Anda di halaman 1dari 14

Zikri Darussalam; Kewarisan Adat Limo Koto Kampar

KEWARISAN ADAT LIMO KOTO KAMPAR


Zikri Darussamin
Zikridarussamin 1961@gmail.com
Fakultas Ushuluddin UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Abstract:

The tussles of local custom inheritance and Islamic inheritance have various patterns
aligned with the kinship system believed. In the area of Limo Koto Kampar, the
struggle happened through a very long process and did not free of conflict, although
it is not as massive as what happened in Minangkabau area, the origin of the
inheritance of custom inheritance of Limo Koto Kampar. Some opinions argue that
the inheritance of custom inheritance of Limo Koto Kampar is the same as of
Minangkabau’s. This might be true because the custom inheritance of Limo Koto
Kampar comes from Minangkabau. Nevertheless, in the later development, the
differences exist. In matrilineal kinship in Limo Koto Kampar, the mamakrumah(host)
has had frail roles in the tribal environment. The relationship between uncles and
niece/nephew is not similar as of in Minangkabau Area. Besides that, it seems that
there are the symptoms that Limo Koto Kampar society feel objected to be called
Minangkabau people.

Keywords: Inheritance, custom, kinship

Latar Belakang Masalah. waris serta bagaimana cara harta warisan itu
Di Indonesia terdapat tiga sistem hukum dialihkan penguasaan dan pemilikannya dari
yang mengatur kewarisan, yaitu; sistem pewaris kepada ahliwaris. (Djojodigoeno ; tth :
hukum adat,1. Sistem hukum Islam dan sistem 31). Tegasnya, kewarisan adat adalah adat
hukum Barat. (Ter Haar ; 1981 : 175). Hukum atau kebiasaan masyarakat dalam melaksa-
waris ada tadalah hukum adat yang memuat nakan kewarisan.
garis-garis ketentuan tentang sistem dan asas Di sisi lain, masyarakat Limo Koto2
hukum waris, harta warisan, pewaris dan ahli adalah satu kelompok etnik yang terdapat
1 2
Hukum adat adalah hukum yang tidak Limo berarti lima, Koto artinya negeri/
tertulis dan tidak diundangkan oleh pemerintah (non kenegerian atau desa. Limo Koto berarti, lima negeri
statutair), tetapi ditaati oleh masyarakat atau desa yang terdapat di daerah Kabupaten
berdasarkan keyakinan bahwa peraturan-peraturan Kampar. Kelima negeri dimaksud, yaitu; Kuok, Salo,
itu mempunyai kekuatan hukum dan sanksi. Secara Bangkinang, AirTiris, dan Rumbio.Penyebutan Limo
substansi, hukum adat yang dimaksud adalah adat Koto Kampar menunjukkan kesatuan adat dari
atau kebiasaan yang dijelmakan oleh ahli hukum kelima daerah tersebut dan bukan menunjukkan
Belanda menjadi hukum adat (adatrecht). Kendati kesatuan administratif. Pada masa pemerintahan
penjelmaan adat menjadi hukum adat baru muncul Adityawarman negeri ini tergabung dalam
sejak masa kolonial, namun substansinya sebagai pemerintahan Andiko Nan 44, yaitu; Pertama, 13
aturan dalam masyarakat sudah ada sebelum Islam Koto Kampar (Kecamatan XIII Koto Kampar); Kedua,
masuk ke Nusantara. Lihat Ratno Lukito, Pergumulan 5 koto di tengah (Kuok, Salo, Bangkinang, AirTiris,
Antara Hukum Islam dan Adat di Indonesia, dan Rumbio), Ketiga, 3 koto di hilir (Kampar,
(Jakarta:INIS, 1998), hlm. 7 Tambang, Terantang), Keempat, 8 koto sitingkai

284
AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016

dalam wilayah Kabupaten Kampar Provinsi selama ini berkembang. Apalagi semenjak
Riau yang dalam menjalankan kehidupan dan menjadi bagian dari Provinsi Riau hubungan
hubungan sosial kemasyarakatan, senantiasa antara tokoh adat di Limo Koto dengan tokoh
berpegang kepada ajaran agama Islam, yakni adat di Minangkabau, sebagai daerah asal
al-Qur`an dan al-hadis serta adat.3 Kedua adat Limo Koto, sudah bertambah jauh.
sistem hukum tersebut merupakan hukum
yang hidup (lifing law) dalam kehidupan dan Adat Limo Koto.
perilaku masyarakat Limo Koto. Harmonisasi Adat sebagai kontrol masyarakat Limo
hubungan adat dan Islam diungkap dalam Koto Kampar, mempunyai empat tingkatan,
pepatah adat yang menyebutkan, ”adat yaitu;5
bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah, 1. Adat Nan Sabonau Adat, yaitu kenyataan
syarak mengato adat memakai, ya kata yang berlaku dalam alam yang
syarak benar kata adat, adat tumbuh dari merupakan kodrat Ilahi atau sesuatu yang
syarak, syarak tumbuh dari kitabullah”. Acuan telah dan terus berjalan sepanjang masa.
ini menyebabkan Islam tidak dapat dipisahkan Misalnya; adat api membakar, adat air
dari adat dalam kehidupan orang Limo Koto. membasahi, adat ayam berkokok, adat
Sebelum menjadi bagian dari Provinsi murai berkicau, adat laut berombak. Bila
Riau, daerah Limo Koto termasuk dalam diperhatikan hubungan antara sifat
keresidenan Sumatera Barat. Oleh karena itu, dengan yang diberi sifat dalam setiap
banyak orang yang berpendapat bahwa Limo contoh di atas, terlihat adanya bentuk
Koto sebagai daerah yang “menurunkan adat kelaziman hubungan. Hal ini menunjukkan
Minangkabau”, mengikuti apa yang terjadi di bahwa sesuatu yang terjadi di alam ini tak
daerah asalnya, termasuk dalam kewarisan. ada yang pasti secara mutlak. Meskipun
Akan tetapi, disisi lain terlihat pula gejala dalam pertimbangan akal terdapat
bahwa masyarakat Limo Koto Kampar kepastian, namun tidaklah mustahil bahwa
merasa keberatan bila mereka disebut orang kebiasaan yang pasti itu dapat berubah
Minangkabau.4 Oleh karena itu, kajian tentang menurut kehendak Allah. Oleh sebab itu
kewarisan adat Limo Koto menjadi penting kelaziman di atas tetap disebut kelaziman
dan menarik, untuk menjawab diskursus yang secara adat.
Dengan masuknya agama Islam dan
diperlukan sebagai peraturan bagi
(sekarang 4 koto termasuk Kecamatan XIII Koto kehidupan umat, maka ajaran Islam diakui
Kampar dan 4 koto termasuk Kecamatan Kampar pula sebagai suatu yang pasti
Kiri); Kelima, 10 koto di Tapung; Keenam, 4 koto di
sebagaimana pastinya kenyataan yang
Rokan; Ketujuh, 1 koto di Pintu Rayo. Lihat Amir
Luthfi, Agama dan Tradisi Pada Masyarakat Lima berlaku dalam alam. Dengan demikian
Koto Kampar Riau, (Pekanbaru: Lembaga Penelitian ajaran Islam dimasukkan kedalam
IAIN Susqa, 1980), hlm., 14. kelompok adat yang sebenar adat.
3
Adat bagi masyarakat Limo Koto Kampar Memasukkan Islam ke dalam kelompok
tidak hanya sebagai perbuatan atau tindakan yang adat yang tertinggi itu, bukan untuk
dilakukan secara berulang-ulang saja, akan tetapi menjadikannya setara dengan adat,
merupakan sistem nilai yang menjadi tolok ukur bagi
setiap aktifitas yang dilakukan masyarakat. Lihat
5
Lihat Amir Luthfi, Ibid. Ramli R Datuk Permato Said, (Pucuk Adat
4
Amir Luthfi Datuk Bandaro Sati, Suku Domo Salo berdomisili di Salo), Wawancara
Wawancara tanggal 2 Oktober 2015. tanggal 12 September 2015.

