Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 1 MANAJEMEN STRATEGIK

NAMA : ROFI MUSTHOPA


NIM : 042185078

Jawaban:

1. Akibat pandemi Covid-19 memang sangat berdampak terhadap berbagai aspek


yang krusial salah satunya dunia bisnis. Tidak sedikit perusahaan merasa
kewalahan menangani dampak akibat pandemi Covid-19 ini. Perusahaan
diharuskan menghadapi peristiwa pahit yakni ketidakpastian lingkungan yang
tidak dapat diprediksi, sehingga harus berpikir keras untuk mengalokasikan
dana, mengambil keputusan untuk mempertahankan operasional produksi dan
penjualan di pasar dengan bijak dan profesional.

Meskipun dunia bisnis sangat terdampak oleh pandemi Covid-19, berada di era
globalisasi ini saya berpendapat bahwa seorang manajer dapat memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi dalam melakukan pemasaran produk baik barang
maupun jasa. Media sosial merupakan produk dari teknologi informasi
memberikan manfaat optimal bagi pelaku usaha. Dengan media sosial pelaku
usaha dapat memaparkan spesifikasi produk, kualitas, dan harga sehingga
konsumen bebas untuk memilih barang yang dibutuhkan sesuai dengan yang di
inginkan.

Kemudian, Poin lain yang tidak kala penting adalah komunikasi. Komunikasi
menjadi salah satu kunci yang sangat penting juga dalam mengelola bisnis
selama pandemi berlangsung. Karena itu perlu memastikan komunikasi dengan
karyawan tetap terjaga. Keberadaan teknologi yang semakin maju membuat
pekerjaan manusia menjadi lebih mudah termasuk urusan komunikasi.

Selain memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di era


globalisasi di pandemi COVID-19 penting pula untuk memperhatikan beberapa
hal agar pelaku bisnis tidak rugi besar. Hal yang perlu diperhatikan ialah
mengutamakan kesehatan.
Bisnis akan tetap berjalan selama para karyawan sehat sehingga kegiatan
operasional tidak terganggu, maka dari itu perlunya Work From Home
(WFH) seperti yang disarankan pemerintah bisa menjadi solusi yang tepat
dengan didukung penggunaan teknologi untuk pengelolaan bisnis, pemantauan
data, dan pengambilan keputusan. Dan penerapan protokol kesehatan yang
ketat bagi perusahaan yang mengharuskan produksi tetap beroperasi. Dengan
melakukan pekerjaan melalui WFH dan penerapan protokol kesehatan yang
ketat maka dapat mengurangi risiko para karyawan tertular Covid-19maupun
risiko biaya kesehatan yang akan meningkat jika tertular Virus Covid-19.

Dalam menjalankan bisnis seorang manajer harus mampu melakukan


manajemen risiko. Dalam hal ini perlu melihat bagian apa saja yang terkena
dampak dan merencanakan langkah untuk mencari solusi yang tepat tehadap
kemungkinan buruk yang akan terjadi. Namun jangan lupa untuk melihat peluang
baru di masa yang akan datang. Para pelaku usaha perlu menganalisis tren
pasar yang sedang terjadi agar dapat membuat pola bisnis baru yang tepat.

2. Beberapa karakteristik pokok lingkungan dijelaskan berdasarkan jenis


lingkungan bisinis dimulai dari lingkungan ekonomi, teknologi, politik, hukum,
sosial budaya, dan kependudukan.

a. Analisis Lingkungan Ekonomi (ALE). Secara umum, Lingkungan Ekonomi


(LE) di negara maju dan di NSB memiliki karakteristik berbeda. Berdasarkan
pendapatan nasional per kapita yang dapat digunakan sebagai dasar kasar
penentuan tingkat pembangunan (development level), karakteristik pokok LE
negara maju, sedang, dan miskin.

1) Sumber Daya Alam (SDA). Negara sedang berkembang biasanya


memiliki sumber daya alam yang melimpah. Bahkan sering kali dijadikan
sebagai andalan ekspornya, sekalipun belum melalui proses nilai tambah
yang cukup. Oleh karena itu, tidak heran jika sumbangan relatifnya
terhadap pendapatan nasional cukup signifikan. Sektor pertanian
biasanya juga berperan besar. Semakin besar peran SDA, manajemen
diminta untuk semakin memperhatikan lingkungan bisnis ini, sekalipun
kegiatan perusahaan sama sekali tak memiliki kaitan langsung.

