Anda di halaman 1dari 39

Bekasi, 10 Mei 2018

Yth.:
Kepala Dinas Tenaga Kerja Kab. Bekasi
Di Tempat

Perihal : Kronologi dan Pendapat Hukum tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT) antara Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei
Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati, dan Lestari dengan PT
Nanbu Plastics Indonesia

Dengan hormat,
Bersama ini kami sampaikan Pendapat Hukum kami atas permasalahan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu (PKWT) antara Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani,
Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dengan PT Nanbu Plastics Indonesia, sebagai
berikut:

I. ASUMSI DAN KUALIFIKASI

1. Pendapat hukum dibuat setelah kami menerima penuturan secara lisan dan menerima
dokumen-dokumen dari buruh-buruh yang dipekerjakan secara PKWT di PT Nanbu
Plastics Indonesia sejak pada tanggal 21 Januari 2016, yaitu:
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk masing-masing buruh PKWT, terlampir;
b. Kronologi kerja dan permasalahan masing-masing buruh PKWT;
c. Data tambahan berupa fotokopi perjanjian kerja;
d. Fotokopi IDcard;
e. Fotokopi Slip Gaji;
f. Fotokopi BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan jaminan Pensiun;
g. Fotokopi Formulir Anggota Serikat.

Page 1 of 39
2. Terhadap dokumen huruf a sampai dengan huruf g tersebut dalam poin 1 di atas, kami
tidak bisa memberikan komentar lebih jauh karena bukan keahlian kami;
3. Kami mengasumsikan bahwa dokumen-dokumen tersebut sesuai dengan aslinya;
4. Kami tidak dalam posisi untuk memberikan pendapat mengenai keaslian dan keabsahan
dokumen-dokumen tersebut.

II. FAKTA HUKUM

a. Atika Nafita Sari


1. Kronologi Kecelakaan Kerja
1) Bahwa Atika Nafita Sari mulai bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia pada tanggal
21 Januari 2016, dengan status pekerja kontrak (PKWT) untuk jangka waktu satu
tahun ditempatkan pada bagian Assy Yazaki sebagai Assy Collar;
2) Bahwa PT Nanbu Plastics Indonesia adalah perusahaan swasta asing milik pengusaha
jepang yang bergerak dibidang plastik untuk kebutuhan otomotif;
3) Bahwa pada bulan April 2016 Atika Nafita Sari di mutasi (dipindah bagian kerja) ke
bagian Extrusion dengan jenis pekerjaan Inspeksi (mengecek) produk. Atika Nafita
Sari diberikan tambahan kerja selain itu mengoperasikan mesin press untuk produk
Ts-Tech dengan type model Trim Cord 04 L 65. sebelum menjalankan mesin press
Atika Nafita Sari diberikan petunjuk teori secara singkat dan saat itu juga belum ada
WI (Work Intruction) yakni petunjuk penggunaan yang ditempelkan pada mesin press
yang saya gunakan;
4) Bahwa pada tanggal 26 september 2016 saat Atika Nafita Sari bekerja shift 1 pada
pukul 18:00 (saat kerja lembur) mengalami kecelakaan kerja, jari tengahnya
terpotong mesin press setengah ruas, kemudian Atika Nafita Sari melapor ke atasan
karena saat itu petugas klinik sudah pada pulang, Atika Nafita Sari dibantu oleh
Bapak Zakaria (Leader Produksi) , Bapak Nanang Supriyadi (PPIC Produksi) dan
satu orang pekerja lainnya. Atika Nafita Sari dibawa ke klinik Fajar Medika di
kawasan MM 2100. Saat di klinik jari tengah Atika Nafita Sari hanya diberikan
perban dan oleh dokter klinik Fajar Medika diminta untuk dibawa kerumah sakit
kemudian saya dibawa ke rumah sakit Hermina Grand Wisata yang beralamat di Jln.

Page 2 of 39
Festival Boulevard Blok JA No. 1, Lembangsari, Tambun Selatan, Bekasi, jawa Barat
17510;
5) Bahwa Atika Nafita Sari tiba di rumah sakit Hermina Grand Wisata pukul 19:00
mendapatkan penanganan:
a. masuk ruang UGD,
b. diberikan infuse,
c. dibuka perbannya,
d. dibersikan lukanya dan diganti perbannya.
Dokter dirumah sakit Hermina Grand Wisata bertanya ke Atika Nafita Sari
mengenai orang tua atau keluarga sebagai penanggung jawab. Karena orang tua
Atika Nafita Sari tidak ada di tempat, Bapak Diki Dzulkarnain (Asisten Manager PT
Nanbu Plastics Indonesia) mewakili sebagai penanggung jawab. Pihak rumah sakit
meminta Atika Nafita Sari menunjukkan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan, tetapi
Atika Nafita Sari tidak memilikinya. Padahal saat itu Atika Nafita Sari sudah
bekerja 9 bulan dan dalam slip gaji tercantum pemotongan iuran BPJS
Ketenagakerjaan sejak awal bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia. Kemudian bapak
Diki Dzulkarnain menelpon pihak HRD (Ibu Dewi Susilawati dan Bapak Hasan
Hasbullah) menanyakan kartu BPJS Ketenagakerjaan namun pihak HRD tidak
mengetahuinya, dan dengan alasan telah pulang kerja serta data nomor BPJS
Ketenagakerjaan Atika Nafita Sari ada di kantor perusahaan. Karena nomor kartu
BPJS Ketenagakerjaan Atika Nafita Sari belum diketahui, maka penanganan lebih
lanjut terhadap jari tengah Atika Nafita Sari yang sudah terputus setengah ruas
tertunda, Atika Nafita Sari diinapkan di rumah sakit Hermina Grand Wisata;
6) Bahwa keesokan harinya pada tanggal 27 september 2016 sekitar pukul 13:00 Atika
Nafita Sari dimasukan ke ruang operasi dan jari tengahnya mendapatkan penanganan
operasi. Saat operasi Atika Nafita Sari dibius total baru sadar sekitar pukul 16:00.
Kemudian dipindah di ruang rawat inap di rumah sakit Hermina Grand Wisata selama
3 hari;
7) Bahwa pada tanggal 28 september 2016 pagi harinya, perawat rumah sakit
mengatakan bahwa jari Atika Nafita Sari tidak bisa disambung lagi. Atika Nafita
Sari awalnya mengira jarinya sudah disambung kembali karena tidak bisa melihat

Page 3 of 39
jarinya yang ditutupi perban. Mendengar perkataan perawat, Atika Nafita Sari
terkejut (shock) sehingga menangis meratapi nasibnya yang kini jari tengahnya
terpotong dan ia sendiri menyebutnya menjadi orang cacat. Foto-foto saat kejadian
bisa dilihat di laman Facebook Atika Nafita Sari:
https://www.facebook.com/nafiitasari.nafiitasari/posts/477971549270845?pnref=stor
y;
8) Bahwa pada bulan Oktober 2016 Atika Nafita Sari cek/ kontrol kerumah sakit
Hermina Grand Wisata saya menanyakan kenapa jari tengahnya tidak bisa disambung.
Jawaban dari dokter “mana bisa di sambung”, dokter juga menyampaikan jari tengah
Atika Nafita Sari tidak akan tumbuh kuku lagi;
9) Bahwa kemudian ternyata jari tengah Atika Nafita Sari yang putus tumbuh kuku lagi
sementara lukanya yang belum kering, sehingga jari tengahnya masih bengkak dan
sering keluar nanah;
10) Bahwa pada bulan Desember 2017 Atika Nafita Sari kembali mengecek masalah jari
tengahnya ke klinik RIZKI Di jalan Gg. Simbang, Kaliabang Tengah. Dimana dokter
di klinik tersebut menyampaikan agar jari tengah Atika Nafita Sari yang sakit akibat
tumbuh kuku yang tidak normal disarankan agar jari tengahnya diamputasi;
11) Bahwa saat itu hingga saat ini Atika Nafita Sari sedang mempermasalahkan PKWT
(Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) dan kasus kecelakaan kerja antara Atika Nafita
Sari dan kawan-kawannya dengan PT Nanbu Plastics Indonesia yang menyimpang
dari Undang-Undang Ketenagakerjaan. Dengan didampingi Serikat Buruh Bumi
Manusia (SEBUMI) PT Nanbu Plastics Indonesia, Atika Nafita Sari
memperselisihkan masalah ini yang dimulai dari perundingan pertama pada tanggal
10 Januari 2018;
12) Walau pada tanggal 16 Januari 2018 Atika Nafita Sari menanyakan perihal
penanganan jari tengahnya yang akan diamputasi ke pihak perusahaan PT Nanbu
Plastics Indonesia. HRD Seraphine Anne menyuruh Atika Nafita Sari ke rumah sakit
dan menggunakan BPJS Ketenagakerjaan. Namun pihak Rumah Sakit Hermina
Grand Wisata menolaknya dan menganggap permasalahannya sudah selesai, padahal
lukanya belum sembuh;

Page 4 of 39
13) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia mengakhiri
hubungan kerja Atika Nafita Sari dengan alasan telah habis jangka waktu PKWT
(Perjanjian Kerja waktu Tertentu) tanpa mempertimbangkan kondisi Atika Nafita
Sari yang kini sudah cacat dan akan kesulitan mencari pekerjaan di tempat lain;
2 Kronologi PKWT
1) Bahwa Atika Nafita Sari, bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia sejak tanggal 21
Januari 2016 status pekerja kontrak (PKWT) untuk jangka waktu 1 tahun ditempatkan
pada bagian Assy Yazaki sebagai Assy Collar;
2) Bahwa Atika Nafita Sari mendapat informasi lowongan kerja lewat mantan Leader
di perusahaan dulu tempat Atika Nafita Sari bekerja dan masuk kerja di PT Nanbu
Plastics Indonesia dikenakan biaya Rp. 3.000.000,00;
3) Bahwa Atika Nafita Sari bekerja mulai pukul 07:45 Wib saya mengikuti senam pagi
dilanjutkan dengan briefing pagi untuk saling tukar informasi dengan mitra shift 1 ke
shift 2 tentang apa saja yang terjadi di line dan melakukan 5S sebelum bekerja di area
line Yazaki;
4) Bahwa untuk pekerjaan Atika Nafita Sari setiap harinya mempersiapakan WIP yang
akan dicollar dengan mesin collar yang tersedia diarea kerja Assy Yazaki dan box
untuk produk yang akan langsung dipacking;
5) Bahwa Setelah 3 bulan bekerja, pada bulan April 2016 Atika Nafita Sari dimutasi
(dipindah bagian kerja) kebagian Ekstrusi dengan pekerjaan sebagai Inspektor-
inspeksi , dimana proses inspeksi itu dimulai dari proses pengambilan material lalu
material tersebut di proses untuk dimasukan ke dalam mesin injection yang didalam
mesin injection ada mold untuk mencetak produk yang akan dibuat dan proses
tersebut langsung keluar dari mesin dan langsung Atika Nafita Sari cek produknya
untuk mengetahui produk itu OK (Okey) atau NG (No Good). Pada dasarnya
pekerjaan dimana Atika Nafita Sari ditempatkan adalah bersifat Tetap dan dilakukan
secara terus-menerus dari perusahaan berdiri ditahun 2010 hingga sekarang diantara
rekan-rekannya adalah buruh tetap dengan pekerjaan yang sama dengan Atika Nafita
Sari;
6) Bahwa Atika Nafita Sari juga diberi kerjaan tambahan selain Inspeksi, Atika Nafita
Sari disuruh mengoperasikan mesin Press untuk produk Ts-Tech dengan tipe model

Page 5 of 39
Trim Cord 04 L65. Sebelum menjalankan mesin press Atika Nafita Sari hanya
diberikan teori secara lisan dan singkat, dan saat itu juga belum ada WI (Work
Inspection) yakni petunjuk penggunaan yang ditempelkan pada mesin press yang
Atika Nafita Sari gunakan;
7) Bahwa Pada tanggal 26 September 2016, saat bekerja shift 1 pada pukul 18:00 WIB
(saat kerja lembur) Atika Nafita Sari mengalami KECELAKAAN KERJA jari
tengah Atika Nafita Sari setengah ruas terpotong mesin press yang sedang Atika
Nafita Sari gunakan. Ditempat kejadian hanya ada Atika Nafita Sari dan teman
Atika Nafita Sari yang bernama Andri yang posisinya sedang menjalankan mesin
press dengan posisi berada didepan mesin press Atika Nafita Sari. Kemudian Atika
Nafita Sari dibawa ke klinik Fajar Medika yang ada di kawasan MM2100,
dikarenakan dokter klinik tidak bisa menangani jari Atika Nafita Sari, maka
diharuskan dibawa kerumah sakit Hermina Grand Wisata;
8) Bahwa saat dirumah sakit Atika Nafita Sari dimintai kartu BPJS Ketenagakerjaan
oleh suster rumah sakit untuk segera diproses penanganan jari Atika Nafita Sari
(operasi) pada malam itu juga, karena BPJS Ketenagakerjaan tidak ada proses untuk
operasi penanganan jari Atika Nafita Sari ditunda keesokan harinya;
9) Bahwa saat kecelakaan kerja Atika Nafita Sari sudah 9 bulan bekerja tetapi belum
mendapatkan kartu BPJS Ketenagakerjaanpadahal setiap bulannya sudah dipotong
iuran BPJS oleh PT Nanbu Plastics Indonesia;
10) Bahwa pada tanggal 22 November 2017 PT Nanbu Plastics Indonesia berjanji akan
memberikan kuota pengangkatan yang berjumlah 8 orang akan diberikan kepada
buruh kontrak yang diajukan oleh serikat buruh;
11) Bahwa pada tanggal 20 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-1 kepada PT Nanbu Plastics Indonesia mengenai
pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu Tertetu (PKWT), tetapi ditolak oleh Manajemen
PT Nanbu Plastics Indonesia. Dengan alasan Manajemen meminta kronologi masing-
masing buruh yang diajukan untuk dipelajari;
12) Bahwa pada tanggal 27 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-2 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), dan masih tidak ada tanggapan dari Manajemen;

Page 6 of 39
13) Bahwa Pada tanggal 4 Januari 2018 Sebumi memberikan surat Undangan
perundingan bipartit yang ke-3 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), namun ditolak dan ditunda-tunda lagi oleh Manajemen dengan
menentukan jadwal perundingan pada tanggal 10 januari 2018;
14) Bahwa pada tanggal 10 Januari 2018 Sebumi melakukan perundingan yang ke-1 yang
dilaksanakan pada pukul 11:00, namun hasilnya tidak ada kata sepakat, pengusaha
beranggapan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan order dan perusahaan merasa
tidak melanggar Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, karena perjanjian sah dan tidak ada paksaan. Pihak PT Nanbu
Plastics Indonesia berpendapat bahwa PKWT mengacu pada Pasal 59 Ayat 1, Ayat 2
dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
PT Nanbu Plastics Indonesia berdalih akan mempertimbangkan kasus PKWT, dan
mengulur waktu dengan alasan akan mengadakan perundingan ke- 2 pada tanggal 17
Januari 2018;
15) Bahwa pada tanggal 17 Januari 2018 SEBUMI melakukan perundingan ke- 2 dengan
Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia pada pukul 11:00, namun hasilnya masih
tidak ada kata sepakat, PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap jenis pekerjaan
sesuai Pasal 59 Ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, bahwa jenis pekerjaan berdasarkan orderan, pekerjaan naik turun
sesuai orderan, Manajemen menimbang untuk menjaga kelangsungan perusahaan.
Jika semua karyawan PT Nanbu Plastics Indonesia berstatus PKWTT perusahaan
akan turun. Dan Manajemen tetap berusah mengulur waktu dengan alasan masih
mempertimbangkan perundingan ke- 1 dan ke- 2;
16) Bahwa Pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia memberikan kuasa
penuh wakil perusahaan untuk melakukan perundingan, penanganan kasus yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan di PT Nanbu Plastics Indonesia diberikan kepada
Richard Sinanu selaku Senior Manager HR IR.;
17) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 14:00 Sebumi melaksanakan perundingan
bipartit yang ke- 3 yang di hadiri Richard Sinanu dan Seraphine Anne mewakili
Presiden direktur PT Nanbu Plastics Indonesia. Namun saat di minta surat kuasa

Page 7 of 39
mereka tidak dapat menunjukan. Hasil dari perundingan adalah tidak ada kata sepakat
(deadlock);
18) Bahwa Pada tanggal 13 Februari 2108 Sebumi mencatatkan perselisihan dengan
memberikan undangan permohonan penyelesaian tripartit (mediasi) kepada Kepala
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi;
19) Bahwa pada tanggal 6 Maret 2018 dilakukan mediasi yang ke- 1 di Kantor Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi dengan mediator bernama Ernawati, SE. Hasilnya
belum ada kata sepakat, dan pihak mediator menganjurkan musyawarah;
20) Bahwa pada tanggal 20 Maret 2018 mediasi yang ke- 2 di Kantor Dinas Tenaga kerja
Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum melengkapi surat kuasa;
21) Bahwa pada tanggal 29 Maret 2018 mediasi yang ke- 3 di Kantor Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena wakil perusahaan PT
Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum melengkapi
surat kuasa;
22) Bahwa pada tanggal 12 April 2018 mediasi yang ke- 4 di Kantor Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Bekasi, belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics Indonesia
yang di wakili oleh Richard Sinanu belum membawa Surat Kuasa (kelengkapan
dokumen);
23) Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia mendalilkan
bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari customer, sehingga
PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual faktanya dalam surat
perjanjian kerja yang diterima oleh Atika dan kawan-kawan pada Pasal 1 angka 3
PKWT berbunyi: Perjanjian ini didasarkan atas jangka waktu sesuai dengan Pasal
59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Sedangkan bunyi Pasal 59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,
kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Tentunya dalam hal ini perusahaan telah keliru dalam menerapkan hukum kepada
Atika Nafita Sari dan kawan-kawan;

Page 8 of 39
24) Bahwa pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018 dilakukan mediasi yang ke- 5 di
Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, dari masing-masing pihak tidak ada
kata sepakat sehingga Kepala Dinas Tenaga Kerja akan mengeluarkan Surat Anjuran.

b. Faisal Al Rahmad
1) Faisal AL Rahmad, bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia sejak tanggal 19 Juli
2017 tepatnya di bagian Production Enginering. Faisal AL Rahmad bekerja dengan
menggunakan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dari tanggal 19 Juli 2017
sampai tanggal 18 juli 2018 selama 1 (Satu) tahun;
2) Bahwa pekerjaan yang Faisal Al Rahmad lakukan di Production Enginering sebagai
operator over hould mold perawatan dan perbaikan mold yang rusak akibat proses
produksi. Pekerjaan yang Faisal AL Rahmad lakukan bersifat tetap dan dilakukan
secara terus menerus;
3) Bahwa pada tanggal 22 November 2017 PT Nanbu Plastics Indonesia berjanji akan
memberikan kuota pengangkatan yang berjumlah 8 orang akan diberikan kepada
buruh kontrak yang diajukan oleh serikat buruh;
4) Bahwa pada tanggal 20 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-1 kepada PT Nanbu Plastics Indonesia mengenai
pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu Tertetu (PKWT), tetapi ditolak oleh Manajemen
PT Nanbu Plastics Indonesia. Dengan alasan Manajemen meminta kronologi masing-
masing buruh yang diajukan untuk dipelajari;
5) Bahwa pada tanggal 27 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-2 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), dan masih tidak ada tanggapan dari Manajemen;
6) Bahwa Pada tanggal 4 Januari 2018 Sebumi memberikan surat Undangan
perundingan bipartit yang ke-3 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), namun ditolak dan ditunda-tunda lagi oleh Manajemen dengan
menentukan jadwal perundingan pada tanggal 10 januari 2018;
7) Bahwa pada tanggal 10 Januari 2018 Sebumi melakukan perundingan yang ke-1 yang
dilaksanakan pada pukul 11:00, namun hasilnya tidak ada kata sepakat, pengusaha
beranggapan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan order dan perusahaan merasa

Page 9 of 39
tidak melanggar Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, karena perjanjian sah dan tidak ada paksaan. Pihak PT Nanbu
Plastics Indonesia berpendapat bahwa PKWT mengacu pada Pasal 59 Ayat 1, Ayat 2
dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
PT Nanbu Plastics Indonesia berdalih akan mempertimbangkan kasus PKWT, dan
mengulur waktu dengan alasan akan mengadakan perundingan ke- 2 pada tanggal 17
Januari 2018;
8) Bahwa pada tanggal 17 Januari 2018 SEBUMI melakukan perundingan ke- 2 dengan
Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia pada pukul 11:00, namun hasilnya masih
tidak ada kata sepakat, PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap jenis pekerjaan
sesuai Pasal 59 Ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, bahwa jenis pekerjaan berdasarkan orderan, pekerjaan naik turun
sesuai orderan, Manajemen menimbang untuk menjaga kelangsungan perusahaan.
Jika semua karyawan PT Nanbu Plastics Indonesia berstatus PKWTT perusahaan
akan turun. Dan Manajemen tetap berusah mengulur waktu dengan alasan masih
mempertimbangkan perundingan ke- 1 dan ke- 2;
9) Bahwa Pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia memberikan kuasa
penuh wakil perusahaan untuk melakukan perundingan, penanganan kasus yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan di PT Nanbu Plastics Indonesia diberikan kepada
Richard Sinanu selaku Senior Manager HR IR.;
10) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 14:00 Sebumi melaksanakan perundingan
bipartit yang ke- 3 yang di hadiri Richard Sinanu dan Seraphine Anne mewakili
Presiden direktur PT Nanbu Plastics Indonesia. Namun saat di minta surat kuasa
mereka tidak dapat menunjukan. Hasil dari perundingan adalah tidak ada kata sepakat
(deadlock);
11) Bahwa Pada tanggal 13 Februari 2108 Sebumi mencatatkan perselisihan dengan
memberikan undangan permohonan penyelesaian tripartit (mediasi) kepada Kepala
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi;
12) Bahwa pada tanggal 6 Maret 2018 dilakukan mediasi yang ke- 1 di Kantor Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi dengan mediator bernama Ernawati, SE. Hasilnya
belum ada kata sepakat, dan pihak mediator menganjurkan musyawarah;

Page 10 of 39
13) Bahwa pada tanggal 20 Maret 2018 mediasi yang ke- 2 di Kantor Dinas Tenaga kerja
Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum melengkapi surat kuasa;
14) Bahwa pada tanggal 29 Maret 2018 mediasi yang ke- 3 di Kantor Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena wakil perusahaan PT
Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum melengkapi
surat kuasa;
15) Bahwa pada tanggal 12 April 2018 mediasi yang ke- 4 di Kantor Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Bekasi, belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics Indonesia
yang di wakili oleh Richard Sinanu belum membawa Surat Kuasa (kelengkapan
dokumen);
16) Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia mendalilkan
bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari customer, sehingga
PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual faktanya dalam surat
perjanjian kerja yang diterima oleh Atika dan kawan-kawan pada Pasal 1 angka 3
PKWT berbunyi: Perjanjian ini didasarkan atas jangka waktu sesuai dengan Pasal
59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Sedangkan bunyi Pasal 59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,
kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Tentunya dalam hal ini perusahaan telah keliru dalam menerapkan hukum kepada
Faisal AL Rahmad dan kawan-kawan;
17) Bahwa pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018 dilakukan mediasi yang ke- 5 di
Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, dari masing-masing pihak tidak ada
kata sepakat sehingga Kepala Dinas Tenaga Kerja akan mengeluarkan Surat Anjuran.

c. Titin Priyatin
1) Bahwa Titin Priyatin bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia awalnya masuk kerja
sebagai buruh magang. Titin Priyatin mendapat informasi magang dari grup
facebook BKK SMK Muhammadiyah Larangan, dipostingan tersebut tertulis bahwa

Page 11 of 39
magang selama 6 bulan dengan upah Rp. 2.900.000,00 dan tunjangan lengkap.
Dengan persyaratan administrasi sebesar Rp. 1.300.000,00 dan berkas-berkas seperti:
-fotocopy ijazah,
-surat lamaran pekerjaan,
-daftar riwayat hidup,
-fotocopy KTP,
-kartu kuning/pencari kerja,
-fotocopy SKCK, dll.;
2) Bahwa uang tersebut dibayarkan pada pihak BKK sekolah. Pihak BKK menjanjikan
akan menyediakan tempat tinggal sementara, tetapi sesampainya di Cikarang Titin
Priyatin dan teman-temannya diturunkan disebuah masjid di pom bensin dekat
patung kuda Jababeka. Pagi-pagi sekali Titin Priyatin dan teman-temannya siap-siap
untuk test, diantar di sebuah ruko yang bernama PT. MARDIZU SEJAHTERA. Di
tempat tersebut Titin Priyatin dan teman-temannya diberikan pengarahan tentang
sistem magang dan pengupahannya. Pengarahan yang diberikan oleh pihak LPK
Mardizu Sejahtera tidak sesuai dengan informasi dari BKK sekolah. Sesuai penjelasan
dari LPK magang di PT Nanbu Plastics Indonesia dilaksanakan selama 3 bulan
dengan upah atau uang saku sebesar Rp. 115.600/ hari dan jam lembur atau
penambahan jam magang sebesar Rp. 10.000/ jam;
3) Bahwa Titin Priyatin dan teman-temannya mulai bekerja pada tanggal 8 Agustus
2016 sampai 7 November 2016 ditempatkan dibagian Burrytory. Titin Priyatin dan
teman-temannya hanya menerima surat perjanjian dari pihak LPK tidak langsung dari
pihak PT Nanbu Plastics Indonesia. Fasilitas tidak lengkap, biaya jemputan
ditanggung sendiri tanpa dijelaskan di slip uang saku. Titin Priyatin dan teman-
temannya langsung bekerja tanpa adanya materi training dan sering dipaksa untuk
lembur;
4) Setelah 3 bulan bekerja magang dilaksanakan Titin Priyatin diberhentikan begitu
saja tanpa diberikan sertifikasi. Dengan bantuan dari SEBUMI Titin Priyatin dan
teman-temannya diantar ke LBH.Pihak LBH menyarankan untuk melakukan mediasi
ke Disnaker. Pada mediasi tersebut Mediator menganggap ini adalah masalah anak
dan bapak saja. Pada bulan Februari 2017 Titin Priyatin dan teman-temannya

Page 12 of 39
melakukan perundingan dengan pihak HRD PT Nanbu Plastics Indonesia, pada
perundingan tersebut pihak perusahaan akan mempekerjakan Titin Priyatin kembali
dengan status karyawan kontrak atau PKWT;
5) Tanggal 21 Maret 2017 Titin Priyatin mulai bekerja kembali di PT Nanbu Plastics
Indonesia dengan masa kerja selama 1 tahun. Titin Priyatin ditempatkan di
Departement Assy Connector dibagian inspeksi;
6) Bahwa pada tanggal 22 November 2017 PT Nanbu Plastics Indonesia berjanji akan
memberikan kuota pengangkatan yang berjumlah 8 orang akan diberikan kepada
buruh kontrak yang diajukan oleh serikat buruh;
7) Bahwa pada tanggal 20 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-1 kepada PT Nanbu Plastics Indonesia mengenai
pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu Tertetu (PKWT), tetapi ditolak oleh Manajemen
PT Nanbu Plastics Indonesia. Dengan alasan Manajemen meminta kronologi masing-
masing buruh yang diajukan untuk dipelajari;
8) Bahwa pada tanggal 27 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-2 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), dan masih tidak ada tanggapan dari Manajemen;
9) Bahwa Pada tanggal 4 Januari 2018 Sebumi memberikan surat Undangan
perundingan bipartit yang ke-3 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), namun ditolak dan ditunda-tunda lagi oleh Manajemen dengan
menentukan jadwal perundingan pada tanggal 10 januari 2018;
10) Bahwa pada tanggal 10 Januari 2018 Sebumi melakukan perundingan yang ke-1 yang
dilaksanakan pada pukul 11:00, namun hasilnya tidak ada kata sepakat, pengusaha
beranggapan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan order dan perusahaan merasa
tidak melanggar Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, karena perjanjian sah dan tidak ada paksaan. Pihak PT Nanbu
Plastics Indonesia berpendapat bahwa PKWT mengacu pada Pasal 59 Ayat 1, Ayat 2
dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
PT Nanbu Plastics Indonesia berdalih akan mempertimbangkan kasus PKWT, dan
mengulur waktu dengan alasan akan mengadakan perundingan ke- 2 pada tanggal 17
Januari 2018;

Page 13 of 39
11) Bahwa pada tanggal 17 Januari 2018 SEBUMI melakukan perundingan ke- 2 dengan
Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia pada pukul 11:00, namun hasilnya masih
tidak ada kata sepakat, PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap jenis pekerjaan
sesuai Pasal 59 Ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, bahwa jenis pekerjaan berdasarkan orderan, pekerjaan naik turun
sesuai orderan, Manajemen menimbang untuk menjaga kelangsungan perusahaan.
Jika semua karyawan PT Nanbu Plastics Indonesia berstatus PKWTT perusahaan
akan turun. Dan Manajemen tetap berusah mengulur waktu dengan alasan masih
mempertimbangkan perundingan ke- 1 dan ke- 2;
12) Bahwa Pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia memberikan kuasa
penuh wakil perusahaan untuk melakukan perundingan, penanganan kasus yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan di PT Nanbu Plastics Indonesia diberikan kepada
Richard Sinanu selaku Senior Manager HR IR.;
13) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 14:00 Sebumi melaksanakan perundingan
bipartit yang ke- 3 yang di hadiri Richard Sinanu dan Seraphine Anne mewakili
Presiden direktur PT Nanbu Plastics Indonesia. Namun saat di minta surat kuasa
mereka tidak dapat menunjukan. Hasil dari perundingan adalah tidak ada kata sepakat
(deadlock);
14) Bahwa Pada tanggal 13 Februari 2108 Sebumi mencatatkan perselisihan dengan
memberikan undangan permohonan penyelesaian tripartit (mediasi) kepada Kepala
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi;
15) Bahwa pada tanggal 6 Maret 2018 dilakukan mediasi yang ke- 1 di Kantor Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi dengan mediator bernama Ernawati, SE. Hasilnya
belum ada kata sepakat, dan pihak mediator menganjurkan musyawarah;
16) Bahwa pada tanggal 20 Maret 2018 mediasi yang ke- 2 di Kantor Dinas Tenaga kerja
Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum melengkapi surat kuasa;
17) Bahwa pada tanggal 29 Maret 2018 mediasi yang ke- 3 di Kantor Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena wakil perusahaan PT
Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum melengkapi
surat kuasa;

Page 14 of 39
18) Bahwa pada tanggal 12 April 2018 mediasi yang ke- 4 di Kantor Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Bekasi, belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics Indonesia
yang di wakili oleh Richard Sinanu belum membawa Surat Kuasa (kelengkapan
dokumen);
19) Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia mendalilkan
bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari customer, sehingga
PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual faktanya dalam surat
perjanjian kerja yang diterima oleh Atika dan kawan-kawan pada Pasal 1 angka 3
PKWT berbunyi: Perjanjian ini didasarkan atas jangka waktu sesuai dengan Pasal
59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Sedangkan bunyi Pasal 59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,
kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Tentunya dalam hal ini perusahaan telah keliru dalam menerapkan hukum kepada
Titin Priyatin dan kawan-kawan;
20) Bahwa pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018 dilakukan mediasi yang ke- 5 di
Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, dari masing-masing pihak tidak ada
kata sepakat sehingga Kepala Dinas Tenaga Kerja akan mengeluarkan Surat Anjuran.

d. Maya Mei Mulyani


1) Bahwa Maya Mei Mulyani bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia awalnya masuk
kerja sebagai buruh magang. Maya Mei Mulyani mendapat informasi magang dari
grup facebook BKK SMK Muhammadiyah Larangan, dipostingan tersebut tertulis
bahwa magang selama 6 bulan dengan upah Rp. 2.900.000,00 dan tunjangan lengkap.
Dengan persyaratan administrasi sebesar Rp. 1.300.000,00 dan berkas-berkas seperti:
-fotocopy ijazah,
-surat lamaran pekerjaan,
-daftar riwayat hidup,
-fotocopy KTP,
-kartu kuning/pencari kerja,

Page 15 of 39
-fotocopy SKCK, dll.;
2) Bahwa uang tersebut dibayarkan pada pihak BKK sekolah. Pihak BKK menjanjikan
akan menyediakan tempat tinggal sementara, tetapi sesampainya di Cikarang Maya
Mei Mulyani dan teman-temannya diturunkan disebuah masjid di pom bensin dekat
patung kuda Jababeka. Pagi-pagi sekali Maya Mei Mulyani dan teman-temannya
siap-siap untuk test, diantar di sebuah ruko yang bernama PT. MARDIZU
SEJAHTERA. Di tempat tersebut Maya Mei Mulyani dan teman-temannya diberikan
pengarahan tentang sistem magang dan pengupahannya. Pengarahan yang diberikan
oleh pihak LPK Mardizu Sejahtera tidak sesuai dengan informasi dari BKK sekolah.
Sesuai penjelasan dari LPK magang di PT Nanbu Plastics Indonesia dilaksanakan
selama 3 bulan dengan upah atau uang saku sebesar Rp. 115.600/ hari dan jam lembur
atau penambahan jam magang sebesar Rp. 10.000/ jam;
3) Bahwa Maya Mei Mulyani dan teman-temannya mulai bekerja pada tanggal 8
Agustus 2016 sampai 7 November 2016 ditempatkan dibagian Burrytory. Maya Mei
Mulyani dan teman-temannya hanya menerima surat perjanjian dari pihak LPK tidak
langsung dari pihak PT Nanbu Plastics Indonesia. Fasilitas tidak lengkap, biaya
jemputan ditanggung sendiri tanpa dijelaskan di slip uang saku. Maya Mei Mulyani
dan teman-temannya langsung bekerja tanpa adanya materi training dan sering
dipaksa untuk lembur;
4) Setelah 3 bulan bekerja magang dilaksanakan Maya Mei Mulyani diberhentikan
begitu saja tanpa diberikan sertifikasi. Dengan bantuan dari SEBUMI Maya Mei
Mulyani dan teman-temannya diantar ke LBH.Pihak LBH menyarankan untuk
melakukan mediasi ke Disnaker. Pada mediasi tersebut Mediator menganggap ini
adalah masalah anak dan bapak saja. Pada bulan Februari 2017 Maya Mei Mulyani
dan teman-temannya melakukan perundingan dengan pihak HRD PT Nanbu Plastics
Indonesia, pada perundingan tersebut pihak perusahaan akan mempekerjakan Maya
Mei Mulyani kembali dengan status karyawan kontrak atau PKWT;
5) Tanggal 21 Maret 2017 Maya Mei Mulyani mulai bekerja kembali di PT Nanbu
Plastics Indonesia dengan masa kerja selama 1 tahun. Maya Mei Mulyani
ditempatkan di Departement Assy Connector dibagian inspeksi;

Page 16 of 39
6) Bahwa pada tanggal 22 November 2017 PT Nanbu Plastics Indonesia berjanji akan
memberikan kuota pengangkatan yang berjumlah 8 orang akan diberikan kepada
buruh kontrak yang diajukan oleh serikat buruh;
7) Bahwa pada tanggal 20 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-1 kepada PT Nanbu Plastics Indonesia mengenai
pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu Tertetu (PKWT), tetapi ditolak oleh Manajemen
PT Nanbu Plastics Indonesia. Dengan alasan Manajemen meminta kronologi masing-
masing buruh yang diajukan untuk dipelajari;
8) Bahwa pada tanggal 27 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-2 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), dan masih tidak ada tanggapan dari Manajemen;
9) Bahwa Pada tanggal 4 Januari 2018 Sebumi memberikan surat Undangan
perundingan bipartit yang ke-3 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), namun ditolak dan ditunda-tunda lagi oleh Manajemen dengan
menentukan jadwal perundingan pada tanggal 10 januari 2018;
10) Bahwa pada tanggal 10 Januari 2018 Sebumi melakukan perundingan yang ke-1 yang
dilaksanakan pada pukul 11:00, namun hasilnya tidak ada kata sepakat, pengusaha
beranggapan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan order dan perusahaan merasa
tidak melanggar Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, karena perjanjian sah dan tidak ada paksaan. Pihak PT Nanbu
Plastics Indonesia berpendapat bahwa PKWT mengacu pada Pasal 59 Ayat 1, Ayat 2
dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
PT Nanbu Plastics Indonesia berdalih akan mempertimbangkan kasus PKWT, dan
mengulur waktu dengan alasan akan mengadakan perundingan ke- 2 pada tanggal 17
Januari 2018;
11) Bahwa pada tanggal 17 Januari 2018 SEBUMI melakukan perundingan ke- 2 dengan
Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia pada pukul 11:00, namun hasilnya masih
tidak ada kata sepakat, PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap jenis pekerjaan
sesuai Pasal 59 Ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, bahwa jenis pekerjaan berdasarkan orderan, pekerjaan naik turun
sesuai orderan, Manajemen menimbang untuk menjaga kelangsungan perusahaan.

Page 17 of 39
Jika semua karyawan PT Nanbu Plastics Indonesia berstatus PKWTT perusahaan
akan turun. Dan Manajemen tetap berusah mengulur waktu dengan alasan masih
mempertimbangkan perundingan ke- 1 dan ke- 2;
12) Bahwa Pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia memberikan kuasa
penuh wakil perusahaan untuk melakukan perundingan, penanganan kasus yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan di PT Nanbu Plastics Indonesia diberikan kepada
Richard Sinanu selaku Senior Manager HR IR.;
13) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 14:00 Sebumi melaksanakan perundingan
bipartit yang ke- 3 yang di hadiri Richard Sinanu dan Seraphine Anne mewakili
Presiden direktur PT Nanbu Plastics Indonesia. Namun saat di minta surat kuasa
mereka tidak dapat menunjukan. Hasil dari perundingan adalah tidak ada kata sepakat
(deadlock);
14) Bahwa Pada tanggal 13 Februari 2108 Sebumi mencatatkan perselisihan dengan
memberikan undangan permohonan penyelesaian tripartit (mediasi) kepada Kepala
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi;
15) Bahwa pada tanggal 6 Maret 2018 dilakukan mediasi yang ke- 1 di Kantor Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi dengan mediator bernama Ernawati, SE. Hasilnya
belum ada kata sepakat, dan pihak mediator menganjurkan musyawarah;
16) Bahwa pada tanggal 20 Maret 2018 mediasi yang ke- 2 di Kantor Dinas Tenaga kerja
Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum melengkapi surat kuasa;
17) Bahwa pada tanggal 29 Maret 2018 mediasi yang ke- 3 di Kantor Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena wakil perusahaan PT
Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum melengkapi
surat kuasa;
18) Bahwa pada tanggal 12 April 2018 mediasi yang ke- 4 di Kantor Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Bekasi, belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics Indonesia
yang di wakili oleh Richard Sinanu belum membawa Surat Kuasa (kelengkapan
dokumen);
19) Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia mendalilkan

