Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KARAKTERISTIK ISLAM PADA MASA SESUDAH WAFATNYA RASULULLAH

Disusun sebagai tugas dalam mata kuliah Studi Islam dan Kemuhammadiyahan
Dosen: Dr. Ibnu Hasan, M.Ag

Disusun Oleh :
1. Arifa Ade Nurjanah NIM 2120110032
2. Endri Purwati NIM 2120110027
3. Yatin Supriyanto NIM 2120110044

STUDI ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN


PROGRAM STUDI PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………. 1

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………. 2

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………….. 3

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………... 5

BAB III PENUTUP ………………………………………………………………… 14

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… 15

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam merupakan agama yang diridhai di sisi Allah SWT, hal ini secara jelas tertulis dalam A3
l Qur’an (QS 3: 19) yang isinya merupakan kalam Allah SWT. Sebagai agama yang diridhai
di sisi Allah SWT sudah barang tentu Islam memiliki karakteristik yang berkaitan dengan segala
aspek kehidupan manusia di mana dalam setiap aspeknya manusia akan dituntun untuk menjalani
hidup ini dengan baik sesuai dengan apa yang tertulis di Al Qur’an maupun yang disampaikan
Rasulullah SAW dalan bentuk hadis. Dan dengan menjalankan apa yang dituntunkan di dalam Al
Qur’an dan hadis maka akan bisa terbentuk kehidupan beragama yang sempurna. Kesempurnaan
agama harus diusahakan dengan selalu menjalani kehidupan berlandaskan Al Qur’an dan hadis.
Agama Islam hadir dengan melalui berbagai macam perjuangan dan pengorbanan yang dilalui
Rasulullah SAW beserta para sahabatnya. Oleh karena itu Islam yang berisikan karakteristik baik
yang mengatur urusan hidup dunia akhirat harus diperjuangkan secara terus menurus hingga akhir
kehidupan agar terjaga prinsipnya sebagai agama sempurna rahmatan lil ‘alamin yang diridhai di
sisi Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW merupakan seorang nabi dan juga rasul yang diutus Allah SWT untuk
menerangi dan memberi rahmat dan keselamatan bagi manusia di bumi melalui agama Islam.
Karena agama Islam memiliki fungsi sebagai tuntunan bagi manusia untuk mencapai ketenangan,
kedamaian, keselamatan, kemaslahatan, serta keselamatan baik di dunia maupun akhirat maka
amat penting untuk diperjuangkan dan disebarkan sampai akhir kehidupan ini.

Nabi Muhammad SAW wafat pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal 11 H. Nabi Muhammad SAW
selain berperan sebagai seorang nabi dan rasul, beliau juga merupakan seorang Kepala Negara,
pimpinan administrator yang sangat cakap, seorang komandan perang, seorang suami dan ayah
yang sangat penyayang, manusia mulia yang sangat dicintai manusia. Di tahun-tahun akhir
kehidupan beliau (9 dan 10 H) disebut sebagai tahun delegasi di mana berbagai suku dari pelosok
Arab mengutus wakil atau delegasinya untuk menyatakan tunduk di bawah kekuasaan Islam.
Masuknya orang Makkah ke dalam agama Islam sangat berpengaruh pada terwujudnya persatuan
bangsa Arab menjadi sebuah persaudaraan beragama di mana sebelumnya banyak yang saling
berperang antarsuku. Karena tidak lama setelah banyak yang menyatakan diri mengikuti agama
Islam Rasulullah wafat, maka baru sebentar dan sedikit Rasul menyampaikan hakikat Islam kepada
mereka. Wafatnya Rasulullah bukan berarti usaha Rasulullah dalam tugas kenabian seperti dakwah
ilallah, ta’lim wat ta’allum (belajar dan mengajar), dzikir, ibadah, khidmat lalu berhenti, tugas
tersebut terus berjalan dan menjadi tanggung jawab umat Islam. Maka setelah Rasulullah wafat
umat Islam sempat terjadi kebingungan dan kegoncangan karena siapa yang akan menggantikan

3
Nabi Muhammad SAW untuk memimpin umat Islam. Hal ini jelas terjadi karena Nabi Muhammad
SAW tidak membuat wasiat tentang siapa yang akan melanjutkan kepemimpinannya terhadap
umat Islam. Padahal tugas umat Islam untuk melanjutkan dakwah ilallah, ta’lim wat ta’allum,
belajar dan mempelajari agama Islam yang berkarakteristik baik mengatur kehidupan dan
menuntun manusia agar selamat dunia akhirat, dzikir, ibadah dengan tenang dan nyaman tidak
akan terwujud jika tidak ada sosok pemimpin yang menjamin keamanan dalam kehidupan
bernegara. Maka setelah Nabi Muhammad SAW wafat segeralah diadakan pemilihan untuk
memilih khalifah Rasulillah (pengganti Rasul). Pada perjalanannya dikenal sebagai Khulafaur
Rasyidin.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai apa saja
karakteristik Islam, mengetahui tentang Khulafaur Rasyidin, dan Peranan Khulafaur Rasyidin
dalam perkembangan peradaban Islam yang berkaitan dengan karakteristik Islam.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan permasalahan
yang dibahas dalam makalah ini sebgai berikut,
1. Apa saja yang termasuk karakteristik Islam?
2. Siapa saja yang termasuk Khulafaur Rasyidin?
3. Apa saja peranan Khulafaur Rasyidin dalam perkembangan peradaban Islam yang berkaitan
dengan karakteristik Islam?