285
Zikri Darussalam; Kewarisan Adat Limo Koto Kampar

apalagi menjadikannya bagian dari adat, untuk kepentingan pribadinya serta


tetapi karena kedudukannya yang tertinggi merugikan pihak lain.
sebagai pedoman dalam kehidupan. Oleh g. Upas-racun, yaitu; setiap orang yang
sebab itu, kebiasaan yang berlaku atas meracuni orang lain dengan makanan
dasar kodrat Ilahi yang dinamakan adat dan minuman.
yang sebenar adat itu dijadikan pedoman h. Siar-bakar, yaitu; setiap orang yang
dalam penyusunan tata cara dan melakukan pembakaran yang
peraturan yang dipakai sebagai pengatur merugikan pihak lain.
kehidupan manusia.6
2. Adat Nan Diadatkan, yaitu sesuatu yang Sedangkan yang termasuk undang
dirancang, dijalankan serta diteruskan oleh -undang dua belas ialah :
setiap generasi untuk menjadi peraturan a. Terlalah terkejar, yaitu; orang yang
bagi kehidupan masyarakat dalam segala tertangkap karena melakukan sesuatu
aspek. Adat nan diadatkan mencakup kejahatan.
seluruh segi kehidupan terutama b. Tercancang-teragas, yaitu; orang yang
kehidupan sosial, budaya dan hukum. melakukan sesuatu kejahatan yang
Adat Nan Diadatkan ini adalah untuk dapat dibutikan dengan alat bukti baik
mempertahankan Adat Nan Sabonou dari badannya ataupun pakaiannya.
Adat dan sekaligus merupakan inti adat c. Terlacut terpukul, yaitu; hampir
Limo Koto Kampar. Misalnya mengenai bersamaan dengan maksud terancang
bentuk susunan ninik mamak dari suatu teragas.
persukuan, sistem matrilinial serta undang- d. Putus tali, yaitu; orang yang melakukan
undang delapan dan undang-undang dua kejahatan, dia tidak dapat lagi
belas. Yang termasuk undang-undang membuktikan dengan keterangan untuk
delapan ialah : mengelakkan dirinya.
a. Dago-dagi, yaitu; setiap orang yang e. Tumbang ciak, yaitu; pekikan orang
melakukan perlawanan kepada yang banyak terhadap seseorang yang
tak patut dilawannya. sedang melakukan kejahatan.
b. Sumbang-salah, yaitu; setiap orang f. Enggang lalu atah jatuoah, yaitu; orang
yang menjalankan sesuatu yang tak yang tertuduh melakukan kejahatan
patut dijalankan dan tak mengindahkan karena diwaktu terjadinya suatu
larangan. kejahatan, dia sendiri berada disitu.
c. Samun-sakal, yaitu; orang merampas g. Berjalan berderas-deras, yaitu; orang
dan menganiaya orang lain. yang tertuduh melakukan kejahatan,
d. Maling-curi, yaitu; pencurian. karena diwaktu kejahatan itu terjadi
e. Tikam bunuh, yaitu; setiap orang yang terihat dia lari dari tempat itu.
melakukan pembunuh atau percobaan h. Pulang pergi berbasah-basah, yaitu;
pembunuhan. orang yang tertuduh kejahatan, karena
f. Kicuh-kicang dan tipu-tepok, yaitu; dia lari sehingga basah pakaiannya.
setiap orang yang melakukan tipuan i. Berjual bermurah-murah, yaitu; orang
yang tertuduh mencuri, karena dia
pernah menjual sesuatu yang sangat
6 murah.
Amir Luthfi Datuk Bandaro Sati,
Wawancara tanggal 2 Oktober 2015.

286
AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016

j. Dibawah pikat dibawah langau, yaitu; Diadatkan. Hal ini sesuai dengan pepatah
orang yang tertuduh melakukan adat; “Indak lapuok dek hujan, indak lokang
kejahatan, karena beritanya sudah dek paneh, dialio indak layu, dicabuik indak
tersiar oleh orang banyak. mati”.
k. Terbayang tertabur, yaitu orang yang 2. Adat yang dapat berubah menurut
tertuduh melakukan kejahatan karena kepentingan, yaitu; Adat Nan Teradat dan
tingkah lakunya mencurigakan. Adat Istiadat. Terhadap hal ini dapat dilihat
l. Kencenderungan mata orang banyak, dalam sebuah pepatah adat yang berbunyi,
yaitu orang yang tertuduh melakukan “sekali ayu dalam, sekali pulo topian
kejahatan karena sudah sering baubah”. Artinya adat nan teradat dan adat
melakukan kejahatan dimasa lampau. istiadat dapat menyesuaikan diri dengan
suatu perubahan yang terjadi.
3. Adat Nan Teradat, yaitu; adat kebiasaan
setempat yang dapat bertambah dan bisa Sistem Kekerabatan.
pula hilang menurut kepentingan. Aturan Di daerah Lima Koto Kampar sistem
pokok yang termuat dalam Adat Nan kekerabatan ditarik melalui ibu. Faktor
Diadatkan dioperasionalkan ke dalam genealogis yang dilihat dari keturunan ibu
Adat Nan Teradat oleh masing-masing disebut dengan istilah matrilineal. (Chairul
pucuk pimpinan adat dalam suatu negeri. Anwar ; 1997 : 6)
Misalnya dalam pelaksanaan adat Ciri-ciri masyarakat matrilineal yang
matrilokal dalam hal malam ke beberapa terdapat di daerah Lima Koto Kampar, yaitu
mempelai wanita menjolang (bermalam) keturunan dihitung dari garis perempuan,
ke rumah orang tua suami sesudah sehingga anak dari dua orang ibu yang
perkawinan. Hal ini mungkin berbeda bersaudara adalah sangat rapat
antara satu negeri dengan lainnya. Adat ini hubungannya, karena itu tidak mungkin
ruang lingkup berlakunya lebih sempit dari mengadakan pernikahan.7
Adat Nan Diadatkan, sebagaimana Bentuk-bentuk hubungan kekerabatan
tercermin dalam pepatah adat; pada masyarakat Limo Koto Kampar adalah
Lain lubuk lain ikan sebagai berikut;8
Lain padang lain belalang 1. Hubungan kerabat mamak-kemenakan,
Cupak sepanjang botuong yaitu hubungan antara seorang laki-laki
Adat selingkaran nagoghi. dengan anak dari saudara perempuannya
4. Adat Istiadat, yaitu; kebiasaan yang sudah di satu pihak dan hubungan laki-laki atau
berlaku dalam suatu tempat yang perempuan dengan saudara laki-laki dari
berhubungan dengan tingkah laku dan ibunya di lain pihak. Dalam bentuk
kesenangan. Misalnya adat main layang- pertama, laki-laki itu disebut mamak, yaitu
layang sesudah panen, adat batobo dan saudara laki-laki dari ibunya. Dalam bentuk
lain sebagainya. kedua, anak dari saudara perempuan itu
Dilihat dari sudut dapat berubah atau
tidaknya ke empat tingkatan adat tersebut di
atas, dapat pula dibagi kepada dua bagian, 7
Ramli R Datuk Permato Said, Wawancara
yaitu; tanggal 12 September 2015.
1. Adat yang tidak dapat berubah, yaitu Adat 8
Amir Luthfi Datuk Bandaro Sati,
Nan Sabonau Adat dan Adat Yang Wawancara tanggal 2 Oktober 2015.

