Abstract:
The tussles of local custom inheritance and Islamic inheritance have various patterns
aligned with the kinship system believed. In the area of Limo Koto Kampar, the
struggle happened through a very long process and did not free of conflict, although
it is not as massive as what happened in Minangkabau area, the origin of the
inheritance of custom inheritance of Limo Koto Kampar. Some opinions argue that
the inheritance of custom inheritance of Limo Koto Kampar is the same as of
Minangkabau’s. This might be true because the custom inheritance of Limo Koto
Kampar comes from Minangkabau. Nevertheless, in the later development, the
differences exist. In matrilineal kinship in Limo Koto Kampar, the mamakrumah(host)
has had frail roles in the tribal environment. The relationship between uncles and
niece/nephew is not similar as of in Minangkabau Area. Besides that, it seems that
there are the symptoms that Limo Koto Kampar society feel objected to be called
Minangkabau people.
Latar Belakang Masalah. waris serta bagaimana cara harta warisan itu
Di Indonesia terdapat tiga sistem hukum dialihkan penguasaan dan pemilikannya dari
yang mengatur kewarisan, yaitu; sistem pewaris kepada ahliwaris. (Djojodigoeno ; tth :
hukum adat,1. Sistem hukum Islam dan sistem 31). Tegasnya, kewarisan adat adalah adat
hukum Barat. (Ter Haar ; 1981 : 175). Hukum atau kebiasaan masyarakat dalam melaksa-
waris ada tadalah hukum adat yang memuat nakan kewarisan.
garis-garis ketentuan tentang sistem dan asas Di sisi lain, masyarakat Limo Koto2
hukum waris, harta warisan, pewaris dan ahli adalah satu kelompok etnik yang terdapat
1 2
Hukum adat adalah hukum yang tidak Limo berarti lima, Koto artinya negeri/
tertulis dan tidak diundangkan oleh pemerintah (non kenegerian atau desa. Limo Koto berarti, lima negeri
statutair), tetapi ditaati oleh masyarakat atau desa yang terdapat di daerah Kabupaten
berdasarkan keyakinan bahwa peraturan-peraturan Kampar. Kelima negeri dimaksud, yaitu; Kuok, Salo,
itu mempunyai kekuatan hukum dan sanksi. Secara Bangkinang, AirTiris, dan Rumbio.Penyebutan Limo
substansi, hukum adat yang dimaksud adalah adat Koto Kampar menunjukkan kesatuan adat dari
atau kebiasaan yang dijelmakan oleh ahli hukum kelima daerah tersebut dan bukan menunjukkan
Belanda menjadi hukum adat (adatrecht). Kendati kesatuan administratif. Pada masa pemerintahan
penjelmaan adat menjadi hukum adat baru muncul Adityawarman negeri ini tergabung dalam
sejak masa kolonial, namun substansinya sebagai pemerintahan Andiko Nan 44, yaitu; Pertama, 13
aturan dalam masyarakat sudah ada sebelum Islam Koto Kampar (Kecamatan XIII Koto Kampar); Kedua,
masuk ke Nusantara. Lihat Ratno Lukito, Pergumulan 5 koto di tengah (Kuok, Salo, Bangkinang, AirTiris,
Antara Hukum Islam dan Adat di Indonesia, dan Rumbio), Ketiga, 3 koto di hilir (Kampar,
(Jakarta:INIS, 1998), hlm. 7 Tambang, Terantang), Keempat, 8 koto sitingkai
284
AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016
dalam wilayah Kabupaten Kampar Provinsi selama ini berkembang. Apalagi semenjak
Riau yang dalam menjalankan kehidupan dan menjadi bagian dari Provinsi Riau hubungan
hubungan sosial kemasyarakatan, senantiasa antara tokoh adat di Limo Koto dengan tokoh
berpegang kepada ajaran agama Islam, yakni adat di Minangkabau, sebagai daerah asal
al-Qur`an dan al-hadis serta adat.3 Kedua adat Limo Koto, sudah bertambah jauh.
