Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nida Nur Zainah

NIM : 030622215

Studi : S1 - Ilmu Administrasi Negara

T1 Organisasi dan Manajemen

1. Paradigma bidang administrasi yang dikemukakan Nicholas Henry terdapat 5 Paradigma,


menurut pandangan anda kondisi Administrasi Negara di Negara Republik Indonesia
termasuk pada paradigma yang mana?, jelaskan!

Menurut saya, kondisi Administrasi Negara di Indonesia masih belum bisa menentukan di
paradigma yang mana saat ini. Deskripsi atau hakikat ilmu administrasi publik di Indonesia
memang sulit untuk didefinisikan karena kuatnya campur tangan politik dalam ranah
birokrasi. Jadi ketika perhelatan politik selesai maka selanjutnya tugas administrasi atau
birokrasi yang akan melaksanakan visi politik yang diusung. Dengan demikian maka politik
tidak lagi mencampuri urusan administrasi/birokrasi. Kalau di Indonesia semuanya saling
berkelit kelindan dan kompleks. Ini berbeda dengan demokrasi yang ada di Amerika. Di
mana paradigma administrasi sudah matang berada pada paradigma ke-V yaitu administrasi
publik sebagai administrasi publik.

Administrasi negara di Indonesia masih bersifat dualitas. Di satu sisi ingin melayani
kepentingan publik (paradigma V). Sementara di sisi lainnya, berbagai usaha administrasi
negara masih sarat akan kepentingan politis para pemangku jabatan, tidak benar-benar untuk
kepentingan masyarakat banyak (paradigma III). Umpamanya: pejabat-pejabat organisasi
disusun berdasarkan tingkat pemberian kewenangan supaya terjadi kesatuan perintah dalam
organisasi. Sedangkan di pihak lain organisasi dijalankan berdasarkan keahlian-keahlian
tertentu. Sehingga tidak memungkinkan pula Negara Republik Indonesia ditetapkan pada
paradigma ke-I yaitu dikotomi politik - administrasi.

2. Ada 6 (enam) ciri Birokrasi dari pendapatnya Max Weber, menurut pandangan anda
kondisi Birokrasi di Pemerintah Republik Indonesia sudah sesuai atau tidak dengan
pendapatnya Max Weber?, jelaskan!

Menurut saya, kondisi birokrasi di Indonesia masih belum sesuai dengan pendapat Max
Weber. Karena idealisme Max Weber mengenai birokrasi. Idealisme disini berdasarkan apa
yang dialami dan dilihatnya dalam praktek-praktek birokrasi, diambilnya inti sari yang
menonjol lalu dibangunnya suatu model yang ideal. Oleh sebab itu, bentuk yang ideal ini sulit
ditemui dalam praktek. Pemerintah ada upaya untuk menuju idealisme Weber tersebut.
Walau tidak bisa dipungkiri ada saja pelanggaran dan kelemahan-kelemahan dalam
penyelenggaraan birokrasi di Indonesia. Mematok standard birokrasi dengan 6 ciri birokrasi
Max Weber hanya akan mengantarkan Indonesia kepada kondisi red tape. Kelemahan
birokrasi Pemerintah Republik Indonesia ada pada poin ke-4 dan ke-5. Kelemahan pada poin
ke-4 terjadi karena banyaknya pekerja pemerintah di Indonesia dan masing-masing pekerja
memiliki latar belakang serta keterampilan yang beraneka ragam. Pemerintah Indonesia
setidaknya juga menyelenggarakan latihan keahlian rutin. Perlu diketahui bahwasannya
pandangan Weber terlalu memuja sistem, namun sangat lemah dalam menghargai sisi
kemanusiaan pekerja birokrasi. Akibatnya pada poin ke-5, yakni pemerintah sudah
menerapkan standar kerja dan target tugas para ASN, namun apakah standar ini
menghasilkan kualitas kerja yang baik pula? Bagaimana pengaruhnya dengan loyalitas para
pekerja? Jadi jawaban saya adalah Pemerintah belum sesuai dengan 6 ciri birokrasi Weber
jika dinilai secara telanjang alias menjadikan ciri Weber sebagai patokan baku nan mutlak.

(4) Tugas-tugas didalam organisasi dilaksanakan berdasarkan spesialisasi maka diperlukan


latihan dan pendidikan bagi aparat-wparat birokrasi secara terus menerus.

(5) Kalau organisasi telah berkembang maka kegiatab kantor menuntut pegawai bekerja
dengan kapasitas penuh

3. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pendelegasian wewenang?

• Tanggung Jawab Tidak Boleh Didelegasikan

Melimpahkan atau mendelegasikan wewenang kepada bawahan berarti menciptakan suatu


tanggung jawab bagi atasan terhadap pelaksanaan tugas tersebut oleh bawahan yang diberi
delegasi wewenang. Oleh sebab itu, pengawasan akan terselanggaranya tugas yang
didelegasikan tersebut oleh pihak atasan dapat dijadikan sebagai sarana tanggung jawabnya.

Seandainya terjadi penyelewengan maka atasan tidak dapat melepaskan tanggung jawabnya.
Atasan harus bertanggung jawab atas penyelewengan yang dilakukan oleh para bawahannya,
terutama karena dia tidak melakukan pengawasan atas wewenang tugas yang dilimpahkan
kepada bawahannya.