287
Zikri Darussalam; Kewarisan Adat Limo Koto Kampar

disebut kemenakan.9 Dalam bentuk mereka.10 Hubungan kekerabatan ini


hubungan mamak-kemenakan ini seorang berlaku dalam beberapa lingkungan mulai
laki-laki mempunyai dua arus hubungan dari yang sempit, sekampung dan
yang berlainan arah, yaitu ke atas lingkungan sesuku. Lingkungan sempit
mempunyai arus hubungan mamak dan ke yang disebut lingkungan rumah godang,
bawah mempunyai pula arus hubungan yaitu hubungan antara seseorang dengan
kemenakan. Akan tetapi seorang orang lain yang sama-sama mendiami atau
perempuan hanya mempunyai satu arus berasal dari rumah godang yang sama.
hubungan ke atas, yaitu ke mamak dan Lingkungan tengah adalah kesatuan
tidak mempunyai hubungan ke bawah sekampung, yaitu kesatuan dari orang –
kepada anak saudaranya yang orang yang sudah berbeda rumah
perempuan. Mamak berfungsi sebagai godangnyo, tetapi kalau ditelusuri ke atas
pemimpin, penjaga, pengembang dan ternyata nenek asal dari setiap rumah
penambah jumlah harta pusaka yang godang pernah tinggal dalam satu rumah
diterima dari nenek moyang. Dalam dahulunya. Kesatuan ini disebut dengan
hubungannya dengan kemenakan, “dunsanak sekampung”. Adapun
mamak berfungsi sebagai pembimbing dan lingkungan kesatuan yang lebih luas, yaitu
pemelihara kemenakannya. Terhadap sesuku yang berarti keseluruhan anggota
anak-kemenakan yang perempuan, terikat oleh hubungan yang bersifat
bimbingan mamak meliputi persiapan genealogis atas dasar matrilineal yang
untuk menyambut warisan dan untuk bertali kepada nenek asal yang mula-mula
melanjutkan keturunan. Oleh sebab itu, datang di tempat itu.
mamak lebih luas untuk bisa berbuat 3. Hubungan kerabat induk bako - anak
sesuatu kepada kemenakannya yang pisang, yaitu; hubungan antara seseorang
perempuan. Akan tetapi terhadap perempuan dengan anak-anak saudara
kemenakan laki-lakinya, bimbingan mamak laki-lakinya di satu pihak, atau hubungan
hanya meliputi kemampuan untuk manjaga antara seseorang laki-laki dan perempuan
harta pusaka serta persiapan laki-laki untuk dengan saudara perempuan dari ayahnya.
dapat mewarisi fungsi mamak untuk Dalam bentuk pertama, perempuan itu
menjadi pemimpin dalam lingkungan disebut induk bako bagi anak-anak
rumah, powik, dan suku. saudara laki-lakinya. Dalam bentuk kedua,
2. Hubungan kerabat suku, yaitu hubungan laki-laki atau perempuan itu adalah anak
antara seseorang dengan orang lain dalam pisang bagi perempuan saudara ayahnya.
lingkungan masyarakat adat yang terikat Dalam bentuk hubungan ini, seseorang
oleh keturunan matrilineal. Suku adalah perempuan mempunyai dua arus hubu-
suatu kesatuan masyarakat dimana ngan yang berlainan arah; yaitu ke atas ia
anggota-anggotanya satu sama lain adalah anak pisang bagi saudara perem-
merasa berhubungan dalam pertalian puan ayahnya; ke bawah ia adalah induk
darah dilihat dari yang menurunkan bako bagi anak-anak saudara laki-lakinya.
Bagi seseorang laki-laki hanya ada satu
arus hubungan yaitu ia adalah anak pisang
9
Rasyid Datuk Paduko, (Tokoh Adat Suku
10
Melayu, berdomisili di Salo), Wawancara tanggal 12 Ramli R, Datuk Permato Said, Wawancara
Oktober 2015. tanggal 12 Oktober 2015.

288
AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016

bagi saudara perempuan ayahnya, tetapi ia Dalam kehidupan persukuan, orang laki-
tidak akan pernah menjadi induk bako anak laki mempunyai tanggungjawab besar
saudara laki-lakinya.Cara yang ditempuh terhadap warga persukuannya. Akibatnya,
untuk lebih merapatkan hubungan induk hubungan antara mamak (saudara laki-laki
bako-anak pisangnya ialah dengan ibu) dengan kemenakan (anak–anak dari
menganjurkan perkawinan antara seorang saudara–saudara perempuan) menjadi kuat.
laki-laki dengan kemenakan ayahnya atau Terhadap anak yang dilahirkan lebih berkuasa
dengan anak mamaknya. mamaknya dari pada bapaknya. Hal ini
4. Hubungan kerabat sumando-persuman- disebabkan karena seorang suami dipandang
doan, yaitu hubungan seseorang dengan orang “asing” (orang semenda) di tengah
orang lain yang terjadi disebabkan keluarga istrinya.12
perkawinan yang dilakukan oleh salah Dalam adat Limo Koto dikenal adanya
seorang anggota dalam rumah godang. istilah harta soko dan harta pusako.
Hubungan ini dapat digambarkan sebagai Perbedaan dari kedua istilah tersebut, yaitu;
berikut: 1. Harta soko.
a. Antara seorang suami dengan orang di Harta soko adalah harta yang diwarisi
rumah isterinya, dimana suami disebut secara turun temurun dari satu generasi ke
urang sumando oleh keluarga isterinya. generasi berikutnya dari pihak perempuan,
Di lain pihak saudara laki-laki dari isteri dimana pemilik harta itu tidak dapat diketahui
disebut bisan oleh suaminya dan secara pasti karena jarak waktu antara pemilik
saudara perempuan isteri disebut pula harta dengan pihak yang mewarisi sudah
ipar oleh suami. sangat jauh. Yang berhak memanfaatkan
b. Antara seorang isteri dengan orang di harta soko ialah kemenakan perempuan
rumah suaminya, dimana isteri disebut secara kolektif..13
sumandan oleh keluarga suami. Di Harta soko merupakan harta persukuan.
pihak lain saudara laki-laki dan saudara Oleh karena harta tersebut tidak boleh
perempuan suami disebut ipar oleh diperjualbelikan karena harta tersebut bukan
isteri. Antara keluarga pihak suami harta milik perorangan. Pemanfaatan harta
dengan keluarga pihak isteri dalam persukuan oleh para anggotanya diatur dan
hubungan timbal balik disebut bisan. diawasi oleh kepala persukuan. Perselisihan
c. Bagi seorang ayah dan ibu dalam yang timbul di sekitar harta persukuan ini
hubungannya dengan suami anak diselesaikan di dalam persukuan. Yang
perempuannya dan isteri dari anak laki- termasuk harta persukuan, yang lazim disebut
lakinya disebut menantu. dengan “pusako tinggi”, adalah tanah
d. Antara seorang isteri dengan isteri dari persukuan, rumah dan balai adat, dan benda-
saudara laki-laki suami disebut benda atau barang- barang kebesaran serta
pamboyan. Dan begitu pula antara perlengkapan adat seperti keris dan pakaian
seorang suami dengan suami dari kebesaran adat. (Amir Luthfi ; tth : 17).
saudara perempuan isteri disebut
moyan.11
12
Ramli R Datuk Permato Said, Wawancara
tanggal 12 Oktober 2015.
11 13
Rasyid Datuk Paduko, Wawancara Ramli R Datuk Permato Said, Wawancara
tanggal 12 Oktober 2015. tanggal 12 Oktober 2015.

289
Zikri Darussalam; Kewarisan Adat Limo Koto Kampar

2. Harta pusako. dan pengangkatan penghulu adat. Hal itu


Harta pusako adalah harta pencarian ditunjukkan dalam pepatah adat, “botuong
suami-istri atau harta yang masih diketahui tumbuh dimatonya, ayu tatuang di
secara jelas asal-usul atau pemiliknya. Istilah cegheknya”. Artinya, pengangkatan penghulu-
harta pusako masih belum lama dikenal dalam penghulu adat tersebut tidak diperhatikan
adat Limo Koto. Istilah ini timbul dalam rangka kemampuan dan penampilan pribadi
pemisahan harta soko dengan harta seseorang, akan tetapi yang lebih diutamakan
pencarian suami-istri.14 adalah faktor pewarisan. Sebab, dalam
Pada dasarnya perbedaan harta soko masyarakat muncul anggapan, apabila
dengan harta pusako terletak pada diketahui jabatan penghulu dipindahkan kepada orang
atau tidak pemilik semula harta tersebut. Jika yang bukan pewarisnya, maka akan timbul
pemilik semula (asal-usul) harta sudah tidak penyakit kepada orang tersebut yang tidak
diketahui lagi karena jarak waktu yang sudah akan sembuh sampai meninggal dunia.16
terlalu jauh, maka harta tersebut dinamai harta Seperti dijelaskan di atas, bahwa
soko. Sebaliknya, apabila asal-usul atau hubungan kekeluargaan dalam masyarakat
pemilik harta semula masih dapat diketahui Limo Koto Kampar diatur berdasarkan
secara jelas, maka harta tersebut dinamai persukuan yang ditetapkan atas garis
harta pusako. keturunan ibu, maka anggota-anggota satu
Berdasarkan kenyataan ini, maka ada persukuan dipandang satu keluarga besar.
benarnya pendapat yang mengatakan bahwa Mereka dilarang mengadakan hubungan
adat yang berlaku di daerah Limo Koto perkawinan antara yang satu dengan yang
Kampar berasal dari Minangkabau. Meskipun lain, meskipun hubungan garis keturunan
demikian, dalam perkembangan selanjutnya mereka tidak diketahui lagi. Siapa yang
terdapat perbedaan antara adat yang berlaku melakukan hal tersebut akan dikenakan
di kedua daerah tersebut. Dalam sistem sanksi dan dikeluarkan dari anggota
kekarabatan matrilineal di Limo Koto Kampar, persukuan. Ketentuan-ketentuan adat dengan
mamak rumah saat ini sudah semakin lemah sanksi-sanksinya bertujuan untuk melestarikan
peranannya di lingkungan persukuan. kehidupan persukuan tersebut. (Amir Luthfi ;
Hubungan mamak dengan kemenakan tidak tth : 29).
seerat seperti yang terdapat di daerah Dalam persukuan terdapat kaidah
Minangkabau. Selain itu, terlihat pula gejala atau aturan tertentu tentang pergaulan hidup
bahwa masyarakat Limo Koto Kampar antara individu dan tata hubungan dalam
merasa keberatan bila mereka disebut orang masyarakat. Pelanggaran terhadap aturan itu
Minangkabau.15 disebut sumbang, dan hal itu dicela oleh adat.
Begitu juga pengaruh mamak di daerah Perbuatan sumbang itu bukan hanya
Limo Koto, terhadap rumah tangga mengenai pelanggaran dalam hubungan
kemenakannya sudah sangat berkurang. perkawinan, akan tetapi juga melakukan
Pengaruh mamak hanya terlihat dalam aspek perbuatan yang tidak patut dilakukan menurut
moral dan adat, yakni ketika dalam pemilihan ukuran adat juga disebut sumbang. Oleh
sebab itu sumbang itu dapat bermacam-
14
macam, seperti “sumbang kedudukan” (sikap
Rasyid Datuk Paduko, Wawancara
tanggal 12 Oktober 2015.
15 16
Amir Luthfi Datuk Bandaro Sati, Ramli R Datuk Permato Said, Wawancara
Wawancara tanggal 2 Oktober 2015. tanggal 12 Oktober 2015. .

