Anda di halaman 1dari 24

1

A. JUDUL
Judul penelitian yang diajukan yaitu, “Story Map dalam Pembelajaran
Reading Comprehension di Kelas III Sekolah Dasar”.

B. Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu bentuk alat komunikasi, karena dengan
menggunakan bahasalah seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain di
sekitarnya. Begitu pula dengan penggunaan bahasa Inggris yang menjadi bahasa
internasional. Orang-orang di dunia bertemu dan saling berkomunikasi dengan bahasa
yang dapat dimengerti oleh masing-masing dari yang berkomunikasi, bahasa tersebut
adalah bahasa Inggris. Tanpa ada bahasa yang saling menghubungkan, komunikasi
tidak bisa terjadi meskipun ada hal-hal tertentu yang dapat dimengerti.
Di tengah berkembangnya teknologi dan globalisasi, keterampilan dalam
menggunakan bahasa Inggris diperlukan untuk mendapatkan informasi dari orang lain
yang menggunakan bahasa yang tidak sama namun dapat dipersatukan menggunakan
bahasa Inggris. Sehingga perlunya memperkenalkan bahasa Inggris disadari oleh
masyarakat, khususnya kepada anak-anak yang sedang berkembang pada usia sekolah
dasar. Bahasa Inggris dapat memberikan peluang dan membantu mengembangkan
keterampilan hidup yang diperlukan anak untuk masa depannya kelak. Berkaitan
dengan masa depan anak, berkaiatan pula dengan kecapakan hidup atau life skills.
Kecakapan hidup yang perlu dimiliki anak-anak sejak dini salah satunya yaitu
kecakapan berkomunikasi berupa keterampilan berbahasa.
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa, “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual kegamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, bangsa dan negara”. Berdasarkan
undang-undang tersebut bahwa peserta didik perlu mengembangkan keterampilan
2

yang diperlukan dirinya. Keterampilan berbahasa termasuk dalam keterampilan yang


diperlukan peserta didik, termasuk keterampilan dalam menggunakan bahasa Inggris.
Pada usia sekolah dasar yaitu berkisar antara umur 7 sampai 12 tahun, anak
sedang mengalami tahap yang baik untuk menerima bahasa. Menurut Scott &
Ytreberg (2003, hlm. 3), karakteristik umum anak-anak pada usia 8 sampai 10 tahun
mempunyai konsep dasar untuk dibentuk dimana anak-anak mempunyai pandangan
yang sangat jelas terhadap dunia. Oleh karena itu, bahasa Inggris yang termasuk
nahasa asing bagi anak-anak di Indonesia baik diterapkan sedini mungkin pada anak.
Menurut Brewster, Ellis, dan Girard (2002, hlm. 3), ada beberapa alasan
mengapa perlu diajarkannya bahasa asing di tingkat sekolah dasar yaitu sebagai
berikut.
1. Mulai mengajarkan bahasa asing beberapa tahun lebih awal (berkisar umur
enam atau Sembilan paling tinggi sebelas atau dua belas tahun) itu sederhana
untuk meningkatkan waktu menghabiskan belajar bahasa. Dalam hal ini ada
dua hal penting yang menjadi pertimbangan yaitu faktor waktu dan hakikat
metodologi dasar. Bagi anak-anak menggunakan waktu sedikit di celah-celah
waktu sepanjang minggu sepertinya lebih efektif dari pada menggunakan
waktu banyak dan padat namun seminggu sekali.
2. Guru harus menggunakan sejumlah metode dan langkah-langkah pengajaran
sekolah dasar, sehingga waktu yang dihabiskan untuk pengajaran di sekolah
dasar tidak sama dengan waktu di sekolah menengah.
3. Anak-anak pada usia sekolah dasar tampak mempunyai kecakapan lebih baik
untuk memahami dan meniru apa yang mereka dengar daripada anak-anak
usia sekolah menengah. Dari meniru, anak usia sekolah dasar dapat lebih
mudah menyerap sehingga dapat meningkatkan pemahamannya dan hal ini
termasuk kelebihan dalam pembelajaran keterampilan bahasa dan bakat anak.
Dalam Kurikulum 2013 yang sedang diimplementasikan di Indonesia, mata
pelajaran bahasa Inggris dihapuskan dari kurikulum. Dialihkan fungsinya menjadi
ekstrakurikuler yang tidak wajib diikuti oleh peserta didik. Menurut Republika
3

(http://litbang.kemdikbud.go.id, 2013) Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taufik


