Oleh:
Ahmad Nubli (20200220100024)
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN – 3
A. Latar Belakanng – 3
B. Rumusan Masalah – 8
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Implementasi hak asasi manusia di setiap negara tidak mungkin sama, meskipun
demikian sesungguhnya sifat dan hakikat hak asasi manusia itu sama. Adanya
keduanya berjalan secara paralel dan merupakan satu kesatuan yang tak dapat
kasus pelanggaran hak asasi manusia dari yang ringan sampai yang berat dan
pada akhir-akhir ini. Hal ini terlihat dengan adanya regulasi hukum Hak Asasi
Hak Asasi Manusia dalam upaya menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran Hak
1
Artidjo Alkostar, Mengurai Kompleksitas Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta:
PUSHAM UII, 2007), h. 333
2
Artidjo Alkostar, Mengurai Kompleksitas Hak Asasi Manusia, h. 3
3
Harison Citrawan, Analisis Dampak Hak Asasi Manusia atas Regulasi: Sebuah
Tinjauan Metodologi (Human Rights Impact Assessment On Regulation: A Methodological
Review), Jurnal Ham, Volume 8, Nomor 1, Juli 2017, h. 5
4
Besar, Pelaksanaan Dan Penegakkan Hak Asasi Manusia Dan Demokrasi Di
Indonesia, Jurnal Humaniora, Vol.2, No.1, April 2011, h. 202
3
Banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang hak-hak yang menjadi
manusia. Sebagai bangsa yang berbudaya dan berdaulat kita harus mampu
menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta menegakkan Hak Asasi Manusia.
maka negara kita masih harus merevitalisasi paradigma tentang Hak Asasi
pengetahuan, pemahaman dan kesadaran akan Hak Asasi Manusia Itu yang
Sudah menjadi hal yang salah kaprah bahwa setiap hak yang ada pada diri
manusia dianggapnya sebagai hak asasi. Banyak sekali masyarakat kita yang tidak
bisa membedakan mana yang disebut sebagai hak asasi dan mana yang bukan hak
asasi. Dari banyaknya kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi
Penegakkan telah terjadi pelanggaran setidaknya ada lima belas hak yang
terlanggar yaitu hak hidup, hak atas rasa aman, hak atas informasi, hak
pengembangan diri, hak atas perumahan, hak atas pangan, hak atas kesehatan, hak
atas pekerjaan, hak pekerja, hak atas pendidikan, hak berkeluarga dan
5
Besar, Pelaksanaan Dan Penegakkan Hak Asasi Manusia Dan Demokrasi Di
Indonesia, h. 202
4
melanjutkan keturunan, hak atas kesejahteraan, hak atas jaminan sosial, hak-hak
pengungsi.6
pada tanggal 15-19 Agustus 2019 Agustus menjadi penting bagi pemerintah
dan negara dalam merespon dan menangani persoalan Papua, Pelontaran kata-
sikap penuh emosi yang tidak disertai dengan bukti-bukti terlebih dahulu
5
diskriminasi rasis bisa disetarakan dengan kekerasan rasis, xenophobia, dan
rasisme hal tersebut menjadi perhatian HAM terbesar didunia. Diskriminasi rasis
“penjaga” atau “ras subyek”, yang tidak memiliki pembangunan politik untuk
bahwasannya kekhususan dimiliki dalam hal memiliki ciri khas, ataupun budaya
Negara Indonesia, dijelaskan dalam pasal 18B ayat 1 UUD 1945,11 mengakui dan
bersifat istimewa.
10
Hesti Armiwulan Sochmawardiah, Diskriminasi Rasial Dalam Hukum Ham”,
(Jakarta: Genta Publishing, 2013), H.73
11
Republik Indonesia, Undang‐undang Dasar 1945, Bab 1, Pasal 18 ayat 1
6
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah masalah-masalah yang perlu
Manusia
B. Rumusan Masalah
12
Republik Indonesia, “Undang‐Undang RI Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi
Khusus Daerah Papua, Lembaran Negara Tahun 2001 No. 135 dan Tambahan Lembaran
Negara No. 4151, Pasal 1 ayat 1.
7
1. Bagaimana perspektif hak asasi manusia atas diskriminasi rasisme terhadap
papua?
C. Tujuan Penelitian
pada penelitian yang dilkukan. Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan
c. Kerangka Teori
8
kerakyatan yang ditandai dengan penyerapan gagasan supraparlementer dan
13
Ada Yang Berpendapat Bahwa Indonesia Menganut Paham Negara Kesejahteraan
(Welfare State), Seperti Azhary Dan Hamid S. Attamimi. Azhary Mengatakan Bahwa Negara
Yang Ingin Dibentuk (Pada Waktu Itu) Oleh Bangsa Indonesia Ialah “Negara Kesejahteraan”.
Pada Bagian Lain, Azhary Mengatakan, “Kalau Di Barat Negara Kesejahteraan Baru Dikenal
Sekitar Tahun 1960, Maka Bangsa Indonesia Sudah Merumuskannya Pada Tahun 1960,
Maka Bangsa Indonesia Sudah Merumuskannya Pada Tahun 1945 Oleh Soepomo Bapak
Konstitusi Indonesia”. Pada Saat Perumusan Uud Nri 1945, Yamin Mengatakan; “...Bahwa
Negara Yang Akan Dibentuk Itu Hanya Semata-Mata Untuk Seluruh Rakyat, Untuk
Kepentingan Seluruh Bangsa Yang Akan Berdiri Kuat Di Dalam Negara Yangmenjadi
Kepunyaannya”. Lebih Lanjut Disebutkan; “Kesejahteraan Rakyat Yang Menjadi Dasar Dan
Tujuan Negara Indonesia Merdeka Ialah Pada Ringkasnya Keadilan Masyarakat Atau
Keadilan Sosial”. Menurut Hamid S. Attamimi, Bahwa Negara Indonesia Memang Sejak
Didirikan Bertekad Menetapkan Dirinya Sebagai Negara Yang Berdasar Atas Hukum.
Bahkan Indonesia Ialah Negara Hukumyang “Memajukan Kesejahteraan Umum”,
“Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”, Dan “Mewujudkan Suatu Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia”. Salah Satu Karakteristik Konsep Negara Kesejahteraan Adalah
Kewajiban Pemerintah Untuk Mengupayakan Kesejahteraan Umum Atau Bestuurszorg.
Menurut E. Utrecht, Adanya Bestuurszorg Ini Menjadi Suatu Tanda Yang Menyatakan
Adanya Suatu ‘Welfare State’. Bagir Mananmenyebutkan Bahwa Dimensi Sosial Ekonomi
Dari Negara Berdasar Atas Hukum Adalah Berupa Kewajiban Negara Atau Pemerintah
Untuk Mewujudkan Dan Menjamin Kesejahteraan Sosial (Kesejahteraan Umum) Dalam
Suasana Sebesar-Besarnya Kemakmuran Menurut Asas Keadilansosial Bagi Seluruh
Rakyat.(Azhary, Negara Hukum Indonesia, (Jakarta: Ui-Press, 1995), Hal. 116.; A. Hamid S.
Attamimi, Der Rechtsstaat Republik Indonesia Dan Perspektifnya Menurut Pancasila Dan
Uud 1945, Makalah Pada Seminar Sehari Dalam Rangka Dies Natalis Universitas 17
Agustus Jakarta Ke-42, Diselenggarakan Oleh FH Universitas 17 Agustus Jakarta, 9 Juli
1994, Hal. 17.; E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, (Surabaya:
Pustaka Tinta Mas, 1988), Hal. 30.; Bagir Manan, Pemikiran Negara Berkonstitusi Di
Indonesia, Makalah Pada Temu Ilmiah Nasional, Fakultas Hukum Universitas Padjajaran,
Bandung, 6 April 1999), Hal. 2.
9
kepentingan individu harus disingkirkan, karena partikularistik, bertentangan
dan sebagai manifestasi jagat raya (makrokosmos). Dengan kata lain, ide
negara (dan rakyat) sebagai suatu kesatuan yang utuh (integral) merupakan
refleksi dari bentuk Negara Persatuan organic state. Inilah yang menandai
pusat. Pola pikir sedemikian ini dapat diterima mengingat wilayah Indonesia
yang sangat luas, terdiri dari ribuan pulau, didiami oleh penduduk yang
aturan yang saling bertentangan dengan yang lain, ternyata dengan penuh
bijak kita harus punya daya toleransi terhadap yang disebut dengan proses,
bahwa kita sedang belajar berdemokrasi, sehingga kita perlu waktu untuk
10
Maraknya kasus pelanggaran HAM yang dilakukan oleh militer di
Papua sejak jaman Orde Lama, Orde Baru hingga era reformasi. 16 Pemerintah
Kekerasan dan pelanggaran HAM oleh militer di masa reformasi terjadi pada
yang sama. Dalam kamus besar bahasa indonesia menyebutkan kata “kebebasan”
asalnya. Istilah kemerdekaan juga bisa berarti kebebasan, yaitu hak untuk
bertindak tanpa ada yang menghalangi. Dalam bahasa inggris dikenal juga dua
kata yang berbeda, yaitu “liberty” dan “freedom”. Dalam bahasa Indoesia
sisi kata bebas dan merdeka dapat digunakan secara bergantian, namun di sisi
16
Martin Sitompul, Papua ditangan Soeharto, Jakarta: Historia Masa Lampau, 2019
https://historia.id/politik/articles/papua-di-tangan-soeharto-DpwQV, diakses pada tanggal 10
Oktober 2021, Jam 22.00
17
Al Araf Et.Al, Sekuritisasi Papua, Imparsial The Indonesian Humanity Rights
Monitor, Jakarta:2011, H.153
18
Hesti Armiwulan Sochmarwadiah, Diskriminasi Rasial, Kebebasan Dan Kesetaraan
Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, Genta Publishing, Yogyakarta: 2013, H. 23-26
11
Menurut Joseph R. Stromberg bahwa bebas adalah konsep sosiologis
dengan arti bahwa ada hubungan keberadaan antara individu dalam kehidupan
bermasyarakat. Begitu juga dengan Marlene Mc. Millan yang menegaskan bahwa
hak orang lain, atau kedua: terburuk dimungkinkan digunakan untuk memaknai
adanya izin untuk melakukan apa yang diinginkan tanpa mempertimbangkan hak
orang lain.19
besar kewajiban yang dipikulnya untuk memberikan perlakuan yang sama dalam
mengurus kepentingan itu berarti untuk setiap urusan yang bersifat umum aka
Rights (ICCPR). Dalam hal ini kesetaraan merupakan jiwa dari HAM karena
19
Hesti Armiwulan Sochmarwadiah, Diskriminasi Rasial, Kebebasan Dan Kesetaraan
Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, h.28
20
Nikolas Simanjutak, Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Sosiloqui Pertarungan
Peradaban, (Jakarta: Penerbit Erlangga, Pt: Gelora Aksara Pratama, 2017), h. 111
12
hal yang fundamental dari lahirnya ide HAM adalah meletakkan setiap
individu manusia dimuka bumi ini dalam posisi yang sama dan sejajar dalam
sebagai “bahwa setiap orang pada satu situasi yag sama harus diperlakukan
atau yang lebih dikenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat untuk
karena rakyat.21
pada waktu yang sama akan meniadakan salah satunya. Kebebasan tidak akan
pemerintahan negara agar negara dapat memberi perlindungan atas HAM, oleh
karena itu negara harus dibangun diatas prinsip negara hukum agar ada instrumen
yang mengawasi dan mengadili jika terjadi pelanggaran HAM. Maka oleh karena
21
Hesti Armiwulan Sochmarwadiah, Diskriminasi Rasial, Kebebasan Dan Kesetaraan
Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, Genta Publishing, Yogyakarta: 2013, H. 88-90
22
Nikolas Simanjutak, Hak-Hak Asasi Manusia Dalam Sosiloqui Pertarungan
Peradaban, Penerbit Erlangga, Pt: Gelora Aksara Pratama, Jakarta:2017, H. 110
13
itu, untuk meletakkan rakyat sebagai penentu dalam kehidupan bernegara, sistem
trasparansi dalam hal apapun juga harus dilakukan oleh pemerintah, karena ini
juga akan mendukung terciptanya sebuah tatanan yang seimbang antara rakyat
23
Hesti Armiwulan Sochmarwadiah, Diskriminasi Rasial, Kebebasan Dan Kesetaraan
Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, Genta Publishing, Yogyakarta: 2013, H. 91
24
Fauzan Khairazi, Implementasi Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia Di Indonesia,
Jurnal Inovatif, Volume Viii Nomor I Januari 2015, H. 79
25
Fauzan Khairazi, Implementasi Demokrasi Dan Hak Asasi Manusia Di Indonesia,
Jurnal Inovatif, Vol.3, Nomor. 14, h. 92
14
John Rawls dalam bukunya a theory of justice (1971) menjelaskan
teori keadilan sosial sebagai the different principle dan the principle of fair
sosial dan ekonomi harus diatur agar memberikan manfaat yang paling besar
masyarakat, yaitu harus ada well ordered society roles by public conception
atau posisi asal.27 Dalam posisi asali, Rawls percaya bahwa semua pihak
akanbersikap rasional, dan sebagai orang yang rasional semua pihak akan
adalah:
1. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling
luas, seluas kebebasan yang sama bagi semua orang (prinsip keadilan
asali).