290
AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016

duduk yang tidak sopan), “sumbang b. Suku Mandailing Bawuoh, dipimpin


perjalanan” (berjalan dengan orang atau oleh Dt. Bandaro Mudo.
perempuan yang seharusnya tidak boleh c. Suku putapang, dipimpin oleh Dt.
dibawa). Dan “sumbang pakaian” (berpakaian Bandaro Sinaro.
dengan cara yang kurang pantas). Ketentuan d. Suku Domo, dipimpin oleh Dt.
sumbang itu dimaksudkan agar dengan Paduko Ulak.
pembatasan dan ketentuan tersebut adat 2. Munaf Piliang.
yang didasarkan atas persukuan dapat a. Suku piliang Dt. Pandak, dipimpin
dipelihara dengan baik. (Amir Luthfi ; tth : 19). oleh Dt. Pandak.
Untuk menjaga kelestarian dan b. Suku piliang Dt. Majo Besar,
kesinambungan adat, maka pada setiap dipimpin oleh Dt. Majo Besar
kenegerian di Limo Koto diangkat seorang Piliang.
pimpinan dari penghulu-penghulu adat yang c. Suku piliang Dt. Majolak, dipimpin
terdapat di kenegerian itu. Mereka itu lazim oleh Dt. Majolak.
disebut “Pucuk Adat” atau “Pucuk Negeri”. d. Suku piliang Dt. Ulaksemano,
Tugas mereka adalah mengkoordinir para dipimpin oleh Dt. Ulaksamano.
penghulu adat yang terdapat di kenegerian 3. Munaf Melayu.
mereka masing-masing. Adapun lembaga a. Suku Melayu Dt. Tuo, dipimpin
yang menyelesaikan masalah yang oleh Dt. Tuo.
menyangkut adat Limo Koto secara keselu- b. Suku Melayu Dt. Mudo, dipimpin
ruhan adalah musyawarah pucuk adat dari oleh Dt. Mudo.
lima kenegerian. Yang memimpin sidang ini c. Suku Melayu Dt. Majo Besar,
adalah Datuk Bandaro Sati dari kenegerian dipimpin oleh Dt. Majo Besar
Bangkinang.17 Melayu.
Khusus di daerah Bangkinang terdapat d. Suku Melayu Dt. Putio, dipimpin
tiga kelompok suku (munaf) dan setiap munaf oleh Dt. Putio.
itu terdapat pula empat suku serta setiap suku
dipimpin oleh seorang penghulu adat (ninik Kehidupan adat di Limo Koto Kampar
mamak). Gabungan munaf-munaf ini disebut pada masa sekarang sudah goyah.
dengan “lembaga kerapatan adat datuk nan Ketentuan-ketentuan adat sudah banyak yang
dua belas”, yang dipimpin oleh Dt. Bandaro tidak dipatuhi lagi. Peranan adat hanya
Sati dari suku Mandailing Bukit. tampak sewaktu diadakan upacara peresmian
Suku-suku dari setiap munaf itu adalah perkawinan dan sewaktu terjadi sengketa
sebagai berikut : (M. Zein ; 1989 : 47) harta pusaka atau sengketa “tanah ulayat”.
1. Munaf mandailing. Anggota persukuan sudah berani melanggar
a. Suku Mandailing Bukit, dipimpin dasar ketentuan adat, misalnya larangan
oleh Dt. Bandaro Sati. kawin antara sesama satu persukuan. (Amir
Luthfi ; tth : 19).
17
Nama penghulu yang menjadi “Pucuk Goyahnya kehidupan adat di Limo Koto
Adat” dalam kenegerian-kenegerian di Limo Koto, Kampar disebabkan antara lain oleh faktor
yaitu; Datuk Besar dari Suku Melayu di Kuok; Datuk kepemimpinan. Pimpinan adat tidak dihormati
Permato Said dari suku Domo di Salo; Datuk Bandaro
Sati dari suku Mandailing di Bangkinang; Datuk
oleh anggota persukuan karena para
Penghulu Besar dari suku Mandailing di Air Tiris; dan pimpinan adat yang diangkat tidak memiliki
Datuk Godang dari suku Domo di Rumbio. syarat-syarat seorang pimpinan, seperti

291
Zikri Darussalam; Kewarisan Adat Limo Koto Kampar

pendidikan dan kecakapan. Selain itu, karena sebagai berikut; (Amir Syarifuddin ; 1984 :
bergabungnya daerah Limo Koto Kampar 231-235).
kedalam daerah Provinsi Riau yang 1. Azas unilateral, yaitu hak kewarisan hanya
dahulunya bergabung dengan keresidenan berlaku dalam satu garis kekerabatan. Satu
Sumatera Barat. Dengan demikian, hubungan garis kekerabatan yang dimaksud disini
antara tokoh adat di Limo Koto Kampar adalah melalui perempuan. Sistem
dengan tokoh adat di Minangkabau, sebagai kekerabatan matrilineal memelihara
daerah asal adat Limo Koto, sudah bertambah kelangsungan hak kewajiban kedalam
jauh. (Amir Luthfi ; tth : 20). batas-batas kelompok kekerabatan yang
Faktor lain adalah pemahaman ajaran membatasi keanggataannya berdasarkan
Islam yang semakin meningkat pada garis keturunan perempuan. Berdasarkan
masyarakat Limo Koto. Hal ini dimungkinkan sistem itu, maka yang dianggap keluarga
karena pada pertengahan abad ke-XX, putra dalam hubungannya dengan hak dan
daerah Limo Koto sudah ada yang menuntut kewajiban ialah kelompok tertentu yang
ilmu ke luar daerah. Ilmu dan pengalaman disebabkan oleh kelahiran dari seorang
yang diperoleh di luar daerah dijadikan dasar perempuan. Susunan keluarga menurut
untuk mengadakan perubahan di daerah asal pengelompokan ini, yaitu; ke atas, ibu,
mereka. Di samping itu, juga imbas dari nenek dan ibunya nenek; ke samping, laki-
gerakan pembaharuan Islam di Indonesia laki dan perempuan yang dilahirkan oleh
yang muncul pada dekade ke-II abad ke XX, ibunya; ke bawah, anak laki-laki maupun
seperti berdirinya Syarekat Islam di Jawa anak perempuan, termasuk juga anak dari
tahun 1911, Muhammadiyah tahun 1912 dan anak perempuan dan seterusnya anak dari
berdirinya Sumatera Thawalib pada tahun cucunya yang perempuan. (Kuntjaraningrat
1918 di Sumatera Barat. Kecuali itu, pada ; 1958 : 451). Keseluruhan kelompok yang
tahun 1922 di Bangkinang berdiri pula sebuah bertalian melalui jalur perempuan inilah
perguruan yang bernama Tarbiyah Islamiyah yang disebut keluarga menurut pengertian
yang kemudian berganti nama dengan Darul adat. Oleh sebab itu, pewarisan harta soko
Mualimin. H. Abdul Malik sebagai pendiri maupun pusako tidak dapat beralih kepada
sekolah merupakan alumnus Mekkah. laki-laki karena berarti mengalihkannya
Sekolah ini mendapat sambutan baik dari keluar kelompok. (Amir Syarifuddin ; tth :
masyarakat Limo Koto, bahkan dari luar 232)
daerah.18 Dengan demikian, yang termasuk
ahli waris dalam prinsip unilateral adalah
Kewarisan Adat Limo Koto Kampar. anak perempuan, anak perempuan dari
anak perempuan (cucu) dan seterusnya ke
Untuk mendiskusikan kewarisan adat bawah. Kesamping ialah anak perempuan
Limo Koto Kampar, perlu pula dijelaskan dari saudara perempuan dan seterusnya.
terlebih dahulu kewarisan yang berlaku dalam Keatas ialah anak perempuan dari saudara
lingkungan adatMinangkabau. Hal ini penting, ibu yang perempuan, anak perempuan
karena adanya hubungan kultural dari kedua yang mempunyai satu nenek dengan ibu
daerah tersebut. Kewarisan dalam lingkungan dan seterusnya dalam hubungan pihak
adat Minangkabau dicirikan dengan azas perempuan.
18
Amir Luthfi Datuk Bandaro Sati,
Wawancara tanggal 2 Oktober 2015.

