Anda di halaman 1dari 4

KOMA

Pasien KOMA akhir pemeriksaan :


1. GCS
2. Letak proses
3. Etiologi : Trauma / Non trauma Bekas trauma
Nontrauma  struktural / metabolic
Mencari info dari Nontrauma:
a. Anamnesis
b. Deficit neurologis :
- terjadi kerusakan otak  tumor, stroke,generasi proses
- Meningeal sign  meningoencephalitis, pendarahan subarachnoid
Ketika mendapat Pasien KOMA 
1. Penanganan ABC :
Airway
Breathing
Circulation
Dissability
Exposure
2. Pemeriksaan Umum
A. Tanda vital (tensi, nadi, suhu badanm respirasi). Causing syndrome  Hipertensi, bradikardi  tanda TIK
meningkat. Apneustik  tanda gawat.
B. Bau pernafasan pasien (amoniak, aseton, alcohol, dll.)
C. Kulit (turgor, warnam bekas injeksi dan luka-luka karena trauma).
D. Selaput mukosa mulut (adanya darah, bekas minum racun dll.)
E. Kepala :
- Kedudukan kepala : opistotonus (meningitis), miring ke kanan atau ke kiri (tumos fosa posterior)
- Apakah keluar darah dari hidung atau telinga?
- Apakah ada tanda Brill Hematoma,/ Racoon eyesatau tanda mastoid (battle sign) belakang telinga
- Apakah terdapat faktur impressi dibawah rambut?
F. Leher
- Apakah terdapat fraktur vertebra servikalis? Kalau yakin tidak ada periksalah Kaku kuduk
- Trauma kepala  fraktur cervicalis  ada pusat pernafasan
G. Toraks
- Periksalah jantung dan paru secara teliti.
H. Ekstremitas
- Apakah ada sianosis pada ujung jari?
- Apakah ada edema pada tungkai?
3. Observasi Umum
- Jika pasien melakukan gerakan menelan, mengunyah, mengecap dan membasahi bibir berarti fungsi batang otak
masih baik
- Gerakan multifokal (myoklonik jerk) menunjukkan kelainan yang sifatnya difus (koma metabolik).
- Posisi lengan dalam keadaan fleksi abnormal (decorticate) ketika kita beri rangsangan nyeri menunjukkan lesi pada
hemisfer yang berarti prognosa lebih baik.
- Pasisi lengan extensi abnormal (decerebrate) menunjukkan lesi pada batang otak, prognosa lebih buruk
4. Pmx GCS.
- Tahapan :
1. Inspeksi  Spontan / Tidak
2. Perintah / Pertanyaan / Gerakan
3. Ransang NYERI  Kuku jari / supraorbita / sternum / sendi temporomandibular
- Derajat
1. Eye :
2. Verbal

3. Movement

5. Nontrauma  structural dan metabolic


- Anamnesa
a) Mulai kapan koma
b) Gejala dan tanda sebelum pasien mengalami koma (sakit kepala, trauma, minum obat, dll.)
c) Riwayat penyakit dahulu
d) Live style (drug, foot, toxic)
- Defisit neurologi fokal
a) Melihat pola pernafasan (breathing pattern)
b) Memeriksa adakah kelainan pupil
c) Memeriksa refleks sefalik
d) Mencari kelainan traktur piramidalis (lateralisasi)
- Pemeriksaan meningeal sign  jika yakin tidak ada trauma servikal  kaku kuduk dan brudzinski I yg tidak boleh
6. Pola Pernapasan  Letak proses
A. Cheyne-stokes (Periodic breating)

- Pola : periode hiperpnoe diselingi periode apnoe sekitar 10-20 detik


- Penyebab :
1. Disfunsi dari hemisfer kiri dan kanan (level diensefalon)
2. Proses gangguan metabolik seperti uremia, gangguan fungsi hati berat, atau infarl bilateral atau lesi
karena massa pada proensefalon dengan perubahan anatomi/pergeseran pada diensafalon.
B. CNH (Central Neurogenic Hyperventilation)
Pola pernafasan ini disebabkan oleh karena proses yang terletak diantara mesencephalon dan pons. Pola pernafasan
ini menunjukkan prognosis lebih buruk bila dibanding Cheyne-Stokes karena letak prosesnya lebih caudal. Adapun
ciri-cirinya adalah :
- Pada disfungsi batang otak atau pons bagian atas
- Pernafasan cepat antara 40-50x/menit
- PO2 meningkat lebih dari 70-80 mmHg
- Jika level PO3 dibawah normal akan terjadi hipoksemia
- Penyakit jantung, paru, dan problem metabolik dapat juga menyebabkan hiperventilasi
C.Pernafasan Apneustik (Apneustic Breathing)

Lokasi di lesi bagian bawah pons, didapeat fase inspirasi yang memanjang dan berhenti pada saat inspirasi
maksimal/penuh. Pola pernafasan ini diebabkan proses di pons, tentunya prognosisnya lebih jelek dibanding CNH
(Central Neurogenic Hyperventilation).
D.Pernafasan Kluster

Hnaya signifikan pada kerusakan bagian bawah pons, karakteristik kelainan ini hampir sama dengan pernafasan
mendekati proses apneu
E.Pola Pernafasan Ataksik (Atacsic Breathing)

Ditandai pernafasan yang dangkal, cepat dan tidak teratur. Kerusakan terjadi pada bagian bawah pons atau masalah
pada pusat pernafasan di medullar. Polanya tidak teratur dan kadang pada henti nafas biasanya ditandai dengan
adanya petunjuk menghembuskan nafas dan akhirnya pernafasan dada
7. Refleks Cephalik  Letak Proses
- Refleks Pupil ada dua yaitu refleks cahaya langsung dan tidak langsung bila terdapat gangguan pada refleks
pupil maka lensinya pada mesencephalon  Aferen : N II, Eferen. N. III  Pupil anisokor
- Doll’s eye fenomen (fenomena mata boneka / ocula cephalic). Bila kepala digerakkan ke samping maka bola
mata akan bergerak berlawanan. Refleks ini akan hilang bila letak proses di Pons.
- Refleks OkuloAuditorik (Auditory Bink Reflex). Bila pasien dirangsang dengan suara keras, maka pasien
akan menutup matanya. Refleks ini akan hilang bila pons terganggu.
- Refleks okulovestibuler (calori test). Refleks ini akan hilang bila pons terganggu. Air Hangat 44 derajat dan
air dingin 30derajat lihat arah nistagmus
o Normal searah. Koma  berlawanan.
- Refleks Kornea. Memberikan rangsangan pada kornea akan terjadi penutupan kelopak mata. Refleks ini
akan hilang bila pons terganggu.
- Refleks Muntah. Dengan memberikan sentuhan pada dinding faring bagian belakang akan menyebabkan
reaksi muntah. Reflek ini akan hilang bila medula oblongata terganggu.
8. Jaras Piramidalis  Pasti kerusakan structural
- Kelumpuhan (paralisis). Kita dapat mengetahui adanya kelumpuhan pada pasien koma dengan cara memberikan
rangsang nyeri, memposisikan pasien pada posisi yang sulit, tes lengan jatuh dan tes tungkai jatuh kemudian kita
lihat mana yang lebih aktif dan mana yang pasif.
- Refleks tendon / fisiologis. Pada lesi piramidalis (UMN) seharusnya refleks tendon akan meningkat akan tetapi
pada fase akut bisa menurun (spinal shock)
a. Hiperreflex
b. Normal reflex
- Refleks Patologis. +  bila terjadi dorsoflexi ibujari & funning.
Rossolimo & mendel bethrew  flexi sejenak
- Tonus. Pada lesi piramidalis (UMN) seharusnya tonus otot akan meningkat (spastic) akan tetapi pada fase aku bisa
menurun (spinal shock).
Syarat pmx tonus : harus rilek. Px tidak sadar  bisa dilakukan
Cara pmx tonus : Gerakan pasif flexi
Pisau lipat  Tahanan didepan lalu hilang  hipertonik  spastik  Lesi UMN
Rigid  Tahanan meningkat dari awal hingga akhir  pipa timah  Extrapiramidal
Coughweel  Tahanan hilang timbul

9. REFLEKS PATOLOGIS TAU PMX DAN MAKNA!


+  Dorsoflexi ibu jari kaki + funning
1. Babinski : gores telapak kaki lateral ke pangkal jari medial
2. Chaddock : gores malleolus lateal
3. Gordon : mencubit betis/gastrocnemius
4. Oppenheim : mengurut kuat tibia & otot tibialis anterior
5. Gonda : cubit jari manis kaki dan lepaskan tiba2
6. Schaefer : cubit tendon achilles
7. Bing : tusuk kulit metatarsal ke lima
+  Plantar Fleksi
1. Rossolimo : ketuk telapak kaki bagian depan antara jempol dan jari ke 2
2. Mendel-Bechtrew : ketuk kulit dorsum pedis os cuboid
+  4 jari selain jari tengah fleksi
1. Hoffman : pegang jari tengah pasien dan kita jepit dengan ibujari dan telunjuk pmx lalu snap mendadak
2. Trommer : sama posisi tetapi colek ke atas

Anda mungkin juga menyukai