Anda di halaman 1dari 3

Masalah Gizi Akibat Defisiensi Niacin (Vitamin B3)

Kebutuhan tubuh akan asupan niacin tergantung pada usia, jenis kelamin, ukuran
tubuh, dan tingkat aktivitas setiap individu. Kebutuhan niacin berkisar dari 5 mg
pada bayi sampai 20 mg pada orang dewasa tertentu. Apabila niasin ini tidak
tercukupi maka tubuh mengalami defisiensi niacin yang akan menyebabkan
sindroma pellagra (Hapipuddin & Syahrizal, 2020). Pellagra berasal dari kata
‘pelle’ yang berarti kulit dan ‘agra’ yang berarti kering ditemukan untuk pertama
kalinya oleh Gasper Casal pada tahun 1735 pada penduduk Spanyol Utara yang
banyak mengonsumsi jagung. Pellagra terjadi karena penurunan asupan niacin
atau triptofan. Sindrom klinis pellagra dikenal dengan 4D, yaitu diare, dermatitis,
demensia, dan jika terjadi malnutrisi berat dapat terjadi ‘death’ (kematian).
Dermatitis pada pellagra memiliki empat karakteristik, antara lain erupsi di area
fotosensitif di awal penyakit, penebalan dan pigmentasi kulit di daerah tonjolan
tulang (lutut, mata kaki, siku, dan processus spinosus), bercak eritema, dan erosi
terutama di daerah lipatan serta perubahan kelenjar sebasea pada wajah (seborrhea
spinulosa) (Dewi et al., 2021). Terjadinya defisiensi niasin apabila kandungan
makanan kurang mengandung niasin dan triptofan. Tetapi makanan dengan
kandungan leusin yang tinggi dapat menimbulkan defisiensi niasin karena kadar
leusin yang tinggi dalam diet dapat menghambat kuinolinat fosforibosi transferase
yaitu suatu enzim kunci dalam proses konversi triptofa menjadi NAD+.
Masalah Gizi Akibat Defisiensi Iodin
Defisiensi iodin atau yodium akan mengakibatkan adanya Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium atau yang lebih dikenal dengan GAKY. Manifestasi GAKY
ada dua macam yaitu gondok dan kretin. GAKY terjadi karena rendahnya intake
yodium, zat goitrogenik dalam makanan, dan rendahnya kadar yodium dalam
bahan pangan dan air GAKY dianggap penting karena terkait dengan gangguan
perkembangan mental dan kecerdasan yang berpengaruh besar pada kualitas
sumber daya manusia di kemudian hari. GAKY berkaitan erat dengan lingkungan
yang miskin zat yodium, hingga mengakibatkan orang yang tinggal di daerah
tersebut akan mengalami kekurangan yodium. Setiap penderita GAKY yang
bukan gondok dan bukan kretin mengalami defisit 10 IQ poin kecerdasan
seseorang. GAKY dapat diukur dari penggunaa garam beryodium oleh rumah
tangga. Indikator dampak menggambarkan status yodium masyarakat yang dapat
diukur dengan menggunakan Ekskresi Yodium dalam Urin (EYU) pada anak
umur 6 tahun (> 6 tahun) atau ibu hamil dari sampel urine, Total Goitre Rate
(TGR) pada anak umur 6–12 tahun atau dewasa dengan palpasi atau mengukur
volume kelenjar tiroid menggunakan ultrasonografi (USG) serta Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) atau Thryoglobulin (Tg) dari sampel darah (Wardani
et al., 2018).

REFERENSI
Dewi, P. F., Aliwardani, A., Rosita, F., & Widhiati, S. (2021). Manifestasi Kulit
Terkait Defisiensi Nutrisi pada Anak. CDK Edisi CME-4, 48(10), 403–408.
Hapipuddin, & Syahrizal, M. (2020). Sistem Pakar Midiagnosa Penyakit Pelagra
Menerapkan Metode Hybrid Case Based. Journal of Information Sistem Research,
2(1), 35–39.
Wardani, D. S., Widajanti, L., & Aruben, R. (2018). Hubungan Konsumsi Garam
Beryodium dan Zat Goitroneik dengan Kejadian Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY) pada Anak Sekolah Dasar Tahun 2017 (Studi pada Anak
Sekolah Dasar Negeri Terangmas di Wilayah Pertanian Kecamatan Undaan
Kabupaten Kudus). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 6(4), 182–1889.
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
 

Anda mungkin juga menyukai