Pada bab ini akan dibahas tentang sejarah asal-usul Si Raja Lontung, untuk
itu perlu dilakukan peninjauan sejarah darinya. Dalam penelitian ini digunakan
bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Semua
upaya tersebut harus melalui proses pengumpulan data. Maka dengan demikian
dan perilaku atau sekelompok individu atau sekelompok orang (Moleong, 2007:6)
22
penyebaran dari suatu gejala lain dalam suatu masyarakat. Jadi dalam hal ini
pada pendapat informan kunci dalam konteks studi emik. 12 Namun penulis tetap
studi etik, yaitu identifikasi menurut peneliti yang mengacu pada konsep-konsep
1999:256-8).
mengetahui gambaran lingkungan sosial, historis, fungsi dan latar belakang dan
Lontung dilahirkan dan tinggal selama hidupnya. Sabulan adalah salah satu nama
12
Emik (native pointof view) mencoba menjelaskan suatu fenomena dalam masyarakat
dengan sudut pandang masyarakat itu sendiri.
23
Konon menurut cerita rakyat atau turi-turian bahwa daerah Sabulan adalah
tempat tinggal Sariburaja bersama Siboru Pareme setelah mereka diusir dari
sastra yang lahir dan berkembang dalam masyarakat tradisional dan disebarkan
dalam bentuk relatif tetap, atau dalam bentuk baku disebarkan diantara kolektif
tertentu dalam waktu yang lama. Dalam hal ini kisah tentang Si Raja Lontung
13
Samosir dibuat menjadi suatu pulau dengan menggali sebuah terusan yang memotong
punggung bukit yang menyatukannya dengan Gunung Pusuk Buhit.
14
Akan dibahas lebih lanjut pada bagian selanjutnya.
24
1. Mite (myth), adalah cerita prosa rakyat yang benar-benar terjadi serta
dianggap suci oleh empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau
makhluk setengah dewa, peristiwa terjadi di dunia lain atau di dunia yang
mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak
mempunyai sifat-sifat luar biasa, dan sering kali dibantu oleh makhluk-
makhluk gaib.
3. Dongeng (folktale) berupa cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-
benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh
Lontung termasuk dalam jenis Legenda. Karena dalam alur kisahnya peristiwa
tentang Si Raja Lontung adalah terjadi di bumi dan masih terdapak jejak
25
Samosir. Kecamatan Sititotio terdiri atas beberapa desa sebagai berikut: Desa
Tamba Dolok, Desa Cinta Maju, Desa Buntu Mauli, Desa Sabulan, Desa
Holbung, Desa Janji Raja, Desa Janji Maria, dan Desa Parsaoran.
pada masyarakat Batak Toba disertai dengan peninggalan sejarahnya, bahwa pada
zaman dahulu kala, di desa inilah Siboru Pareme dan Si Raja Lontung berjanji
Desa Sabulan tahun 2008-2013, Desa Sabulan adalah desa yang sangat bersejarah
bagi seluruh orang Batak secara khusus bagi keturunan (pomparan) Siboru
Pareme dan Si Raja Lontung yaitu yang terdiri dari tujuh orang putera dan satu
26
Simamora. 15
sebagai berikut:
• •
Selatan Samosir
•
Barat Kecamatan Pollung Kabupaten
•
Timur Humbahas
Kecamatan Harian Kabupaten
•
Samosir
Kecamatan Baktiraja Kabupaten
Humbahas
4. Ketinggian Diatas Permukaan 904-2.157 Meter
Laut
5. Jarak Kantor Camat Ke Kantor 22 KM
Bupati Samosir
Sumber: Statistik Kecamatan Sitiotio 2011
15
Akan dibahas lebih lanjut pada bagian selanjutnya.
16
Letak astronomis adalah adalah letak suatu tempat dilihat dari posisinya di garis lintang
dan di garis bujur yang dinyatakan dalam angka. Sedangkan Letak Geografis adalah letak suatu
tempat dilihat dari keadaan sebenarnya di permukaan bumi.
27
sebagai berikut:
1. I 10 3,8 31, 54
2. II 10 4,10 34, 02
3. III 17 4,15 34,44
Sumber: Rencana Pembangunan Jangka menengah Desa (RPJMDes) Desa
Sabulan tahun 2008-2013.
2.1.4Jumlah penduduk
terkecil dari total penduduk Kabupaten Samosir yakni hanya 5.95% penduduk
akses untuk menjangkau setiap wilayah desa di Kecamatan Sitiotio sangat terbatas
sekaligus merupakan desa yang paling mudah diakses dari ibukota kabupaten.
Desa Sabulan sebagai Ibukota Kecamatan Sitiotio didiami sekitar 16.09% dari
28
sekitar 135 jiwa penduduk. Sedangkan Desa Janji Maria merupakan desa dengan
8.97% penduduk Kecamatan Sitiotio tinggal di wilayah Desa Janji Maria, hal ini
disebabkan karena Desa Janji Maria merupakan desa yang paling jauh dari
dari yang sebelumnya 140 jiwa/km² menjadi 142 jiwa/km². Artinya bahwa setiap
km² wilayah daratan Kecamatan Sitiotio ditempati oleh penduduk rata-rata sekitar
mencapai 7.191 jiwa dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga per rumah
Tabel-3 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, dan Anggota Rumah Tangga menurut
29
menjelaskan bahwa parripe tidak banyak ikut campur dalam urusan kampung
tersebut. Karena mereka belum lama berada di kampung tersebut. Mereka hanya
bergantinya satu generasi, maka marga parripe tadi dapat berubah menjadi marga
boru.
dengan Rammes Situmorang yang merupakan salah satu aparat Desa Sabulan
mengatakan bahwa saat ini marga-marga yang menjadi penduduk di desa tersebut
adalah Marga Situmorang, Pandiangan dan Sinaga sebagai marga asal/ si pendiri
kampung (sipungka huta), dan marga yang paling banyak adalah Situmorang. Hal
ini dikarenakan pernah suatu ketika terjadilah banjir yang sangat besar melanda
Desa Sabulan. Banjir tersebut menyebabkan Desa Sabulan hancur luluh lantah
Penduduknya kala itu adalah marga keturunan Raja Lontung yaitu Sinaga,
Selang beberapa lama setelah banjir tersebut berlalu, Situmorang kembali lagi ke
30
Situmorang kembali ke Desa Sabulan, sehingga beberapa marga lain yang sudah
sempat bermukim ditempat lain ikut kembali pulang ke Desa Sabulan. Yaitu
ditujukan untuk mendapat perlindungan agar terhindar dari bahaya, baik bahaya
alam, penyakit maupun serangan binatang buas. Demikian pula untuk maksud
berjalan berdampingan.
adat kebudayaan serta berhadapan dengan adat kebudayaan suatu masyarakat atau
31
unsur-unsur adat kebudayaan, yang terdiri dari: sistem Religius dan upacara
dsb.
Adat merupakan hal yang sangat penting dalam suatu masyarakat, apalagi
yang menjadi hukum sekaligus aturan paling tinggi diakui. Adat batak adalah
dari usaha orang di dalam masyarakat tersebut, sebagai kelompok sosial untuk
mengandung sisi lain yang berhubungan erat dengan bidang lain dari tradisi,
moyang. Hal ini sependapat dengan Lothar Schreiner dalam bukunya yang
Schreiner 18 berpendapat, adat sebagai tata tertib yang diciptakan oleh nenek
32
demikian, adat dapat diterima dan tidak bertentangan dengan Injil. Dengan
demikian adat dapat dipraktekkan oleh orang-orang Kristen sebagai tata tertib
sosial yang bebas dari dasar agamawinya. Adat itu tidak dapat memperbaharui
hati.
dalam tata kehidupan masyarakat Batak dapat atau bahkan perlu tetap
adalah bahwa adat itu harus dilepaskan dari sifat agamawinya. Supaya hubungan
Kristen Protestan dan Katolik. Penyebaran agama Kristen, awalnya dimulai oleh
Pendeta Burton dan Ward dari Gereja Baptis Inggris tahun 1824. Kedua pendeta
Kemudian tahun 1834 Kongsi Zending Boston Amerika Serikat, mengirimkan dua
orang pendeta, yaitu Munson dan Lymann. Kedua misionaris ini dibunuh oleh
pada bulan Juli 1834. Tahun 1849, Kongsi Bibel Nederland mengirim ahli bahasa
Dr. H.N. van der Tuuk untuk menyelidiki budaya Batak. Ia menyusun Kamus
Batak-Belanda, dan menyalin sebagian isi Alkitab ke bahasa Batak. Tujuan utama
Kongsi Bibel Nederland ini adalah merintis penginjilan ke Tanah Batak melalui
33
sambil bekerja diperkebunan Belanda. Kemudian disusul oleh para pendeta dari
awal abad kedua puluh, sebagian besar etnikBatak Toba telah menganut agama
Kristen Protestan. 19
dimulai oleh Pendeta Burton dan Ward dari Gereja Baptis Inggris tahun 1824
Kecamatan Sitiotio dimana merupakan tempat lahir dan besarnya Si Raja Lontung
19
Buku Masyarakat Kesenian Indonesia oleh Muhammad Takari dkk Tahun 2008 hlm.
112-113.
34
masih buta huruf dan melek huruf. Hal tersebut dapat dijelaskan berdasarkan tabel
sebagai berikut.
35
Kecamatan Sitiotio diguyur hujan sebanyak 144 hari selama tahun 2011
Berikut adalah tabel banyaknya curah hujan dan hari hujan di Kecamatan Sitiotio
menurut bulan.
Tabel-5 Banyaknya Curah Hujan (Ch) dan Hari Hujan (Hh) di Kecamatan Sitiotio
menurut bulan
1. Januari 179 mm 12
2. Februari 211 mm 9
3. Maret 240 mm 15
4. April 205 mm 13
5. Mei 113 mm 9
6. Juni 73 mm 6
7. July 5 mm 2
8. Agustus 203 mm 15
9. September 114 mm 11
36
dikarenakan peningkatan jumlah perusahaan/ usaha kecil. Berikut ini adalah tabel
Uraian Tahun
2008 2009 2010 2011
Menurut golongan - - 1 1
perusahaan/ usaha besar
Perusahaan/ Usaha 1 3 4 4
Menengah
Perusahaan/ Usaha Kecil - 12 8 8
Koperasi - 3 3 2
Perorangan - 1 1 -
Badan Usaha Lainnya - - - 1
Sumber: Statistik Kecamatan Sitiotio 2011
Kesuburan tanah dan faktor alam mendukung usaha pertanian di daerah itu
atas produksi tanaman pangan yaitu: padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu dan ubi
37
kemiri.