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka penulis dalam makalah ini bertujuan untuk
melakukan pembahasan mengenai karateristik Islam, Khulafaur Rasyidin, dan peranan Khulafaur
Rasyidin dalam perkembangan peradaban Islam yang berkaitan dengan karakteristik Islam.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK ISLAM
Islam merupakan salah satu agama yang ada di bumi ini. Sebaagai agama pastilah memiliki
karakteristik. Setiap agama memiliki karakteristik yang berbeda, karakteristik ini didasarkan
pada pemikiran dan pemahaman terhadap Kitab yang dipelajari, jika dalam Islam yang
dipelajari tentunya Kitabullah Al Qur’an. Ruang lingkup karakteristik Islam sangatlah luas
karena sebagai agama rahmatan lil ‘alamin karakteristik Islam menyangkut kehidupan dunia
akhirat dan ini mendatangkan konsekuensi bahwa di dalam Islam karakteristik ajarannya
menyangkut kehidupan sehari-hari misalnya dalam bidang agama, pendidikan, politik, sosial,
kebudayaan, ekonomi, ilmu pengetahuan, kesehatan, pekerjaan, lingkungan hidup.

Berangkat dari pengertian kata karakteristik dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
berarti suatu ciri khas/bentuk-bentuk watak/karakter yang dimiliki individu, corak tingkah
laku, dan tanda khusus. Sedangkan kata Islam sendiri diartikan sebagai agama yang diajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW yang berpedoman kepada kitab suci Al Qur’an yang diturunkan
ke dunia melalui wahyu Allah SWT. Sedangkan kata Islam secara terminologi dapat diartikan
sebagai pesan bahwasanya umat Islam hendaknya cinta damai, pasrah terhadap ketentuan
Allah SWT, bersih serta suci dari perbuatan nista, serta dijamin selamat dunia akhirat apabila
melaksanakan risalah Islam secara baik. Karakteristik agama Islam bisa diartikan sebagai
karakter atau watak yang dimiliki oleh setiap umat Islam dengan berpegangan pada Al Qur’an
dan hadisdalam berbagai ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia dalam bidang agama,
kemanusiaan, pendidikan, politik, sosial, kebudayaan, ekonomi, ilmu pengetahuan, kesehatan,
pekerjaan, lingkungan hidup.

Dalam bidang agama, karakteristik ajaran Islam adalah mengakui adanya pluralisme dan
universalisme, mengajarkan kepercayaan akan adanya Tuhan dan hari akhir, memerintahkan
untuk berbuat baik, dan menuntun pada jalan keselamayan hidup baik di dunia maupun di
akhirat. Visi agama Islam bersifat toleransi, pemaaf, tidak memaksa, saling menghargai dalam
kehidupan.

Dalam bidang ilmu dan kebudayaan karakteristik Islam yaitu bersifat terbuka dan
akomodatif terhadap berbagai masukan dari luar tetapi juga selektif, tidak menerima seluruh
jenis ilmu dan kebudayaan begitu saja namun harus disesuaikan dan sejalan dengan ajaran

5
Islam itu sendiri. Ilmu dalam Islam dipandang sangat penting hingga Islam memandang bahwa
orang yang terus belajar dan menuntut ilmu sama nilainya dengan jihad di jalan Allah SWT.

Dalam bidang pendidikan Islam memandang bahsanya pendidikan sangat penting dan
merupakan hak bagi setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan dan berlangsung
sepanjang hayat. Hal ini sesuai dengan hadis “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim”
(HR Ibnu Majah No 224). Begitu pentingnya menuntut ilmu hingga Allah SWT akan
meninggikan orang beriman yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (QS 58:11)

Dalam bidang sosial Islam mengajarkan setiap manusia untuk bisa hidup damai dan
sejahtera, saling tolong menolong, saling menghargai hak dan kewajiban, tenggang rasa.
Dalam Islam juga dikenal apabila ada urusan agama yang dilakukan secara tidak sempurna
atau batal karena telah melanggar suatu pantangan tertentu maka tebusannya dengan
melakukan hal yang berhubungan dengan urusan sosial.

Dalam bidang ekonomi Islam memandang bahwa hidup harus dilakukan secara seimbang,
tidak memisahkan antara dunia dan akhirat. Agama harus hadir dalam mengatur kehidupan
dunia, termasuk ekonomi. Karakteristik Islam dalam bidang ekonomi di antaranya adalah
ekonomi Islam bersumber dari Tuhan dan agama, ekonomi Islam memadukan secara
berimbang antara kepentingan pribadi dan kepentingan masyarakat, ekonomi dalam Islam
ditujukan untuk memenuhi dan mencukupi kebutuhan hidup manusia, ekonomi dalam Islam
beroperasi berdasarkan pertumbuhan dan investasi dengan cara legal.