26
Martha Eri Safira, Analisis Pendekatan Teori Keadilan John Rawls Dan Teori
Moralitas Immanuel Khan, Legalstanding, Jurnal Ilmu Hukum, ISSN (P):(2580-8656), Vol. 3
No.1, h.192
27
Brian Duignan, “John Rawls Filsuf Amerika,” Dalam
Https://Www.Britannica.Com/Biography/John-Rawls, diakses Pada Tanggal 11 Oktober
2021, Jam 12.40 WIB.
15
b. Semua posisi dan jabatan terbuka bagi semua orang (prinsip
keadilan distributive).28
d. Kerangka Konsep
hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin atau akan diteliti. Oleh karena
Bagian ini merupakan inti dari karya tulis ilmiah karena didalamnya terdapat
1. Pemerintah
berikut:30
dalam alinea I sampai alinea IV. Selanjutnya dalam pasal-pasal UUD 1945
hak Asasi Manusia yang tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal
34 UUD 1945.
28
John Rawls, Teori Keadilan, Terj. Uzair Fauzan Dan Heru Prasetyo (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011), H. 12.
29
Deny Bakarbessy, Problematika Penegakan Hukum dan HAM di Indonesia, Jurnal
Hukum Pattimura, https://fhukum.unpatti.ac.id/htn-han/306-problematika-penegakan-hukum-
dan-ham-di-indonesia, diakses pada tanggal 20 Oktober 2021.
30
Deny Bakarbessy, Problematika Penegakan Hukum dan HAM di Indonesia.
16
b. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM)
Manusia.
2. Pelanggaran HAM
1999 tentang Hak Asasi Manusia, Hak Asasi Manusia diartikan sebagai
seperangkat Hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
Makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
31
Alfiadi, Permasalahan dan penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia,
Http://M.Kompasiana.Com/Amp/Alfiady/Permasalahan-Dan-Penegakan-Hak-Asasi-
Manusiadi-Indonesia Diakses Pada Tanggal 11 Oktober 2021 Pukul 14.00
17
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.32
Dengan kata lain, pelanggaran HAM adalah tindakan atau kelalaian oleh
negara terhadap norma yang belum dipidana dalam hukum pidana nasional
1999 tentang HAM mengatur:34 Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap
disengaja maupun tidak sengaja atau kelalaian yang secara melawan hak
18
penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum
yang berlaku.35
masih banyak ketentuan hukum yang masih mengandung diskriminasi. Hal ini
instrumen internasional.36
4. Diskriminasi Rasisme
Menurut Alo Liliweri, Ras berasal dari bahasa Perancis dan Italia
a. Tampilan fisik, seperti rambut, mata, warna kulit, bentuk tubuh, yang
secara tradisional.
19
c. Pola-pola keturunan;
a. Pemilikan perangai;
geografi tertentu
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi daerah sesuai dengan Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia 1945. Pasal 18B ayat 1 UUD 1945, 38Untuk
37
Hesti Armiwulan Sochmarwadiah, Diskriminasi Rasial, Kebebasan Dan Kesetaraan
Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta: Genta Publishing, 2013), h. 61
38
Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Pasal 18 ayat 1
20
mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat daerah melalui peningatan, pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah
Provinsi Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang merupakan bagian dari wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memiliki keragaman suku dan lebih
dari 250 bahasa serta dihuni juga oleh suku-suku lain di Indonesia. Namun, dalam
ekonomi, kebudayaan, dan sosial politik, hal ini menimbulkan pelanggaran HAM
No.21 Tahun 2003 tentang otonomi Khusus bagi Papua sebagai upaya perubahan
e. Metode Penelitian
Ditinjau dari sudut penelitian hukum terdapat dua jenis metode penelitian
sosiologis atau empiris. Penelitian hukum normatif yang dteliti hanya bahan
pustaka atau data sekunder. Sedangkan pada penelitian hukum sosiologis atau
39
Nur Rohim, Optimalisasi Otonomi Khusus Papua Dalam Peningkatan Kesadaran
Hukum Masyarakat Guna Meredam Konflik Dan Kekerasan, Jurnal Flat Justitia Jurnal Ilmu
Hukum Volume 8 No.1, 2014, Issn 1978-5186, H. 82-83
21
empiris yang diteliti adalah data sekunder, untuk kemudian dilanjutkan
normatif yaitu suatu penelitian yang ditinjau melalui aspek hukum, peraturan-
peristiwa konkrit yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini dilakukan dan
ini.
tepat sifat suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk
menentukan frekuensi suatu gejala, yang dalam hal ini yaitu memberikan
41
yang berkaitan dengan penelitian ini, pendapat para ahli, surat kabar, artikel,
40
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Cet Ke-3, (Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia, 1942), Hal. 51
41
Sri Mamuji, Et.Al., Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), Hal. 4
22
Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan
(comparative approach)
pengolahan orang lain, yang sudah tersedia dalam bentuk buku-buku atau
a. Pada umumnya data sekunder dalam keadaan siap terbuat dan dapat
b. Baik bentuk maupun isi data sekunder, telah dibentuk dan diisi oleh
konstruksi data.
23
Data sekunder antara lain mencakup dokumen resmi, buku-buku, hasil-
hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, dan seterusnya. 42Sedangkan
data tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
atas data primer dan sekunder, misalnya ensiklopedia, kamus, website, atau
digunakan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah
teknik analisis data sinkronisasi hukum dan kualitatif. Teknik sinkronisasi hukum
dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada
yang ada.
f. Sistematika penulisan
terdiri dari beberapa sub bab. Diawali dengan pendahuluan dan diakhiri dengan
42
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Cet Ke-3, Hal. 12
24
penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang diperlukan. Adapun rincian
BAB I. Pendahuluan:
Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah yang akan menjelaskan alasan
BAB II. Prinsip HAM atas Isu Rasisme Dan Maraknya Diskriminasi di
Papua
sebagai Persoalan hukum dan Hak Asasi Manusia dan Praktik Diskriminasi
Rasisme di Indonesia .
25
Bab ini berisi mengenai kesimpulan sebagai hasil penelitian sesuai
BAB II
keunikan sendiri kepada negara itu, menurut Nikolas Simanjutak definisi Hak
Asasi Manusia itu sebagai hak dasar manusia yang bersifat kodrati yakni: 1.
“tidak diberikan oleh negara” 2. Melekat tak terpisahkan dari dan di dalam harkat
Bentuk HAM kodrati inilah yang menjadi identitas pembeda dan penanda
manusia dengan makhluk alami lainnya. Maka dari itu, tidak pernah dikurangi
26
atau ditiadakan. Hak-hak dasar kodrati itu telah ada secara alami dan harus tetap
Hak asasi manusia dapat diartikan sebagai hak-hak mendasar pada diri
manusia. Hak asasi manusia sebagai hak mendasar atau basic right dan
perangkat asas-asas yang timbul dari nilai-nilai yang kemudian menjadi kaidah-
manusia.
Hak asasi fundamental right) artinya hak yang bersifat mendasar hak
asasi manusia merupakan hak-hak yang bersifat mendasar dan inheren dengan
jati diri manusa secara universal. Hak asasi manusia adalah hak-hak yang
mengenai suatu pernyataan tentang hak-hak yang hanya dipahami dari sudut-
sudut nilai-nilai yang berlaku di Eropa Barat dan Amerika sebagai enosentrisme
ini, berpendapat bahwa “kebebasan dipahami dan dicari oleh orang-orang yang
memiliki kultur yang paling beragam dan menyarankan agar dalam upaya untuk
43
Nikolas Simanjutak, “Hak Asasi Manusia Dalam Soliloqui Pertarungan Peradaban”,
(Jakarta: Penerbit : Pt: Gelora Aksara Pratama:2018), h. 40
44
Subhi Mahmamassani, Konsep Hak-Hak Asasi Manusia”, (Jakarta: Penerbit: PT.
