Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengideraan terhadap suatu objek tertentu

penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni : indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

(Notoatmodjo, 2003).

Tingkat perngetahuan lansia berpengaruh dalam

mempertahankan status kesehatan bagi lansia, seperti lansia

mempunyai pengetahuan tentang pengaturan diet sehari-hari, menjaga

kebugaran tubuh dengan olahraga, pengaturan istirahat yang cukup,

menjaga kebersihan diri, keamanan dan keselamatan serta

pemeriksaan kesehatan secara rutin. Dengan tingginya pengetahuan

lansia tentang status kesehatan maka lansia akan berusaha untuk

mempertahankan kesehatannya agar lansia tersebut tetap sehat. (Siti

bandiyah, 2009).
8

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan dalam

domain kognitif mencakup enam tingkatan yaitu :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Misalnya para lansia tahu hipertensi itu

apa dan tanda dan gejala hipertensi.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagi suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Misalnya

lansia dapat menjelaskan bagaimana cara pengendalian hipertensi.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi merupakan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya) aplikasi disini dapat diartikan atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagai

dalam konteks atau situasi.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kuatnya antara

satu dengan yang lain. Misalnya lansia mampu dan memahami

bagaimana upaya pencegahan tehadap penderita hipertensi.


9

5) Sistesis (Synhtesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk

melakukan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penelitian terhadap suatu materi objek penilaian ini

berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau berdasarkan

kriteria yang ada. Misalnya lansia penderita hipertensi dapat

mengendalikan tekanan darahnya.

2.1.2 Sikap

a. Pengertian

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

(Notoatmodjo, 2003).

Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap

secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi

yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. New Comb, seorang

ahli psikologi sosial mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksana motif tertentu.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi

adalah merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.


10

b. Komponen Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003), sikap terbentuk dari tiga

komponen yaitu :

1) Komponen kognitif, sikap terutama mengandung

pemikiran atau kepercayaan tentang seseorang atau objek.

2) Komponen afektif, komponen ini dihubungkan dengan perasaan

dan emosi tentang seseorang atau sesuatu.

3) Komponen prilaku, sikap terbentuk dari tingkah laku

seseorang.

c. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003), sikap terdiri dari empat tingkat

yaitu :

1) Menerima (Receiving)

Menerima artinya bahwa orang (subjek) dan mau memperlihatkan

stimulus yang diberikan objek. Sikap lansia penderita hipertensi

dapat dilihat dari perhatian lansia tersebut jika diberikan

penyuluhan tentang hipertensi.

2) Merespon (Responsible)

Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap.

Adanya suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan terlepas dari pekerjaan itu

benar atau salah menunjukkan bahwa orang menerima ide

tersebut. Klien lanjut usia dapat menjawab bagaimana upaya


11

pengendalian tekanan darah.

3) Menghargai (Valuning)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi

sikap tingkat tiga. Seorang lansia penderita hipertensi mengajak

teman atau kerabatnya untuk melakukan upaya-upaya yang dapat

dilakukan untuk mengendalikan tekanan darahnya.

4) Bertanggung Jawab (Responsible )

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

d. Penilaian Sikap

Menurut Aziz (2009), penilaian sikap diantaranya adalah :

1) Pernyataan Positif

a) Sangat setuju : 4

b) Setuju : 3

c) Tidak setuju : 2

d) Sangat tidak setuju : 1

2) Pernyataan Negatif

a) Sangat Setuju : 1

b) Setuju : 2

c) Tidak Setuju : 3

d) Sangat Tidak Setuju : 4


12

2.2 Lanjut Usia

2.2.1 Definisi

Beberapa pendapat mengenai pengertian lanjut usia yaitu : (Siti bandiyah,

2009).

a. Menurut Depkes RI

Lanjut usia adalah seseorang yang telah berumur 60 tahun

keatas dan mempunyai karakteristik yang berbeda dari yang lain.

b. Menurut UU tahun 1998 pasal I ayat 2

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke

atas.

