Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“ Penjaminan Mutu Pelayanan Keperawatan “

Di susun oleh:

KELOMPOK 9

Agnes Dwi Minasi

Angelica Triana Marsela Mbata

Elkid Turua

Enjel Ntaka

Feni Stenli Ntaba

Feybe Geraldine Lucia

Febby Lanuwu

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALA KESELAMATAN PALU


PRODI D3 KEPERAWATAN

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan kasih-Nya, kami bisa
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Penjaminan Mutu Pelayanan Keperawatan “
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Palu
21, Oktober 2022

2
DAFTAR ISI

Judul.......................................................................................................1
Kata pengantar........................................................................................2
Daftar isi.................................................................................................3
BAB 1.....................................................................................................4
Latar belakang........................................................................................4
BAB 2....................................................................................................6
Konsep mutu..........................................................................................6
Pengertian..............................................................................................6
Dimensi mutu pelayanan.......................................................................6
Konsep teoritis penjaminan mutu.........................................................10
Telaah jurnal.........................................................................................22
BAB 3...................................................................................................25
Pembahasan..........................................................................................25
BAB 4...................................................................................................26
Kesimpulan...........................................................................................26
Daftar pustaka.......................................................................................27

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mutu pelayanan kesehatan saat ini sudah sangat sering dibicarakan, baik dari
pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan itu sendiri, maupun dari pihak
masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan kesehatan. Menurut Pohan (2012)
pendekatan jaminan mutu layanan kesehatan telah menjadi suatu kiat yang
sistemik serta terus menerus dievaluasi dan disempurnakan sebagai salah satu
perangkat yang sangat berguna bagi mereka yang mengelola dan merencanakan
layanan kesehatan. Pendekatan itu juga merupakan bagian dari keterampilan
yang sangat mendasar bagi setiap pemberi (provider) layanan kesehatan yang
secara langsung melayani pasien. Mutu pelayanan tidak terlepas dari satu
profesi saling keterkaitan,tergantung pada mutu pelayanan medis dan mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien . Pelayanan keperawatan
yang baik didasarkan pada kualitas tindakan profesional perawat. Menurut
Puspitarini (2009) mutu pelayanan keperawatan adalah pelayanan kepada
pasien yang berdasarkan standar keahlian untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan pasien, sehingga pasien dapat menghasilkan keunggulan kompetitif
melalui pelayanan yang berkualitas, efesien, inovatif dan menghasilkan
customer responsiveness. Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator
kualitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi
pelayanan kesehatan di masyarakat. Kualitas pelayanan yang berkaitan dengan
kepuasan ditentukan oleh lima unsur yang biasa dikenal dengan “RATER”
yakni (Responsiveness) menunjukan segala bentuk aktualisasi kegiatan
pelayanan yang memuaskan orang-orang yang menerima pelayanan sesuai
dengan daya tangkap, (assurance) menumbuhkan adanya jaminan, (Tangible)

4
menunjukan adanya bukti fisik yang dapat dilihatnya, (empathy) menurut
empati dari orang-orang yang memberikan pelayanan sesuai dengan
keandalannya, (Reliability) menjalankan tugas pelayanan yang diberikan secara
konsekuen untuk memuaskan yang menerima pelayanan. Penilaian mutu
pelayanan dan asuhan keperawatan perlu dilakukan guna untuk mengetahui
sejauh mana kualitas pelayanan rumah sakit. Untuk mengukur kualitas
pelayananan rumah sakit salah satunya ditentukan oleh lama hari rawat.
Menurut Depertemen Kesehatan RI (2010) lama hari rawat digunakan untuk
mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit yang tidak dapat dilakukan sendiri
tetapi harus bersama dengan interpretasi lama pemakaian tempat tidur Bed turn
over (BTO) dan rata-rata dimana tempat tidak ditempati (kosong) turn over
interval (TOI). Secara umum nilai lama hari rawat yang ideal berdasarkan
standar pelayanan minimal rumah sakit Depkes RI (2010) adalah 4-5 hari.
Lama hari rawat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah tenaga
kesehatan yang menangani pasien. Tenaga kesehatan yang menangani pasien
cukup berperan dalam menentukan mamanjangnya lama hari rawat, dimana
perbedaan keterampilan antara dokter dan perawat akan mempengaruhi kinerja
dalam penanganan kasus. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang memiliki
intensitas waktu lama dalam berinteraksi dengan pasien (Wartawan, 2011).
Untuk mengoptimalkan hari rawat, perawat diharapkan mengoptimalkan proses
keperawatan dengan mengembangkan patient care pathway sebagai alat kendali
mutu rumah sakit. Menurut Calhoun (2015), manajemen asuhan keperawatan
yang didalamnya yang terdapat proses keperawatan bisa dikembangkan dalam
patient care pathway atau lebih dikenal dengan clinical pathway. Proses
keperawatan memberikan kerangka membangun clinical pathway. Ulasan
singkat dari proses keperawatan yang disertai diskusi tentang cara memasukkan
setiap elemen pada kerangka tersebut mengarahkan pada pencapaian tujuan.
Penerapan clinical pathway dapat menjadi salah satu alternatif manajemen
asuhan keperawatan untuk meningkatkan asuhan keperawatan dan dapatd