sistem hukum tersebut merupakan hukum
yang hidup (lifing law) dalam kehidupan dan Adat Limo Koto.
perilaku masyarakat Limo Koto. Harmonisasi Adat sebagai kontrol masyarakat Limo
hubungan adat dan Islam diungkap dalam Koto Kampar, mempunyai empat tingkatan,
pepatah adat yang menyebutkan, ”adat yaitu;5
bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah, 1. Adat Nan Sabonau Adat, yaitu kenyataan
syarak mengato adat memakai, ya kata yang berlaku dalam alam yang
syarak benar kata adat, adat tumbuh dari merupakan kodrat Ilahi atau sesuatu yang
syarak, syarak tumbuh dari kitabullah”. Acuan telah dan terus berjalan sepanjang masa.
ini menyebabkan Islam tidak dapat dipisahkan Misalnya; adat api membakar, adat air
dari adat dalam kehidupan orang Limo Koto. membasahi, adat ayam berkokok, adat
Sebelum menjadi bagian dari Provinsi murai berkicau, adat laut berombak. Bila
Riau, daerah Limo Koto termasuk dalam diperhatikan hubungan antara sifat
keresidenan Sumatera Barat. Oleh karena itu, dengan yang diberi sifat dalam setiap
banyak orang yang berpendapat bahwa Limo contoh di atas, terlihat adanya bentuk
Koto sebagai daerah yang “menurunkan adat kelaziman hubungan. Hal ini menunjukkan
Minangkabau”, mengikuti apa yang terjadi di bahwa sesuatu yang terjadi di alam ini tak
daerah asalnya, termasuk dalam kewarisan. ada yang pasti secara mutlak. Meskipun
Akan tetapi, disisi lain terlihat pula gejala dalam pertimbangan akal terdapat
bahwa masyarakat Limo Koto Kampar kepastian, namun tidaklah mustahil bahwa
merasa keberatan bila mereka disebut orang kebiasaan yang pasti itu dapat berubah
Minangkabau.4 Oleh karena itu, kajian tentang menurut kehendak Allah. Oleh sebab itu
kewarisan adat Limo Koto menjadi penting kelaziman di atas tetap disebut kelaziman
dan menarik, untuk menjawab diskursus yang secara adat.
Dengan masuknya agama Islam dan
diperlukan sebagai peraturan bagi
(sekarang 4 koto termasuk Kecamatan XIII Koto kehidupan umat, maka ajaran Islam diakui
Kampar dan 4 koto termasuk Kecamatan Kampar pula sebagai suatu yang pasti
Kiri); Kelima, 10 koto di Tapung; Keenam, 4 koto di
sebagaimana pastinya kenyataan yang
Rokan; Ketujuh, 1 koto di Pintu Rayo. Lihat Amir
Luthfi, Agama dan Tradisi Pada Masyarakat Lima berlaku dalam alam. Dengan demikian
Koto Kampar Riau, (Pekanbaru: Lembaga Penelitian ajaran Islam dimasukkan kedalam
IAIN Susqa, 1980), hlm., 14. kelompok adat yang sebenar adat.
3
Adat bagi masyarakat Limo Koto Kampar Memasukkan Islam ke dalam kelompok
tidak hanya sebagai perbuatan atau tindakan yang adat yang tertinggi itu, bukan untuk
dilakukan secara berulang-ulang saja, akan tetapi menjadikannya setara dengan adat,
merupakan sistem nilai yang menjadi tolok ukur bagi
setiap aktifitas yang dilakukan masyarakat. Lihat
5
Lihat Amir Luthfi, Ibid. Ramli R Datuk Permato Said, (Pucuk Adat
4
Amir Luthfi Datuk Bandaro Sati, Suku Domo Salo berdomisili di Salo), Wawancara
Wawancara tanggal 2 Oktober 2015. tanggal 12 September 2015.