2) Sumber Daya Manusia (SDM). Banyaknya tenaga kerja membuka


peluang bagi perusahaan untuk mendapatkan keunggulan komparatif
(comparative advantage) yakni berupa murahnya biaya tenaga kerja. Ini
memberi manfaat yang besar bagi manajemen yang menerapkan strategi
biaya memimpin (low cost leadership). Penawaran tenaga kerja selalu
terjamin dan oleh karena itu posisi tawar-menawar perusahaan vis-a-vis
pekerja meningkat.

3) Modal Domestik. Di banyak negara berkembang, modal domestik milik


publik amat langka. Ini terjadi antara lain karena rendahnya pendapatan
dan tabungan masyarakat, lemahnya lembaga dan pranata keuangan,
serta tingginya tingkat pelarian modal. Ini diperparah oleh adanya
ketimpangan pendapatan yang cukup tinggi. Sedikit elit masyarakat dan
kelas menengah perkotaan berpenghasilan amat tinggi, sementara rakyat
kebanyakan masih disibukkan dengan urusan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari.

Rendahnya pendapatan memiliki implikasi rendahnya daya beli efektif.


Sebagian besar rakyat, khususnya yang tinggal di pedesaan,
membelanjakan pendapatannya hanya untuk memenuhi kebutuhan
pokok. Mereka belum mempunyai kekuatan untuk membeli barang tahan
lama (durable goods). Pasar terbatas hanya untuk masyarakat perkotaan.
Bahkan ada segmentasi konsumen yang begitu jelas, jika ketimpangan
pendapatan amat tinggi.

4) Cadangan Devisa. Banyak Negara Sedang Berkembang (NSB)


mengalami defisit neraca perdagangan. Biasanya negara yang tidak
cukup banyak memiliki sumber daya alam dan masih berada pada tahap
industrialisasi awal. Aliran devisa yang diterima dari ekspor tak cukup
untuk menutup keperluan devisa yang digunakan untuk impor. Lebih
banyak lagi NSB yang mengalami defisit neraca transaksi berjalan
sebagai akibat defisit neraca jasa, sekalipun neraca perdagangan negara
tersebut mengalami surplus.

Kadang-kadang cadangan devisa yang dimiliki NSB juga berfluktuasi


sangat tajam karena ketergantungannya pada sedikit jenis barang yang
diekspor. Langkanya cadangan devisa menyebabkan pemerintah
memperketat kran impor. Akibatnya, perusahaan tak dapat leluasa lagi
mengimpor barang modal, teknologi, dan bahan baku yang dibutuhkan.
Terpaksa menggantinya dengan barang lokal. Perusahaan harus
menyesuaikan teknologi yang diterapkan, bahkan menggantinya.

5) Prasarana Dasar. Prasarana dasar di banyak NSB langka.


Telekomunikasi, transportasi, listrik, pos, pelabuhan, kargo, dan lain
sebagainya belum sepenuhnya siap melayani kepentingan bisnis. Bekerja
dengan tidak efisien dan dengan tarif mahal. Di samping itu, informasi
bisnis juga sulit dikumpulkan, kadangkadang juga mahal. Birokrasi
pemerintahan belum didesain untuk melayani kepentingan ini. Langkanya
prasarana dasar mempengaruhi hampir semua aspek manajemen
fungsional. Juga berpengaruh pada hubungan manajemen dan
pemerintah. Kadang-kadang perusahaan harus membangun sendiri
prasarana dasar yang diperlukan. Sering terjadi kesediaan tersebut
menjadi salah satu syarat pendirian perusahaan yang diajukan oleh
pemerintah. Bagi perusahaan lain yang hendak menjadi pesaing, syarat
ini kemudian menjadi halangan memasuki pasar (barriers to entry). Ini
mengakibatkan tingginya biaya operasi dan biaya pemeliharaan.

b. Analisis Lingkungan Teknolohi (ALT). Tidak seperti masa lalu yang jauh,
kini teknologi menjadi salah satu sumber utama perubahan dunia. Dengan
teknologi, perusahaan banyak menemukan dan memperkenalkan produk
baru di pasar. Banyak ditemukan berbagai penemuan baru pada berbagai
bidang yang dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi akan terlihat secara
transparan efek ekonominya. Juga memiliki implikasi manajerial yang
signifikan pada berbagai manajemen fungsional, khususnya manajemen
pemasaran, sumber daya manusia, dan operasi. Proses produksi akan
mengalami proses pencanggihan. Sekalipun masih ada persoalan etika,
revolusi biologi berjalan terus dengan percepatan yang semakin meninggi.

Manajer di NSB dihadapkan pada keputusan untuk memilih teknologi yang


tepat dengan memperhatikan penyesuaian dengan lingkungan bisnis.
Terbuka kemungkinan untuk tidak berjalan seiring dengan faktor endowment
yang dimiliki. Teknologi yang biasanya bersifat labor saving bertentangan
dengan tersedianya tenaga kerja yang melimpah. Teknologi canggih juga
membentuk hubungan perburuhan yang lebih individual. Manajemen
perusahaan juga sering berusaha dengan segera melakukan pemindahan
teknologi

c. Analisis Lingkungan Politik (ALP). Lingkungan politik memiliki pengaruh


yang riil terhadap keberhasilan dan kegagalan perusahaan melalui peluang
dan ancaman bisnis yang ditimbulkannya. Tidak kalah penting dibanding
lingkungan ekonomi, karena sering kali mekanisme pasar di NSB belum
bekerja secara penuh dan transparan. Pemerintah mempunyai banyak alasan
- nasionalisme, akselerasi pembangunan, pemerataan pembangunan, koreksi
kegagalan mekanisme pasar - untuk campur tangan. Pemerintah muncul
sebagai mega dan sekaligus meta force.

Di saat yang sama, manajemen perusahaan juga perlu ikut bertanggung


jawab mengidentifikasi kebutuhan pemerintah - terutama kebutuhan ekonomi
- yang sedang mendapat skala prioritas pemenuhannya. Secara agak detail,
manajemen perlu memperhatikan aspek-aspek 2.32 Manajemen Strategik 
berikut ini: ideologi negara, stabilitas politik, lembaga politik, hubungan
internasional, dan peran pemerintah.

1) Ideologi Negara. Peran negara vis-a-vis swasta dan pandangan tentang


hak pemilikan pribadi mempengaruhi kecenderungan pilihan ideologi yang
dianut: sosialisme, kapitalisme, atau gabungan dari keduanya. Ada
kecenderungan untuk menerapkan prinsip-prinsip dasar sosialisme.
Kepekatan nasionalisme mendorong pemerintah tak hendak sepenuhnya
menerapkan tata ekonomi pasar. Akibatnya operasi perusahaan menjadi
terbatas. Tidak semua sektor ekonomi terbuka untuk swasta. Banyak
sektor ekonomi yang tetap berada di tangan negara. Akan tetapi, jika
manajemen perusahaan lokal mampu dengan cerdik memanfaatkan,
maka bukan mustahil banyak kemudahan akan diperoleh, ekonomis dan
politis.

2) Stabilitas Politik. Akibatnya militer memiliki peran yang menentukan.


Sering terjadi pergantian pemerintahan. Hanya sedikit pemerintahan yang
berumur panjang. Oleh karena itu, banyak NSB cenderung memiliki
pemerintahan otoriter dan birokratis. Di saat yang sama, juga
menyebabkan ketidak-ajeg-an kebijaksanaan. Namun demikian, kini,
sudah dijumpai beberapa NSB yang mampu membangun stabilitas politik
untuk jangka waktu yang relatif panjang. Demokratisasi juga sedang
dalam proses.

3) Lembaga Politik. Lembaga politik modern di banyak NSB - partai politik,


serikat buruh, serikat petani, organisasi profesi, organisasi keagamaan,
asosiasi bisnis, lembaga konsumen, dan sebagainya - belum mencapai
perkembangan sampai pada tahap kemandirian. Akibatnya, lembaga-
lembaga tersebut belum mampu melakukan artikulasi kepentingan
pendukungnya. Jika semuanya telah tertata, banyaknya lembaga politik
menyebabkan terbaginya dan meratanya kekuasaan. Akibatnya
keputusan politik yang dibuat oleh pemerintah tampak transparan dan
memberi perhatian yang cukup pada kepentingan berbagai kelompok
tersebut.

