Anda di halaman 1dari 6

1.

Apakah ada gambaran klinis yang menjadi perbedaan antara TON indirect dan
direct? Dari antara dua klasifikasi tsb manakah yang mempunyai prognosis lebih
buruk dan mengapa? Clarita
Cedera tidak langsung terjadi pada trauma tertutup pada kepala, menyebabkan
timbulnya tekanan yang kemudian menekan saraf optik. Pada pemeriksaan, tidak
terdapat perubahan cepat pada pemeriksaan fundus. Diskus optik dapat normal
hingga 3-5 minggu setelahnya dan berubah pucat seiring atrofi diskus
terjadi.Error! Bookmark not defined.,1

a. Cedera Langsung Saraf Optik


Cedera langsung saraf optik terjadi akibat dari avulsi saraf atau akibat adanya
penetrasi pada orbita, penetrasi fragmen tulang dan mengenai saraf optik
menyebabkan neuropati optikus parsial atau komplit pada pembungkus saraf
optikus. Perdarahan didalam dan sekitar saraf optik juga dapat terjadi. 2,3
Tidak seperti cedera tidak langsung, cedera langsung menyebabkan perubahan
segera pada fundus yang merangsang oklusi arteri retina sentralis, oklusi vena retina
sentralis atau iskemia anterior neuropati optik.Error! Bookmark not
defined.,Error! Bookmark not defined.

Secara umum prognosis traumatic optic neuropathy pada cedera langsung


memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan cedera tidak langsung
saraf optik. Karena cedera langsung menyebabkan cedera permanen pada akson saraf
optik saat terjadinya tumbukan yaitu berupa pengikisan akson saraf optik dan
vaskularisasinya. Cedera saraf optik langsung disebabkan oleh benda-benda yang
menembus orbita dan menekan nervus optikus, menyebabkan neuropati optik secara
parsial ataupun menyeluruh pada selubung nervus optikus. Perdarahan di dalam
maupun di sekitar nervus juga dapat terjadi. Luka tembak, luka tusuk, dan lain-
lainnya sering dilaporkan menjadi agen penyebab. Prognosis buruk muncul pada
keadaan dimana tidak ada persepsi cahaya dan pada pasien-pasien dengan berbagai
faktor resiko lainnya, seperti adanya darah dalam rongga ethmoid, usia diatas 40
tahun, kehilangan kesadaran diikuti TON, dan tidak respon terhadap terapi
kortikosteroid setelah 48 jam.
Tidak seperti cedera saraf optik tidak langsung, cedera langsung menyebabkan perubahan cepat
dalam fundus yang dapat mengakibatkan oklusi arteri retina sentral, oklusi vena retina sentral,
atau neuropati optik iskemik anterior. Hal tersebut dapat dideteksi pada pemeriksaan funduskopi.