285
Zikri Darussalam; Kewarisan Adat Limo Koto Kampar
286
AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016
j. Dibawah pikat dibawah langau, yaitu; Diadatkan. Hal ini sesuai dengan pepatah
orang yang tertuduh melakukan adat; “Indak lapuok dek hujan, indak lokang
kejahatan, karena beritanya sudah dek paneh, dialio indak layu, dicabuik indak
tersiar oleh orang banyak. mati”.
k. Terbayang tertabur, yaitu orang yang 2. Adat yang dapat berubah menurut
tertuduh melakukan kejahatan karena kepentingan, yaitu; Adat Nan Teradat dan
tingkah lakunya mencurigakan. Adat Istiadat. Terhadap hal ini dapat dilihat
l. Kencenderungan mata orang banyak, dalam sebuah pepatah adat yang berbunyi,
yaitu orang yang tertuduh melakukan “sekali ayu dalam, sekali pulo topian
kejahatan karena sudah sering baubah”. Artinya adat nan teradat dan adat
melakukan kejahatan dimasa lampau. istiadat dapat menyesuaikan diri dengan
suatu perubahan yang terjadi.
3. Adat Nan Teradat, yaitu; adat kebiasaan
setempat yang dapat bertambah dan bisa Sistem Kekerabatan.
pula hilang menurut kepentingan. Aturan Di daerah Lima Koto Kampar sistem
pokok yang termuat dalam Adat Nan kekerabatan ditarik melalui ibu. Faktor
Diadatkan dioperasionalkan ke dalam genealogis yang dilihat dari keturunan ibu
Adat Nan Teradat oleh masing-masing disebut dengan istilah matrilineal. (Chairul
pucuk pimpinan adat dalam suatu negeri. Anwar ; 1997 : 6)
Misalnya dalam pelaksanaan adat Ciri-ciri masyarakat matrilineal yang
matrilokal dalam hal malam ke beberapa terdapat di daerah Lima Koto Kampar, yaitu
mempelai wanita menjolang (bermalam) keturunan dihitung dari garis perempuan,
ke rumah orang tua suami sesudah sehingga anak dari dua orang ibu yang
perkawinan. Hal ini mungkin berbeda bersaudara adalah sangat rapat
antara satu negeri dengan lainnya. Adat ini hubungannya, karena itu tidak mungkin
ruang lingkup berlakunya lebih sempit dari mengadakan pernikahan.7
Adat Nan Diadatkan, sebagaimana Bentuk-bentuk hubungan kekerabatan
tercermin dalam pepatah adat; pada masyarakat Limo Koto Kampar adalah
Lain lubuk lain ikan sebagai berikut;8
Lain padang lain belalang 1. Hubungan kerabat mamak-kemenakan,
Cupak sepanjang botuong yaitu hubungan antara seorang laki-laki
Adat selingkaran nagoghi. dengan anak dari saudara perempuannya
4. Adat Istiadat, yaitu; kebiasaan yang sudah di satu pihak dan hubungan laki-laki atau
berlaku dalam suatu tempat yang perempuan dengan saudara laki-laki dari
berhubungan dengan tingkah laku dan ibunya di lain pihak. Dalam bentuk
kesenangan. Misalnya adat main layang- pertama, laki-laki itu disebut mamak, yaitu
layang sesudah panen, adat batobo dan saudara laki-laki dari ibunya. Dalam bentuk
lain sebagainya. kedua, anak dari saudara perempuan itu
Dilihat dari sudut dapat berubah atau
tidaknya ke empat tingkatan adat tersebut di
atas, dapat pula dibagi kepada dua bagian, 7
Ramli R Datuk Permato Said, Wawancara
yaitu; tanggal 12 September 2015.
1. Adat yang tidak dapat berubah, yaitu Adat 8
Amir Luthfi Datuk Bandaro Sati,
Nan Sabonau Adat dan Adat Yang Wawancara tanggal 2 Oktober 2015.
287
Zikri Darussalam; Kewarisan Adat Limo Koto Kampar
288
AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016
bagi saudara perempuan ayahnya, tetapi ia Dalam kehidupan persukuan, orang laki-
tidak akan pernah menjadi induk bako anak laki mempunyai tanggungjawab besar
saudara laki-lakinya.Cara yang ditempuh terhadap warga persukuannya. Akibatnya,
untuk lebih merapatkan hubungan induk hubungan antara mamak (saudara laki-laki
bako-anak pisangnya ialah dengan ibu) dengan kemenakan (anak–anak dari
menganjurkan perkawinan antara seorang saudara–saudara perempuan) menjadi kuat.
laki-laki dengan kemenakan ayahnya atau Terhadap anak yang dilahirkan lebih berkuasa
dengan anak mamaknya. mamaknya dari pada bapaknya. Hal ini
4. Hubungan kerabat sumando-persuman- disebabkan karena seorang suami dipandang
doan, yaitu hubungan seseorang dengan orang “asing” (orang semenda) di tengah
orang lain yang terjadi disebabkan keluarga istrinya.12
perkawinan yang dilakukan oleh salah Dalam adat Limo Koto dikenal adanya
seorang anggota dalam rumah godang. istilah harta soko dan harta pusako.
Hubungan ini dapat digambarkan sebagai Perbedaan dari kedua istilah tersebut, yaitu;
berikut: 1. Harta soko.
a. Antara seorang suami dengan orang di Harta soko adalah harta yang diwarisi
rumah isterinya, dimana suami disebut secara turun temurun dari satu generasi ke
urang sumando oleh keluarga isterinya. generasi berikutnya dari pihak perempuan,
Di lain pihak saudara laki-laki dari isteri dimana pemilik harta itu tidak dapat diketahui
disebut bisan oleh suaminya dan secara pasti karena jarak waktu antara pemilik
saudara perempuan isteri disebut pula harta dengan pihak yang mewarisi sudah
ipar oleh suami. sangat jauh. Yang berhak memanfaatkan
b. Antara seorang isteri dengan orang di harta soko ialah kemenakan perempuan
rumah suaminya, dimana isteri disebut secara kolektif..13
sumandan oleh keluarga suami. Di Harta soko merupakan harta persukuan.
pihak lain saudara laki-laki dan saudara Oleh karena harta tersebut tidak boleh
perempuan suami disebut ipar oleh diperjualbelikan karena harta tersebut bukan
isteri. Antara keluarga pihak suami harta milik perorangan. Pemanfaatan harta
dengan keluarga pihak isteri dalam persukuan oleh para anggotanya diatur dan
hubungan timbal balik disebut bisan. diawasi oleh kepala persukuan. Perselisihan
c. Bagi seorang ayah dan ibu dalam yang timbul di sekitar harta persukuan ini
hubungannya dengan suami anak diselesaikan di dalam persukuan. Yang
perempuannya dan isteri dari anak laki- termasuk harta persukuan, yang lazim disebut
lakinya disebut menantu. dengan “pusako tinggi”, adalah tanah
d. Antara seorang isteri dengan isteri dari persukuan, rumah dan balai adat, dan benda-
saudara laki-laki suami disebut benda atau barang- barang kebesaran serta
pamboyan. Dan begitu pula antara perlengkapan adat seperti keris dan pakaian
seorang suami dengan suami dari kebesaran adat. (Amir Luthfi ; tth : 17).
saudara perempuan isteri disebut
moyan.11
12
Ramli R Datuk Permato Said, Wawancara
tanggal 12 Oktober 2015.
11 13
Rasyid Datuk Paduko, Wawancara Ramli R Datuk Permato Said, Wawancara
tanggal 12 Oktober 2015. tanggal 12 Oktober 2015.
289
Zikri Darussalam; Kewarisan Adat Limo Koto Kampar
290
AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016
291
Zikri Darussalam; Kewarisan Adat Limo Koto Kampar
pendidikan dan kecakapan. Selain itu, karena sebagai berikut; (Amir Syarifuddin ; 1984 :
bergabungnya daerah Limo Koto Kampar 231-235).
kedalam daerah Provinsi Riau yang 1. Azas unilateral, yaitu hak kewarisan hanya
dahulunya bergabung dengan keresidenan berlaku dalam satu garis kekerabatan. Satu
Sumatera Barat. Dengan demikian, hubungan garis kekerabatan yang dimaksud disini
antara tokoh adat di Limo Koto Kampar adalah melalui perempuan. Sistem
dengan tokoh adat di Minangkabau, sebagai kekerabatan matrilineal memelihara
daerah asal adat Limo Koto, sudah bertambah kelangsungan hak kewajiban kedalam
jauh. (Amir Luthfi ; tth : 20). batas-batas kelompok kekerabatan yang
Faktor lain adalah pemahaman ajaran membatasi keanggataannya berdasarkan
Islam yang semakin meningkat pada garis keturunan perempuan. Berdasarkan
masyarakat Limo Koto. Hal ini dimungkinkan sistem itu, maka yang dianggap keluarga
karena pada pertengahan abad ke-XX, putra dalam hubungannya dengan hak dan
daerah Limo Koto sudah ada yang menuntut kewajiban ialah kelompok tertentu yang
ilmu ke luar daerah. Ilmu dan pengalaman disebabkan oleh kelahiran dari seorang
yang diperoleh di luar daerah dijadikan dasar perempuan. Susunan keluarga menurut
untuk mengadakan perubahan di daerah asal pengelompokan ini, yaitu; ke atas, ibu,
mereka. Di samping itu, juga imbas dari nenek dan ibunya nenek; ke samping, laki-
gerakan pembaharuan Islam di Indonesia laki dan perempuan yang dilahirkan oleh
yang muncul pada dekade ke-II abad ke XX, ibunya; ke bawah, anak laki-laki maupun
seperti berdirinya Syarekat Islam di Jawa anak perempuan, termasuk juga anak dari
tahun 1911, Muhammadiyah tahun 1912 dan anak perempuan dan seterusnya anak dari
berdirinya Sumatera Thawalib pada tahun cucunya yang perempuan. (Kuntjaraningrat
1918 di Sumatera Barat. Kecuali itu, pada ; 1958 : 451). Keseluruhan kelompok yang
tahun 1922 di Bangkinang berdiri pula sebuah bertalian melalui jalur perempuan inilah
perguruan yang bernama Tarbiyah Islamiyah yang disebut keluarga menurut pengertian
yang kemudian berganti nama dengan Darul adat. Oleh sebab itu, pewarisan harta soko
Mualimin. H. Abdul Malik sebagai pendiri maupun pusako tidak dapat beralih kepada
sekolah merupakan alumnus Mekkah. laki-laki karena berarti mengalihkannya
Sekolah ini mendapat sambutan baik dari keluar kelompok. (Amir Syarifuddin ; tth :
masyarakat Limo Koto, bahkan dari luar 232)
daerah.18 Dengan demikian, yang termasuk
ahli waris dalam prinsip unilateral adalah
Kewarisan Adat Limo Koto Kampar. anak perempuan, anak perempuan dari
anak perempuan (cucu) dan seterusnya ke
Untuk mendiskusikan kewarisan adat bawah. Kesamping ialah anak perempuan
Limo Koto Kampar, perlu pula dijelaskan dari saudara perempuan dan seterusnya.
terlebih dahulu kewarisan yang berlaku dalam Keatas ialah anak perempuan dari saudara
lingkungan adatMinangkabau. Hal ini penting, ibu yang perempuan, anak perempuan
karena adanya hubungan kultural dari kedua yang mempunyai satu nenek dengan ibu
daerah tersebut. Kewarisan dalam lingkungan dan seterusnya dalam hubungan pihak
adat Minangkabau dicirikan dengan azas perempuan.
18
Amir Luthfi Datuk Bandaro Sati,
Wawancara tanggal 2 Oktober 2015.
292
AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016
2. Azas kolektif, yaitu sistem kewarisan 3. Azas keutamaan, yaitu dalam penerimaan
dimana harta pusaka bukanlah hak orang pusaka terdapat tingkatan-tingkatan hak
perorangan, tetapi merupakan hak suatu yang menyebabkan satu pihak lebih
kelompok secara bersama-sama. berhak daripihak lain. Pertama, adalah
Berdasarkan azas ini, maka harta tidak setiap orang yang berhubungan darah
dibagi-bagi dan disampaikan kepada melalui pewaris. Secara kronologis yang
kelompok penerimanya dalam bentuk mendapat prioritas utama adalah anak
kesatuan yang tidak terbagi. Harta yang perempuan,
pada umumnya berbentuk tanah yang cucudanseterusnyakebawahmelaluiperem
diperoleh melalui pewarisan baik yang puan. Kemudian ibu, nenek dan
disebut harta soko atau harta pusako seterusnya keatas melalui perempuan.
adalah hak bersama oleh penerimanya. Prioritas berikutnya adalah saudara
Dalam bentuk harto soko adalah wajar bila perempuan, anak perempuan dari saudara
diteruskan secara kolektif, karena pada perempuan dan seterusnya ke samping.
waktu menerimanya juga secara kolektif Kedua, orang yang mempunyai hubungan
yang oleh nenek diterimanya secara adat, yakni memiliki suku yang sama
kolektif pula. Harta pusako masih dapat dengan pewaris. Hubungan adat ini juga
dikenal pemiliknya yang oleh si pemilik berlaku bagi setiap individu yang memiliki
harta tersebut diperolehnya melalui hasil suku yang sama dalam suatu wilayah
pencahariannya. Harta dalam bentuk teritorial tertentu. Batas wilayah teritorial ini
inipun diterima secara kolektif oleh generasi ditentukan oleh kekuasaan setiap datuk
berikutnya. Karena diterima secara kolektif, penghulu yang memimpin suku tersebut.
maka harta itu diturunkan selanjutnya Selain itu, juga berlaku bagi setiap individu
secara kolektif pula.Penerusan harta yang berpindah suku kepada pewaris atau
secara kolektif didasarkan pada pemikiran pendatang baru yang ingin berkerabat
sebagai berikut; dengan pewaris. Pendatang baru ini lazim
a. Untuk menjaga kekompakan dalam disebut dengan “pulang dunsanak”. Ketiga,
keluarga. Pembagian harta tidak orang-orang yang berhutang budi dengan
selamanya memuaskan kepada pihak pewaris. Hal ini dapat terjadi misalnya bila
yang menerimanya. Hal ini mengarah seseorang pernah menolong pewaris
pada timbulnya perasaan iri dan dengki dalam suatu kesulitan, hingga
yang akan mengakibatkan pecahnya menyebabkan di antara keduanya bergaul
kekompakkan keluarga. dengan sangat rapat. Keempat, ialah orang
b. Untuk menjaga keutuhan harta. Adanya luar yang telah berkerabat dengan pewaris,
sifat kolektif mempersulit pengalihan yang dikenal dengan sebutan “pulang
harta keluar dari kaum, karena selama dunsanak”, atau setiap orang yang telah
masih menjadi milik bersama, semua beralih suku kepada pewaris. Selain itu
pihak dapat mengontrol penggunaan- dapat juga terjadi bila pewaris pernah
nya. Azas kewarisan kolektif tidak semasa hidupnya mengasuh atau
menghendaki adanya pembagian harta. mengangkat anak orang lain. Anak yang
Bila terjadi pembagian harta, maka yang diangkat ini dapat mewarisi harta pewaris,
dibagi bukanlah pokok harta tersebut, yang dikenal dengan sebutan “ahli waris
tetapi hanya hak penggunaannya saja. hubungan emas”. Dewasa ini ahli waris
(Amir Syarifuddin ; tth : 234)
293
Zikri Darussalam; Kewarisan Adat Limo Koto Kampar
dalam bentuk “hubungan emas, tidak pencaharian bersama dengan istrinya Sitin.