• Hindari Subordinasi Rangkap


Subordinasi rangkap yang dimaksud yaitu bawahan yang diberi delegasi mempunyai dua
kepala atau dua jalur pertanggungjawaban. Subordinasi rangkap ini dapat menimbulkan
keraguan bagi bawahan karena dia tidak mempunyai kepastian siapa atasannya yang
sebenarnya karena dua atau tiga orang sekaligus memberi perintah kepadanya. Apalagi jika
perintah yang diberikan saling bertentangan. Maka bawahan tersebut akan bingung mana
yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Akibatnya akan timbul frustasi dan dapat mengurangi
semangat kerjanya.

Bentuk hubungan yang dapat dibenarkan karena tidak merusak jalur garus komando
organisasi:

- Peranan pembantu dari staf

Staff dapat memberi petunjuk, nasihat dalam keahlian khusus, melakukan pengawasan
terhadap pejabat-pejabat ditingkat manapun dalam organisasi. Hal ini diperkenankan karena
staf melakukannya atas nama pejabat yang dibantunya. Staf memberi delegasi kepada
bawahannya atas nama atasannya. Jadi pertanggungjawaban tugas tersebut harus diserahkan
oleh bawahannya kepada atasan langsung.

- Pejabat tinggi organisasi atau administrator langsung berhubungn dengan pejabat-pejabat


yang paling rendah tanpa melalui pejabat-pejabat ditingkat mana yang lebih tinggi dari
pejabat rendah tersebut.

Newman menyebutnya dengan istilah "by-passing". Ditinjau dari pimpinan maka dia bebas
berbicara dengan bawahan-bawahannya. Hal ini dilakukan pimpinan untuk merumuskan
kebijaksanaan umum suatu organisasi. Jika ditinjau dari segi morale maka dapat
meningkatkan semangat kerja karena bawahan merasa diperhatikan dan dapat tukar menukar
informasi dengan pimpinannya secara langsung.

- Sebaliknya bawahan dapat berhubungan langsung dengan pucuk pimpinan organisasi


sekadar untuk berkonsultasi, mengajukan usul dan saran serta pendapatnya tentang
bagaimana sebaiknya menjalankan sesuatu tugas dan sebagainya, tanpa melalui atasannya.

Newman menyebutnya dengan istilah "right of appeal". Jika usul, saran dan pendapatnya
diterima oleh pucuk pimpinan maka bawahan tersebut akan merasa bangga bahwa dia telah
dapat berbuat sesuatu untuk organisasinya. Dengan demikian, akan menambah semangat
kerjanya dakam menjalankan tugas yang didelegasikan kepadanya.
• Wewenang Seimbang dengan Tanggung Jawab

Di dalam organisasi antara wewenang dengan tanggung jawab harus seimbang, agar
wewenang yang didelegasikan berjalan dengan lancar dan tidak ada hambatan.

4. Menurut pandangan anda kondisi pendelegasian wewenang di Pemerintah Republik


Indonesia sudah sesuai atau tidak dengan pedoman pendelegasian wewenang? jelaskan!

Menurut saya, kondisi pendelegasian wewenang di Pemerintah Republik Indonesia sudah


sesuai dengan pedoman pendelegasian wewenang. Sebagaimana telah diuraikan dalam UU
No. 30 Tahun 2014, Pasal 13 tentang Delegasi.

Pasal 13

(1) Pendelegasian Kewenangan ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-


undangan.

(2) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan memperoleh Wewenang melalui Delegasi apabila:
diberikan oleh Badan/Pejabat Pemerintahan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
lainnya; ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, dan/atau Peraturan
Daerah; dan merupakan Wewenang pelimpahan atau sebelumnya telah ada.

(4) Kewenangan yang didelegasikan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak
dapat didelegasikan lebih lanjut, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-
undangan.

(5) Dalam hal ketentuan peraturan perundang-undangan menentukan lain sebagaimana


dimaksud pada ayat (3), Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memperoleh Wewenang
melalui Delegasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mensubdelegasikan Tindakan
kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lain dengan ketentuan:

a. dituangkan dalam bentuk peraturan sebelum Wewenang dilaksanakan;

b. dilakukan dalam lingkungan pemerintahan itu sendiri; dan

c. paling banyak diberikan kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan 1 (satu) tingkat di
bawahnya.

(6) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan Delegasi dapat menggunakan
sendiri Wewenang yang telah diberikan melalui Delegasi, kecuali ditentukan lain dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Dalam hal pelaksanaan Wewenang berdasarkan Delegasi menimbulkan ketidakefektifan
penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memberikan
pendelegasian Kewenangan dapat menarik kembali Wewenang yang telah didelegasikan.

(8) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang memperoleh Wewenang melalui Delegasi,
tanggung jawab Kewenangan berada pada penerima Delegasi.

Dari penjabaran UU No.30 Tahun 2014 Pasal 13 diatas, dapat disimpulkan bahwa Indonesia
sudah sesuai dengan pedoman pendelegasian wewenang.

https://www-jogloabang-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.jogloabang.com/pustaka/uu-30-
2014-administrasi-pemerintahan?
amp=&amp_gsa=1&amp_js_v=a9&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#amp_tf=Dari%20%251%24s&aoh=16666195919112&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&ampshare=https%3A%2F%2Fwww.jogloabang.com%2Fpustaka
%2Fuu-30-2014-administrasi-pemerintahan

https://www.coursehero.com/file/61212722/Tugas-1docx/

Anda mungkin juga menyukai