5
sebagai alat kendali mutu rumah sakit sebagaimana salah satu tujuan akreditasi
rumah sakit.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Mutu

2.1.1 Pengertian

Kualitas atau mutu adalah tingkat dimanan pelayanan kesehatan pasien


ditingkatan mendekati hasil yang diharapkan dan mengurangi faktor- faktor
yang tidak di inginkan (Depkes RI,2010). Kualitas mutu pelayanan kesehatan
dasar adalah kesesuaian antara pelayanan kesehatan dasar yang disediakan atau
diberikan dengan kebutuhan yang memuaskan pasien atau kesesuaian dengan
ketentuan standar pelayanan (Ridwan, 2017). Layanan kesehatan yang
berkualitas adalah suatu layanan yang dibutuhkan, dalam hal ini di tentukan
oleh profesi layanan kesehatan, dan sekaligus dinginkan baik oleh pasien
ataupun masyarakat serta terjangkau oleh daya beli masyarakat (Pohan,2012)

2.1.2 Dimensi Mutu Pelayanan

Dimensi kualitas layanan kesehatan antara lain (Pohan,2012):

1. Dimensi kompetensi teknis (keterampilan, kemampuan, dan penampilan atau


kinerja pemberi layanan kesehatan).

2. Keterjangkauan atau akses (layanan kesewhatan harus dapat dicapai oleh


masyarakat tanpa terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, organisasi
dan bahasa).

6
3. Efektifitas (bagaimana standar layanan kesehatan itu digunakan dengan
tepat, konsisten, dan sesuai siyuasi setempat) dan sangat berkaitan dengan
keterampilan dalam mengikutti prosedur yang terdapat dalam layanan
kesehatan.

4. Efesiensi (dapat melayani lebih banyak pasien atau masyarakat).

5. Kesinambungan (pasien harus dapat dilayani sesuai dengan kebutuhan).

6. Keamanan ( aman dari resiko cedera, infeksi dan efek samping atau bahaya
yang ditimbulkan oleh layanan kesehatan itu sendiri).

7. Kenyamanan (kenyamanan dapat menimbulkan kepercayaan pasien kepada


organisasi layanan kesehatan).

8. Informasi ( mampu memberikan informasi yang jelas tentang apa, siapa,


kapan, dimana, dan bagaimana layanan kesehatan akan dan telah dilaksanakan.
Hal ini penting untuk tingkat puskesmas dan rumah sakit).

9. Ketepatan waktu ( agar berhasil, layanan kesehatan itu harus dilaksanakan


dalam waktu dan cara yang tepat, oleh pemberi layanan yang tepat, dan
menggunakan peralatan dan obat yang tepat, serta biaya yang efisien).

10. Hubungan antar manusia ( merupakan interaksi antar pemberi pelayanan


kesehatan dengan pasien, antar sesama pemberi layanan kesehatan. HAM ini
akan memberi kredibilitas dengan cara saling menghargai, menjaga rahasia,
saling menghormati, responsif memberi perhatian. Zeithmalh dalam tjiptono
(2016) menyatakan bahwa damam menilai mutu atau jasa pelayanan, terdapat
sepuluh ukuran mutu jasa atau pelayanan, yaitu :

a) Tangible (nyata)

b) Reliability (keandalan)

c) Responsiveness (cepat tanggap)

7
d) Competence (kompetensi)

e) Acces (kemudahan)

f) Courtesy (keramahan)

g) Communication (komunikasi)

h) Credibility (kepercayaan)

i) Security (keamanan)

j) Understanding the customer (pemahaman pelanggan)