Page 18 of 39
bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari customer, sehingga
PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual faktanya dalam surat
perjanjian kerja yang diterima oleh Atika dan kawan-kawan pada Pasal 1 angka 3
PKWT berbunyi: Perjanjian ini didasarkan atas jangka waktu sesuai dengan Pasal
59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Sedangkan bunyi Pasal 59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,
kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Tentunya dalam hal ini perusahaan telah keliru dalam menerapkan hukum kepada
Maya Mei Mulyani dan kawan-kawan;
20) Bahwa pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018 dilakukan mediasi yang ke- 5 di
Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, dari masing-masing pihak tidak ada
kata sepakat sehingga Kepala Dinas Tenaga Kerja akan mengeluarkan Surat Anjuran.

e. Reno Indarto
1) Bahwa Reno Indarto bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia sejak tanggal 18
Februari 2016;
2) Bahwa Reno Indarto ditempatkan di departement Engineering dengan job desk
maintenance molding dan penempatan tersebut tanpa adanya proses training terlebih
dahulu. Padahal proses kerja yang Reno Indarto jalani sangat beresiko karena
berhubungan dengan benda-benda dan alat-alat kerja yang berat dan berbahaya;
3) Bahwa Reno Indarto selama bekerja pada kontrak pertama tidak pernah izin, sakit,
tidak masuk tanpa alasan dan telat, bahwa Reno Indarto bekerja dengan baik;
4) Bahwa Reno Indarto juga bergabung dengan serikat buruh yang ada di PT Nanbu
Platics Indonesia sebagai pengurus;
5) Bahwa pada tanggal 18 Februari 2017 masa kontrak pertama Reno Indarto berakhir
dan di perpanjang sampai tanggal 18 Februari 2018. Untuk tunjangan keluarga Reno
Indarto tidak menerima setelah 1 tahun 6 bulan bekerja;
6) Bahwa Reno Indarto selama bekerja juga belum menerima kartu BPJS
ketenegakerjaan, padahal dari awal sudah ada pemotongan yang tertera di slip gaji.
Hal ini sudah Reno Indarto protes ke HRD berkali-kali namun belum ada perubahan;

Page 19 of 39
7) Bahwa Reno Indarto pada kontrak kerja yang kedua ditunjuk dan dipercaya oleh
atasannya untuk mengerjakan Project Zerro Burry yaitu sebagai specialist repair
burry;
8) Bahwa pada dasarnya pekerjaan dimana Reno Indarto ditempatkan adalah vital dan
bersifat tetap;
9) Bahwa pada tanggal 22 November 2017 PT Nanbu Plastics Indonesia berjanji akan
memberikan kuota pengangkatan yang berjumlah 8 orang akan diberikan kepada
buruh kontrak yang diajukan oleh serikat buruh;
10) Bahwa pada tanggal 20 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-1 kepada PT Nanbu Plastics Indonesia mengenai
pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu Tertetu (PKWT), tetapi ditolak oleh Manajemen
PT Nanbu Plastics Indonesia. Dengan alasan Manajemen meminta kronologi masing-
masing buruh yang diajukan untuk dipelajari;
11) Bahwa pada tanggal 27 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-2 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), dan masih tidak ada tanggapan dari Manajemen;
12) Bahwa Pada tanggal 4 Januari 2018 Sebumi memberikan surat Undangan
perundingan bipartit yang ke-3 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), namun ditolak dan ditunda-tunda lagi oleh Manajemen dengan
menentukan jadwal perundingan pada tanggal 10 januari 2018;
13) Bahwa pada tanggal 10 Januari 2018 Sebumi melakukan perundingan yang ke-1 yang
dilaksanakan pada pukul 11:00, namun hasilnya tidak ada kata sepakat, pengusaha
beranggapan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan order dan perusahaan merasa
tidak melanggar Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, karena perjanjian sah dan tidak ada paksaan. Pihak PT Nanbu
Plastics Indonesia berpendapat bahwa PKWT mengacu pada Pasal 59 Ayat 1, Ayat 2
dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
PT Nanbu Plastics Indonesia berdalih akan mempertimbangkan kasus PKWT, dan
mengulur waktu dengan alasan akan mengadakan perundingan ke- 2 pada tanggal 17
Januari 2018;

Page 20 of 39
14) Bahwa pada tanggal 17 Januari 2018 SEBUMI melakukan perundingan ke- 2 dengan
Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia pada pukul 11:00, namun hasilnya masih
tidak ada kata sepakat, PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap jenis pekerjaan
sesuai Pasal 59 Ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, bahwa jenis pekerjaan berdasarkan orderan, pekerjaan naik turun
sesuai orderan, Manajemen menimbang untuk menjaga kelangsungan perusahaan.
Jika semua karyawan PT Nanbu Plastics Indonesia berstatus PKWTT perusahaan
akan turun. Dan Manajemen tetap berusah mengulur waktu dengan alasan masih
mempertimbangkan perundingan ke- 1 dan ke- 2;
15) Bahwa Pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia memberikan kuasa
penuh wakil perusahaan untuk melakukan perundingan, penanganan kasus yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan di PT Nanbu Plastics Indonesia diberikan kepada
Richard Sinanu selaku Senior Manager HR IR.;
16) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 14:00 Sebumi melaksanakan perundingan
bipartit yang ke- 3 yang di hadiri Richard Sinanu dan Seraphine Anne mewakili
Presiden direktur PT Nanbu Plastics Indonesia. Namun saat di minta surat kuasa
mereka tidak dapat menunjukan. Hasil dari perundingan adalah tidak ada kata sepakat
(deadlock);
17) Bahwa Pada tanggal 13 Februari 2108 Sebumi mencatatkan perselisihan dengan
memberikan undangan permohonan penyelesaian tripartit (mediasi) kepada Kepala
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi;
18) Bahwa pada tanggal 6 Maret 2018 dilakukan mediasi yang ke- 1 di Kantor Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi dengan mediator bernama Ernawati, SE. Hasilnya
belum ada kata sepakat, dan pihak mediator menganjurkan musyawarah;
19) Bahwa pada tanggal 20 Maret 2018 mediasi yang ke- 2 di Kantor Dinas Tenaga kerja
Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum melengkapi surat kuasa;
20) Bahwa pada tanggal 29 Maret 2018 mediasi yang ke- 3 di Kantor Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena wakil perusahaan PT
Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum melengkapi
surat kuasa;

Page 21 of 39
21) Bahwa pada tanggal 12 April 2018 mediasi yang ke- 4 di Kantor Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Bekasi, belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics Indonesia
yang di wakili oleh Richard Sinanu belum membawa Surat Kuasa (kelengkapan
dokumen);
22) Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia mendalilkan
bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari customer, sehingga
PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual faktanya dalam surat
perjanjian kerja yang diterima oleh Atika dan kawan-kawan pada Pasal 1 angka 3
PKWT berbunyi: Perjanjian ini didasarkan atas jangka waktu sesuai dengan Pasal
59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
Sedangkan bunyi Pasal 59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,
kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
Tentunya dalam hal ini perusahaan telah keliru dalam menerapkan hukum kepada
Reno Indarto dan kawan-kawan;
23) Bahwa pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018 dilakukan mediasi yang ke- 5 di
Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, dari masing-masing pihak tidak ada
kata sepakat sehingga Kepala Dinas Tenaga Kerja akan mengeluarkan Surat Anjuran.

f. Ridi Aditya Saputra


1) Bahwa Ridi Aditya Saputra bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia sejak tanggal 28
Agustus 2017. Pertama kali bekerja Ridi Aditya Saputra di bagian Injection
Connector, tepatnya di bagian Mizusimasi (Suply Material) ;
2) Bahwa Ridi Aditya Saputra didalam struktur organisasi Serikat Buruh Bumi
Manusia.(SEBUMI) PT Nanbu Plastics Indonesia sebagai pengurus bidang
pendidikan;
3) Bahwa langkah kerja yang dilakukan oleh Ridi Aditya Saputra mulai pukul 07.45
WIB mengikuti senam pagi, setelah selesai senam lalu mengikuti briefing pagi untuk
menyampaikan informasi dari shif 2 (dua). ke shif 1 (satu). dan menyampaikan setiap
masalah yang terjadi di line;

Page 22 of 39
4) Bahwa Ridi Aditya Saputra setiap pagi mengecek box dan plastics di setiap line,
setelah itu mencari bok dan mengambil plastics, untuk disiapkan di setiap line, setelah
itu pekerjaan selanjutnya mempacking setiap produk yang sudah jadi atau sudah full
bok di setiap line. Ridi Aditya Saputra juga sering menyiapkan trolly dan sempel
bok. Pekerjaan Ridi Aditya Saputra di atas terus menerus dikerjakan;
5) Bahwa Ridi Aditya Saputra sering mendapatkan tekanan dan diskriminasi dari
atasan serta tidak di perlakukan secara adil oleh perusahaan. Bahkan Ridi Aditya
Saputra dianggap sebagai provokator dan sabotase terhadap perusahaan karena
melakukan aksi solidaritas pada tanggal 9 November 2017 terhadap pelanggaran
Undang Undang Nomor 13 tahun 2003 Ketenagakerjaan, yang terjadi di PT Nanbu
Plastics Indonesia;
6) Bahwa pada tanggal 22 November 2017 PT Nanbu Plastics Indonesia berjanji akan
memberikan kuota pengangkatan yang berjumlah 8 orang akan diberikan kepada
buruh kontrak yang diajukan oleh serikat buruh;
7) Bahwa pada tanggal 20 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-1 kepada PT Nanbu Plastics Indonesia mengenai
pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu Tertetu (PKWT), tetapi ditolak oleh Manajemen
PT Nanbu Plastics Indonesia. Dengan alasan Manajemen meminta kronologi masing-
masing buruh yang diajukan untuk dipelajari;
8) Bahwa pada tanggal 27 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-2 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), dan masih tidak ada tanggapan dari Manajemen;
9) Bahwa Pada tanggal 4 Januari 2018 Sebumi memberikan surat Undangan
perundingan bipartit yang ke-3 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), namun ditolak dan ditunda-tunda lagi oleh Manajemen dengan
menentukan jadwal perundingan pada tanggal 10 januari 2018;
10) Bahwa pada tanggal 10 Januari 2018 Sebumi melakukan perundingan yang ke-1 yang
dilaksanakan pada pukul 11:00, namun hasilnya tidak ada kata sepakat, pengusaha
beranggapan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan order dan perusahaan merasa
tidak melanggar Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, karena perjanjian sah dan tidak ada paksaan. Pihak PT Nanbu

Page 23 of 39
Plastics Indonesia berpendapat bahwa PKWT mengacu pada Pasal 59 Ayat 1, Ayat 2
dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
PT Nanbu Plastics Indonesia berdalih akan mempertimbangkan kasus PKWT, dan
mengulur waktu dengan alasan akan mengadakan perundingan ke- 2 pada tanggal 17
Januari 2018;
11) Bahwa pada tanggal 17 Januari 2018 SEBUMI melakukan perundingan ke- 2 dengan
Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia pada pukul 11:00, namun hasilnya masih
tidak ada kata sepakat, PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap jenis pekerjaan
sesuai Pasal 59 Ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, bahwa jenis pekerjaan berdasarkan orderan, pekerjaan naik turun
sesuai orderan, Manajemen menimbang untuk menjaga kelangsungan perusahaan.
Jika semua karyawan PT Nanbu Plastics Indonesia berstatus PKWTT perusahaan
akan turun. Dan Manajemen tetap berusah mengulur waktu dengan alasan masih
mempertimbangkan perundingan ke- 1 dan ke- 2;
12) Bahwa Pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia memberikan kuasa
penuh wakil perusahaan untuk melakukan perundingan, penanganan kasus yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan di PT Nanbu Plastics Indonesia diberikan kepada
Richard Sinanu selaku Senior Manager HR IR.;
13) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 14:00 Sebumi melaksanakan perundingan
bipartit yang ke- 3 yang di hadiri Richard Sinanu dan Seraphine Anne mewakili
Presiden direktur PT Nanbu Plastics Indonesia. Namun saat di minta surat kuasa
mereka tidak dapat menunjukan. Hasil dari perundingan adalah tidak ada kata sepakat
(deadlock);
14) Bahwa Pada tanggal 13 Februari 2108 Sebumi mencatatkan perselisihan dengan
memberikan undangan permohonan penyelesaian tripartit (mediasi) kepada Kepala
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi;
15) Bahwa pada tanggal 6 Maret 2018 dilakukan mediasi yang ke- 1 di Kantor Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi dengan mediator bernama Ernawati, SE. Hasilnya
belum ada kata sepakat, dan pihak mediator menganjurkan musyawarah;

Page 24 of 39
16) Bahwa pada tanggal 20 Maret 2018 mediasi yang ke- 2 di Kantor Dinas Tenaga kerja
Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum melengkapi surat kuasa;
17) Bahwa pada tanggal 29 Maret 2018 mediasi yang ke- 3 di Kantor Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena wakil perusahaan PT
Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum melengkapi
surat kuasa;
18) Bahwa pada tanggal 12 April 2018 mediasi yang ke- 4 di Kantor Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Bekasi, belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh Richard Sinanu belum membawa Surat Kuasa
(kelengkapan dokumen);
19) Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia mendalilkan
bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari customer, sehingga
PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual faktanya dalam surat
perjanjian kerja yang diterima oleh Atika dan kawan-kawan pada Pasal 1 angka 3
PKWT berbunyi: Perjanjian ini didasarkan atas jangka waktu sesuai dengan Pasal
59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Sedangkan bunyi Pasal 59 ayat (1) huruf d Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan yang berhubungan
dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam
percobaan atau penjajakan. Tentunya dalam hal ini perusahaan telah keliru dalam
menerapkan hukum kepada Ridi Aditya Saputra dan kawan-kawan;
20) Bahwa pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018 dilakukan mediasi yang ke- 5 di
Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, dari masing-masing pihak tidak ada
kata sepakat sehingga Kepala Dinas Tenaga Kerja akan mengeluarkan Surat Anjuran.

g. Fitriawati
1) Bahwa Fitriawati bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia sejak tanggal 21 Januari
2016 sampai dengan 20 januari 2017 selama 1 tahun dan diperpanjang satu tahun
dari tanggal 20 januari 2017 sampai 20 januari 2018;

Page 25 of 39
2) Bahwa Fitriawati mendapat informasi lowongan kerja dari saudaranya dan
Fitriawati masuk kerja di PT Nanbu Plastics Indonesia dikenakan biaya
Rp.3.500.000,00. yang diserahkan kepada orang yang mengaku orang dalam yang
bernama Nawil yang memasukannya kerja di PT Nanbu Plastics Indonesia;
3) Bahwa Fitriawati ditempatkan di bagian Assy Yazaki di bagian operator produksi
dari pertama sampai sekarang;
4) Bahwa Fitriawati setiap hari bekerja mulai pukul 07.45 WIB mengikuti senam pagi
dilanjutkan dengan briefing pagi untuk saling tukar informasi dengan mitra shift 1 ke
shift 2 tentang apa saja yang terjadi di line dan melakukan 5S sebelum bekerja di area
line assy yazaki;
5) Bahwa pekerjaan yang dilakukan Fitriawati setiap harinya mempersiapkan WIP yang
akan di- repack, pastik, box, WIP untuk assy collar serta assy busbar. di area busbar
Fitriawati menyiapkan busbar dan terminal shot untuk memproduksi WIP tersebut
dan dilakukan setiap hari secara continue sampai sekarang tergantung jadwal kerja;
6) Bahwa Fitriawati bekerja selama 2 tahun belum mendapatkan haknya yaitu BPJS
kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan. Dan anehnya setiap bulannya Fitriawati
dikenakan potongan BPJS tapi kartunya belum didapat juga;
7) Bahwa pada tanggal 22 November 2017 PT Nanbu Plastics Indonesia berjanji akan
memberikan kuota pengangkatan yang berjumlah 8 orang akan diberikan kepada
buruh kontrak yang diajukan oleh serikat buruh;
8) Bahwa pada tanggal 20 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-1 kepada PT Nanbu Plastics Indonesia mengenai
pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu Tertetu (PKWT), tetapi ditolak oleh Manajemen
PT Nanbu Plastics Indonesia. Dengan alasan Manajemen meminta kronologi masing-
masing buruh yang diajukan untuk dipelajari;
9) Bahwa pada tanggal 27 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-2 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), dan masih tidak ada tanggapan dari Manajemen;
10) Bahwa Pada tanggal 4 Januari 2018 Sebumi memberikan surat Undangan
perundingan bipartit yang ke-3 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu

Page 26 of 39
Tertetu (PKWT), namun ditolak dan ditunda-tunda lagi oleh Manajemen dengan
menentukan jadwal perundingan pada tanggal 10 januari 2018;
11) Bahwa pada tanggal 10 Januari 2018 Sebumi melakukan perundingan yang ke-1 yang
dilaksanakan pada pukul 11:00, namun hasilnya tidak ada kata sepakat, pengusaha
beranggapan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan order dan perusahaan merasa
tidak melanggar Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, karena perjanjian sah dan tidak ada paksaan. Pihak PT Nanbu
Plastics Indonesia berpendapat bahwa PKWT mengacu pada Pasal 59 Ayat 1, Ayat 2
dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
PT Nanbu Plastics Indonesia berdalih akan mempertimbangkan kasus PKWT, dan
mengulur waktu dengan alasan akan mengadakan perundingan ke- 2 pada tanggal 17
Januari 2018;
12) Bahwa pada tanggal 17 Januari 2018 SEBUMI melakukan perundingan ke- 2 dengan
Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia pada pukul 11:00, namun hasilnya masih
tidak ada kata sepakat, PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap jenis pekerjaan
sesuai Pasal 59 Ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, bahwa jenis pekerjaan berdasarkan orderan, pekerjaan naik turun
sesuai orderan, Manajemen menimbang untuk menjaga kelangsungan perusahaan.
Jika semua karyawan PT Nanbu Plastics Indonesia berstatus PKWTT perusahaan
akan turun. Dan Manajemen tetap berusah mengulur waktu dengan alasan masih
mempertimbangkan perundingan ke- 1 dan ke- 2;
13) Bahwa Pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia memberikan kuasa
penuh wakil perusahaan untuk melakukan perundingan, penanganan kasus yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan di PT Nanbu Plastics Indonesia diberikan kepada
Richard Sinanu selaku Senior Manager HR IR.;
14) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 14:00 Sebumi melaksanakan perundingan
bipartit yang ke- 3 yang di hadiri Richard Sinanu dan Seraphine Anne mewakili
Presiden direktur PT Nanbu Plastics Indonesia. Namun saat di minta surat kuasa
mereka tidak dapat menunjukan. Hasil dari perundingan adalah tidak ada kata sepakat
(deadlock);

