Disusun Oleh:
DEPARTEMENT HUMANIORA
KAMPUS MANTINGAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam melakukan ekspansi wilayah kekuasaan Islam, Sa’ad bin Abi Waqqash
merupakan salah satu prajurit yang dipercaya Rasulullah untuk mendampingi beliau
dalam setiap perang untuk menegakkan agama Islam. Hal tersebut terus berlanjut
hingga masa kepemimpinan khalifah Usman bin Affan. Pada masa tersebut, beliau
dipercaya mendakwahkan Islam di luar Jazirah Arab, salah satunya adalah di negara
bagian Asia, yakni China. Dengan pemaparan tersebut, penulis melihat sisi menarik
dari panglima perang Sa’ad bin Abi Waqqash untuk menjadi focus pembahaan dalam
makalah ini.
1
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Bagaskara, cet. IV, 2012), h.
87
2
Karim, Sejarah Pemikiran, h. 85.
BAB II
PEMBAHASAN
Usman bin Affan adalah khalifah ketiga setelah wafatnya khalifah Abu Bakar
Al-Shiddiq dan khalidah Umar bin Khattab. Nama lengkapnya adalah Usman bin Affan
bin Abil Ash bin Umayyah bin Abd Al-Syam bin Abd. Al-Manaf.3 Ia masuk dalam
kelompok sahabat al-Sabiqun al-Awwalun, yakni golongan orang-orang yang pertama
kali memeluk agama Islam diantaranya adalah Sayyidah Khadijah, Ali bin Abi Thalib,
Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Waqqash, Zubair bin Awwam, dan Zaid bin
Haritsah. Mereka inilah sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW.4
Dalam hal kualitas tertentu, Rasulullah Saw pernah bersabda yang artinya: “Orang
yang oaling pengasih di antara umatku adalah Abu Bakar, yang paling keras pada jalan
Allah adalah Umar, dan yang paling perasa adalah Usman.”5 Perbedaan yang ada pada
setiap masa kepemerintahan inilah yang mewarnai seluruh langkah mereka dalam
sejarahnya memperjuangkan dan menegakkan misi agama Islam.
3
Izzu al-Din ibn, Al-AtirAbi Hasan bin Muhammad al-Jazary, Usud al-Ghabah, Juz 3 (T.tt: Dar al-fikr,
230 H), h. 480
4
Khalid Muhammad Khalid, Khulafa al-Rasyidun, Ter. Mahyuddin dkk. Mengenal Pola Kepemimpinan
Umat, (Bandung, Diponegoro, 1985), h. 302.
5
Ibid, h. 291
6
Qasim A. Ibrahim, Buku Pintar Sejarah Islam (Jejak Langkah Peradaban Islam dari Masa Nabi
Hingga Masa Kini), (Cet.I; Zaman, 2014), h.215
Selain itu, khalifah Usman bin Affan merupakan pemimpin muslim pertama yang
berperan besar dalam pembangunan dan pengembangan armada laut Arab.7
Pembentukan armada laut ini dilatarbelakangi oleh adanya serangan dari tentara
Romawi sehingga pada saat yang sama tentara Romawi dapat dikalahkan.8 Hal ini
membuktikan bahwa perluasan wilayah Islam tidak hanya aktif dilakukan dari jalur
darat melainkan juga tetap secara aktif dilakukan dari jalur laut.
Peran Sa’ad bin Abi Waqqash dalam Ekspansi Wilayah Kekuasaan Islam Pada
Masa Kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan
Sa’ad bin Waqqash adalah seorang pahlawan perang dan panglima yang
berperan penting dalam pertempuran melawan pasukan Persia. Sa’ad dikenal sebagai
penakluk Irak dan penyebar agama Allah di wilayah yang telah ditaklukannya. Ia
merupakan orang pertama yang melepaskan anak panah dalam perangnya, ia memiliki
7
Arif, Muhammad, Thesis, Pemerintahan Khalifah Usman bin Affan (Analisis Historis Sebab-Sebab
Munculnya Pemberontakan), Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar, 2015, h. 64
8
Syeh Muhammad Nasir, It’s Concept and History, terj. Adam Effendi, Islam Konsepsi dan Sejarah,
(Cet. III;Bandung: Remaja Rosda Karya, 1993), h. 186.
