya aja sepengennya saya beli baju kakak”.

Fenomena yang didapatkan dari subjek ketiga yang merupakan seorang

pria yang berinisial RA yang merupakan mahasiswa fakultas Psikologi yang

masih aktif, ia senang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan

minat subjek yaitu fashion dan makanan. Namun ia hanya memilih kebutuhan

yang dianggap penting untuk dibeli terlebih dahulu. Selain itu, subjek berpendapat

tentang masa depan bahwa ia harus menjadi pria yang mandiri dan mewujudkan

mimpinya sebagai pengusaha.

“Kalau aku ya sangat senang dalam berbelanja. Aku suka membeli baju,
celana atau sepatu itu ya untuk keperluan kuliah. Soalnya itu kan sangat di
butuhkan ya pada saat mau ke kampus. Tapi kalau saya ya dalam berbelanja ya
beli seperlunya saja dan aku tidak sering berbelanja. Kalau berbelanja uang
habis berapa ya belum pasti karena itu sesuai barang yang nantinya aku beli”.

Selanjutnya fenomena yang didapatkan dari subjek keempat yang

merupakan seorang pria yang berinisial DA yang merupakan mahasiswa Fakultas

Psikologi yang masih aktif, ia menyatakan bahwa ia senang berbelanja untuk

memenuhi kubutuhan, bahkan berbelanja bisa dikatakan adalah hobi bagi dirinya.

Ia sangat suka mengoleksi barang-barang yang unik. Subjek merasa puas dalam

membeli produk-produk tersebut, meskipun barang tersebut tidak ia butuhkan.

Bahkan ia mengatakan bahwa produk yang ia beli mempunyai nilai tertentu, yaitu

nilai secara finansial, nilai secara status, dan nilai trendi.

“Kalau saya sih dalam berbelanja online, karena praktis, simple terus
model-model yang ditawarkan dari online shop itu juga beragam dan bagus-
bagus. Saya sering berbelanja, tujuannya ya cuma buat mengikuti trend lah, jadi
apa ya barang yang kita pakai yang kita beli itu jadi kalo kita ke kampus
memakai barang itu...itu jadi nggak monoton jadi setiap hari itu bisa ganti-ganti
ya kakak ya. Dalam berbelanja saya sering menghabiskan uang sebesar 300
7

dalam sekali belanja. Kalau dalam sebulan saya belanja itu ada berapa kali ya
gak nentu juga sih. Karena saya kalau belanja itu kalau liat barangnya bagus dan
menurut saya cocok untuk saya ya saya akan beli terus”.

Berdasarkan wawancara dapat disimpulkan bahwa mahasiswa cenderung

tidak dapat menyesuaikan dan tidak dapat membedakan mana hal yang lebih

penting yang harus diutamakan dan mana hal yang tidak penting untuk diabaikan.

Berdasarkan uraian mengenai perilaku konsumtif yang telah diungkapkan oleh

para ahli, dan pengaruh jenis kelamin terhadap kecenderungan perilaku konsumtif

tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam dan ingin memahami

perbedaan perilaku konsumtif melalui online shopping pada mahasiswa Fakultas

Psikologi Universitas Muhammadiyah Aceh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan permasalah

adalah apakah ada terdapat perbedaan perilaku konsumtif melalui online shopping

ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Aceh.

C. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini dapat diketahui melalui sub-kajian yang sudah ada

pada penelitian sebelumnya, maka perlu adanya upaya komparasi (perbandingan),

apakah terdapat unsur-unsur perbedaan ataupun persamaan dengan konteksi

penelitian ini, diantara hasil penelitian dahulu yang menurut peneliti terdapat

kemiripan, namun terdapat beberapa perbedaan dalam identifikasi variabel,

karakteristik subjek, jumlah dan metode analisis yang digunakan. Beberapa


8

penelitian yang terkait dan menjadi bandingan terhadap judul penelitian yang

penulis teliti yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2015) dengan judul “Hubungan

Status Ekonomi Orang Tua dengan Perilaku Konsumtif”. Sampel dalam

penelitian merupakan mahasiswi, dengan jumlah sampel 31 mahasiswi, dari

hasil korelasi menggunakan rumus produc moment menghasilkan rxy sebesar

0,642, berikutnya pada taraf signifikansi 5% setelah itu dibandingkan dengan r

tabel yaitu sebesar 0,355, yang menunjukkan rxy > r tabel. Penelitian ini

menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status sosial

ekonomi orang tua dengan perilaku konsumtif mahasiswi. Maksudnya

semakin tinggi tingkat status ekonomi orang tua maka semakin tinggi perilaku

konsumtif mahasiswi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Maryati (2015) dengan judul “Perbedaan

Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Ditinjau

Berdasarkan Jenis Kelamin”. Sampel dalam penelitian ini adalah 353

mahasiswa yang terdiri dari 173 mahasiswa wanita dan 180 mahasiswa pria

yang dipilih berdasarkan indikator perilaku konsumtif sumartono (2002). Data

analisa menggunakan independent sampel t-test, dengan nilai t=-0,103

(p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa wanita dan mahasiswa pria

Unsyiah memiliki kecenderungan yang sama dalam berperilaku konsumtif.

3. Penelitian yang dilakukan Afriani (2014) dengan judul “Hubungan Status

Ekonomi dan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi” penelitian ini

menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisa Crosstabs dan Sperman’s


9

Rho. Sampel sebanyak 458 mahasiswi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara status sosial ekonomi terhadap perilaku konsumtif.

Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis hubungan dengan menggunakan

Crosstabs, uji korelasi Spearman’s Rho juga menunjukkan hasil yang sama

antara variabel independen yaitu pendidikan terakhir orang tua dan

pendapatannya dengan variabel dependen (perilaku konsumtif) karena

memiliki nilai signifikan (sig) < 0,05 yang berarti memiliki korelasi antara

variabel kedua. Hal ini menjelaskan bahwa Ha1 diterima dengan nilai korelasi

0,156 yang berarti bahwa terdapat korelasi yang sangat lemah antara tingkat

pendidikan terakhir orang tua dengan perilaku konsumtif atau sama dengan

jika pendidikan terakhir orang tuanya tinggi maka kesempatan mahasiswi

untuk berperilaku konsumtif akan semakin tinggi. Sedangkan untuk Ha2

mempunyai nilai korelasi 0,320 yang berarti bahwa terdapat korelasi yang

cukup antara pemasukan orang tua dengan perilaku konsumtif atau sama

dengan jika pemasukan orang tua besar maka peluang mahasiswi untuk

berperilaku konsumtif akan bertambah pula, dengan kata lain bahwa kedua

hipotesis ini diterima.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, perbedaan penelitian ini

dengan penelitian sebelumnya yaitu pada identifikasi lokasi penelitian, waktu

penelitian, dan variabel bebas penelitian. Oleh karena itu, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian terkait perilaku konsumtif melalui online

shopping ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Aceh. Penelitian ini menggunakan metode


10

penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi.

Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Aceh.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalah di atas, maka tujuan dari penelitian

adalah untuk mengetahui perbedaan perilaku konsumtif melalui online shopping

ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Aceh.

E. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan dan rumusan permasalah di atas, di harapkan

penelitian ini dapat memberikan manfaat :

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat digunakan sebagai

bagian dari pengembangan psikologi PIO, yaitu mengenai perbedaan perilaku

konsumtif melalui online shopping ditinjau dari jenis kelamin pada mahasiswa

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Aceh. Penelitian ini

diharapkan dapat memperkaya sumber kepustakaan penelitian yang

diharapkan dapat di jadikan penunjang penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi subyek

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan bagi mahasiswa

dalam memahami perilaku konsumtif dalam artian mahasiswa dapat


11

membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan, sehingga menjadi acuan

dalam hidup untuk dapat mengatur keuangan.

b. Bagi Fakultas Psikologi

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan ilmu pengetahuan,

informasi dan pemikiran kepada pihak Fakultas Psikologi supaya dapat

meningkatkan kualitas dan memperbaiki karakter mahasiswa.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai