Dzamar Hadi B.
TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Witana Harja No.18b, Pamulang Bar., Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan,
Banten 15417
A. Tujuan
Untuk melakukan pengerjaan dingin (yang juga disebut Proses Menggambar Kawat) &
memeriksa pengaruhnya terhadap sifat mekanik material
Pengerjaan dingin adalah deformasi permanen pada suhu kamar yang melibatkan
perubahan bentuk & tidak ada perubahan volume. Ini meningkatkan kekuatan &
kekerasan & itu adalah duo untuk peningkatan kepadatan dislokasi. Dapat ditentukan
dengan: %CW = (A◦ - Ad / A◦) x 100.
Prosedur : -
Teori :
A o− A d
% coldworking= ×100
Ao
0.171 119
120
118
116
114
HRB
112
110
108
106
104
0 5 10 15 20 25 30
Incremental % CW
HRB Vs. Cumulative %CW
120
118
116
114
HRB
112
110
108
106
104
0 20 40 60 80 100
Cumulative %CW
1. Kita perhatikan bahwa dalam HRb vs. Incremental %CW, kekerasan menurun
ketika kita menerapkan lebih banyak pengerjaan dingin & dalam HRb vs.
Kumulatif %CW, kekerasan meningkat ketika kita menerapkan lebih banyak
pengerjaan dingin (volumenya konstan).
2. Karena densitas dislokasi berkurang saat kita menganil material, kekerasannya
menurun.
3. Kita dapat menyelesaikan bahwa pengerjaan dingin mempengaruhi kekakuan dan
kekuatan (kenaikan), menurunkan daktilitas dan mengubah bentuk material
1. Pencukuran
2. Pembengkokan
3. Pembentukan pers
4. Peregangan Membentuk
Kelebihan Proses Pengerjaan Dingin dibandingkan Pengerjaan Panas :
KESIMPULAN:
Hot working atau Proses Pengerjaan panas didefinisikan sebagai deformasi plastis logam
di atas suhu rekristalisasinya (Teknik pemurnian suatu zat padat dari campuran yang
dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat pengotor pada kristal dan mudah
dipisahkan dari kristalnya). Dan hal yang perlu dicatat ialah bahwa berbeda material
makan berbeda juga suhu rekristalisasinya, Seperti contohnya material tin (Sn) pada
Material baja pada suhu 2000 °F, dan material tungsten (W) dengan suhu mencapai
4000°F belum mencapai titik daerah proses pengerjaan panas.
1. Pada suhu proses pengerjaan panas, rekristalisasi mengeliminasi efek dari pengerasan
regangan (strain hardening) sehingga tidak ada kenaikan signifikan dalam kekuatan yield
atau kekerasan penurunan keuletan.
2. Tenaga yang dibutuhkan lebih rendah dalam proses pembentukannya.
3. Meningkatkan deformasi plastis yang signifikan pada benda kerja sehingga dapat
menghasilkan perubahan bentuk benda kerja yang signifikan.
4. Struktur metalurgis dapat dirubah untuk meningkatkan sifat akhir.
5. Logam yang mengalami kegagalam prematur dapat dibentuk dalam proses pemanasan
6. Pori-pori dapat direduksi ukurannya selama proses deformasi.
Kekurangan Proses Pengerjaan Panas (Hot Working)
b. Forging
e. Piercing
Piercing adalah proses pembuatan lubang pada sebuah benda kerja dengan bahan
baku billet (Batang buat dan padat) dengan cara memanaskan batang logam
kemudian memberi lubang ditengah tengah salah satu ujung batang logam sebagai
penunjuk bagi mandrel, lalu dimasukkan kedalam roll yang sumbunya
membentuk 6% terhadap suhu benda kerja. Kemudian roll berputar searah dan
bentuk roll lebih kecil dibandingkan diameter benda kerja.
Pada saat benda kerja dimasukkan batang akan tertarik oleh putaran roll dan
karena adanya sudut kemiringan maka batang seakan akan ditarik oleh kedua roll.
Temperatur Pengerjaan Panas (hot working)
Hot working umumnya dilakukan pada temperatur diatas 0,6 temperatur lebur
dengan laju regangan antara 0,5 sampai 500 detik-1. Sedangkan temperature rekristalisasi
dapat diperkirakan dengan formula berikut :
C. Contoh soal.
Guo, L., Fan, X., Yu, G., & Yang, H. (2016). Microstructure control techniques in primary hot working
of titanium alloy bars: A review. In Chinese Journal of Aeronautics (Vol. 29, Issue 1, pp. 30–40).
Chinese Journal of Aeronautics. https://doi.org/10.1016/j.cja.2015.07.011
Wahabi, W., Wahabi, M. el, Cabrera, J. M., & Prado, J. M. (n.d.). Hot working of two AISI 304 steels:
a comparative study. www.elsevier.com/locate/msea