292
AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016

2. Azas kolektif, yaitu sistem kewarisan 3. Azas keutamaan, yaitu dalam penerimaan
dimana harta pusaka bukanlah hak orang pusaka terdapat tingkatan-tingkatan hak
perorangan, tetapi merupakan hak suatu yang menyebabkan satu pihak lebih
kelompok secara bersama-sama. berhak daripihak lain. Pertama, adalah
Berdasarkan azas ini, maka harta tidak setiap orang yang berhubungan darah
dibagi-bagi dan disampaikan kepada melalui pewaris. Secara kronologis yang
kelompok penerimanya dalam bentuk mendapat prioritas utama adalah anak
kesatuan yang tidak terbagi. Harta yang perempuan,
pada umumnya berbentuk tanah yang cucudanseterusnyakebawahmelaluiperem
diperoleh melalui pewarisan baik yang puan. Kemudian ibu, nenek dan
disebut harta soko atau harta pusako seterusnya keatas melalui perempuan.
adalah hak bersama oleh penerimanya. Prioritas berikutnya adalah saudara
Dalam bentuk harto soko adalah wajar bila perempuan, anak perempuan dari saudara
diteruskan secara kolektif, karena pada perempuan dan seterusnya ke samping.
waktu menerimanya juga secara kolektif Kedua, orang yang mempunyai hubungan
yang oleh nenek diterimanya secara adat, yakni memiliki suku yang sama
kolektif pula. Harta pusako masih dapat dengan pewaris. Hubungan adat ini juga
dikenal pemiliknya yang oleh si pemilik berlaku bagi setiap individu yang memiliki
harta tersebut diperolehnya melalui hasil suku yang sama dalam suatu wilayah
pencahariannya. Harta dalam bentuk teritorial tertentu. Batas wilayah teritorial ini
inipun diterima secara kolektif oleh generasi ditentukan oleh kekuasaan setiap datuk
berikutnya. Karena diterima secara kolektif, penghulu yang memimpin suku tersebut.
maka harta itu diturunkan selanjutnya Selain itu, juga berlaku bagi setiap individu
secara kolektif pula.Penerusan harta yang berpindah suku kepada pewaris atau
secara kolektif didasarkan pada pemikiran pendatang baru yang ingin berkerabat
sebagai berikut; dengan pewaris. Pendatang baru ini lazim
a. Untuk menjaga kekompakan dalam disebut dengan “pulang dunsanak”. Ketiga,
keluarga. Pembagian harta tidak orang-orang yang berhutang budi dengan
selamanya memuaskan kepada pihak pewaris. Hal ini dapat terjadi misalnya bila
yang menerimanya. Hal ini mengarah seseorang pernah menolong pewaris
pada timbulnya perasaan iri dan dengki dalam suatu kesulitan, hingga
yang akan mengakibatkan pecahnya menyebabkan di antara keduanya bergaul
kekompakkan keluarga. dengan sangat rapat. Keempat, ialah orang
b. Untuk menjaga keutuhan harta. Adanya luar yang telah berkerabat dengan pewaris,
sifat kolektif mempersulit pengalihan yang dikenal dengan sebutan “pulang
harta keluar dari kaum, karena selama dunsanak”, atau setiap orang yang telah
masih menjadi milik bersama, semua beralih suku kepada pewaris. Selain itu
pihak dapat mengontrol penggunaan- dapat juga terjadi bila pewaris pernah
nya. Azas kewarisan kolektif tidak semasa hidupnya mengasuh atau
menghendaki adanya pembagian harta. mengangkat anak orang lain. Anak yang
Bila terjadi pembagian harta, maka yang diangkat ini dapat mewarisi harta pewaris,
dibagi bukanlah pokok harta tersebut, yang dikenal dengan sebutan “ahli waris
tetapi hanya hak penggunaannya saja. hubungan emas”. Dewasa ini ahli waris
(Amir Syarifuddin ; tth : 234)