Lori Diprete dalam Bustami (2011) menyatakan bahwa kegiatan penjamin


mutumenyangkut satu atau beberapa dimensi mutu, yaitu: Technical
competence (Kompetensi teknis), Access to service (akses terhadap pelayanan),
Effectiveness (efektifitas), Human relation ( hubungan antar manusia),
Efficiency ( efesiensi), Contiuity of serice ( kelangsungan pelayanan), Safety
(keamanan),dan Amenity (kenyamanan). Namun,dalam perkembangan
selanjutnya dalam penelitian dirasakan adanya dimensi mutu pelayanan yang
saling tumpang tindih satu dengan yang lainya yang dikaitkan dengan kepuasan
pelanggan. Selanjutnya oleh parasuraman (2009) dimensi tersebut difokuskan
menjadi 5 dimensi kualitas jasa atau pelayanan,yaitu :

a) Tangible (berwujud) : meliputi penampilan fisik dari fasilitas, peralatan,


karyawan dan alat-alat komunikasi.

b) Realibility (keandalan): yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang


telah di janjikan secara konsisten dan dapat diandalkan (akurat).

c) Responsiveness (cepat tanggap): Yaitu kemampuan untuk membantu


pelanggan (konsumen) dan menyediakan jasa atau pelayanan yang tepat dan
cepat.

8
d) Assurance (kepastian): mencakup pengetahuan dan keramah tamahan para
karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan
keyakinan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang memiliki para staf,bebas
dari bahaya, risiko atau keraguan.

e) Empaty (empati) : meliputi pemahaman pemberian perhatian secara


individual kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan komunikasi yang
baik,dan memahami kebutuhan pelanggan. Menurut Pohan (2012) kebutuhan
pelanggan layanan kesehatan meliputi kebutuhan terhadap akses layanan
kesehatan, artinya kemudahan memperoleh layanan kesehatan yang
dibutuhkan,ke erhadap layanan yang tepat waktu, artinya tingkat ketersediaan
layanan kesehatan pada saat dibutuhkan, kebutuhan terhadap layanan kesehatan
yang efisien dan efektif artinya biaya layanan kesehatan terjangkau, dan
kebutuhan layanan kesehatan yang tepat dan layak artinya layanan kesehatan
diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien. k. Cara mengukur kualitas Banyak
kerangka pikir yang dapat digunakan untuk mengukur mutu. Pada awal upaya
pengukuran kualitas layanan kesehatan, Donabedian mengusulkan tiga kategori
penggolongan layanan kesehatan yaitu srtuktur, proses, dan keluaran
(Pohan,2012).

a) Standar struktur

Standar struktur adalah standar yang menjelaskan peraturan sistem,kadang –


kadang disebut juga sebagai masukan atau struktur. Termasuk kedalamnya
hubungan organisasi, misi organisasi, kewenangan, komite-komite, personal,
peralatan gedung, rekam medik, keuangan, perbekalan onat dan fasilitas.
Standar struktur merupakan ruler of the game. Jika dikaitkan denagn pelayanan
KB standar struktur menyangkut bidan sebagai pemberi.

b) Standar proses

9
Standar proses adalah sesuatu y6ang menyangkut semua aspek pelaksanaan
kegiatan layanan kesehatan, melakukan prosedur dan kebijakan. Standar proses
akan menjelaskan apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukanya dan
bagaimana sistem kerja. Denagan kata lain, standar proses adalah playing the
game. Jika dikaitkan dengan pelayanan KB standar proses menyangkut
prosedur pelayanan KB, yaitu standar pelayanan KB.

c) Standar keluaran

Standar keluaran merupakan hasil akhir atau akibat dari layanan


kesehatan.standar keluaran akan menunjukan apakah layanan kesehatan
berhasil atau gagal. Keluaran (outcame) adalah apa yang diharapkan akan
terjadi sebagai hasil dari layanan yang di selenggarakan dan terhdap apa
keberhasilan itu di ukur . Jika dikaitkan dengan pelayanan KB standar KB
adalah kualitas layanan KB yang dirasakan oleh pengguna layanan KB sebagai
penerima pelayanan KB, apakah merasa puas atau tidak, jika pasien KB
merasakan kepuasan, maka pelayanan KB yang diberikan dapat dinyatakan
berhasil.

2.2 Konsep teoritis penjaminan mutu

Penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu


pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen
dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan.

Khusus pelayanan Kesehatan Jaminan mutu pelayanan kesehatan adalah proses


penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan pelayanan kesehatan
secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga stakeholders memperoleh
kepuasan (Suryadi, 2009).