Dalam bidang Kesehatan, karakteristik Islam adalah mementingkan pencegahan daripada


pengobatan. Hal ini tercermin dari pentingnya kebersihan (jiwa dan raga) yang harus dimilki
oleh setiap orang Islam. Hal ini tertulis dalam Al Qur’an QS 2:22 yang berbunyi
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan senang kepada orang-orang
yang membersihkan diri”.

Dalam bidang politik Islam tidaklah menentukan suatu bentuk pemerintahan tertentu
melainkan yang terpenting adalah bentuk pemerintahan tersebut haruslah dapat digunakan
sebagai sarana untuk menegakkan keadilan, keamanan, kesejahteraan, kemakmuran, dan
ketentraman di dalam suatu masyarakat.

Karakteristik Islam di dalam bidang pekerjaan memandang bahwasanya kerja merupakan


suatu bentuk ibadah kepada Allah SWT. Sehingga kerja di dalam Islam diharapkan adalah
kerja yang bermutu serta terarah diniatkan sebagai pengabdian kepada Allah SWT, bermanfaat
bagi kehidupan, kerja yang dilakukan secara professional yaitu kerja berdasarkan dukungan
ilmu pengetahuan, keahlian, pengalamn, dan kesungguhan.

Berdasarkan paparan mengenai karakteristik Islam tersebut, maka sangatlah penting untuk
mempelajari, melakukan, dan menyebarkan ajaran Islam. Oleh karenanya setelah Rasulullah

6
SAW wafat, terjadilah kegoncangan di dalam umat Islam karena harus meneruskan tugas mulia
Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan sebagai kepala negara. Sebagai Nabi jelas tidak akan
ada yang bisa menggantikan, karena Nabi dan Rasul terakhir adalah Muhammad SAW. Yang
diperlukan adalah pengganti Rasulullah dalam memimpin umat Islam.

Oleh karena itu di dalam sejarah Islam dikenal orang-orang terpilih yang bertugas untuk
menggantikan Nabi Muhammad SAW sebagai kepala negara yang dikenal dengan sebutan
Khulafaur Rasyidin.

B. MASA KHULAFAUR RASYIDIN


Sepeninggal Nabi, maka sangat diperlukan kehadiran penggantinya. Penganti Nabi
bertugas menjalankan fungsi sebagai kepala pemerintahan dan pemimpin masyarakat.
Selanjutnya pemerintahan Islam dipimpin oleh empat orang terdekat sahabat Nabi.
Kepemimpinan dari para sahabat Rasul SAW ini disebut dengan periode Khulafaur Rasyidin.

Khulafaur Rasyidin terdiri dari dua kata yaitu Khulafa yang merupakan bentuk jamak dari
kata khalifah yang berarti pengganti, dan ar-Rasyidin yang berarti orang-orang bijak atau para
cendekiawan. Khulafaur Rasyidin dapat diartikan sebagai para pengganti (Rasulullah SAW)
yang bijak atau cendekia.

Periode Khulafaur Rasyidin terdiri dari empat khalifah (Abu Bakar As-Shiddiq, Umar ibn
Al-Khaththab, ‘Utsman ibn ‘Affan, dan Ali ibn Abi Thalib. Periode ini berlangsung sejak 11
– 40 H / 632 – 661 M.

1. Abu Bakar As-Shiddiq (11 – 13 H / 632 – 634 M)


Setelah Rasulullah SAW wafat terjadilah perbedaan pendapat di antara orang-orang
Anshar dan Muhajirin mengenai siapa sebenarnya yang berhak menjadi khalifah pengganti
Nabi. Hal ini terjadi karena Nabi tidaklah meninggalkan wasiat mengenai penunjukkan
seseorang yang menjadi penggati Nabi sepeninggalnya. Karena itu tidak lama setelah Nabi
wafat dan belum juga jenazahnya dimakamkan, sejumlah tokoh Muhajirin dan Anshar
berkumpul di balai Bani Saidah, Madinah. Mereka melakukan musyawarah untuk memilih
siapa yang akan dijadikan pemimpin. Musyawarah tersebut berjalan secara alot dikarenakan
masing-masing pihak merasa berhak untuk menjadi pemimpin umat Islam. Namun dengan
adanya semangat ukhuwah Islamiah yang tinggi, pada akhirnya Abu Bakar yang terpilih. Hal
ini dikarenakan adanya semangat keagamaan yang tinggi dalam diri Abu Bakar sehingga umat
Islam menaruh penghargaan yang tinggi kepadanya, hal ini membuat pihak Anshar dan
Muhajirin menerima dan membaiat Abu Bakar. Kecuali Ali bin Abi Thalib yang memberikan
baiat 6 bulan kemudian. Ali tidak hadir dalam pertemuan tersebut karena sibuk mengurusi
pemakaman Nabi Muhammad SAW yang merupakan mertuanya, dan ia tidak segera
memberikan baiatnya kepada Abu Bakar kecuali enam bulan kemudian setelah istrinya
Fatimah yang merupakan puteri Nabi meninggal. Abu Bakar dinilai paling tepat menggantikan

7
Nabi karena dia merupakan orang pertama yang masuk Islam dari golongan dewasa, menemani
Nabi sewaktu hijrah ke Yatsrib, dan satu-satunyaorang yang ditunjuk Nabi menjadi imam
shalat Ketika Nabi sakit.