Pustaka Literasi Antarnusa), Jakarta, h.7
45
Osgar S. Matompo, “Hukum Dan Hak Asasi Manusia”, (Jakarta: Intrans Publishing
2018), h.4
46
James W. Nickel, “Hak Asasi Manusia Refleksi Filosofia Atas Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia, (Jakarta: PT: Gramedia Pustaka Umum,1996), h. 98
27
Menurut osgar dalam bukunya James, hak asasi manusia merupakan hak-
hak yang bersifat universal yang dimiliki oleh manusia semata-mata karena
masyarakat. Dan ketetapan MPR ini juga menegaskan kepada Presiden dan DPR
ini dilampiri oleh naskah HAM yang mencakup: 1. Pandangan sikap bangsa
Manusia, selain diatur mengenai Hak Asasi Manusia dan kebebasan Dasar
47
Muliadi, Andi Nurul, ”Hukum Dan Asasi Manusia”, (Malang: Penerbit: Malang,
Instrans Pblishing 2018), h. 4
48
Satya Arinanto, Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik Di Indonesia, (Depok:
Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001), h. 14
49
Satya Arinanto, Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik Di Indonesia, h. 16
28
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan
9. Hak wanita
1. Setiap orang yang ada di wilayah negara Republik Indonesia wajib patuh
internasional mengenai hak asasi manusia yang telah diterima oleh negara
Republik Indonesia
2. Setiap warga negara wajb ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai
3. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain, moral, etika,
tanggung jawab untuk menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik
29
5. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan
masyarakat demokratis.50
wujud penting ditetapkannya Bab Khusus yang mengatr mengenai Hak Asasi
Manusia dalam Bab XA. Memperluas Pasal 28 UUD 1945 menjadi Pasal 28 A-
28 J.51
Tabel 1.1
dipakai
kedudukannya
pemerintahan dan
wajib menjunjung
hukum dan
50
Satya Arinanto, Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik Di Indonesia, (Depok:
Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001), h. 18
51
Satya Arinanto, Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik Di Indonesia, h. 20
30
pemerintahan itu
kecualinya.
kedudukannya
pemerintahan dan
wadjib menjunjung
hukum dan
pemerintahan itu
kecualinya.
mempertahankan eksplisit
hidup dan
kehidupannya.
31
keturunan melalui
perkawinan yang
sah.
berkembang serta
berhak atas
perlindungan dari
kekerasan dan
diskriminasi.
C ayat mengembangkan
pemenuhan
kebutuhan dasarnya,
berhak mendapat
pendidikan dan
memperoleh
pengetahuan dan
32
budaya, demi
meningkatkan
kualitas hidupnya
dan demi
kesejahteraan uman
manusia
dalam
memperjuangkan
haknya secara
kolektif untuk
membangun
masyarakat, bangsa,
dan negaranya.
(1) jaminan,
perlindungan, dan
kepastian hukum
33
perlakuan yang
sama di hadapan
hukum.
hubungan kerja.
sama dalam
pemerintahan.
(4) kewarganegaraan
agamanya, memilih
pendidikan dan
34
pengajaran, memilih
pekerjaan, memilih
kewarganegaraan,
memilih tempat
tinggal di wilayah
negara dan
meninggalkanya,
serta berhak
kembali.
E atas kebebasan
kepercayaan,
menyatakan pikiran
dengan hati
nuraninya.
E atas kebebasan
berkumpul, dan
mengeluarkan
35
pendapat.
F untuk
berkomunikasi dan
memperoleh
informasi untuk
mengembangkan
pribadi dan
lingkungan
sosialnya, serta
berhak untuk
mencari,
memperoleh,
memiliki,
menyimpan,
mengolah dan
menyampaikan
informasi
keluarga,
36
kehormatan,
benda yang di
bawah
kekuasaannya, serta
aman dan
perlindungan dari
ancaman ketakutan
37
untuk berbuat atau
tidak berbuat
sesuatu yang
merupakan hak
asasi.
38
perlakuan yang
merendahkan derajat
martabat menusia
dan berhak
memperoleh suaka
lain.
39
H ayat hidup sejahtera lahir
tinggal, dan
mendapatkan
lingkungan hidup
serta berhak
memperoleh
pelayanan
40
kesehatan.
H ayat mendapat
perlakuan khusus
untuk memperoleh
kesempatan dan
guna mencapai
persamaan dan
keadilan.
pengembangan
sebagai manusia
yang bermartabat.
41
(4) milik pribadi dan
alih secara
pun
kemerdekaan pikiran
tidak diperbudak,
sebagai pribadi di
tidak dapat
42
dikurangi dalam
diskriminatif atas
berhak mendapatkan
perlindungan
terhadap perlakuan
yang bersifat
diskriminatif itu.
dengan
perkembangan
zaman dan
peradaban
43
pemenuhan hak
tanggun jawab
negara, terutama
pemerintah
demokaratis, maka
pelaksanaan hak
asasi manusia
dituangkan dalam
peraturan
perundang-
undangan
44
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara.
kehidupan
bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara.
memeluk agamanya
masing-masing dan
untuk beribadat
menurut agamanya
dan kepercayaannya
itu
45
ayat (1) negara berhak dan negara
dalam usaha
pertahanan dan
keamanan negara
mendapat
pendidikan.
anak-anak terlantar
dipelihara oleh
Negara
termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian
yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak
asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang
46
dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.52
sebagai suatu “pelanggaran terhadap kewajiban negara yang lahir dari instrumen-
Begitujuga pelanggaran hak asasi manusia adalah tindakan atau kelalaian oleh
negara terhadap norma yang belum dipidana dalam hukum pidana nasional tetapi
meruakan norma hak asasi manusia yang diakui secara Internasional. Jadi jelas
bahwa pihak yang bertanggngjawab adalah negara, bukan individu atau badan
hukum internasional , dalam hal ini negara tidak saja bertanggungjawab tetapi
melakukan kewajiban agar tidak terjadi pelanggaran atau upaya pencegahan yang
dilakukan. 54
kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja atau kelalaian yang
52
Republik Indonesia, Undang-Undang Tentang Hak Asasi Manusia, Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999, LN Nomor 165 Tahun 1999, TLN Nomor 3886, Pasal 1
Angka 6.
53
Mardiyono, Tanggung Jawab Negara Dan Mekanisme Penyelesaian Extrajudicial
Killings 1965, Jurnal Refleksi Hukum, Vol.1, No.1, h.32
54
Rhona K.M. Smith et. al, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta:Pusham UII,
Cet. Ketiga, Desember 2015), h.68-69
47
secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak
Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-
Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme yang berlaku.
55
dilatar belakangi oleh kenyataan politik nasional selama orde baru dan
depan anak Indonesia, maka anak sebagai eksistensi dan masa depan negara.
48
nilai-nilai HAM disetiap level pendidikan. Kelima. Pengungsi, hukum HAM
pelanggaran HAM.
58
Majda El Muhtaj, “Dimensi-Dimensi Ham Mengurai Hak Ekonomi, Sosial Dan
Budaya”, (Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 307
59
Muh. Khamdan Dan Naniek Pangestuti, Pelanggaran Ham, Diktat Pusat
Pengembangan Diklat Teknis Dan Kepemimpinan Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Hukum Dan Ham 2017, h.8
60
Republik Indonesia, Undang-Undang Tentang Pengadilan Ham, Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2000, Pasal 7, LN Nomor 208 Tahun 2000, TLN Nomor 4026.
49
kelompok, dan memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain.61
dilakukan dengan serangan yang meluas dan sistematis. Adapun serangan yang
a. Pembunuhan;
b. Pemusnahan;
c. Perbudakan;
f. Penyiksaa;
jenis kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal
61
Muh. Khamdan Dan Naniek Pangestuti, Pelanggaran Ham, H. 10
50
j. Kejahatan apartheid, penindasan dan dominasi suatu kelompok ras atau
Indonesia telah meratifikasi konvensi PBB tentang Hak Sipil dan Politik
multilateral seperti Sidang Dewan HAM PBB, serta Universal Periodic Review
yang dievaluasi secara 4 tahun sekali. Pelanggaran HAK bidang sipil dan politik
pelanggaran HAM yang terjadi di Papua dan mendapat perhatian baik oleh
62
Muh. Khamdan Dan Naniek Pangestuti, Pelanggaran Ham, H. 11
63
Natalius Pigai, Solusi Damai Di Tanah Papua (Mengubur Tragedi Ham Dan
Mencari Jalan Kedamaian), Jurnal Administrasi Publik, Volume 11, Nomor II, Oktober 2014,
Issn 1412-7040, H.23
51
menimbulkan berbagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang dialami oleh
para korban yang justru tidak punya kaitan dengan kegiatan separatis. 64
Tabel 1.2
64
Natalius Pigai, Solusi Damai Di Tanah Papua (Mengubur Tragedi Ham Dan
Mencari Jalan Kedamaian), H. 24
65
Natalius Pigai, Solusi Damai Di Tanah Papua (Mengubur Tragedi Ham Dan
Mencari Jalan Kedamaian), H. 24
66
Tim Monitoring Dan Dokumentasi Setara Institute, Http://Setarainstitute.Org/Wp-
Content/Uploads/2015/09/Data-Pelanggaran-Hak-Asasi-Manusia-Di-Indonesia.Pdf, diakses
pada tanggal 20 Oktober 2021, h. 3
52
yang di backup oleh anggota
dan cacat
hak-hak masyarakat
53
penghilangan Depdagri tentang “Rencana Operasi
Khusus.
keluhan, aparat
tertembak
54
sedang berkumpul mengajak dialog
karena
menggunakan Toa
kemanusiaan di Yahukimo
Dogiyai
55
dan etnis yaitu Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan
Dalam setiap masyarakat terdiri dari berbagai ras, etnis, golongan, suku,
agama dan kedudukan sosial, yang biasa disebut kelompok. Kelompok tersebut
ada yang besar, dan kecil, kuat dan lemah, yang kecil dan lemah inilah yang
biasa disebut sebagai minoritas yang rentan diposisikan sebagai obyek politik
diskriminasi. Minoritas ini memiliki satu atau lebih ciri-ciri sebagai berikut68, 1.
sebuah kebebasan harus dijamin oleh negara. Konsep kebebasan dimulai dari
sekaligus gagasan HAM di Eropa Barat berawal dari abad XVII bersumber dari
67
Alamsyah, et. al, Aspek Pidana Terhadap Diskriminasi Ras Dan Etnis Menurut
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras Dan Etnis,
Jurnal Untad, h.166
68
Jahja Junus, Peranakan Idealis; Dari Lie Eng Hok Sampai Teguh Karya, (Jakarta:
Gramedia, 2003), h. 62
69
Hesti Armiwulan Sochmawardiah, Diskriminasi Rasial Dalam Hukum Ham”,
(Jakarta: Genta Publishing, 2013), h.29
56
madzhab teori hukum alam (natural law theory) serta hak-hak alam (natural
merupakan nilai norma yang menjamin dan mengakui bahwa setiap orang dapat
menikmati hak-hak dan kebebasan yang melekat pada hakekat dan keadaannya
dilahirkan dengan sosok bilogis sebagai manusia yang memiliki akal dan hati
nurani.71
dalam pemerintahan dalam hal ini, HAM dan demokrasi memberikan pengakuan
perluasan otoritas bagi manusia untuk diakui dan dilindungi sebagai makhluk
rakyat.72
70
Hesti Armiwulan Sochmawardiah, Diskriminasi Rasial Dalam Hukum Ham.
71
Hesti Armiwulan Sochmawardiah, Diskriminasi Rasial Dalam Hukum Ham.