38
adalah tabel banyaknya sarana kesehatan umum menurut jenis dan desa yang ada
Kecamatan Sitiotio
39
tinggi nilainya untuk diteladani telah dikenal seperti: cerita tentang binatang,
cerita untuk pelipur lara, cerita tentang kebodohan seseorang (si bisuk na oto)
dalam mitos, sesuai dengan alam pikiran orang-orang primitif seperti cerita
tentang terjadinya bumi dan segala isinya. Adapun jenis sastra Batak Toba,
seperti:
1. Tonggo-tonggo yaitu semacam doa yang diucapkan oleh datu atau iman
agama Batak.
halus).
40
upacara adat.
6. Umpasa yaitu suatu bentuk penyajian sastra yang dari bentuknya agak
sulit dibedakan dengan umpama, tetapi dari isinya, umpasa lebih berkesan
religius, dalam arti lebih menekankan hal-hal yang bersifat rahmat, kurnia,
dan sebagainya.
sesuatu. 20
Berdasarkan jenis sastra Batak Toba diatas maka sejarah tentang Si Raja
atau mitologis, yaitu berupa cerita dongeng tentang binatang, dan cerita-cerita
Seni musik pada masyarakat Batak Toba dapat digolongkan ke dalam dua
besar, yaitu musik vokal dan musik instrumental. Musik vokal pada masyarakat
20
Lihat Skripsi Sarjana Tiolina Sinambela Tarombo dalam Gaya Nyanyian Pada
Kebudayaan Etnis Batak Toba:Suatu Kajian Musikologis dan Tekstual. Hlm. 42-43.
41
dapat dilihat berdasarkan liriknya. Hutasoit yang dikutip oleh Ritha Ony membagi
Lontung bukanlah merupakan salah satu jenis ende dalam Batak Toba.
berdasarkan bentuk penyajiannya, yakni ada yang lazim digunakan dalam bentuk
ensambel, dan ada yang disajikan dalam bentuk permainan tunggal baik dalam
Secara umum, pada masyarakat Batak Toba terdapat dua ensambel musik
42
dimainkan dengan cara dipetik dan memiliki dua buah senar. Instrumen ini
ensambel gondanghasapi.
2. Hasapi doal (pluckedlute) yaitu instrumen ini bentuknya sama saja dengan
aerophone yang memiliki lima lubang nada (empat di atas dan satu di
4. Garantung (xylophone), yaitu alat musik pembawa melodi dan bisa juga
kayu dan umumnya memiliki lima buah bilah. Cara memainkannya adalah
5. Hesek, yaitu sejenis alat perkusi yang terbuat dari plat besi atau botol kaca
Penggunaannya terbatas pada ruang yang lebih kecil dan tertutup, dimainkan oleh
lima orang walaupun jumlah pemusik ini dapat juga bervariasi. Jika mengacu pada
43
kadangkala bisa terdiri dari dua alat yang masing-masing dimainkan oleh satu
orang pemain. Begitu juga dengan jumlah orang yang memainkan hasapiende atau
pun hasapi doal. Dengan kata lain, jumlah pemusik keseluruhan dalam gondang
hasapi yang terdapat pada kelompok parmalim bisa mencapai enam hingga
delapan orang. 22
yang sering digunakan oleh masyarakat Batak Toba, yakni ogung sabangunan
1. Sarune bolon (shawm, oboe), yaitu sejenis alat tiup berlidah ganda (double
reed) yang berperan sebagai pembawa melodi dan dimainkan dengan cara
aerophone.
satu yang tersusun atas lima buah gendang, yang berfungsi sebagai pembawa
melodi dan juga pembawa ritem variabel untuk lagu atau repertoar tertentu.
3. Gordang bolon (single headed drum), yakni sebuah gendang-bas bermuka satu
yang ukurannya lebih besar dari taganing, yang berperan sebagai pembawa
21
Sebuah aliran kepercayaan tradisional atau perpaduan antara agama Islam dan Kristen
pada masyarakat Batak Toba yang berkembang di Huta Tinggi, Laguboti, Sumatera Utara.
22
Dikutip dari Buku yang berjudul “Gondang Batak Toba” oleh Ritha Ony dan Irwansyah
Harahap.
44
kelompok membranophone.
4. Ogung (gong), yaitu seperangkat gong yang terdiri dari empat buah dengan
ukuran yang berbeda-beda. Keempat buah gong tersebut diberi nama oloan,
5. Hesek, yaitu sejenis alat perkusi berupa plat besi, botol, atau benda lainnya
6. Odap (double headed drum), yakni sejenis gendang kecil bermuka dua (dua
Instrumen ini biasanya hanya dimainkan pada lagu atau repertoar tertentu.
nya dibelakang nama diri. Dalam kaitan ini maksudnya marga adalah nama garis
23
Lihat, Martogi Sitohang, 1998 hal 23.
45
mempunyai satu marga dianggap keturunan satu kakek. Berkaitan dengan hal
tersebut Napitupulu (1964:8) juga menulis bahwa turunan dari sesuatu leluhur
menurut garis Bapak, selagi masih kompak dan berdiam diri di suatu tempat akan
membentuk suatu ikatan bernama marga. Mereka saling mengenal satu sama lain
dan erat bergaul, yang satu memperlakukan yang lain sebagai saudara kandung.
terlebih dahulu menyebutkan marga. Dewasa ini tidak ada orang Batak Toba
diterjemahkan sebagai tungku nan tiga, yaitu sebuah ungkapan yang menyatakan
Dalihan na tolu artinya tungku yang terdiri dari tiga buah batu, yang digunakan
masyarakat Batak Toba yang terdiri dari tiga unsur, yaitu: (1) dongan sabutuha
(teman semarga); (2) hula-hula (keluarga dari pihak istri); (3) boru (keluarga dari
kelompok kekerabatan itu tergambar dalam konsep yang berupa nasehat seperti
berikut:
46
orang Batak sebagai dirinya sendiri dan dalam pergaulan antar mereka
hormat terhadap abangnya dan demikian juga anak terhadap pak tua dan
pihak yang merasa dirugikan. Untuk itu perlu diperhatikan lagi bagaimana
mendoakan hagabeon dari Tuhan Yang Maha Esa. Keyakinan ini telah
baiklah kepada boru. Menurut Adat Batak boru itu dalam kekeluargaan
berada dibawah kita sehingga boleh kita suruh mengerjakan sesuatu tetapi
(Sihombing, 1986:103-106).
2.14 Marga
47
adalah Siboru Deak Parujar. Ia adalah seorang putri surga yang dijodohkan oleh
Debata Mulajadi Nabolon kepada Raja Odap-odap yang juga dari surga. Melalui
perkawinan mereka memiliki keturunan yaitu sepasang anak kembar yang diberi
nama Raja Ihat Manisia dan Siboru Ihat Manisia. Kemudian mereka menikah
(marsumbang, incest) dan memiliki tiga orang anak, yaitu Raja Miok-miok,
Patundal na begu, dan Siaji lapas-lapas. Raja Miok-miok memiliki anak yang
bernama Eng Banua. Kedua saudara Raja Miok-miok tidak diketahui kabarnya
oleh orang Batak karena pergi mengembara ke sebuah tempat yang jauh. Eng
Banua mempunyai tiga anak bernama Raja Aceh, Raja Bonang-bonang dan Raja
Sitor Situmorang: “Si Raja Batak: nama kolektif semua leluhur marga; adat yang
mempribadi, pewaris kolektif tugas pengayoman adat dan kebudayaan dari Tuan
Putri Deak Parujar, Bunda Utama, Si Raja Batak, dan tercantum di setiap silsilah
INCEST
SI RAJA IHAT MANISIA
SI BORU IHAT MANISIA
48
ENG BANUA
RAJA TANTANDEBATA
Ianggo anak ni ompunta Raja Batak dua do, i ma: Guru Tatea Bulan na
margoar huhut si Mangarata dohot Raja Isumbaon.
Artinya: Anak dari leluhur kita Si Raja Batak ada dua yaitu Guru Tatea
Bulan yang juga disebut Mangarata dan Raja Isumbaon.
Bagan-2: Anak Si Raja Batak
keahlian terhadap Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon. Dimana Guru Tatea
Bulan terkenal dengan maha karyanya yang bernama Pustaha Agung yang
menjadi pedoman adat Batak sampai sekarang. Kitab ini membahas cakupan
49
Isumbaon diberikan keahlian dalam hal adat Batak. Ajaran Raja Isumbaon
Paningaon (bercocok tanam). Hal ini sesuai dengan yang dituliskan oleh W.M
dan menyebar ke seluruh penjuru. Setelah kedua putra Si Raja Batak tumbuh
sebagai berikut:
Ndang tangkas binoto manang ise do nioli ni Guru Tateabulan dohot Raja
Isumbaon, alai adong do ianakonnasida be. Sian i ma dapot botoon,
adong do niolinasida be.
Artinya: Tidak diketahui secara jelas entah siapa yang dinikahi oleh Guru
Tateabulan dan Raja Isumbaon. Namun mereka memiliki keturunan. Dari
situ dapat diketahui ternyata ada yang mereka nikahi masing-masing.
50
SARIBU RAJA
GURU TATEA BULAN
LIMBONG MULANA
SAGALA RAJA
MALAU RAJA
SIBORU PAREME
SI RAJA BATAK
SIBORU ANTING SABUNGAN
NAN TINJO
RAJA ISUMBAON
TUAN SORIMANGARAJA
RAJA ASIASI
SANGKARSOMALINDANG
51
dokumentasi foto keturunan dari Guru Tatea Bulan. Diambil dari sopo atau rumah
Guru Tatea Bulan yang terdapat di Dusun Arsam Kecamatan Sianjur Mula-mula
penjaga rumah seperti gajah, macan dan kuda. Bentuk Rumah ini pun didesain
dengan ciri khas rumah Batak. Rumah-rumah ini telah diresmikan oleh Dewan
Raja Lontung, yang mana merupakan cucu dari Guru Tatea Bulan, maka untuk
52
Keturunan Guru Tatea Bulan menurut tulisan Sangti (1977:14) adalah berikut:
gumpalan, tidak bertangan, tidak berkaki dan tidak bisa duduk. Anak sulung dari
Guru Tatea Bulan ini dibalik kekurangannya ternyata memiliki kesaktian untuk
mengubah wujudnya dalam bentuk tujuh rupa wajah. Berikut adalah dokumentasi
dari salah satu patung di Sopo Guru Tatea Bulan di Kecamatan Sianjurmulamula
Saribu raja adalah nama putera kedua dari Guru Tatea Bulan. Dia dan adik
53
Siboru Pareme dan melahirkan Si Raja Lontung. Tidak hanya itu, setelah
melakukan tindakan incest, Saribu Raja kemudian menikah lagi dengan Nai
Mangiring Laut dan melahirkan Si Raja Borbor. Kabarnya lagi Saribu Raja dalam
Babiat. 24
3. Limbong Mulana
Limbong Mulana disebut bermarga Limbong. Tidak diketahui secara jelas siapa
isterinya. Limbong Mulana memiliki dua orang putera yaitu Paluonggang dan
langgatlimbong.
