2.a)Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,”(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 190)
-“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring,
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab
neraka.”(QS. Ali ‘Imran 3: Ayat 191)
QS. Ali-Imran (3): 190-191 mejelaskan bahwa Hakikat Manusia yaitu untuk menggunakan akal,
merenung dan memikirkan atas penciptaan Allah baik yang ada di langit dan bumi maupun di
antaranya.Pada Q.S. Ali Imran Ayat 190 dijelaskan bahwa tatanan langit dan bumi serta dalam
bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang tahun menunjukkan keagungan Tuhan,
kehebatan pengetahuan dan kekuasaan-Nya.Langit dan bumi dijadikan oleh Allah bertingkat dengan
sangat tertib, bukan hanya semata dijadikan, tetapi setiap saat tampak hidup, semua bergerak
menurut orbitnya. Bergantinya malam dan siang, berpengaruh besar pada kehidupan manusia dan
segala yang bernyawa. Terkadang malam terasa panjang atau sebaliknya. Musim pun yang berbeda.
Musim dingin, panas, gugur, dan semi, juga musim hujan dan panas. Semua itu menjadi tanda-tanda
kebesaran dan keagungan Allah Swt bagi orang yang berpikir. Hal tersebut tidaklah terjadi dengan
sendirinyaPasti ada yang mengaturnya yaitu Allah Swt. Sementara itu Q.S. Ali Imran Ayat 191
memberikan penjelasan pada orang-orang yang cerdas dan berpikir tajam (Ulul Albab), yaitu orang
yang berakal, selalu menggunakan pikirannya, mengambil ibrah, hidayah, dan menggambarkan
keagungan Allah. Ia selalu mengingat Allah (berdzikir) di dalam keadaan apapun, baik di waktu ia
berdiri, duduk atau berbaring. Ayat ini menjelaskan bahwa ulul albab ialah orang-orang baik lelaki
maupun perempuan yang terus menerus mengingat Allah dengan ucapan atau hati dalam seluruh
situasi dan kondisi. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa objek dzikir adalah Allah,
sedangkan objek pikir ciptaan Allah berupa fenomena alam. Ini berarti pendekatan kepada Allah
lebih banyak didasarkan atas hati. Sedang pengenalan alam raya didasarkan pada penggunaan akal,
yakni berpikir. Akal memiliki kemerdekaan yang luas untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia
memiliki keterbatasan dalam memikirkan atas kekuasaan Allah Swt.Menghendaki kita sebagai kaum
muslim untuk memiliki budaya tafakur yang akan bisa mengantarkan kita kepada kemajuan,
kemanfaatan, kebaikan, ketaatan, keimanan, dan ketundukan kepada Allah Swt.
b) Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.
Pada hakikatnya seluruh manusia Allah sertakan 2 malaikat untuk mencatat amal kebaikan dan
keburukannya.Sehingga disinilah kita memahami makna “kami lebih dekat kepadanya daripada urat
lehernya.”
c)Dan di antara bukti kekuasaan Allah bahwasanya Allah menciptakan manusia dan menjadikannya
ada dari ketiadaan, dan bahwasanya Allah mengetahui hal yang membahayakan, serta apa yang
disembunyikan dalam hati. Sungguh Allah Maha Dekat daripada urat leher, yaitu urat yang
mengalirkan darah yang terhubung kepada jantung, maka tiada yang tersembunyi bagi Allah sesuatu
pun selamanya.
3.a) Pengertian terminologis sendiri adalah suatu penjelasan atas istilah, kata, konsep,
maupun hal-hal tertentu yang dapat memberikan pemahaman bagi manusia. Terminologis
dalam masyarakat artinya suatu konsep,gabungan yang digunakan masyarakat untuk
mencakup pembentukan suatu budaya.
b) Melalui surat ini Allah SWT memberitahukan bahwa tujuan penciptaan Adam dan Hawa untuk
mewariskan keturunan yang tersebar di muka bumi ini.Kemudian Allah SWT menyebarkan laki-laki
dan perempuan dalam jumlah yang banyak serta menjadikan mereka berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku. Tujuan mereka membentuk suku bangsa atau kelompok tertentu agar saling
mengenal. Dengan mengenal satu sama lain, mereka bisa saling tolong-menolong, bantu-membantu,
dan saling memenuhi hak-hak kerabat sekitar mereka.
Dapat disimpulkan melalui Surat Al Hujurat ayat 13, Allah SWT secara tegas melarang segala bentuk
tindakan kebencian kepada sesama manusia dengan mengatasnamakan suku, ras, agama, dan lain
sebagainya.Pentingnya kesadaran dan meningkatkan rasa toleransi terhadap sesama perlu
diwujudkan agar manusia tidak semena-mena melakukan tindakan diskriminasi, rasisme, atau
tindakan sejenis lainnya. Selain Islam melarangnya, tindakan ini justru akan memecah belah bangsa
dan menimbulkan kekacauan.
Menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum yang ditopang dengan iman, ilmu, dan tekhnologi. Itu
artinya masyarakat madani hidup berdasarkan aturan-aturan yang berlaku, seperti nilai, norma, dan
hukum. Ketaatan tersebut dilandaskan pada ilmu dan tekhnologi yang telah dipelajari dan
dikembangkannya beserta kekuatan iman atau keyakinannya kepada Sang Maha Pencipta.
Sebagai makhluk yang memiliki keyakinan atau iman kepada Sang Maha Pencipta, masyarakat
madani telah membuktikan bahwa mereka merupakan manusia yang memiliki peradaban, yaitu
beradab atau bertata krama. Selain bertata krama terhadap Tuhan, tentunya juga bertata krama
pada sesama manusia.
Ciri masyarakat madani dalam hal ini adalah mereka menganggap bahwa status mereka sama, baik
pria atau perempuan. Transparansi atau keterbukaan berarti mereka menjalankan hidupnya harus
dengan sikap jujur dan tidak perlu ada hal-hal yang harus ditutupi sehingga menumbuhkan rasa
saling percaya antar satu sama lain. Hal ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat madani terdapat
nuansa demokrasi, di mana demokratisasi dapat diwujudkan dengan adanya fungsi Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), pers yang bebas, supremasi atau kekuasaan tertinggi dalam hukum,
partai politik, perguruan tinggi, dan toleransi.
Hal ini dikarenakan dalam masyarakat sosial memiliki kaitan dengan wacana kritik rasional
masyarakat yang secara eskplisit atau jelas mensyarakat munculnya demokrasi. Sedemikian sehingga
masyarakat madani hanya bisa dijamin di negara yang menganut sistem demokrasi, seperti
Indonesia. Demikianlah pendapat yang disampaikan oleh Neera Candoke. Toleransi sebagaimana
telah disinggung dalam poin keempat di atas, memiliki artian bahwa kesedian individu atau
perseorangan untuk menerima pandangan, pendapat serta sikap yang berbeda mengenai politik dan
sosial. Toleransi yang demikian juga merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani
sebagai bentuk dari rasa saling menghargai dan menghormati antar sesama, baik perorangan
maupun kelompok terkait pendapat dan sikap yang berbeda-beda.
Ruang public yang bebas atau dikenal dengan istilah free public sphere merupakan wilayah yang
memungkinkan masyarakat sebagai warga negara untuk memiliki hak dan kewajiban warga negara
melalui akses penuh terhadap kegiatan politik, menyampaikan pendapat dengan status orang yang
merdeka (yang berarti bebas), berserikat atau bekerjasama, berkumpul serta mempublikasikan
pendapat dan informasi kepada publik atau masyarakat luas.
5. Supremasi hukum
Supremasi hukum atau dalam KBBI diartikan sebagai kekuasaan tertinggi dalam hukum memiliki arti
bahwa terdapat jaminan terciptanya keadilan yang bisa dicapai bila menempatkan hukum sebagai
kekuasaan tertinggi dalam sebuah negara. Tentu keadilan tersebut akan tercipta apabila hukum
diberlakukan secara netral, dalam artian tidak adanya pengecualian untuk memperoleh suatu
kebenaran atas nama hukum.
6. Keadilan sosial
Keadilan sosial atau social justice merupakan suatu keseimbangan dan pembagian yang proporsional
atau sesuai antara hak dan kewajiban antar warga dan negara yang meliputi seluruh aspek
kehidupan. Artinya seorang warga negara memiliki hak dan kewajiban terhadap negaranya.
Begitupula pula sebuah negara juga memiliki hak dan kewajiban atas warganya. Yang mana hak dan
kewajiban tersebut memiliki porsi atau ukuran yang sama sehingga berimbang. Plural atau
keberagaman pasti akan terjadi dalam kalangan masyarakat terlebih dalam suatu negara yang
merupakan kesatuan atau kumpulan dari berbagai kelompok masyarakat, terlepas dari masyarakat
asli maupun pendatang yang menutuskan untuk tinggal di dalamnya.
Sedemikian sehingga yang dimaksud dengan pluralisme adalah sebuah sikap menerima dan
mengakui fakta serta tulus bahwa masyarakat itu bersifat majemuk atau beragam dan dapat menjadi
penyebab terciptanya masyarakat majemuk dan multikultural. Mulai dari kebiasaan, nilai norma, dan
kebudayaannya, seperti contohnya Negara kita sendiri, yaitu Indonesia. Banyak sekali keragaman
masyarakat, mulai dari bahasa, suku, agama, etnis, dan budayanya. Sebagai masyarakat madani,
tentunya sikap tersebut, yaitu pluralisme harus dimiliki dan dijaga serta berkeyakinan bahwa
keberagaman itu bernilai positif yang dirahmatkan oleh Sang Maha Pencipta.
7. Partisipasi sosial
Berpatisipasi dalam lingkungan sosial merupakan salah satu cara untuk menjalin hubungan dan
kerjasama antar individu maupun kelompok untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Partisipasi
sosial yang bersih tanpa rekayasa merupakan awal yang baik untuk menciptakan masyarakat
madani. Hal ini bisa saja terjadi apabila terdapat nuansa yang memungkinkan otonomi (hak dan
kewajiban) individu terjaga dengan baik. Artinya dalam masyarakat madani harus seimbang antara
hak dan kewajibannya sesama individu. Sedemikian sehingga tercipta keadilan sosial atau social
justice sebagaimana telah disebutkan sebelumnya pada poin kedelapan.
d)Prinsip masyarakat beradab dan sejahtera (masyarakat madani) adalah keadilan sosial,
egalitarianisme, pluralisme, supremasi hukum, dan pengawasan sosial.
- Keadilan sosial adalah tindakan adil terhadap setiap orang dan membebaskan segala penindasan.
- Egalitarianisme adalah kesamaan tanpa diskriminasi baik etnis, agama, suku, dll.
- Pluralisme adalah sikap menghormati kemajemukan dengan menerimanya secara tulus sebagai
sebuah anugerah dan kebajikan.
- Supremasi hukum adalah menempatkan hukum di atas segalanya dan menetapkannya tanpa
memandang “atas” dan “bawah”.