Yudi Mulyono menegaskan, hanya ada ada dua mata pelajaran yang dihapuskan dari
Kurikulum 2013 bagi siswa sekolah dasar (SD). Dua mata pelajaran tersebut yaitu
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Bahasa Inggris. Sementara
http://www.sekolahdasar.net (2013) menyatakan bahwa:
Mata Pelajaran Bahasa Inggris dan Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam penerapan Kurikulum 2013 akan dihapus. Selain
itu, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan yang pada kurikulum KTSP
menjadi mata pelajaran wajib, mulai tahun ajaran 2013/2014 akan
dihapus dari mata pelajaran sekolah dasar (SD).
Tiga mata pelajaran tidak lagi menjadi mata pelajaran utama
di SD, ketiga berubah menjadi kegiatan ekstrakurikuler. Menurut
Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudi Mulyono
mengatakan tiga mata pelajaran itu sama seperti dengan Pramuka,
Unit Kesehatan Sekolah (UKS), yaitu menjadi kegiatan
ekstrakurikuler pada Kurikulum 2013.

Pengalihan tersebut menyebabkan intensitas pembelajaran bahasa Inggris


semakin berkurang dan tidak difokuskan. Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran
yang satu dengan mata pelajaran yang lain dipadukan dengan tema dan tidak ada
mata pelajaran yang berdiri sendiri sehingga bahasa Inggris ditiadakan dalam
kurikulum 2013.
Dari kurikulum yang sedang dicanangkan menggambarkan bahwa
pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia masih kurang aktif. Ditambah lagi siswa
yang masih kurang termotivasi belajar bahasa Inggris. Dalam proses pembelajaran,
siswa masih dipandang sebagai objek pendidikan yang diberikan materi tanpa
mempunyai kesempatan yang untuk berpartipasi aktif dalam mengembangkan
potensinya.
Pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia, berbeda dengan pembelajaran
bahasa Inggris di beberapa negara lain, karena di Indonesia bahasa Inggris sebagai
bahasa asing atau foreign language yang berbeda juga dalam pembelajarannnya. Hal
tersebut pula yang menyebabkan bahasa Inggris dianggap sulit untuk diajarkan
kepada anak-anak di Indonesia sehingga dihapuskan dari Kurikulum 2013.
4

Pada pembelajaran, ada empat aspek keterampilan dalam bahasa Inggris yang
dikembangkan di sekolah yaitu keterampilan menyimak (listening), keterampilan
membaca (reading), keterampilan berbicara (speaking), dan keterampilan menulis
(writing). Salah satu keterampilan dalam berbahasa Inggris yaitu keterampilan
membaca (reading). Pembelajaran reading mencakup reading aloud dan reading
comprehension.
Pembelajaran reading comprehension di sekolah, masih kurang efektif.
Ditunjukkan dengan kegiatan pembelajaran yang masih menggunakan sistem
terjemahan untuk memahami suatu bacaan atau cerita yang disajikan oleh guru.
Kasus tersebut terjadi pada proses pembelajaran reading di Kelas III SD Al-Amanah
sehingga siswa harus mengetahui arti dari setiap kata dalam bahasa Inggris untuk
dapat memahami bacaan.
Literasi yang sangat kurang baik dari segi sumber pembelajarannya maupun
fasilitasnya menyebabkan siswa tidak dapat langsung mengetahui maksud bacaan
yang dibeirkan oleh guru. Dengan bahan bacaan yang hanya terpatok pada buku paket
yang diberikan pihak sekolah, membuat pembalajaran monoton dan kurang bervariasi
sehingga siswa pun kurang mengeksplorasi keterampilan membaca untuk memahmi
suatu teks bacaan. Tetapi kadang kala guru menggunakan cerita sesuai dengan
pengalaman siswa.
Story map merupakan strategi pembelajaran bahasa Inggris dengan
menggunakan grafik. Selain sebagai strategi, story map dapat pula dijadikan sebagai
metode. Sebagai strategi, story map termasuk dalam jenis graphic organizer. Sebagai
metode, story map diterapkan melalui beberapa langkah dan tahap. Dalam langkah-
langkah tersebut terdapat kegiatan dimana siswa menuangkan hasil pemhaman dari
bacaan atau cerita dalam bentuk grafik.
Pada metode story map siswa diberikan kesempatan untuk menuangkan
pikiran setelah membaca suatu cerita. Pemahaman yang diperoleh siswa
direpresentatsikan ke dalam grafik yang berisi kompoenen-komponen dari cerita.
5

Dengan metode ini, siswa difasilitasi untuk mengemukakan pemahaman terhadap


suatu cerita setelah membaca cerita tersebut.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, penulis memilih “Story Map dalam
Pembelajaran Reading Comprehension di Kelas III Sekolah Dasar” sebagai judul
proposal. Dengan menggunakan metode story map diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan reading siswa dalam pembelajaran reading comprehension.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, yang menjadi
pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana metode story map dapat
meningkatkan pembelajaran reading comprehension. Pertanyaan tersebut dirumuskan
masalah berikut ini.
1. Bagaimana proses pembelajaran reading comprehension dengan
menggunakan metode story map di kelas III Sekolah Dasar?
2. Bagaimana hasil belajar kelas III Sekolah Dasar pada pembelajaran reading
comprehension dengan menggunakan metode story map?

D. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
upaya meningkatkan pembelajaran reading comprehension di kelas III Sekolah Dasar
menggunakan metode story map. Secara khusus, tujuan dari penelitian ini yaitu
sebagai berikut.
1. Untuk memperoleh gambaran tentang proses pembelajaran reading
comprehension dengan menggunakan metode story map di kelas III Sekolah
Dasar.
2. Untuk memperoleh gambaran tentang hasil belajar kelas III Sekolah Dasar
pada pembelajaran reading comprehension dengan menggunakan metode
story map?
6

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Bagi Peneliti
a. Sebagai salah satu pengembangan diri.
b. Sebagai wahana untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai
upaya meningkatkan pembelajaran reading comprehension menggunakan
metode story map.
2. Bagi Siswa
a. Dapat membantu siswa meningkatkan perolehan vocabulary siswa kelas
III Sekolah Dasar melalui penggunaan metode story map.
b. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran reading
comprehension.
c. Dapat meningkatkan minat baca siswa termasuk membaca bacaan dalam
bahasa Inggris.
3. Bagi Guru
a. Menambah pengetahuan guru mengenai penggunaan metode story map
dalam pembelajaran reading comprehension.
b. Membantu guru mempermudah dalam melaksanakan pembelajaran
reading comprehension.
4. Bagi Sekolah
Dapat membantu mengembangkan mutu pembelajaran bahasa Inggris di
sekolah yang bersangkutan.

F. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Reading
Reading merupakan salah satu keterampilan dari empata keterampilan
dalam pembelajaran bahasa Inggris yang penting untuk dikembangkan. Dari
kegiatan membaca, orang akan mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebuthan hidup. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang terjadi
7

dalam cakupan secara global hal tersebut menjadi tuntutan zaman dan menjadi
suatu kebutuhan, sehingga penting untuk dikuasai.
Menurut Linse (2005, hlm. 69), membaca adalah seperangkat
keterampilan yang didalamnya mencakup menciptakan suatu pengertian atau
perasaan atau pemaknaan dan penurunan dari suatu bacaan. Sejalan dengan
pengertian tersebut, Abidin (2013, hlm. 147) menyatakan bahwa membaca dapat
dikatakan sebagai membaca secara sederhana yaitu proses membunyikan bahasa
tertulis.
Menurut Resmini, Churiah, dan Sundari (2010, hlm. 3), pengertian
membaca secara khusus mencakup kegiatan atau aktivitas membunyikan kode-
kode tulisan dan menguraikan kode-kode tersebut yang mewakili bahasa ke dalam
arti tertentu. Sementara Brassel dan Rasinski (2008, hlm. 15) mengatakan,
“Reading refers to the ability to comprehend or make meaning from written text.”
Membaca berkaitan dengan kemampuan memahami atau membuat pengertauan
dari teks tertulis.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa reading
atau membaca adalah proses atau aktivitas membaca teks dengan melafakan
simbol dan mencakup pemaknaan dari pembaca terhadap bahan bacaan guna
menghasilkan dan memperoleh pemahaman atas bacaan yang dibaca. Kegiatan
membaca tidak hanya bertujuan untuk melafalkan symbol bacaan tetapi juga
untuk mendapatkan informasi yang mencakup isi secara keseluruhan dari suatu
teks bacaan.
Dalam pembelajaran bahasa Inggris, pembelajaran reading itu sendiri
terdiri dari reading aloud dan reading comprehension. Reading aloud merupakan
kegiatan membaca dengan melafalkan simbol tertulis yang menekankan pada
ketepatan pelafalan terhadap simbol yang dibaca. Kegiatan reading aloud
biasanya disajikan untuk pemula. Seperti yang dinyatakan Scott & Ytreberg
(2003, hlm. 57), reading aloud berguna bagi pembaca khususnya bagi pemula
yang baru belajar bahasa. Sedangkan reading comprehension yaitu kegiatan
8

membaca yang memfokuskan pada pemerolehan pemahaman terhadap terks


bacaan. Anderson (Linse, 2005), mengatakan, “The aim of reading is
comprehension”. Tujuan dari membaca adalah untuk pemahaman.

