LP Waham1
LP Waham1
OLEH :
NANING YULIANI
AOA0130695
1. Masalah Utama
Perubahan isi pikir : waham
2. Proses Terjadinya Masalah
a. Pengertian
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan
penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten
dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien.
Gangguan isi pikir dapat diidentifikasi dengan adanya
waham. Waham atau delusi adalah ide yang salah dan
bertentangan atau berlawanan dengan semua kenyataan dan
tidak ada kaitannya degan latar belakang budaya (Keliat,
2009)
Tanda dan gejala :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya
(tentang agama, kebesaran, curiga, keadaan
dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan
Klien tampak tidak mempercayai orang lain,
curiga, bermusuhan
Takut, kadang panik
Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
Ekspresi tegang, mudah tersinggung
b. Penyebab
Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan
konsep diri : harga diri rendah. Harga diri rendah. Waham
dipengaruhi oleh factor pertumbuhan dan perkembangan
seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang,
pertengkaran orang tua dan aniaya. Waham dapat dicetuskan
oleh tekanan, isolasi, pengangguran yang disertai perasaan
tidak berguna, putus asa, tidak berdaya.
Tanda dan gejala :
Perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk
hilangnya percaya diri dan harga diri.
Merasa gagal mencapai keinginan
Rasa bersalah terhadap diri sendiri
Merendahkan martabat
Gangguan hubungan sosial
Percaya diri kurang
Mencederai diri
.
c. Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan
komunikasi verbal. Tanda dan gejala: Pikiran tidak realistik,
flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata
yang didengar dan kontak mata yang kurang.
Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Tanda dan
gejala:
Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa
lainnya.
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai:
berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.
Ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam.
Merusak dan melempar barang-barang.
3. Pohon Masalah
Resiko tinggi mencederai diri, orang
lain dan lingkungan
Kerusakan komunikasi verbal
- Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank
eras, bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan
tajam, merusak dan melempar barang-barang.
ii. Kerusakan komunikasi : verbal
- Data subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik
- Data objektif
Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-
kata yang didengar dan kontak mata kurang
iii. Perubahan isi pikir : waham ( ………….)
- Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya
( tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan
dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak
sesuai kenyataan.
- Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga,
bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan),
takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat
menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien
tegang, mudah tersinggung.
iv. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
- Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak
tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
- Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh
memilih alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/
ingin mengakhiri hidup
5. Diagnosa Keperawatan
Kerusakan komunikasi verbal
Perubahan isi pikir : waham
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
A. Kondisi Klien :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang
agama, kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara
berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Klien tampak
tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan. Takut, kadang
panik. Tidak tepat menilai lingkungan / realitas. Ekspresi tegang,
mudah tersinggung
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan proses pikir : waham
C. Tujuan
- Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
- Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
- Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan
- Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
D. Tindakan Keperawatan
- Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham,
saudara harus membina hubungan saling percaya terlebih
dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus
saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling
percaya adalah:
Mengucapkan salam terapeutik
Berjabat tangan
Menjelaskan tujuan interaksi
Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap
kali bertemu pasien.
- Bantu orientasi realita
Tidak mendukung atau membantah waham pasien
Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas
sehari-hari
Jika pasien terus menerus membicarakan
wahamnya dengarkan tanpa memberikan
dukungan atau menyangkal sampai pasien
berhenti membicarakannya
Berikan pujian bila penampilan dan orientasi
pasien sesuai dengan realitas.
Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang
tidak terpenuhi sehingga menimbulkan
kecemasan, rasa takut dan marah.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional pasien
Berdikusi tentang kemampuan positif yang
dimiliki
Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
Berdiskusi tentang obat yang diminum
Melatih minum obat yang benar
E. Strategi Tindakan
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya;
mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara
memenuhi kebutuhan; mempraktekkan pemenuhan
kebutuhan yang tidak terpenuhi
Orientasi:
“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Agung Nugroho, biasa
dipanggil Agung, saya mahasiswa keperawatan dari Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga yang akan praktek di ruangan ini
selama 2 minggu ke depan. Saya hari ini dinas pagi dari pukul 07.00-
14.00, saya yang akan merawat Bapak pagi ini.”