2.2.2 Batasan–Batasan Lanjut Usia

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

1) Middle Age (usia pertengahan) : 45 –59 tahun

2) Eiderly (lanjut usia) : antara 60 – 74 tahun

3) Old (lanjut usia) : antara 75 – 90 tahun

4) Very Old (lanjut usia sangat tua) : diatas 90

b. Menurut Depkes

1) Kelompok pra usia lanjut : 45 – 59 tahun

2) Kelompok usia lanjut : 60 tahun keatas

3) Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi : diatas 70 keatas

c. Menurut Sumiati Ahmad Muhammad

1) Prasenium (mass tengah umur) : 40 – 65 tahun

2) Senium (mass lanjut usia) : 65 tahun keatas


13

2.2.3 Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Usia Lanjut

Menurut Siti Bandiyah (2009), perubahan yang terjadi pada usia lanjut

sebagai berikut :

a. Perubahan Fisik

1) Sel

a) Lebih sedikit jumlahnya.

b) Lebih besar ukuranya.

c) Berkurangnya cairan jumlah cairan dalam tubuh dan

berkurangnya cairan intraseluler.

d) Jumlah sel otak menurun.

2) Sistem Pendengaran

a) Hilangnya kemampuan pendengaran telinga.

b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan osteoklerosis.

c) Terjadinya penumpukan cerumen dapat mengeras.

3) Sistem Penglihatan

a) Kekeruhan pada lensa penyebab katarak.

b) Hilangnya daya akomodasi.

c) Menurunya lapangan pandang.

4) Sistem Kardiovaskular

a) Elastisitas, dinding aorta menurun.

b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

c) Kemampuan jantung memompa darah menurun.

d) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya


14

resistensi dari pembuluh darah perifersistolik 170 mmHg.

5) Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh

a) Pada pengaturan temperatur suhu tubuh, hipotalamus

dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu menetapkan

suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang

mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain :

hipotermia dan sering menggigil.

6) Sistem Respirasi

a) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

b) Kapasitas residu meningkat.

c) Alveoli ukurannya melebar sari biasa dan jumlahnya

berkurang.

d) O2 ada arteri menurun menjadi 75 mmHg.

e) Co2 pada arteri tidak berganti.

7) Sistem Gastrointerstinal

a) Kehilangan gigi.

b) Indra pengecap menurun.

c) Esofagus melebar.

d) Peristaltik melemah.

e) Liver semakin kecil dan menurunkan tempat penyimpanan.

8) Sistem Genitorurinaria

a) Nefron menjadi atrofi.

b) Vesika urinaria otot-ototnya menjadi lemah.

c) Atrofi vulva.
15

d) Bisa terjadi disuria.

9) Sistem Endokrin

a) Produksi dari semua hormon menurunnya aktifitas tiroid.

b) Menurunnya produksi aldosteron.

c) Menurunnya sekresi hormon kelamin misalnya progesteron,

ekstrogen dan testeron.

10) Sistem Intragumen

a) Kulit mengerut akibat kehilangan jaringan lemak.

b) Permungkaan kulit kasar dan bersisik

c) Menurunnya respon terhadap trauma.

d) Mekanisme proteksi kulit menurun.

11) Sistem Musculuscletal

a) Kifosis.

b) Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.

c) Persendian membesar dan menjadi kaku.

d) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

2.3 Hipertensi

2.3.1 Defenisi

Hipetensi adalah tekanan darah sistolik ¿ 140 mmHg dan tekanan darah

diastolik ¿ 90 mmHg. (Arif Mansjoer, 2000).

Hipertensi adalah kondisi tekanan darah seseorang yang berada diatas

keadaan tekanan normal dimana tekanan normal adalah 120/80 mmHg. (Yekti

Susilo, 2011).
16

Hipertensi adalah faktor penyebab timbulnya penyakit berat seperti

serangan jantung, gagal ginjal dan stroke. (Yekti Susilo, 2011).

2.3.2 Etiologi

Menurut Arif Mansjoer (2000), berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi

menjadi dua golongan yaitu :

a. Hipertensi esensial atau primer yang tidak kita ketahui penyebabnya,

disebut juga mempengaruhi hipertensi idiopatik. Banyak faktor yang

mempengaruhi seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan

saraf simpatis, sistem renin-angotensin, defek dalam eksresi Na,

peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang

meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta

polisitemia.

b. Hipertensi sekunder (Aquisita) penyebab spesifiknya diketahui,

seperti gangguan ekstrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,

hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.

