Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PROSES PENGERJAAN PANAS


DAN PROSES PENGERJAAN
DINGIN
PROSES PEMBENTUKAN MATERIAL

Dosen : Kusdi Prijono S.T., M.T.,

KELOMPOK 3 : M.Sofian Rino D.A.D

Fikri Irsyadul Ibad

Dzamar Hadi B.

TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No.18b, Pamulang Bar., Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan,
Banten 15417
A. Tujuan

Proses Pengerjaan Dingin

Untuk melakukan pengerjaan dingin (yang juga disebut Proses Menggambar Kawat) &
memeriksa pengaruhnya terhadap sifat mekanik material

Proses Pengerjaan dingin

 Deformasi plastik logam di bawah suhu rekristalisasi dikenal sebagai pengerjaan


dingin.
 Deformasi biasanya dilakukan pada suhu kamar, tetapi suhu yang sedikit
meningkat dapat digunakan untuk meningkatkan keuletan dan mengurangi
kekuatan.

Proses Pengerjaan Panas

Dilakukannya pengerjaan panas untuk memudahkan terjadinya deformasi


plastis didalam pengerjaannya dan tidak untuk mencairkan logam benda kerja.
Tujuan proses pembentukan logam: mengubah bentuk benda kerja menjadi bentuk yang
sesuai dengan gambar kerja atau menjadi bentuk yang diinginkan.
B. Uraian Materi.

Proses Pengerjaan Dingin (cold working)

Proses Pengerjaan dingin (cold working) adalah pemanfaatan suhu ruang untuk


membentuk bahan-bahan logam menjadi komponen-komponen mesin atau bahan
setengah jadi atau bahan jadi. Batas suhu ruang yang digunakan mengacu pada suhu
rekristalisasi yang menyebabkan perubahan struktur mikro pada logam.

Pengerjaan dingin adalah deformasi permanen pada suhu kamar yang melibatkan
perubahan bentuk & tidak ada perubahan volume. Ini meningkatkan kekuatan &
kekerasan & itu adalah duo untuk peningkatan kepadatan dislokasi. Dapat ditentukan
dengan: %CW = (A◦ - Ad / A◦) x 100.

Prosedur : -

1. Mengukur diameter spesimen.


2. Kemudian kami memasukkannya ke dalam mesin kerja dingin & melakukan
proses penarikan kawat.
3. Kemudian mengukur diameter spesimen lagi.
4. Kami menghitung %CW tambahan & %CW kumulatif.
5. Kami memplot HRb Vs. %CW tambahan & vs. %CW kumulatif.

Teori :

A o− A d
% coldworking= ×100
Ao

A0: Luas Asli penampang

Ad: Luas setelah deformasi


HASIL ANALISA:

D HRB Incremental %CW Cumulative %CW

0.374 106 27.34 27.34

0.3188 108 23.14 44.15

0.2795 110 25.03 58.13

0.242 111 19.96 66.49

0.2165 113 14.06 71.20

0.2007 116 13.19 75.0

0.187 118 16.38 79.0

0.171 119

HRB Vs. Incremental %CW

120
118

116
114
HRB

112
110

108
106
104
0 5 10 15 20 25 30
Incremental % CW
HRB Vs. Cumulative %CW

120
118
116
114
HRB

112
110
108
106
104
0 20 40 60 80 100
Cumulative %CW

PEMBAHASAN & OBSERVASI:

1. Kita perhatikan bahwa dalam HRb vs. Incremental %CW, kekerasan menurun
ketika kita menerapkan lebih banyak pengerjaan dingin & dalam HRb vs.
Kumulatif %CW, kekerasan meningkat ketika kita menerapkan lebih banyak
pengerjaan dingin (volumenya konstan).
2. Karena densitas dislokasi berkurang saat kita menganil material, kekerasannya
menurun.
3. Kita dapat menyelesaikan bahwa pengerjaan dingin mempengaruhi kekakuan dan
kekuatan (kenaikan), menurunkan daktilitas dan mengubah bentuk material

Proses Kerja Dingin meliputi:

1. Pencukuran
2. Pembengkokan
3. Pembentukan pers
4. Peregangan Membentuk
Kelebihan Proses Pengerjaan Dingin dibandingkan Pengerjaan Panas :

1. Tidak diperlukan pemanasan.


2. Permukaan akhir komponen yang baik.
3. Kontrol dimensi yang superior tercapai.
4. Produk memiliki reproduktifitas dan pertukaran yang lebih baik.
5. Kekuatan, kelelahan, dan sifat keausan semuanya ditingkatkan melalui
pengerasan regangan.
6. Masalah kontaminasi diminimalkan.
7. Metode yang ideal untuk meningkatkan kekerasan logam-logam yang tidak
bereaksi terhadap perlakuan panas.