4. Sagala Raja
memiliki tiga orang anak yaitu Raja Hutaruar, Raja Manggurgur, Raja
Sungkunon.
5. Malau raja
Di tanah Batak Toba, marga Malau adalah satu dari sedikit satuan silsilah
yang agak besar, yang tidak mempunyai daerah inti yang utuh, tempat sebagian
24
Akan dibahas lebih lanjut pada bagian selanjutnya.
54
Limbong, disitu dia berketurunan dan dari situ pula berpencar keturunannya ke
menikah dua kali. Dari isteri pertamanya dia memiliki seorang putera yang
mencegah kejadian tersebut terulang kembali maka Guru Tatea Bulan menikahkan
puterinya yaitu Siboru Anting Sabungan dan Siboru Biding Laut dengan Tuan
Sori Mangaraja, putera Raja Isumbaon. Dari pernikahan Tuan Sori Mangaraja
dengan isteri pertamanya yaitu Siboru Anting Sabungan, ia memiliki putera yang
bernama Tuan Sorba Dijulu. 25 Siboru Anting Sabungan disebut juga Siboru
melahirkan putera yang bernama Tuan Sorba Jae (Raja Mangarerak). Siboru
8. Nan Tinjo
25
Lihat Sangti (1977:14).
55
so baoa (martompahon baoa dohot boruboru). 26 Konon Nan Tinjo mati bunuh
diri. Menurut Mangaraja Salomo, anak ini adalah sangkar so anak lahi, ulu
balang parompuan, suatu istilah halus untuk seorang waria. Pada saat akan
diri ke dalam danau. Dia memilih untuk bunuh diri dan menjadi hantu penunggu
Si Raja Lontung merupakan cucu dari Guru Tatea Bulan yang merupakan
hasil dari perkawinan sedarah antara Saribu raja dengan Siboru Pareme. Jadi
setelah Raja Uti meninggalkan kampung Sianjur Mula-Mula 27, harapan orang
tuanya kemudian tertumpu pada Saribu Raja. Saribu Raja merupakan putera
kedua dari Guru Tatea bulan yang lahir kembar dampit dengan Siboru Pareme.
Sebagai anak yang terlahir kembar, dapat dimaklumi hubungan keduanya sangat
dekat. Biasanya, untuk menjaga hal-hal yang tidak dikehendaki, anak yang
terlahir kembar dampit selalu dipisahkan sejak dini. Akan tetapi, hal tersebut tidak
26
Dikutip dari W. M Hutagalung dalam Bukunya Pustaha Batak, Tarombo dohot
turiturian ni Bangso Batak.
27
Lihat W. M Hutagalung (1991:36).
56
nenek moyangnya kelak. Hanya saja, ada sesuatu yang kurang berkenan di hati
orang tuanya, yaitu hubungannya yang terlalu dekat dengan adiknya Siboru
Pareme. Siboru Pareme menggoda abangnya sendiri sehingga apa yang tidak
diharapkan pun terjadi. Menurut Sutan Habiaran 28 Siboru Pareme tercium minyak
sinyongnyong (dorma) Saribu Raja, yang menyebabkan dirinya jatuh cinta pada
keluarganya pada saat Siboru Pareme mengantarkan nasi untuk Saribu Raja. 29
Namun menurut Marsius Sitohang, hal itu juga disebabkan karena jumlah
manusia masih terbatas pada saat itu di dunia. 30 Apapun penyebabnya, hubungan
terlarang itu telah terjadi. Jelaslah bahwa hubungan cinta yang dapat menjurus ke
perbuatan tercela (kawin sumbang) antara dua anak kembar dampit dapat saja
terjadi tanpa minyak sinyongnyong, seperti yang dilansir oleh Sutan Habiaran.
Hubungan seperti ini umumnya terjadi karena kedekatan kedua anak yang berbeda
28
Sutan Habiaran seorang penulis buku dengan judul Kisah Tuan Saribu Raja dan Si
Boru Pareme, yang diterbitkan di Medan pada tahun 1994.
29
Lihat W. M Hutagalung (199:36).
30
Hasil Wawancara dengan Marsius Sitohang pada tanggal 16 Februari 2015. Marsius
Sitohang adalah seorang dosen praktik Gondang Sabangunan dan Uning-uningan di Departemen
Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
57
hingga menghapus rasa malu yang timbul karena melanggar aturan-aturan adat
yang telah digariskan para leluhur. Kejadian seperti ini terjadi antara Saribu Raja
dan Siboru Pareme. Akibat perbuatan tercela tersebut, Siboru Pareme kemudian
berbadan dua. Hal ini menyebabkan orangtua beserta ketiga adik laki-laki Saribu
Raja lainnya yaitu Limbong, Sagala dan Malauraja sangat marah. Bagi pelaku
seperti ini hukumannnya adalah membunuh Saribu Raja dan membuang Siboru
31
Lihat W. M Hutagalung (1991:37).