72
Jack Donnelly Mengatakan Pada Bukunya “Universal Human Rights In Theory And
Practice” 2003. Bahwasannya “ Those Regime Will Be Democratic. They Are Desirable,
However, Because We Think That We Have Good Reason To Believe That Empowering The
People Is The Best Political Mechanism We Have Yet Devised To Secure All Human Rights
For All” Menurutnya Pemerintahan Itu Akan Menjadi Demokratis. Mereka Diinginkan, Namun,
Karena Apa Yang Dipikirkan Memiliki Alasan Kuat Untuk Percaya Bahwa Memberdayakan
Rakyat Adalah Mekanisme Politik Terbaik Yang Belum Rencanakan Untuk Mengamankan
Semua Hak Asasi Manusia Untuk Semua. Dikutip dari buku Majda El Muhtaj, “Dimensi-
Dimensi Ham Mengurai Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya”, (Jakarta: Rajawali Press, 2009),
57
Gerakan demokrasi dengan gerakan HAM menjadi gerakan pembebasan
manusia dan warganegara hal ini, yang menjadi tolak ukur dalam keberhasilan
pula oleh masyarakat sipil yang meminta penguasa meletakkan paradigma HAM
Hal ini yang memiliki daya dukung sistem kekuasaan untuk melahirkan politik
1. Prinsip Kesetaraan
kontemporer artinya ide yang meletakkan semua orang terlahir bebas dan
perlakuan yang setara dalam situasi sama arus dilakukan dengan sama, dan
berbeda.75
h. 45
73
Suparman Marzuki, Tragedi Politik Hukum Ham, (Jakarta: Pusham UII, Cet.
Pertama, Maret 2011), h. 28.
74
Suparman Marzuki, Tragedi Politik Hukum Ham, h. 28
75
Rhona K.M. Smith Et.Al, Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta:Pusham UII, Cet.
Ketiga, Desember 2015, h. 39
58
Menurut Dahl, melihat demokrasi lebih menitikberatkan aspek
kesempatan yang sama dan efektif untuk memberikan suara dan seluruh suara
harus dihitung sama. Ketiga, pemahaman yang cerah. Dalam hal ini setiap
pencakupan orang dewasa. Dalam hal ini, semua atau paling tidak sebagian
besar orang dewasa yang menjadi penduduk tetap seharusnya memiliki hak
kriteria kelima merupakan rumpun hak-hak politik yang harus dijamin dan
Diskriminasi. 77
76
Khairul Fahmi, Prinsip Kedaulatan Rakyat Dalam Penentuan Sistem Pemilihan
Umum Anggota Legislatif, Jurnal Konstitusi, Volume 7, Nomor 3, Juni 2010, h. 128
77
Rhona K.M. Smith Et.Al, Hukum Hak Asasi Manusia, (Yogyakarta:Pusham UII,
Cet. Ketiga, Desember 2015), h. 40
59
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menyebutkan beberapa alasan
yang terjadi dalam diskriminasi antara lain: ras, warna kulit, jenis kelamin,
bahasa, agama, pendapat politik, atau opini lainnya, nasional, atau kebangsaan,
2. Diskriminasi Rasis
ras-ras dan bahwa anggota suatu ras lebih rendah dari ras lain. Dalam ha ini,
sikap tersebut juga berpandangan bahwa rasnya lebih tinggi dari yang lain.
Rasisme menganggap bahwa anggota dari rasnya secara mental, fisik, moral,
menolak sesuatu golongan masyarakat yang berdasar ras lain. Rasisme timbul
atau dapt timbul apabila masyarakat atas minoritas yang mempunyai kelainan-
masyarakat itu, dan dia timbul atau bisa timbul karena segolongan kecil atau
Rasisme suatu bangsa sangat ditentukan oleh ras bangsa tersebut dampaknya
78
Rhona K.M. Smith Et.Al, Hukum Hak Asasi Manusia,
79
Ester Indahyani Jusuf, Jalan Panjang Penghapusan Diskriminasi Rasial, (Jakarta:
Solidaritas Nusa Bangsa, Mei, 2001), h. 1
80
Hesti Armiwulan Sochmawardiah, Diskriminasi Rasial Dalam Hukum Ham”,
(Jakarta: Genta Publishing, 2013), h.71
60
didasarkan pada ras dan etnis. Hal ini yang menyebabkan pelanggaran pada
kekerasan rasisme.81
istilah diskriminasi rasisme bisa disetarakan dengan kekerasan rais, xenophobia, dan
rasisme hal tersebut menjadi perhatian HAM terbesar didunia. Diskriminasi rasis
“penjaga” atau “ras subyek”, yang tidak memiliki pembangunan politik untuk
Rasisme memiliki dua aspek yaitu diskriminasi ras dan prasangka ras.
ras. Bentuk diskriminasi ras tampak konkret dalam pemisahan tempat tinggal warga
ras tertentu. Pergaulan, pemilihan teman, maupun perjodohan. Prasangka ras ini
timbul akibat gambaran karena perbedaan kelompok, nilai-nilai budaya yang dimiliki
kelompok mayoritas sangat menguasi kelompok minoritas, stereotip antar etnik dan
kelompok etnik atau ras yang merasa superior sehingga menjadikan etnik atau ras
lain inferior.83
Prasangka rasisme timbul dari gejala psikologis yang ditandai dengan sikap
penuh emosi yang tidak disertai dengan bukti-bukti terlebih dahulu berdasarkan
81
Ester Indahyani Jusuf, Jalan Panjang Penghapusan Diskriminasi Rasial, (Jakarta:
Solidaritas Nusa Bangsa, Mei, 2001), h. 2
82
Hesti Armiwulan Sochmawardiah, Diskriminasi Rasial Dalam Hukum Ham”,
(Jakarta: Genta Publishing, 2013), H.73
83
Menurut Jhonson Dalam Alo Liliweri, Prasangka Dan Konflik, Komunikasi Lintas
Budaya Multikultural Yogyakarta: LKIS, 2005 h. 203, Mengemukakan Prasangka Disebabkan
Oleh, Dalam Bukunya: Hesti Armiwulan Sochmawardiah, Diskriminasi Rasial Dalam Hukum
Ham”, (Jakarta: Genta Publishing), 2013, h.74
61
pengalaman. Pencetus mulanya prasangka dalam pergaulan ras adalah sugesti,
Papua
1. Rasisme di Indonesia
sampai masa orde baru dan sesudahnya prasangka raisi ini terus berulang.85
sebenarnya yang menjadi akar dari sentimen rasis terhadap etnis Tionghoa
punya kekayaan dengan cara yang culas. Kejatuhan Soeharto pada 1998
84
Hesti Armiwulan Sochmawardiah, Diskriminasi Rasial Dalam Hukum Ham”.
85
Ester Indahyani Jusuf, Jalan Panjang Penghapusan Diskriminasi Rasial, (Jakarta:
Solidaritas Nusa Bangsa, Mei, 2001), h. 61
62
membuat pembedaan ini menjadi semakin rumit. Kerusuhan yang muncul
sasaran kebencian. 86
primordial, seperti suku, agama, ras, golongan dan lain sebagainya. Dalam
ini dominan berkembang di dalam masyarakat dan memberi warna pada pola
86
Amy Freedman Dari Franklin And Marshall College, Amerika Serikat,
Menyebutkan Bahwa Kebencian Terhadap Etnis Tionghoa Merupakan Hasil Dari Politik
Pecah Belah Soeharto. Dalam Jurnal Penelitian Berjudul "Political Institutions And
Ethnic Chinese Identity In Indonesia", Vivianna Utami, Rasisme Di Indonesia
87
Hesti Armiwulan Sochmawardiah, Diskriminasi Rasial Dalam Hukum HAM”,
(Jakarta: Genta Publishing, 2013), h.75
88
Hesti Armiwulan Sochmawardiah, Diskriminasi Rasial Dalam Hukum Ham”, h.84
63
penyimpangan terhadap dianggap merusak konvensi, tatanan hidup serta
budaya bangsa.89
pada praktiknya. Hal ini pun, bisa memasakkan penerapan the most power
muncul pada masa pemerintahan orde baru tahun 1967. Namun sementara
dengan bermacam-macam cara dari yang terbuka sampai yang halus. Bisa
89
Hesti Armiwulan Sochmawardiah, Diskriminasi Rasial Dalam Hukum Ham”, h. 86
90
Hesti Armiwulan Sochmawardiah, Diskriminasi Rasial Dalam Hukum Ham”,, H. 87
91
Provinsi Irian Jaya Adalah Perubahan Dari Nama Irian Barat Yang Dilakukan
Oleh Presiden Soeharto Tahun 1973, Dan Kemudian Diganti Menjadi Papua Tahun 2000
Dibawah Presiden Abdurrahman Wahid Untuk Menanggapi Tuntutan Para Nasionalis
Papua. Di Tahun 2003, Provinsi Irian Jaya Barat, Yang Kemudian Diubah Menjadi Papua
Barat Dibentuk. Banyak Nasionalis Menggunakan Istilah West Papua Atau Papua Barat
Untuk Menyebut Seluruh Bekas Daerah Jajahan Belanda West New Guinea (Nugini
Barat). Istilah Lain Yang Tidak Mengandung Muatan Politik Yan G Kadan Dipakai Untuk
Menyebut Daerah Ini Yaitu “Tanah Papua”, Dan Tidak Punya Makna Hukum Apa -Apa.
[Lihat: Asia Report N 232, Indonesia, Dinamika Kekerasan Di Papua, (Jakarta:
International Crisis Group, 2012), h.4
64
Antonio d’Arbrau, yang mendarat di pulau ini pada tahun 1521.
Diperkirakan, kata “Papua” berasal dari kata dalam bahasa Melayu kuno
“pua -pua”, yang berarti “keriting”. Nama ini kemudian dipakai oleh Antonio
mengelilingi bumi.
Penyebutan nama lain Papua adalah dari Papua bagian Timur, kini
Ynigo Ortiz de Retes, yang mengunjungi kawasan utara pulau ini pada tahun
1545. Dinamakan “ Nieuw Guinea” karena penduduk yang ditemui berwa rna
lingkungan alam. Sifat kemajemukan penduduk Papua juga dapat dilihat dari
kolektif etnik yang mengatur sistem hak ulatnya melalui klan (merupakan
hak komunal). Selain itu terdapat pula kolektif-kolektif lain yang mengatur
65
ekonomi penduduk pada zona ekologi utama. Setidaknya ada empat zona
ekologi utama. Pertama, ekologi rawa, daerah pantai, dan muara sungai;
inovasi teknologi. dan sistem pembagian kerja, maka aspek budaya lain
seperti organisasi sosial dan sistem ideologi (ritual agama) juga kian rumit.
jaringan luas dari sistem klan, gabungan klan, dan federasi yang kompleks.
Contoh penduduk yang menganut pola ini adalah suku Dani. Tipe ini
menghasilkan ikatan horizontal yang kuat. Pada zona ekologi muara sungai,
kecil yang amat bersifat individualis. Karena wilayah pesisir dan kepulauan
66
lantas menjadi bagian dari persaingan produksi, sedangkan perkawinan
menyedot konsumsi besar untuk keperluan pesta adat. Kebutuhan pesta adat
inilah yang di kemudian hari memberikan porsi bagi munculnya pola patron-
Pada tahun 1829 ketika tanah Papua resmi menjadi wilayah jajahan
dengan berujung konflik antara Belanda dan Indonesia atas Papua. Kemudian
konflik yang kontroversial hingga saat ini. Konflik ini pun dibiarkan terus dan
banyak terjadi kasus kekerasan, dan pelanggaran HAM. Tidak hanya itu
93
Nur Rohim, Optimalisasi Otonomi Khusus Papua Dalam Peningkatan Kesadaran
Hukum Masyarakat Guna Meredam Konflik Dan Kekerasan, Flat Justisia Jurnal Ilmu Hukum
Volume 8 No. 1, Januari-Maret 2014, Issn 1978-5186, h. 84-86.