10
2.2.1

Peran Komite Keperawatan dalam Pengawasan Mutu Komite

Keperawatan memiliki tujuan untuk mewujudkan profesionalisme dalam


pelayanan keperawatan, memberikan masukan kepada pimpinan rumah sakit
berkaitan dengan profesionalisme perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan, menyelesaikan masalahmasalah terkait dengan penerapan disiplin
dan etik keperawatan serta meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Peran
komite keperawatan dalam pengawasan mutu adalah sebagai berikut (Ayun,
2014): 1) Memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan profesi keperawatan
melalui kegiatan terorganisasi 2) Mempertahankan pelayanan keperawatan
berkualitas dan aman bagi pasien 3) Menjamin tersedianya perawat yang
kompeten, etis sesuai dengan kewenangannya 4) Menyelesaikan masalah
keperawatan yang terkait dengan disiplin, etik dan moral perawat 5) Melakukan
kajian berbagai aspek keperawatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan 6)
Menjamin diterapkannya standar praktik, asuhan dan prosedur keperawatan 7)
Membangun dan membina hubungan kerja tim di dalam rumah sakit 8)
Merancang, mengimplementasikan serta memantau dan menilai ideide baru 9)
Mengkomunikasikan, mendidik, negosiasi dan merekomendasikan hasil kinerja
perawat untuk pengembangan karir.

2.2.2 Kualitas Pelayanan (TQM)

1. Definisi

11
TQM Total Quality Management adalah kualitas menjadi hal utama yang
menjadi titik fokus setiap perusahaan. Berbagai hal dilakukan untuk
meningkatkan kualitas yang diterapkan pada produk, pelayanan dan
manajemen perusahaan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
lahirlah suatu inovasi yang dikenal dengan TQM. Menurut Tjiptono &
Anastasia (2012) TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha
yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan
terusmenerus atau produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya. Dalam
kualitas pelayanan yang baik, terdapat beberapa jenis kriteria pelayanan, antara
lain adalah sebagai berikut:

1) Ketepatan waktu pelayanan, termasuk didalamnya waktu untuk


menunggu selama transaksi maupun proses pembayaran.

2) Akurasi pelayanan, yaitu meminimalkan kesalahan dalam pelayanan


maupun transaksi

3) Sopan santun dan keramahan ketika memberikan pelayanan

4) Kemudahan mendapatkan pelayanan, yaitu seperti tersedianya sumber


daya manusia untuk membantu pelayanan konsumen, serta fasilitas
pendukung seperti komputer untuk mencari ketersediaan suatu produk

5) Kenyamanan konsumen, yaitu seperti lokasi, tempat parkir, ruang


tunggu yang nyaman, aspek kebersihan, ketersediaan informasi dan lain
sebagainya

2. Dimensi Kualitas Pelayanan

1) Tangibles Adalah bukti konkret kemampuan suatu perusahaan untuk


menampilkan yang terbaik bagi pelanggan. Baik dari sisi fisik tampilan

12
bangunan, fasilitas, perlengkapan teknologi pendukung, hingga penampilan
karyawan.

2) Reliability Adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan


yang sesuai dengan harapan konsumen terkait kecepatan, ketepatan waktu,
tidak ada kesalahan, sikap simpatik dan lain sebagainya.

3) Responsiveness Adalah tanggap memberikan pelayanan yang cepat atau


responsif serta diiringi dengan cara penyampaian yang jelas dan mudah
dimengerti.

4) Assurance Adalah jaminan dan kepastian yang diperoleh dari sikap sopan
santun karyawan, konsumsi yang baik dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga
mampu menumbuhkan rasa percaya pelanggan.

5) Empati Adalah memberikan perhatian yang tulus dan bersifat pribadi kepada
pelanggan, hal ini dilakukan untuk mengetahui keinginan konsumen secara
akurat dan spesifik.

3. Prinsip-prinsip TQM

Prinsip-prinsip dalam sistem TQM harus dibangun atas dasar 5 pilar sistem,
yaitu : produk, proses, organisasi, kepemimpinan dan komitmen. Pendapat lain
dikemukakan oleh Hensler&Brunnell (dalam Christopher, 2010: 165-166) yang
dikutip oleh Drs. M.N Nasution dalam bukunya yang berjudul Manajemen
Mutu Terpadu, mengatakan bahwa TQM merupakan suatu konsep yang
berupaya, melaksanakan sistem manajemen kualitas kelas dunia. Untuk itu,
diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistem nilai suatu organisasi dan
empat prinsip utama dalam TQM, yaitu:

1) Kepuasan Pelanggan Dalam Total Quality Management, konsep mengenai


kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak hanya bermaksan kesesuaian

13
dengan spesifikasi tertentu, tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan.
Kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek,
termasuk dalam harga, keamanan dan ketepatan waktu.