Penunjukan Abu Bakar sebagai khalifah dinilai dapat menyelamatkan umat Islam dari
krisis yang amat genting karena kemunculan orang murtad, Nabi palsu, dan orang-orang yang
enggan membayar zakat. Tiga golongan ini muncul setelah Rasulullah SAW wafat, munculnya
kaum penyeleweng ini karena mereka belum memahami Islam secara benar, selain itu juga ada
ambisi pribadi. Hal ini dapat dipahami karena kebanyakan dari mereka masuk Islam hanya satu
sampai dua tahun sebelum Nabi wafat sehingga pemahaman tentang Islam masih lemah. Abu
bakar bertindak tepat dengan memerangi mereka melalui Perang Riddah atau perang melawan
kemurtadan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid sehingga mereka bisa Kembali kepada
kebenaran. Oleh sebab itu Abu Bakar disebut sebagai khalifah penyelamat Negara Islam.
Keberhasilan Abu Bakar ini membuat orang – orang Romawi kecewa karena mereka berharap
Islam hancur karena adanya perang antarumat Islam. Orang-orang Romawi lantas berusaha
membujuk suku-suku Badawi yang berada di perbatasan utara Jazirah Arab agar membantu
melawan Islam. Untuk menjawab tantangan itu Abu Bakar mengirim empat pasukan yang
berjumlah 24.000 orang menuju Hims, Wadi Yordania, Damaskus, dan Palestina. Bersamaan
dengan itu Abu Bakar mengirim pasukan ke Timur. Dan setelah Khalid bin Walid berhasil
menumpas pemberontak di dalam negeri, dia dikirim ke Iraq dan berhasil menguasai al-Hirah
yang merupakan kota di bawah kekuasaan Kerajaan Persia pada tahun 634 M. setelah itu
Khalid melanjutkan penaklukannya ke Daumatul-Jandal dan Firad. Setelah itu Khalid dikirim
untuk memperkuat pasukan yang berada di Timur (Syria yang berada di bawah kekuasaan
Byzantium) pertempuran terjadi di Ajnadin, tentara Romawi dipimpin oleh Theodore dengan
200.000 pasukan yang dapat dikalahkan pasukan umay Islam yang berkekuatan 45.000
pasukan.

Pada saat pasukan umat Islam sedang berada di luar kota, Abu Bakar sakit. Saat sakit ia
melakukan musyawarah dengan para sahabat terkemuka untuk memilih penggantinya. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi kegoncangan lagi tentang siapa yang akan menggantikannya. Abu
Bakar memilh Umar bin Khathtab menjadi khalifah kedua yang dimusyawarahkan dengan
sahabat. Akhirnya Abu Bakar wafat dalam usia 63 tahun beberpaa bulan dan memerintah
selama dua tahun beberapa bulan. Kebijaksanaan Abu Bakar dalam memilih penggantinya
sebagai khalifah ternyata diterima masyarakat yang segera membaiat Umar. Umar menyebut
dirinya sebagai Khalifah Khalifati Rasulillah (pengganti dari pengganti Rasulullah) dan lalu
memperkenalkan istilah Amir al – Mu’minin yang berarti komandan orang-orang beriman.

2. Umar bin Khaththab (13 – 23 H / 634 – 644 M)


Umar bin Khaththab dilahirkan tiga belas tahun sesudah kelahiran Nabi SAW, Umar
memiliki silsilah yang bertemu dengan Rasulullah pada kakek ketujuh, sedangkan dari pihak

8
ibu pada kakek keenam. Umar fasih berbicara, tegas dalam menyatakan pendapat serta
membela yang hak. Umar masuk Islam pada tahun kelima kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Bersamaan dengan itu masuk pula paman Nabi Hamzah ibn Abdul Muththalib memeluk Islam.
Sebelum masuk Islam Umar dikenal sebagai orang yang paling gigij dalm menentang dakwah
Rasulullah. Tetapi kemudian hari dia terharu mendengar adiknya membaca Al Qur’an lalu
menemui Nabi untuk masuk Islam.

Di masa Umar terjadi gelombang perluasan daerah kekuasaan. Dimulai dari ibu kota Syria,
Damaskus. Dan setahun kemudian seluruh daerah Syria jatuh di bawah kekuasaan Islam.
Ekspansi terus dilakukan sampai ke Mesir, Iraq, Persia, Mosu. Pada masa kepemimpinan Umar
wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar
wilayah Persia, dan Mesir. Selanjutnya Umar segera mengatur administrasi negara dengan
mencontoh administrasi Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi 8 wilayah provinsi
yaitu Makkah, Madinah, Syria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Menerbitkan
system pembyaran gaji dan pajak tanah, mendirikan Pengadilan Negara, mengangkat sekretaris
negara (Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Arqam), membentuk Jawatan Kepolisian, membentuk
Jawatan Militer, mendirikan Baitul Mal, mencetak uang, menciptakan kalender tahun Hijrah.
Di masa Umar karena ada banyak penerimaan negara sehingga di luar biaya rutin negara, masih
tersisa untuk memberi tunjangan kepada warga negara. Walaupun Umar menjadi kepala negara,
namun dia tetap hidup sederhana. Hanya memiliki sehelai kemeja dan sebuah mantel, tidur di
atas dedauanan kurma. Dikenal adil dan bijaksana. Sehingga para sejarawan sepakat
menyebutnya sebagai “Khalifah yang Terbesar Sesudah Nabi”