Kekurangan Proses pengerjaan Dingin :

1. Kekuatan yang lebih tinggi diperlukan untuk memulai dan menyelesaikan


deformasi.
2. Diperlukan peralatan yang lebih berat dan lebih kuat serta perkakas yang lebih
kuat.
3. Lebih sedikit daktilitas tersedia.
4. Permukaan logam harus bersih dan bebas kerak.
5. Anil menengah mungkin diperlukan.
6. Sifat arah yang diberikan dapat merugikan.
7. Tegangan sisa yang tidak diinginkan dapat dihasilkan.

KESIMPULAN:

 Pengerjaan dingin dilakukan di bawah titik rekristalisasi biasanya pada suhu


kamar.
 Selama volume kerja dingin tetap konstan.
 Setelah melakukan pengerjaan dingin pada kawat:
 Peningkatan Kekerasan diamati karena peningkatan kepadatan dislokasi
karena dislokasi mencegah pergerakan satu sama lain.
 Meningkatkan kekuatan tarik.
 Penurunan daktilitas.
 Penurunan energi tumbukan.
 Kekerasan material pengerjaan dingin dapat dikurangi dengan proses
annealing. Artinya, memanaskan bahan ke suhu tirai dan membiarkan butiran
diatur ulang.

Proses Pengerjaan Panas

Hot working atau Proses Pengerjaan panas didefinisikan sebagai deformasi plastis logam
di atas suhu rekristalisasinya (Teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran yang
dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat pengotor pada kristal dan mudah
dipisahkan dari kristalnya). Dan hal yang perlu dicatat ialah bahwa berbeda material
makan berbeda juga suhu rekristalisasinya, Seperti contohnya material tin (Sn) pada
Material baja pada suhu 2000 °F, dan material tungsten (W) dengan suhu mencapai
4000°F belum mencapai titik daerah proses pengerjaan panas.

Keuntungan Hot Working

1. Pada suhu proses pengerjaan panas, rekristalisasi mengeliminasi efek dari pengerasan
regangan (strain hardening) sehingga tidak ada kenaikan signifikan dalam kekuatan yield
atau kekerasan penurunan keuletan.
2. Tenaga yang dibutuhkan lebih rendah dalam proses pembentukannya.
3. Meningkatkan deformasi plastis yang signifikan pada benda kerja sehingga dapat
menghasilkan perubahan bentuk benda kerja yang signifikan.
4. Struktur metalurgis dapat dirubah untuk meningkatkan sifat akhir.
5. Logam yang mengalami kegagalam prematur dapat dibentuk dalam proses pemanasan
6. Pori-pori dapat direduksi ukurannya selama proses deformasi.
Kekurangan Proses Pengerjaan Panas (Hot Working)

1. Hasil akhir permukaan benda kerja yang buruk.


2. Menghasilkan hasil oksidasi pada permukaan benda kerja.
3. Suhu tinggi dari Proses Pengerjaan Panas meningkatkan reaksi logam dengan area
sekitarnya

Proses Pengerjaan Panas (Hot Working) Dapat Diklasifikasikan :


a. Rolling
Proses Rolling sering digunakan sebagai langkah awal dalam mengubah bahan
mentah menjadi produk setengah jadi atau akhir.
Prinsip kerja : menekan benda kerja dengan 2 benda rol (lebih dengan arah
putaran yang berlawanan) sehingga terjadi perubahan pada dimensi benda kerja.

b. Forging

Forging atau Penempaan adalah proses pembentukan logam secara plastis


menggunakan proses tempa yang fapat menimbulkan gaya tekan pada logam yang
dapat merubah bentuk dan ukuran benda kerja yang dapat dilakukan secara
konvensional atau dengan bantuan mesin tempa dengan suhu pengerjaan yang sesuai
dengan material yang sedang dikerjakan.
c. Extrusion
Ekstrusi adalah suatu metode pengolahan bahan pangan dengan cara ditekan dan
ditarik mengalir melalui lubang die untuk membentuk benda kerja dengan luas
penampang yang lebih kecil.
d. Hot drawing
Hot drawing adalah suatu proses pengerjaan panas dengan cara membentuk
lembaran logam menjadi bentuk tiga dimensi yang memiliki ketebalan beberapa
kali dari tebalnya dengan memberikan tekanan kepadanya melalui punch dan die.