2) Respek terhadap setiap orang Dalam perusahaan berkualitas, setiap


karyawan dipandangn sebagai individu yang memiliki talenta dan kreatifitas
yang khas. Dengan demikian, karyawan merupakan sumber daya organisasi
diperlukan dengan baik dengan diberikan kesempatan untuk terlibat dan
berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.

3) Manajemen berdasarkan fakta Perusahaan kelas berkualitas berorientasi


pada fakta, maksudnya bahwa setiap keputusan selalu didasarkan pada data,
bukan sekedar pada perasaan. Ada dua konsep pokok yang berkaitan dengan
hal ini :

a) prioritas, yakni suatu konsep yang menyatakan bahwa perbaikan tidak


dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat
keterbatasan sumber daya yang ada,

b) variasi atau variabilitas kinerja manusia, variasi/variabilitas


(keragaman) kinerja/ kemampuan dari setiap anggota merupakan bagian
yang wajar dari setiap sistem organisasi. Maksudnya, setiap perbedaan
yang terjadi dikaji, kemudian ditetapkan langkah/ kebijakan yang paling
sesuai untuk diterapkan. Dengan demikian, manajemen dapat
mempredisikan hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.

4) Perbaikan yang berkesinambungan Agar dapat sukses, setiap perusahaan


perlu melakukan proses sistematis dalam melaksanakan perbaikan secara
berkesinambungan. Konsep yang berlaku disini adalah siklus PDCAA (plan-
do-check-act-analyze), yang terdiri dari langkah-langkah perencanaan dan
melakukan tindakan koreksi terhadap hasil yang diperoleh.

14
4. Metode Total Quality Management Pembahasan mengenai metode TQM
difokuskan pada tiga pakar utama yang merupakan pelopor dalam
pengembangan TQM. Penjelasan selengkapnya dijelaskan Nasution (2012),
sebagai berikut:

1) Metode W. Edwards Deming Selama ini Deming dikenal sebagai Bapak


gerakan TQM. Deming mencatat kesuksesan dalam memimpin revolusi
kualitas di Jepang, yaitu dengan memperkenalkan penggunaan teknik
pemecahan masalah dan pengendalian proses statistic (statistical process
control = SPC). Deming menganjurkan penggunaan SPC agar perusahaan dapat
membedakan penyebab sistematis dan penyebab khusus dalam menangani
kualitas. Ia berkeyakinan bahwa perbedaan atau variasi merupakan suatu fakta
yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan industri. Siklus Deming, siklus ini
dikembangkan untuk menghubungkan antara operasi dengan kebutuhan
pelanggan dan memfokuskan sumber daya semua bagian dalam perusahaan
(riset, desain, operasi dan pemasaran) secara terpada dan sinergi untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan (Ross, 2011: 237). Siklus Deming adalah
model perbaikan berkesinambungan yang dikembangkan oleh W.Edward
Deming yang terdiri atas empat komponen utama secara berurutan yang
dikenal dengan siklus PDCA (plan-docheck-act).

2) Metode Joseph M. Juran Juran mendefinisikan kualitas sebagai cocok/


sesuai untuk digunakan (fitness for use), yang mengandung pengertian bahwa
suatu barang atau jasa harus dapat memenuhi apa yang diharapakn oleh pada
pemakainya. Satu kontribusi Juran yang paling terkenal adalah Juran’s Threee
Basic Steps to Progress, diantaranya :

15
a) Mencapai perbaikan terstruktur atas dasar kesinambungan yang
dikombinasikan dengan dedikasi dan keadaan yang mendesak

b) Mengadakan program pelatihan secara luas

c) Membentuk komitmen dan kepemimpinan pada tingkat manajemen


yang lebih tinggi

3) Metode Philip B. Crosby Crosby terkenal dengan anjuran manajemen zore


defect dan pencegahan. Dalil manajemen kualitas menurut Crosby adalah
sebagai berikut :

a) Definisi kualitas adalah sama dengan persyaratan Pada awalnya


kualitas diterjemahkan sebagai tingkat kebagusan atau kebaikan
(goodness). Definisi ini memiliki kelemahan, yaitu tidak menerangkan
secara spesifik baik/ bagus itu bagaimana. Kualitas adalah memenuhi atau
sama dengan persyaratan (conformance to requirements). Kurang sedikit
saja dari persyaratannya maka suatu barang atau jasa dikatakan tidak
berkualitas. Persyaratan tersebut dapat berubah sesuai dengan keinginan
pelanggan, kebutuhan organisasi, pemasok dan sumber, pemerintah,
teknologi, serta pasar atau persaingan.