9
Iva Inayatul Ilahiyah, KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN KHULAFA AR-RASYIDIN (Abu Bakar As-
Shiddiq. Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib), Jurnal EL-Islam, Vol.1 No. 1 Januari
2009, h. 55.
10
Muhammad Nasir, h. 187.
kontribusi yang begitu besar dalam dakwah Islam, bersama Rasulullah SAW, ia hampir
mengikuti seluruh peperangan untuk menegakkan Islam, oleh karenanya ia beberapa
kali dipercaya untuk menjadi pemimpin panglima dalam perang Qadisiyyah melawan
tentara Persia pada musim panas tahun 637 M.
Karena sifat amanah yang ada padanya, Sa’ad bin Abi Waqqash pernah
diberikan kepercayaan menjadi salah satu anggota Majelis Syura musyawarah terkait
pergantian khalifah setelah wafatnya khalifah Umar bin Khattab pada tahun 644 M,
diantaranya adalah Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin ‘Ubaidillah,
Zibair bin Awwam, Abdur Rahman bin ‘Auf.11
Selain turut serta ikut berperang bersama Rasulullah SAW, jihadnya terus
berlanjut hingga masa khalifah Usman bin Affan, yang memerintah pada 23-25H/644-
656M.12 Pada masa ini, ia diutus untuk melakukan ekspansi wilayah dengan dakwah
islamiyah ke sebagian negara Asia, yakni China. Sebelum kedatangan Sa’ad bin Abi
Waqqash, Sa’ad Ibnu Lubaid pada tahun 581-618 M telah terlebih dahulu mendarat di
China dan mulai menyebarkan ajaran Islam disana.13 Untuk kedua kalinya, agama
Islam masuk ke China pada tahun kedua Yonghui (651 M), tahun ini merupakan tahun
penggalangan hubungan diplomatic negara China Dinasti Tang dengan negara Dasi (Ta
Shih) yang mana structural pemerintahan negara yang memadukan antara
pemerintahan dan agamanya. Dengan demikian, Sa’ad bin Abi Waqqash bersama 15
orang lainnya merupakan utusan yang datang dengan menempuh perjalanan jalur laut
melalui Lautan India dan Lautan Cina untuk menuju pelabuhan di Kota Guangzhou
setelah 20 tahun wafatnya Rasulullah.
11
Iva Inayatul Ilahiyah, KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN KHULAFA AR-RASYIDIN (Abu Bakar
As-Shiddiq. Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib), Jurnal EL-Islam, Vol.1 No. 1
Januari 2009, h. 55.
12
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1990), h. 271.
13
Ibrahim Tien Ying Ma, Perkembangan Islam di Tiongkok, ter.Joesoef Sou’yb (Jakarta: Bulan Bintang,
1979), h. 27-29.
simpatinya terhadap agama Islam yang mana tidak bertentangan dengan ajaran Kong
Hu Cu (Confucius). Sa’ad diterima secara terbka oleh Kaisar Yung Wei dari Dinasti
Tang dalam dakwahnya, akan tetapi terdapat satu hal yang memberatkan diri kasiar
untuk memeluk agama islam, yakni kewajiban sembahyang lima kali sehari dan puasa
sebulan lamanya. Meskipun demikian, dengan berbesar hati kaisar tetap memberikan
kebebasan kepada Sa’ad bin Abi Waqqash dan para pengikutnya untuk menetap dan
menyebarkan ajaran agama Islam di Cang’an, Cina. Sebagai wujud rasa hormat dan
terima kasih yang mendalam atas ajaran Islam yang telah dibawa Sa’ad, oleh karenanya
kaisar memerintahkan Sa’ad beserta 15 orang lainnya untuk mendirikan masjid
pertama di Cang’an. Hal ini memberikan peristiwa sejarah yang sangat berharga dalam
proses penyebaran agama Islam di Cina.14 Selain itu pembangunan masjid terus
berlanjut, seperti pembangunan Masjid Huaisheng atau Masjid Kenangan (Memorial
Mosque) yang berada di Pelabuhan Canton.15
Kedatangan Sa’ad bin Abi Waqqash menjadi awal yang baik bagi ajaran Islam
di Cina, hal tersebut terwujud dengan hubungan politik yang terjalin antara kekaisaran
Cina dan pemerintahan Islam Timur Tengah yang terus terpelihara. Orang-orang
muslim orang Arab dan Persia yang datang untuk urusan perdagangan dan juga
sekaligus menyiarkan agama Islam. Orang CIna yang pertama kali memeluk agama
islam ada suku Hui Chi.16 Menurut catatan Dinasti Tang, ada sekitar 37 kali kunjungan
dari utusan Arab yang datang ke dataran Cina. Relasi keduanya tetap eksis bahkan
hingga masa Khalifah Bani Umayyah dan Abassyiah.17
Hubungan diplomatic antara Cina dan Arab semakin meningkat, begitu juga
dengan proses islamisasi yang begitu pesat pada masa Dinasti Tang. Hal itu dilatar
belakangi oleh tali perkawinan oleh pendatang Arab di Cina. Dengan demikian kita
tahu, selain melalui dakwah qouliyah (lisan ke lisan) dan perdagangan proses islamisasi
14
Ibrahim Tien Ying Ma, Perkembangan Islam di Tiongkok, h. 24.
15
Ibid.
16
Ibid, h. 32.
17
Imam Musbikin, Studi Islam Kawasan: Pergumulan Islam dengan Budaya Lokal (Pekanbaru Riau:
Zanafa Publishing, 2013), h. 161.
di dataran Cina juga didukung penuh oleh faktor perkawinan, yang mana orang Muslim
mulai mempengaruhi orang Cina, proses ini juga sebagai peluang yang digunakan oleh
kaum muslimin atas kesempatan yang diberikan oleh Kaisar Yung Wei dalam
kebebasan berdakwah. Kemudahan inilah yang pada akhirnya menjadi faktor terkuat
penyebaran Islam di Cina, karena dengannya kaum muslim dapat berdakwah di jalan-
jalan, mengajarkan pokok ajaran islam pada mu’allaf, menuliskan buku agama dalam
Bahasa Han, menulis buku tentang hadist, fiqh, akhlaq, dan juga sejarah perkembangan
Islam di Cina dalam bahasa local.18 Dengan demikian, dapat diketahui bahwa Sa’ad
bin Abi Waqqash memiliki peran yang begitu besar dalam penyiaran agama Islam di
Cina, sehingga ajaran agama Islam lebih dahulu mengalami perkembangan dan
kemajuan tanpa adanya peperangan dan pertumpahan darah melainkan penyebaran
dengan dakwah islamiyah yang dapat diterima dengan lapang dada oleh penduduk
Cina.
18
M. Ali Kettani, Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini, h. 119
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagai catatan akhir dari bab ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
Sa’ad bin Abi Waqqash adalah seorang panglima perang istimewa yang dimiliki oleh
umat Islam, selain termasuk kedalam Assabiquna Al-Awwalun, ia juga seseorang yang
dijamin terkabul doanya oleh Rasulullah SAW. Keistimewaan Sa’ad bin Abi Waqqash
juga didukung oleh sikapnya yang amanah dalam mengemban tugasnya sebagai
panglima perang untuk melakukan ekspansi wilayah dalam upaya mendakwahkan
agama Islam. Kesetiaannya mendampingi Rasulullah di medan perang terus berlanjut
hingga masa kepemimpinan khalifah Usman bin Affan. Peran yang amat besar dimasa
lanjut usianya yakni dengan kesediaannya berlayar ke tanah Asia yakni China untuk
mendakwahkan agama Islam. Dalam upayanya tersebut, Sa’ad bin Abi Waqqash
diterima dengan tangan terbuka oleh Kaisar Yung Wei hingga umat Islam
diperbolehkan untuk mendirikan masjid serta diberikan kebebasan untuk
mendakwahkan ajaran Islam di tanah China. Hal ini membuktikan bahwa Sa’ad bin
Abi Waqqash berjuang secara totalitas dalam memimpin peperangan. Perannya
memberikan keteladanan serta perjuangan dalam mengarahkan pergerakan pasukan
yang mengantarkan pada kemenangan.
Daftar Pustaka