Pekerjaan mekanikal adalah setiap pekerjaan yang terkait penggunaan
material dan peralatan mekanis baik manual maupun mesin dan perkakas bertenaga, berupa instalasi, komponen, atau unit terpasang. Sementara untuk pekerja elektrikal adalah setiap setiap pekerjaan terkait penggunaan material dan peralatan elektrikal, berupa instalasi maupun komponen untuk membangkitkan, menyalurkan atau menggunakan listrik. Pekerjaan mekanikal dan elektrik al yang dilaksanakan selama kegiatan kontruksi maupun yang merupakan lingkup pekerjaan kontruksi bangunan, memiliki potensi bahaya yabg wajib di identifikasi dan dikendalikan resikonya, oleh karena pengetahuan serta penerapan kesehatan dan keselamatan kerja sangat di butuhkan pada bidang kerja khususnya mekanikal dan elektrikal. Upaya dalam menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja adalah dengan penerapan peraturan perundangan tentang K3, antara lain melalui: Adanya ketentuan dan syarat-syarat K3 yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi. Penerapan semua ketentuan dan persyaratan K3 sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap rekayasa. Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan- pemeriksaan langsung pada tempat kerja.
Dasar hukum terkait dengan K3, yaitu :
1. Undang Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
Bab I Tentang Istilah-istilah Pasal 1 (1)“tempat kerja” ialah ruangan atas lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap di ruang kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha. Pasal 1 (2) “pengurus” ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri. Pasal 1 (6) “ahli keselamatan kerja” ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjukoleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang ini. Bab II Ruang lingkup K3 Konstruksi Pasal 2 (1) K3, di segala tempat kerja di darat, di dalam tanah, permukaan air, didalam air, maupun di udara dalam wilayah RI Ket. Pasal 2 (2) . c , dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan-bangunan pengairan, saluran atau persiapan Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian, di atas permukaan tanah atau perairan. 2. UU No. 23 tahun 1992 mengenai Kesehatan Di dalamnya tercantum kewajiban bagi perusahaan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan fisik pekerja, baik yang baru maupun yang hendak dipindahkan ke tempat kerja baru sesuai sifat dan jenis pekerjaan masing-masing. Begitu pula dengan kebijakan pemeriksaan kesehatan karyawan secara berkala dan kewajiban mengenakan alat pelindung diri (APD) secara benar dan tepat sesuai peraturan. Bagian keenam Kesehatan Kerja Pasal 23: a. Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. b. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan kesehatan kerja. c. Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja. d. Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2) dan Ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3). Tempat kerja dimana pengusaha atau pengurus memperkerjakan 100 orang atau lebih Tempat kerja dimana pengusaha memperkerjakan kurang dari 100 orang tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang memiliki resiko besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan pencemaran radio aktif. 4. Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 mengenai Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). 5. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 5 tahun 2018 mengenai K3 Lingkungan Kerja. 6. UU No. 3 tahun 1992 mengenai Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang kemudian berubah menjadi Sistem Jaminan Sosial Nasional sesuai UU No. 40 tahun 2004 dan salah satu poinnya membahas jaminan kecelakaan kerja. Pasal 3 ayat 2 : Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga kerja. Pasal 8 ayat 1 : Tenaga Kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja. Pasal 10 ayat 1 : Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam. 7. UU No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi Ketentuan umum “Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja dan lingkungan, untuk mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi” Pasal 22 : Kontrak kerja Konstruksi Kontrak Kerja Konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup uraian mengenai: “Perlindungan tenaga kerja yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan K3 serta jaminan sosial” Pasal 23: Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi Ayat (2) : Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. 8. UU No 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung Ketentuan umum “Mengatur tentang kehandalan, keselamatan dan kesehatan serta kenyamanan gedung ” 9. UU No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 86: Pekerja / buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Pasal 87: Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. 10. Peraturan Menteri No. 5 tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Setiap perusahaan yang memperkerjakan 100 tenaga kerja atau lebih dan atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit akibat kerja (PAK). 11. Permenaker No 12/MEN/2015, K3 listrik di tempat kerja Pasal 4 (1) Persyaratan K3 listrik merupakan pelaksanaan persyaratan K3 yang meliputi perencanaan, pemasangan, penggunaan, perubahan, pemeliharaan, pemerikasaan dan pengujian Pasal 4 (2) Persyaratan K3 dilaksanakan pada kegiatan pembangkitan listrik, transmisi listrik, distribusi listrik dan pemanfaatan listrik. 12. Persyaratan umum instalasi Listrik (PUIL) 2011