293
Zikri Darussalam; Kewarisan Adat Limo Koto Kampar

dalam bentuk “hubungan emas, tidak pencaharian bersama dengan istrinya Sitin.
kelihatan lagi”. (Amir Syarifuddin ; tth : 236) Harta bersama dimaksud, yaitu; tujuh ekor
Jika kewarisan adat Minangkabau kerbau, lima ekor kambing, 1 hektar tanah
dicirikan dengan azas matrilineal, kolektif, dan persawahan di Boncapanjang, 2 hektar tanah
unilateral, maka kewarisan yang berlaku perkebunan di Sikubin Malapari, 1,5 hektar
dalam adat Limo Kotodicirikan dengan azas- tanah persawahan di Boncalanti Malapari, 0,5
azas sebagai berikut; hektar tanah pulau di Malapari, emas murni 24
1. Azas matrilineal-parental. karat seberat 15 gram, 1 hektar tanah
Menurut adat Limo Koto lama, perkebunan di Pauh Desa Rumbio, dan 2
pewarisan berlaku menurut sistem matrilineal, hektar tanah perkebunan di Kualu Nenas. Ahli
yakni hanya melalui garis kerabat yang waris yang ditinggalkan, tiga orang anak laki-
perempuan saja. Pewarisan harta soko laki, yaitu; Kotik, M. Nur dan Abdul Kadir,
dikhususkan kepada pihak perempuan, yang empat orang anak perempuan, yaitu; Hj.
diwariskan dari satu generasi kepada satu Rahimah, Rusiana, Baheram, dan Hj.
generasi berikutnya dengan mengambil Yusmarni, serta seorang istri bernama Sitin
manfaatnya saja. Harta soko tidak boleh yang meninggal dunia tahun 1991.
diperjualbelikan, dihibahkan, digadaikan, Putra-putri almarhum sepakat untuk
kecuali dalam keadaan tertentu. Hal yang membagi harta warisan orang tuanya dengan
sama terjadi terhadap harta pusako yang pembagian sebagai berikut;
diwarisi oleh kemenakan yang perempuan a. Tujuh ekor kerbau dan lima ekor kambing
dan bukannya oleh anak dan istri. dijual dan uang hasil penjualannya
Dewasa ini sistem pewarisan secara digunakan untuk biaya berobat Abdul
matrilineal hanya berlaku terhadap harta soko, Kadir serta untuk biaya pesta perkawinan
yakni sebagai wakaf zurrry. Sementara keluarga dan sisanya dibagi sama rata
terhadap harta pusako diwarisi oleh putra-putri untuk semua ahli waris.
serta istri dari almarhum dengan sistem atau b. Tanah pulau diberikan kepada Baheram
azas kewarisan parental. Azas parental dan Rusiana.
mengandung makna bahwa seseorang c. Tanah di Boncapanjang diperuntukkan
menerima hak kewarisan dari kedua belah kepada Hj. Rahimah, Rusiana, Baheram
pihak yaitu dari kerabat keturunan laki-laki dan dan Hj. Yusmarni.
dari kerabat keturunan perempuan. Artinya, d. Satu buah rumah di Malapari, tidak
dalam sistem parental pada prinsipnya semua dibagikan dan dijadikan sebagai rumah
anak menjadi ahli waris bagi orang tuanya. bersama.
Berbeda dengan sistem matrilineal yang e. Tanah Sikubin yang terletak di daerah
hanya pihak perempuan saja yang mewarisi. Malapari diperuntukkan kepada Rusiana.
Kenyataan ini dapat dilihat dalam kasus f. Tanah di Boncalanti diberikan kepada Hj.
pembagian harta warisan almarhum Miali di Rahimah.
Desa Malapari Kecamatan Rumbio Jaya. Miali g. Tanah Pulau diberikan kepada Baheram
meninggal dunia pada tahun 1971. Ia dan Rusiana.
meninggalkan harta berupa satu bidang tanah h. Tanah di Kualu diberikan kepada Abdul
perkebunan yang berasal dari harta pusako Kadir.
yang diterima dari orang tuanya seluas 1,5 i. 15 gram emas murni 24 karat dibagi sama
hektar. Almarhum Miali juga meninggalkan rata untuk semua ahli waris.
harta bersama yang merupakan hasil

294
AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016

Sementara satu bidang tanah pada tahun 2000. Ia meninggalkan harta


perkebunan di Danau Lugan karena tanah berupa sepuluh buah rumah petak di daerah
tersebut merupakan harta bawaan ayahnya, Panam Kecamatan Tampan Pekanbaru serta
para ahli waris sepakat memberikannya sebuah rumah permanen yang berlokasi di
kepada M. Nur dengan alasan bahwa M. Nur Desa Pulau Kecamatan Bangkinang
kurang mampu dalam kehidupan.19 Seberang Kabupaten Kampar. Ahli waris
terdiri dari tiga anak laki-laki, yaitu; Aprizal, Joni
2. Azas kolektif-individual. dn Antoni, dua orang anak perempuan, yaitu;
Menurut adat Limo Koto lama, Vera dan Santi, serta seorang istri bernama
pewarisan harta berjalan secara kolektif, Syamsiah yang meninggal dunia tahun 2005.
dimana harta dimiliki secara bersama-sama Setelah Syamsiah (istri almarhum Midai)
oleh para ahli waris yang ada. Dewasa ini, meninggal dunia, mereka sepakat membagi
harta pusako telah dibagi secara individual, harta warisan dengan pembagian sama rata.
yakni dibagi di antara semua ahli waris yang Sementara sebuah permanen yang berlokasi
ada, seperti anak-anak, orang tua, karib di Desa Pulau Kecamatan Bangkinang
kerabat termasuk suami dan istri. Anak laki-laki Seberang Kabupaten Kampar diserahkan
dan anak perempuan menjadi ahli waris dari sebagai hak pakai kepada adik perempuan
harta pusako yang didapat dari hasil usaha mereka yang bungsu bernama Santi.20
orang tua mereka. Demikian juga istri menjadi
ahli waris dari suaminya, dan sebaliknya 3. Azas unilateral-bilateral.
suami menjadi ahli waris dari istrinya. Menurut adat Limo Koto lama,
Adapun cara pembagiannya adalah pewarisan berlaku menurut sistem unilateral,
dengan melihat wujud dan bentuk harta. Bila yaitu hak kewarisan hanya berlaku dalam satu
harta itu berupa tanah kebun, kenderaan garis kekerabatan. Satu garis kekerabatan
maupun alat-alat pertukangan, maka yang dimaksud adalah melalui perempuan.
pewarisannya diserahkan kepada anak laki- Oleh karena itu, yang termasuk ahli waris
laki dengan pembagian sama rata di antara dalam prinsip unilateral adalah anak
mereka. Selain harta dalam bentuk diatas, perempuan, anak perempuan dari anak
maka pewarisannya diserahkan kepada anak perempuan (cucu) dan seterusnya kebawah.
perempuan dengan pembagian sama rata Anak perempuan dari saudara perempuan,
pula di antara sesama mereka. Khusus harta anak perempuan dari saudara ibu yang
warisan yang berbentuk rumah diserahkan perempuan, anak perempuan yang
kepada anak perempuan yang paling bungsu. mempunyai satu nenek dengan ibu dan
Hanya saja peruntukkannya berupa hak pakai, seterusnya dalam hubungan pihak
sehingga tidak dibenarkan untuk mentransak- perempuan. Sementara istri bukan ahli waris
sikannya ke pihak lain. dari suaminya, melainkan ahli waris dari karib
Kenyataan ini dapat dilihat dalam kasus kerabatnya.
pembagian harta warisan almarhum Midai Dewasa ini sistem pewarisan secara
beralamat di Desa Pulau Kecamatan unilateral hanya berlaku terhadap harta soko,
Bangkinang Seberang. Midai meninggal dunia sementara pewarisan terhadap harta pusako
berlaku prinsip bilateral. Artinya, harta itu akan
19
Yusmarni (salah seorang ahli waris), 20
Wawancara, tanggal 25 Oktober 2015. H. Sinar M.Nur, Wawancara, tanggal 16
November 2015.