e. Piercing
Piercing adalah proses pembuatan lubang pada sebuah benda kerja dengan bahan
baku billet (Batang buat dan padat) dengan cara memanaskan batang logam
kemudian memberi lubang ditengah tengah salah satu ujung batang logam sebagai
penunjuk bagi mandrel, lalu dimasukkan kedalam roll yang sumbunya
membentuk 6% terhadap suhu benda kerja. Kemudian roll berputar searah dan
bentuk roll lebih kecil dibandingkan diameter benda kerja.
Pada saat benda kerja dimasukkan batang akan tertarik oleh putaran roll dan
karena adanya sudut kemiringan maka batang seakan akan ditarik oleh kedua roll.
Temperatur Pengerjaan Panas (hot working)

Hot working umumnya dilakukan pada temperatur diatas 0,6 temperatur lebur
dengan laju regangan antara 0,5 sampai 500 detik-1. Sedangkan temperature rekristalisasi
dapat diperkirakan dengan formula berikut :

Trek = 0,4 - 0,5 Tm (K)

Trek = temperatur rekristalisasi

Tm = temperatur lebur bahan logam

C. Contoh soal.

1. apa yang dimaksud pengerjaan dingin?


proses pengerjaan dingin adalah proses pengerjaan
yang dilakukan di bawahsuhu rekristalisasi
2. sebutkan kelemahan dari pengerjaan dingin?
Dibutuhkan gaya yang besar untuk mendeformasi benda
kerja dibutuhkan mesin dan peralatan yang lebih besar dan kuat
adanya pengerasan regangan membatasi banyak proses yang
dapat di lakukan
3. Jelaskan apa yang dimaksud proses penarikan kawat?
Hasil proses pengolahan panas di tarik melalui beberapa
die untukmemperkecil diameter dan menaikkan sifat fisiknya
4. bagaimana proses pengerjaan putar tekan?
Proses pengerjaan putar tekan dilakukan
dengan menekan lembaran logamsambil di putar pada cetakan
5. Apa yang dimaksud proses tekan tarik dan jelaskan
kelemahannya!.
Proses pembentukan lembaran logam dengan cara
menjepit dua ujung lembaran logam kemudian di tekan dengan
cetakan sehingga lembaran logam akan tertarik, kelemahan
proses ini adalah benda harus di jepit dan ada kerugian bahan
6. Apa yang dimaksud dengan prooses pengerjaan panas?
Pengerjaan panas adalah pengerjaan logam pada fabrikasi logam dengan
memanfaatkan suhu panas. Proses kerjanya selama suhu rekristalisasi.
Keunggulan pengerjaan panas adalah deformasi logam yang besar. Sedangkan
kekurangannya yaitu menghasilkan kerak pada permukaan logam yang
diberi panas.

7. Apa yang membedakan proses pengerjaan panas dan pengerjaan dingin?

Proses Pengerjaan panas adalah proses mengubah bentuk logam secara


plastik di atas suhu rekristalisasi logam, sedangkan Pengerjaan dingin adalah
proses penguatan logam dengan deformasi plastis pada suhu di bawah suhu
rekristalisasi. Pengerjaan panas dilakukan pada suhu di atas suhu rekristalisasi
logam sedangkan pengerjaan dingin dilakukan pada suhu di bawah suhu
rekristalisasi.

8. Mengapa dalam pembentukan logam kita memerlukan proses


pengerjaan panas?

Proses pengerjaan panas, digunakan pemanasan, yang dimaksudkan untuk


memudahkan terjadinya deformasi plastis dalam pengerjaannya dan tidak untuk
mencairkan logam benda kerja.

9. Apa perbedaan proses pengerjaan panas dengan proses pengerjaan


dingin?
1.Pengerjaan Dalam Kondisi Panas Pada proses ini akan terjadi kenaikan
tegangan luluh, kenaikan nilai kekerasan material (logam baja), dan penurunan
nilai keuletan material.
2.Pengerjaan Dalam Kondisi Dingin Proses pembentukan logam secara plastis
dengan temperatur pengerjaan di bawah temperatur rekristalisasi
D. Daftar Pustaka

359-1932-1-PB pengerjaan panas. (n.d.).

BAB V PENGERJAAN DINGIN LOGAM. (n.d.).

Guo, L., Fan, X., Yu, G., & Yang, H. (2016). Microstructure control techniques in primary hot working
of titanium alloy bars: A review. In Chinese Journal of Aeronautics (Vol. 29, Issue 1, pp. 30–40).
Chinese Journal of Aeronautics. https://doi.org/10.1016/j.cja.2015.07.011

Kelemahan hot working. (n.d.). Retrieved October 10, 2022, from


https://www.academia.edu/8554766/PROSES_PENGERJAAN_PANAS

Wahabi, W., Wahabi, M. el, Cabrera, J. M., & Prado, J. M. (n.d.). Hot working of two AISI 304 steels:
a comparative study. www.elsevier.com/locate/msea

Anda mungkin juga menyukai