kelihatan lagi”. (Amir Syarifuddin ; tth : 236) Harta bersama dimaksud, yaitu; tujuh ekor
Jika kewarisan adat Minangkabau kerbau, lima ekor kambing, 1 hektar tanah
dicirikan dengan azas matrilineal, kolektif, dan persawahan di Boncapanjang, 2 hektar tanah
unilateral, maka kewarisan yang berlaku perkebunan di Sikubin Malapari, 1,5 hektar
dalam adat Limo Kotodicirikan dengan azas- tanah persawahan di Boncalanti Malapari, 0,5
azas sebagai berikut; hektar tanah pulau di Malapari, emas murni 24
1. Azas matrilineal-parental. karat seberat 15 gram, 1 hektar tanah
Menurut adat Limo Koto lama, perkebunan di Pauh Desa Rumbio, dan 2
pewarisan berlaku menurut sistem matrilineal, hektar tanah perkebunan di Kualu Nenas. Ahli
yakni hanya melalui garis kerabat yang waris yang ditinggalkan, tiga orang anak laki-
perempuan saja. Pewarisan harta soko laki, yaitu; Kotik, M. Nur dan Abdul Kadir,
dikhususkan kepada pihak perempuan, yang empat orang anak perempuan, yaitu; Hj.
diwariskan dari satu generasi kepada satu Rahimah, Rusiana, Baheram, dan Hj.
generasi berikutnya dengan mengambil Yusmarni, serta seorang istri bernama Sitin
manfaatnya saja. Harta soko tidak boleh yang meninggal dunia tahun 1991.
diperjualbelikan, dihibahkan, digadaikan, Putra-putri almarhum sepakat untuk
kecuali dalam keadaan tertentu. Hal yang membagi harta warisan orang tuanya dengan
sama terjadi terhadap harta pusako yang pembagian sebagai berikut;
diwarisi oleh kemenakan yang perempuan a. Tujuh ekor kerbau dan lima ekor kambing
dan bukannya oleh anak dan istri. dijual dan uang hasil penjualannya
Dewasa ini sistem pewarisan secara digunakan untuk biaya berobat Abdul
matrilineal hanya berlaku terhadap harta soko, Kadir serta untuk biaya pesta perkawinan
yakni sebagai wakaf zurrry. Sementara keluarga dan sisanya dibagi sama rata
terhadap harta pusako diwarisi oleh putra-putri untuk semua ahli waris.
serta istri dari almarhum dengan sistem atau b. Tanah pulau diberikan kepada Baheram
azas kewarisan parental. Azas parental dan Rusiana.
mengandung makna bahwa seseorang c. Tanah di Boncapanjang diperuntukkan
menerima hak kewarisan dari kedua belah kepada Hj. Rahimah, Rusiana, Baheram
pihak yaitu dari kerabat keturunan laki-laki dan dan Hj. Yusmarni.
dari kerabat keturunan perempuan. Artinya, d. Satu buah rumah di Malapari, tidak
dalam sistem parental pada prinsipnya semua dibagikan dan dijadikan sebagai rumah
anak menjadi ahli waris bagi orang tuanya. bersama.
Berbeda dengan sistem matrilineal yang e. Tanah Sikubin yang terletak di daerah
hanya pihak perempuan saja yang mewarisi. Malapari diperuntukkan kepada Rusiana.
Kenyataan ini dapat dilihat dalam kasus f. Tanah di Boncalanti diberikan kepada Hj.
pembagian harta warisan almarhum Miali di Rahimah.
Desa Malapari Kecamatan Rumbio Jaya. Miali g. Tanah Pulau diberikan kepada Baheram
meninggal dunia pada tahun 1971. Ia dan Rusiana.
meninggalkan harta berupa satu bidang tanah h. Tanah di Kualu diberikan kepada Abdul
perkebunan yang berasal dari harta pusako Kadir.
yang diterima dari orang tuanya seluas 1,5 i. 15 gram emas murni 24 karat dibagi sama
hektar. Almarhum Miali juga meninggalkan rata untuk semua ahli waris.
harta bersama yang merupakan hasil
294
AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016
295
Zikri Darussalam; Kewarisan Adat Limo Koto Kampar
diwarisi oleh putra-putri yang meninggal. keluarga yang terdiri dari anak-ibu-ayah.