58
karena mereka masih terikat oleh hubungan darah, kedigdayaan Saribu Raja juga
perlawanan tentu saja bukanlah tindakan yang bijaksana. Satu-satunya jalan ialah
32
Lihat W. M Hutagalung (1991:37).
59
dolok Pusuk Buhit yang sekarang bernama Pariksabungan. Disana Saribu Raja
mengajari Siboru pareme agar membawa sekam untuk menjatuhkan sedikit demi
Tatea Bulan inilah yang mendorong ketiga bersaudara itu mengucilkan Siboru
Pareme ke hutan belantara. Mereka mengharapkan bahwa suatu saat Saribu Raja
akan datang untuk menjenguknya. Mereka sepakat menangkap Saribu Raja untuk
tetapi, Saribu Raja telah lebih dulu raib bagaikan ditelan bumi. Menghilangnya
untuk dibuang ke hutan belantara. Motif pengucilan ini sebenarnya adalah untuk
menangkap Saribu Raja. Tidak sedikit pun terlintas dalam benak mereka untuk
mereka juga. Itulah sebabnya mengapa Siboru Pareme hanya dimodali sedikit
makanan dan sebilah pisau kecil. Juga, sebuah gubuk telah didirikan sebelumnya
hutn belantara dengan berjalan kaki. Mereka berangkat pada waktu malam agar
tak seorangpun melihat keberangkatan mereka. Dan juga supaya Siboru Pareme
33
Lihat W. M Hutagalung (1991:37).
60
Siboru Pareme melakukan rencana yang telah diajarkan Saribu Raja kepadanya.
Siboru Pareme pada sebuah gubuk tempat peristirahatan Siboru Pareme nantinya.
mereka tidak akan memberitahu kepada siapapun dimana tempat Siboru pareme
dibuang. Bulanlah yang menjadi saksi dalam sumpah mereka pada saat itu. Itulah
alasannya sehingga tempat itu disebut dengan Sabulan. 34 Dari kisah inilah lahir
pemeo: Dengke ni Sabulan, tu tonggi na, tu tabo na; si ose padan tu ripur na, tu
pembuangan dengan mengikuti sekam yang dijatuhkan oleh Siboru Pareme dalam
34
Lihat W. M Hutagalung (1991:38).
61
Sehingga mereka memutuskan untuk pindah dari tempat tersebut dan mendirikan
sebuah gubuk di tempat mereka yang baru. Namun dalam perjalanan, mereka
Sehingga membuat hubungan mereka dengan harimau tersebut menjadi akrab dan
sangat baik terhadap mereka. Bukti balas budi harimu tersebut adalah dengan
membawa daging hasil buruannya untuk menjadi persediaan makanan Saribu raja
dan Siboru Pareme selama di hutan itu. Diantara Saribu Raja dan harimau tersebut
Setelah sebulan kemudian lahirlah anak Siboru Pareme yang diberi nama
Gambar-7: Banuaraja
Dokumentasi Blessta Hutagaol 2015.
Keterangan: Banua Raja terdapat di balik gunung tersebut.
Harimau itu juga turut serta dalam membantu Siboru Pareme dalam
membesarkan anak tersebut. Di hutan belantara itulah, dari kecil hingga dewasa,
Siboru Pareme dan Harimau itulah yang menjadi sahabatnya. Saribu Raja
35
Lihat W. M Hutagalung (1991:39).
36
Banuaraja adalah perkampunganawal Si Raja Lontung.
62
pada satu tempat. Melihat keadaan itu Saribu Raja yakin untuk meninggalkan
Raja Lontung. Sebelum pergi, Saribu Raja juga sempat memberikan sebuah cincin
kepada Siboru Pareme agar diberikan kelak setelah Si Raja Lontung tumbuh
dewasa. 37
hutan belantara. Disana dia bertemu dengan Nai Mangiring laut yang kemudian
dijadikannya sebagai isterinya. Saribu Raja dan Nai Mangiring Laut memiliki
Menurut W.M Hutagalung (1991:44) anak Saribu Raja ada tiga orang.
Yang ketiga lahir dari Babiat (Harimau). Namun tidak dijelaskan ibunya dari
37
Lihat W. M Hutagalung (1991:39)
63
Siboru Pareme. Setelah dewasa, Si Raja Lontung ingin mencari pasangan hidup.