“Nama Bapak siapa?Senangnya dipanggil apa?”
“Pak K, bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang Pak K rasakan
sekarang?”
“Berapa lama Pak K mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
15 menit?”
“Bapak mau kita berbincang-bincang di mana?”
Kerja:
“Saya mengerti Pak K merasa bahwa Pak K adalah seorang…., tapi
yang Bapak rasakan tidak dirasakan oleh orang lain”
“Tampaknya Bapak gelisah sekali, bisa Bapak ceritakan apa yang
Bapak rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan
tidak punya hak untuk mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa menurut Bapak yang sering mengatur-atur diri Bapak?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur Bapak, juga kakak dan adik
Bapak yang lain?”
“Kalau Bapak sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus Bapak sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”
“Coba kita bersama-sama tuliskan rencana dan jadwal tersebut”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya Bapak ingin ada kegiatan diluar
rumah karena bosan kalau di rumah terus ya”
Terminasi :
“Oya Pak, karena sudak 15 menit, apakah Bapak mau kita berbincang-
bincang lagi atau sampai disini saja?”
“Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan
saya?”
“Apa saja yang sudah kita bicarakan Pak”
“Bagaimana kalau saya kembali lagi 2 jam lagi”
“Bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang mengenai hobi
Bapak?”
“Jadi Bapak, hari ini kita sudah berbincang tentang perasaan yang
Bapak rasakan, Bapak ingin seperti apa dan jadwal yang sudah kita
buat”
“Kalau begitu saya pamit dulu Pak, Selamat Pagi”
Terminasi :
“Oya Pak, karena sudah 20 menit, apakah mau kita akhiri percakapan
ini atau mau dilanjutkan?”
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang hobi
dan kemampuan Bapak?”
“Setelah ini coba Bapak lakukan latihan volley sesuai dengan jadwal
yang telah kita buat ya?”
“Besok kita ketemu lagi ya bang?”
“Bagaimana kalau nanti sebelum makan siang? Di kamar makan saja,
ya setuju?”
“Nanti kita akan membicarakan tentang obat yang harus Bapak minum,
setuju?”
“Kalai begitu, saya pamit Pak ya..Selamat Pagi”
SP 3 Pasien : Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang
benar
Orientasi :
“Selamat Pagi Pak?.”
“Bagaimana bang sudah dicoba latihan volley? Bagus sekali”
“Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang
kita membicarakan tentang obat yang Bapak minum?”
“Dimana kita mau berbicara? Di kamar makan?”
“Berapa lama Bapak mau kita berbicara? 20 atau 30 menit?
Kerja :
“Bapak berapa macam obat yang diminum per Jam berapa saja obat
diminum?”
“Bapak perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya
juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam Pak, yang warnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya agar
rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar
pikiran jadi teratur. Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi,
jam 1 siang, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut Bapak terasa kering, untuk
membantu mengatasinya abang bisa banyak minum dan mengisap-
isap es batu”.
“Sebelum minum obat ini Bapak dan ibu mengecek dulu label di kotak
obat apakah benar nama B tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang
harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah
nama obatnya sudah benar”
“Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar
harus diminum dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi
sebaiknya Bapak tidak menghentikan sendiri obat yang harus diminum
sebelum berkonsultasi dengan dokter”.
Terminasi :
“Oya Pak, karena sudah 30 menit, apakah percakapan ini mau kita
akhiri atau lanjut?”
“Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat
yang bang B minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minum
obat?”
“Mari kita masukkan ke jadwal kegiatan Bapak? Jangan lupa minum
obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada suster”
“Jadwal yang telah kita buat kemarin dilanjutkan ya Pak!”
“Pak, besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasa, jam 10 dan di tempat
sama?”
“Kalau begitu saya pamit dulu Pak, Selamat Pagi”
DAFTAR PUSTAKA