Salinan Anjuran Kasus PKWT Nanbu
Salinan Anjuran Kasus PKWT Nanbu
2. Pimpinan Perusahaan
PT Nanbu Plastics Indonesia
Kawasan Industri MM2100
Blok J-16 Ganda Mekar
Cikarang Barat – Bekasi 17520
Menindaklanjuti surat Serikat Buruh Bumi Manusia PT Nanbu Plastics Indonesia nomor:
10/BO/SEBUMI/I/2018 tanggal 8 Februari 2018 perihal: Permohonan Penyelesaian Tripartit
(Mediasi) mengenai perselisihan tentang status hubungan kerja Atika Nafita Sari, dkk., setelah
dilakukan pemanggilan dan mediasi pada tanggal 6 Maret 2018, 20 Maret 2018, 29 Maret 2018, 29
Maret 2018, dan 17 April 2018, dapat disampaikan sebagai berikut:
Perihal : Kronologi dan Pendapat Hukum tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT) antara Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya
Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati, dan Lestari
dengan PT Nanbu Plastics Indonesia
Dengan hormat,
Bersama ini kami sampaikan Pendapat Hukum kami atas permasalahan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (PKWT) antara Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya
Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dengan PT Nanbu Plastics
Indonesia, sebagai berikut:
1. Pendapat hukum dibuat setelah kami menerima penuturan secara lisan dan menerima
dokumen-dokumen dari buruh-buruh yang dipekerjakan secara PKWT di PT Nanbu
Plastics Indonesia sejak pada tanggal 21 Januari 2016, yaitu:
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk masing-masing buruh PKWT, terlampir;
b. Kronologi kerja dan permasalahan masing-masing buruh PKWT;
c. Data tambahan berupa fotokopi perjanjian kerja;
d. Fotokopi IDcard;
e. Fotokopi Slip Gaji;
f. Fotokopi BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan jaminan Pensiun;
g. Fotokopi Formulir Anggota Serikat.
2. Terhadap dokumen huruf a sampai dengan huruf g tersebut dalam poin 1 di atas, kami
tidak bisa memberikan komentar lebih jauh karena bukan keahlian kami;
3. Kami mengasumsikan bahwa dokumen-dokumen tersebut sesuai dengan aslinya;
4. Kami tidak dalam posisi untuk memberikan pendapat mengenai keaslian dan
keabsahan dokumen-dokumen tersebut.
2
telah pulang kerja serta data nomor BPJS Ketenagakerjaan Atika Nafita Sari ada
di kantor perusahaan. Karena nomor kartu BPJS Ketenagakerjaan Atika Nafita
Sari belum diketahui, maka penanganan lebih lanjut terhadap jari tengah Atika
Nafita Sari yang sudah terputus setengah ruas tertunda, Atika Nafita Sari
diinapkan di rumah sakit Hermina Grand Wisata;
6) Bahwa keesokan harinya pada tanggal 27 september 2016 sekitar pukul 13:00
Atika Nafita Sari dimasukan ke ruang operasi dan jari tengahnya mendapatkan
penanganan operasi. Saat operasi Atika Nafita Sari dibius total baru sadar sekitar
pukul 16:00. Kemudian dipindah di ruang rawat inap di rumah sakit Hermina
Grand Wisata selama 3 hari;
7) Bahwa pada tanggal 28 september 2016 pagi harinya, perawat rumah sakit
mengatakan bahwa jari Atika Nafita Sari tidak bisa disambung lagi. Atika
Nafita Sari awalnya mengira jarinya sudah disambung kembali karena tidak bisa
melihat jarinya yang ditutupi perban. Mendengar perkataan perawat, Atika Nafita
Sari terkejut (shock) sehingga menangis meratapi nasibnya yang kini jari
tengahnya terpotong dan ia sendiri menyebutnya menjadi orang cacat. Foto-foto
saat kejadian bisa dilihat di laman Facebook Atika Nafita Sari:
https://www.facebook.com/nafiitasari.nafiitasari/posts/477971549270845?pnref=
story;
8) Bahwa pada bulan Oktober 2016 Atika Nafita Sari cek/ kontrol kerumah sakit
Hermina Grand Wisata saya menanyakan kenapa jari tengahnya tidak bisa
disambung. Jawaban dari dokter “mana bisa di sambung”, dokter juga
menyampaikan jari tengah Atika Nafita Sari tidak akan tumbuh kuku lagi;
9) Bahwa kemudian ternyata jari tengah Atika Nafita Sari yang putus tumbuh kuku
lagi sementara lukanya yang belum kering, sehingga jari tengahnya masih
bengkak dan sering keluar nanah;
10) Bahwa pada bulan Desember 2017 Atika Nafita Sari kembali mengecek masalah
jari tengahnya ke klinik RIZKI Di jalan Gg. Simbang, Kaliabang Tengah.
Dimana dokter di klinik tersebut menyampaikan agar jari tengah Atika Nafita
Sari yang sakit akibat tumbuh kuku yang tidak normal disarankan agar jari
tengahnya diamputasi;
11) Bahwa saat itu hingga saat ini Atika Nafita Sari sedang mempermasalahkan
PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) dan kasus kecelakaan kerja antara
Atika Nafita Sari dan kawan-kawannya dengan PT Nanbu Plastics Indonesia
yang menyimpang dari Undang-Undang Ketenagakerjaan. Dengan didampingi
Serikat Buruh Bumi Manusia (SEBUMI) PT Nanbu Plastics Indonesia, Atika
Nafita Sari memperselisihkan masalah ini yang dimulai dari perundingan
pertama pada tanggal 10 Januari 2018;
12) Walau pada tanggal 16 Januari 2018 Atika Nafita Sari menanyakan perihal
penanganan jari tengahnya yang akan diamputasi ke pihak perusahaan PT Nanbu
Plastics Indonesia. HRD Seraphine Anne menyuruh Atika Nafita Sari ke rumah
sakit dan menggunakan BPJS Ketenagakerjaan. Namun pihak Rumah Sakit
Hermina Grand Wisata menolaknya dan menganggap permasalahannya sudah
selesai, padahal lukanya belum sembuh;
13) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia mengakhiri
hubungan kerja Atika Nafita Sari dengan alasan telah habis jangka waktu PKWT
(Perjanjian Kerja waktu Tertentu) tanpa mempertimbangkan kondisi Atika Nafita
Sari yang kini sudah cacat dan akan kesulitan mencari pekerjaan di tempat lain;
3
2 Kronologi PKWT
1) Bahwa Atika Nafita Sari, bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia sejak tanggal
21 Januari 2016 status pekerja kontrak (PKWT) untuk jangka waktu 1 tahun
ditempatkan pada bagian Assy Yazaki sebagai Assy Collar;
2) Bahwa Atika Nafita Sari mendapat informasi lowongan kerja lewat mantan
Leader di perusahaan dulu tempat Atika Nafita Sari bekerja dan masuk kerja di
PT Nanbu Plastics Indonesia dikenakan biaya Rp. 3.000.000,00;
3) Bahwa Atika Nafita Sari bekerja mulai pukul 07:45 Wib saya mengikuti senam
pagi dilanjutkan dengan briefing pagi untuk saling tukar informasi dengan mitra
shift 1 ke shift 2 tentang apa saja yang terjadi di line dan melakukan 5S sebelum
bekerja di area line Yazaki;
4) Bahwa untuk pekerjaan Atika Nafita Sari setiap harinya mempersiapakan WIP
yang akan dicollar dengan mesin collar yang tersedia diarea kerja Assy Yazaki dan
box untuk produk yang akan langsung dipacking;
5) Bahwa Setelah 3 bulan bekerja, pada bulan April 2016 Atika Nafita Sari
dimutasi (dipindah bagian kerja) kebagian Ekstrusi dengan pekerjaan sebagai
Inspektor-inspeksi , dimana proses inspeksi itu dimulai dari proses pengambilan
material lalu material tersebut di proses untuk dimasukan ke dalam mesin
injection yang didalam mesin injection ada mold untuk mencetak produk yang
akan dibuat dan proses tersebut langsung keluar dari mesin dan langsung Atika
Nafita Sari cek produknya untuk mengetahui produk itu OK (Okey) atau NG (No
Good). Pada dasarnya pekerjaan dimana Atika Nafita Sari ditempatkan adalah
bersifat Tetap dan dilakukan secara terus-menerus dari perusahaan berdiri ditahun
2010 hingga sekarang diantara rekan-rekannya adalah buruh tetap dengan
pekerjaan yang sama dengan Atika Nafita Sari;
6) Bahwa Atika Nafita Sari juga diberi kerjaan tambahan selain Inspeksi, Atika
Nafita Sari disuruh mengoperasikan mesin Press untuk produk Ts-Tech dengan
tipe model Trim Cord 04 L65. Sebelum menjalankan mesin press Atika Nafita
Sari hanya diberikan teori secara lisan dan singkat, dan saat itu juga belum ada WI
(Work Inspection) yakni petunjuk penggunaan yang ditempelkan pada mesin press
yang Atika Nafita Sari gunakan;
7) Bahwa Pada tanggal 26 September 2016, saat bekerja shift 1 pada pukul 18:00
WIB (saat kerja lembur) Atika Nafita Sari mengalami KECELAKAAN KERJA
jari tengah Atika Nafita Sari setengah ruas terpotong mesin press yang sedang
Atika Nafita Sari gunakan. Ditempat kejadian hanya ada Atika Nafita Sari dan
teman Atika Nafita Sari yang bernama Andri yang posisinya sedang
menjalankan mesin press dengan posisi berada didepan mesin press Atika Nafita
Sari. Kemudian Atika Nafita Sari dibawa ke klinik Fajar Medika yang ada di
kawasan MM2100, dikarenakan dokter klinik tidak bisa menangani jari Atika
Nafita Sari, maka diharuskan dibawa kerumah sakit Hermina Grand Wisata;
8) Bahwa saat dirumah sakit Atika Nafita Sari dimintai kartu BPJS
Ketenagakerjaan oleh suster rumah sakit untuk segera diproses penanganan jari
Atika Nafita Sari (operasi) pada malam itu juga, karena BPJS Ketenagakerjaan
tidak ada proses untuk operasi penanganan jari Atika Nafita Sari ditunda
keesokan harinya;
9) Bahwa saat kecelakaan kerja Atika Nafita Sari sudah 9 bulan bekerja tetapi
belum mendapatkan kartu BPJS Ketenagakerjaanpadahal setiap bulannya sudah
dipotong iuran BPJS oleh PT Nanbu Plastics Indonesia;
4
10) Bahwa pada tanggal 22 November 2017 PT Nanbu Plastics Indonesia berjanji
akan memberikan kuota pengangkatan yang berjumlah 8 orang akan diberikan
kepada buruh kontrak yang diajukan oleh serikat buruh;
11) Bahwa pada tanggal 20 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-1 kepada PT Nanbu Plastics Indonesia mengenai
pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu Tertetu (PKWT), tetapi ditolak oleh
Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia. Dengan alasan Manajemen meminta
kronologi masing-masing buruh yang diajukan untuk dipelajari;
12) Bahwa pada tanggal 27 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-2 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), dan masih tidak ada tanggapan dari Manajemen;
13) Bahwa Pada tanggal 4 Januari 2018 Sebumi memberikan surat Undangan
perundingan bipartit yang ke-3 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), namun ditolak dan ditunda-tunda lagi oleh Manajemen dengan
menentukan jadwal perundingan pada tanggal 10 januari 2018;
14) Bahwa pada tanggal 10 Januari 2018 Sebumi melakukan perundingan yang ke-1
yang dilaksanakan pada pukul 11:00, namun hasilnya tidak ada kata sepakat,
pengusaha beranggapan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan order dan
perusahaan merasa tidak melanggar Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan, karena perjanjian sah dan tidak ada paksaan.
Pihak PT Nanbu Plastics Indonesia berpendapat bahwa PKWT mengacu pada
Pasal 59 Ayat 1, Ayat 2 dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan. PT Nanbu Plastics Indonesia berdalih akan
mempertimbangkan kasus PKWT, dan mengulur waktu dengan alasan akan
mengadakan perundingan ke- 2 pada tanggal 17 Januari 2018;
15) Bahwa pada tanggal 17 Januari 2018 SEBUMI melakukan perundingan ke- 2
dengan Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia pada pukul 11:00, namun
hasilnya masih tidak ada kata sepakat, PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap
jenis pekerjaan sesuai Pasal 59 Ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, bahwa jenis pekerjaan berdasarkan
orderan, pekerjaan naik turun sesuai orderan, Manajemen menimbang untuk
menjaga kelangsungan perusahaan. Jika semua karyawan PT Nanbu Plastics
Indonesia berstatus PKWTT perusahaan akan turun. Dan Manajemen tetap
berusah mengulur waktu dengan alasan masih mempertimbangkan perundingan
ke- 1 dan ke- 2;
16) Bahwa Pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia memberikan
kuasa penuh wakil perusahaan untuk melakukan perundingan, penanganan kasus
yang berkaitan dengan ketenagakerjaan di PT Nanbu Plastics Indonesia diberikan
kepada Richard Sinanu selaku Senior Manager HR IR.;
17) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 14:00 Sebumi melaksanakan
perundingan bipartit yang ke- 3 yang di hadiri Richard Sinanu dan Seraphine
Anne mewakili Presiden direktur PT Nanbu Plastics Indonesia. Namun saat di
minta surat kuasa mereka tidak dapat menunjukan. Hasil dari perundingan adalah
tidak ada kata sepakat (deadlock);
18) Bahwa Pada tanggal 13 Februari 2108 Sebumi mencatatkan perselisihan dengan
memberikan undangan permohonan penyelesaian tripartit (mediasi) kepada
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi;
19) Bahwa pada tanggal 6 Maret 2018 dilakukan mediasi yang ke- 1 di Kantor Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi dengan mediator bernama Ernawati, SE.
Hasilnya belum ada kata sepakat, dan pihak mediator menganjurkan musyawarah;
5
20) Bahwa pada tanggal 20 Maret 2018 mediasi yang ke- 2 di Kantor Dinas Tenaga
kerja Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena Pihak PT
Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum
melengkapi surat kuasa;
21) Bahwa pada tanggal 29 Maret 2018 mediasi yang ke- 3 di Kantor Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena wakil
perusahaan PT Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne
belum melengkapi surat kuasa;
22) Bahwa pada tanggal 12 April 2018 mediasi yang ke- 4 di Kantor Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Bekasi, belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh Richard Sinanu belum membawa Surat Kuasa
(kelengkapan dokumen);
23) Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia
mendalilkan bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari
customer, sehingga PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual
faktanya dalam surat perjanjian kerja yang diterima oleh Atika dan kawan-kawan
pada Pasal 1 angka 3 PKWT berbunyi: Perjanjian ini didasarkan atas jangka
waktu sesuai dengan Pasal 59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan. Sedangkan bunyi Pasal 59 ayat (1) huruf d
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan
yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan
yang masih dalam percobaan atau penjajakan. Tentunya dalam hal ini perusahaan
telah keliru dalam menerapkan hukum kepada Atika Nafita Sari dan kawan-
kawan;
24) Bahwa pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018 dilakukan mediasi yang ke- 5 di
Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, dari masing-masing pihak tidak
ada kata sepakat sehingga Kepala Dinas Tenaga Kerja akan mengeluarkan Surat
Anjuran.
b. Faisal Al Rahmad
1) Faisal AL Rahmad, bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia sejak tanggal 19
Juli 2017 tepatnya di bagian Production Enginering. Faisal AL Rahmad bekerja
dengan menggunakan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dari tanggal 19
Juli 2017 sampai tanggal 18 juli 2018 selama 1 (Satu) tahun;
2) Bahwa pekerjaan yang Faisal Al Rahmad lakukan di Production Enginering
sebagai operator over hould mold perawatan dan perbaikan mold yang rusak
akibat proses produksi. Pekerjaan yang Faisal Al Rahmad lakukan bersifat tetap
dan dilakukan secara terus menerus;
3) Bahwa pada tanggal 22 November 2017 PT Nanbu Plastics Indonesia berjanji
akan memberikan kuota pengangkatan yang berjumlah 8 orang akan diberikan
kepada buruh kontrak yang diajukan oleh serikat buruh;
4) Bahwa pada tanggal 20 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-1 kepada PT Nanbu Plastics Indonesia mengenai
pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu Tertetu (PKWT), tetapi ditolak oleh
Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia. Dengan alasan Manajemen meminta
kronologi masing-masing buruh yang diajukan untuk dipelajari;
5) Bahwa pada tanggal 27 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-2 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), dan masih tidak ada tanggapan dari Manajemen;
6
6) Bahwa Pada tanggal 4 Januari 2018 Sebumi memberikan surat Undangan
perundingan bipartit yang ke-3 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), namun ditolak dan ditunda-tunda lagi oleh Manajemen dengan
menentukan jadwal perundingan pada tanggal 10 januari 2018;
7) Bahwa pada tanggal 10 Januari 2018 Sebumi melakukan perundingan yang ke-1
yang dilaksanakan pada pukul 11:00, namun hasilnya tidak ada kata sepakat,
pengusaha beranggapan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan order dan
perusahaan merasa tidak melanggar Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan, karena perjanjian sah dan tidak ada paksaan.
Pihak PT Nanbu Plastics Indonesia berpendapat bahwa PKWT mengacu pada
Pasal 59 Ayat 1, Ayat 2 dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan. PT Nanbu Plastics Indonesia berdalih akan
mempertimbangkan kasus PKWT, dan mengulur waktu dengan alasan akan
mengadakan perundingan ke- 2 pada tanggal 17 Januari 2018;
8) Bahwa pada tanggal 17 Januari 2018 SEBUMI melakukan perundingan ke- 2
dengan Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia pada pukul 11:00, namun
hasilnya masih tidak ada kata sepakat, PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap
jenis pekerjaan sesuai Pasal 59 Ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, bahwa jenis pekerjaan berdasarkan
orderan, pekerjaan naik turun sesuai orderan, Manajemen menimbang untuk
menjaga kelangsungan perusahaan. Jika semua karyawan PT Nanbu Plastics
Indonesia berstatus PKWTT perusahaan akan turun. Dan Manajemen tetap
berusah mengulur waktu dengan alasan masih mempertimbangkan perundingan
ke- 1 dan ke- 2;
9) Bahwa Pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia memberikan
kuasa penuh wakil perusahaan untuk melakukan perundingan, penanganan kasus
yang berkaitan dengan ketenagakerjaan di PT Nanbu Plastics Indonesia diberikan
kepada Richard Sinanu selaku Senior Manager HR IR.;
10) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 14:00 Sebumi melaksanakan
perundingan bipartit yang ke- 3 yang di hadiri Richard Sinanu dan Seraphine
Anne mewakili Presiden direktur PT Nanbu Plastics Indonesia. Namun saat di
minta surat kuasa mereka tidak dapat menunjukan. Hasil dari perundingan adalah
tidak ada kata sepakat (deadlock);
11) Bahwa Pada tanggal 13 Februari 2108 Sebumi mencatatkan perselisihan dengan
memberikan undangan permohonan penyelesaian tripartit (mediasi) kepada
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi;
12) Bahwa pada tanggal 6 Maret 2018 dilakukan mediasi yang ke- 1 di Kantor Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi dengan mediator bernama Ernawati, SE.
Hasilnya belum ada kata sepakat, dan pihak mediator menganjurkan musyawarah;
13) Bahwa pada tanggal 20 Maret 2018 mediasi yang ke- 2 di Kantor Dinas Tenaga
kerja Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena Pihak PT
Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum
melengkapi surat kuasa;
14) Bahwa pada tanggal 29 Maret 2018 mediasi yang ke- 3 di Kantor Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena wakil
perusahaan PT Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne
belum melengkapi surat kuasa;
15) Bahwa pada tanggal 12 April 2018 mediasi yang ke- 4 di Kantor Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Bekasi, belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
7
Indonesia yang di wakili oleh Richard Sinanu belum membawa Surat Kuasa
(kelengkapan dokumen);
16) Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia
mendalilkan bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari
customer, sehingga PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual
faktanya dalam surat perjanjian kerja yang diterima oleh Atika dan kawan-kawan
pada Pasal 1 angka 3 PKWT berbunyi: Perjanjian ini didasarkan atas jangka
waktu sesuai dengan Pasal 59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan. Sedangkan bunyi Pasal 59 ayat (1) huruf d
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan
yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan
yang masih dalam percobaan atau penjajakan. Tentunya dalam hal ini perusahaan
telah keliru dalam menerapkan hukum kepada Faisal AL Rahmad dan kawan-
kawan;
17) Bahwa pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018 dilakukan mediasi yang ke- 5 di
Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, dari masing-masing pihak tidak
ada kata sepakat sehingga Kepala Dinas Tenaga Kerja akan mengeluarkan Surat
Anjuran.
c. Titin Priyatin
1) Bahwa Titin Priyatin bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia awalnya masuk
kerja sebagai buruh magang. Titin Priyatin mendapat informasi magang dari grup
facebook BKK SMK Muhammadiyah Larangan, dipostingan tersebut tertulis
bahwa magang selama 6 bulan dengan upah Rp. 2.900.000,00 dan tunjangan
lengkap. Dengan persyaratan administrasi sebesar Rp. 1.300.000,00 dan berkas-
berkas seperti:
-fotocopy ijazah,
-surat lamaran pekerjaan,
-daftar riwayat hidup,
-fotocopy KTP,
-kartu kuning/pencari kerja,
-fotocopy SKCK, dll.;
2) Bahwa uang tersebut dibayarkan pada pihak BKK sekolah. Pihak BKK
menjanjikan akan menyediakan tempat tinggal sementara, tetapi sesampainya di
Cikarang Titin Priyatin dan teman-temannya diturunkan disebuah masjid di pom
bensin dekat patung kuda Jababeka. Pagi-pagi sekali Titin Priyatin dan teman-
temannya siap-siap untuk test, diantar di sebuah ruko yang bernama PT.
MARDIZU SEJAHTERA. Di tempat tersebut Titin Priyatin dan teman-temannya
diberikan pengarahan tentang sistem magang dan pengupahannya. Pengarahan
yang diberikan oleh pihak LPK Mardizu Sejahtera tidak sesuai dengan informasi
dari BKK sekolah. Sesuai penjelasan dari LPK magang di PT Nanbu Plastics
Indonesia dilaksanakan selama 3 bulan dengan upah atau uang saku sebesar Rp.
115.600/ hari dan jam lembur atau penambahan jam magang sebesar Rp. 10.000/
jam;
3) Bahwa Titin Priyatin dan teman-temannya mulai bekerja pada tanggal 8 Agustus
2016 sampai 7 November 2016 ditempatkan dibagian Burrytory. Titin Priyatin
dan teman-temannya hanya menerima surat perjanjian dari pihak LPK tidak
langsung dari pihak PT Nanbu Plastics Indonesia. Fasilitas tidak lengkap, biaya
jemputan ditanggung sendiri tanpa dijelaskan di slip uang saku. Titin Priyatin
8
dan teman-temannya langsung bekerja tanpa adanya materi training dan sering
dipaksa untuk lembur;
4) Setelah 3 bulan bekerja magang dilaksanakan Titin Priyatin diberhentikan begitu
saja tanpa diberikan sertifikasi. Dengan bantuan dari SEBUMI Titin Priyatin dan
teman-temannya diantar ke LBH.Pihak LBH menyarankan untuk melakukan
mediasi ke Disnaker. Pada mediasi tersebut Mediator menganggap ini adalah
masalah anak dan bapak saja. Pada bulan Februari 2017 Titin Priyatin dan
teman-temannya melakukan perundingan dengan pihak HRD PT Nanbu Plastics
Indonesia, pada perundingan tersebut pihak perusahaan akan mempekerjakan
Titin Priyatin kembali dengan status karyawan kontrak atau PKWT;
5) Tanggal 21 Maret 2017 Titin Priyatin mulai bekerja kembali di PT Nanbu
Plastics Indonesia dengan masa kerja selama 1 tahun. Titin Priyatin ditempatkan
di Departement Assy Connector dibagian inspeksi;
6) Bahwa pada tanggal 22 November 2017 PT Nanbu Plastics Indonesia berjanji
akan memberikan kuota pengangkatan yang berjumlah 8 orang akan diberikan
kepada buruh kontrak yang diajukan oleh serikat buruh;
7) Bahwa pada tanggal 20 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-1 kepada PT Nanbu Plastics Indonesia mengenai
pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu Tertetu (PKWT), tetapi ditolak oleh
Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia. Dengan alasan Manajemen meminta
kronologi masing-masing buruh yang diajukan untuk dipelajari;
8) Bahwa pada tanggal 27 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-2 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), dan masih tidak ada tanggapan dari Manajemen;
9) Bahwa Pada tanggal 4 Januari 2018 Sebumi memberikan surat Undangan
perundingan bipartit yang ke-3 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), namun ditolak dan ditunda-tunda lagi oleh Manajemen dengan
menentukan jadwal perundingan pada tanggal 10 januari 2018;
10) Bahwa pada tanggal 10 Januari 2018 Sebumi melakukan perundingan yang ke-1
yang dilaksanakan pada pukul 11:00, namun hasilnya tidak ada kata sepakat,
pengusaha beranggapan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan order dan
perusahaan merasa tidak melanggar Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan, karena perjanjian sah dan tidak ada paksaan.
Pihak PT Nanbu Plastics Indonesia berpendapat bahwa PKWT mengacu pada
Pasal 59 Ayat 1, Ayat 2 dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan. PT Nanbu Plastics Indonesia berdalih akan
mempertimbangkan kasus PKWT, dan mengulur waktu dengan alasan akan
mengadakan perundingan ke- 2 pada tanggal 17 Januari 2018;
11) Bahwa pada tanggal 17 Januari 2018 SEBUMI melakukan perundingan ke- 2
dengan Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia pada pukul 11:00, namun
hasilnya masih tidak ada kata sepakat, PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap
jenis pekerjaan sesuai Pasal 59 Ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, bahwa jenis pekerjaan berdasarkan
orderan, pekerjaan naik turun sesuai orderan, Manajemen menimbang untuk
menjaga kelangsungan perusahaan. Jika semua karyawan PT Nanbu Plastics
Indonesia berstatus PKWTT perusahaan akan turun. Dan Manajemen tetap
berusah mengulur waktu dengan alasan masih mempertimbangkan perundingan
ke- 1 dan ke- 2;
12) Bahwa Pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia memberikan
kuasa penuh wakil perusahaan untuk melakukan perundingan, penanganan kasus
9
yang berkaitan dengan ketenagakerjaan di PT Nanbu Plastics Indonesia diberikan
kepada Richard Sinanu selaku Senior Manager HR IR.;
13) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 14:00 Sebumi melaksanakan
perundingan bipartit yang ke- 3 yang di hadiri Richard Sinanu dan Seraphine
Anne mewakili Presiden direktur PT Nanbu Plastics Indonesia. Namun saat di
minta surat kuasa mereka tidak dapat menunjukan. Hasil dari perundingan adalah
tidak ada kata sepakat (deadlock);
14) Bahwa Pada tanggal 13 Februari 2108 Sebumi mencatatkan perselisihan dengan
memberikan undangan permohonan penyelesaian tripartit (mediasi) kepada
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi;
15) Bahwa pada tanggal 6 Maret 2018 dilakukan mediasi yang ke- 1 di Kantor Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi dengan mediator bernama Ernawati, SE.
Hasilnya belum ada kata sepakat, dan pihak mediator menganjurkan musyawarah;
16) Bahwa pada tanggal 20 Maret 2018 mediasi yang ke- 2 di Kantor Dinas Tenaga
kerja Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena Pihak PT
Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum
melengkapi surat kuasa;
17) Bahwa pada tanggal 29 Maret 2018 mediasi yang ke- 3 di Kantor Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena wakil
perusahaan PT Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne
belum melengkapi surat kuasa;
18) Bahwa pada tanggal 12 April 2018 mediasi yang ke- 4 di Kantor Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Bekasi, belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh Richard Sinanu belum membawa Surat Kuasa
(kelengkapan dokumen);
19) Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia
mendalilkan bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari
customer, sehingga PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual
faktanya dalam surat perjanjian kerja yang diterima oleh Atika dan kawan-kawan
pada Pasal 1 angka 3 PKWT berbunyi: Perjanjian ini didasarkan atas jangka
waktu sesuai dengan Pasal 59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan. Sedangkan bunyi Pasal 59 ayat (1) huruf d
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan
yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan
yang masih dalam percobaan atau penjajakan. Tentunya dalam hal ini perusahaan
telah keliru dalam menerapkan hukum kepada Titin Priyatin dan kawan-kawan;
20) Bahwa pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018 dilakukan mediasi yang ke- 5 di
Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, dari masing-masing pihak tidak
ada kata sepakat sehingga Kepala Dinas Tenaga Kerja akan mengeluarkan Surat
Anjuran.
10
-surat lamaran pekerjaan,
-daftar riwayat hidup,
-fotocopy KTP,
-kartu kuning/pencari kerja,
-fotocopy SKCK, dll.;
2) Bahwa uang tersebut dibayarkan pada pihak BKK sekolah. Pihak BKK
menjanjikan akan menyediakan tempat tinggal sementara, tetapi sesampainya di
Cikarang Maya Mei Mulyani dan teman-temannya diturunkan disebuah masjid di
pom bensin dekat patung kuda Jababeka. Pagi-pagi sekali Maya Mei Mulyani
dan teman-temannya siap-siap untuk test, diantar di sebuah ruko yang bernama PT.
MARDIZU SEJAHTERA. Di tempat tersebut Maya Mei Mulyani dan teman-
temannya diberikan pengarahan tentang sistem magang dan pengupahannya.
Pengarahan yang diberikan oleh pihak LPK Mardizu Sejahtera tidak sesuai
dengan informasi dari BKK sekolah. Sesuai penjelasan dari LPK magang di PT
Nanbu Plastics Indonesia dilaksanakan selama 3 bulan dengan upah atau uang
saku sebesar Rp. 115.600/ hari dan jam lembur atau penambahan jam magang
sebesar Rp. 10.000/ jam;
3) Bahwa Maya Mei Mulyani dan teman-temannya mulai bekerja pada tanggal 8
Agustus 2016 sampai 7 November 2016 ditempatkan dibagian Burrytory. Maya
Mei Mulyani dan teman-temannya hanya menerima surat perjanjian dari pihak
LPK tidak langsung dari pihak PT Nanbu Plastics Indonesia. Fasilitas tidak
lengkap, biaya jemputan ditanggung sendiri tanpa dijelaskan di slip uang saku.
Maya Mei Mulyani dan teman-temannya langsung bekerja tanpa adanya materi
training dan sering dipaksa untuk lembur;
4) Setelah 3 bulan bekerja magang dilaksanakan Maya Mei Mulyani diberhentikan
begitu saja tanpa diberikan sertifikasi. Dengan bantuan dari SEBUMI Maya Mei
Mulyani dan teman-temannya diantar ke LBH.Pihak LBH menyarankan untuk
melakukan mediasi ke Disnaker. Pada mediasi tersebut Mediator menganggap ini
adalah masalah anak dan bapak saja. Pada bulan Februari 2017 Maya Mei
Mulyani dan teman-temannya melakukan perundingan dengan pihak HRD PT
Nanbu Plastics Indonesia, pada perundingan tersebut pihak perusahaan akan
mempekerjakan Maya Mei Mulyani kembali dengan status karyawan kontrak
atau PKWT;
5) Tanggal 21 Maret 2017 Maya Mei Mulyani mulai bekerja kembali di PT Nanbu
Plastics Indonesia dengan masa kerja selama 1 tahun. Maya Mei Mulyani
ditempatkan di Departement Assy Connector dibagian inspeksi;
6) Bahwa pada tanggal 22 November 2017 PT Nanbu Plastics Indonesia berjanji
akan memberikan kuota pengangkatan yang berjumlah 8 orang akan diberikan
kepada buruh kontrak yang diajukan oleh serikat buruh;
7) Bahwa pada tanggal 20 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-1 kepada PT Nanbu Plastics Indonesia mengenai
pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu Tertetu (PKWT), tetapi ditolak oleh
Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia. Dengan alasan Manajemen meminta
kronologi masing-masing buruh yang diajukan untuk dipelajari;
8) Bahwa pada tanggal 27 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-2 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), dan masih tidak ada tanggapan dari Manajemen;
9) Bahwa Pada tanggal 4 Januari 2018 Sebumi memberikan surat Undangan
perundingan bipartit yang ke-3 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
11
Tertetu (PKWT), namun ditolak dan ditunda-tunda lagi oleh Manajemen dengan
menentukan jadwal perundingan pada tanggal 10 januari 2018;
10) Bahwa pada tanggal 10 Januari 2018 Sebumi melakukan perundingan yang ke-1
yang dilaksanakan pada pukul 11:00, namun hasilnya tidak ada kata sepakat,
pengusaha beranggapan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan order dan
perusahaan merasa tidak melanggar Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan, karena perjanjian sah dan tidak ada paksaan.
Pihak PT Nanbu Plastics Indonesia berpendapat bahwa PKWT mengacu pada
Pasal 59 Ayat 1, Ayat 2 dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan. PT Nanbu Plastics Indonesia berdalih akan
mempertimbangkan kasus PKWT, dan mengulur waktu dengan alasan akan
mengadakan perundingan ke- 2 pada tanggal 17 Januari 2018;
11) Bahwa pada tanggal 17 Januari 2018 SEBUMI melakukan perundingan ke- 2
dengan Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia pada pukul 11:00, namun
hasilnya masih tidak ada kata sepakat, PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap
jenis pekerjaan sesuai Pasal 59 Ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, bahwa jenis pekerjaan berdasarkan
orderan, pekerjaan naik turun sesuai orderan, Manajemen menimbang untuk
menjaga kelangsungan perusahaan. Jika semua karyawan PT Nanbu Plastics
Indonesia berstatus PKWTT perusahaan akan turun. Dan Manajemen tetap
berusah mengulur waktu dengan alasan masih mempertimbangkan perundingan
ke- 1 dan ke- 2;
12) Bahwa Pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia memberikan
kuasa penuh wakil perusahaan untuk melakukan perundingan, penanganan kasus
yang berkaitan dengan ketenagakerjaan di PT Nanbu Plastics Indonesia diberikan
kepada Richard Sinanu selaku Senior Manager HR IR.;
13) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 14:00 Sebumi melaksanakan
perundingan bipartit yang ke- 3 yang di hadiri Richard Sinanu dan Seraphine
Anne mewakili Presiden direktur PT Nanbu Plastics Indonesia. Namun saat di
minta surat kuasa mereka tidak dapat menunjukan. Hasil dari perundingan adalah
tidak ada kata sepakat (deadlock);
14) Bahwa Pada tanggal 13 Februari 2108 Sebumi mencatatkan perselisihan dengan
memberikan undangan permohonan penyelesaian tripartit (mediasi) kepada
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi;
15) Bahwa pada tanggal 6 Maret 2018 dilakukan mediasi yang ke- 1 di Kantor Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi dengan mediator bernama Ernawati, SE.
Hasilnya belum ada kata sepakat, dan pihak mediator menganjurkan musyawarah;
16) Bahwa pada tanggal 20 Maret 2018 mediasi yang ke- 2 di Kantor Dinas Tenaga
kerja Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena Pihak PT
Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum
melengkapi surat kuasa;
17) Bahwa pada tanggal 29 Maret 2018 mediasi yang ke- 3 di Kantor Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena wakil
perusahaan PT Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne
belum melengkapi surat kuasa;
18) Bahwa pada tanggal 12 April 2018 mediasi yang ke- 4 di Kantor Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Bekasi, belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh Richard Sinanu belum membawa Surat Kuasa
(kelengkapan dokumen);
12
19) Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia
mendalilkan bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari
customer, sehingga PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual
faktanya dalam surat perjanjian kerja yang diterima oleh Atika dan kawan-kawan
pada Pasal 1 angka 3 PKWT berbunyi: Perjanjian ini didasarkan atas jangka
waktu sesuai dengan Pasal 59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan. Sedangkan bunyi Pasal 59 ayat (1) huruf d
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan
yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan
yang masih dalam percobaan atau penjajakan. Tentunya dalam hal ini perusahaan
telah keliru dalam menerapkan hukum kepada Maya Mei Mulyani dan kawan-
kawan;
20) Bahwa pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018 dilakukan mediasi yang ke- 5 di
Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, dari masing-masing pihak tidak
ada kata sepakat sehingga Kepala Dinas Tenaga Kerja akan mengeluarkan Surat
Anjuran.
e. Reno Indarto
1) Bahwa Reno Indarto bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia sejak tanggal 18
Februari 2016;
2) Bahwa Reno Indarto ditempatkan di departement Engineering dengan job desk
maintenance molding dan penempatan tersebut tanpa adanya proses training
terlebih dahulu. Padahal proses kerja yang Reno Indarto jalani sangat beresiko
karena berhubungan dengan benda-benda dan alat-alat kerja yang berat dan
berbahaya;
3) Bahwa Reno Indarto selama bekerja pada kontrak pertama tidak pernah izin,
sakit, tidak masuk tanpa alasan dan telat, bahwa Reno Indarto bekerja dengan
baik;
4) Bahwa Reno Indarto juga bergabung dengan serikat buruh yang ada di PT
Nanbu Platics Indonesia sebagai pengurus;
5) Bahwa pada tanggal 18 Februari 2017 masa kontrak pertama Reno Indarto
berakhir dan di perpanjang sampai tanggal 18 Februari 2018. Untuk tunjangan
keluarga Reno Indarto tidak menerima setelah 1 tahun 6 bulan bekerja;
6) Bahwa Reno Indarto selama bekerja juga belum menerima kartu BPJS
ketenegakerjaan, padahal dari awal sudah ada pemotongan yang tertera di slip gaji.
Hal ini sudah Reno Indarto protes ke HRD berkali-kali namun belum ada
perubahan;
7) Bahwa Reno Indarto pada kontrak kerja yang kedua ditunjuk dan dipercaya oleh
atasannya untuk mengerjakan Project Zerro Burry yaitu sebagai specialist repair
burry;
8) Bahwa pada dasarnya pekerjaan dimana Reno Indarto ditempatkan adalah vital
dan bersifat tetap;
9) Bahwa pada tanggal 22 November 2017 PT Nanbu Plastics Indonesia berjanji
akan memberikan kuota pengangkatan yang berjumlah 8 orang akan diberikan
kepada buruh kontrak yang diajukan oleh serikat buruh;
10) Bahwa pada tanggal 20 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-1 kepada PT Nanbu Plastics Indonesia mengenai
pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu Tertetu (PKWT), tetapi ditolak oleh
13
Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia. Dengan alasan Manajemen meminta
kronologi masing-masing buruh yang diajukan untuk dipelajari;
11) Bahwa pada tanggal 27 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-2 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), dan masih tidak ada tanggapan dari Manajemen;
12) Bahwa Pada tanggal 4 Januari 2018 Sebumi memberikan surat Undangan
perundingan bipartit yang ke-3 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), namun ditolak dan ditunda-tunda lagi oleh Manajemen dengan
menentukan jadwal perundingan pada tanggal 10 januari 2018;
13) Bahwa pada tanggal 10 Januari 2018 Sebumi melakukan perundingan yang ke-1
yang dilaksanakan pada pukul 11:00, namun hasilnya tidak ada kata sepakat,
pengusaha beranggapan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan order dan
perusahaan merasa tidak melanggar Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan, karena perjanjian sah dan tidak ada paksaan.
Pihak PT Nanbu Plastics Indonesia berpendapat bahwa PKWT mengacu pada
Pasal 59 Ayat 1, Ayat 2 dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan. PT Nanbu Plastics Indonesia berdalih akan
mempertimbangkan kasus PKWT, dan mengulur waktu dengan alasan akan
mengadakan perundingan ke- 2 pada tanggal 17 Januari 2018;
14) Bahwa pada tanggal 17 Januari 2018 SEBUMI melakukan perundingan ke- 2
dengan Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia pada pukul 11:00, namun
hasilnya masih tidak ada kata sepakat, PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap
jenis pekerjaan sesuai Pasal 59 Ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, bahwa jenis pekerjaan berdasarkan
orderan, pekerjaan naik turun sesuai orderan, Manajemen menimbang untuk
menjaga kelangsungan perusahaan. Jika semua karyawan PT Nanbu Plastics
Indonesia berstatus PKWTT perusahaan akan turun. Dan Manajemen tetap
berusah mengulur waktu dengan alasan masih mempertimbangkan perundingan
ke- 1 dan ke- 2;
15) Bahwa Pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia memberikan
kuasa penuh wakil perusahaan untuk melakukan perundingan, penanganan kasus
yang berkaitan dengan ketenagakerjaan di PT Nanbu Plastics Indonesia diberikan
kepada Richard Sinanu selaku Senior Manager HR IR.;
16) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 14:00 Sebumi melaksanakan
perundingan bipartit yang ke- 3 yang di hadiri Richard Sinanu dan Seraphine
Anne mewakili Presiden direktur PT Nanbu Plastics Indonesia. Namun saat di
minta surat kuasa mereka tidak dapat menunjukan. Hasil dari perundingan adalah
tidak ada kata sepakat (deadlock);
17) Bahwa Pada tanggal 13 Februari 2108 Sebumi mencatatkan perselisihan dengan
memberikan undangan permohonan penyelesaian tripartit (mediasi) kepada
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi;
18) Bahwa pada tanggal 6 Maret 2018 dilakukan mediasi yang ke- 1 di Kantor Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi dengan mediator bernama Ernawati, SE.
Hasilnya belum ada kata sepakat, dan pihak mediator menganjurkan musyawarah;
19) Bahwa pada tanggal 20 Maret 2018 mediasi yang ke- 2 di Kantor Dinas Tenaga
kerja Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena Pihak PT
Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum
melengkapi surat kuasa;
20) Bahwa pada tanggal 29 Maret 2018 mediasi yang ke- 3 di Kantor Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena wakil
14
perusahaan PT Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne
belum melengkapi surat kuasa;
21) Bahwa pada tanggal 12 April 2018 mediasi yang ke- 4 di Kantor Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Bekasi, belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh Richard Sinanu belum membawa Surat Kuasa
(kelengkapan dokumen);
22) Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia
mendalilkan bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari
customer, sehingga PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual
faktanya dalam surat perjanjian kerja yang diterima oleh Atika dan kawan-kawan
pada Pasal 1 angka 3 PKWT berbunyi: Perjanjian ini didasarkan atas jangka
waktu sesuai dengan Pasal 59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan. Sedangkan bunyi Pasal 59 ayat (1) huruf d
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan
yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan
yang masih dalam percobaan atau penjajakan. Tentunya dalam hal ini perusahaan
telah keliru dalam menerapkan hukum kepada Reno Indarto dan kawan-kawan;
23) Bahwa pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018 dilakukan mediasi yang ke- 5 di
Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, dari masing-masing pihak tidak
ada kata sepakat sehingga Kepala Dinas Tenaga Kerja akan mengeluarkan Surat
Anjuran.
15
7) Bahwa pada tanggal 20 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-1 kepada PT Nanbu Plastics Indonesia mengenai
pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu Tertetu (PKWT), tetapi ditolak oleh
Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia. Dengan alasan Manajemen meminta
kronologi masing-masing buruh yang diajukan untuk dipelajari;
8) Bahwa pada tanggal 27 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-2 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), dan masih tidak ada tanggapan dari Manajemen;
9) Bahwa Pada tanggal 4 Januari 2018 Sebumi memberikan surat Undangan
perundingan bipartit yang ke-3 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), namun ditolak dan ditunda-tunda lagi oleh Manajemen dengan
menentukan jadwal perundingan pada tanggal 10 januari 2018;
10) Bahwa pada tanggal 10 Januari 2018 Sebumi melakukan perundingan yang ke-1
yang dilaksanakan pada pukul 11:00, namun hasilnya tidak ada kata sepakat,
pengusaha beranggapan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan order dan
perusahaan merasa tidak melanggar Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, karena perjanjian sah dan tidak ada
paksaan. Pihak PT Nanbu Plastics Indonesia berpendapat bahwa PKWT mengacu
pada Pasal 59 Ayat 1, Ayat 2 dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan. PT Nanbu Plastics Indonesia berdalih akan
mempertimbangkan kasus PKWT, dan mengulur waktu dengan alasan akan
mengadakan perundingan ke- 2 pada tanggal 17 Januari 2018;
11) Bahwa pada tanggal 17 Januari 2018 SEBUMI melakukan perundingan ke- 2
dengan Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia pada pukul 11:00, namun
hasilnya masih tidak ada kata sepakat, PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap
jenis pekerjaan sesuai Pasal 59 Ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, bahwa jenis pekerjaan berdasarkan
orderan, pekerjaan naik turun sesuai orderan, Manajemen menimbang untuk
menjaga kelangsungan perusahaan. Jika semua karyawan PT Nanbu Plastics
Indonesia berstatus PKWTT perusahaan akan turun. Dan Manajemen tetap
berusah mengulur waktu dengan alasan masih mempertimbangkan perundingan
ke- 1 dan ke- 2;
12) Bahwa Pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia memberikan
kuasa penuh wakil perusahaan untuk melakukan perundingan, penanganan kasus
yang berkaitan dengan ketenagakerjaan di PT Nanbu Plastics Indonesia diberikan
kepada Richard Sinanu selaku Senior Manager HR IR.;
13) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 14:00 Sebumi melaksanakan
perundingan bipartit yang ke- 3 yang di hadiri Richard Sinanu dan Seraphine
Anne mewakili Presiden direktur PT Nanbu Plastics Indonesia. Namun saat di
minta surat kuasa mereka tidak dapat menunjukan. Hasil dari perundingan adalah
tidak ada kata sepakat (deadlock);
14) Bahwa Pada tanggal 13 Februari 2108 Sebumi mencatatkan perselisihan dengan
memberikan undangan permohonan penyelesaian tripartit (mediasi) kepada
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi;
15) Bahwa pada tanggal 6 Maret 2018 dilakukan mediasi yang ke- 1 di Kantor Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi dengan mediator bernama Ernawati, SE.
Hasilnya belum ada kata sepakat, dan pihak mediator menganjurkan musyawarah;
16) Bahwa pada tanggal 20 Maret 2018 mediasi yang ke- 2 di Kantor Dinas Tenaga
kerja Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena Pihak PT
16
Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum
melengkapi surat kuasa;
17) Bahwa pada tanggal 29 Maret 2018 mediasi yang ke- 3 di Kantor Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena wakil
perusahaan PT Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne
belum melengkapi surat kuasa;
18) Bahwa pada tanggal 12 April 2018 mediasi yang ke- 4 di Kantor Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Bekasi, belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh Richard Sinanu belum membawa Surat Kuasa
(kelengkapan dokumen);
19) Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia
mendalilkan bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari
customer, sehingga PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual
faktanya dalam surat perjanjian kerja yang diterima oleh Atika dan kawan-kawan
pada Pasal 1 angka 3 PKWT berbunyi: Perjanjian ini didasarkan atas jangka
waktu sesuai dengan Pasal 59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan. Sedangkan bunyi Pasal 59 ayat (1) huruf d
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan
yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan
yang masih dalam percobaan atau penjajakan. Tentunya dalam hal ini
perusahaan telah keliru dalam menerapkan hukum kepada Ridi Aditya Saputra
dan kawan-kawan;
20) Bahwa pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018 dilakukan mediasi yang ke- 5 di
Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, dari masing-masing pihak tidak
ada kata sepakat sehingga Kepala Dinas Tenaga Kerja akan mengeluarkan Surat
Anjuran.
g. Fitriawati
1) Bahwa Fitriawati bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia sejak tanggal 21
Januari 2016 sampai dengan 20 januari 2017 selama 1 tahun dan diperpanjang
satu tahun dari tanggal 20 januari 2017 sampai 20 januari 2018;
2) Bahwa Fitriawati mendapat informasi lowongan kerja dari saudaranya dan
Fitriawati masuk kerja di PT Nanbu Plastics Indonesia dikenakan biaya
Rp.3.500.000,00. yang diserahkan kepada orang yang mengaku orang dalam yang
bernama Nawil yang memasukannya kerja di PT Nanbu Plastics Indonesia;
3) Bahwa Fitriawati ditempatkan di bagian Assy Yazaki di bagian operator produksi
dari pertama sampai sekarang;
4) Bahwa Fitriawati setiap hari bekerja mulai pukul 07.45 WIB mengikuti senam
pagi dilanjutkan dengan briefing pagi untuk saling tukar informasi dengan mitra
shift 1 ke shift 2 tentang apa saja yang terjadi di line dan melakukan 5S sebelum
bekerja di area line assy yazaki;
5) Bahwa pekerjaan yang dilakukan Fitriawati setiap harinya mempersiapkan WIP
yang akan di- repack, pastik, box, WIP untuk assy collar serta assy busbar. di
area busbar Fitriawati menyiapkan busbar dan terminal shot untuk memproduksi
WIP tersebut dan dilakukan setiap hari secara continue sampai sekarang
tergantung jadwal kerja;
6) Bahwa Fitriawati bekerja selama 2 tahun belum mendapatkan haknya yaitu BPJS
kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan. Dan anehnya setiap bulannya Fitriawati
dikenakan potongan BPJS tapi kartunya belum didapat juga;
17
7) Bahwa pada tanggal 22 November 2017 PT Nanbu Plastics Indonesia berjanji
akan memberikan kuota pengangkatan yang berjumlah 8 orang akan diberikan
kepada buruh kontrak yang diajukan oleh serikat buruh;
8) Bahwa pada tanggal 20 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-1 kepada PT Nanbu Plastics Indonesia mengenai
pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu Tertetu (PKWT), tetapi ditolak oleh
Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia. Dengan alasan Manajemen meminta
kronologi masing-masing buruh yang diajukan untuk dipelajari;
9) Bahwa pada tanggal 27 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-2 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), dan masih tidak ada tanggapan dari Manajemen;
10) Bahwa Pada tanggal 4 Januari 2018 Sebumi memberikan surat Undangan
perundingan bipartit yang ke-3 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), namun ditolak dan ditunda-tunda lagi oleh Manajemen dengan
menentukan jadwal perundingan pada tanggal 10 januari 2018;
11) Bahwa pada tanggal 10 Januari 2018 Sebumi melakukan perundingan yang ke-1
yang dilaksanakan pada pukul 11:00, namun hasilnya tidak ada kata sepakat,
pengusaha beranggapan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan order dan
perusahaan merasa tidak melanggar Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, karena perjanjian sah dan tidak ada
paksaan. Pihak PT Nanbu Plastics Indonesia berpendapat bahwa PKWT mengacu
pada Pasal 59 Ayat 1, Ayat 2 dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan. PT Nanbu Plastics Indonesia berdalih akan
mempertimbangkan kasus PKWT, dan mengulur waktu dengan alasan akan
mengadakan perundingan ke- 2 pada tanggal 17 Januari 2018;
12) Bahwa pada tanggal 17 Januari 2018 SEBUMI melakukan perundingan ke- 2
dengan Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia pada pukul 11:00, namun
hasilnya masih tidak ada kata sepakat, PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap
jenis pekerjaan sesuai Pasal 59 Ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, bahwa jenis pekerjaan berdasarkan
orderan, pekerjaan naik turun sesuai orderan, Manajemen menimbang untuk
menjaga kelangsungan perusahaan. Jika semua karyawan PT Nanbu Plastics
Indonesia berstatus PKWTT perusahaan akan turun. Dan Manajemen tetap
berusah mengulur waktu dengan alasan masih mempertimbangkan perundingan
ke- 1 dan ke- 2;
13) Bahwa Pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia memberikan
kuasa penuh wakil perusahaan untuk melakukan perundingan, penanganan kasus
yang berkaitan dengan ketenagakerjaan di PT Nanbu Plastics Indonesia diberikan
kepada Richard Sinanu selaku Senior Manager HR IR.;
14) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 14:00 Sebumi melaksanakan
perundingan bipartit yang ke- 3 yang di hadiri Richard Sinanu dan Seraphine
Anne mewakili Presiden direktur PT Nanbu Plastics Indonesia. Namun saat di
minta surat kuasa mereka tidak dapat menunjukan. Hasil dari perundingan adalah
tidak ada kata sepakat (deadlock);
15) Bahwa Pada tanggal 13 Februari 2108 Sebumi mencatatkan perselisihan dengan
memberikan undangan permohonan penyelesaian tripartit (mediasi) kepada
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi;
16) Bahwa pada tanggal 6 Maret 2018 dilakukan mediasi yang ke- 1 di Kantor Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi dengan mediator bernama Ernawati, SE.
