Anda di halaman 1dari 117

RENCANA ANGGARAN BIAYA PERENCANAAN REKLAMASI LAHAN

BEKAS TAMBANG BATUGAMPING DI IUP OPERASI PRODUKSI


PT. ISTINDO MITRA MANGGARAI LENGKO LOLOK
DESA SATAR PUNDA KECAMATAN LAMBA LEDA
KABUPATEN MANGGARAI TIMUR
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapat Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Pertambangan – Universitas Nusa Cendana

OLEH :

CITRA MICHELE CAHYANINGTYAS

1606100022

POGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : “Rencana Anggaran Biaya Perencanaan Reklamasi Lahan Bekas


Tambang Batugamping di IUP Operasi Produksi PT. Istindo Mitra
Manggarai Lengko Lolok, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba
Leda, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara
Timur.“

Nama : Citra Michele Cahyaningtyas

NIM : 1606100022

Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk diseminarkan pada 27
Agustus 2021.

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

(Dr.Herry Z. Kotta. ST.,MT) (Andreas Sinuhaji, S.HUT.,MT)


NIP. 196907101997031001 NIP. 198810132019031014

Mengetahui

Ketua Program Studi


Teknik Pertambangan

(Noni Banu ek ST..MT


NIP. 19681206199503l001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : “Rencana Anggaran Biaya Perencanaan Reklamasi Lahan Bekas


Tambang Batugamping di IUP Operasi Produksi PT. Istindo Mitra
Manggarai Lengko Lolok, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba
Leda, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara
Timur.“

Nama : Citra Michele Cahyaningtyas

NIM : 1606100022

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di hadapan tim penguji pada 27 Agustus 2021
dan dinyatakan LULUS

Pembimbing:

1. Pembimbing I : Dr.Herry Z. Kotta. ST.,MT

2. Pembimbing II : Andreas Sinuhaji, S.HUT.,MT

Tim Penguji

1. Ketua : Dr.Herry Z. Kotta, ST.,MT

2. Anggota : Andreas Sinuhaji, S.HUT.,MT

3. Anggota : Dr.Yusuf Rumbino,ST.,MT

Kupang, 27 Agustus 2021

Mengesahkan

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Sains dan Teknik Teknik Pertambangan

Dr. Drs.Hery Leo Sianturi,M.Si Noni Banu ek ST..MT


NIP.1965 1205 I991 03 1 006 NIP. 19681206199503l001

iii
RENCANA ANGGARAN BIAYA PERENCANAAN REKLAMASI LAHAN
BEKAS TAMBANG BATUGAMPING DI IUP OPERASI PRODUKSI PT.
ISTINDO MITRA MANGGARAI LENGKO LOLOK DESA SATAR
PUNDA KECAMATAN LAMBALEDA KABUPATEN
MANGGARAI TIMUR PROVINSI
NUSA TENGGARA TIMUR

Oleh :
Citra Michele Cahyaningtyas (1606100022)
Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana
Email : citramichelle99.cm@gmail.com

ABSTRAK
PT. Istindo Mitra Manggarai (PT.IMM) merencanakan kegiatan reklamasi lahan
bekas tambang batugamping pada lokasi IUP Operasi Produksi PT.IMM di
Lengko Lolok, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai
Timur. Adapun tahapan kegiatan reklamasi yaitu penataan lahan dengan
peledakan, pengangkutan tanah pucuk dari area penimbunan ke lahan bekas
tambang batugamping, penebaran tanah pucuk dan revegetasi dengan menanam
jambu mete (Anacardium Occidentale L). Reklamasi akan dilakukan sesuai
dengan kemajuan tambang setiap triwulan pada tahun ke-1, setiap tahun pada
tahun ke-2 sampai ke-5, dan tahun ke-10 di front 1 dengan luasan area 19,5 hektar
dan front 2 dengan luasan area 16 hektar. Berdasarkan perencanaan reklamasi
tersebut maka perlu dilakukan perhitungan rencana anggaran biaya reklamasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui parameter-parameter apa saja yang
perlu dimasukan dalam rencana anggaran biaya reklamasi dan banyaknya biaya
yang dibutuhkan untuk melakukan reklamasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat
ditentukan total biaya reklamasi di front 1 adalah sebesar Rp 5.085.873.228 dan
pada front 2 adalah sebesar Rp 4.237.616.281 dengan rincian total biaya langsung
di front 1 adalah sebesar Rp 4.644.633.085 sedangkan di front 2 adalah sebesar
Rp 3.869.969.206 dan total biaya tidak langsung pada front 1 adalah sebesar Rp
441.240.143 dan pada front 2 adalah sebesar Rp 367.232.808. Adapun komponen
biaya langsung yang meliputi biaya penataan lahan di front 1 sebesar Rp
66.047.231 dan di front 2 sebesar Rp 54.222.425, biaya pengangkutan tanah
pucuk di front 1 sebesar Rp 4.511.765.054 dan di front 2 sebesar Rp
3.760.267.881 dan biaya revegetasi di front 1 sebesar Rp 66.820.800 dan di front
2 sebesar Rp 55.478.900 sedangkan komponen biaya tidak langsung meliputi
biaya mobilisasi dan demobilisasi alat di front 1 sebesar Rp 116.115.827 dan di
front 2 sebesar Rp 96.749.230, biaya perencanaan reklamasi di front 1 sebesar Rp
92.892.662 dan di front 2 sebesar Rp 77.399.384, biaya administrasi dan
keuntungan kontraktor di front 1 sebesar Rp 139.338.993 dan front 2 sebesar Rp
116.099.076, biaya supervisi di front 1 sebesar Rp 92.892.662 dan di front 2
sebesar Rp 77.399.384.

Kata Kunci: RAB, Reklamasi, Batugamping, Lengko Lolok

iv
RECLAMATION COST PLAN OF RECLAMATION PLAN AT FORMER
LIMESTONE MINING IN IUP PRODUCTION OPERATION
PT.ISTINDO MITRA MANGGARAI IN LENGKO LOLOK,
SATAR PUNDAVILLAGE, LAMBA LEDA DISTRICT,
MANGGARAI TIMUR REGENCY,
EAST NUSA TENGGARA

By :
Citra Michele Cahyaningtyas (1606100022)
Departement of Mining Engineering, Faculty of Science and Engineering, University of
Nusa Cendana
Email : citramichelle99.cm@gmail.com