2.3.3. Gejala Hipertensi

Menurut Yekti Susilo (2011), gejala-gejala yang terdapat pada penderita

hipertensi adalah sebagai berikut :

a. Sering sakit kepala.

b. Kelelahan.

c. Mual.

d. Muntah.

e. Sesak nafas.
17

f. Gelisah.

g. Tengkuk sakit.

h. Pandangan kabur yang terjadi akibat terjadinya kerusakan pada otak.

i. Mata berkunang-kunang.

2.3.4 Klasifikaasi Hipertensi

Tabel 2.1

Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


Darah (mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stage I 140-159 90-99
Hipertensi Stage II >160 > 100
(http : //www. rajawarna. cara jitu mengatasi hipertensi. com)

2.3.5 Patofisiologi Hipertensi

Mengenal patofisiologi hipertensi masih banyak terdapat ketidak pastian.

Sebagian kecil pasien (2%-5%) menderita penyakit ginjal atau adrenal sebagai

penyebab meningkatnya tekanan darah. Pada sisanya tidak dijumpai penyebabnya

dan keadaan ini dinamakan hipertensi esensial.

Beberapa mekanisme fisiologis terlibat dalam mempertahankan tekanan

darah yang normal, dan gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan

terjadinya hipertensi esensial. Mungkin banyak faktor yang saling berkaitan ikut

berperan dalam terjadinya peningkatan tekanan darah dan faktor-faktor ini dapat

berbeda pada masing-masing pasien.


18

Dari hasil penelitian pada penduduk desa dan kota didapatkan bahwa

faktor herediter (turunan) juga ada perannya, bersifat poligenik, disamping

pengaruh faktor lingkungan.

Faktor yang telah banyak diteliti ialah : asupan garam, obesitas, resistensi

terhadap insulin, sistem renin-angiostenin dan sistem saraf simpatis. Selama

beberapa tahun terakhir faktor-faktor lain dievaluasi, termaksuk faktor genetik,

disfungsi endotelial (yang bermanifestasi pada perubahan endotelin dan oksida-

nitrogen), berat badan lahir yang rendah dan nutrisi intrautenin dan anomali

neorovaskular. (Lumbantobing, 2008).

2.3.6 Komplikasi Hipertensi

Menurut Lumbantobing (2008), beberapa komplikasi hipertensi

diantaranya adalah :

a. Stroke.

b. Ensepalopati.

c. Perdarahan serebral (otak).

d. Hipertropi bilik kiri jantung.

e. Gagal jantung kongestif.

f. Trombosis serebral.

g. Infark miokard.

h. Penyakit jantung koroner (PJK).

i. Sindrom klaudikasio.
19

2.3.7 Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan penatalaksanaan hipertensi dimulai dari peawatan dan pengobatan

adalah menurunkan komplikasi bagi yang sudah menderita serta mencegah

terjadinya kamatian dan morbiditas. Tujuan terapi adalah adalah mencapai dan

mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg dan tekanan diastolik

dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor terjadinya komplikasi.

Penatalaksanaan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu penatalaksanaan

perawatan (non farmakologi) dan penatalaksanaan farmakologi.

Penatalaksanaa keperawatan (non farmakologi) :

a. Menganjurkan klien yang obesitas untuk mengurangi berat badannya

sampai batas tubuh ideal.

b. Menganjurkan mengubah pola makan. Mengurangi konsumsi garam

dan makanan yang mengandung kolesterol tinggi

c. Menganjurkan untuk berhenti merokok.

d. Menghentikan pemakaian alkohol dan narkoba.

e. Menganjurkan hidup dengan pola yang sehat, tidur cukup.

f. Mengatakan bahwa klien hipertensi harus dapat mengelola stress

dengan baik.

