Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rina Sara Jantri Manurung

Nim : 4213341016
Kelas : Pspb 21 D
Matkul : Ilmu Sosial Budaya Dasar ( ISBD)
Dosen pengampu : Bapak Anam Ibrahim

Nilai-Nilai yang Terkandung Pada Film “PRETTY WOMAN”


Cerita Tentang Film Pretty Woman diawali dari kisah seorang pria bernama Edward
Lewis, seorang pengusaha kaya asal New York. Dalam bisnisnya, Edward membeli berbagai
perusahaan yang berada di ambang kebangkrutan, lalu memecah aset perusahaan itu menjadi
bagian kecil yang kemudian ia jual kembali. Edward sangat sibuk hingga sering kali
mengabaikan kehidupan personalnya sendiri. Suatu hari, Edward menelepon kekasihnya
untuk meminta wanita itu menemaninya ke sebuah acara pertemuan bisnis. Namun, kekasih
Edward itu menolak karena merasa selama ini Edward hanya menghubunginya ketika
Edward membutuhkan sesuatu. Wanita itu akhirnya memutuskan hubungan mereka.
Beberapa hari kemudian, Edward melakukan perjalanan bisnis ke Kota Los Angeles,
Amerika Serikat. Ia menghadiri sebuah pesta yang diadakan oleh rekan bisnisnya di daerah
Hollywood Hills. Saat Edward akan pulang ke hotelnya, ia meminjam mobil mewah milik
pengacaranya, Phillip Stuckey. Edward yang baru menggunakan mobil seperti tipe milik
Phillip itu merasa agak kaku dan kesulitan dalam mengendarainya. Hal ini semakin
diperparah karena Edward tidak begitu mengetahui jalanan Kota Los Angeles. Akibatnya, di
satu titik, Edward pun tersesat hingga sampai ke Hollywood Boulevard, bagian rawan di kota
itu. Saat ia menepi dan berhenti untuk menanyakan arah yang benar, Edward bertemu dengan
seorang wanita bernama Vivian Ward. Vivian sendiri adalah seorang pekerja yang tidak
benar atau dinamakan seks komersial yang miskin dan hidup dalam kesulitan ekonomi. Ia
tinggal seorang diri di sebuah ruang apartemen kecil yang terletak di lingkungan penuh
kriminalitas di Los Angeles.
Vivian kesulitan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup, bahkan ia telah
menunggak pembayaran apartemennya. Tiap kali ia akan keluar dari apartemen, ia harus
menggunakan tangga darurat agar tidak perlu berpapasan dengan pemilik apartemen itu.
Vivian memiliki seorang teman dekat bernama Kit De Luca. Meskipun berlidah tajam, Kit
adalah sosok sahabat yang setia dan selalu mendukung Vivian. Saat Vivian bertemu dengan
Edward malam itu, ia kemudian menawarkan kesepakatan untuk menjadi pemandu jalan bagi
Edward dengan imbalan sejumlah uang. Edward awalnya merasa ragu, namun ia kemudian
membolehkan Vivian untuk masuk ke mobil itu dan menjadi pemandunya. Di tengah
perjalanan, Vivian mengatakan bahwa ia tahu banyak mengenai dunia otomotif, termasuk
tentang tipe mobil yang dikendarai Edward saat itu. Edward akhirnya membiarkan Vivian
untuk menyetir mobil itu. Dengan bantuan Vivian, Edward bisa kembali lagi ke hotel mewah
tempat ia menginap. Vivian meminta bayaran sebesar $20 pada Edward untuk bantuannya
itu. Setelah menerima uang dari Edward, Vivian pun berjalan pergi dan mengatakan bahwa ia
akan menumpang bis untuk kembali ke tempatnya.
Melihat sosok Vivian yang berdiri sendiri menunggu bis, Edward akhirnya
mengatakan bahwa Vivian bisa singgah di tempatnya untuk malam itu. Keesokan harinya,
terlintas di pikiran Edward bahwa Vivian sebenarnya bisa berpura-pura menjadi kekasih yang
ia ajak untuk menghadiri berbagai pertemuan bisnis. Edward membuat kesepakatan dengan
Vivian bahwa ia akan membayar uang sejumlah $3000 agar Vivian menemani Edward
selama enam hari berikutnya. Edward juga akan menanggung biaya belanja baju baru yang
diperlukan Vivian untuk pergi bersamanya ke berbagai acara bisnis tersebut. Vivian merasa
sangat gembira dan menyetujui tawaran Edward ini. Ia kemudian pergi berbelanja untuk
mencari baju yang sesuai dengan acara yang akan ia hadiri dengan Edward. Namun, ketika ia
sampai di daerah pusat perbelanjaan elit di Kota Los Angeles, pegawai di salah satu toko itu
meremehkan penampilan Vivian yang vulgar dan tidak elegan. Pegawai itu bahkan akhirnya
mengusir Vivian.
Vivian kembali ke hotel dengan perasaan sangat malu dan sedih. Saat melihat ini,
Barney Thompson, manajer baik hati di hotel tempat Edward menginap itu memutuskan
untuk membantu Vivian. Ia memesankan gaun yang indah untuk dikenakan oleh Vivian. Sore
itu, saat Edward pulang dan melihat penampilan baru Vivian, ia merasa terkejut. Ia terpukau
dengan transformasi Vivian yang kini nampak elegan dan anggun. Edward lalu mengajak
Vivian untuk menghadiri sebuah acara makan malam bersama salah satu kolega bisnisnya.
Perusahaan kolega Edward itu akan mengalami kebangkrutan, dan Edward berusaha
meyakinkan pemiliknya, seorang ayah dan putranya, untuk menjual perusahaan mereka pada
Edward. Kedua kolega bisnis Edward itu merasa ragu dengan pendekatan perusahaan Edward
