Anda di halaman 1dari 3

Nama : Siti Rahmah Yulfiani

NIM : 2004466
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Mata Kuliah : Studi Wacana

Wacana Humor dalam Meme dan Analisis Pragmatik-nya

Dalam beraktivitas, seluruh manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi.


Mereka akan menggunakan bahasa untuk bertukar informasi ataupun berinteraksi dengan
lainnya. Bahasa pun dapat menjadi sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan, pendapat baik
secara lisan maupun tulisan. Bahasa sebagai alat komunikasi akan termuat dalam wacana.
Wacana pun terbagi menjadi wacana tulis dan wacana lisan. Dalam penyampaiannya, wacana
tulis menggunakan bahasa tulis sebagai perantara untuk mengungkapkan suatu informasi dari
penulis yang ingin disampaikan kepada para pembaca. Perlu adanya penyusunan bahasa lisan
agar nantinya pembaca dapat memahami tulisan dan makna yang dikandung di dalamnya.
Dalam hal ini, wacana berhubungan dengan pragmatik (Wijana, 2006). Pragmatik adalah
salah satu cabang linguistik yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal dan
membahas maksud dari suatu tindak tutur.
Hadirnya teknologi menjadi salah satu perubahan besar bagi manusia. Seseorang akan
dapat dengan mudah mengungkapkan pikirannya, menyebarkan informasi, ataupun
berpendapat dengan lebih leluasa berkat adanya media online. Selain sebagai wadah untuk
menyampaikan gagasan, media online juga banyak dijadikan sebagai sarana untuk
memberikan hiburan/humor. Humor tersebut disampaikan melalui banyak tulisan dan gambar
lucu. Humor ini pun tidak hanya digunakan sebagai hiburan semata, terdapat jenis humor
pada media online yang bersifat mengkritik. Saat ini ada wacana humor yang banyak
dipergunakan oleh masyarakat virtual yakni meme (dibaca: mim).
Meme adalah ide, gagasan, kebiasaan, atau gaya yang menyebar dari orang ke orang
dalam suatu budaya (Diaz, 2013: 84). Dawkins memaknai meme sebagai unsur transmisi
budaya yang dapat berupa pemikiran, ide, gagasan, kebiasaan, atau hal lain yang membentuk
pola kebudayan tertentu. Banyak meme yang ditemukan di sosial media berbentuk
gambar/foto dengan mengandung tulisan tertentu. Hal ini didukung oleh pernyataan Nugraha,
dkk. (2015:239) yang menyatakan meme adalah gambar atau foto yang diberi teks atau
bahasa sehingga menghasilkan makna baru. Dapat disimpulkan bahwa meme merupakan
suatu bentuk wacana.
Pada dasarnya, gambar dan tulisan yang ada di dalam meme bersifat menghibur.
Namun, ternyata di dalamnya terdapat maksud ataupun implikatur tertentu yang hendak
disampaikan dari pembuat atau pengirim meme kepada pembaca atau penerima meme.
Maksud yang terkandung pun tak hanya bersifat menghibur atau lucu saja, terdapat maksud
lain yang tersirat di dalamnya. Meme dapat bermaksud untuk menyindir, mengkiritik,
mengejek, dan lain sebagainya. Meme sering digunakan sebagai sisispan pada saat
berkomunikasi secara online. Banyak masyarakat virtual yang menggunakan meme pada saat
berkomunikasi dengan individu lain. Bahkan meme dapat berdiri sendiri tanpa adanya wacana
lain yang mengikutinya, dan termasuk pada kegiatan berkomunikasi. Berikut contoh meme
yang ada di media daring Instagram.
(1) (2) (3)
Pada contoh meme nomor 1, terdapat seorang wanita yang sedang memalu. Apabila
kita melihat gambar tersebut dan dikaitkan dengan tulisan yang ada, tidak ada yang salah dari
gambar ini. Konteks pada meme tersebut adalah pembuat meme sedang mengungkapkan rasa
malunya. Namun, pembuat meme menggunakan diksi yang memiliki bangunan kata yang
serupa dengan “merasa malu”. Pembuat meme juga menggunakan ilustrasi dengan makna
“orang yang (me-) malu”. Namun, arti sesungguhnya yakni “duh, saya (merasa) malu”. Topik
yang terkandung di dalamnya ialah ungkapan perasaan pembuat meme.
Terlihat pada meme gambar nomor 2, meme tersebut memiliki topik percintaan
dengan makna pemaksaan. Di dalamnya terdapat wacana “Ini kucing! Kalo kamu liatnya
SAPI berarti KAMU CINTA AKU”. Dapat dilihat secara jelas bahwa gambar yang ada pada
meme adalah hewan sapi. Namun, pembuat meme secara terpaksa membuat pembaca
memiliki kondisi yang sama dengan yang di gambar, sehingga dengan kata lain para pembaca
memiliki rasa cinta seperti yang tertulis di meme.
Pada penemuan meme yang ke-3, mengharuskan pembaca untuk memiliki salah satu
minuman dalam gambar, dan masing-masing minuman memiliki maknanya tersendiri.
Tertulis pada minuman sebelah kiri yang berwarna merah “gue pukul”. Dengan kata lain,
apabila pembaca memilih minuman berwarna merah maka akan dipukul sebagai pelampiasan
rasa kekesalan. Begitupun dengan minuman sebelah kanan dengan warna kuning yang
bertulis “sama aja tapi rasa nutrisari”. Dengan ini, pembaca tidak memiliki pilihan lain
selain pada akhirnya akan di pukul oleh pengirim meme. Terlepas apakah pembaca akan
dipukul atau tidak, meme ini biasanya digunakan pada saat sedang kesal.