b) Sistem Kualitas adalah pencegahan Pada masa lalu, sistem kualitas


adalah penilaian (appraisal). Suatu produk dinilai pada akhir proses.
Penilaian akhir ini hanya menyatakan bahwa apabila baik, maka akan
diserahkan kepada distributor, sedangkan bila buruk akan disingkirkan.
Penilaian seperti ini tidak menyelesaikan masalah, karena yang buruk
akan selalu ada. Maka dari itu, sebaiknya dilakukan pencegahan dari awal
sehingga output-nya dijamin bagus serta hemat biaya dan waktu. Dalam
hal ini dikenal the law of tens . maksudnya, bila kita menemukan suatu

16
kesalahan di awal proses, biayanya Cuma satu rupiah. Akan tetapi, atas
dasar itulah sistem kualitas menurut Corsby merupakan pencegahan.

c) Kerusakan Nol (zero defect) merupakan standar kinerja yang harus


digunakan konsep yang berlaku di masa lalu, yaitu konsep mendekati
(close enough concept), misalnya efisiensi mesian mendekati 95 persen.
Namun, coba dihitung berapa besarnya inefisiensi 5 persen bila dikalikan
dengan penjualan. Bila diukur dalam rupiah, maka baru disadari besar
sekali nilainya. Orang sering terjebak dengan nilai presentase, sehingga
Crosby mengajukan konsep kerusakan nol, yang menurutnya dapat
tercapai bila perusahaan melakukan sesuatu dengan benar sejak pertama
proses dan setiap proses.

2.2.3

Penilaian Kinerja Perawat Penilain kinerja disebut juga sebagai performance


appraisal, performance evaluation, development review, performance review
and development. Penilaian kinerja merupakan kegiatan untuk menilai
keberhasilan atau kegagalan seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya.
Oleh karena itu, penilaian kinerja harus berpedoman pada ukuran-ukuran yang
telah disepakati bersama dalam standar kerja (Usman, 2011). Penilaian kinerja
perawat merupakan mengevaluasi kinerja perawat sesuai dengan standar
praktik prefesional dan peraturan yang berlaku. Penilaian kinerja perawat
merupakan suatu cara untuk menjamin tercapainya standar praktek

17
keperawatan. Penilaian kinerja merupakan alat yang paling tepat dipercaya oleh
manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusiadan produktivitas.
Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan
perilaku pegawai, dalam rangka menghasilakn jasa keperawatan dalam kualitas
dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat menggunakan proses
operasional kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih,
membimbing perencanaan karier serta memberi penghargaan kepada perawat
yang berkompeten (Nursalam, 2011).

1) Meningkatkan prestasi kerja staf secara indvidu atau kelompok dengan


memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi
diri dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan di rumah sakit.

2) Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada


gilirannya akan mempengaruhi atau mendorong sumber daya manusia secara
keseluruhannya

3) Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan


meningkatkan hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik
kepada mereka tentang prestasinya

4) Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program pengembangan dan


pelatihan staf yang lebih tepat guna, sehingga rumah sakit akan mempunyai
tenaga yang cakap dan trampl untuk pengembangan pelayanan keperawatan
dimasa depan

5) Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan


meningkatkan gajina atau sistem imbalan yang baik

6) Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan


perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui
jalur komunikasi dan dialog, sehingga daoat mempererat hubungan antara
atasan dan bawahan Nursalam (2011), standar pelayanan keperawatan adalah

18
pernyataan deskriptif mengenai kualitas pelayanan yang diinginkan untuk
menilai pelayanan keperawatan yang telah diberikan pada pasien. Tujuan
standar keperawatan adalah meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, biaya
asuhan keperawatan dan melindungi perawat dari kelalaian dalam
melaksanakan tugas dan melindungi pasien dari tindakan yang tidak terapeutik.
Dalam menilai kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar
praktik keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Standar praktek keperawatan telah di
jabarkan oleh PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia)(2010) yang
mengacu dalam tahapan proses keperawatan yang meliputi :

(1) pengkajian,

(2) diagnosa keperawatan,

(3) Perencanaan,

(4) Implementasi,

(5) Evaluasi.

a. Standar Satu : Pengkajian Keperawatan Perawat mengumpulkan data tentang


suatu kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat dan
berkesinambungan. Kriteria pebgkajian keperawatan, meliputi:

a) Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi,


pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang

b) Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang terkait, tim
kesehatan, rekam medis dan catatan lain

c) Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi:

1) Status kesehatan klien masa lalu

19
2) Status kesehatan klien saat ini

3) Status biologis-psikologis-sosial-spiritual

d) Respon terhadap terapi

e) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal

f) Risiko-risiko tinggi masalah

b. Standar Dua : Diagnosa Keperawatan Perawat menganalisa data pengkajian


untuk merumuskan diagnosa keperawatan. Adapun kriteria proses :

a) Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identifikasi


masalah klien dan perumusan diagnosa keperawatan

b) Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), penyebab (E) dan


tanda atau gejala (S), atau terdiri dari masalah atau penyebab (PE)

c) Bekerjasama dengan klien dan petugas kesehatan lain untuk


memvalidasi diagnosa keperawatan

d) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data


terbaru

c. Standar Tiga : Perencanaan Keperawatan Perawat membuat rencana tindakan


keperawatan untuk mengatasi maslah dan meningkatkan kesehatan klien.
Kriteria prosesnya, meliputi:

a) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan


renvana tindakan keperawatan

b) Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan


keperawatan

20
c) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan
klien

d) Mendokumentasikan rencana keperawatan

d. Standar Empat : Implementasi Perawat mengimplementasikan tindakan yang


telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan. Kriteria proses,
meliputi:

a) Bekerja sama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

b) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

c) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien

d) Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep


keterampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan
yang digunakan

e) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan


berdasarkan respon klien

e. Standar Lima Evaluasi Keperawatan Perawat mengevaluasi kemajuan klien


terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data
dasar dan perencanaan. Adapun kriteria prosesnya:

a) Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif,


tepat waktu dan terus menerus

b) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur


perkembangan ke arah pencapaian tujuan

21
c) Memvalidasi dan menganalisa data baru dengan teman sejawat

d) Bekerja sama dengan klien keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan


keperawatan

e) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan

2.3 Telaah jurnal

2.3.1

Jurnal 1 “Implementasi sistem manajemen mutu pelayanan keperawatan melalui


kepemimpinan mutu kepala ruangan” Jenis penelitian ini adalah dengan desain
penelitian cross sectional study dengan populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ruangan rawat inap di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang pada tahun
2014 Sampel dalam penelitian ini adalah ruangan rawat inap sebanyak 8 unit
ruangan rawat inap di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang yakni ICU,
Paviliun Sofa Marwa, Paviliun Mina, Paviliun Multazam, Paviliun Ismail,
Paviliun Arofah, Paviliun Anisa, Paviliun Sakinah. Pengumpulan data
dilakukan selama tiga bulan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner dan wawancara. Kuesioner terdiri atas 20 pertanyaan dengan
skala likert, yang meliputi pertanyaan focus tentang perencanaan dengan kriteria
yakni

(1) analisa situasi,

(2) penetapan tujuan,

(3) sasaran,

22
(4) kegiatan program,

(5)monitoring dan evaluasi.

Pertanyaan dengan focus tentang pelaksanaan dengan kriteria yakni

(1) pelatihan,

(2) survey kebutuhan,

(3) identifikasi proses,

(4) pembentukan tim.

Pertanyaan dengan focus pertanyaan tentang pemeriksaan dengan kriteria yakni

(1) menjalankan sesuai rencana,

(2) mengamati hasil,

(3) efek yang terjadi,

(4) adanya perubahan.

Pertanyaan fokus tentang perbaikan dengan kriteria yakni

(1) studi situasi yang sedang berlangsung,

(2) standarisasi,

(3) dokumentasi,

(4) inovasi ide.

23
Analisis data yang digunakan adalah uji regresi linear sederhana untuk
mengetahui pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas maka penelitian ini dapat
disimpulkan beberapa hal, antara lain ada pengaruh kepemimpinan mutu kepala
ruangan terhadap implementasi sistem manajemen mutu pelayanan keperawatan
di rumah sakit.

2.3.2

Jurnal 2 “Mutu asuhan keperawatan berdasarkan analisis kinerja perawat dan


kepuasan perawat dan pasien” Penelitian ini menggunakan metode penelitian
survey dengan desain cross-sectional dan sifat penelitian yakni penelitian
penjelasan (explanatory research). Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret
sampai September 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh unit rawat
inap rumah sakit di Kabupaten Gresik yaitu RSUD Gresik, Rumah Sakit Semen
Gresik, Rumah Sakit Petrokimia Gresik dan Rumah Sakit Muhammadiyah
Gresik. Sampel penelitian adalah seluruh kepala unit rawat inap, perawat dan
pasien di ruang rawat inap rumah sakit di Kabupaten Gresik dengan kriteria
inklusi: memiliki salah satu dari 3 tipe budaya (clan, market dan hirarki) dan
memiliki salah satu dari 2 tipe kepemimpinan coaching dan directing. Kriteria
inklusi yang memenuhi syarat adalah RSUD Gresik dan Rumah Sakit Semen
Gresik. Besar sampel adalah 14 unit rawat inap. Pengambilan sampel dengan
simple random sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah model
persamaan struktural berbasis variance atau component based, yang terkenal
disebut Partial Least Square (PLS). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
budaya clan yang mendominasi sudah sesuai dengan karakteristik perawat
dalam hal memberi motivasi dan komitmen kerja perawat yang tinggi. Budaya
hirarki diperlukan pada situasi sikap dan mental model atau kemandirian kerja
perawat terhadap pekerjaan lemah, karena pada budaya hirarki berorientasi pada