yang nampak tidak tulus dan hanya peduli pada keuntungan semata. Tetapi, di acara makan
malam itu, mereka terkesan dengan kepolosan dan keluguan Vivian yang nampak tidak
terbiasa berada di restoran mewah. Setelah malam itu, Edward menjadi lebih dekat dengan
Vivian. Ia bahkan mulai menceritakan tentang sekilas kehidupan personalnya pada
Vivian.Keesokan harinya, Edward mengajak Vivian untuk menghadiri sebuah pertandingan
polo yang juga dihadiri oleh para rekan bisnisnya. Dalam acara itu, Phillip mengungkapkan
kecurigaannya pada Edward bahwa Vivian mungkin saja adalah seorang mata-mata yang
sengaja dikirim oleh perusahaan pesaing mereka. Edward membantah dugaan Phillip ini
dengan menceritakan tentang awal pertemuannya dengan Vivian. Saat mengetahui latar
belakang Vivian, Phillip pun mendekati Vivian dan mengatakan bahwa ia tertarik untuk
menjalin kesepakatan dengan Vivian juga begitu urusannya dengan Edward berakhir.
Vivian tersinggung dan merasa marah pada Edward karena telah mengungkapkan
latar belakangnya pada orang lain. Vivian meminta pada Edward untuk mengakhiri
kesepakatan mereka.Tetapi, Edward kemudian meminta maaf pada Vivian. Edward mengaku
bahwa ia sebenarnya merasa cemburu karena di acara pertandingan polo itu, Vivian nampak
memperhatikan kolega bisnis Edward yang mereka temui sebelumnya.Mereka pun akhirnya
berdamai lagi. Hubungan Edward dan Vivian bahkan menjadi semakin dekat. Edward
terkesan dengan ketulusan hati dan keterbukaan Vivian dalam mengungkapkan pikirannya.
Suatu hari, Edward mengajak Vivian untuk pergi dengan menggunakan pesawat jet
pribadinya untuk menonton sebuah acara pertunjukan opera di San Francisco. Vivian merasa
tersentuh hingga menangis saat menyaksikan pertunjukan itu. Malam itu, ketika Edward
nampak sudah tidur, Vivian mengaku bahwa ia mencintai Edward. Tak lama kemudian,
Vivian sendiri akhirnya terlelap. Tanpa diketahui Vivian, Edward sebenarnya saat itu belum
tidur dan mendengar perkataan Vivian. Suatu pagi, Edward lalu membahas tentang apa yang
akan terjadi setelah kontrak kesepakatan mereka selesai. Edward menawarkan untuk
menyewakan Vivian sebuah apartemen agar ia tidak perlu lagi bekerja di jalanan. etapi,
Vivian menolaknya karena merasa sakit hati dengan penawaran ini. Ia berpendapat bahwa
hingga di titik itu, Edward masih belum menaruh perasaan cinta yang tulus padanya.Vivian
mengatakan bahwa saat ia masih kecil dulu, ia sering berkhayal akan ada seorang ksatria di
atas kuda putih yang akan menyelamatkannya. Namun, khayalan khas cerita dongeng itu
nampaknya tak akan pernah terwujud. Vivian tak ingin hubungan antara dirinya dan Edward
terus menerus hanya dilandasi dengan uang. Sejak percakapan itu, interaksi di antara Edward
dan Vivian pun menjadi berubah agak canggung.
Edward kemudian pergi untuk menghadiri pertemuan terakhir dengan kolega bisnis
yang perusahaannya akan ia beli. Namun, kebaikan hati Vivian telah mengubah dan
mempengaruhi Edward. Bukannya membeli perusahaan ayah dan anak itu, Edward justru
menawarkan sebuah kerjasama untuk memperbaiki perusahaan mereka agar bisa kembali
berjaya. Setelah Phillip mengetahui bahwa Edward membuat perusahaan mereka kehilangan
potensi keuntungan yang besar, Phillip pun merasa marah dan kecewa pada Edward. Phillip
pergi ke hotel Edward untuk menemuinya, tetapi hanya menemukan Vivian di sana. Phillip
lalu berusaha melampiaskan amarahnya dengan cara menyerang dan melakukan percobaan
pelecehan seksual pada Vivian. Sebelum Phillip bisa bertindak lebih jauh, Edward datang,
menghajar Phillip, dan mengusir Phillip dari sana. Vivian merasa terguncang oleh kejadian
yang baru ia alami. Setelah urusan bisnisnya di Kota Los Angeles rampung, Edward pun
bersiap untuk kembali ke New York. Edward meminta agar Vivian tinggal bersamanya
malam itu. Bukan karena Edward membayarnya, namun karena keinginan Vivian sendiri.
Tetapi, Vivian menolak tawaran itu dan pulang ke apartemennya. Saat Edward berada dalam
perjalanan menuju bandara, ia pun kemudian merenungi lagi semua hal yang terjadi dalam
kehidupannya beberapa waktu belakangan itu. Ia pun memutuskan bahwa ia membutuhkan
keberadaan Vivian dalam hidupnya. Edward mengurungkan perjalanannya ke bandara dan
justru pergi ke apartemen Vivian. Di sana, ia memanjat tangga darurat bangunan apartemen
Vivian, sehingga nampak seperti gambaran ksatria seperti yang diimpikan oleh Vivian.
Edward dan Vivian pun akhirnya bersatu.
Pretty Woman menjadi salah satu film romantis paling populer di tahun 1990-an.
Perbedaan latar belakang dua tokoh utamanya menjadi hal yang membuat menarik kisah cinta
antara karakter Edward dan Vivian dalam film ini.Hingga saat ini, film Pretty Woman masih
menjadi salah satu film klasik yang jalan ceritanya sangat khas dan berkesan, hingga
menginspirasi beberapa film barat romantis lain untuk mengangkat jalan cerita yang
bernuansa serupa.