Sungguhpun Umar memiliki kepribadian yang sanagt mengagumkan dan memesona,


namun di akhir hayat sungguh ironi karena beliau terbunuh di tangan budak Persia yang
Bernama Abu Lu’lu’. Hal ini terjadi karena orang Persia sangat dendam karena Umar
menaklukkan negeri mereka. Umar wafat pada usia 63 tahun, dan setelah memerintah selama
10 tahun.

3. Utsman bin Affan (23 – 35 H / 644 – 656 M)


Utsman bin Affan berasal dari bani Umayah, lahir pada tahun kelima setelah Rasulullah
lahir, namun ada juga yang mengatakan pada tahun keenam setelah tahun gajah. Usman
masuk Islam melalui Abu Bakar. Usman digelari Dzunnurain karena dinikahkan dengan dua
puteri Rasulullah (Rukaiyah binti Muhammad SAW lalu setelah wafat karena sakit Usman
dinikahkan dengan Ummu Kalsum binti Muhammad SAW). Umar terkenal memiliki
kepribadian pandai menjaga kehormatan diri, pemalu, lemah lembut, Budiman, penyabar, dan
banyak berderma.

Untuk menentukan penggantinya, pada masa Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan
Abu Bakar. Umar memilih enam sahabat dan meminta mereka untuk memilih salah seorang di
antaranya menjadi khalifah. Keenam sahabat tersebut yaitu Usman, Ali, Thalhah, Zubair,
9
Sa’ad ibn Abi Waqqas, dan Abdurrahman ibn ‘Auf. Setelah Umar wafat, tim tersebut
bermusyawarah dan berhasil menunjuk Usman sebagai khalifah dengan melalui persaingan
yanhg agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib.

Pemerintahan Usman berlangsung selama dua belas tahun. Enam tahun pertama berjalan
dengan lancer dan stabil dengan menerapkan pemerintahan Umar, tetap menerapkan system
musyawarah (syura) dalam pemerintahannya. Memberikan tunjangan tambahan kepada
rakyatnya dan memberikan kelonggaran kepada pemuka kaum muslimin untuk keluar dari
Madinah. Pada enam tahun kedua mulai muncul perasaan kecewa dan tidak puas di kalangan
umat Islam.

Pemerintahan Usman sangat berbeda dengan Umar. Pada masa Umar lebih
memperlihatkan kehidupan yang sederhana, sementara pada masa Usman memperlihatkan
kehidupan yang beraroma kesenangan dan kemewahan karena pada dasarnya Usman
merupaakan orang kaya, Usman pernah mengatakan bahwa apa yang dimakan berasal dari
hartanya sendiri. Selain itu di enam yahun terakhir masa kekuasaan kebijaksanaannya
bercorak nepotisme karena Usman banyak mengangkat pejabat-pejabat tinggi dari kalangan
keluarganya yang Sebagian besar baru masuk Islam di akhir hidup Rasulullah SAW. Dan
yang paling menonjol adalah adanya Marwan bin Hakam yang disebut sebagai yang
menjalankan roda pemerintahan sekalipun Usman yang menjadi khalifah. Usman laksana
boneka di hadapan kerabatnya. Karena Usman yang diangkat di usia 70 tahun sebagai
khalifah dan sifatnya yang lemah lembut, kelonggaran, bersikap ragu-ragu banyak kaum
muslimin yang meninggalkannya yang berarti hilangnya Usman kehilangan orang-orang yang
menjadi tempat menumpahkan kepercayaan, kecuali kaum kerabatnya, sehingga Usman
banyak mengangkat pejabat dari kalangan kerabatnya. Harta kekayaan negara oleh kerabatnya
dibagi-bagikan tanpa adanya control dari Usman. Rasa kecewa terhadap pemerintahan Usman
mencapai puncaknya dengan adanya gelombang protes dari beberpa wilayah menuju
Madinah. Tujuan mereka adalah untuk meminta khalifah meletakkan jabatannya. Ketika
usaha melakuakan pendekatan damai menemui jalan buntu, maka dengan serta merta para
demonstran menyerbu rumah Usman dan akhirnya Usman menghembuskan nafas akhirnya
pada waktu subuh dengan memeluk Al Qur’an.

4. Ali bin Abi Thalib (35 – 40 H / 656 – 661 M)


Ali bin Abi Thalib dilahirkan di Makkah sekitar tahun 600 M. Ali merupakan saudara
sepupu Nabi Muhammad SAW. Ali merupakan orang pertama yang masuk Islam dari kalangan
anak-anak, masuk Islam dalam usia sepuluh tahun. Setelah dewasa Ali lantas dinikahkan
dengan Fatimah puteri bungsu Nabi Muhammad SAW. Ali dikenal sebagai pemuda yang jujur
dan pemberani. Dan digelari Singa Allah karena keberaniannya. Ketika dikabarkan Usman
tewas terbunuh, kelompok pemberontak meminta agar Ali mau dibaiat untuk menjadi khalifah,
namun Ali menolak. Ali menanyakan keberadaan Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam,

10
dan Sa’ad bin Abi Waqas, menurut Ali merekalah yang berhak menentukan siapa yang menjadi
khalifah. Ketiganya berbaiat kepada Ali bin Abi Thalib maka serta merta Sebagian umat Islam
baik dari kaum Anshar maupun Muhajirin membaiatnya.

Pemerintahan Ali berlangsung selama enam tahun lamanya. Selama masa pemerintahannya
Ali menghadapi berbagai konflik dalam umat Islam. Konflik tersebut karena akibat dari
terbunuhnya Usman bin Affan. Setahun setelah memerintah, Ali memindahkan pusat
pemerintahan dari Madinah ke Kufah, alasannya adalah karena tidak ingin kota suci Madinah
terlibat terlalu lama dalam urusan politik. Ali tidak menginginkan kejadian yang menimpa
Usman terulang Kembali di kemudian hari.

Langkah pertama yang dilakukan Ali ketika menjadi pemimpin adalah membersihkan
lingkungan pejabatnya. Salah satunya dengan memecat Muawiyah dari jabatan guberbur Syam
(Syria), namun Muawiyah menolak pemecatan itu serta menolak untuk membaiat Ali. Ali juga
menarik kembali tanah-tanah yang telah dihadiahkan Usman kepada penduduk
denganmenyerahkan hasil pendapatan kepada negara, memakai Kembali system distribusi
pajak tahunan di antara umat Islam seperti pada Khalifah Umar bin Khaththab.

Tidak lama setelahnya, Ali menghadapi pemberontakan yang dipimpin oleh Thalhah,
Zubair, dan Aisyah. Alasan pemberontakan tersebut karen Ali tidak mau menghukum orang
yang terlibat dalam pembunuhan Usman. Walaupun sangat ingijn menghindari perang saudara
ini, namun akhirnya pecahlah perang yang diberi nama perang Jamal (karena Aisyah
menunggang unta). Pada perang ini Ali menang, Zubair dan Thalhah terbunuh, Aisyah selamat
dan dikembalikan kembali ke Madinah oleh Ali.

Setelahnya timbul lagi konflik yang berasal dari Muawiyah bin Abi Sufyan. Ali awalnya
mengajak bermusyawarah namun ditolak oleh Muawiyah, maka terjadilah perang Siffin. Perang
ini diakhiri dengan diadakannya perjanjian yang dikenal dengan tahkim. Dalam perjanjian
tersebut disepakati bahwa masing-masing wakil akan berpidato di depan khalayak untuk
menurunkan kedua pejabat (Ali dan Muawiyah). Untuk jabatan khalifah selanjutnya diserahkan
kepada sekalian umat Islam. Abu Musa sebagai orang yang lebih tua yang merupakan wakil
dari Ali berpidato terlebih dahulu untuk menurunkan jabatan Ali dari khalifah dan Muawiyah
ari gubernur tanpa menaruh rasa curiga dan prasangka apapun. Selanjutnya perwakilan
Muawiyah yaitu Amru in Ash berpidato tanpa merasa bersalah menyatakan setuju atas
pemberhentian Ali sebagai khalifah tetapi mengukuhkan Muawiyah menjadi khalifah.

Akibat diadakan tahkim tentara Ali bin Abi Thalib terpecah. Sebagian tentara Ali
menyatakan keluar dan mereka membentuk kelompok sendiri yang tidak memihak kepada siapa
pun, dikenal dengan sebutan Khawarij (orang-orang yang keluar). Kaum Khawarij menyatakan
permusuhan baik kepada Ali maupun Muawiyah.

11
Ali wafat pada tanggal 19 Ramadhan 40 H (661 H) karena dibunuh oleh anggota dari kaum
Khawarij. Sepeninggal Ali bin Abi Thalib, penggantinya adalah puteranya yaitu Hasan bin Ali
dilanjutkan adiknya Husein bin Ali. Selanjutnya kepemimpinan umat Islam berpindah kepada
keluarga Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abi Sufyan, kemudian mendirikan Dinasti Bani
Umayyah.

C. PERANAN KHULAFAUR RASYIDIN TERHADAP KEMAJUAN PERADABAN


ISLAM YANG BERKAITAN DENGAN KARAKTERISTIK ISLAM
Ada banyak peranan khulafaur rasyidin terhadap kemajuan peradaban Islam yang berkaitan
dengan karakteristik Islam, diantaranya adalah sebagai berikut.

Pada masa Abu Bakar terjadi proses membudayakan musyawarah secara lebih demokratis
baik dalam pemerintahan maupun masyarakat. Terjadi proses penumbuhan loyalitas umat dan
tentara kepada pemerintah dan memberikan dukungan atas semua kebijakan khalifah. Dalam
menghadapi setiap masalah yang timbul dibudayakan diselesaikan secara musyawarah.
Membangun pemerintahan yang tertib di pusat dan di daerah. Membangun militer yang
Tangguh dan disiplin. Menyusun mushaf al Qur’an. Memberikan kesejahteraan rakyat secara
adil dengan membangun Baitul mal, memperdayakan zakat, infaq, serta ghanimah dan jizyah.
Dalam perekonomian pemerintahan Abu Bakar menerapkan akad perdagangan sesuai prinsip
Syariah, menegakkan hukum dalam memerangi yang tidak mau membayar zakat, mengolah
barang tambang menjadi sumber pendapatan negara, tidak menjadikan ahli badar sebagai
pejabat negara, menerapkan prinsip persamaan dalam distribusi kekayaan negara,
memperhatikan akurasi perhitungan zakat.

Pada masa khalifah Umar bin Khaththab perkembangan perdaban Islam di antaranya
meliputi perkembangan politik berupa penyususnan pemerintahan Islam dan peraturan
pemerintahan yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Susunan kekuasaan terdiri dari
khalifah/Amirul mukminin, wali/gubernur, memberntuk dewan-dean negara. Dalam bidang
ekonomi diberlakukan system pembayaran gaji dan pajak tanah. Didirikan pula lembaga
pengadilan, jawatan kepolisian, jawatan umum, dan juga terdapat Baitul mal, menempa mata
uang, membuat kalender Islam, menghapus zakat bagi para mu’allaf. Dalam bidang
pengetahuan penyebaran ilmu dan pengetahuan berpusat di Madinah, mendirikan masjid di
daerah kuasa baru untuk beribadah dan tempat pendidikan, berkembangnya materi pendidikan
Islam baik dari segi ilmu Bahasa, menulis, maupun pokok ilmu lainnya, dalam bidang
arsitektur pada masa Umar terjadi perluasan Masjid al Haram, masjid Nabawi, membangun
masjid al ‘Atiq yang merupakan masjid pertama di Mesir. Pada masa khalifah Umar juga
terjadi pembangunan kota-kota baru, kampung konsentrasi militer, perumahan, perkantoran
yang dekat dengan masjid, bangunan sarana umum seperti kamar mandi umum, pasar, saluran
serta bak penampung air. Dalam bidang hukum, salah satu kebijakan khalifah Umar adalah
12
tidak menghukum seorang pencuri dengan hukuman maksimal (potong tangan) disebabkan
apabila mencuri yang dilakukan karena keadaan terdesak akan kesulitan ekonomi, tetap
dihukum namun lebih ringan. Keputusan ini menjadi yusrisprudensi bagi para ahli hukum
Islam di kemudian hari.

Pada masa khalifah Usman perkembangan peradaban Islam yang ada meninggalkan jejak
yang bermakna hingga saat ini. Di antaranya adalah membudayakan system musyawarah
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, menyeragamkan cara membaca Al Qur’an
yang ditandai dengan penyusunan ayat-ayat dalam satu mushaf, membangun fasilitas umum,
menertibkan administrasi pemerintahan dengan deskripsi pekerjaan yang jelas, keseriusan
dalam mencari dan mengajarkan Al Qur’an dan Sunnah hingga ke pelosok untuk menyiarkan
agama Islam. Pada masa khalifah Usman masjid al Haram diperluas kembali setelah
sebelumnya diperluas oleh khalifah Umar dan memperluas serta memperindah Masjid Nabawi.
Pada masa khalifah Usma juga terjadi pembangunan bendungan besar yang berfungsi untuk
melindungi Madinah dari banjir serta mengatur persediaan air, membangun jalan, jembatan,
rumah tamu di berbagai wilayah.

Pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib yang dipentingkan adalah tentang jaminan
keamanan, ketertiban, dan ketentraman dalam segala aspek kehidupan dengan menyatukan
Kembali kesatuan umat. Pada masa Ali kegiatan pendidikan mengalami banyak hambatan
karena adanya perang saudara. Namun pada masa khalifah Ali berhasil melakukan kegiatan
pemberian titik terhadap mushaf sehingga umat Islam dimudahkan dalam mempelajari Al
Qur’an hingga saat ini, Ali bin Abi Thalib juga merupakan pembina serta penyusun pertama
dasar-dasar ilmu nahwu.

Untuk menyebarluaskan ajaran agama Islam yang karakteristiknya menyangkut berbagai


aspek kehidupan, pada masa Khulafaur Rasyidin terdapat pula pusat-pusat pendidikan, di
antaranya adalah Madrasah Mekah, Madrasah Madinah, Madrasah Basrah, Madrasah Kuffah,
Madrasah Damaskus, Madrasah Fusfat di Mesir. Kurikulum pendidikan Islam pada masa ini
meliputi membaca dan menulis, membaca dan menghafalkan AlQur’an, pokok-pokok agama
Islam seperti cara berwudlu, shalat, puasa, berenang, mengendarai unta, memanah, membaca
dan menghafalkan berbagai syair yang mudah dan peribahasa, Al Qur’an dan tafsirnya, hadis
dan pengumpulannya, fiqh.

13
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Karakteristik agama Islam bisa diartikan sebagai karakter atau watak yang dimiliki oleh
setiap umat Islam dengan berpegangan pada Al Qur’an dan hadis dalam berbagai ilmu
pengetahuan dan kehidupan manusia dalam bidang agama, kemanusiaan, pendidikan, politik,
sosial, kebudayaan, ekonomi, ilmu pengetahuan, kesehatan, pekerjaan, lingkungan hidup.

Betapa pentingnya menjaga dan menyebarluaskan ajaran Islam sehingga setelah Rasulullah
wafat harus segera ada penggantinya dalam urusan pemerintahan. Dikenalah Khulafaur
Rasyidin yang terdiri dari empat sahabat Rasulullah sebagai pengganti beliau. Dalam
pemerintahannya Khulafaur Rasyidin berhasil juga untuk mengembangkan peradaban Islam
dalam berbagai bidang yang pelaksanaannya sesuai dengan karakteristik Islam. Abu Bakar
melaksanakan kekuasaan secara sentral di mana legislatif, eksekutif, dan yudikatif berada pada
khalifah, ini mirip seperti pada saat Rasulullah. Abu Bakar juga melaksanakan hukum serta
selalu mengajak sahabat untuk bermusyawarah. Umar bin Khaththab menerapkan prinsip
demokrasi dalam kekuasaan dengan menjamin hak yang sama bagi setiap warga negara. Pada
masa kepemimpinan Usman membangun bendungan untuk mencegah banjir dan menjaga
ketersediaan air, membangun jalan, jembatan, dan masjid untuk memudahkan warga
melaksanakan kegiatan sehari-hari, memperluas masjid di Madinah, menulis kembali Al
Qur’an yang telah dikumpulkan dan ditulis pada masa Abu Bakar. Pada masa kepemimpinan
Ali difokuskan untuk mempersatukan umat.

Karakteristik Islam setelah Rasulullah wafat masih terus berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman dan pemerintahan setelah masa Khulafaur Rasyidin. Yang perlu
digarisbawahi adalah dalam berbagai kehidupan umat Islam seyogyanya berpedoman pada Al
Qur’an dan hadis agar bisa menjalani hidup secara damai dan mendapat ridha Allah SWT
sehingga bisa selamat dunia akhirat.

B. SARAN
Sebagai umat Islam sudah menjadi kewajiban untuk selalu belajar. Belajar salah satunya
dari kehidupan Nabi dan para sahabat agar karakteristik Islam dapat terpatri dalam diri.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Nina. 2015. POLA PENDIDIKAN ISLAM PERIODE KHULAFAUR RASYIDIN.


Jurnal Tarbiya Volume: 1 No: 1 2015 (31-47)
Hidayatulloh. 2015. POLITIK HUKUM PEMERINTAHAN ISLAM PASCA NABI
MUHAMMAD SAW (STUDI KEPEMIMPINAN UMAR BIN KHATTAB). Bogor:
Mizan; Jurnal Ilmu Syariah, FAI Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor Vol. 3 No.
1, pp. 45-60.
Lubis, Junaidi. 2020. KONTRIBUSI PERADABAN ISLAM MASA
KHULAFAURRASYIDIN: PEMBENTUKAN MASYARAKAT POLITIK MUSLIM.
Ejournal.iainbengkulu.ac.id. diakses pada 11 September 2021.
Marzuki. 2005. PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 3. Surakarta:
Mediatama.
Mubin, Fatkhul. 2019. KHULAFAUR RASYIDIN. Cendekia: Jurnal Study Keislaman,
Hlm. 95.
Nasution, Syamruddin. 2013. SEJARAH PERADABAN ISLAM. Riau: Yayasan Pusaka
Riau.
Sodiqin, Ali, dkk. 2017. SEJARAH PERADABAN ISLAM: DARI MASA KLASIK
HINGGA MODERN. Yogyakarta: Penerbit LESFI
Suriana. 2013. DIMENSI HISTORIS PENDIDIKAN ISLAM (MASA PERTUMBUHAN,
PERKEMBANGAN, KEJAYAAN, DAN KEMUNDURAN). Jurnal Pionir, Volume 1,
Nomor 1, Juli-Desember 2013.
Yatim, Badri. 2017. SEJARAH PERADABAN ISLAM DIRASAH ISLAMIYAH II. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Zainudin, Ely. PERADABAN ISLAM PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN. Moraref,
Vol 3. No 1 (2020) : Jurnal Intelegensia – Vol 03 No. 01 Januari – Juni 2015.

Sumber Internet:
https://kbbi.web.id. Diakses pada 12 September 2021.

https://news.detik.com/berita/d-4899811/keutamaan-ilmu-dalam-islam-dan-dalilnya-
dalam-al-quran. Diakses pada 12 September 2021.

https://www.republika.co.id/berita/qhvt4p320/mengapa-islam-disebut-agama-sempurna-
dan-apa-faedahnya. Diakses pada 12 September 2021.

15

Anda mungkin juga menyukai