2. Reading Comprehension
Pada dasarnya, reading comprehension atau membaca pemahaman adalah
proses membaca untuk memperoleh bacaan dari suuatu teks bacaan. Membaca
dalam hal ini bukan hanya membunyikan kode-kode atau symbol-simbol bahasa
dan membaca nyaring, akan tetapi lebih kepada bagaimana pembaca memaknai
isi bacaan secara keseluruhan sehingga dapat memahami maksud dari suatu teks
bacaan guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Seperti yang dinyatakan
Anderson (Linse, 2005).
Menurut Abidin (2012, hlm. 59), membaca sebagai proses untuk
mendapatkan informasi yang terkandung dalam teks bacaan yang tujuannya untuk
mendapatkan pemahaman terhadap teks bacaan yang disebut sebagai membaca
pemhaman. Sejalan dengan pendapat tersebut, Snow (2002, hlm. 11) menyatakan
bahwa reading comprehension atau membaca pemahaman didefinisikasn sebagai
proses secara simlutan untuk memperoleh dan mengonsep arti melalui kegiatan
interaksi dan keterlibatan dengan teks bacaan. Harries & Hodges (Brassel &
Rasinsiki, 2008) mengatakan, “Reading comprehension is the construction of the
meaning of a written communication through a reciprocal, holistic interchange of
ideas between the interpreter and the message”. Membaca pemahaman adalah
pengonsepan arti dari komunikasi tertulis melalui sebuah timbal balik, simpangan
holistik dari ide diantara juru bahasa dan pesan.
Brown, McLaughlin & Allen (Abidin, 2013), mengemukakan prinsip-
prinsip membaca yang didasarkan pada penelitian yang paling mempengaruhi
membaca yaitu sebagai berikut.
a. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial
9

b. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja


kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman
c. Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi
belajar siswa
d. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan
berperan aktif dalam proses membaca
e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna
f. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai
teks pada berbagai tingkatan kelas
g. Perkembangan kosakata dan pembelajaran memengaruhi
pemahaman membaca
h. Pengikutsertaan adalah faktor kunci pada proses pemahaman
i. Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan
j. Assessmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran
membaca pemahaman

Dalam pembalajaran reading comprehension atau membaca pemahaman


diperlukan perencanan yang matang. Diperlukan pula sumber belajar yang
dibuthkan siswa sehingg dapat mendukung aktifnya siswa dalam memahami
sebuah bacaan. Guru juga perlu merancang pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan bagi siswa.

3. Metode Story Map


Menurut bahasa story map berarti peta cerita. Davis & McPherson (Kadri,
2010) mengatakan, “story map is the representation of some part of or the whole
story and the relations of basic components of the story to each other in graphical
form”. Story map adalah gambaran dari beberapa bagian atau keseluruhan cerita
dan hubungan antara komponen dasar dari cerita yang satu ke komponen yang
lain dalam bentuk grafik.
Story map berupa bagan-bagan atau grafik kosong yang harus diisi oleh
siswa berdasarkan pada cerita. Bagan-bagan tersebut membantu siswa untuk
mengorganisasikan isi cerita. Menurut DeGuenther
(http://www.auburn.edu/academic/education/reading_genie/invitations/
deguentherrl.htm), pembelajaran dengan story map dapat membantu siswa untuk
10

memahami struktur cerita sementara membaca untuk memperoleh pemahaman


yang lebih baik.
Story map baik untuk digunakan dalam memfasilitasi siswa melakukan
kegiatan reading comprehension atau membaca pemahaman. Seperti yang
diutarakan oleh Boulineau dkk, “Story maps may be used before reading a
passage to elicit prior knowledge, facilitate discussion, and record relevant
information about a topic”. Story map bisa digunakan sebelum membaca
penerimaan untuk mendapatkan pengetahuan awal, memfasilitasi diskusi, dan
melaporkan informasi yang sesuai dengan topik.
Dengan menggunakan representasi dari suatu bacaan, siswa terdorong
untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan. Amer (1992) dalam Klinger,
Vaughn, dan Bordman (2007) menemukan bahwa intruksi langsung dalam
struktur teks bacaan memfasilitasi pemahaman bagi siswa yang sedang belajar
bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Sejalan dengan penemuan tersebut,
Goldstone (2002) dalam Klinger, Vaughn, dan Bordman (2007) menyatakan
bahwa siswa membutuhkan konsenterasi, informasi spesifik tentang ciri-ciri dan
organisasi khusus dari buku-buku bergambar untuk meningkatkan penghargaan
dan pemahaman siswa.

4. Metode Story Map dalam Pembelajaran Reading Comprehension


Dalam pembelajaran reading comprehension atau membaca pemahaman,
story map berbentuk bagan atau grafik kosong. Guru menyiapkan cerita dan
worksheet yang akan diberikan kepada siswa. Dalam worksheet tersebut terdapat
bagan-bagan kosong yang harus diisi oleh siswa yang nantinya sesuai dengan
cerita yang diberikan oleh guru.
Tujuan dari penggunaan story map yaitu untuk membantu siswa dalam
mengonsep cerita berkaitan sengan komponen-komponen yang terdapat dalam
cerita dalam pikiran siswa tanpa menggunakan materi pembelajaran secara visual.
Namun selain cerita, bisa digunakan pula teks bacaan yang sederhana. Story map
11

diharapkan dalam waktu tertentu dapat mengembangkan cara berpikir siswa untuk
memahami sebuah teks bacaan melalui cerita.
Dalam penelitian ini, strategi story map yang diterapkan bersifat
sederhana dan tidak terlalu rumit. Menurut pembahasan di atas, story map
disajikan dalam bentuk grafik yang mencakup unsur-unsur atau komponen-
komponen cerita. Story map yang disajikan tidak selalu mencakup unsur-unsur
cerita, tetapi bisa dimodifikasi berupa inti-inti atau kandungan dalam teks bacaam
sehingga tidak menuntut siswa untuk memahami cerita atau teks bacaan dalam
bentuk materi yang mencakup semua unsur cerita.
Cara menerapkan metode story map dapat ditempuh dengan langkah-
langkah berikut ini.
a. Mendiskusikan terlebih dahulu komponen-komponen utama dalam cerita
(tokoh atau karakter, setting, alur, atau bagian awal, tengah, akhir cerita).
b. Menyediakan kertas kosong kepada setiap siswa dengan grafik yang yang
harus diisi siswa disertai dengan contoh cara melengkapinya.
c. Ketika membaca cerita, siswa bisa mengisi kertas yang sudah diberikan.
Setelah membaca cerita siswa melengkapi bagian yang masih kosong.
(http://www.readingrockets.org/strategies/story_maps)
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dipaparkan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan menggunkan metode
story map dalam pembelajaran reading comprehension secara umum yaitu
sebagai berikut.
a. Guru menyediakan cerita yang akan dibaca oleh siswa
b. Guru memberikan worksheet yang berisi bagan berkaitan dengan
komponen-komponen dalam cerita.
c. Siswa diberikan kesempatan untuk memprediksikan alur cerita sebelum
membaca cerita.
d. Siswa membaca cerita yang diberikan oleh guru.
e. Pembelajaran dapat dilakukan secara individu atau berkelompok.
12

f. Setelah membaca cerita, siswa mengisi bagan yang terdapat dalam


worksheet sesuai cerita yang telah siswa baca.
g. Siswa mengkomunikasikan hasil pekerjaannya.
h. Guru dan siswa berdiskusi tentang worksheet yang telah dikerjakan siswa.
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran di atas, secara garis besarnya
komponen yang terdapat dalam pembelajaran dengan story map meliputi kegiatan
membaca cerita atau teks bacaan, memahami isi cerita atau teks bacaan, dan
menuangkan pemahaman siswa ke dalam grafik yang berisi unsur-unsur yang ada
dalam cerita atau teks bacaan. Siswa memperoleh pemahaman melalui kegiata
membaca kemudian pemahaman tersebut siswa tuangkan dalam story map.
Kegiatan tersebut bias mendorong siswa untuk lebih intensif dalam memahami isi
dan kandungan cerita atau teks bacaan.

G. Hipotesis Tindakan
Metode story map dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran reading comprehension pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris di
kelas III SD Al-Amanah Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

H. Metode Penelitian
1. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu metode
penelitian yang memfokuskan pada bidang pendidikan di kelas. Menurut Stephen
Corey (Abidin, 2011), penelitian tindakan adalah proses yang dilakukan peneliti
untuk mempelajari masalah keilmuan yang bertujuan untuk memandu,
memperbaiki, dan mengevaluasi keputusan dan tindakan yang telah dilakukan.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Carl Glickman (Abidin, 2011)
menyatakan bahwa penelitian tindakan dalam pendidikan adalah studi yang
dilakukan oleh guru pada sebuah sekolah atasa aktivitas yang dilakukannya untuk
13

meningkatkan proses pembelajaran di masa yang akan datang. Menurut Mulyasa


(2012), penelitian tindakan dipandang sebagai suatu cara untutk menandai sebuah
bentuk kegiatan yang dirancang untuk memperbaiki kualitas pendidikan serta
dijadikan suatu program untuk merefleksikan diri terhadap penerapan tujuan
pengembangan yang dilakukan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah penelitian berupa kegiatan yang bertujuan untuk
memperbaiki dan mengembangkan kualitas pembelajaran dengan mengevaluasi
dan merefleksikan terhadap tujuan penelitian yang dilaksanakan. Dalam metode
ini, penelitian diawali dengan mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran di
kelas. Dari permasalahan tersebut, peneliti melakukan tindakan kemudian
direfleksikan untuk memperbaiki dan mengingkatkan kualiats pembelajaran baik
dari segi proses maupun hasil pembelajaran. Oleh karena itu, metode PTK cocok
untuk digunakan dalam meneliti permasalahan proses dan hasil pembeajaran
reading comprehension.
Desain penelitian yang digunakan yaitu Model Desain PTK yang
dikembangkan oleh John Elliot. Model ini dipilih peneliti karena model ini tepat
untuk mengamati proses pembelajaran reading comprehension dengan metode
story map yang diterapkan melalui beberapa tindakan untuk mengetahui
gambaran proses dan hasil pembelajaran. Penelitiaan dilaksanakan melalui tiga
siklus dimanan setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Berikut gambaran model
desain PTK Elliot.
14

Ide Awal

Temuan Analisis

Perencanaan Umum Siklus I


Tindakan 1, 2, dan 3
Implementasi Siklus I
Monitoring Implementasi dan Tindakan 1, 2, 3
Efeknya

Penjelasan Kegagalan Revisi Perencanaan Umum


Implementasi

Perbaikan Perencanaan

Implementasi Siklus II
Tindakan 1, 2, 3
Monitoring Implementasi dan
Efek

Penjelasan Kegagalan
Implementasi Revisi Perencanaan Umum

Perbaikan Perencanaan

Implementasi Siklus II
Tindakan 1, 2, 3
Monitoring Implementasi dan
Efek

Model PTK Elliot


(adapted from Hopkins (1993) dalam Abidin, 2011)
15

a. Ide Awal
Ide awal dalam penelitian yang akan dilaksanakan adalah
permasalahan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran reading
comprehension. Permasalahanya terletak pada pola belajaran siswa dalam
memahami bacaan masih menggunakan terjemahan.
b. Temuan Analisis
Dalam pemebalajaran reading comprehension yang dilaksanakan di
kelas, siswa menerjemahkan kata per kata. Hal tersebut membuat siswa tidak
memahami isi kandungan bacaan melainkan mengartikan bacaan dari bahasa
Inggris ke dalam bahasa Indonesia.
c. Perencanaan Umum
Pada siklus I perencanaan umum meliputi tahap-tahap berikut.
1) Meminta perizinan kepada kepala sekolah yang bersangkutan untuk
melakukan penelitian.
2) Melakukan konsultasi dengan guru kelas yang bersangkutan.
3) Menyusun perencanaan pembelajaran beradasarkan kurikulum.
4) Menyusun instrumen penelitian.
Pada siklus II dan siklus III perencanaan umum disusun atau direvisi
berdasarkan refleksi dari pelaksanaan siklus I.
d. Implementasi Siklus
Tahap implementasi dari setiap siklus terdiri dari tiga tindakan.
Pembelajaran pada siklus I bertemakan occupation dengan bahan ajar
mengenai jobs. Bahan ajar tersebut dijadikan sebuah cerita sebagai teks
bacaan.
Pada tindakan I, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil (small
group) yang beranggotakan 5 siswa. Setiap kelompok mendapatkan handout
yang berisi cerita sebagai teks bacaan dengan setiap anggota kelompok
mendapat teks bacaan. Siswa membaca handout yang diberikan. Setelah
selesai membaca cerita, guru membagikan LKS berupa worksheet yang berisi
16

story map. Siswa bersama kelompoknya mendiskusikan worksheet dan


bekerja sama mengerjakannya.
Pada tindakan II, siswa berpasang-pasangan (pair work). Setiap
kelompok mendapatkan handout yang berisi cerita sebagai teks bacaan
dengan setiap anggota kelompok mendapat teks bacaan yang sudah dibaca
sebelumnya. Siswa membaca handout yang diberikan. Setelah selesai
membaca cerita, guru membagikan LKS berupa worksheet yang berisi story
map. Siswa bersama pasangannya mendiskusikan worksheet dan bekerja sama
mengerjakannya.
Pada tindakan III, siswa bekerja secara individu (individual). Setiap
siswa mendapatkan handout yang berisi cerita sebagai teks bacaan yang telah
dibaca sebelumnya. Siswa membaca handout yang diberikan. Setelah selesai
membaca cerita, guru membagikan LKS berupa worksheet yang berisi story
map. Siswa mengerjakan worksheet.
Pada siklus II, peneliti melakasanakan kegiatan pembelajaran yang
sama namun dengan tema yang berbeda. Pada siklus I pembelajaran
bertemakan time dengan bahan ajar mengenai activities at school. Pada siklus
III pembelajaran bertemakan activities dengan bahan ajar mengenai playing is
fun.
e. Monitoring Implementasi dan Efek
Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran.
Peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan instrumen penelitian yang
telah disusun. Peneliti mengidentifikasi kesulitan atau hambatan yang dialami
siswa dalam proses pembelajaran reading comprehension dengan story map.
f. Penjelasan Kegagalan Implementasi
Peneliti mengidentifikasi kegagalan dari pembelajaran yang telah
dilakukan. Dari identifikasi tersebut, peneliti melakukan refleksi terhadap
tindakan yang dilaksanakan pada siklus sebelumnya.
17