ABSTRACT

PT.Istindo Mitra Manggarai (PT.IMM) planning reclamation activity of former


limestone mining at IUP Production Operation PT.IMM in Lengko Lolok, Satar
Punda Village, Lamba Leda District, Manggarai Timur Regency. The stages of
mining activities are land arrangement by blasting, topsoil transporting from
stockpile area to former limestone mining, topsoil spreading and revegetation by
plant the cashews (Anacardium Occidentale L). Reclamation will be carried out
according to mine progress in every quarter in 1st year, every year in 2st year to 5st
year and 10st year in front 1 with an area of 19,5 hectares and front 2 with an area
of 16 hectares. Based on the reclamation plan, it is necessary to calculate the
reclamation costs plan. The purpose of the research is to determine what
parameters need to be included in the reclamation costs plan and the amount of
costs needed to carry out reclamation. Based on the research result can be
determined that is the total cost of reclamation on front 1 is Rp 5.085.873.228 and
front 2 is Rp 4.237.616.281 with details of the total direct cost in front 1 is Rp
4.644.633.085 while in front 2 is Rp 3.869.969.206 and the total indirect cost on
front 1 is Rp 441.240.143 and front 2 is Rp 367.232.808. The direct cost
component which includes land arrangement costs in front 1 is Rp 66.047.231 and
in front 2 is Rp 54.222.425 the topsoil transporting cost in front 1 is Rp
4.511.765.054 and in front 2 is Rp 3.760.267.881 and revegetation costs in front 1
is Rp 66.820.800 and in front 2 is Rp 55.478.900 while the indirect cost
component includes mobilizing and demobilizing equipment cost in front 1 is Rp
116.115.827and in front 2 is Rp 96.749.230, reclamation planning cost in front 1
of Rp 92.892.662 and in front 2 is Rp 77.399.384, administrative and contractor
profits costs in front 1 is Rp Rp 139.338.993 and front 2 is Rp 116.099.076,
supervision costs in front 1 is Rp 92.892.662 and in front 2 of Rp 77.399.384.

Key Words: RAB, Reclamation, Limestone, Lengko Lolok

v
MOTTO
Kolose 3 : 23
“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap
hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Penulis mempersembahkan tulisan ini kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus untuk segala berkat dan penyertaan yang diberikanNya

sehingga penulis dimampukan menulis skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Drs. Antonius M. Ridwan Santoso dan Ibu Jacoba Ngefak, Bsw yang

tersayang yang selalu memberikan dukungan moril dan materil kepada

penulis.

3. Kakak Riris dan Kakak Lusia yang selalu mendoakan dan memberikan

dukungan kepada penulis. Terima kasih untuk semangat dan kasih sayang

yang sudah diberikan.

4. Teman-teman penulis Hanny, Landa, Ed dan Adel yang selalu membantu dan

memotivasi.

5. Teman-teman Squad Mukbang, Calvin, Gibe, Ahmad dan Stang yang

menemani mengerjakan skripsi.

6. Teman-teman Lengko Lolok yaitu Sardin, Lena, Rongga, Lan, Meiling,

Kenso, Jo, Tati, Handos yang setia mengerjakan skripsi bersama.

7. Teman-teman satu angkatan CHROME’16 yang telah berjuang bersama

dalam suka dan duka.

8. Almamater tercinta yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk

menimba ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam menjalankan kehidupan.

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
bimbingan dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Rencana Anggaran Biaya Perencanaan Reklamasi Lahan Bekas Tambang
Batugamping di IUP Operasi Produksi PT. Istindo Mitra Manggarai Lengko
Lolok, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur
Provinsi Nusa Tenggara Timur”.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Tugas Akhir
Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa
Cendana. Skripsi ini dapat selesai ditulis karena adanya campur tangan, doa dan
dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Ir. Fredik L Benu, M.Si.,PhD, selaku Rektor Universitas Nusa Cendana.
2. Dr. Drs. Hery Leo Sianturi, M.,Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknik.
3. Bapak Noni Banunaek, S.T.,M.T selaku Ketua Program Studi Teknik
Pertambangan.
4. Bapak Dr.Herry Z. Kotta,S.T,,M.T selaku dosen pembimbing I yang telah
membantu dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak Andreas Sinuhaji S.Hut, M.T selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan banyak masukan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Pimpinan PT. Istindo Mitra Manggarai yang telah mengijinkan penulis
menjalankan penelitian tugas akhir.
7. Kedua orang tua, Papa Anton, Mama Oba, Kakak Riris dan Kakak Lusia yang
senantiasa mendoakan dan mendukung.
8. Teman-teman CHROME angkatan 2016 yang selalu membantu penulis dari
semester I hingga penulisan skripsi ini, terimakasih untuk kerja sama,
kebersamaan dan perhatian yang selalu teman-teman berikan.
9. Semua pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan

viii
pembaca berkenan memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini bisa menjadi
lebih baik lagi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak khususnya dalam bidang pertambangan.

Kupang, Mei 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

ABSTRACT ........................................................................................................... v

MOTTO ................................................................................................................ vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
1.4 Batasan Masalah ........................................................................................... 3

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 5

2.1 Pengertian Biaya ........................................................................................... 5


2.2 Biaya Reklamasi ........................................................................................... 6
2.2.1 Biaya Langsung ............................................................................... 6
2.2.2 Biaya Tidak Langsung .................................................................. 18
2.2.3 Biaya Total .................................................................................... 21
2.3 Standar Satuan Harga ................................................................................. 21

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 23

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................................... 23


3.1.1 Lokasi Penelitian ........................................................................... 23

x
3.1.2 Waktu Penelitian. .......................................................................... 23
3.2. Tahapan Kegiatan Penelitian ...................................................................... 25
3.2.1 Tahap Persiapan ............................................................................ 25
3.2.2 Tahap Pengumpulan Data ............................................................. 25
3.2.3 Tahap Pengolahan Data................................................................. 26
3.3. Diagram Alir Penelitian .............................................................................. 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 48

4.1. Geologi Daerah Penelitian .......................................................................... 48


4.1.1 Geomorfologi ................................................................................ 48
4.1.2 Litologi .......................................................................................... 50
4.2. Rencana Anggaran Biaya Reklamasi ......................................................... 55
4.2.1 Biaya Langsung ............................................................................. 55
4.2.2 Biaya Tidak Langsung .................................................................. 72
4.2.3 Biaya Total Reklamasi .................................................................. 73

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 74

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 74


5.2 Saran ......................................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75

LAMPIRAN LAMPIRAN .................................................................................. 76

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Peta Kesampaian Daerah .................................................................. 24


Gambar 4. 1 Peta Gemorfologi Produksi PT. IMM dan sekitarnya......................50
Gambar 4. 2 Morfologi IUP Operasi Produksi PT. IMM ..................................... 50
Gambar 4. 3 Peta Geologi Regional Wilayah IUP Operasi Produksi PT. IMM ... 51

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Daftar Biaya Upah Pekerja .................................................................. 12