94
Paskalis Kossay, Konflik Papua: Akar Masalah Dan Solusi, (Jakarta: Tollelegi,
2011), h. 14
67
dimusnahkan (genoside), ketidakpercayaan pemerintah terhadap warga Papua
adalah eksploitasi sember daya alam Papua yang tidak dirasakan oleh warga
setempat, standar hidup penduduk asli masih dibawah rata-rata daerah lain.
68
khususnya untuk pengintegerasian di wilayah Papua dengan tindakan
menimbulkan bentuk pelanggaran hak asasi manusia yang tidak ada kaitannya
dimanapun. 98
pelemparan gas air mata, pelontaran kata-kata bernada rasis seperti anjing
di Surabaya dan wilayah lain berbuntut panjang. Buntut dari peristiwa ini,
97
Natalius Pigai, Solusi Damai Di Tanah Papua (Mengubur Tragedi Ham Dan
Mencari Jalan Kedamaian), Jurnal Administrasi Publik, Volume 11, Nomor Ii, Oktober 2014,
Issn 1412-7040, h.25
98
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Hentikan Rasisme, Diskriminasi Dan
Kekerasan Pada Rakyat Papua, Jakarta:Siaran Pers, Http://Walhi.Or.Id/Hentikan-Rasisme-
Diskriminasi-Dan-Kekerasan-Pada-Rakyat-Papua
99
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Hentikan Rasisme, Diskriminasi Dan
Kekerasan Pada Rakyat Papua.
69
disiram air cabai. Hari berikutnya, sekitar, Sahura mengatakan asrama
mahasiswa Papua di Surabaya didatangi anggota TNI, Polisi, Satpol PP, dan
tiang bendera dan pembuangan bendera merah putih ke selokan. Oknum TNI
gas air mata ke asrama, dan menyebabkan satu orang luka pada bagian kaki
karena terkena ledakan peluru gas air mata. Mereka melakukan demonstrasi
damai di beberapa kota seperti Manokwari, Nabire, Timika, Fak Fak, Biak,
Yapen, dan Sorong. Meski demonstrasi itu dilakukan secara damai, dalam hal
Timika. Bahkan ada 1 orang korban jiwa di Fak Fak. Menurutnya, berbagai
70
bentuk pelanggaran HAM terus terjadi di Papua dan tidak pernah ada
penegakan hukum.100
melakukan aksi unjuk rasa. Dalam peristiwa ini terjadi tindak kekerasan
pengunjuk rasa dari Aliansi Mahasiswa Papua dan Front Rakyat Indonesia
Rajabali. Terjadi cekcok antara pengunjuk rasa dan massa penghadang, yang
diikuti dengan kejar-kejaran dan saling lempar batu antar massa di Jalan
Basuki Rahmat. Polisi kemudian melerai dan menyekat kedua massa tersebut.
100
Ady Thea, Dugaan Diskriminasi Rasial Mahasiswa Papua Harus Diselesaikan
Secara Hukum, Jakarta: Hukumonline,
Https://Www.Hukumonline.Com/Berita/Baca/Lt5d5e6da380e81/Dugaan-Diskriminasi-Rasial-
Mahasiswa-Papua-Harus-Diselesaikan-Secara-Hukum/
101
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Hentikan Rasisme, Diskriminasi Dan
Kekerasan Pada Rakyat Papua, Jakarta:Siaran Pers, Http://Walhi.Or.Id/Hentikan-Rasisme-
Diskriminasi-Dan-Kekerasan-Pada-Rakyat-Papua
71
lokasi. Selanjutnya, terjadi saling teriak antarmassa dan pembubaran paksa
pukul 10.30. Massa pengunjuk rasa kemudian diangkut dengan truk polisi dan
setelah kejadian bahwa unjuk rasa di Malang tersebut tidak berizin karena
Malang Sofyan Edi Jarwoko menjawab bahwa hal itu dapat menjadi salah satu
fisik yang membuat lima orang terluka. Selain itu, menurut mereka, pihak
102
Nurlayla Ratri Heryanto, Ed. "Statement Asli Wakil Wali Kota Malang Dan
Kronologi Ricuh Demonstrasi Mahasiswa Papua". Malangtimes, 19 Agustus 2019, Diakses
Tanggal 20 Oktober 2021.
103
Aminatus Sofya & Rifky Edgar. Mujib Anwar, Ed. "Aliansi Mahasiswa Papua
Demonstrasi Di Malang Ngaku Dipukul & 5 Luka Berat, Polisi Sebut Langgar
Uu". Tribunmadura.Com. Diakses Tanggal 20 Oktober 2021.
72
terhadap seluruh mahasiswa Papua. Peristiwa tersebut di atas diantaranya
spanduk di media sosial. Spanduk dengan latar warna merah dan putih
disertai peta Indonesia ini tertulis: "Kami warga Kelurahan Candi tidak setuju
Papua dari NKRI. Jika hal tersebut dilakukan kami sepakat menolak
alasan pemasangan spanduk ini. Tapi justru mereka masuk ke dalam asrama
104
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, Hentikan Rasisme, Diskriminasi Dan
Kekerasan Pada Rakyat Papua, Jakarta:Siaran Pers, Http://Walhi.Or.Id/Hentikan-Rasisme-
Diskriminasi-Dan-Kekerasan-Pada-Rakyat-Papua.
73
dan meminta KTP dan KTM penghuni asrama dikumpulkan. Setelah itu
mereka keluar membawa data diri kami tanpa mau menurunkan spanduk,". Ia
asrama. Ada aparat TNI dan Polri yang juga di sana. Namun, kini mereka
depan asrama. "Sampai saat ini kami menolak pemasangan spanduk dan
Dalam hal ini, meminta kepada aparat TNI dan Polri tidak
mereka kini telah dibebaskan dan disebut tak terbukti atas tudingan
tersebut.106
74
Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 mengenai Rencana
No.29 tahun 1999. Dalam hal ini, Indonesia telah berkomitmen untuk
rasisme yang ada di Indonesia, ICERD bersifat legally binding atau mengikat
107
Hesti Armiwulan Sochmawardiah, Diskriminasi Rasial Dalam Hukum HAM”,
(Jakarta: Genta Publishing, 2013), h.498.
108
Hesti Armiwulan Sochmawardiah, Diskriminasi Rasial Dalam Hukum Ham, h. 499
75
yaitu sebuah badan ahli yang independen yang bertugas mengawasi
diskriminasi sebagai salah satu prinsip hak asasi manusia. Prinsi ini
Asasi Manusia
internasional diantaranya:
pada Perempuan.
76
h. Konvensi Internasional untuk Buruh Migran.
Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras Dan Etnis , utuk
yang terjadi, melalui proses peradilan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
dan penggantian yang adil atas segala kerugian dan penderitaan akibat
110
Uli Parulian Sihombing, Memahami Diskriminasi Untuk Memahami Buku
Kebebasan Beragama, (Jakarta: Ilrc, 2009), h.22
111
Andi Murniati Saloko, Diskriminasi Ras Dan Etnis Menurut Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras, Jurnal Untad, 2013, h. 173
77
Pasal 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 Tentang Penghapusan
Diskriminasi Ras Dan Etnis menegaskan bahwa Diskriminasi ras dan etnis adalah
pada ras dan etnis, yang mengakibatkan pencabutan atau pengurangan pengakuan,
perolehan, atau pelaksanaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam suatu
kesetaraan di bidang sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Ras adalah
BAB III
Indonesia
Sebagai negara kepulauan, dan sejak awal sudah menjadi Negara bangsa ang
multi ras, multi etnis, multi agama, dan multi budaya. Peristiwa sejarah
112
Republik Indonesia, Undang-Undang Tentang Penghapusan Diskriminasi Ras Dan
Etnis, Undang-Undang No. 40 Tahun 2008, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 170, Pasal 1 ayat 1.
113
Menurut Prof.Dr. Farida Hanum, Pendidikan Multikultural Dalam Pluralisme
Bangsa Esensi Makna Pluralisme Tidak Hanya Diartikan Sebagai Sebuah Pengakuan
Terhadap Keberagaman Suatu Bangsa, Akan Tetapi Disamping Itu Pluralisme Juga
Mempunyai Implikasi-Implikasi Politis, Sosial, Dan Ekonomi. Pluralisme Merupakan Suatu
Sistem Nilai Atau Pandangan Yang Mengakui Keragaman Di Dalam Suatu Bangsa.
Keragaman Atau Kemajemukan Dalam Suatu Bangsa Itu Haruslah Senantiasa Dipandang
Positif Dan Optimis Sebagai Kenyataan Riil Oleh Semua Anggota Lapisan Masyarakat
Dalam Menjalani Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara. Dalam Jurnal Sosiologi, Hendri
Masduki, Pluralisme Dan Multikulturalisme Dalam Perspektif Kerukunan Antar Umat
Beragama (Telaah Dan Urgensinya Dalam Sistem Berbangsa Dan Bernegara), Dimensi,
2016, Vol 9(1), h. 16
78
medorong terjadinya integrasi sosial yang menghasilkan keberagaman bangsa
Indonesia.114
tetap satu sangat sesuai dengan social condition dan cultural setting Indonesia,
79
reformasi politik memang menghasilkan sejumlah perubahan positif, misalnya
masa lalu.116
ketatanegaraan Indonesia
rule of law, sebagai syarat penting bagi penguatan demokrasi di masa damai.118
116
Achmad Fedyani Syaifuddin, “Membumikan Multikulturalisme Di Indonesia”,
Dalam Jurnal Antropologi Sosial Budaya, Etnovisi Vol II, No. I, April 2006. Depok:
Departemen Antropologi UI, h. 3.
117
Ahli Krimonologi Berkebangsaan Inggris Tony F. Marshall Dalam Tulisannya
”Restorative Justice An Overview” Mengatakan:“Restorative Justice Is A Process Whereby
All The Parties With A Stake In A Particular Offence Come Together To Resolve Collectively
How To Deal With The Aftermath Of The Offence And Its Implication For The Future”
(Restorative Justice Adalah Sebuah Proses Dimana Para Pihak Yang Berkepentingan Dalam
Pelanggaran Tertentu Bertemu Bersama Untuk Menyelesaikan Persoalan Secara Bersama-
Sama Bagaimana Menyelesaikan Akibat Dari Pelanggaran Tersebut Demi Kepentingan
Masadepan). Pandangan Michael Tonry, Melalui Penelitiannya Tahun 1999 Terhadap
Kebijakan Pemidanaan Di Amerika, Bahwa Restorative Justice Mempunyai Pengaruh Besar
Karena Kemampuan Konsep Tersebut Memberikan Manfaat Kepada Semua Tahapan
Proses Peradilan Dan Menempatkan Pelaku Dengan Tepat Dalam Proses Peradilan.