(4) (5) (6)


Terlihat pada gambar nomor 4, dalam meme di atas terdapat percakapan antara dua
orang. Terlihat pengirim pesan berencana untuk berkunjung ke rumah penerima pesan, hal ini
terlihat pada wacana “Nanti malam aku main kerumah mu ya”. Seperti yang selalu dilakukan
tamu sebelum berkunjung, mereka akan menyiapkan buah tangan. Lalu dilanjut dengan
pertanyaan mengenai buah tangan apa yang diinginkan oleh ibu dari si penerima, ditunjukkan
pada wacana “Tanyan mamah mau pesan apa? Roti bakar apa nasi goreng”. Namun hal ini
ditolak dengan ungkapan “mmh pesan km jngan main kerumah lagi”, yang bermakna Ibu dari
penerima pesan memberi pesan agar Ia tidak datang ke rumah. Secara tidak langsung, pihak
penerima pesan menolak kehadiran dan tawaran dari pengirim pesan.
Pada gambar nomor 5, terdapat wacana “Sulit dimengerti, semoga hari mu senin
terus, shopee mu gak ada gratis ongkir, beli barang gak bilang ke emak berakir ketauan,
semohga kalender mu gak ada tanggal merah, tiap pagi ada aja yang berisik, tetangga
dangdutan koplo tiap hari, kalau punya adek, adek kamu cerewet”. Wacana dalam meme
tersebut mengungkapkan kekesalan dan harapan-harapan buruk yang ditujukan kepada para
pembaca. Biasanya meme ini muncul ketika ada suatu hal yang tidak dimengerti atau yang
tidak masuk akal, hal ini ditandai dengan kalimat “sulit di mengerti ...”. Setelah kalimat
tersebut, pembuat meme menyebutkan beberapa hal ataupun kondisi yang menjengkelkan,
seperti tidak adanya voucher gratis ongkir pada salah satu platform belanja online, tidak
adanya libur yang ditandai dengan tidak adanya tanggal merah di kalender, dan beberapa
kondisi lainnya.
Pada gambar nomor 6, terdapat wacana “Ya Allah jika dia jodoh orang, aku pun
orang”. Wacana tersebut menunjukkan bahwa meme di atas memiliki topik percintaan.
Terlihat bahwa wacana yang terkandung menjelaskan perasaan meminta dan berharap
seseorang kepada orang yang disukanya.
Berdasarkan penemuan-penemuan di atas, terlihat bahwa meme diyakini sebagai
media untuk mengungkapkan perasaan oleh masyarakat virtual. Terdapat meme yang
digunakan untuk mengungkpakan perasaan kesal, perasaan malu, dan perasaan cinta.

DAFTAR RUJUKAN
Listiyorini, Ari. (2017). Wacana Humor dalam Meme di Media Online sebagai Potret
Kehidupan Sebagian Masyarakat Indonesia. LITERA: Jurnal Bahasa dan sastra, 16(1).
Anugrah, Muhammad Fajry. (2021). Penggunaan Bahasa Gaul dalam “Meme” di Media
Sosial Instagram. S1 thesis, Universitas Negeri Makasar.
Damayanti, R. (2019). Pemaknaan Pragmatik dalam Teks Meme di Instagram. FONEMA:
Edukasi Bahasa dan Sastra Indonesia, 2(1).

Anda mungkin juga menyukai