Tegasnya, dalam sistem kewarisan bilateral Walaupun suku ayah dan anak berbeda,
pada prinsipnya semua anak menjadi ahli secara kenyataan ayah dan ibu sudah
waris bagi orang tuanya, tanpa membedakan menempati kedudukan yang sama dalam
jenis kelamin laki-laki atau perempuan. rumah tangga. Ini adalah ciri utama dari
Berbeda dengan sistem unilateral yang hanya keluarga yang bersifat parental.22
pihak perempuan saja yang mewarisi harta Perubahan kekerabatan ini tentu
warisan. mempengaruhi hukum waris yang berlaku.
Kenyataan ini dapat dilihat dalam kasus Kalau dulu sesuai hukum adat yang berlaku,
pembagian warisan H. Abdul Gani di Muara anak tepatnya anak perempuan, hanya
Uwai Bangkinang. Haji Abdul Gani meniggal menerima warisan dari ibunya (mamak) dan
dunia pada tahun 1974. Ia meninggalkan harta harta ayah tidak dapat diwariskan kepada
berupa satu bidang tanah perkebunan yang anak dan istri melainkan kepada
berasal dari harta pusako yang diterima dari kemenakannya. Sistem itu sekarang berubah
orang tuanya. Berikut satu pintu kedai di pasar dimana harta pusako diwarisi oleh putra-putri
Bangkinang dan tiga ekor kerbau yang serta istri dari almarhum dengan sistem atau
merupakan hasil pencaharian bersama azas kewarisan parental.
dengan istrinya Maryam yang sudah lama
meninggal dunia. Ahli waris yang ditinggalkan, Penutup.
yaitu; dua orang anak laki-laki Bahamad dan Kewarisan adat Limo Koto Kampar
Saleh dan dua orang anak perempuan yang berasal dari Minangkabau telah
Zaharah dan Ramiyah. Keempat orang anak mengalami evolusi yang sangat panjang,
sepakat untuk membagi harta warisan orang sehingga sampai kepada bentuk sekarang ini.
tuanya berdasarkan hukum faraid, kecuali Dalam proses interaksi yang panjang itu, Islam
satu bidang tanah perkebunan yang berasal telah banyak mengubah adat Limo Kotodalam
dari harta bawaan ayahnya. Pewarisannya bidang kehidupan keluarga, dankewarisan.
diserahkan saja kepada Ramiyah dengan Islam juga telah mengubah susunan anak-ibu
alasan bahwa Ramiyah kurang mampu dan mamak menjadi keluarga yangbersusun
dalam kehidupannya.21 anak-ibu dan ayah dalambentuk keluarga inti,
Perubahan sistem kekerabatan dari serta mengalihkan tanggungjawab seorang
matrilineal murni ke parental yang terjadi pada laki-laki darirumah keluarga ibunya ke rumah
masyarakat Limo Koto Kampar yang dulunya sendiri bersamaanak danistrinya.
menempatkan ayah sebagai sumando Dalam bidang kewarisan, Islamtelah
(semenda) pendatang yang berada di luar mengubah pola kewarisan adat Limo Koto
lingkungan kerabat anak- istrinya, belakangan Kampar dari bentuk unilateral menjadi bilateral,
ini telah mengalami perubahan. Perubahan itu dari matrilineal menjadi parental dan dari
bermula dari pengaruh hukum Islam yang kolektif menjadi individual. Seiring dengan itu
menempatkan ayah sebagai kepala keluarga. pula semakin kokohnya hubungan ayah-anak
Bentuk keluarga matrilineal yang terdiri dari dan menjadikan hubungan mamak-
anak-ibu-mamak dalam keluarga inti secara kemenakan semakin melemah.
berangsur-angsur telah berubah menjadi
21 22
Zaharah, (salah seorang ahli waris), H. Sinar M.Nur, Wawancara, tanggal 16
Wawancara, tanggal 8 Oktober 2015. November 2015.
296
AL-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, Vol. 15 , No. 2 , Juli – Desember 2016
297