Menurutnya Ada 4 (Empat) Konsep Pemidanaan, Yaitu: 1.Structured Sentencing
(Pemidanaan Terstruktur), 2. Indeterminate (Pemidanaan Yang Tidak Menentukan) Dan 3.
Restorative/Community Justice (Pemulihan/Keadilan Masyarakat). Dalam Tulisannya,
Filsafat Hukum Damang Averroes Al-Khawarizmi · Published January 1, 2012 ·
Updated January 1, 2012, Tanggal 27 Oktober 2019.
118
Aichr”, Jurnal Demokrasi Dan Ham Vol.9, No.1, (Jakarta: The Habibie Center,
2011), h. 15
80
individual maupun masal, selalu ditindak dengan tegas dan tak pernah dibiarkan,
penegakan hukum tersebut, maka Indonesia akan selalu berada di bawah todongan
Maluku dan Poso, sebenarnya lebih merupakan konflik komunal daripada konflik
budaya, konflik ideologi. konflik agama. Jika terjadi konflik. Semua prasangka
komunal akan semangkin memancing berbagai potensi konflik lain, sehingga menjadi
sangat berbahaya.120
kepastian hukum yang merupakan misi utama dari penegakan hukum sekaligus
merupakan tujuan dari hukum yaitu mewujudkan suatu masyarakat yang memelihara
kepentingan umum, yang menjaga hak-hak asasi manusia dan juga menciptakan suatu
kehidupan bersama yang adil dan tidak diskriminatif. Penegakan hukum harus
ada parameter yang digunakan untuk menyatakan bahwa rasa keadilan masyarakat
telah terpenuhi.
81
keadilan masyarakat itu tidak jelas. Oleh karenanya untuk dapat mewujudkan
121
keadilan maka keadilan dimaksud seharusnya sesuai dengan Teori John Rawls yaitu
kemerdekaan itu sendiri, b. Kesetaraan bagi semua orang, baik kesetaraan dalam
(“social goods”). Pembatasan dalam hal ini hanya dapat dizinkan bila ada
kekayaan.122
Rasisme
ekonomi yang sangat besar begitupun salah satunya undang-Undang Otsus juga
memberikan konsesi politik dan HAM yang sangat luas Salah satu yang paling
unik adalah Majelis Rakyat Papua MRP yang diharapkan berfungsi sebagai
lembaga perwakilan orang asli Papua Selanjutnya masih ada peluang pendirian
partai politik lokal pengakuan hak adat pengadilan HAM dan bahkan komisi
121
Satya Arinanto, Hak Asasi Manusia Dalam Transisi Politik Di Indonesia, (Depok:
Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001), h.340
122
Damanhuri Fattah, Teori Keadilan Menurut John Rawls, Jurnal Tapis Vol.9 No.2
Juli-Desember 2013, H.36
82
2001 maka Otsus Papua menjadi harapan baru penyelesaian konflik di Tanah
tidak diselesaikan dengan serius. Dalam hal ini, NKRI tidak mau kehilangan
Papua. Kondisi papua yang dimaksud dengan otonomi khusus adalah salah satu
Indonesia.
mereka, yaitu:
1. kelompok adat
2. agama
3. perempuan
pemerintah adat, perempuan dan agama. Ketiga tumpu ini yang sangat penting
123
Muridan S Widjojo Dan Aisah Putri Budiatri, Undang-Undang Otonomi Khusus
Bagi Papua Masalah Legitimasi Dan Kemauan Politik, Jurnal Penelitian Politik, Lipi, Vol. 9,
No. 1, 2012, H. 65
83
kepada hukum adat dari pada hukum positif. Keberadaan hukum positif perdasus
tentang pengadilan adat ini juga masih jalan tapi tidak efektif. 124
Provinsi Papua adalah suatu kebijakan yang bernilai strategis dalam rangka
Papua, terutama orang asli Papua. Melalui kebijakan ini diharapkan dapat
peluang bagi orang asli Papua untuk berkiprah diwilayahnya sebagai pelaku
diberikan Pemerintah kepada Provinsi Papua. Dengan kata lain terdapat hal-hal
mendasar yang hanya berlaku di Provinsi Papua dan tidak berlaku di Provinsi
124
Dalam Seminar Dialog Perdamaian “Damai Papua Untuk Keutuhan Nkri”, Kajian
Strategik & Global UI.
125
Papua Web, Bagian Pertama Kajian Otonomi Khusus Papua,
Http://Papuaweb.Org/Goi/Otsus/Uncen/2003-Kajian.Rtf., h. 1
126
Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang No. 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus
Bagi Provinsi Papua Menyatakan Bahwa Otonomi Khusus Adalah Kewenangan Khusus
Yang Diakui Dan Diberikan Kepada Provinsi Papua Untuk Mengatur Dan Mengurus
Kepentingan Masyarakat Setempat Menurut Prakarsa Sendiri Berdasarkan Aspirasi Dan
Hak-Hak Dasar Masyarakat Papua. Republik Indonesia, , “Undang‐Undang RI Nomor 21
Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus Daerah Papua, Lembaran Negara Tahun 2001 No.
135 dan Tambahan Lembaran Negara No. 4151, Pasal 1 ayat 1.
84
lain di Indonesia, seiring dengan itu terdapat pula hal-hal yang berlaku di daerah
konsultasi berbagai stakeholders di Papua dan diskusi yang cukup alot di antara
1. Adanya afirmasi bahwa “orang asli Papua” berasal dari rumpun ras
2. Sistem legislatif yang bersifat bikameral, yaitu DPR Papua yang dipilih
orang asli Papua yang terdiri atas wakilwakil adat, wakil-wakil agama, dan
anggota MRP.
127
Altianua Uamang, et, al, Implementasi Otonomi Khusus Provinsi Papua Dalam
Ketahanan Wilayah Nkri Di Pemerintah Kebupaten Mimika (Studi Pada Pengelolaan Dana
Desa Distrik Jila Tahun 2016-2017), Reformasi Issn 2088-7469 (Paper) ISSN 2407-6864
(Online), Volume 8, Nomor 1 (2018), h. 51
85
4. Penduduk Provinsi Papua dapat membentuk partai politik. Rekrutmen
(dua persen) dari plafon Dana Alokasi Umum Nasional, yang terutama
lainnya.
langkah rekonsiliasi.
86
2001 merupakan bagian dari pelaksanan otonomi daerah yang diadopsi
128
Azmi Muttaqin, Otonomi Khusus Papua Sebuah Upaya Merespon Konflik Dan
Aspirasi Kemerdekaan Papua, Jurnal Hukum Undip, 2011, h. 11
129
Proses Kelahiran Uu Otonomi Khusus Konflik Tanah Papua Telah Berlangsung
Lebih Dari Lima Dekade Tim Kajian Papua Lipi Yang Bekerja Sejak 2004 Menghasilkan
Road Map Papua Pada 2008 Yang Menunjukkan Empat Akar Masalah Papua.
Pertama Proses Integrasi Wilayah Papua Ke Dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia Dipandang Oleh Pimpinan Dan Pendukung Papua Merdeka Masih Bermasalah
Akibatnya Sejak 1964 Gerakan Menuntut Kemerdekaan Muncul Baik Secara Politik Maupun
Dengan Perlawanan Bersenjata Tpn Opm Dan Bertahan Hingga Hari Ini Dalam Kaitan
Dengan Tuntutan Kemerdekaan Ini Terjadi Operasi Militer Dan Kebijakan Represif Lainnya
Yang Berturut Turut Dan Menimbulkan Akar Masalah
Kedua Yakni Kekerasan Negara Dan Tuduhan Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Suasana Konflik Yang Berkepanjangan Juga Menciptakan Akar Masalah
Ketiga Kegagalan Pembangunan Terutama Di Bidang Pendidikan Kesehatan Dan
Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
Keempat Marginalisasi Dan Efek Diskriminatif Terhadap Orang Ash Papua Akibat
Pembangunan Ekonomi Konflik Politik Dan Migrasi Massal Ke Papua Yang Mulai Intensif
Sejak 1970.
2 Negara Telah Menjalankan Banyak Upaya Untuk Meredam Konflik Papua Mulai
Dari Pendekatan Represif Dengan Kekuatan Militer Hingga Pendekatan Pembangunan
Ekonomi Orde Baru Di Bawah Presiden Soeharto Menempatkan Papua Irian Jaya Saat Itu
Sebagai Daerah Operasi Militer Dom Kebijakan Dom Ini Dihentikan Oleh Presiden B J
Habibie Pada 1998. Meskipun Demikian Pendekatan Keamanan Yang Represif Tetap
Digunakan Intensitasnya Bergantung Pada Tingkat Resistensi Politik Di Papua Dan Soliditas
Pemerintah Pusat Di Jakarta Yang Berkembang Pada Saat Itu Misalnya Pada Paruh Kedua
1998 Hingga Paruh Pertama 2000 Pemerintah Lebih Akomodatif Persuasif Dan Kurang
Represif Pada Kurun 2001 Hingga 2004 Pemerintah Cenderung Lebih Represif Dan
Seterusnya Hingga 2011 Pendekatan Keamanan Juga Masih Berlangsung Sebagai Ilustrasi
Jumlah Pasukan Tni Di Tanah Papua Diperkirakan Mencapai 14842 Orang
Sementara Pendekatan Keamanan Tetap Dipertahankan Terjadi Perubahan Skema
Pen Dekatan Pemerintah Untuk Meredam Konflik Berbeda Dengan Orde Baru Era Reformasi
Yang Diawali Oleh Pemerintahan Habibie 1998 1999 Mengandalkan Pemberian Otonomi
Habibie Menilai Bahwa Perjuangan Kelompok Separatis Irian Jaya Untuk Melepaskan Diri
Dari Indonesia Dapat Mengganggu Stabilitas Politik Dan Ekonomi Hingga Menghambat
Pelaksanaan Reformasi Oleh Karena Itu Presiden Habibie Mengajukan Penyelesaian Konflik
Provinsi Irian Jaya Melalui Mekanisme Demokrasi Dengan Pemberian Otonomi Daerah
Sesuai Uud Ketetapan Mpr Uu Dpr Dan Peraturan Daerah
Pendekatan Otonomi Terbentuk Setelah Presiden Habibie Bertemu Dengan Wakil
Masyarakat Irian Jaya Yang Disebut Tim 100 Dalam Kerangka Dialog Nasional Pada 26
Februari 1999 Dialog Nasional Merupakan Respons Pemerintah Terhadap Aksi Masyarakat
Papua Yang Menuntut Kemerdekaan Termasuk Pengibaran Bendera Bintang Kejora Pada
87
menyatakan undang-undang ini telah memberikan kemanfaatan. Misalnya,
Kabupaten, dan Kota bagi orang Papua. Bagi pemerintah daerah (Provinsi dan
88
beranggapan sebaliknya. Dengan demikian, implementasi Otsus Papua masih
ekonomi rakyat, ketiga, Kontradiksi antara jakarta dan papua dan yang
terakhir juga HAM. Dialog keempat masalah tersebut harus dilakukan tanpa
memberi kesempatan bagi kalangan minoritas dapat lebih terlibat aktif dalam
130
Altianua Uamang, et, al, Implementasi Otonomi Khusus Provinsi Papua Dalam
Ketahanan Wilayah Nkri Di Pemerintah Kebupaten Mimika (Studi Pada Pengelolaan Dana
Desa Distrik Jila Tahun 2016-2017), Reformasi Issn 2088-7469 (Paper) Issn 2407-6864
(Online) Volume 8 Nomor 1 (2018) Magister Administrasi Publik, Universitas Tribhuwana
Tunggadewi, h. 52
131
Dalam Seminar Dialog Perdamaian “Damai Papua Untuk Keutuhan Nkri”, Kajian
Strategik & Global Ui, Selasa, 17 September 2019.