2. dalam referat Pada keadaan tidak terdapat kontraindikasi, pasien dapat diberikan
kortikosteroid sistemik, metilprednisolone 30mg/kg sebagai loading dose, 5,4mg/kg/jam sebagai
maintanance selama 48 jam.
Apa sajakah kontraindikasi yang dimaksud ?
KI : riwayat DM, tukak peptic / duodenum, infeksi berat, hipertensi, atau gangguan sistem
kardiovaskular lainnya.,osteoporosis berat,herpes
3. kemudian pada penanganan TON salah satunya dilakukan observasi, berapa lamakah waktu yg
diperkukan untuk observasi ? apakah pada penemuan awal TON lebih baik sebatas observasi
atau langsung diberi kortikosteroid apabila tidak ada KI ? dewi
yang saya baca biasanya observasi dilakukan selama pemberian terapi kortikosteroid selama 1
bulan.
Follow up harian harus dilakukan selama fase akut setelah trauma, segera setelah terapi bedah
dan selama periode pemberian terapi kortikosteroid mega-dosis. Observasi jangka panjang
dilakukan 3 bulan atau lebih sejak terjadinya cedera untuk menilai keadaan final fungsi visual.
Pemberian kortikosteroid dosis tinggi pada kasus TON dalam 8 jam pertama setelah cedera dan
dekompresi pembengkakan saraf optic oleh karena penekanan akibat fragmen tulang untuk
menunda kehilangan kemampuan penglihatan memiliki efek yang sangat diminati.
Pada kasus TON dimana tidak terdapat kontraindikasi pemberian kortikosteroid, dosis awal
metilprednisolone diberikan sebanyak 30mg/kg/IV, dilanjutkan 15mg/kgBB pada 2 jam
kemudia, dan 15 mg/kgBB setiap 6 jam. Jika terdapat perbaikan visual, dosis steroid dilanjutkan
hingga hari ke-5, kemudian diturunkan secara cepat. Jika tidak terdapat perbaikan dalam 48-72
jam, pemberian steroid langsung dihentikan tanpa penurunan dosis sebelumnya. Pemberian
kortikosteroid mega dosis dalam 8 jam pertama setelah cedera kemungkinan dapat memperbaiki
pembengkakan saraf optik. Apakah terapi metilprednisolone memiliki efek yang sama
dibandingkan hanya observasi dalam penatalaksanaan TON belum terbukti, dan keterlambatan
penanganan terapi dan derajat kehilangan penglihatan belum jelas terbukti mempengaruhi
prognosis.
1
Awan, Ayyaz Hussain. 2007. Traumatic Optik Neuropathy. Available in :[www.pjo.com.pk].
Accessed at September 25, 2012.

3
4. apakah pasien tsb bisa dilakukan pembedahan untuk memperbaiki fungsi saraf optik ?

Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad malam. Sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan

bahwa pasien dengan tidak adanya persepsi cahaya kemungkinan besar tidak akan terjadi perbaikan

dalam kemampuan melihat.

1. Kontraindikasi absolut pembedahan

a. Adanya avulsi saraf optik pada pemeriksaan CT.

2. Kontraindikasi relative pembedahan

a. Pasien dalam keadaan tidak sadarkan diri.

b. Hilang total fungsi penglihatan dan respon pupil.

3. Indikasi relative pembedahan

a. Jika penurunan fungsi penglihatan meskipun dengan terapi steroid.

b. Jika terjadi penurunan fungsi penglihatan pada pengurangan dosis steroid.

c. Jika terdapat fraktur kanal optik disertai dengan adanya penekanan oleh fragmen tulang.

d. Jika terdapat hematoma pada pembungkus saraf.

e. Jika respon visual evoked potential (VEP) memburuk seiring waktu.

f.

5. apakah TON termasuk kegawatdaruratan dan termasuk dalam patofisiologi mekanisme

primer atau sekunder ?

Iya TON merupakan suatu kegawatan daruratan yang harus segera ditangani untuk

mencegah hilangnya penglihatan. Termasuk dalam mekanisme primer.


6.ciri khas fundus TON : Buram mendadak setelah riwayat trauma kepala ataupun mata 2.

Umumnya unilateral 3. Terdapat penurunan tajam penglihatan dapat disertai adanya

diplopia maupun tidak 4. RAPD (+) pada mata yang terkena 5. Papil nervus optik umumnya

normal pada keadaan awal kemudian memucat setelah 4 minggu Perdarahan pada selubung

saraf optik posterior sampai ke sumber pembuluh darah retina menghasilkan sirkulasi retina

yang masih intak, namun menyebabkan pembengkakan pada ujung saraf optik. Papilledema

Perdarahan pada selubung saraf optik posterior sampai ke sumber pembuluh darah retina

menghasilkan sirkulasi retina yang masih intak, namun menyebabkan pembengkakan pada

ujung saraf optik. Pemeriksaan fundus yang adekuat akan dapat menilai kelainan sirkulasi

retina. Avulsi komplit dan parsial dari ujung saraf optik dapat menimbukan cincin

perdarahan ditempat cedera dengan tampilan deep round pit.

Pada dasarnya, pencapaian penanganan TON dapat diurutkan sebagai berikut :

1. Pada keadaan tidak terdapat kontraindikasi, pasien dapat diberikan kortikosteroid sistemik,

metilprednisolone 30mg/kg sebagai loading dose, 5,4mg/kg/jam sebagai maintanance selama 48

jam.