A. Nilai Hukum
Adapun nilai hukum yang terdapat dari sinopsis film tersebut adalah :

B. Nilai Moral
Dalam film tersebut menampilkan dua karakter budaya yang berbeda yaitu pada Vivian
memiliki karakter budaya yang cenderung urak-urakan, berpakaian yang tidak sopan dan
tidak mengenal adanya budaya sopan santun karena ia sendiri merupakan wanita penghibur
yang cenderung memiliki kebudayaan yang jauh dari batasan norma di masyarakat.
Sedangkan untuk Edward, cukup menunjukan bahwa ia masih menerapkan nilai – nilai
budayanya termasuk dalam menjalin keakraban dengan rekan – rekan koleganya,dan Edward
kasihan melihat vivian yang tidak berkecukupan, maka vivian bekerja sebagai pelacur yang
edward memberikan uang kepada Vivian,membelajakan segala keperluan Vivian seperti
baju,tas yang baru.
C. Nilai Sosial
Dikaitkan dengan film tersebut, menampilkan dua karakter sosial yang cukup jauh
berbeda antara tokoh Vivian (Julia Roberts) dan tokoh Edward Lewis (Garry Marshall) yang
memiliki kelas sosial rendah untuk Vivian dan kelas sosial yang tinggi untuk Edward. Maka
hal ini cukup mempengaruhi segala keputusan masing masing pihak dalam menetukan
pembelian terhadap suatu barang ataupun jasa. Vivian yang memiliki kelas rendah / bawah
cenderung memilih barang atau jasa yang sesuai dengan keadaan ekonominya, apalagi dalam
film tersebut profesi Viviana adalah sebagai PSK yang mempunyai sisi negatif bagi hampir
setiap masyarakat disekitarnya apalagi dalam kelas sosial. Berbanding terbalik dengan
Edward, seorang businessman dan miliarder yang sukses dan tentu memberikan gambaran
bahwa ia memiliki kelas sosial yang tinggi dibanding tokoh Vivian. Jika kita hubungkan
kembali terhadap perilaku konsumennya, Edward mungkin akan memiliki minat ataupun
nilai sosial yang lebih tinggi terhadap pemilihan keputusan pembelian suatu barang atau
jasa,seperti Kelas sosial golongan atas memiliki kecenderungan membeli barang-barang yang
mahal, membeli pada toko yang berkualitas dan lengkap (toko serba ada, supermarket),
konservatif dalam konsumsinya, barang-barang yang dibeli cenderung untuk dapat menjadi
warisan bagi keluarga- keluarganya.sedangkan pada Vivian termasuk Kelas sosial golongan
rendah cenderung membeli barang dengan mementingkan kuantitas daripada kualitasnya.
Pada umumnya mereka membeli barang untuk kebutuhan sehari- hari, memanfaatkan
penjualan barang-barang yang diobralkan atau penjualan dengan harga promosi.

Anda mungkin juga menyukai