89
daerah yang berpotensi terpecah-belah untuk mengusahakan jalan keluar
secara konstitusional.132
Tahun 2001 tentang Otsus Papua ini dapat dikategorikan sebagai bentuk
yang ada lembaga ini harus dibentuk paling lambat satu tahun setelah UU
Otsus diberlakukan.
132
Lukas Luli Lasan, Otonomi Khusus Papua Sebuah Upaya Merespon Konflik Dan Aspirasi
Kemerdekaan Papua, Https://Www.Academia.Edu/13154823/Otonomi_Khusus_Papua, h. 6
90
Kedua, minimnya aturan pelaksanaan dalam bentuk Perdasi dan
perlindungan dan penegakan hak-hak dasar orang asli Papua. Hal ini
semisal kasus Wamena 2003, Kasus Puncak Jaya (2004), pasca persidangan
kasus filep Karma (2005) Kasus Abepura (Maret 2006) Kasus penembakan
Mako Tabuni Ketua I KNPB dan masih banyak kasus lainnya yang belum
Paling tidak Otsus Papua masih dipandang sebagai salah satu peluang
strategis atau pintu masuk bagi penyelesaian pelanggaran dan HAM di Papua
91
baik pada masa lampau maupun saat ini. Walaupun hal ini tidak menjadi
Nomor 45 Tahun 1999 yaitu pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat, Irian
Jaya, dan Kota Sorong, dibuat tanpa melibatkan MPRP sebagaimana amanat
Khusus sangat tergantung sejauh mana tata pemerintahan yang baik (good
92
sebagaimana terkandung dalam UU Otsus. Secara objektif harus dilihat
yang dilakukan oleh pemerintah pusat, tetapi juga melibatkan kesiapan SDM
alinea I sampai alinea IV. Selanjutnya dalam pasal-pasal UUD 1945 sebelum
Manusia yang tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 UUD 1945.
133
Azmi Muttaqin, Otonomi Khusus Papua Sebuah Upaya Merespon Konflik Dan
Aspirasi Kemerdekaan Papua, Jurnal Hukum Undip, 2011, h. 14
93
HAM Indonesia/Natioal Action Plan on Human Rights (RANHAM).
tindakan yang berujung pada pelanggaran HAM seperti diskriminasi terhadap ras
dan etnis. Lembagalembaga yang telah ada di bentuk oleh Pemerintah Indonesia
134
Rahmah Sulaiman, Peran Pemerintah Republik Indonesia Dalam Menanggapi
Tuduhan Atas Pelanggaran Ham Di Papua, Jurnal Hukum Universitas Sumatera Utara, 2017,
H. 34
94
daerah kabupaten atau kota. Pengadilan HAM merupakan pengadilan
HAM.
Indonesia
HAM. LSM seperti ini sering disebut sebagai LSM Prodemokrasi dan
95
pun kini telah berkembang pesat LSM dengan minat pada aspek
240 tahun 1967 tentang warga negara Indonesia Keturunan Tiong Hwa;
96
Dokumen kebijakan tersebut secara eksplisit pemerintah menyebutkan
soft Law artinya hak-hak tersebut akan dijamin melalui hukum positif (peraturan
Elimination of all Forms of Racial Discrimination 1965 sebagai Hard Law yang
rasisme yaitu:
groups;
137
Hesti Armiwulan Sochmarwadiah, Diskriminasi Rasial, Kebebasan Dan
Kesetaraan Dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, h.299
97
2. Racial categories are arbitrary and often used for political ends. The
3. Racism has often been used by dominant racial groups to justify their
138
1. Konsep Ras Tidak Memiliki Dasar Biologis. Ini Adalah Konstruksi Sosial-Politik
Yang Biasanya Didasarkan Pada Karakteristik Fisik Kelompok; 2. Kategori Ras Bersifat
Arbitrer Dan Sering Digunakan Untuk Tujuan Politik. Makna Ras Dan Ekspresi Deologis
Rasisme Telah Meningkat Seiring Waktu Dan Melintasi Benua. 3. Rasisme Telah Sering
Digunakan Oleh Kelompok Ras Dominan Untuk Membenarkan Kelompok Ras Dominan
Mereka Untuk Membenarkan Dominasi Mereka, Dan Dalam Beberapa Kasus Sikap Rasis
Adalah Ekspresi Keterasingan Dan Keputusasaan Di Antara Yang Tak Berdaya, Termasuk
Korban Rasisme; 4. Berbagai Manifestasi Rasisme Tidak Dapat Dipisahkan Dari Masalah
Ekonomi Dan Sosial Yang Luas. Racism And The Adminisration Of Justice, Amnesty
International Publicaton 2001. Www.Amnesty.Org.
98
dalam hukum HAM internasional, seperti ICCPR, 139
ICESCR, 140
ICERD 141
dan juga
mekanisme nasional ditentukan pada Deklarasi Vienna Tahun 1993 aline 36 yaitu:
nasional sudah cukup signifikan dari aspek kelembagaan ditinjau dari Mahkamah
Konstitusi, Mahkamah Agung dan proses penegakan HAM juga menjadi tanggung
139
Instrumen Ham Internasional, Yaitu Iccpr, Dalam Sistem Perundang-Undangan
Nasional, Indonesia Akan Lebih Mantap Dalam Melindungi Dan Memajukan Hak Asasi
Manusia. Di Sisi Lain, Meskipun Belum Menjadi Pihak Pada Iccpr, Indonesia Telah Mengakui
Tanggung Jawabnya Sebagai Anggota Pbb Untuk Menghormati Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia Dan Instrumen Internasional Lainnya, Dimana Elemen-Eleinen Ketentuan
Iccpr Ada Di Dalamnya. Ikut Sertanya Indonesia Dalam Iccpr Dapat Diartikan Sebagai
Revitalisasi Dan Penegasan Kembaii Komitmen Indonesia Terhadap Hak Asasi Manusia,
Khususnya Hak-Hak Sipil Dan Politik. Hanya Saja Perbedaannya Kali Ini., Komitmen
Indonesia Juga Disertai Dengan Kewajiban Hukum Internasional Sebagai Negara Pihak
Dalam Iccpr. Dikutip Dalam Jurnal Hukum International, Arif Havas Oegroseno, Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan International
Covenant On Civil And Political Rlghts/Iccpr (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil
Dan Polltik), Expert Commentary, Jurnal International Law, Vol.4, No.1, 2006, H.172
140
Kewajiban Terhadap Negara Dalam Perlindungan Dan Pemenuhan Hak Ekosob
(Ekonomi, Sosial Dan Budaya) International Covenant On Economic, Social, And Cultural
Rights Antara Lain: Pertama, Protokol Opsional Icescr Merupakan Hasil Kompromis Antara
Sifat Hak-Hak Dengan Kebutuhan Untuk Memenuhi Kewajiban Dalam Icescr; Kedua: Hak
Ekosob Akan Mendukung Kebutuhan Terhadap Lembaga Ajudikasi Dalam Rangka
Memperjelas Cara Pandang Tradisional Terhadap Hak-Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya,
Ketiga: Sebuah Koordinasi Yang Komprehensif Dan Kerjasama Dengan Institusi Ham Yang
Bersifat Treaty Based Atau Badan Khusus Pbb. Dikutip Dalam Jurnal Ham, Harison Citrawan
Justisiabilitas Hak Ekosob Melalui Mekanisme Individual Communication Dalam Optional
Protocol To The International Covenant On Economic, Social, And Cultural Rights, Jurnal
Ham, Volume_5_No_2_Tahun_2014, H.144
141
Kepatuhan Tersebut Pada Pasal 9 Ayat 1 Konvensi Icerd Menyebutkan Bahwa
Setiap Negara Anggota Konvensi Diwajibkan Untuk Mengirimkan Laporan Periodik Kepada
The Committee On The Elimination Of Racial Discrimination (Cerd) Yaitu Sebuah Badan Ahli
Yang Independen Yang Bertugas Mengawasi Implementasi Icerd Di Negaranegara Anggota
Konvensi (Ochcr.Org, 2017). Laporan Periodik Dikirimkan Pada Waktuwaktu Yang Telah
Ditentukan Yaitu Satu Tahun Setelah Ratifikasi Dan Setiap Dua Tahun Setelahnya (Pasal 9
Ayat 1 Icerd), Dikutip Dalam Jurnal Jurnal Novia Sekar Tanjung Barokah, Antara
Ketidakpatuhan Dan Sejarah Masa Lalu: Analisis Kepatuhan Negara Indonesia Terhadap
Konvensi Icerd, Studi Kasus Daerah Istimewa Yogyakarta Dan Papua, Journal Of
International Relations, Volume 4, Nomor 3, 2018, H. 448
99
jawab Jaksa, Hakim, Polisi dan Advokat yang substansinya menegakkan hukum
peraturan pemerintah No.56 Tahun 2010. Tentang Tata cara Pengawasan terhadap
100
Papua adalah anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM)143 dan tindakan
membuat populasi penduduk Papua menipis. Selain itu, apabila hal ini terus
Indonesia sebagai negara yang berdaulat tidak tinggal diam apabila ada
negara lain yang mengusik kedaulatan negara Republik Indonesia dari segala
143
Dalam Perspektif Hukum, Dengan Munculnya Gerakan Opm Tersebut Dapat
Diasosiasikan Sebagai Suatu Perbuatan Makar Dari Suatu Kelompok Yang Melakukan
Perlawanan Terhadap Pemerintahan Yan Sah (Fighting Against The Legitimate Government)
Yang Sudah Tentu Bertentangan Dengan Aturan Hukum Secara Umum. Menurut Bilver
Singh, Pasca Rezim Politik Orde Baru, Perjuangan Opm Adalah Melakukan Respons
Perubahan Dengan Membentuk “National Coallition” Dan “United Fronts”. Salah Satunya
Adalah Pembentukan National Liberation Council (Nlc) Yang Dipimpin Oleh Amos Indey,
Toto, Dan Rumkoren. Dewan Ini Mengorganisir Organisasi-Organisasi Massa Yang Sudah
Berdiri Pada Tahun 1960-An Seperti Semangat Angkatan Muda Papua Anti-Republik
Indonesia (Sampari), Operasi Organisasi Papua Merdeka (Oopm), Dan Gerakan Nasional
Papua (Gnp). Pada Juni 2003, Atas Inisiatif Tom Beanal Dan John Otto Ondawame,
Pertemuan Pemimpin-Pemimpin Papua Barat Diselanggarakan Di Niewegein, Utrecht,
Netherlands Untuk Melakukan Rekonsiliasi Antar Pejuang-Pejuang Papua. Pertemuan
Tersebut Ditindaklanjuti Dengan Pertemuan Di Lae, Papua New Guinea Pada 28 November-
1 Desember 2005 Yang Menghasilkan Berdirinya West Papua National Coallition For
Liberation (Wpncl) Yang Bermarkas Di Port Villa. Dewan Ini Memiliki Sayap Militer Yang
Terpisah Dari Opm Yakni The West Papua National Liberation Armed Forces Yang Diketuai
Oleh Mathias Wenda. Dikutip Dari Jurnal Ikbal, Kedudukan Organisasi Papua Merdeka
(Opm) Dalam Perspektif Hukum Humaniter Internasional, Jurnal Fh Unila, 2014, H. 205.