4) Hubungan Internasional. Semakin berkembangnya ekonomi pasar pada


tingkat global mendorong banyak NSB untuk mengikutinya. Peran swasta
akan semakin meningkat berjalan seiring dengan semakin berkurangnya
dana yang dimiliki oleh pemerintah. Deregulasi, debirokratisasi,
swastanisasi akan terus bergulir. Banyak lahan bisnis baru yang terbuka.
Bahkan, kebijaksanaan tersebut - di samping soal hak asasi manusia dan
demokrasi politik - akan dicoba dikaitkan oleh negara maju sebagai salah
satu syarat dalam membangun hubungan ekonomis dan politis dengan
NSB.

5) Peran Pemerintah. Pemerintah di banyak NSB memiliki kedudukan yang


kuat, secara ekonomis dan politis. Pemerintah merupakan pasar besar,
kalau bukan terbesar dan sekaligus merupakan sumber dana yang lebih
dari sekedar cukup. Pemerintah juga memiliki kewenangan
mempengaruhi tinggi rendahnya halangan memasuki pasar, misalnya
dengan penentuan skala prioritas pembangunan, daftar negatif investasi,
dan produk undang-undang. Pemerintah juga merupakan salah satu
sumber monopoli.

d. Analisis Lingkungan Hukum (ALH). Hukum di banyak NSB cenderung


memiliki banyak tafsir. Kekuasaan dan politik sering mempengaruhi. Hukum
belum mandiri. Eksekutif pemerintahan sering melakukan intervensi. Bahkan
sering juga didengar bahwa pelaksanaan keputusan hukum dapat juga
dipengaruhi oleh uang. Korupsi dan penyalahgunaan wewenang bukan
barang yang aneh. Rakyat belum berdiri sama di mata hukum. Ada yang di
atas hukum dan bahkan kebal hukum. Terkesan sepertinya ada banyak
fleksibilitas. Lemahnya pranata hukum menimbulkan ketidakjelasan dan
ketidakpastian usaha. Akan tetapi di saat yang sama, lemahnya pranata
hukum juga membuka peluang bagi usahawan untuk menerapkan semua
jenis strategi bisnis tanpa perlu mengindahkan etika bisnis.

e. Analisis Lingkungan Sosial Budaya (ALSB). Banyak perusahaan


multinasional, pada masa lalu, berpendapat bahwa manajer yang telah
memenuhi syarat kompetensi yang diperlukan, dapat memimpin perusahaan
dengan berhasil di mana pun lokasi perusahaan tersebut. Belakangan ini,
pendapat seperti itu dirasa tidak selalu benar. Bahkan sepertinya telah terjadi
pergeseran pemahaman. Telah tumbuh kesadaran baru bahwa untuk
menjadi manajer yang berhasil diperlukan syarat kemampuan untuk
melakukan penyesuaian (adjustment) dengan lingkungan budaya lokal
tempat operasi perusahaan. Manajer Asia, khususnya yang termasuk
generasi muda - yang telah dididik secara modern dalam memahami dunia
bisnis - ternyata masih berperilaku tradisional, setidaknya menurut ukuran
budaya.

Jadi, budaya - nilai, sikap dan perilaku yang menjadi karakter dan pedoman
sekelompok orang - berpengaruh signifikan bagi manajemen. Hendaknya
manajemen mampu: mengidentifikasi parameter dan mengembangkan
sensitivitas budaya, mengerti implikasi manajerial yang ditimbulkannya,
menghindari etnosentrisme dan memanfaatkan aspek positif budaya sebagai
pelengkap kompetensi manajerial, seperti dimensi budaya – struktur sosial,
agama, gender dan bahasa - dan wilayah manajemen fungsional.

f. Analisis Lingkungan Kependudukan (ALK). Pada umumnya, karakteristik


kependudukan NSB bertolak belakang atau paling tidak berbeda secara
berarti dengan apa yang dijumpai di negara maju. Akibatnya, menimbulkan
peta lingkungan bisnis yang khas. Oleh karena itu, eksekutif perusahaan di
NSB seyogianya tidak begitu saja mengabaikan peluang dan ancaman bisnis
yang ditimbulkan oleh lingkungan kependudukan. Untuk keperluan tersebut,
hendak diuraikan lima karakteristik pokok kependudukan NSB yaitu: tingkat
pertumbuhan, struktur usia, urbanisasi, migrasi dan status kesehatan
penduduk.