2. Subjek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada Kelas III SD IT Al-
Amanah Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.
Subjek penelitiannya yaitu 30 siswa kelas III yang terdiri dari 13 siswa
perempuan dan 17 siswa laki-laki. Siswa kelas III tersebut berasal dari latar
belakanga pengalaman dan kemampuan bahasa Inggris yang berbeda-beda.
Peneliti memilih SD IT Al-Amanah sebagai subjek penelitian karena
sekolah ini memiliki permasalahan pembelajaran bahasa Inggris, yaitu siswa
masih melakukan sistem terjemahan terhadap bacaan dalam pembelajaran reading
comprehension. Siswa membutuhkan metode pembelajaran lain yang dapat
memfasilitasi siswa dalam memahami isi kandungan bacaan. Selain itu, peneliti
mendapat dukungan dari kepala sekolah dan guru kelas yang bersangkutan.

3. Definisi Operasional
a. Story Map
Story map dalam penelitian ini dikonsepsikan sebagai metode atau strategi
untuk memfasilitasi siswa dalam kegiatan membaca guna meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami suatu bacaan.
b. Pembelajaran Reading Comprehension
Pembelajaran reading comprehension dalam penelitian ini adalah kegiatan
membaca yang dilakukan oleh siswa untuk memperoleh pemahaman
terhadap bahan bacaan.
c. Hasil Belajar Reading Comprehension
Hasil belajara dalam penelitian ini yaitu hasil belajara berupa pemahaman
yang diperoleh siswa terhadap suatu bacaan setelah pembelajaran reading
comprehension.
18

4. Instrumen Penelitian
a. Lembar Observasi
Lembar observasi merupakan pedoman yang digunakan untuk
mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung.
Lembar observasi yang digunakan terdiri dari lembar observasi guru dan
lembar observasi siswa. Lembar observasi ini digunakan oleh observer.
1) Lembar Observasi Guru
Kemunculan
Kegiatan Guru Keterangan
Baik Sedang Kurang
Pengelolaan kelas
Kesesuaian dengan
RPP yang disusun
Penggunaan media
pembelajaran

2) Lembar Observasi Siswa


Kemunculan
Kegiatan Siswa Keterangan
Baik Sedang Kurang
Melakukan kegiatan
sesuai bimbingan guru
Mengungkapkan ide-
ide
Antusias mengikuti
pembelajaran
19

b. Lembar Wawancara
Lembar wawancara merupakan lembar pedoman untuk memperoleh
data informasi dari siswa mengenai pembelajaran berupa pertanyaan.
Pertanyaan yang digunakan berhubungan dengan hal-hal yang diteliti.

Lembar Wawancara

1. Apakah kamu senang dengan pembelajaran hari ini? Jelaskan


alasanmu!
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
2. Adakah kesulitan atau hambatan yang kamu alami selama
pembelajaran hari ini? Jelaskan alasanmu!
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
3. Apa keinginanmu untuk pembelajaran selanjutnya?
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan merupakan instrumen penelitian untuk mencatat
peristiwa atau kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Peristiwa
yang dicatat mencakup peristiwa yang terjadi di luar perencanaan, hal-hal
unik yang berkaitan dengan siswa, peristiwa yang menjadi bahan refleksi bagi
peneliti. Sama seperti lembar observasi, catatan lapangan digunakan oleh
observer.
20

Catatan Lapangan
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………..

d. LKS
LKS merupakan lembar kerja yang harus dikerjakan siswa berupa
worksheet.
Lembar Kerja Siswa

The Characters

Activity
Settinng

Where :
Title
When :

Activity
Activity

Activity
21

e. Lembar Evaluasi
Lembar evaluasi merupakan instrumen penelitian yang digunakan
sebagai alat ukur untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah proses
pembelajaran. Dalam penelitian ini, lembar evaluasi yang digunakan yaitu tes
untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami suatu teks bacaan.
f. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan rekaman berbagai kejadian atau peristiwa
dalam proses pembalajran yang diambil selama penelitian dalam bentuk foto.
g. RPP
Rencana pelaksanaan pembelajaran pada penelitian ini yaitu rancangan
pembelajaran yang telah disusun peneliti untuk diaplikasikan dalam proses
pembelajaran di kelas. RPP menjadi pedoman bagi peneliti untuk melakukan
tindakan sebagai guru dalam penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data