295
Zikri Darussalam; Kewarisan Adat Limo Koto Kampar

diwarisi oleh putra-putri yang meninggal. keluarga yang terdiri dari anak-ibu-ayah.
Tegasnya, dalam sistem kewarisan bilateral Walaupun suku ayah dan anak berbeda,
pada prinsipnya semua anak menjadi ahli secara kenyataan ayah dan ibu sudah
waris bagi orang tuanya, tanpa membedakan menempati kedudukan yang sama dalam
jenis kelamin laki-laki atau perempuan. rumah tangga. Ini adalah ciri utama dari
Berbeda dengan sistem unilateral yang hanya keluarga yang bersifat parental.22
pihak perempuan saja yang mewarisi harta Perubahan kekerabatan ini tentu
warisan. mempengaruhi hukum waris yang berlaku.
Kenyataan ini dapat dilihat dalam kasus Kalau dulu sesuai hukum adat yang berlaku,
pembagian warisan H. Abdul Gani di Muara anak tepatnya anak perempuan, hanya
Uwai Bangkinang. Haji Abdul Gani meniggal menerima warisan dari ibunya (mamak) dan
dunia pada tahun 1974. Ia meninggalkan harta harta ayah tidak dapat diwariskan kepada
berupa satu bidang tanah perkebunan yang anak dan istri melainkan kepada
berasal dari harta pusako yang diterima dari kemenakannya. Sistem itu sekarang berubah
orang tuanya. Berikut satu pintu kedai di pasar dimana harta pusako diwarisi oleh putra-putri
Bangkinang dan tiga ekor kerbau yang serta istri dari almarhum dengan sistem atau
merupakan hasil pencaharian bersama azas kewarisan parental.
dengan istrinya Maryam yang sudah lama
meninggal dunia. Ahli waris yang ditinggalkan, Penutup.
yaitu; dua orang anak laki-laki Bahamad dan Kewarisan adat Limo Koto Kampar
Saleh dan dua orang anak perempuan yang berasal dari Minangkabau telah
Zaharah dan Ramiyah. Keempat orang anak mengalami evolusi yang sangat panjang,
sepakat untuk membagi harta warisan orang sehingga sampai kepada bentuk sekarang ini.
tuanya berdasarkan hukum faraid, kecuali Dalam proses interaksi yang panjang itu, Islam
satu bidang tanah perkebunan yang berasal telah banyak mengubah adat Limo Kotodalam
dari harta bawaan ayahnya. Pewarisannya bidang kehidupan keluarga, dankewarisan.
diserahkan saja kepada Ramiyah dengan Islam juga telah mengubah susunan anak-ibu
alasan bahwa Ramiyah kurang mampu dan mamak menjadi keluarga yangbersusun
dalam kehidupannya.21 anak-ibu dan ayah dalambentuk keluarga inti,
Perubahan sistem kekerabatan dari serta mengalihkan tanggungjawab seorang
matrilineal murni ke parental yang terjadi pada laki-laki darirumah keluarga ibunya ke rumah
masyarakat Limo Koto Kampar yang dulunya sendiri bersamaanak danistrinya.
menempatkan ayah sebagai sumando Dalam bidang kewarisan, Islamtelah
(semenda) pendatang yang berada di luar mengubah pola kewarisan adat Limo Koto
lingkungan kerabat anak- istrinya, belakangan Kampar dari bentuk unilateral menjadi bilateral,
ini telah mengalami perubahan. Perubahan itu dari matrilineal menjadi parental dan dari
bermula dari pengaruh hukum Islam yang kolektif menjadi individual. Seiring dengan itu
menempatkan ayah sebagai kepala keluarga. pula semakin kokohnya hubungan ayah-anak
Bentuk keluarga matrilineal yang terdiri dari dan menjadikan hubungan mamak-
anak-ibu-mamak dalam keluarga inti secara kemenakan semakin melemah.
berangsur-angsur telah berubah menjadi

21 22
Zaharah, (salah seorang ahli waris), H. Sinar M.Nur, Wawancara, tanggal 16
Wawancara, tanggal 8 Oktober 2015. November 2015.

296
AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016

DAFTAR KEPUSTAKAAN Nasroen, M, 1971, Dasar Falsafah Adat


Minangkabau, Jakarta: Bulan Bintang.
Azra, Azyumardi, 1997, Akar-akar Historis Soehartono, Irawan, 1995, Metode Penelitian
Pembaharuan Islam di Indonesia, Sosial, Bandung: Rosadakarya.
Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina. Syarifuddin, Amir, 1984, Pelaksanaan Hukum
Bogdan, R. & S.J. Tylor, 1993, Kualitatif Dasar- Kewarisan Islam dalam Lingkungan
Dasar Penelitian, Surabaya: Usaha Adat Minangkabau, Jakarta: Gunung
Nasional. Agung.
Darussamin, Zikri dan Mawardi, 2015, Ter Haar, 1981, Hukum Adat Indonesia,
Integrasi Kewarisan Adat Melayu-Riau Jakarta: Rajawali.
dengan Islam, Yogyakarta: LkiS. Pemkab Kampar, 2014, Kampar Dalam
Djojodigoeno, T. T Perjodohan dan Angka 2014, Bangkinang: Badan
Pewarisan, Yogyakarta: Borobudur. Pusat Statistik Kabupaten Kampar.
Garna, Judistira K., 1999, Metoda Penelitian Powers, David S, 2001, Peralihan Kekayaan
Pendekatan Kualitatif, Bandung: dan Politik Kekuasaan: Kritik Historis
Primaco Akademika. Hukum Waris, terj. Arif Maftuhin,
Hamzah Fachrudin, Amir, 1428 H, Ensiklopedi Yogyakarta: LkiS.
Wanita Muslimah, Jakarta: Penerbit
Darul Falah. ooo0ooo
Hazairin, 1986, Hukum Kewarisan Bilateral
Menurut Quran dan Hadith, Jakarta:
Tinta Mas.
Idrus Hakimy Dt. Rajo Penghulu, 1984,
Rangkaian Mustika Adat Basandi
Syarak di Minangkabau, Bandung :
CV Remaja Karya.
Kuhzari, H Ahmad, 1973, Sistem Asobah
Dasar Pemindahan Hak Milik Atas
Harta Peninggalan, Beirut: Dar al-Jail,
Lukito, Ratno, 1998, Pergumulan Antara
Hukum Islam dan Adat di Indonesia,
Jakarta: INIS.
Luthfi, Amir, 1991, Hukum dan Perubahan
Struktur Kekuasaan, Pelaksanaan
Hukum Islam Dalam Kesultanan
Melayu Siak 1901-1942,Pekanbaru,
Susqa Press.
-------, 1980, Agama dan Tradisi Pada
Masyarakat Limo Koto Kampar Riau,
Pekanbaru: Lembaga Penelitian IAIN
Susqa.
Moleong, Lexy J., 2000, Metode Penelitian
Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya.

297

Anda mungkin juga menyukai