Hasilnya belum ada kata sepakat, dan pihak mediator menganjurkan musyawarah;
18
17) Bahwa pada tanggal 20 Maret 2018 mediasi yang ke- 2 di Kantor Dinas Tenaga
kerja Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena Pihak PT
Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum
melengkapi surat kuasa;
18) Bahwa pada tanggal 29 Maret 2018 mediasi yang ke- 3 di Kantor Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena wakil
perusahaan PT Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne
belum melengkapi surat kuasa;
19) Bahwa pada tanggal 12 April 2018 mediasi yang ke- 4 di Kantor Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Bekasi, belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh Richard Sinanu belum membawa Surat Kuasa
(kelengkapan dokumen);
20) Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia
mendalilkan bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari
customer, sehingga PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual
faktanya dalam surat perjanjian kerja yang diterima oleh Atika dan kawan-kawan
pada Pasal 1 angka 3 PKWT berbunyi: Perjanjian ini didasarkan atas jangka
waktu sesuai dengan Pasal 59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan. Sedangkan bunyi Pasal 59 ayat (1) huruf d
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan
yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan
yang masih dalam percobaan atau penjajakan. Tentunya dalam hal ini
perusahaan telah keliru dalam menerapkan hukum kepada Fitriawati dan kawan-
kawan;
21) Bahwa pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018 dilakukan mediasi yang ke- 5 di
Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, dari masing-masing pihak tidak
ada kata sepakat sehingga Kepala Dinas Tenaga Kerja akan mengeluarkan Surat
Anjuran.
h. Lestari
1) Bahwa Lestari bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia sejak tanggal 18 Februari
2016 sampai dengan 17 Februari 2017 selama 1 tahun dan diperpanjang 1 tahun
dari tanggal 17 Februari 2017 sampai dengan 17 Februari 2018;
2) Bahwa Lestari mendapat informasi lowongan kerja dari temannya. Bahwa
Lestari masuk kerja di PT Nanbu Plastics Indonesia dikenakan biaya Rp.
4.000.000,- yang diserahkan kepada orang yang mengaku orang dalam bernama
Bu Erna, yang memasukannya di PT Nanbu Plastics Indonesia;
3) Bahwa Lestari ditempatkan dibagian QC (Quality Control), bekerja dibagian
Inspector QC;
4) Bahwa Lestari melakukan langkah kerja mulai pukul 07.45 WIB mengikuti
senam pagi dilanjutkan dengan briefing pagi untuk saling tukar informasi dengan
mitra shift 1 ke shift 2 tentang apa saja yang terjadi di line dan melakukan 5S
sebelum bekerja di area line QC;
5) Bahwa Lestari setiap harinya mempersiapkan peralatan kerja, mengambil WI
sesuai part number yang saya mau cek , jika menemukan NG seperti Short-Short
dan lain-lain berhenti bekerja lapor keatasan, jika sudah selesai saya memulai
bekerja kembali sampai selesai;
19
6) Bahwa pada tanggal 22 November 2017 PT Nanbu Plastics Indonesia berjanji
akan memberikan kuota pengangkatan yang berjumlah 8 orang akan diberikan
kepada buruh kontrak yang diajukan oleh serikat buruh;
7) Bahwa pada tanggal 20 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-1 kepada PT Nanbu Plastics Indonesia mengenai
pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu Tertetu (PKWT), tetapi ditolak oleh
Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia. Dengan alasan Manajemen meminta
kronologi masing-masing buruh yang diajukan untuk dipelajari;
8) Bahwa pada tanggal 27 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-2 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), dan masih tidak ada tanggapan dari Manajemen;
9) Bahwa Pada tanggal 4 Januari 2018 Sebumi memberikan surat Undangan
perundingan bipartit yang ke-3 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), namun ditolak dan ditunda-tunda lagi oleh Manajemen dengan
menentukan jadwal perundingan pada tanggal 10 januari 2018;
10) Bahwa pada tanggal 10 Januari 2018 Sebumi melakukan perundingan yang ke-1
yang dilaksanakan pada pukul 11:00, namun hasilnya tidak ada kata sepakat,
pengusaha beranggapan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan order dan
perusahaan merasa tidak melanggar Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, karena perjanjian sah dan tidak ada
paksaan. Pihak PT Nanbu Plastics Indonesia berpendapat bahwa PKWT mengacu
pada Pasal 59 Ayat 1, Ayat 2 dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan. PT Nanbu Plastics Indonesia berdalih akan
mempertimbangkan kasus PKWT, dan mengulur waktu dengan alasan akan
mengadakan perundingan ke- 2 pada tanggal 17 Januari 2018;
11) Bahwa pada tanggal 17 Januari 2018 SEBUMI melakukan perundingan ke- 2
dengan Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia pada pukul 11:00, namun
hasilnya masih tidak ada kata sepakat, PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap
jenis pekerjaan sesuai Pasal 59 Ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, bahwa jenis pekerjaan berdasarkan
orderan, pekerjaan naik turun sesuai orderan, Manajemen menimbang untuk
menjaga kelangsungan perusahaan. Jika semua karyawan PT Nanbu Plastics
Indonesia berstatus PKWTT perusahaan akan turun. Dan Manajemen tetap
berusah mengulur waktu dengan alasan masih mempertimbangkan perundingan
ke- 1 dan ke- 2;
12) Bahwa Pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia memberikan
kuasa penuh wakil perusahaan untuk melakukan perundingan, penanganan kasus
yang berkaitan dengan ketenagakerjaan di PT Nanbu Plastics Indonesia diberikan
kepada Richard Sinanu selaku Senior Manager HR IR.;
13) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 14:00 Sebumi melaksanakan
perundingan bipartit yang ke- 3 yang di hadiri Richard Sinanu dan Seraphine
Anne mewakili Presiden direktur PT Nanbu Plastics Indonesia. Namun saat di
minta surat kuasa mereka tidak dapat menunjukan. Hasil dari perundingan adalah
tidak ada kata sepakat (deadlock);
14) Bahwa Pada tanggal 13 Februari 2108 Sebumi mencatatkan perselisihan dengan
memberikan undangan permohonan penyelesaian tripartit (mediasi) kepada
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi;
15) Bahwa pada tanggal 6 Maret 2018 dilakukan mediasi yang ke- 1 di Kantor Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi dengan mediator bernama Ernawati, SE.
Hasilnya belum ada kata sepakat, dan pihak mediator menganjurkan musyawarah;
20
16) Bahwa pada tanggal 20 Maret 2018 mediasi yang ke- 2 di Kantor Dinas Tenaga
kerja Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena Pihak PT
Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum
melengkapi surat kuasa;
17) Bahwa pada tanggal 29 Maret 2018 mediasi yang ke- 3 di Kantor Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena wakil
perusahaan PT Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne
belum melengkapi surat kuasa;
18) Bahwa pada tanggal 12 April 2018 mediasi yang ke- 4 di Kantor Dinas Tenaga
Kerja Kabupaten Bekasi, belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh Richard Sinanu belum membawa Surat Kuasa
(kelengkapan dokumen);
19) Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia
mendalilkan bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari
customer, sehingga PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual
faktanya dalam surat perjanjian kerja yang diterima oleh Atika dan kawan-kawan
pada Pasal 1 angka 3 PKWT berbunyi: Perjanjian ini didasarkan atas jangka
waktu sesuai dengan Pasal 59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan. Sedangkan bunyi Pasal 59 ayat (1) huruf d
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan
yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan
yang masih dalam percobaan atau penjajakan. Tentunya dalam hal ini
perusahaan telah keliru dalam menerapkan hukum kepada Lestari dan kawan-
kawan;
20) Bahwa pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018 dilakukan mediasi yang ke- 5 di
Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, dari masing-masing pihak tidak
ada kata sepakat sehingga Kepala Dinas Tenaga Kerja akan mengeluarkan Surat
Anjuran.
1. Apakah Perjanjian Kerja Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya
Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari dengan PT
Nanbu Plastics Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan?
2. Bagaimana status hukum Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya
Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati, dan Lestari dengan PT
Nanbu Plastics Indonesia?
3. Berhakkah Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani,
Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati, dan Lestari menuntut haknya agar
menjadi buruh PKWTT/ Tetap di PT Nanbu Plastics Indonesia?
21
6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (“UU
Ketenagakerjaan”);
7. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh (“UU
SP/SB”);
8. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (“UU HAM”);
9. KEP.100/MEN/VI/2004 Tentang ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu
V. PEMBAHASAN
1. Alasan hukum yang digunakan dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Atika
Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto,
Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari oleh PT Nanbu plastics Indonesia:
PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap jenis pekerjaan sesuai Pasal 59 Ayat 1
huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,
bahwa jenis pekerjaan berdasarkan orderan, pekerjaan naik turun sesuai orderan,
perusahaan menimbang untuk menjaga kelangsungan perusahaan. Jika semua
karyawan PT Nanbu Plastics Indonesia berstatus PKWTT perusahaan akan turun.
2. Pendapat hukum Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei
Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati, dan SEBUMI :
1. Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya, hal ini termaktub di dalam Pasal 28A Undang-Undang Dasar
1945. Hal ini masuk dalam kategori hak asasi manusia yang paling mendasar,
demikian juga termasuk hak untuk tetap bekerja untuk memenuhi kemanusiaan
untuk kelangsungan hidup. Sama halnya yang dialami Atika Nafita Sari, Faisal
Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani,Reno Indarto, Ridi Aditya
Saputra, Fitriawati dan Lestari yang menuntut keadilan untuk tetap
mempertahankan pekerjaannya demi kelangsungan hidup mereka dan
keluarganya.
2. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya. Hal ini
termaktub di dalam Pasal 28C Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini
masuk dalam kategori hak asasi manusia yang paling mendasar, dalam hal ini
Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani,
Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya
melalui penegakan peraturan perundang-undangan yang berlaku terlebih untuk
memperjuangkan kehidupannya yang merupakan bagian dari hak asasi manusia
yang dilindungi konstitusi.
3. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Hal ini termaktub
di dalam Pasal 28D Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini masuk dalam
kategori hak asasi manusia yang paling mendasar dalam konstitusi Indonesia.
Demikian halnya Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya
Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati, dan Lestari
berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Tidak menginginkan adanya
diskriminasi, memiliki hak atas pekerjaan dan mempertahankannya seperti buruh-
buruh yang lain yang juga bekerja ditempat yang sama.
22
4. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja. Hal ini termaktub di dalam Pasal 28D
Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini masuk dalam kategori hak asasi
manusia yang paling mendasar dalam konstitusi Indonesia. Demikian halnya
Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani,
Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati, dan Lestari berhak untuk
bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.
5. Dalam Pasal 153 Ayat (1) huruf j Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan, menyatakan bahwa pekerja/ buruh dalam keadaan
cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang
menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya belum
dapat dipastikan. Dalam hal kasus Atika Nafita Sari faktanya Ia belum sembuh
dari kecelakaan kerja dan tidak diangkat menjadi buruh tetap.
6. Dalam Pasal 153 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan: Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan dengan alasan
sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) batal demi hukum dan pengusaha wajib
mempekerjakan kembali pekerja/ buruh yang bersangkutan. Dalam hal kasus
Atika Nafita Sari faktanya Ia diputus hubungan kerjanya. Tentunya dalam hal ini
PT Nanbu Plastics Indonesia telah melakukan pelanggaran terhadap Pasal 153
ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
7. Pada saat bipartit tanggal 10 Januari 2018 Perusahaan mendalilkan bahwa
pekerjaan yang dilakukan berdasarkan order dan perusahaan merasa tidak
melanggar Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, karena perjanjian sah dan tidak ada paksaan. Perusahaan
mengacu pada Pasal 59 Ayat 1, Ayat 2 dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Pada tanggal 17 Januari 2018
Perusahaan mendalilkan bahwa jenis pekerjaan sesuai Pasal 59 ayat 1 huruf d
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, bahwa
jenis pekerjaan berdasarkan orderan, pekerjaan naik turun sesuai orderan,
perusahaan menimbang untuk menjaga kelangsungan perusahaan. Hal ini tidak
sesuai dengan fakta yang ada di Pasal 59 Ayat (1) huruf d Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan: pekerjaan
yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan
yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Fakta yang ada dalam perjanjian kerja acuannya adalah Pasal 59 Ayat (1) huruf
d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yaitu
mengenai produk baru namun Perusahaan mendalilkan order. Hal ini
mengakibatkan Perusahaan keliru dalam menerapkan hukum.
8. Berdasarkan fakta hukum diatas Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin
Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati
dan Lestari ditempatkan bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia pada sektor
produksi, tidak terpisah dari kegiatan utama, seperti bagian extrusi (produksi),
Engineering, Connector (produksi), dan Assy Yazaki (produksi) . Hal ini
bertentangan dengan dengan Pasal 59 Ayat (2) Undang – Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa: Perjanjian
kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat
tetap.
9. Sesuai dengan ketentuan Pasal 59 Ayat (7) Undang – Undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, menyatakan bahwa Perjanjian kerja
23
untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) maka demi hukum
menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
10. Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia
mendalilkan bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari
customer, sehingga PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual
faktanya dalam surat perjanjian kerja yang diterima oleh Atika Nafita Sari,
Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi
Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari dan kawan-kawan pada Pasal 1 angka
3 tertulis: Perjanjian ini didasarkan atas jangka waktu sesuai dengan Pasal 59
Ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Sedangkan bunyi Pasal 59 Ayat (1) huruf d Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan yang
berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang
masih dalam percobaan atau penjajakan. Tentunya dalam hal ini perusahaan
telah keliru dalam menerapkan hukum kepada Atika Nafita Sari, Faisal Al
Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya
Saputra, Fitriawati dan Lestari.
11. Bahwa Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei
Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari pada
masing-masing bagiannya adalah bekerja di core produksi yaitu dibagian inspeksi,
material, engineering, dan QC yang pekerjaannya bersifat tetap.
12. Maka dengan fakta hukum diatas seharusnya status Atika Nafita Sari, Faisal Al
Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya
Saputra, Fitriawati dan Lestari tersebut haruslah berubah menjadi Perjanjian
Kerja Waktu Tidak Tertentu atau PKWTT.
3. Hak Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani,
Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari menuntut haknya
agar menjadi buruh PKWTT/ Tetap di PT Nanbu Plastics Indonesia
Secara normatif atas permasalahan hukum diatas berdasarkan fakta hukum dan
ketentuan hukum yang berlaku dalam hukum ketenagakerjaan yang berlaku di
Indonesia maka adalah sah tuntutan Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin
Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan
Lestari tersebut diatas untuk menjadi Buruh dengan status Perjanjian Kerja Waktu
Tidak Tertentu(PKWTT/ Tetap).
24
Sari, Reno Indarto, Maya Mei Mulyani, Titin Priyatin, Fitriawati dan Lestari)
yang tidak dapat diterima oleh Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin,
Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari
tersebut.
Upaya hukum telah dilakukan oleh Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin
Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan
Lestari melalui SEBUMI juga konsultasi hukum melalui pakar hukum
ketenagakerjaan dan beberapa serikat buruh baik secara litigasi dan non litigasi.
Mekanisme Bipartit sudah dilaksanakan sesuai prosedur dari Bipartit ke-1, ke-2, dan
ke-3, sampai pada tingkat permohonan mediasi ke Disnaker Kabupaten Bekasi.
Oleh karena itu langkah yang dapat ditempuh guna membantu menyelesaikan
permasalahan ini melalui litigasi berupa pendampingan Atika Nafita Sari, Faisal Al
Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra,
Fitriawati dan Lestari dengan Serikat Buruh (SEBUMI), Koordinasi dengan
beberapa LBH, Menakertrans dan lembaga- lembaga yang terkait. Juga melalui
nonlitigasi melalui kerjasama antar serikat buruh, media, dan masyarakat untuk
melakukan pengawasan dan penekanan proses hukum agar sesuai dengan aturan
hukum yang berlaku.
VI. KESIMPULAN
VII. REKOMENDASI
B. KETERANGAN PENGUSAHA
25
Kronologi Atas Pengaduan Karyawan Sehubungan Dengan PKWT (Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu)
Fitriawati (2)
1. Awal masuk 21 Januari 2016 di Departemen Yazaki
2. Pekerjaan yang dilakukan adalah sebagai berikut: Memasang komponen ring besi di
produk menggunakan mesin press secara manual/ secara auto
3. Setelah PKWT I berakhir 20 Januari 2017 dan berdasarkan penilaian maka dilanjutkan
kontrak PKWT II
26
4. Namun diakhir kontrak PKWT II tanggal 20 Januari 2018, Fitriawati tidak memenuhi
criteria untuk diangkat menjadi karyawan tetap dan atau untuk dilanjutkan kontrak,
sehingga HRD memutuskan untuk mengakhiri kontrak kerja yang bersangkutan.
Lestari (3)
1. Awal masuk tanggal 18 Februari 2016 di Departemen QC
2. Pekerjaan yang dilakukan adalah sebagai berikut: mengecek produk yazaki dari produksi
injection
3. Setelah PKWT I berakhir 17 Februari 2017 dan berdasarkan penilaian maka dilanjutkan
kontrak PKWT II
4. Namun diakhir kontrak PKWT II tanggal 17 Februari 2018, Fitriawati tidak memenuhi
criteria untuk diangkat menjadi karyawan tetap dan atau untuk dilanjutkan kontrak,
sehingga HRD memutuskan untuk mengakhiri kontrak kerja yang bersangkutan.
27
3. Sebagaimana proses dan prosedur yang berlaku di perusahaan sebelum berakhir masa
kontrak diberikan form penilaian evaluasi kepada Kepala Departemen masing-masing
termasuk Departemen Engineering tempat Sdr Titin Priyatin bekerja
4. Sehingga berdasarkan hal tersebut Sdr Titin Priyatin dinyatakan putus/ berakhir masa
kontraknya pada tanggal 20 Maret 2018
Demikian catatan perjanjian kerja waktu tertentu dari mantan karyawan kontrak yang telah
berakhir atau diberhentikan sebelum waktu kontraknya dengan dibayarkan sisa kontraknya
sehingga tidak dapat dilanjutkan kembali kontraknya atau dipermanenkan sebagai karyawan
tetap.
Berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukan sebagaimana dijabarkan diatas bahwa pekerjaan
tersebut adalah bersifat pendukung dari pekerjaan utama (yang rata-rata menggunakan mesin
untuk membuat produknya), dan part yang dibuat disesuaikan dengan pesanan dari customer
yang selalu berubah jenis model dan partnya dalam 3-4 tahun terakhir ini, jika dikaitkan
28
dengan Pasal 59 UU 13 tahun 2003 penerapan aturan di PT Nanbu terkait PKWT tidak ada
yang melanggar ketentuan tersebut.
Hal tersebut diatas semakin diperkuat dengan pendapat kami dengan hasil pengawasan dari
UPTD Pengawasan Ketenagakerjaan, yang melakukan pengawasan berdasarkan pengaduan
dari SEBUMI dan hasilnya:
1. Point 1 a dari Nota Pemeriksaan No. 560/1815-BP2k.Wil.II berbunyi:
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas bahwa pekerjaan yang ditandatangani oleh yang
disediakan oleh PT Nanbu Plastics Indonesia terhadap pekerja bersifat musiman sesuai
dengan pesanan (order), dengan demikian Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dapat
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2. Nota Pemeriksaan ditandatangani oleh Pengawas Ketenagakerjaan Bapak Drs. Monang
Sitohang dan Kepala Unit Wil.II BapakDrs. Zamhur Agus SAS, MSi.
Untuk itu berdasarkan uraian diatas, kami meminta untuk anjuran yang dikeluarkan oleh
Mediator Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi menyatakan:
1. PT Nanbu Plastics Indonesia tidak menyalahi aturan ketenagakerjaan dalam
penerapan PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu)
2. PKWT atas 9 (Sembilan) mantan karyawan PT Nanbu Plastics Indonesia dinyatakan
sesuai aturan ketenagakerjaan dan diputus kontrak, dan berakhir masa bekerjanya
dengan perusahaan.
Bahwa berdasarkan keterangan/ kronologis dari kedua belah pihak yang berselisih seperti
tersebut diatas, mediator berpendapat sebagai berikut:
- bahwa telah terjadi perselisihan antara Serikat Buruh Bumi Manusia PT Nanbu Plastics
Indonesia selaku kuasa pekerja Sdr. Atika Nafita Sari, dkk (SEBUMI) dengan PT Nanbu
Plastics Indonesia (pengusaha) mengenai Perselisihan Tentang Status Hubungan Kerja
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) Sdr. Atika Nafita Sari, dkk
- bahwa perselisihan ini telah diupayakan untuk diselesaikan secara bipartit pada tanggal 10
Januari 2018, 17 Januari 2018, dan 19 Januari 2018, namun karena tidak tercapai
kesepakatan, sehingga serikat pekerja mengajukan penyelesaian melalui mediasi.
- bahwa nama-nama pekerja PKWT yang diajukan mediasi pada awalnya adalah 1. Atika
Nafita Sari, 2. Faisal Al Rahmad, 3. Titin Priyatin, 4. Maya Mei Mulyani, 5. Reno Indarto, 6.
Ridi Aditya Saputra, 7. Fitriawati, 8. Lestari dan 9. Ginta Krisnata, namun pada mediasi
tanggal 6 Maret 2018, dari SEBUMI menyampaikan pekerja atas nama Sdr. Ginta Krisnata
(9) pada butir 4”……..yang menyatakan Sdr Ginta K. dinyatakan putus/ dipercepat berakhir
masa kontraknya pada tanggal 2 April 2018, dengan dibayar sisa kontraknya. (terlampir PB
– Perjanjian Bersama), dengan demikian jumlah pekerja yang masih diperselisihkan
sebanyak 8 (delapan) orang yaitu: 1. Atika Nafita Sari, 2. Faisal Al Rahmad, 3. Titin Priyatin,
4. Maya Mei Mulyani, 5. Reno Indarto, 6. Ridi Aditya Saputra, 7. Fitriawati, 8. Lestari
29
- bahwa SEBUMI selaku kuasa pekerja Sdr. Atika Nafita Sari, dkk ( 8 orang) menyatakan
bahwa PKWT Sdr. Atika Nafita Sari, dkk ( 8 orang) pelaksanaannya bertentangan dengan
ketentuan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 59 Ayat 2,
yaitu diberlakukan untuk pekerjaan yang bersifat tetap sebagaimana keterangan/ kronologis
SEBUMI pada no. 2 tentang Pendapat Hukum butir 8;
- bahwa dari keterangan SEBUMI pada no. 2 tentang Pendapat Hukum butir 11, menyebutkan
“bahwa Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno
Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari pada masing-masing bagiannya adalah
bekerja di core produksi yaitu dibagian inspeksi, material, engineering, dan QC yang
pekerjaannya bersifat tetap”
- bahwa pada keterangan pengusaha, diperoleh data bahwa pekerjaan dan penempatan masing-
masing pekerja adalah sebagai berikut:
No. Nama Dept/ Bagian Pekerjaan
1. Atika Nafita Sari Assy Yazaki Press Part
Mutasi Extrusi
2. Fitriawati Yazaki Memasang komponen ring besi
di produk menggunakan mesin
press secara manual/ secara auto
3. Lestari QC Mengecek produk Yazaki
4. Reno Indarto Engineering/ bagian Membersihkan komponen mold
moulding (sebagai (cetakan)
Operator overhould moulding)
5. Faisal Al Rahmad Engineering/ bagian Membersihkan komponen mold
moulding (sebagai (cetakan)
Operator overhould moulding)
6. Titin Priyatin Assembly Mengecek produk setengah jadi
yang yang nantinya akan
diproses assembly
7. Maya Mei Mulyani Assembly Mengecek produk setengah jadi
yang yang nantinya akan
diproses assembly
8. Ridi Aditya Saputra Support Injection Connector Menyediakan box untuk
barang setengah jadi dan
membantu packing produk WIP
Injection Connector
- bahwa atas pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja sebagaimana tersebut diatas,
pengusaha dalam keterangannya menyampaikan “pekerjaan tersebut adalah bersifat
pendukung dari pekerjaan utama (yang rata-rata menggunakan mesin untuk membuat
produknya), dan part yang dibuat disesuaikan dengan pesanan dari customer yang selalu
berubah jenis model dan partnya dalam 3-4 tahun terakhir ini, jika dikaitkan dengan Pasal
59 UU 13 tahun 2003 penerapan aturan di PT Nanbu terkait PKWT tidak ada yang
melanggar ketentuan tersebut.”
- bahwa pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT/ kontrak kerja) diatur dalam
Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, menyatakan:
(1) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang
menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu,
30
yaitu:
a. pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
b. pekerjaaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
dan paling lama 3 (tiga) tahun;
c. pekerjaan yang bersifat musiman; atau
d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
(2) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat
tetap.
(3) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dapat diperpanjang atau diperbaharui.
(4) Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka waktu tertentu dapat
diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun dan hanya boleh diperpanjang 1 (satu) kali
untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.
(5) Pengusaha yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu tersebut,
paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu berakhir telah
memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada pekerja/buruh yang bersangkutan.
(6) Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah melebihi masa
tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang
lama, pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali
dan paling lama 2 (dua) tahun.
(7) Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) maka demi hukum
menjadi perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
- bahwa Pasal 5 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor : Kep.100/Men/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu, mengatur:
(1) Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu
dapat dilakukan dengan PKWT sebagai pekerjaan musiman.
(2) PKWT yang dilakukan untuk pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya
diberlakukan untuk pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan tambahan.
- bahwa Pasal 15 Ayat (2) Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik
Indonesia Nomor : Kep.100/Men/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu, menyatakan: “Dalam hal PKWT dibuat tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), atau Pasal 5 ayat (2), maka PKWT berubah
menjadi PKWTT sejak adanya hubungan kerja.”;
- bahwa menurut keterangan pengusaha PKWT Sdr. Atika Nafita Sari, dkk ( 8 orang)
didasarkan pada pekerjaan yang bersifat musiman sesuai dengan order atau pesanan dari
customer yang selalu berubah jenis dan partnya;
- bahwa namun pada dokumen berupa Perjanjian Kerja Waktu Tertentu masing-masing
pekerja Sdr. Atika Nafita Sari, dkk ( 8 orang) yang disampaikan oleh SEBUMI pada Pasal 1
Ayat (3) berbunyi: “ Perjanjian ini didasarkan atas jangka waktu sesuai dengan Pasal 59
Ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
(“UUK”).”;
- bahwa Pasal 59 Ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, adalah PKWT untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,
kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan;
31
- bahwa berdasarkan keterangan yang diperoleh dari pihak pekerja PT Nanbu Plastics
Indonesia berdiri sejak tahun 2010 dan bergerak di bidang plastic otomotif;
- bahwa dengan demikian, berdasarkan hal-hal tersebut, maka sesuai dengan ketentuan Pasal
59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan jo Pasal 5 dan Pasal 15
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor :
Kep.100/Men/VI/2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
sebagaimana tersebut diatas, maka hubungan kerja yang didasarkan pada Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (PKWT) antara pekerja Sdr. Atika Nafita Sari, dkk ( 8 orang) dengan pihak
pengusaha PT Nanbu Plastics Indonesia demi hukum menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak
Tertentu (PKWTT) terhitung sejak terjadinya hubungan kerja;
- bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas dan untuk tidak berlarut-larutnya permasalahan ini,
maka Mediator Hubungan Industrial,
MENGANJURKAN
1. Agar Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) antara PT Nanbu Plastics Indonesia
(pengusaha) dengan Saudara 1. Atika Nafita Sari, 2. Faisal Al Rahmad, 3. Titin Priyatin, 4.
Maya Mei Mulyani, 5. Reno Indarto, 6. Ridi Aditya Saputra, 7. Fitriawati, 8. Lestari demi
hukum menjadi Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT);
2. Agar kedua belah pihak memberikan jawaban tertulis paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja
setelah menerima anjuran ini.
Mengetahui
Kepala Dinas Tenaga Kerja Mediator Hubungan Industrial
Kabupaten Bekasi
32