144
Pelanggaran Ham Yang Berat Tersebut, Sebagaimana Diuraikan Dalam Pasal 7
Uu Tersebut Meliputi Kejahatan Genosida Dan Kejahatan Terhadap Kemanusiaan. Genosida
Menurut Pasal 8 Uu Tersebut Adalah Setiap Perbuatan Yang Dilakukan Dengan Makud
Untuk Menghancurkan Atau Memusnahkan Seluruh Atau Sebagian Kelompok Bangsa, Ras.
Kelompok Etnis, Kelompok Agama, Dengan Cdrd : A. Membunuh Anggota Kelompok: B.
Mengakibatkan Penderitaan Fisik Atau Mental Yang Berat Terhadap Anggotaanggota
Kelompokl C. Menciptakan Kondisi Kehidupan Kelompok Yang Akan Mengakibatkan
Kemusnahan Secara Fisik Baik Seluruh Atau Sebagiannya; D. Memaksakantindakan-
Tindakanyang Bertujuan Mencegah Kelahiran Di Dalam Kelompok; Atau E. Memindahkan
Secara Paksaan. Dikutip Dalam Jurnal Komnas Ham, Rina Rusmon, Konsep Peianggaran
Berat Hak Asasi Manusia Dilihat Dari Sisi Hukum Humaniter, Jurnal Ham . Vol. 2 No. 2
Nopember 2004, H.19
101
terjadi di Papua.145 Oleh karena itu, Enam negara tersebut secara terang-terangan
dugaan pelanggaran HAM di Papua. Para pemimpin negara Pasifik tersebut juga
melakukan sebuah tindakan diplomasi dengan bentuk hak jawab di forum PBB
tersebut adalah tindakan yang tidak bersahabat dan sebuah manuver retorika
politik. Ia menambahkan, tindakan dari enam negara pasifik itu secara jelas
internasional. Dalam hak jawab tersebut, melaui Nara Masista Rakhmatia yang
145
Melki Pangaribuan, Menlu Tolak Tuduhan Solomon Tentang Pelanggaran Ham
Di Papua, Http://Www.Satuharapan.Com/Read-Detail/Read/Menlu-Tolak-Tuduhan-Solomon-
Tentang Pelanggaran-Ham-Di-Papua,
146
Andreas Gerry Tuwo, Jawaban Ri Atas Tuduhan 6 Negara Pasifik Terkait
Papua, Https://Www.Liputan6.Com/Global/Read/2612114/Jawaban-Ri-Atas-Tuduhan-6-
Negara-Pasifik-Terkait-Papua
102
mewakili Indonesia dalam menanggapi pernyataan negara-negara Pasifik
dan perlindungan Hak Asasi Manusia tidak terbantahkan dan cerminan nyata.
Indonesia telah dan terus bekerjasama dengan berbagai Special Procedur and
perlindungan hak-hak dasar. Bahkan pada tahun 2017 ini Indonesia telah
Indonesia, dan pada bulan Mei 2017 Indonesia akan menyampaikan Laporan
UPR ketiga di Dewan HAM. Nara Masista Rakhmatia dalam kesempatan itu
Pasifik tersebut. Ia menilai, ada tujuan tersembunyi yang dibawa oleh negara
serta telah empat kali menjadi anggota. Terbentuknya Komisi HAM di OKI dan
ASEAN merupakan inisiasi dari Indonesia. Tidak berhenti di titik itu saja,
103
Sementara Salomon Island hanya meratifikasi empat instrumen HAM dan
BAB IV
A. KESIMPULAN
tanggal 15-19 Agustus 2019 menjadi penting bagi pemerintah dan negara
147
Rahmah Sulaiman, Peran Pemerintah Republik Indonesia Dalam Menanggapi
Tuduhan Atas Pelanggaran Ham Di Papua, Jurnal Hukum Universitas Sumatera Utara, 2017,
H. 31
104
dalam merespon dan menangani persoalan Papua, termasuk dalam merespon
dalam hukum kepada semua warga negara untuk hidup bebas dari
Manusia dan adanya ganti rugi apabila menjadi korban melalui pengadilan
105
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abidin Bagir et al, Zainal. Pluralisme Kewargaan, Bandung: Mizan dan CRCS
UGM, 2011.
Andi Nurul, Muliadi. ”Hukum dan Asasi Manusia”, Penerbit: Instrans Publishing
Malang 2018.
Araf, Al. et.al, Sekuritisasi Papua, Imparsial The Indonesian Humanity Rights
Monitor, Jakarta:2011
Arinanto, Satya. Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik Di Indonesia, Pusat Studi
Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001.
Asia Report N 232, Indonesia, Dinamika Kekerasan di Papua, (Jakarta:
International Crisis Group, 2012).
106
Azhary, Negara Hukum Indonesia, (Jakarta: UI-Press, 1995)
Kaloh, DR. J. Mencari Bentuk Otonomi Daerah: Suatu Solusi dalam Menjawab
Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global, (Jakarta: Rineke Cipta, 2007).
Kossay, Paskalis. Konflik Papua: Akar masalah dan solusi, Jakarta: Tollelegi, 2011.
Mamuji, Sri. et.al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005).
Nickel, James W. “Hak Asasi Manusia Refleksi Filosofia atas Deklarasi Universal
Hak Asasi Manusia, Jakarta: PT: Gramedia Pustaka Umum, 1996.
Rawls, John. Teori Keadilan, terj. Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011).
Smith, Rhona K.M. et.al, Hukum Hak Asasi Manusia, Yogyakarta:PUSHAM UII,
Cet. Ketiga, Desember 2015.
107
Subiharta, N.H.T.Siahaan. Hukum Kewarganegaraan HAM, Pusat Kajian Kebijakan
Hukum dan Ekonomi, Jakarta:2007.
Suryadinata, Leo. dan Evi Nurvida Arifin, Penduduk Indonesia, Jakarta: LP3ES,
2003.
Eri Safira, Martha. Analisis Pendekatan Teori keadilan john rawls dan teori
moralitas immanuel khan, legalstandingjurnal ilmuhukum, ISSN (P):(2580-
8656), Vol. 3 No.1, Maret, 2019.
Fahmi, Khairul. Prinsip Kedaulatan Rakyat Dalam Penentuan Sistem Pemilihan
Umum Anggota Legislatif, Jurnal Konstitusi, Volume 7, Nomor 3, Juni 2010.
Fattah, Damanhuri. Teori Keadilan Menurut John Rawls, Jurnal Tapis Vol.9 No.2
Juli-Desember 2013.
Lenny Marit, Elisabeth. dan Hugo Marami, Wacana “Papua Tanah Damai” dalam
bingkai otonomi khususPapua, Jurnal Ilmu sosial, Vol. 16, No.1, April 2018.
108
Masduki, Hendri. Pluralisme Dan Multikulturalisme Dalam Perspektif Kerukunan
Antar Umat Beragama (telaah dan urgensinya dalam sistem berbangsa dan
bernegara), Jurnal Dimensi, Vol 9(1), 2016.
Muttaqin, Azmi. Otonomi Khusus Papua Sebuah Upaya Merespon Konflik Dan
Aspirasi Kemerdekaan Papua, Jurnal hukum UNDIP,
2011.
Pigai, Natalius. Solusi Damai di Tanah Papua (Mengubur Tragedi HAM dan
Mencari Jalan Kedamaian), Jurnal Administrasi Publik, Volume 11, Nomor
II, ISSN 1412-7040, Oktober 2014.
Rohim, Nur. Optimalisasi Otonomi Khusus Papua dalam Peningkatan Kesadaran
Hukum Masyarakat guna meredam konflik dan Kekerasan, Jurnal Flat Justitia
Jurnal Ilmu Hukum Volume 8 No.1, ISSN 1978-5186, 2014.
Rusmon, Rina. Konsep Peianggaran Berat Hak Asasi Manusia Dilihat Dari Sisi
Hukum Humaniter, JURNAL HAM . Vol. 2 No. 2 Nopember 2004.
109
Uamang, Altianua. Cakti Indra Gunawan dan Cahyo Sasmito, Implementasi Otonomi
Khusus Provinsi Papua Dalam Ketahanan Wilayah Nkri Di Pemerintah
Kebupaten Mimika (Studi Pada Pengelolaan Dana Desa Distrik Jila Tahun
2016-2017), REFORMASI ISSN 2088-7469 (Paper) ISSN 2407-6864
(Online), Volume 8 Nomor 1 (2018).
SEMINAR
AICHR, Jurnal Demokrasi dan HAM Vol.9, No.1, Jakarta: The Habibie Center, 2011.
INTERNET
110
Luli Lasan, Lukas. Otonomi Khusus Papua Sebuah Upaya Merespon Konflik Dan Aspirasi
Kemerdekaan Papua,
https://www.academia.edu/13154823/OTONOMI_KHUSUS_PAPUA.
Pangaribuan, Melki. Menlu Tolak Tuduhan Solomon tentang Pelanggaran HAM di
Papua, http://www.satuharapan.com/read-detail/read/menlu-tolak-tuduhan-
solomon-tentang pelanggaran-ham-di-papua, Rabu, 28 September 2016, 13.57
Papua Web, Bagian pertama Kajian Otonomi Khusus Papua,
http://papuaweb.org/goi/otsus/uncen/2003-kajian.rtf.
Ratri Heryanto, Nurlayla. ed. "Statement Asli Wakil Wali Kota Malang dan
Kronologi Ricuh Demonstrasi Mahasiswa Papua". Malangtimes, 19 Agustus
2019, Diakses tanggal 20 Oktober 2021.
Sofya, Aminatus. & Rifky Edgar (15 Agustus 2019). Mujib Anwar, ed. "Aliansi
Mahasiswa Papua Demonstrasi di Malang Ngaku Dipukul & 5 Luka Berat,
Polisi Sebut Langgar UU". Tribunmadura.com. Diakses tanggal 20
Oktober 2021.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:
111
_______________, Undang-undang Nomor 40 tahun 2008 tentang penghapusan
dikriminasi ras dan etnis, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 170
______________, Undang-Undang No. 21 tahun 2001, tentang Otonomi Khusus
Daerah Papua, Lembaran Negara Tahun 2001 No. 135 dan Tambahan Lembaran
Negara No. 4151.
Konvensi PBB tentang Hak Sipil dan Politik (ICCPR) melalui Undang-Undang
No.12 Tahun 2005
Konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial sejak tahun 1999
yang disahkan melalui UU No.29 tahun 1999
112