2. Kegagalan perbaikan keadaan.

3. Pasien yang membaik dapat dilakukan pengurangan dosis yang bertahap.

4. Jika keadaan pasien relaps ketika kortiosteroid dihentikan, pertimbangkan bedah dekompresi.

5. Pada umumnya, pasien dengan ketajaman penglihatan 20/40 atau lebih buruk membutuhkan

dekompresi bedah.

6. Pasien tidak sadar tidak seharusnya dilakukan bedah dekompresi kecuali bersangkutan dengan

prosedur operasi lain.

7. Kombinasi steroid intervensi awal bedah dapat dipertimbangkan pada anak-anak.(4)(8)

7. KONTRAINDIKASI IMAGING PADA TON ?


Menurut saya tidak ada kontraindikasi pemeriksan imaging pada Ton karena pencitraan radiologis
merupakan pilihan terbaik untuk melihat adanya cedera pada saraf optik.Computed Tomography (CT)
scan dan Magneting Resonance Imaging (MRI) memiliki efek yang sangat bagus dalam mendiagnosa
trauma optik. CT scan dalam kejadian trauma optik neuropati memperlihatkan implikasi patologis
spesifik dalam fungsi saraf optik, termasuk hematoma selubung saraf optik dan dugaan kista
araknoid.2,9,10 Penggunaan CT scan berada jauh di atas MRI untuk melihat garisgaris fraktur tulang,
sedangkan MRI lebih baik digunakan untuk melihat jaringan-jaringan lunak yang berada di daerah
orbita, salah satunya untuk menilai trauma kiasma. Terkadang kedua pemeriksaan ini diperlukan secara
bersamaan untuk menilai keadaan klinis. Namun, MRI harus dilakukan setelah CT scan untuk
menghindari apabila ada benda asing yang mengandung logam di daerah orbital.2,9,10 Penggunaan
teknik imaging non invasif berupa optical coherence tomography (OCT) memberikan gambaran
resolusi tinggi dan melintang dari retina manusia. Digunakan untuk memperkirakan ketebalan lapisan
retina. Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan kerusakan akson dari lapisan fiber saraf retina dan
makula pada kasus glaukoma dan cedera saraf optik.

Seiring bertambahnya usia, makula akan mengalami kerusakan sehingga menyebabkan penglihatan
kabur dan sulit fokus.

Juga disebut relative afferent pupillary defect (RAPD) atau cacat aferen pupillary, ini adalah hasil
abnormal dari uji senter-ayun di mana pupil pasien mengerut sedikit (karena itu tampak melebar) ketika
cahaya diayunkan dari mata yang tidak terpengaruh ke mata yang terpengaruh. Penyebab paling umum
dari pupil Marcus Gunn adalah kerusakan di daerah posterior saraf optik atau penyakit retina yang
parah.

Jaras visual aferen berjalan dari retina. saraf optik, kiasma optik, nukleus genikulat lateral, dan radiasi
optik menuju korteks. Jaras visual aferen akan menerima, menyalurkan, dan mengolah informasi
visual.

Jaras visual eferen berfungsi mengatur gerakan otot-otot ekstraokular agar Gambaran yang diterima
jelas, stabil, dan bersifat binocular

Jaras visual aferen terdiri dari rangkaian sel-sel dan sinaps yang membawa informasi visual menuju
otak. Jaras visual aferen bertujuan mendeteksi target objek dan gerakannya serta menghasilkan
bayangan objek dengan resolusi spasial yang tinggi. Jaras visual eferen berawal dari retina.
Jaras Visual Eferen (Sistem Okulomotor) Sistem okulomotor bertujuan menghasilkan bayangan yang
jelas, stabil, dan binokular dengan memastikan bayangan yang dihasilkan jatuh tepat di fovea melalui
gerakan bola mata. Gerakan bola mata dibagi menjadi 6 sistem yaitu Refleks Vestibulo Okular (RVO),
fiksasi, optokinetik, smooth pursuit, sakadik, dan vergensi

Anda mungkin juga menyukai