a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati
secara langsung proses pembelajaran berdasarkan lembar observasi yang telah
disusun peneliti. Observasi ini digunakan dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi mengenai pembelajaran.
b. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi dari siswa
sebagai narasumber dengan melakukan tanya jawab mengenai pembelajaran
berdasarkan pertanyaan dalam lembar wawancara.
c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan
data informasi mengenai peristiwa yang mencakup peristiwa yang terjadi di
luar perencanaan, hal-hal unik yang berkaitan dengan siswa, peristiwa yang
menjadi bahan refleksi bagi peneliti dalam proses pembelajaran dalam kelas.
22

d. LKS
Lembar kerja siswa merupakan teknik pengumpulan data yang
digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam mengikuti pembelajaran dan
menjadi pengantar atau jembatan bagi siswa untuk dapat memperoleh
pemahaman terhadap bahan ajar yang diterima. LKS dalam peneltian ini
berupa worksheet yang harus dikerjakan oleh siswa baik secara kelompok,
berpasangan, atau individu.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan teknik untuk mengetahui hasil belajar siswa
berdasarkan lembar evaluasi yang telah dikerjakan oleh siswa. Evaluasi ini
dikerjakan oleh siswa mengenai teks bacaan yang dibaca.
f. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan peneliti untuk merekam peristiwa atau
kejadian dalam proses pembelajaran sebagai bukti dari tindakan yang
dilakukan selama proses pembelajaran di kelas.

6. Teknik Analisis Data


Pengumpulan data yang diperoleh dari proses penelitian selanjutnya
dianalisis yang kemudian disebut sebagai teknik analisis data. Abidin (2011, hlm.
24) menyatakan bahwa analisis data adalah tahapan yang dilakukan peneliti
dalam mengolah atau menganalisis data yang telah diperoleh melalui kegiatan
pengumpulan data. Analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah
dan membuktikan hipotesis yang telah ditetapkan. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis data kualitatif dan kuantitatif
dilanjutkan dengan triangulasi.
a. Teknik Analisis Data Kualitatif
Data yang diperoleh untuk analisis data kualitatif berdasarkan
pengumpulan data dari lembar observasi, lembar wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi. Data yang dihasilkan berupa informasi mengenai
23

gambaran pembelajaran sebagai bentuk jawaban dari rumusan masalah


bagaimana proses pembelajaran reading comprehension dengan
menggunakan metode story map di kelas III Sekolah Dasar. Data yang telah
terkumpul kemudian diolah dan dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang
akhirnya menjadi kesimpulan.
b. Teknik Analisis Data Kuantitatif
Jika teknik analisis data kualitatif dideskripsikan dalam bentuk kata-
kata, maka berbeda halnya dengan teknik analisis data kuantitatif. Teknik
analisis data kuantiatiatif diolah dan disajikan dalam bentuk angka-angka.
Pada teknik ini data yang diperoleh dari analaisis kuantitaif berdasarkan
evaluasi yang dilakukan siswa sebagai bentuk jawaban dari pertanyaan
bagaimana hasil belajar kelas III Sekolah Dasar pada pembelajaran reading
comprehension dengan menggunakan metode story map. Teknik ini dilakukan
dengan melakukan perhitungan rata-rata dari setiap siklus. Menurut Abidin
(2011, hlm. 231), untuk mengolah data yang berupa hasil penilaiandapat
digunakan uji kuasistatistik sehingga data mentah tersebut dapat disajikan
dalam bentuk statistic deskriptif, grafik, table, maupun diagram yang mampu
menunjukkan kemajuan proses pembelajaran ditinjau dari hasil belajar.
c. Triangulasi
Dalam penelitian ini, triangulasi digunakan untuk mengetahuai
keabsahan data dari berbagai teknik pengumpulan data yang digunakan.
Menurut Nasution (2002) dalam Abidin (2011, hlm. 206), menjelaskan bahwa
triangulasi bertujuan untuk menchek kebenaran data tertentu dengan
membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada
berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlanan, dan sering
menggunakan metode yang berlainan. Maka keabsahan data yang diperoleh,
dilakukan dengan membandingkan data kualititatif dengan data kuantitatif.
24

I. Jadwal Penelitian
Bulan Ke- Ket.
No. Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6
A. Persiapan
1. Penyusunan Proposal

2. Seminar Usulan Penelitian

3. Permohonan Izin

4. Diskusi/ Wawancara/
Identifikasi Masalah
B. Pelaksanaan
1. Siklus I
Tindakan I
Tindakan II
Tindakan III

2. Siklus II
Tindakan I
Tindakan II
Tindakan III

3. Siklus III
Tindakan I
Tindakan II
Tindakan III

C. Pelaporan
1. Penyusunan/ Diskusi Konsep
Laporan
2. Penyusunan/ Diskusi Laporan
Seminar
3. Penggandaan Laporan

4. Penyerahan Laporan

Anda mungkin juga menyukai