NIM : 030622215
Menurut saya, kondisi Administrasi Negara di Indonesia masih belum bisa menentukan di
paradigma yang mana saat ini. Deskripsi atau hakikat ilmu administrasi publik di Indonesia
memang sulit untuk didefinisikan karena kuatnya campur tangan politik dalam ranah
birokrasi. Jadi ketika perhelatan politik selesai maka selanjutnya tugas administrasi atau
birokrasi yang akan melaksanakan visi politik yang diusung. Dengan demikian maka politik
tidak lagi mencampuri urusan administrasi/birokrasi. Kalau di Indonesia semuanya saling
berkelit kelindan dan kompleks. Ini berbeda dengan demokrasi yang ada di Amerika. Di
mana paradigma administrasi sudah matang berada pada paradigma ke-V yaitu administrasi
publik sebagai administrasi publik.
Administrasi negara di Indonesia masih bersifat dualitas. Di satu sisi ingin melayani
kepentingan publik (paradigma V). Sementara di sisi lainnya, berbagai usaha administrasi
negara masih sarat akan kepentingan politis para pemangku jabatan, tidak benar-benar untuk
kepentingan masyarakat banyak (paradigma III). Umpamanya: pejabat-pejabat organisasi
disusun berdasarkan tingkat pemberian kewenangan supaya terjadi kesatuan perintah dalam
organisasi. Sedangkan di pihak lain organisasi dijalankan berdasarkan keahlian-keahlian
tertentu. Sehingga tidak memungkinkan pula Negara Republik Indonesia ditetapkan pada
paradigma ke-I yaitu dikotomi politik - administrasi.
2. Ada 6 (enam) ciri Birokrasi dari pendapatnya Max Weber, menurut pandangan anda
kondisi Birokrasi di Pemerintah Republik Indonesia sudah sesuai atau tidak dengan
pendapatnya Max Weber?, jelaskan!
Menurut saya, kondisi birokrasi di Indonesia masih belum sesuai dengan pendapat Max
Weber. Karena idealisme Max Weber mengenai birokrasi. Idealisme disini berdasarkan apa
yang dialami dan dilihatnya dalam praktek-praktek birokrasi, diambilnya inti sari yang
menonjol lalu dibangunnya suatu model yang ideal. Oleh sebab itu, bentuk yang ideal ini sulit
ditemui dalam praktek. Pemerintah ada upaya untuk menuju idealisme Weber tersebut.
Walau tidak bisa dipungkiri ada saja pelanggaran dan kelemahan-kelemahan dalam
penyelenggaraan birokrasi di Indonesia. Mematok standard birokrasi dengan 6 ciri birokrasi
Max Weber hanya akan mengantarkan Indonesia kepada kondisi red tape. Kelemahan
birokrasi Pemerintah Republik Indonesia ada pada poin ke-4 dan ke-5. Kelemahan pada poin
ke-4 terjadi karena banyaknya pekerja pemerintah di Indonesia dan masing-masing pekerja
memiliki latar belakang serta keterampilan yang beraneka ragam. Pemerintah Indonesia
setidaknya juga menyelenggarakan latihan keahlian rutin. Perlu diketahui bahwasannya
pandangan Weber terlalu memuja sistem, namun sangat lemah dalam menghargai sisi
kemanusiaan pekerja birokrasi. Akibatnya pada poin ke-5, yakni pemerintah sudah
menerapkan standar kerja dan target tugas para ASN, namun apakah standar ini
menghasilkan kualitas kerja yang baik pula? Bagaimana pengaruhnya dengan loyalitas para
pekerja? Jadi jawaban saya adalah Pemerintah belum sesuai dengan 6 ciri birokrasi Weber
jika dinilai secara telanjang alias menjadikan ciri Weber sebagai patokan baku nan mutlak.
(5) Kalau organisasi telah berkembang maka kegiatab kantor menuntut pegawai bekerja
dengan kapasitas penuh
Seandainya terjadi penyelewengan maka atasan tidak dapat melepaskan tanggung jawabnya.
Atasan harus bertanggung jawab atas penyelewengan yang dilakukan oleh para bawahannya,
terutama karena dia tidak melakukan pengawasan atas wewenang tugas yang dilimpahkan
kepada bawahannya.
Bentuk hubungan yang dapat dibenarkan karena tidak merusak jalur garus komando
organisasi:
Staff dapat memberi petunjuk, nasihat dalam keahlian khusus, melakukan pengawasan
terhadap pejabat-pejabat ditingkat manapun dalam organisasi. Hal ini diperkenankan karena
staf melakukannya atas nama pejabat yang dibantunya. Staf memberi delegasi kepada
bawahannya atas nama atasannya. Jadi pertanggungjawaban tugas tersebut harus diserahkan
oleh bawahannya kepada atasan langsung.
Newman menyebutnya dengan istilah "by-passing". Ditinjau dari pimpinan maka dia bebas
berbicara dengan bawahan-bawahannya. Hal ini dilakukan pimpinan untuk merumuskan
kebijaksanaan umum suatu organisasi. Jika ditinjau dari segi morale maka dapat
meningkatkan semangat kerja karena bawahan merasa diperhatikan dan dapat tukar menukar
informasi dengan pimpinannya secara langsung.
Newman menyebutnya dengan istilah "right of appeal". Jika usul, saran dan pendapatnya
diterima oleh pucuk pimpinan maka bawahan tersebut akan merasa bangga bahwa dia telah
dapat berbuat sesuatu untuk organisasinya. Dengan demikian, akan menambah semangat
kerjanya dakam menjalankan tugas yang didelegasikan kepadanya.
• Wewenang Seimbang dengan Tanggung Jawab
Di dalam organisasi antara wewenang dengan tanggung jawab harus seimbang, agar
wewenang yang didelegasikan berjalan dengan lancar dan tidak ada hambatan.
Pasal 13
(2) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan memperoleh Wewenang melalui Delegasi apabila:
diberikan oleh Badan/Pejabat Pemerintahan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
lainnya; ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan/atau Peraturan
Daerah; dan merupakan Wewenang pelimpahan atau sebelumnya telah ada.
(4) Kewenangan yang didelegasikan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak
dapat didelegasikan lebih lanjut, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-
undangan.
c. paling banyak diberikan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan 1 (satu) tingkat di
bawahnya.
(6) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan Delegasi dapat menggunakan
sendiri Wewenang yang telah diberikan melalui Delegasi, kecuali ditentukan lain dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Dalam hal pelaksanaan Wewenang berdasarkan Delegasi menimbulkan ketidakefektifan
penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan
pendelegasian Kewenangan dapat menarik kembali Wewenang yang telah didelegasikan.
(8) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memperoleh Wewenang melalui Delegasi,
tanggung jawab Kewenangan berada pada penerima Delegasi.
Dari penjabaran UU No.30 Tahun 2014 Pasal 13 diatas, dapat disimpulkan bahwa Indonesia
sudah sesuai dengan pedoman pendelegasian wewenang.
https://www-jogloabang-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.jogloabang.com/pustaka/uu-30-
2014-administrasi-pemerintahan?
amp=&_gsa=1&_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16666195919112&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&share=https%3A%2F%2Fwww.jogloabang.com%2Fpustaka
%2Fuu-30-2014-administrasi-pemerintahan
https://www.coursehero.com/file/61212722/Tugas-1docx/