Page 27 of 39
15) Bahwa Pada tanggal 13 Februari 2108 Sebumi mencatatkan perselisihan dengan
memberikan undangan permohonan penyelesaian tripartit (mediasi) kepada Kepala
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi;
16) Bahwa pada tanggal 6 Maret 2018 dilakukan mediasi yang ke- 1 di Kantor Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi dengan mediator bernama Ernawati, SE. Hasilnya
belum ada kata sepakat, dan pihak mediator menganjurkan musyawarah;
17) Bahwa pada tanggal 20 Maret 2018 mediasi yang ke- 2 di Kantor Dinas Tenaga kerja
Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum melengkapi surat kuasa;
18) Bahwa pada tanggal 29 Maret 2018 mediasi yang ke- 3 di Kantor Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena wakil perusahaan PT
Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum melengkapi
surat kuasa;
19) Bahwa pada tanggal 12 April 2018 mediasi yang ke- 4 di Kantor Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Bekasi, belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh Richard Sinanu belum membawa Surat Kuasa
(kelengkapan dokumen);
20) Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia mendalilkan
bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari customer, sehingga
PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual faktanya dalam surat
perjanjian kerja yang diterima oleh Atika dan kawan-kawan pada Pasal 1 angka 3
PKWT berbunyi: Perjanjian ini didasarkan atas jangka waktu sesuai dengan Pasal
59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Sedangkan bunyi Pasal 59 ayat (1) huruf d Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan yang berhubungan
dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam
percobaan atau penjajakan. Tentunya dalam hal ini perusahaan telah keliru dalam
menerapkan hukum kepada Fitriawati dan kawan-kawan;

Page 28 of 39
21) Bahwa pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018 dilakukan mediasi yang ke- 5 di
Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, dari masing-masing pihak tidak ada
kata sepakat sehingga Kepala Dinas Tenaga Kerja akan mengeluarkan Surat Anjuran.

h. Lestari
1) Bahwa Lestari bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia sejak tanggal 18 Februari
2016 sampai dengan 17 Februari 2017 selama 1 tahun dan diperpanjang 1 tahun dari
tanggal 17 Februari 2017 sampai dengan 17 Februari 2018;
2) Bahwa Lestari mendapat informasi lowongan kerja dari temannya. Bahwa Lestari
masuk kerja di PT Nanbu Plastics Indonesia dikenakan biaya Rp. 4.000.000,- yang
diserahkan kepada orang yang mengaku orang dalam bernama Bu Erna, yang
memasukannya di PT Nanbu Plastics Indonesia;
3) Bahwa Lestari ditempatkan dibagian QC (Quality Control), bekerja dibagian
Inspector QC;
4) Bahwa Lestari melakukan langkah kerja mulai pukul 07.45 WIB mengikuti senam
pagi dilanjutkan dengan briefing pagi untuk saling tukar informasi dengan mitra shift
1 ke shift 2 tentang apa saja yang terjadi di line dan melakukan 5S sebelum bekerja di
area line QC;
5) Bahwa Lestari setiap harinya mempersiapkan peralatan kerja, mengambil WI sesuai
part number yang saya mau cek , jika menemukan NG seperti Short-Short dan lain-
lain berhenti bekerja lapor keatasan, jika sudah selesai saya memulai bekerja kembali
sampai selesai;
6) Bahwa pada tanggal 22 November 2017 PT Nanbu Plastics Indonesia berjanji akan
memberikan kuota pengangkatan yang berjumlah 8 orang akan diberikan kepada
buruh kontrak yang diajukan oleh serikat buruh;
7) Bahwa pada tanggal 20 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-1 kepada PT Nanbu Plastics Indonesia mengenai
pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu Tertetu (PKWT), tetapi ditolak oleh Manajemen
PT Nanbu Plastics Indonesia. Dengan alasan Manajemen meminta kronologi masing-
masing buruh yang diajukan untuk dipelajari;

Page 29 of 39
8) Bahwa pada tanggal 27 Desember 2017 Sebumi memberikan surat undangan
perundingan bipartit yang ke-2 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), dan masih tidak ada tanggapan dari Manajemen;
9) Bahwa Pada tanggal 4 Januari 2018 Sebumi memberikan surat Undangan
perundingan bipartit yang ke-3 mengenai pelanggaran Perjanjian Kerja Waktu
Tertetu (PKWT), namun ditolak dan ditunda-tunda lagi oleh Manajemen dengan
menentukan jadwal perundingan pada tanggal 10 januari 2018;
10) Bahwa pada tanggal 10 Januari 2018 Sebumi melakukan perundingan yang ke-1 yang
dilaksanakan pada pukul 11:00, namun hasilnya tidak ada kata sepakat, pengusaha
beranggapan pekerjaan yang dilakukan berdasarkan order dan perusahaan merasa
tidak melanggar Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, karena perjanjian sah dan tidak ada paksaan. Pihak PT Nanbu
Plastics Indonesia berpendapat bahwa PKWT mengacu pada Pasal 59 Ayat 1, Ayat 2
dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
PT Nanbu Plastics Indonesia berdalih akan mempertimbangkan kasus PKWT, dan
mengulur waktu dengan alasan akan mengadakan perundingan ke- 2 pada tanggal 17
Januari 2018;
11) Bahwa pada tanggal 17 Januari 2018 SEBUMI melakukan perundingan ke- 2 dengan
Manajemen PT Nanbu Plastics Indonesia pada pukul 11:00, namun hasilnya masih
tidak ada kata sepakat, PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap jenis pekerjaan
sesuai Pasal 59 Ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, bahwa jenis pekerjaan berdasarkan orderan, pekerjaan naik turun
sesuai orderan, Manajemen menimbang untuk menjaga kelangsungan perusahaan.
Jika semua karyawan PT Nanbu Plastics Indonesia berstatus PKWTT perusahaan
akan turun. Dan Manajemen tetap berusah mengulur waktu dengan alasan masih
mempertimbangkan perundingan ke- 1 dan ke- 2;
12) Bahwa Pada tanggal 19 Januari 2018 PT Nanbu Plastics Indonesia memberikan kuasa
penuh wakil perusahaan untuk melakukan perundingan, penanganan kasus yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan di PT Nanbu Plastics Indonesia diberikan kepada
Richard Sinanu selaku Senior Manager HR IR.;

Page 30 of 39
13) Bahwa pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 14:00 Sebumi melaksanakan perundingan
bipartit yang ke- 3 yang di hadiri Richard Sinanu dan Seraphine Anne mewakili
Presiden direktur PT Nanbu Plastics Indonesia. Namun saat di minta surat kuasa
mereka tidak dapat menunjukan. Hasil dari perundingan adalah tidak ada kata sepakat
(deadlock);
14) Bahwa Pada tanggal 13 Februari 2108 Sebumi mencatatkan perselisihan dengan
memberikan undangan permohonan penyelesaian tripartit (mediasi) kepada Kepala
Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi;
15) Bahwa pada tanggal 6 Maret 2018 dilakukan mediasi yang ke- 1 di Kantor Dinas
Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi dengan mediator bernama Ernawati, SE. Hasilnya
belum ada kata sepakat, dan pihak mediator menganjurkan musyawarah;
16) Bahwa pada tanggal 20 Maret 2018 mediasi yang ke- 2 di Kantor Dinas Tenaga kerja
Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum melengkapi surat kuasa;
17) Bahwa pada tanggal 29 Maret 2018 mediasi yang ke- 3 di Kantor Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Bekasi. Hasilnya belum ada kesepakatan karena wakil perusahaan PT
Nanbu Plastics Indonesia yang di wakili oleh ibu Seraphine Anne belum melengkapi
surat kuasa;
18) Bahwa pada tanggal 12 April 2018 mediasi yang ke- 4 di Kantor Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Bekasi, belum ada kesepakatan karena Pihak PT Nanbu Plastics
Indonesia yang di wakili oleh Richard Sinanu belum membawa Surat Kuasa
(kelengkapan dokumen);
19) Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia mendalilkan
bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari customer, sehingga
PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual faktanya dalam surat
perjanjian kerja yang diterima oleh Atika dan kawan-kawan pada Pasal 1 angka 3
PKWT berbunyi: Perjanjian ini didasarkan atas jangka waktu sesuai dengan Pasal
59 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Sedangkan bunyi Pasal 59 ayat (1) huruf d Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan yang berhubungan

Page 31 of 39
dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam
percobaan atau penjajakan. Tentunya dalam hal ini perusahaan telah keliru dalam
menerapkan hukum kepada Lestari dan kawan-kawan;
20) Bahwa pada hari Selasa, tanggal 17 April 2018 dilakukan mediasi yang ke- 5 di
Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi, dari masing-masing pihak tidak ada
kata sepakat sehingga Kepala Dinas Tenaga Kerja akan mengeluarkan Surat Anjuran.

III. MASALAH HUKUM

1. Apakah Perjanjian Kerja Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei
Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari dengan PT Nanbu
Plastics Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan?
2. Bagaimana status hukum Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei
Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati, dan Lestari dengan PT Nanbu
Plastics Indonesia?
3. Berhakkah Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani,
Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati, dan Lestari menuntut haknya agar menjadi
buruh PKWTT/ Tetap di PT Nanbu Plastics Indonesia?

IV. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 (“UUD 1945”);


2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”);
3. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”);
4. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPerdata”);
5. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (“KUHPerdata”);
6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (“UU
Ketenagakerjaan”);
7. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh (“UU
SP/SB”);

Page 32 of 39
8. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (“UU HAM”);
9. KEP.100/MEN/VI/2004 Tentang ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu
Tertentu

V. PEMBAHASAN

1. Alasan hukum yang digunakan dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Atika
Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto,
Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari oleh PT Nanbu plastics Indonesia:
PT Nanbu Plastics Indonesia menganggap jenis pekerjaan sesuai Pasal 59 Ayat 1 huruf
d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, bahwa jenis
pekerjaan berdasarkan orderan, pekerjaan naik turun sesuai orderan, perusahaan
menimbang untuk menjaga kelangsungan perusahaan. Jika semua karyawan PT Nanbu
Plastics Indonesia berstatus PKWTT perusahaan akan turun.

2. Pendapat hukum Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei
Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati, dan SEBUMI :
1. Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya, hal ini termaktub di dalam Pasal 28A Undang-Undang Dasar 1945.
Hal ini masuk dalam kategori hak asasi manusia yang paling mendasar, demikian
juga termasuk hak untuk tetap bekerja untuk memenuhi kemanusiaan untuk
kelangsungan hidup. Sama halnya yang dialami Atika Nafita Sari, Faisal Al
Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani,Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra,
Fitriawati dan Lestari yang menuntut keadilan untuk tetap mempertahankan
pekerjaannya demi kelangsungan hidup mereka dan keluarganya.
2. Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya. Hal ini
termaktub di dalam Pasal 28C Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini
masuk dalam kategori hak asasi manusia yang paling mendasar, dalam hal ini Atika
Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto,
Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari memperjuangkan haknya secara

Page 33 of 39
kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya melalui penegakan
peraturan perundang-undangan yang berlaku terlebih untuk memperjuangkan
kehidupannya yang merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dilindungi
konstitusi.
3. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum
yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Hal ini termaktub di dalam
Pasal 28D Ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini masuk dalam kategori hak
asasi manusia yang paling mendasar dalam konstitusi Indonesia. Demikian halnya
Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno
Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati, dan Lestari berhak atas pengakuan,
jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama
dihadapan hukum. Tidak menginginkan adanya diskriminasi, memiliki hak atas
pekerjaan dan mempertahankannya seperti buruh-buruh yang lain yang juga bekerja
ditempat yang sama.
4. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja. Hal ini termaktub di dalam Pasal 28D Ayat (1)
Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini masuk dalam kategori hak asasi manusia yang
paling mendasar dalam konstitusi Indonesia. Demikian halnya Atika Nafita Sari,
Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi
Aditya Saputra, Fitriawati, dan Lestari berhak untuk bekerja serta mendapat
imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja sesuai dengan
Undang-Undang yang berlaku.
5. Dalam Pasal 153 Ayat (1) huruf j Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan, menyatakan bahwa pekerja/ buruh dalam keadaan cacat
tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang menurut
surat keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan.
Dalam hal kasus Atika Nafita Sari faktanya Ia belum sembuh dari kecelakaan kerja
dan tidak diangkat menjadi buruh tetap.
6. Dalam Pasal 153 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan: Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan dengan alasan
sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) batal demi hukum dan pengusaha wajib

Page 34 of 39
mempekerjakan kembali pekerja/ buruh yang bersangkutan. Dalam hal kasus Atika
Nafita Sari faktanya Ia diputus hubungan kerjanya. Tentunya dalam hal ini PT
Nanbu Plastics Indonesia telah melakukan pelanggaran terhadap Pasal 153 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
7. Pada saat bipartit tanggal 10 Januari 2018 Perusahaan mendalilkan bahwa pekerjaan
yang dilakukan berdasarkan order dan perusahaan merasa tidak melanggar Pasal 59
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, karena
perjanjian sah dan tidak ada paksaan. Perusahaan mengacu pada Pasal 59 Ayat 1,
Ayat 2 dan Ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan. Pada tanggal 17 Januari 2018 Perusahaan mendalilkan bahwa
jenis pekerjaan sesuai Pasal 59 ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan, bahwa jenis pekerjaan berdasarkan orderan,
pekerjaan naik turun sesuai orderan, perusahaan menimbang untuk menjaga
kelangsungan perusahaan. Hal ini tidak sesuai dengan fakta yang ada di Pasal 59
Ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan yang menyatakan: pekerjaan yang berhubungan dengan produk
baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau
penjajakan.
Fakta yang ada dalam perjanjian kerja acuannya adalah Pasal 59 Ayat (1) huruf d
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yaitu
mengenai produk baru namun Perusahaan mendalilkan order. Hal ini mengakibatkan
Perusahaan keliru dalam menerapkan hukum.
8. Berdasarkan fakta hukum diatas Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin
Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan
Lestari ditempatkan bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia pada sektor produksi,
tidak terpisah dari kegiatan utama, seperti bagian extrusi (produksi), Engineering,
Connector (produksi), dan Assy Yazaki (produksi) . Hal ini bertentangan dengan
dengan Pasal 59 Ayat (2) Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa: Perjanjian kerja untuk waktu tertentu
tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.

Page 35 of 39
9. Sesuai dengan ketentuan Pasal 59 Ayat (7) Undang – Undang Nomor 13 Tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan, menyatakan bahwa Perjanjian kerja untuk waktu
tertentu yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) maka demi hukum menjadi perjanjian kerja waktu
tidak tertentu.
10. Bahwa pada tanggal 17 April 2018, hari Selasa pukul 14.15 telah dilaksanakan
mediasi yang ke- 5. Dalam mediasi tersebut PT Nanbu Plastics Indonesia mendalilkan
bahwa perusahaan menerapkan PKWT berdasarkan order dari customer, sehingga
PKWT didasarkan pada kebutuhan order. Akan tetapi aktual faktanya dalam surat
perjanjian kerja yang diterima oleh Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin
Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan
Lestari dan kawan-kawan pada Pasal 1 angka 3 tertulis: Perjanjian ini didasarkan
atas jangka waktu sesuai dengan Pasal 59 Ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Sedangkan bunyi Pasal 59 Ayat (1) huruf
d Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan: pekerjaan
yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang
masih dalam percobaan atau penjajakan. Tentunya dalam hal ini perusahaan telah
keliru dalam menerapkan hukum kepada Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad,
Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra,
Fitriawati dan Lestari.
11. Bahwa Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani,
Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari pada masing-masing
bagiannya adalah bekerja di core produksi yaitu dibagian inspeksi, material,
engineering, dan QC yang pekerjaannya bersifat tetap.
12. Maka dengan fakta hukum diatas seharusnya status Atika Nafita Sari, Faisal Al
Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra,
Fitriawati dan Lestari tersebut haruslah berubah menjadi Perjanjian Kerja Waktu
Tidak Tertentu atau PKWTT.

Page 36 of 39
3. Hak Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno
Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari menuntut haknya agar
menjadi buruh PKWTT/ Tetap di PT Nanbu Plastics Indonesia
Secara normatif atas permasalahan hukum diatas berdasarkan fakta hukum dan ketentuan
hukum yang berlaku dalam hukum ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia maka
adalah sah tuntutan Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei
Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari tersebut diatas
untuk menjadi Buruh dengan status Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu
(PKWTT/ Tetap).

4. Langkah yang dapat ditempuh


Apabila mengkaji kasus yang dialami oleh Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin
Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan
Lestari yang bekerja di PT Nanbu Plastics Indonesia dapat kita cermati bahwa ada
indikasi suatu upaya untuk melakukan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh
PT Nanbu Plastics Indonesia. Hal ini dapat terlihat dengan mempekerjakan Atika Nafita
Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi
Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari di core/ inti produksi, perjanjian kerjanya yang
tidak memenuhi ketentuan peraturan perundangan yang berlaku dan menelantarkan buruh
dengan pemutusan hubungan kerja secara sepihak (yang sudah diputus hubungan
kerjanya sampai saat ini adalah Atika Nafita Sari, Reno Indarto, Maya Mei Mulyani,
Titin Priyatin, Fitriawati dan Lestari) yang tidak dapat diterima oleh Atika Nafita
Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi
Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari tersebut.

Upaya hukum telah dilakukan oleh Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin
Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan
Lestari melalui SEBUMI juga konsultasi hukum melalui pakar hukum ketenagakerjaan
dan beberapa serikat buruh baik secara litigasi dan non litigasi. Mekanisme Bipartit sudah
dilaksanakan sesuai prosedur dari Bipartit ke-1, ke-2, dan ke-3, sampai pada tingkat
permohonan mediasi ke Disnaker Kabupaten Bekasi.

Page 37 of 39
Oleh karena itu langkah yang dapat ditempuh guna membantu menyelesaikan
permasalahan ini melalui litigasi berupa pendampingan Atika Nafita Sari, Faisal Al
Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra,
Fitriawati dan Lestari dengan Serikat Buruh (SEBUMI), Koordinasi dengan beberapa
LBH, Menakertrans dan lembaga- lembaga yang terkait. Juga melalui nonlitigasi melalui
kerjasama antar serikat buruh, media, dan masyarakat untuk melakukan pengawasan dan
penekanan proses hukum agar sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan hukum diatas, kami memberikan kesimpulan sebagai pendapat


hukum kami sebagai berikut:
1. Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani, Reno
Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari yang telah di putus hubungan
kerjanya secara sepihak oleh PT Nanbu Plastics Indonesia harus dipekerjakan kembali
dan dirubah statusnya menjadi Buruh Tetap/ PKWTT dan diberikan Surat Keputusan
Pengangkatannya sebagai buruh tetap sejak mulai pertama kali bekerja.

VII. REKOMENDASI

Atas kesimpulan diatas, kami memberikan rekomendasi sebagai berikut:


1. Litigasi
a. Pendampingan Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei
Mulyani, Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati dan Lestari dalam
melakukan penuntutan;
b. Memberikan pelatihan litigasi;
c. Memberikan penjelasan perihal hukum ketenagakerjaan.
2. Non litigasi
a. Melakukan konsolidasi bersama Serikat Buruh

Page 38 of 39
b. Pelaporan ke Kemenakertrans
c. Melakukan solidaritas bersama buruh melalui aksi dan kampanye untuk penegakan
hukum
Demikianlah kronologi dan pendapat hukum kami atas kasus Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT) antara Atika Nafita Sari, Faisal Al Rahmad, Titin Priyatin, Maya Mei Mulyani,
Reno Indarto, Ridi Aditya Saputra, Fitriawati, dan Lestari dengan PT Nanbu Plastics
Indonesia.
Terima kasih.

Bekasi, 10 Mei 2018,

Ketua Sekretaris

Faisal Al Rahmad Aulia Istiqomah Rusly

Page 39 of 39

Anda mungkin juga menyukai