Dia ingin mencari paribannya, putri dari Pamannya (putri dari Saudara laki-laki
ibunya), untuk dijadikan istri, atau parsinonduk bolon. Siboru Pareme takut
menunjukkan keberadaan dari keluarga yang sebenarnya yang pernah diusir oleh
Aek sipitu dai (tujuh rasa), (dulu tempat pemandian boru pareme).
pemandian yang ada di sana, tempat putri pamanmu mandi. Carilah yang mirip
64
ini ke jarinya (sambil memberikan cincinnya). Bila cincin ini cocok di jarinya,
itulah paribanmu atau anak dari pamanmu, lalu ajak dan bawa lah dia ke sini”.
mendahului Si Raja Lotung ke Aek Sipitudai dengan melintasi jalan lain. Dengan
waktu yang sudah diatur, sampailah ibunya terlebih dahulu ke Aek Sipitudai
tersebut dan mandi sembil menunggu datangnya Si Raja Lontung yang kini sudah
menjadi pria dewasa. Sampai di pancuran Aek Sipitudai, Si Raja Lontung sontak
heran melihat gadis persis seperti ibunya. Si Raja Lontung mendekati perempuan
yang sedang mandi itu. Ditemuinyalah perempuan tersebut dan ditegurnya, seperti
pesan ibunya Siborupareme, Perempuan yang sedang mandi itu (tidak lain adalah
ibu kandung si Raja Lottung sendiri), Siboru Pareme memang terlihat cantik dan
tidak terlihat seperti ibu-ibu pada saat mereka berjumpa disitu. Dia melakukan
semua yang disampaikan oleh ibunya sebelumnya dan semuanya cocok dengan
dibawanya pada tangan perempuan itu. Perempuan itu lantas dibawa oleh Si Raja
38
Berdasarkan tulisan dalam Muara Nauli blog
yaitu:https://jtonang.wordpress.com/tarombo-batak/sejarah-boru-pareme-lottung-si-sia-sada-ina/.
Diakses tanggal 29 April 2015.
39
Berdasarkan hasil Wawancara dengan Marsius Sitohang pada tanggal 19 Maret2015.
65
dengan taruhan nyawa. Siboru Pareme tak ingin anaknya itu dibiarkan dalam
kesendirian hingga mate punu (mati tanpa keturunan) Siboru Pareme mengadu
kepada Mulajadi Nabolon. Dia bertekad bahwa dirinya tidak akan membiarkan
anaknya hidup sebatang kara dan mati tanpa meninggalkan keturunan, sekalipun
untuk itu harus dia bayar dengan harga yang sangat mahal. Jalan pemikiran inilah
Pareme pun mengungkapkan rahasia yang selama ini disimpannya. Bahwa yang
dinikahi oleh Si Raja Lontung adalah ibu kandungnya sendiri yaitu Siboru
lagi rahasia tentang Si Raja Lontung yang mendapat pesan ibunya untuk menikahi
paribannya namun ternyata jadi menikahi ibu kandungnya sendiri yaitu Si Boru
Pareme. Tempat mereka ketika melakukan sumpah itu adalah tepatnya dihadapan
sebuah batu di Desa Sabulan Kecamatan Sititotio Kabupaten Samosir yang kini
Lontung.
40
Salah satu aparat desa di Desa Sabulan.
66
sendiri (ibotonya) dan selanjutnya dengan terpaksa harus dinikahi oleh anaknya
yang dikenal dengan “Lontung Si Sia Sada Ina”. Lontung Si Sia Sada Ina,
memiliki pengertian yang sangat mendalam, yaitu sembilan (sia) orang bersaudara
yang memiliki satu ibu (marinahon) bernama Si Boru Pareme. Kesembilan orang
yang dimaksud adalah: terdiri dari delapan orang (7 putra dan 1 putri = 8 orang)
anak dari Siboru Pareme dari suaminya Si Raja Lontung, ditambah Si Raja
Lontung itu sendiri yang juga anaknya dari suaminya Saribu Raja (ibotonya),
semuanya menjadi sembilan orang dari seorang ibu yang bernama Siboru pareme.
67
Putri dari Si Raja Lottung, pernah kawin 2 (dua) kali, yang pertama
dengan marga Sihombing dan disebut dengan Si Boru Anak Pandan, dan
meninggal dunia, dan disebutlah dia dengan nama atau gelar baru yaitu Si Boru
Demikian juga tertulis dalam buku Peraturan Kepala Desa Sabulan Nomor
Sabulan 2012 pada bab II bagian sejarah desa. Putri Si Raja Lontung dijelaskan
Desa Sabulan adalah desa yang sangat bersejarah bagi seluruh orang Batak
secara khusus bagi keturunan (pomparan) Op. Siboru Pareme dan Op.
Siraja Lontung yaitu: 7 orang putera dan 1 putri. Keturunannya terdiri
dari:
1. Sinaga
2. Situmorang
3. Pandiangan
4. Nainggolan
5. Simatupang
6. Aritonang
7. Siregar
8. Siboru Anak Pandan
dibawah ini.
41
Berdasarkan hasil wawancara dengan Berlian Limbong pada tanggal 16 Februari 2015.
68
TUAN SITUMORANG
TOGA SINAGA
TOGA PANDIANGAN
TOGA NAINGGOLAN
LONTUNG SIMATUPANG
ARITONANG
SIREGAR
Puterinya yang bernama Siboru Anak Pandan dan setelah menikah kedua kalinya
anak tertua Si Raja Lontung, apakah Toga Sinaga atau Tuan Situmorang.
69
dengan adik isteri (adik ipar) Situmorang, dan oleh karena itulah antara
tertentu.42
leluhur) Raja Bonar, Ompu Ratus dan Sagiulubalang. Ompu Raja Bonar
Selanjutnya, Raja Pande mempunyai anak yang bernama Palti Raja. Kerap
kali Toga Sinaga disebut juga dengan Ompu Palti Raja. Dari Sinaga lahir
pencerahan bagi kehidupan di keluarga Si Raja Lontung pada saat itu. Atas
artinya terang (Ompu Tuan Situmorang). Ia memiliki dua orang anak yang
42
Dikutip dari pomparanrajanaiambaton.blogspot.com/2011/07/sejarah-dan-legenda-
pomparan-si-raja.html?m=1. Diakses tanggal 6 Juni 2015.
70
satu yaitu bernama Guru Mombangpilian atau disebut juga Datu Ronggur.
keturnan yaitu empat orang anak yang bernama Silo, Dongoran, Silali, dan
Siagian.
8. Siboru Anak Pandan. Putri satu-satunya Si Raja Lontung ini pertama kali
dengan marga Simamora. Sehingga mulai sejak itu namanya pun berubah
menikah lagi. Sihombing dan Simamora dilahirkan dari Toga Sumba atau
43
Lihat W.M hutagalung (1991:99).
44
Lihat Vergouwen (1986:17).
71
kelompok suku yang mendiami wilayah yang ada di sekitarnya, dalam batas
kelompok-kelompok marga yang semuanya itu berasal dari Si Raja Batak. Setiap
Semua itu dapat dimengerti sebab masyarakat Batak Toba adalah masyarakat
bermigrasi karena ketidakpuasan terhadap marga atau karena ambisi dari anggota
menjelaskan bahwa suatu ketika terjadilah Air Bah yang dahsyat sehingga
memusnahkan seluruh daerah, dan mereka pindah lalu bermukim di Urat (di
72
keempat anak tertua, Situmorang, Toga Sinaga, Toga Pandiangan, dan Toga
Nainggolan. Pada tahap pertama mereka pergi ke Samosir Utara, namun mereka
diusir dari sana oleh marga Simbolon dan Sitanggang ke suatu garis khayali yang
ditarik dari sebuah anak sungai di sebelah barat pantai, sampai ke suatu batu
bundar besar di suatu tanjung di pantai timur ke arah selatan daerah Tomok.
Perbatasan ini ditetapkan ketika diadakan perdamaian antara yang mengusir dan
yang diusir. Sampai sekarang, garis ini masih disetujui sebagai perbatasan antara
daerah-daerah daratan pulau Sumatra, Sabulan dan daerah Janji Raja, yang
dari beberapa marga yang menjadi ranting dari keempat marga induk, dan
lainnya, Nainggolan, Samosir dan Gultom boleh dikatakan hanya didiami oleh
marga-marga dengan nama yang sama, bersama marga yang menumpang dari
Parbuluan dan Barus Hulu. Marga yang berasal dari Pandiangan, yakni mereka
73
Nainggolan yang didiami oleh satu marga dengan nama yang sama. Ketiga cabang
Sinaga berkuasa di daerah Swapraja Tanah Jawa (Pantai Timur Sumatra) tempat
Ketiga anak Si Raja Lontung yang lebih muda tidak ada yang menetap di
menyeberang lewat pulau kecil yang yang bernama Pulo, dan menguasai daerah-
daerah dengan nama yang sama ke arah timur Muara. Siregar pergi dari Urat,
daerah yang bernama Siregar, dan kemudian ke Muara. Beberapa bagian dari
Simatupang dan Aritonang naik ke dataran tinggi Humbang dan mendiami Huta
lebih jauh kecuali sebagai marga penumpang yang diterima oleh kelompok-
disini masih terdapat Lobu (tempat pemukiman marga sebelumnya) Siregar yang
sudah ditinggalkan (di daerah Pohan), yang mengingatkan orang bahwa mereka
Sibatangkayu yang kini sudah lenyap (di Habinsaran Selatan, atau arah Selatan
Sipahutar), dan dari sana ke Sipirok. Disana mereka menduduki daerah luas dari
kuria Sipirok, kuria Parau Sorat, dan kuria Baringin yang didirikan oleh tiga
bersaudara.
74
kuria Marancar di Angkola Utara, dan kuria Lumut di Sibolga Selatan. Kelompok
yang bernama marga Dongoran dan Ritonga pergi dari Habinsaran Selatan
akibat dari penyebaran ini, Siregar boleh dikatakan merupakan satu mata rantai
do jolo tu Sabulan jala marpinompari disi. Berikut adalah analisis tempat tinggal
75
Dengan model diakronis akan dianalisis generasi yang dimulai dari Si Raja
tersebut dari waktu-kewaktu, bagaimana ia tumbuh dari awal sebagai suatu gejala
(1994:38).
Berdasarkan silsilah yang sudah baku di kalangan orang Batak Toba, Raja
Batak. Menurut sejarah Batak sebagai titik tolak diperkirakan angka tahun
kelahiran Raja Sisingamangaraja XII diyakini lahir pada tahun 1845. Jika
dihitung-hitung satu generasi adalah 30 tahun dalam arti sudah pantas punya anak,
setiap generasi Keturunan Lontung yang dimulai dari generasi pertama yaitu Si
Raja Batak. Perkiraan tahun keturunan Guru Tatea Bulan mulai dari Si Raja Batak
sampai sundut (generasi) yang keempat adalah seperti pada tabel berikut:
45
Merupakan cucu dari Sinambela, anak dari Ompu Raja Bonanionan dengan Istrinya
yang kedua. Lihat Buku W.M Hutagalung (1991:288).
76
77