1) Tingkat Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan penduduk berarti - secara


ekonomis - membesarnya pasar barang dan jasa. Oleh karena itu, NSB
merupakan pasar potensial bagi berbagai produk, baik dari negara dunia
ketiga maupun negara maju. Akan tetapi, sering kali terjadi permintaan
efektif tidak berjalan seiring dengan pertumbuhan penduduk. Pendapatan
per kapita menurun atau bertambah relatif lebih kecil dibanding
pertambahan penduduk. Akibatnya, pendapatan penduduk lebih banyak
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan primer. Permintaan barang-
barang sekunder dan barang tahan lama (durable goods), apalagi barang
mewah, tidak meningkat secara berarti.

2) Struktur Usia. Struktur usia penduduk NSB didominasi oleh usia muda. Ini
terjadi karena masih tingginya tingkat pertumbuhan penduduk dan di saat
yang sama telah terjadi penurunan tingkat kematian usia muda,
khususnya bayi di bawah lima tahun (infant mortality). Oleh karena itu, jika
digambarkan akan berbentuk sebuah piramida yang memiliki alas yang
amat lebar. Akibatnya, tidak heran jika struktur usia muda ini masih akan
bertahan untuk beberapa lama karena masih banyaknya wanita muda
usia yang akan memasuki usia produktif, sekalipun kini telah mulai ada
penurunan jumlah anak per keluarga dan penundaan usia perkawinan.

Manajemen produksi dan pemasaran terpengaruh banyak. Banyaknya


tenaga kerja yang tersedia terdiri dari tenaga kerja muda yang kurang
terampil dan belum berpengalaman. Oleh karena itu, manajemen terpaksa
harus memperhatikan soal pelatihan tenaga kerja yang pada ujungnya
dapat menambah ongkos, khususnya yang berkaitan dengan harga pokok
barang yang dijual.

3) Urbanisasi. Besarnya kota, dilihat dari kepentingan perusahaan, dapat


diartikan sebagai pasar barang potensial, khususnya untuk barang
konsumsi. Lebih dari itu - karena lokasinya - distribusi dan komunikasi
pemasaran dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Oleh karena itu,
tidak heran jika besarnya potensi kota sebagai pasar barang konsumsi
sering dijadikan sebab pokok oleh pemerintah negara yang bersangkutan
sebagai alasan diberlakukannya kebijaksanaan industrialisasi pengganti
barang impor (import substitution industry/ISI). Akan tetapi, di saat yang
sama, masih ada pemerintah NSB yang memberikan insentif khusus bagi
perusahaan yang bersedia melayani kebutuhan barang di pedesaan.

4) Migrasi. Derasnya arus migrasi internal merupakan sumber tenaga kerja


murah yang tak pernah habis. Pendidikan mereka rendah, demikian pula -
pada umumnya - kesadaran politiknya. Di saat yang sama, mengalirnya
penduduk dari desa ke kota juga menciptakan pasar bagi berbagai
barang, sekalipun tidak termasuk barang berharga mahal. Nampaknya,
hanya gejala brain drain saja yang sedikit menimbulkan akibat negatif
untuk manajemen. Tenaga cerdik semakin sulit dicari, dan oleh karena itu
dapat berharga mahal. Akan tetapi, biasanya gejala tersebut lebih
merupakan persoalan pemerintah dibanding swasta.

5) Status Kesehatan. Rendahnya harapan hidup dapat menjadi sebab


penggunaan sumber daya manusia secara tidak efisien. Ini terjadi karena
adanya perputaran tenaga kerja (high staff turnover) yang tinggi dan
meningkatnya biaya latihan. Karena rentan penyakit dan bernutrisi
rendah, produktivitas dan kinerja tenaga kerja juga rendah. Mereka juga
sering sick leave (tidak masuk kerja karena sakit). Akibatnya, dalam
rangka mengurangi pemborosan yang lebih banyak, beberapa
perusahaan terpaksa menyediakan fasilitas kesehatan sendiri.

Sumber Referensi:
Suwarsono. (2022). Manajemen Strategik. Edisi Kedua. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai