TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP KECEMASAN
1. Definisi Kecemasan
Menurut sutejo (2018) Asietas atau kecemasan adalah suatu
perasaan takut akan terjadinya sesuatu yang di sebabkan oleh antisipasi
bahaya dan merupakan sinyal yang membantu individu untuk bersiap
mengambil tindakan menghadapi ancaman. Pengaruh tuntutan, persaingan
serta bencana yang terjadi dalam kehidupan dampat membawa dampak
terhadap kesehatan fisik dan pisikologi. Salah satu dampak pisikologi
yaitu asietas atau kecemasan. Menurut Stuart dan Sundeen (2016).
2. Tanda Dan Gejala Kecemasan
Menurut sutejo 2018 tanda dan gejala kecemasan adalah sebagai berikut :
1) Khawatir
2) Firasat buruk
3) Takut akan fikirannya
4) Mudah tersinggung
5) Merasa tegang dan tidak tenang
6) Gelisah serata mengalami ganguan pola tidur
3. Macam – Macam Kecemasan
Menurut Zaviera (2016)
a. Kecemasan objektif (realistik) ialah jenis kecemasan yang
berorientasi pada aspek bahaya-bahaya dari luar seperti melihat
atau mendengar sesuatu yang dapat berakibat buruk.
b. kecemasan neurosis adalah suatu bentuk jenis kecemasan yang
apabila insting pada panca indra tidak dapat dikendalikan dan
menyebabkan seseorang berbuat sesuatu yang dapat dikenakan
sangsi hukum.
c. kecemasan moral adalah jenis kecemasan yang timbul dari
perasaan sanubari terhadap perasaan berdosa apabila seseorang
melakukan sesuatu yang salah.
4. Tingkat Kecemasan
1) Hamiltion Ranting Scale For Anxiety ( HRS-A ) Alat ukur ini terdiri dari
14 kelompok, dengan gejala masing-masing kelompok dirinci lagi degan
gejala- gejala yang lebih spesifik. Petunjuk penggunaan alat ukur HRS-
A adalah :
a. 0 = tidak ada ( Tidak ada geja sama sekali )
b. 1 =,Ringan ( satu gejala dari pilihan yang ada)
c. 2 = Sedang ( separuh dari gejala yang ada)
d. 3 = Berat ( lebih dari separuh dari gejala yang ada)
e. 4 = sangat berat ( Semua gejala yang ada )
2) Visual Analog Scale for Anxiety (VAS-A) Breivik H, Borchgrevink P.C,
Allen S cit. Hassyati (2018), mengemukakan VAS sebagai salah satu
skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur intensitas
kecemasan pasien yang biasa digunakan. Terdapat 11 titik, mulai dari
tidak ada rasa cemas (nilai 0) hingga rasa cemas terburuk yang bisa
dibayangkan (10). VAS merupakan pengukuran tingkat kecemasan yang
cukup sensitif dan unggul karena pasien dapat mengidentifikasi setiap
titik pada rangkaian, daripada dipaksa memilih satu kata atau satu
angka. Pengukuran dengan VAS pada nilai 0 dikatakan tidak ada
kecemasan, nilai 1 - 3 dikatakan sebagai cemas ringan, nilai 4 – 6
dikatakan sebagai cemas sedang, diantara nilai 7 – 9 cemas berat, dan 10
dianggap panik atau kecemasan luar biasa.
Diabetes militus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi baik saat
pancreas tidak menghasilkan cukup insulin atau bila tubuh tidak dapat
secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Insulin adalah
hormon penting yang diproduksi di klenjar pancreas, yang mengatur
transport gula darah dari aliran darah kesel tubuh dengan mengubah
glukosa menjadi energi. Kurangnya insulin atau ketidak mampuan sel
untuk merespon insulin menyebabkan kadar glukosa darah tingi atau
hiperglikemia, yang merupakan ciri khas diabetes militus . Hiperglikemia,
jika dibiarkan tidak terkendali maka bisa menyebabkan kerusakan pada
sistim tubuh, yang mengarah pada komplikasi kesehatan yang mengancam
jiwa seperti penyakit kariovaskuler, meuropati, dan penyakit mata
(Word Health Oranization, 2016 ).
a. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu
dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan
merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan
diabetes militus secara holistik. Materi edukasi terdiri dari
materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi tingkat lanjutan.
Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan
Kesehatan Primer yang meliputi: materi tentang perjalanan
penyakit diabetes militus, penyulit diabetes militus dan
risikonya, interaksi antara asupan makanan, aktivitas, dll.
Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan
Kesehatan Sekunder atau Tersier yang meliputi:
penatalaksanaan diabetes militus selama menderita penyakit
lain, pemeliharaan atau perawatan kaki, dll.
b. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara
menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan
yang lain serta pasien dan keluarganya). Guna mencapai sasaran
terapi TNM sebaiknya diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap
penyandang diabetes militus. Prinsip pengaturan makan pada
penyandang diabetes militus hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing masing
individu. Penyandang diabetes militus perlu diberikan penekanan
mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan
jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang
menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi
insulin itu sendiri. Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri
dari: karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan
energi terutama karbohidrat yang berserat tinggi, asupan lemak
dianjurkan sekitar 20- 25% kebutuhan kalori, protein dibutuhkan
sebesar 10-20% total asupan energi, anjuran asupan natrium
untuk penyandang diabetes militus sama dengan orang sehat
yaitu <2300 mg perhari, penyandang diabetes militus dianjurkan
mengonsumsi serat dari kacang-kacangan, buah dan sayuran
serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, pemanis aman
digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily
Intake/ ADI).
c. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan
secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45
menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan
tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani.
Apabila kadar glukosa darah <100 mg/dl pasien harus
mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dl
dianjurkan untuk menunda latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari
atau aktivitas sehari-hari bukan termasuk dalam latihan jasmani
meskipun dianjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Latihan
jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan
berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobic dengan
intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal) seperti:
jalan cepat, bersepeda santai, joging, dan berenang. Denyut
jantung maksimal dihitung dengan cara mengurangi angka 220
dengan usia pasien. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani.
d. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan
makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi
farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan. Obat
antihi perglikemia oral dibagi menjadi 5 golongan: pemacu
sekresi insulin (insulin Secretagogue; seperti sulfonylurea dan
glinid), peningkat sensitivitas terhadap insulin; seperti metformin
dan tiazolidindion (TZD), penghambat absorbs glukosa di
saluran pencernaan: seperti penghambat alfa glukosidase,
penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV): seperti
sitagliptin dan linagliptin, penghambat SGLT-2 (Sodium
Glucose Co-transporte 2); seperti canagliflozin dan
empagliflozin
D. KONSEP PRA LANSA
a. Definisi Pra Lansia
pra lansia yaitu seseorang yang berusia 45-59 tahun, yang memiliki
masalah kesehatan seperti diabetes militus atau hipertensi yang dapat
mempengaruhi peran dan tanggung jawab pra lansia. Pra lansia adalah usia
tepat untuk mempersiapkan diri menuju lanjut usia dan menidentifikasi pra
lansia sebagai kelompok masyarakat yang mudah terserang kemunduran
fisik dan mental. world health organization (WHO, 2016)
b. Batasan -Batasan Lanjut Usia
Menurut World health organization (WHO, 2016) usia lanjut di bagi
empat kriteria yaitu :
1) usia pertengahan (middle age) adalah usia antara 45-59tahun.
2) lanjut usia (elderly) adalah usia antara 60-74 tahun.
3) lanjut usia tua (old) adalah usia antara 75-90 tahun.
4) usia sangat tua (very old) adalah usia diatas 90 tahun.
c. Teori Proses Menua
Menurut depkes RI (2016). Tentang proses menua yaitu :
1) Teori – teori biologi
a. Teori genetik dan mutasi (somaticmutatie theory)
Menurut teori ini menua telah terperogram secara genetik untuk
sepesiessepesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang di perogram oleh molokul- molokul /
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi
sehingga terjadi penurunan kemampuan fungsional sel.
b. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stes menyebabkan sel-sel tubuh lelah
(rusak)
c. Reaksi dari kekebalan sendiri (Auto immune teori)
Didalam proses metabolism tubuh, suatu saat di produksi suatu
zat khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidaktahan terhadap
zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit.
b. Teori imunologi slow virus ( immunology slow virus teori)
Sistem immune menjadi efektif degan bertambahnya usia dan
masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh.
c. Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan
tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kesetabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stess
menyebabkan sel- sel tubuh telah terpakai.
d. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi
oksigen bahan- bahan organik seperti karbohidrat dan protein.
Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel- sel tidak dapat
regenerasi.
2) Teori kejiwaan social
a. Aktifitas atau kegiatan (aktivity theory)
Usia lanjut mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat
didalakukannya. Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses
adalah mereka yang aktif dan ikut bayak dalam kegiatan sosial.
b. Keperibadian berlanjut (continuity theori)
Dasar keperibadian atau tingkah laku seseorang tidak berubah.
Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada
seseorang sangat di pengaruhi oleh type personality yang
dimiliki.
c. Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya. Keadan ini mengakibatkan interaksi sosial
yang menurun.
d. Penyesesuaian-Penyesuaian Pada Pra Lansia
Beberapa penyesuaian yang dihadapi pra lansia yang sangat
mempengaruhi kesehatan jiwanya diataranya :
1) Penyesuan terhadap masalah kesehatan
2) Penyesuaian pekerja dan masa pensiun
Sikap kerja sangat penting bagi semua tingkat usia terutama pra
lansia karena sikap kerja ini tidak hanya kualitas kerja yang mereka
lakukan tetapi juga sikapnya terhadap masa pensiun yang akan
datang (Hurlock, 2011).
3) Penyesuaian terhadap perubahan dalam keluarga
Penyesuaian yang dihadapi pra lansia diantaranya hubungan degan
pasangan, perubahan perilaku, seksual dan sikap sosialnya, dan
status ekonomi (Hurlock, 2011).
4) Penyesuaian terhadap hilangnya pasangan dan orang yang di cintai
Penyesuaian utama yang harus di lakukan oleh pra lansia adalah
penyesuaian yang dilakukan karena kehilangan pasangan hidup.
Kehilangan tersebut dapat disebabkan oleh kematian atau
perceraian (Hurlock, 2011).
Kondisi ini mengakibatkan ganguan emosional dimana pra lansia
akan merasa sedih akibat kehilangan orang yang dicintainya
(Hidayat, 2012).
E. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah kerangka hipotesis yang menunjukan keterangan situasi
masalah yaitu faktor faktor yang berhubungan dengan kondisi masalah
(Lapau, 2013). Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Diabetes Militus
Medis
1. pengertian
Obat – obatan
2. klasifikasi
Non medis
3. faktor resiko
a. edukasi
4. Tanda Gejala
b.terapi nutrisi
5. Komplikasi
c. latihan jasmani
6. Penata laksanaan
Penanganan
DM
Ringan
a. pendidikan
b. informasi
c. umur
GDS
Ket : Berat
Diteliti
Tidak di teliti
BAB III
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu realitas dan
membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variable
dan akan membantu peneliti untuk menghubungkan hasil penemuan
dan teori (Nursalam,2015).
Adapun kerangka konseptual dari peneliti ini adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1
Kerangka konsep penelitian
Tingkat pengetahuan
Cemas
Baik
Cukup Ringan
Kurang Sedang
Berat
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari sebuah pertanyaan dalam
penelitian mengenai hubungan 2 variabel atau lebih (Nursalam, 2015)
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
H0: Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang diabetes
militus dengan kemasan pada pra lansia
H1: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang diabetes militus
dengan kecamasan pada pra lansia.
C. Definisi Oprasional
Definisi oprasional adalah mengidentifikasi variable secara oprasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat
terhadap suatu objek atau fenomena. Definisi oprasional ditentukan
berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran pada penelitian.
Sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana dapat di ukur dan
ditentukan karakteristiknya (Hidayat, 2014).
Table 3.1
Definisi oprasional
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu :
1. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
menjadi penyebab terjadinya variabel terikat (dependen)
(Donsu, 2016) Variabel Independen atau variabel bebas pada
penelitian ini adalah tingkat pengetahuan tentang diabetes militus.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi atau dikenal juga sebagai variabel yang menjadi
akibat karena adanya variabel independen (Zulfikar, 2016).
Variabel dependen atau variabel terikat pada penelitian ini adalah
kecemasan pada pra lansia di Kp. Pekopen Cobra Tambun
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik , lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah. (Arikunto, 2019) Intrumen yang digunakan dalam peneltian ini
yaitu lembar kuisioner VAS-A untuk tingkat kecemasan pada pra
lansia. Untuk variabel tingkat pengetahuan tentang diabetes militus
menggunakan wawancara kepada semua responden.
F. Validitas Dan Reliabilitas Intrumen
1. Uji validitas
uji validitas merupakan ukuran ketepatan antara data pertanyaan
dengan variabel penelitian (Fatimah,dkk, 2021). Tinggi rendahnya
validitas instrument menunjukan sejauh mana data yang terkumpul
tidak menyimpang dari gambaran variabel. Uji validitas pada
penelitian ini adalah pada variabel tingkat kecemasan
2. Uji Reliabilitas
Uji reabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana
suatu alat pengukuran dapat di percaya. (Nursalam, 2015). Uji
reliabilitas dilakukan pada soal yang telah di nyatakan valid. Uji
reabilitas menggunakan rumus koefisien Alpa Cronbach. Nilai
dikatakan reliable apabila nilai Alfa Cronbach > 0.60 dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
G. Metode Penumpulan Data
1. Sumber data
a. Data primer
Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara
langsung dari pra lansi Kp. Pekopen cobra Tambun. Data
dikumpulkan melalui wawancara dengan mengisi
formular kuisioner yang telah disediakan, data primer
menyangkut :
1. Identitas responden
2. Umur responden
3. Jenis kelamin
4. Data tingkat pengetahuan di diperoleh dari
wawancara
5. Pengukuran kecemasan di peroleh dari kuisioner
VAS-A
b. Data sekunder
Data sekunder dalam penelitiaan ini diperoleh dari
literatur ilmiah dan penelitian-penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan variabel yang ada dalam peneitian.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Kuisioner
Kuisioner yaitu teknik pengumpulan data dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh
peneliti kemudia dibagikan kepada tiap responden untuk
diisi. Kuisioner di isi di tempat, kemudian lembar kuisioner
yang telah diisi dikembalikan lagi kepada peneliti saat itu
juga. Dalam penelitian ini, kuisioner digunakan untuk
megukur tingkat kevemasan pra lansia di Kp. Pekopen
Cobra Tambun
b. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti
melakukan pengamatan langsung kepada responden. Dalam
penelitian ini, observasi digunakan untuk melihat tingkat
pengetahuan tentang diabetes militus pada pra lansia di Kp.
Pekopen Cobra Tambun dengan mewawancarai satu persatu
responden
3. Proses Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada
subjektif dan proses pengumpulan karakteristik subjektif yang
di tetapkan dalam suatu penelitian (Nursalam,2013). Dalam
melakukan penelitian ini prosedur yang ditetapkan adalah
sebagai berikut :
a. Menentukan masalah dan mengajukan judul kepada
pembimbing
b. Menyusun proposal penelitian
c. Mengurus surat perizinan penelitian dan fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Assafiiyah
d. Menngantar surat izin penelitian kepada kepala rt 01
Kp. Pekopen Cobra Tambun
e. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian
yang akan dilakukan dan bila bersedia menjadi
responden diperkenankan mengisi inform consent.
f. Menjelaskan kepada responden tenntang pengisian
kuisioner.
g. Pembagian kuisioner kepada responden penelitian untuk
diisi semua daftar pertnyaan yang ada di dalamnya.
h. Melakukan pengecekan gula darah kepada responden
penelitian untk mengetahui terjadi dan tidak terjadinya
diabetes militus.
i. Pengambilan kuisioner yang telah diisi lengkap oleh
responden
j. Pengumpulan data dan setelah data terkumpul dilakukan
analisa data
k. Penyusunan laporan hasil penelitian
H. Metode Pengolahan Data
Berikut tahap-tahap dalam proses pengolahan data menurut
(Notoatmojo,2018)
a. Editing
Peneliti memeriksa kembali kelengkapan isi kuisioner, jika
terjadi kekurangan data, maka di Tanya ulang atau
mengganti responden.
b. Scoring
Peneliti memberikan sekor pada lembar kuisioner yang
telah diisi, kemudia peneliti menghitung dan
membandingkan dengan skor penilaian yang telah dibuat.
c. Coding
Peneliti melakukan penggantian data, diaman adata awal
yang berbentuk kuisioner diubah menjadi data dalam
bentuk angka. Dapat digunkan pada penelitian kuantitatif
untuk mempermudah dalam penggolaan data.
Pengkodean dalam peneliti ini adalah
Tingkat pengetahuan
Baik : 77-100%
Cukup : 56-75%
Kurang : <56%
Tingkat kecemasan
Ringan : 4-6
Sedang : 7-9
Berat : 10
d. Entry data
Peneliti memasukan data yang telah di ubah kedalam
program spss. Dalam memproses data dibutuhkan
ketelitian agar tidak terjadi kesalahan dari hasil penelitian
yang telah dilakukan.
e. Cleaning
Peneliti melakukan pengecekan kembali terhadap data-data
dari responden yang telah dimasukan kedalam program
SPSS, setelah dilakukan pembersihan data selesai maka
SPSS memberikan hasil dan kemudian dilakukan analisa
data
I. Analisis Data
Analisis data dibagi menjadi dua metode analisa Univariat dan
analisa Bivariat yaitu sebagai berikut :
a. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo, 2018). Analisis univariat pada penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui berbagai karakteristik seperti
frekuensi gambaran tingkat pengetahuan dan frekuensi
gambaran tingkat kecemasan pra lansia. Persentase
(gambaran) masing-masing variabel diukur secara proporsi
dengan rumus sebagai berikut :
P= f x 100%
n
Keterangan :
P : Presentase
F : frekuensi data kelompok
n : Jumlah sampel
b. Analisa Bivariate
Setelah analisis univariat dilakukan, akan diketahui hasil dari
karakteristik atau distribusi setiap variabel, kemudian dapat
dilanjutkan ke analisis bivariate. Analisis bivariate dilakuka
terhadap dua variabel yang diduga mempunyai hubungan atau
korelasi (Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian ini analisa
bivariate dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat
pengetahuan diabetes militus dengan kecemasan pada pra
lansia di Kp. Pekopen Cobra Tambun. Analisa bivariat yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji statistic chi
square. Jika diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini
digunakan tingkat kemaknaan (a) = 0,05 yaitu jika diperoleh
p< 0,05 maka ada hubungan yang signnifikan antara tingkat
pengetahuan diabetes militus dengan kecemasan pra lansia
jika diperoleh nilai p > 0,05, maka tidak ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kecemasan
J. Etika Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2018), etika penelitian adalah suatu
pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan penelitian
yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek
penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil
penelitian tersebut.
Dalam melaksanakan sebuah penelitian ada tiga prinsip yang
harus diperhatikan, yaitu :
1. Informed concent
Lembar persetujuan antara peneliti dengan responden yang
berisi penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian yang diperoleh responden.
2. Anonymity
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan
nama responden, kecuali disetujui oleh responden
3. Confidentialy
Tidak akan menginformasikan data dan informasi isi
jawaban responden