Menurut Yekti Susilo (2011), penatalaksanaan secara farmakologi dengan

menggunakan obat-obat hipertensi diantaranya adalah :

a. Diuretik Tiazide

Diuretik dapat membantu ginjal membuang garam dan air, yang

mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga menurunkan

tekanan darah. Diuretik juga mengakibatkan pelebaran pembuluh


20

darah.

b. Penghambat Adrenergik

Ini merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfa bloker, beta

bloker, yang menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem saraf

pusat adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan

respon terhadap stres dengan cara meningkatkan tekanan darah.

c. Angiotensin Converting Enyzime inhibitor (ACE Inhibitor )

Obat ini menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara

melebarkan pembuluh darah.

d. Angiotensin H-Bloker

Obat jenis ini menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu

mekanisme yang mirip dengan ACE inhibitor.

e. Antagonis Kalsium

Pemberian obat ini kepada penderita hipertensi akan menyebabkan

melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang benar-benar

berbeda.

f. Vasodilator

Obat ini langsung menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Obat ini

hampir selalu sebagai tambahan obat anti hipertensi lainnya.

2.4 Upaya Pengendalian Hipertensi

Hipertensi tidak muncul dengan begitu saja, naiknya tekanan darah

biasanya merupakan akumulasi dari sikap hidup yang tidak sehat dan sudah

berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Semua kebiasaan-kebiasaan yang


21

buruk dalam kehidupan dan pola makan yang tidak sehat akan menambah daftar

buruk yang memicu terjadinya hipertensi.

Maka dari itu harus diupayakan pengendalian tekanan darah, upaya ini

dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a. Pola Makan Sehat.

Ada babarapa patokan pola makan sehat yang dapat dijadikan

panduan bagi para penderita hipertensi yaitu :

1) Kurangi konsumsi garam dalam makanan sehari-hari kita.

Dimana mengurangi asupan garam hingga hanya 2.300 miligram

(sekitar 1 sendok teh) per hari. (http : //natar indonesia. com/diet-

sehat/93-diet untuk kesehatan/572-diet-bagi penderita-hipertensi.

html di akses tanggal 1 maret 2012).

2) Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan

kalsium karena dapat mengurangi hipertensi. Dimana kalium

dapat berfungsi sebagai diuretik sehingga pengeluaran cairan

natrium meningkat, magnesium dapat berfungsi sebagai

vasodilator koroner. (http : // geasy. wordpress. com/ 2008/07/6/

kupas-tuntas-hipertensi/ di akses tanggal 1 maret 2012).

3) Kurangi minum minuman yang berakohol jika dapat tidak sama

sekali. Bagi yang sudah mempunyai riwayat hipertensi jumlah

alkhol yang dikonsumsi maksimal 30 ml untuk pria dan

perempuan 15 ml perharinya.

4) Makan sayur dan buah-buahan yanng berserat tinggi.


22

5) Kendalikan kadar kolesterol kita. Kurangi makanan yang

mengandung lemak jenuh, lemak tinggi menyebabkan terjadinya

plak-plak yang menyumbat aliran darah sehingga tekanan darah

semangkin tingggi.

6) Tidur yang cukup setiap hari antara 6-8 jam setiap harinya.

Kondisi tubuh yang kurang istirahat yang menyebabkan tekanan

darah naik dan memicu terjadinya hipertensi.

7) Konsumsi minyak ikan. Telah diketahui bahwa peningkatan

konsumsi minyak ikan yang mengandung asam lemak (omega 3)

dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan terutama bagi

mereka yang menderita diabetes.

8) Puasa secara rutin untuk mengendalikan tekanan darah.

(Yekti Susilo, 2011).

b. Pola Hidup Sehat

Untuk mengendalikan hipertensi selain pola makan sehat kita

juga harus menjaga pola hidup sehat. Berikut ini pola hidup sehat

yang harus dijalani oleh penderita hipertensi yaitu :

1) Melakukan olahraga secara teratur bisa menurunkan takanan

darah tinggi. Lakukan selama 30 hingga 45 menit sehari sebanyak

3 kali seminngu. Seperi : jongging, bulu tangkis, berenang dan

erobik.

2) Jalankan terapi antistres agar mengurangi stress dan kita mampu

mengendalikan emosi secara stabil.

3) Berhenti merokok juga berperan besar mengurangi hipertensi.


23

4) Menjaga berat badan, tekanan darah dapatcukup turun bayak jika

program penurunan berat badat berhasil.

5) Membiasakan melakukan pengukuran tekanan darah gunanya

untuk mengantisipasi kalau terkena tanda-tanda akan terjadinya

hipertensi.

(Yekti Susilo, 2011).

Anda mungkin juga menyukai