24
pengawasan dan pengendalian pekerjaan bawahan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan umpan balik dan variasi pekerjaan
perawat di unit rawat inap terhadap mutu asuhan keperawatan (standar asuhan
keperawatan, standar kinerja profesional perawat, kepuasan kerja perawat dan
kepuasan pasien) melalui karakteristik individu perawat (motivasi, sikap,
komitmen dan mental model atau kemandirian kerja perawat).

BAB 3

PEMBAHASAN

Penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu


pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen
dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan. Khusus pelayanan
Kesehatan Jaminan mutu pelayanan kesehatan adalah proses penetapan dan
pemenuhan standar mutu pengelolaan pelayanan kesehatan secara konsisten
dan berkelanjutan, sehingga stakeholders memperoleh kepuasan (Suryadi,
2009). Kualitas atau mutu adalah tingkat dimanan pelayanan kesehatan pasien
ditingkatan mendekati hasil yang diharapkan dan mengurangi faktor- faktor
yang tidak di inginkan (Depkes RI,2010). Kualitas mutu pelayanan kesehatan
dasar adalah kesesuaian antara pelayanan kesehatan dasar yang disediakan atau
diberikan dengan kebutuhan yang memuaskan pasien atau kesesuaian dengan

25
ketentuan standar pelayanan (Ridwan, 2017). Dari kedua jurnal yang telah
dianalisis didapatkan bahwa :

1. Dapat disimpulkan bahwa implementasi sistem manajemen mutu dapat di


pengaruhi oleh kepemimpinan mutu kepala ruangan.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan umpan balik


dan variasi pekerjaan perawat di unit rawat inap terhadap mutu asuhan
keperawatan (standar asuhan keperawatan, standar kinerja profesional
perawat, kepuasan kerja perawat dan kepuasan pasien) melalui karakteristik
individu perawat (motivasi, sikap, komitmen dan mental model atau
kemandirian kerja perawat).

BAB 4

PENUTUP

4.1 kesimpulan

Simpulan Penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar


mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen,
produsen dan pihak lain yang berkepentingan memperoleh kepuasan. Khusus
pelayanan Kesehatan Jaminan mutu pelayanan kesehatan adalah proses
penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan pelayanan kesehatan
secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga stakeholders memperoleh
kepuasan. Pelayanan keperawatan yang baik didasarkan pada kualitas tindakan
profesional perawat. Mutu pelayanan keperawatan adalah pelayanan kepada

26
pasien yang berdasarkan standar keahlian untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan pasien, sehingga pasien dapat menghasilkan keunggulan kompetitif
melalui pelayanan yang berkualitas, efesien, inovatif dan menghasilkan
customer responsivenes. 4.2 Saran Demikian lah simpulan dari materi yang
telah dibuat oleh kelompok dalam menyelasikan tugas mata kuliah manajemen
keperawatan, dengan ini kelompok mengharapkan pembaca dapat memberikan
saran yang membangun untuk memperbaiki dalam pembutan makalah makalah
selanjut nya, sekian dan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Amatiria, Gustop. 2012. Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan


Metode Tim Pada Rawat Inap.Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 2,
Oktober 2012 Muhith, Abdul. 2012. Mutu Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Analisis Kinerja Perawat Dan Kepuasan Perawat Dan Pasien. Jurnal Ners
Vol. 7 No. 1 April 2012

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam prektik


Keperawatan Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. 2011.
KonsepdanPenerapanMetodologiPenelitianIlmuKeperawatan. Jakarta:

27
Salemba Medika Pohan, Imbalo. 2012. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan :
Dasar-Dasar Pengertian Dan Penerapan. Jakarta: EGC. Pratiwi, Ana, et al.
2016. Implementasi Sistem Manajemen Mutu Pelayanan KeperawatanMelalui
Kepemimpinan Mutu Kepala Ruangan. Jurnal Ners Vol. 11 No.1 April 2016:
1-6

28

Anda mungkin juga menyukai