Tabel 3. 1 Jadwal Kegiatan ................................................................................... 23
Tabel 4. 1 Perhitungan Biaya Bahan Peledak Front 1 .......................................... 56
Tabel 4. 2 Perhitungan Biaya Bahan Peledak Front 2 .......................................... 56
Tabel 4. 3 Perhitungan Kebutuhan Alat Excavator di Front 1 .............................. 57
Tabel 4. 4 Perhitungan Kebutuhan Alat Excavator di Front 2 .............................. 57
Tabel 4. 5 Perhitungan Kebutuhan Alat Dump Truck di Front 1.......................... 58
Tabel 4. 6 Perhitungan Kebutuhan Alat Dump Truck di Front 2.......................... 58
Tabel 4. 7 Komponen Biaya Operasional Excavator PC750 SE-7 ...................... 59
Tabel 4. 8 Komponen Biaya Operasional Dump Truck Komatsu HD4058 ......... 59
Tabel 4. 9 Perhitungan Biaya Operasional Excavator Per Jam ............................. 60
Tabel 4. 10 Perhitungan Biaya Operasional Dump Truck Per Jam ...................... 60
Tabel 4. 11 Perhitungan Biaya Operasional Excavator di Front 1 ........................ 61
Tabel 4. 12 Perhitungan Biaya Operasional Excavator di Front 2 ........................ 61
Tabel 4. 13 Perhitungan Biaya Operasional Dump Truck di Front 1 ................... 62
Tabel 4. 14 Perhitungan Biaya Operasional Dump Truck di Front 2 ................... 62
Tabel 4. 15 Perhitungan Biaya Pengadaan Bibit Mete di Front 1 ......................... 64
Tabel 4. 16 Perhitungan Biaya Pengadaan Bibit Mete di Front 2 ......................... 64
Tabel 4. 17 Perhitungan Biaya Pengadaan Rumput Vetiver di Front 1 ................ 64
Tabel 4. 18 Perhitungan Biaya Pengadaan Rumput Vetiver di Front 2 ................ 65
Tabel 4. 19 Perhitungan Biaya Pembuatan Lubang Tanam di Front 1 ................. 66
Tabel 4. 20 Perhitungan Biaya Pembuatan Lubang Tanam di Front 2 ................. 66
Tabel 4. 21 Perhitungan Biaya Penanaman di Front 1 .......................................... 66
Tabel 4. 22 Perhitungan Biaya Penanaman di Front 2 .......................................... 67
Tabel 4. 23 Perhitungan Biaya Penyulaman di Front 1 ........................................ 68
Tabel 4. 24 Perhitungan Biaya Penyulaman di Front 2 ........................................ 68
Tabel 4. 25 Perhitungan Biaya Penyiangan di Front 1 ......................................... 68
Tabel 4. 26 Perhitungan Biaya Penyiangan di Front 2 ......................................... 69
Tabel 4. 27 Perhitungan Biaya Pemberantasan Hama dan Penyakit Front 1 ........ 69
Tabel 4. 28 Perhitungan Biaya Pemberantasan Hama dan Penyakit Front 2 ........ 69

xiii
Tabel 4. 29 Perhitungan Biaya Penjarangan Front 1............................................. 70
Tabel 4. 30 Perhitungan Biaya Penjarangan Front 2............................................. 70
Tabel 4. 31 Total Biaya Pengadaan Pupuk ........................................................... 70
Tabel 4. 32 Total Biaya Pemupukan ..................................................................... 71
Tabel 4. 33 Total Biaya Reklamasi Langsung ...................................................... 71
Tabel 4. 34 Total Biaya Tidak Langsung .............................................................. 72

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan reklamasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

kegiatan penambangan. Reklamasi itu sendiri adalah kegiatan yang dilakukan

sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, memperbaiki

kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi sesuai peruntukannya.

Kegiatan reklamasi meliputi pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki

lahan yang terganggu ekologinya dan mempersiapkan lahan bekas tambang yang

sudah diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatan selanjutnya.

Salah satu aspek penting dalam rencana reklamasi adalah rencana biaya

reklamasi yang bertujuan untuk mengetahui berapa biaya yang dibutuhkan dalam

kegiatan penataan lahan, penebaran tanah pucuk dan revegetasi. Berdasarkan hasil

penelitian Mochammad Rifky Abadi, dkk (2017) biaya terbesar dalam kegiatan

reklamasi adalah revegetasi tanaman inti. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan bibit

yang banyak dan harga bibit yang disesuaikan dengan standar satuan harga daerah

setempat. Selain itu, perencanaan biaya ini dapat dijadikan salah satu tolak ukur

keberhasilan pascatambang tergantung dari inflasi dan kondisi ekonomi beberapa

tahun kedepan. Sedangkan menurut Elbran Alkad, dkk (2018) biaya penanaman

karet dengan sengon sedikit lebih murah dari pada menanam tanaman kelapa

sawit dan karet sehingga sebelum memilih bibit tanaman sebaiknya kita melihat

prospek kedepan untuk mengetahui tanaman mana yang akan mendapatkan

keuntungan lebih besar dan menekan pengeluaran biaya. Begitu juga Faisal

Muhammad Akbar, dkk (2019) menuliskan bahwa dalam kegiatan reklamasi

1
langsung program pascatambang lahan bekas batugamping di Kabupaten Gunung

Kidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta biaya terbesar terletak pada tahap

pembongkaran fasilitas tambang. Hal ini disebabkan karena banyaknya fasilitas

pengolahan dan fasilitas penunjang yang harus dibongkar dan terbatasnya hari

kerja yang disediakan perusahaan. Dapat dilihat bahwa perencanaan teknis dan

biaya reklamasi harus dilakukan dengan matang sehingga tidak terjadi

pembengkakan biaya pada saat pelaksanaannya.

Perencanaan reklamasi di area bekas tambang PT Istindo Mitra Manggarai

akan dilakukan dengan tahapan kegiatan reklamasi yaitu : persiapan lahan sesuai

dengan kemajuan tambang, pengangkutan tanah pucuk, penebaran tanah pucuk

dan revegetasi dengan menanam tanaman cover crop dan tanaman pionir berupa

mete. Luasan area yang akan direklamasi adalah lahan bekas tambang

batugamping pada front 1 dan front 2.

Berdasarkan perencanaan reklamasi di atas maka perlu dilakukan

perhitungan biaya reklamasi untuk mengetahui berapa biaya yang dibutuhkan

dalam melaksanakan reklamasi dan juga menghindari terjadinya pembengkakan

biaya, maka penulis melakukan penelitian tugas akhir dengan judul “Rencana

Anggaran Biaya Perencanaan Reklamasi Lahan Bekas Tambang Batugamping di

IUP Operasi Produksi PT. Istindo Mitra Manggarai Lengko Lolok, Desa Satar

Punda, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa

Tenggara Timur.”

2
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian

ini adalah :

a. Parameter – parameter apa saja yang perlu dimasukkan dalam rencana

anggaran biaya perencanaan reklamasi lahan bekas tambang batugamping di

Lokasi IUP Operasi Produksi PT Istindo Mitra Manggarai?

b. Berapa besar biaya yang dibutuhkan dalam perencanaan reklamasi lahan bekas

tambang batugamping di Lokasi IUP Operasi Produksi PT Istindo Mitra

Manggarai?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka adapun tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui parameter – parameter apa saja yang perlu dimasukkan dalam

rencana anggaran biaya perencanaan reklamasi lahan bekas tambang

batugamping di Lokasi IUP Operasi Produksi PT Istindo Mitra Manggarai.

b. Mengetahui besar biaya yang dibutuhkan dalam perencanaan reklamasi lahan

bekas tambang batugamping di Lokasi IUP Operasi Produksi PT Istindo Mitra

Manggarai.

1.4 Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan dengan batasan-batasan masalah adalah sebagai

berikut :

a. Hanya membahas perhitungan biaya reklamasi sesuai dengan kemajuan

tambang dan perencanaan teknis reklamasi.

3
b. Hanya menekankan pada aspek ekonomis atau perhitungan biaya, tidak

membahas aspek teknis, sosial dan lingkungan.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Biaya

Biaya merupakan bagian terpenting dalam menjalankan kegiatan

perusahaan. Suatu perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan harus

bias menghasilkan pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah

biaya yang dikorbankannya. Oleh karena itu untuk bisa bersaing, suatu

perusahaan harus memahami konsep dasar biaya dan unit-unit perusahaan

sehingga biaya tersebut tetap dapat dikendalikan.

Pengertian biaya menurut Mulyadi dalam buku “Akuntansi Biaya”

(2002:8) mendefinisikan biaya dalam artian luas sebagai pengorbanan sumber

ekonomi yang diukur dengan satuan uang, yang telah terjadi maupun

kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan

yang diinginkan oleh perusahaan, pihak manajemen membuat estimasi

pendapatan dan biaya. Dasar yang digunakan dalam estimasi biaya adalah data

historis, akan tetapi pihak manajemen juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor

lain yang akan mempengaruhi biaya. Tahap selanjutnya, pihak manajemen akan

memantau apakah biaya yang telah digunakan sesuai dengan perencanaan biaya.

Jika terjadi penyimpangan seperti ada selisih antara biaya yang digunakan dengan

perencanaan biaya, maka pihak manajemen akan menganalisis penyebab

terjadinya selisih dan mempertimbangkan tindakan yang perlu dilakukan.

Suatu pengorbanan dapat dianggap biaya bila sesuatu yang diperoleh

dengan pengorbanan (misalnya dengan uang yang dibayar, kewajiban yang

5
timbul) mempunyai potensi atau kemampuan untuk menghasilkan sesuatu baik

dimasa sekarang atau masa yang akan datang. Menurut Charles T. Horngren dan

George Foster (2000:23) menyatakan bahwa biaya adalah sumber daya yang

dikorbankan yang diukur dalam satuan moneter untuk mencapai sasaran atau

tujuan tertentu. Menurut Supriyono (2000:16) biaya merupakan harga perolehan

yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan

(revenue) dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.

2.2 Biaya Reklamasi

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang

Reklamasi dan Pascatambang dan Peraturan Menteri Energi Sumber Daya

Mineral Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang

Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara bahwa biaya reklamasi

terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung.

2.2.1 Biaya Langsung

Pengertian biaya langsung atau direct cost adalah biaya yang dapat

dibebankan secara langsung kepada obyek biaya atau suatu produk. Biaya

langsung berguna menentukan biaya pada produksi barang untuk satu unit atau

pengerjaan satu proyek. Karena hanya memproduksi saru unit saja maka biaya

dapat ditentukan sebelum produksi dilaksanakan. Menurut Mulyadi (2014), Biaya

langsung (direct cost) adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya

adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut

tidak ada, maka biaya langsung tidak akan terjadi.

6
Dengan adanya biaya langsung ini maka perusahaan langsung memberi

angaran untuk produksi barang atau suatu proyek. Sehingga selain menentukan

biaya, fungsi dari biaya langsung juga untuk menentukan anggaran perusahaan,

catatan keuangan dan akuntasi perusahaan. Uraian komponen biaya langsung

yang perlu dihitung dalam penyusunan rencana biaya reklamasi meliputi :

A. Biaya Persiapan Lahan Sesuai Kemajuan Tambang

Lahan yang akan direklamasi harus ditata terlebih dahulu agar lereng-

lereng tidak menyebabkan erosi dan sedimentasi yang mengakibatkan pencemaran

lingkungan. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan daya tahan tanah di area

penambangan.

Menurut Ai Dariah, dkk (2010) penataan lahan dilakukan untuk

memperbaiki kondisi bentang alam, antara lain dengan cara menata lahan agar

revegetasi lebih mudah dan erosi terkendali, diantaranya dilakukan dengan cara

meratakan permukaan tanah, jika tanah sangat bergelombang penataan lahan

dilakukan bersamaan dengan penerapan suatu teknik konservasi, misalnya dengan

pembuatan teras.

Pembuatan teras bertujuan untuk mengubah lahan miring menjadi

bertingkat-tingkat untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan dan menahan air

serta menampungnya agar lebih banyak air yang menyerap kedalam tanah melalui

proses infiltrasi. Berdasarkan sistem penambangan batu gamping di PT Istindo

Mitra Manggarai yaitu tambang terbuka maka teras yang cocok adalah teras

bangku. Selain itu pada kegiatan penataan lahan akan dilakukan peledakan atau

soft blasting untuk membentuk rekahan sehingga mempermudah masuknya air.

7
Adapun komponen biaya yang harus dihitung dalam kegiatan penataan lahan

adalah :

1. Bahan Peledak

Bahan peledak berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia

No.125 Tahun 1999 adalah bahan atau zat yang berbentuk padat, cair, gas atau

campurannya, yang apabila dikenai suatu aksi berupa panas, benturan atau

gesekan akan berubah secara kimiawi menjadi zat-zat lain yang sebagian besar

atau seluruhnya berbentuk gas, dan perubahan tersebut berlangsung dalam waktu

yang sangat singkat, disertai efek dan tekanan yang sangat tinggi yang secara

kimia lebih stabil.

Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan sumber energinya menjadi

bahan peledak mekanik, kimia dan nuklir (J.J Manon,1978). Karena pemakaian

bahan peledak dari sumber kimia lebih luas dibanding dari sumber energi lainnya,

maka pengklasifikasian bahan peledak kimia lebih intensif diperkenalkan.

Pertimbangan pemakaiannya antara lain, harga relatif murah, penanganan teknis

lebih mudah, lebih banyak variasi waktu tunda, dan tingkat bahayanya lebih

rendah.

2. Kebutuhan Bahan Bakar

Dalam kegiatan peledakan, alat bor yang digunakan tentunya

membutuhkan bahan bakar. Kebutuhan bahan bakar dihitung berdasarkan

spesifikasi peralatan yang digunakan dan harga beli solar yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan bahan bakar peralatan.

8
3. Gaji Tenaga Kerja

Komponen ini dihitung berdasarkan jumlah tenaga kerja pada pekerjaan

peledakan yang terdiri dari juru ledak dengan gaji per bulan dan pekerja harian

lepas. Besarnya gaji yang digunakan didasarkan pada standar yang sudah

ditetapkan perusahaan.

B. Biaya Pengangkutan Tanah Pucuk

Tumpukan tanah pucuk hasil pengupasan diangkut dari lokasi penimbunan

atau area disposal menuju area bekas tambang batu gamping yang akan

direklamasi. Kegiatan pemindahan tanah pucuk ini dilakukan dengan

menggunakan bantuan excavator dan dump truck.

Pemilihan awal jenis peralatan yang akan digunakan berdasarkan rencana

reklamasi, kebutuhan peralatan dan pengalaman di lapangan. Pemilihan model

dan ukuran peralatan berdasarkan informasi rencana penanganan material, rencana

reklamasi serta manual peralatan.

Penentuan biaya peralatan didasarkan pada biaya produksi yang terdiri dari

biaya pemilikan alat, yaitu biaya yang dikeluarkan sebagai akibat memiliki

peralatan tersebut baik selama operasi maupun waktu menganggur, dan biaya

operasi, yaitu biaya yang dikeluarkan pada waktu alat beroperasi. Adapun

komponen biaya yang harus dihitung dalam kegiatan pengangkutan tanah pucuk

adalah :

1. Produktivitas Excavator

Menurut Rocmadi (1987), faktor-faktor yang mempengaruhi kerja

excavator backhoe adalah:

9
a) Kapasitas Bucket

Besarnya kapasitas bucket excavator akan mempengaruhi volume material

yang dapat digali. Semakin besar kapasitas bucket excavator maka semakin besar

pula produksinya. Satuan untuk menyatakan kapasitas bucket excavator adalah

m³.

b) Faktor Keterisian Bucket

Material yang digali adalah material tanah pucuk yang bentuk dan

ukurannya tidak seragam, sehingga ketika dimuat dalam bucket akan membentuk

rongga-rongga udara. Hal ini menyebabkan bucket tidak dapat terisi penuh

sehingga perlu adanya faktor koreksi untuk menyatakan volume dari bucket

excavator yang benar-benar terisi oleh material.

c) Efisiensi

Efisiensi atau efisiensi kerja disini menyatakan seberapa efektif suatu

produksi berjalan selama waktu terjadwal.

2. Produktivitas Dump Truck

Kebutuhan dump truck sebagai alat angkut disesuaikan dengan produksi

excavator backhoe sebagai alat pemuatan. Pentingnya mengetahui kemampuan

produksi alat-alat mekanis / berat karena kaitannya dengan target produksi yang

harus dicapai oleh perusahaan. Hubungan antara target produksi dengan produksi

per unit alat mekanis / berat akan menentukan jumlah alat yang harus dibeli sesuai

dengan kapasitas, jenis material yang akan ditangani dan tingkat kemudahan

pengoperasian. Perhitungan produktivitas dump truck itu sendiri didasarkan pada

cycle time, efisiensi kerja alat, swell factor, dan bucket fill factor.

10
3. Biaya Operasional Alat Mekanis

Biaya Operasi atau Operating Cost merupakan biaya yang harus

dikeluarkan setiap jamnya selama alat-alat mekanis tersebut masih digunakan.

Biaya operasi ini meliputi biaya bahan bakar, biaya pelumas, biaya pergantian

ban, biaya reparasi, biaya pergantian suku cadang dan upah operator (operator

wage).

a) Konsumsi Bahan Bakar

Untuk konsumsi bahan bakar alat tergantung dari besar kecilnya daya

mesin yang digunakan disamping kondisi medan yang ringan atau berat juga

menentukan. Pabrik pembuatan alat biasanya memberikan perkiraan konsumsi

bahan bakar sesuai daya mesin alat yang dinyatakan dalam liter per jam atau galon

per jam.

Untuk menentukan kerja mesin, harus diketahui daya rata-rata yang

dihasilkan mesin dan lamanya pemakaian daya itu. Pada saat bekerja, mesin tidak

selalu mengeluarkan daya penuh. Misalnya pada saat menunggu atau manuver

dayanya relatif kecil dibandingkan pada waktu menggali atau memuat.

b) Konsumsi Minyak Pelumas

Kebutuhan minyak pelumas dan minyak hidrolis tergantung pada besarnya

tangki dan lamanya periode penggantian minyak pelumas. Terdapat beberapa

macam bahan pelumas antara lain : Oli mesin, oli final drive, oli swimming drive,

oli hidrolik dan gemuk.

11
c) Biaya Filter

Filter oli merupakan sebuah alat yang digunakan untuk membersihkan atau

menyaring agar kotoran tidak tercampur dengan oli. Kotoran yang dimaksud

adalah kotoran yang berasal baik dari dalam ataupun dari luar mesin. Misalnya

seperti reaksi kimiawi dalam ruangan mesin dan juga hasil pergesekan antara

mesin yang berupa serpihan logam halus. Mengganti filter oli sama pentingnya

dengan penggantian oli secara rutin karena oli yang bercampur dengan kotoran

akan berakibat pada kinerja oli yang kurang maksimal.

d) Biaya Ban

Biaya ban biasanya tergantung dari harga ban di tempat alat yang

bersangkutan dioperasikan dan perkiraan umur ban menurut rekomendasi dari

pabrik pembuatnya. Perhitungan depresiasi alat berat beroda ban dengan alat berat

beroda crawler berbeda.

e) Upah Operator

Upah operator merupakan biaya yang dikeluarkan untuk seseorang yang

menjalankan alat berat. Gaji operator biasanya akan disesuaikan dengan

pengalaman kerja operator tersebut.

Tabel 2. 1 Daftar Biaya Upah Pekerja


No Jenis Alat Upah Tenaga Kerja (US$)
1 Track Loader 3
2 Hyd Excavator 3
3 Dump Truck 3
4 Bulldozer 3
5 Wheel Loader 3
6 Back Hoe Loader 3
7 Motor Grader 3
Sumber : Tata Cara Perhitungan Jaminan Reklamasi, Direktorat
Jenderal Minerba Kementrian ESDM, 2014

12
C. Biaya Penebaran Tanah Pucuk

Kegiatan penebaran tanah pucuk ini dilakukan setelah tanah pucuk

diangkut dari tempat penimbunan sementara. Biasanya dilakukan oleh alat berat

seperti bulldozer namun karena jumlah tanah pucuk yang tidak banyak maka

tanah pucuk tersebut bisa langsung diletakkan pada lubang tanam dengan

menggunakan tenaga manusia. Adapun Komponen biaya yang dihitung dalam

tahapan ini adalah :

1. Biaya Buruh Untuk Penebaran Tanah Pucuk

Untuk perhitungan biaya buruh didasarkan pada banyaknya buruh yang

dibutuhkan, besarnya upah buruh, dan lamanya jam kerja.

D. Biaya Revegetasi

Perencanaan revegetasi dihitung berdasarkan luas areal per hektar lahan

yang akan direklamasi. Adapun biaya revegetasi terdiri atas biaya :

1. Biaya Pengadaan Bibit Tanaman

Untuk lahan yang terbuka dibutuhkan tanaman penutup. Tanaman penutup

tanah atau yang lebih dikenal dengan sebutan cover crop adalah tumbuhan atau

tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan

oleh erosi. Peranan tanaman penutup tanah tersebut menyebabkan berkurangnya

kekuatan dispersi air hujan, mengurangi jumlah serta kecepatan aliran permukaan

dan memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah sehingga mengurangi erosi.

Untuk biaya pengadaan bibit dihitung berdasarkan jumlah kebutuhan bibit

dan harga bibit mete per batang. Harga bibit didasarkan pada standar satuan harga

daerah setempat.

13
2. Biaya Penanaman Bibit Tanaman

Untuk perhitungan biaya penanaman dan pemeliharaan tanaman

didasarkan pada banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan dan upah tenaga kerja

yang sudah ditentukan. Komponen yang harus dihitung dalam penentuan upah

tenaga kerja adalah penentuan Hari Orang Kerja (HOK). Hari orang kerja adalah

satuan tenaga kerja yang digunakan biasanya dalam menghitung analisis usaha

tani. Pada umumnya HOK berjumlah 8 jam per hari yang telah dihitung dengan

jam istirahat selama 1 jam di dalamnya. HOK tergantung dari jumlah tenaga, kerja

hari kerja, dan jam kerja perhari. Perkalian kesemua faktor tersebut kemudian

dibagi 8 jam sebagai satu satuan HOK.

3. Biaya Pemeliharaan

Keberhasilan hidup tanaman dan pertumbuhannya dipengaruhi oleh

berbagai faktor lingkungan yang terdapat pada tempat tumbuhnya berupa faktor

biotik dan abiotik. Faktor biotik meliputi semua komponen lingkungan berupa

organisme hidup yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman antara lain

parasit, pathogen, serangga dan tumbuhan liar seperti gulma. Sedangkan faktor

abiotik meliputi semua kondisi lingkungan yang berupa benda mati yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti iklim dan tanah. Berdasarkan kedua

faktor tersebut maka perlu dilakukan pemeliharaan.

Pemeliharaan dilakukan untuk menjamin tumbuhnya bibit tanaman yang

ditanam di lapangan. Adapun yang termasuk dalam kegiatan pemeliharaan adalah:

14
a) Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati dengan

tanaman yang masih seumur. Dalam kegiatan ini dilakukan penggantian

terhadap tanaman mati atau tanaman sakit dengan tanaman baru yang baik dan

sehat. Penyulaman pertama dilakukan satu bulan setelah penanaman dan

penyulaman kedua dilakukan satu tahun setelah penanaman.

b) Penyiangan

Kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan tanaman dari tumbuhan

pengganggu agar ruang tumbuh menjadi lebih luas, terutama untuk memperoleh

kandungan hara, mineral dan cahaya matahari. Penyiangan dilakukan dengan cara

membersihkan gulma dan tanaman pengganggu secara total di areal tanaman

dengan cangkul atau parang. Kegiatan ini dapat dilakukan pada saat musim

kemarau atau musim hujan.

c) Pemberantasan Hama dan Penyakit

Pemberantasan hama dan penyakit harus dilakukan untuk mencegah

tanaman sakit atau mati karena serangga maupun penyakit.

d) Pemupukan

Pemupukan dilakukan untuk mencegah terjadinya defisiensi

nutrisi yang akan menghambat pertumbuhan tanaman. Defisiensi

nutrisi ini disebabkan oleh tanah kritis, siklus nutrisi kurang baik,

pencucian air, dan tidak adanya cendawan mikoriza. Pemupukan tanaman

pinus dapat dilakukan dengan menggunkan pupuk organik, pupuk

anorganik, maupun pupuk biologi. Pupuk merupakan elemen penting dalam

15
kegiatan pertanian di Indonesia. Oleh karena itulah pemerintah membuat regulasi

mengenai peredaran hingga mengenai harga pupuk yang ada di pasaran.

Pemerintah pun juga memiliki pogram subsidi pupuk untuk membantu

meringankan beban petani. Beberapa jenis pupuk yang mendapatkan subsidi

antara lain adalah pupuk urea, SP-36, ZA, NPK, dan organik.

Berikut Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi yang ditetapkan

melalui Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.47 Tahun 2018

tentang Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian.

1. Pupuk Urea

Pupuk pertama yang sering digunakan oleh petani adalah pupuk

urea.Pupuk ini merupakan produk kimia yang mengandung unsur nitrogen (N)

yang cukup tinggi.unsur tersebut merupakan zat hara yang sangat dibutuhkan oleh

tanaman. Dari segi bentuknya, pupuk ini memiliki tekstur berupa butir-butir

kristal yang berawarna putih. Dalam Peraturan Menteri Pertanian Republik

Indonesia No.47 Tahun 2018 tentang Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk

Bersubsidi Sektor Pertanian, harga eceran tertinggi (HET) untuk jenis pupuk urea

adalah Rp 1.800 per kilogramnya di pengecer resmi yang sudah ditunjuk.

2. Pupuk SP-36

Pupuk ini adalah pupuk tunggal yang memiliki kandungan fosfor tinggi

hingga 36%.Manfaat dari pupuk ini sendiri adalah sebagai unsur hara dengan

unsur fosfor bagi tanaman. Selain itu, dapat merangsang tumbuhnya akar agar

semakin baik dan tanaman pertanian menjadi makin kuat. Selain itu masa panen

dirasa akan lebih cepat bila menggunakan pupuk ini. Begitu juga dengan

16
kekuatannya dalam menahan serangan hama maupun penyakit bagi tanaman

pertanian. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.47

tahun 2018, untuk HET pupuk SP-36 dibanderol dengan harga Rp 2.000 per

kilogramnya di tingkat pengecer resmi.

3. Pupuk ZA

Pupuk kimia selanjutnya adalah pupuk ZA yang dibuat dengan tujuan

sebagai unsur tambahan hara nitrogen maupun belerang dalam tanaman.ZA

sendiri adalah singkatan dari bahasa Belanda yaitu Zwavelzure Ammoniak.

Kandungan belerang yang ada di pupuk ZA adalah 24% dan juga nitrogen sebesar

21%. Bentuk dari pupuk ZA berupa butiran kristal yang hampir mirip dengan

garam dapur dan dapat larut dalam air. Di tingkat eceran resmi, harga pupuk ZA

menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.47 tahun 2018

memiliki HET pada kisaran harga Rp 1.400 per kilogramnya.

4. Pupuk NPK

Pupuk NPK ada dua bentuk yang dijual di pasaran yakni cair dan padat

yang mengandung unsur hara utama seperti nitrogen, fosfor, dan kalium. Dari segi

bentuk, pupuk NPK memiliki warna biru agak pudar dan dikemas dalam plastik.

Adapun manfaat pupuk ini antara lain mempercepat, memperkuat dan

memperpanjang akar tanaman. Selain itu juga pupuk NPK juga dapat

meningkatkan produksi pada buah. Untuk harga eceran tertinggi pupuk NPK di

tingkat eceran berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.47

tahun 2018 adalah Rp 2.300 per kilogramnya.

17
5. Pupuk Organik

Bahan dasar utama pupuk ini adalah kotoran hewan, kompos dan

sejenisnya. Pupuk organik sendiri banyak dipilih oleh petani karena tidak

mengandung bahan kimia yang dinilai membahayakan bagi tanaman jika

digunakan secara berlebihan. Jika dibanding pupuk subsidi lainnya, pupuk

organik merupakan yang termurah HET-nya. Mengacu pada peraturan yang

dikeluarkan Kementerian Pertanian di atas, harga pupuk organik per kilogramnya

dijual dengan harga Rp 500.

e) Penjarangan

Penjarangan dilakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih

baik bagi tegakan tanaman selanjutnya. Bagian pohon yang dibuang saat

penjarangan meliputi pohon yang terserang hama dan penyakit, serta

batang utama bengkok atau menggarpu. Penjarangan dilakukan ketika

tajuk antar pohon saling bersinggungan.

2.2.2 Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang sulit untuk dapat

dihubungkan dan dibebankan secara langsung dengan unit produksi, dan secara

akurat ditelusuri ke objek biaya. Biaya yang dapat ditelusuri pada objek biaya

akan meningkatkan keakuratan pembebanan biaya. Biaya tidak langsung adalah

biaya yang tidak dapat secara akurat dikaitkan dengan objek biaya tertentu.

Adapun fungsi biaya tidak langsung digunakan ketika perusahaan

memproduksi beberapa macam barang atau beberapa macam proyek. Biaya tidak

langsung ini muncul karena hal yang tak terduga. Dengan adanya biaya tidak

18
langsung ini perusahaan bisa menyiapkan anggaran lebih untuk memproduksi

barang atau mengerjakan proyek. Sehingga ketika muncul biaya yang tak terduga

maka siap untuk tetap melanjutkan produksi atau proyek. Dalam penyusunan

anggaran juga perlu ditambahkan mengenai biaya tidak langsung ini. Berikut

komponen biaya yang dihitung dalam biaya tidak langsung :

A. Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi Alat

Mobilisasi adalah kegiatan untuk mendatangkan sumber daya dalam

proyek seperti membeli dan menyewa alat untuk sebuah proyek, mendatangkan

staff dan personil kerja sesuai dengan kebutuhan lapangan. Sedangkan

demobilisasi adalah kegiatan untuk mengembalikan kondisi tempat kerja menjadi

kondisi saat pekerjaan belum dimulai termasuk sumber daya yang untuk

mobilisasi seperti pemindahan instalasi alat, peratalan, perlengkapan, personil dan

lain-lain. Dalam kegiatan reklamasi lahan bekas tambang, biaya mobilisasi dan

demobilisasi alat dihitung 2.5% dari biaya langsung atau berdasarkan perhitungan.

B. Biaya Perencanaan Reklamasi

Pengertian biaya adalah pengorbanan sumber daya atau nilai ekuivalen kas

yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

manfaat di saat sekarang atau di masa yang akan datang bagi perusahaan.

Sedangkan perencanaan diartikan sebagai suatu kegiatan yang terkoordinasi untuk

mencapai tujuan tertentu dalam kurun waktu tertentu.

Penyusunan perencanaan reklamasi secara teknis dapat dilakukan oleh

perusahaan yang melakukan kegiatan penambangan, bisa juga dilakukan oleh

19
pihak ketiga atau pelaksana kegiatan reklamasi. Perhitungan biaya perencanaan

teknis reklamasi diambil sebesar 2%-10% dari biaya langsung yang telah dihitung.

C. Biaya Administrasi dan Keuntungan Kontraktor

Biaya administrasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan

bagian administrasi dan umum di suatu perusahaan. Sedangkan keuntungan

kontraktor atau rang atau suatu badan hukum atau badan usaha yang dikontrak

atau disewa untuk menjalankan proyek pekerjaan berdasarkan isi kontrak yang

dimenangkannya dari pihak pemilik proyek yang merupakan instansi / lembaga

pemerintahan, badan hukum, badan usaha, atau perorangan yang telah melakukan

penunjukan secara resmi berikut aturan-aturan penunjukan dan target proyek

ataupun order/pekerjaan yang dimaksud tertuang dalam kontrak yang disepakati

antara pemilik proyek (owner) dengan kontraktor pelaksana. Perhitungan biaya

administrasi dan keuntungan kontraktor diperoleh sebesar 3%-14% dari biaya

langsung.

D. Biaya Supervisi

Pengawasan/supervisi dapat diartikan sebagai tindakan yang dilakukan

untuk menjadikan segala kegiatan di proyek berlangsung dan berhasil sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan. Dengan demikian maka supervisi

pelaksanaan pekerjaan konstruksi mencakup kegiatan/tindakan mengawasi

pelaksanaan pekerjaan sesuai standar konstruksi/rencana yang telah ditetapkan,

kemudian mengadakan pengukuran/penilaian pelaksanaan sesuai standar

pengukuran kegiatan tersebut dan membandingkan antara hasil pelaksanaan yang

dicapai dengan standar / rencananya untuk mengetahui apakah ada penyimpangan

20
(evaluasi). Perhitungan biaya supervisi sebesar 2%-7% dari biaya langsung yang

telah dihitung.

2.2.3 Biaya Total

Biaya total merupakan uraian mengenai total biaya langsung ditambah

dengan biaya tidak langsung dan biaya tersebut sudah harus memperhitungkan

pajak yang berlaku dan dibuat dalam mata uang Rupiah atau Dollar Amerika

Serikat.

2.3 Standar Satuan Harga

Dalam rangka usaha mencapai sasaran, perlu disusun suatu standar,

kriteria atau spesifikasi yang dapat dipakai sebagai tolak ukur untuk

membandingkan dan menganalisis hasil pekerjaan. Standar, kriteria dan patokan

yang dipilih/ditentukan, demikian pula metode pengukuran dan perhitungannya,

harus cukup berarti dan mampu memberikan indikasi terhadap pencapaian

sasaran.

Biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan

jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk

atau untuk membiayai aktivitas tertentu. Penentuan kuantitas standar bahan baku

dimulai dari penetapan spesifikasi produk, baik mengenai ukuran, bentuk, warna,

karakteristik pengolahan produk, maupun mutunya. Dari spesifikasi ini kemudian

dibuat kartu bahan baku yang berisi spesifikasi dan jumlah tiap- tiap jenis bahan

baku yang akan diolah menjadi produk selesai. Kuantitas standar bahan baku

ditentukan dengan penyelidikan teknis atau dengan analisis catatan masa lalu.

Sedangkan, penentuan harga standar umumnya dari daftar harga pemasok,

21
katalog, atau informasi yang sejenis dan informasi lain yang tersedia berhubungan

dengan kemungkinan perubahan harga- harga tersebut di masa depan.

Bahan – bahan meliputi perhitungan bahan yang diperlukan dalam

kegiatan reklamasi dan harganya. Biasanya, harga bahan yang digunakan adalah

harga bahan ditempat pekerjaan dilaksanakan dan sudah termasuk biaya angkutan,

biaya menaikkan dan menurunkan, pengepakan, penyimpanan sementara di

gudang, pemeriksaan kualitas, dan asuransi.

Perhitungan biaya reklamasi berhubungan dengan Standar Satuan Harga

(SSH) alat, pekerja, bibit, dan komponen lain dalam reklamasi yang merupakan

harga satuan setiap unit barang/jasa ditetapkan dengan keputusan kepala daerah

yang dalam hal ini adalah pemerintah Kabupaten Manggarai Timur. Standar

satuan harga menjadikan harga pasar faktual menjadi standar penyusunan harga

yang dipengaruhi oleh :

1. Pertimbangan tingkat inflasi,

2. Fluktuasi nilai tukar mata uang,

3. Produk Domestik Bruto

4. Indeks Harga Konsumen

5. Neraca Transaksi

22
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di daerah IUP Operasi Produksi PT.

Istindo Mitra Manggarai Lengko Lolok, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba

Leda, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

3.1.2 Waktu Penelitian.

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan atau dilakukan dalam

waktu kurang lebih 6 bulan.

Tabel 3. 1 Jadwal Kegiatan


Bulan
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6

1 Studi Literatur

2 Pengumpulan Data

3 Pengolahan Data

4 Analisis dan Kesimpulan

5 Penulisan Laporan Akhir

Sumber : Penulis, 2021

23
Gambar 3. 1 Peta Kesampaian Daerah

24
3.2. Tahapan Kegiatan Penelitian

Merupakan cara atau perhitungan mengenai urutan item pekerjaan yang

bertujuan untuk mendapatkan analisa hasil. Mulai dari perumusan masalah,

pengumpulan data-data yang diperlukan, dan yang pada akhirnya adalah

penyusunan penjadwalan pelaksanaan. Dalam melakukan penelitian ini, teori dan

data-data di lapangan digabungkan oleh penulis agar mendapat pendekatan

penyelesaian masalah. Adapun tahapan dalam penelitian yaitu :

3.2.1 Tahap Persiapan

Tahapan persiapan merupakan studi pustaka, meliputi pengumpulan

informasi awal dan melakukan studi literature terkait perusahaan yang dapat

diperoleh dari: perpustakaan, jurnal, peta, grafik dan tabel. Sasaran umum dari

tahapan penelitian ini adalah gambaran umum daerah penelitian.

3.2.2 Tahap Pengumpulan Data

Merupakan tahap mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian

ini. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari perusahaan

dan penelitian sebelumnya. Adapun data sekunder yang digunakan adalah sebagai

berikut :

A. Peta Kemajuan Tambang

Data ini digunakan untuk menentukan besarnya volume tanah pucuk yang

diperlukan dan mengetahui luas daerah yang akan direklamasi.

25
B. Luas Daerah Yang Akan Direklamasi

Data ini digunakan untuk mengetahui jumlah alat mekanis yang akan

digunakan untuk menata lahan bekas tambang sebelum dilakukan kegiatan

reklamasi.

3.2.3 Tahap Pengolahan Data

Dari data yang telah dikumpulkan akan dilakukan proses pengolahan data,

pada tahap ini dilakukan pengolahan data yang diperoleh dengan melakukan

perhitungan perencanaan anggraan biaya dan waktu reklamasi sesuai dengan teori

dari literatur. Tahapan-tahapan pengolahan data adalah dengan melakukan

perhitungan pada setiap item pekerjaan, yaitu :

A. Biaya Langsung :

1. Biaya Persiapan Lahan Sesuai Kemajuan Tambang

Pada kegiatan persiapan lahan ini komponen biaya yang dihitung adalah

biaya blasting, dengan rumus :

a. Biaya Bahan Peledak

Biaya penyediaan bahan peledak dihitung berdasarkan jumlah kebutuhan

bahan peledak per lubang dan harga bahan peledak per kg.

𝑤 = 𝑃𝐶 𝑋 𝐷𝑒 ...…......................………………………………….......(3.1)

Keterangan :

w = Jumlah Bahan Peledak

PC = Panjang Kolom Isian

De = Loading Density

26
Atau bisa dihitung dengan rumus :
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑙𝑒𝑑𝑎𝑘
= 𝐾𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑃/𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐵𝑃/𝑘𝑔 ….............……………....(3.2)

Penyelesaian :

Dengan menggunakan Persamaan 3.2 maka diperoleh biaya kebutuhan

bahan peledak di front 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Perhitungan kebutuhan bahan peledak per lubang :


𝑤 = 𝑃𝐶 × 𝐷𝑒
= 2 × 1.151
= 2.5 𝑘𝑔

Kebutuhan bahan peledak triwulan 1 dihitung dengan rumus :


𝑤 𝑡𝑟𝑖𝑤𝑢𝑙𝑎𝑛 1 = 𝑤 𝑋 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑒𝑑𝑎𝑘
= 2,5 𝑋 19
= 48 𝑘𝑔

Biaya kebutuhan bahan peledak triwulan 1 dihitung dengan rumus :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑙𝑒𝑑𝑎𝑘 = 𝑤 𝑋 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐴𝑁𝐹𝑂/𝐾𝑔


= 48 𝑘𝑔 𝑋 𝑅𝑝 7.425
= 𝑅𝑝 356.315

2. Biaya Pengangkutan Tanah Pucuk

Pada kegiatan ini komponen biaya yang dihitung adalah produktivitas dan

biaya operasi dari excavator dan dump truck :

a. Produktivitas Alat Gali Muat

Untuk mengetahui produktivitas alat gali muat, kita dapat menghitung

produktivitas excavator tersebut dengan menggunakan persamaan berikut:

27
60
𝑄=𝑞 × × 𝑆𝐹 × 𝐹𝐹 × 𝑃𝑖 × 𝐸
𝐶𝑚 .............….............……………....(3.3)

Keterangan:

Q = Produksi perjam (kg / jam)

q = Kapasitas bucket (BCM)

Cm = Cycle time (menit)

E = Efisiensi kerja

Pi = Massa jenis (m3)

SF = Swell factor

FF = Faktor pengisian

Untuk mengetahui jumlah kebutuhan alat excavator dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut:

𝑉
𝑁=
𝑛 ×𝑄 ×𝑡 ×𝐸 ......................................….............……….……....(3.4)

Keterangan:

N = Jumlah kebutuhan alat

V = Volume pekerjaan (m3)

n = Durasi kerja (hari)

Q = Produktivitas excavator (m3 / jam)

t = Waktu kerja efektif (jam)

E = Efiesinsi Alat

28
Penyelesaian :

Dengan menggunakan Persamaan 3.4 maka diperoleh kebutuhan alat

excavator pada front 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4.

Perhitungan kebutuhan alat excavator triwulan 1 front 1 :


𝑉𝑜𝑙. 𝑡𝑜𝑝𝑠𝑜𝑖𝑙
𝑁=
𝑛𝑥𝑄 × 𝑡 × 𝐸
1500
𝑀=
2 𝑥 403,38 𝑋 10 𝑥 0,83
1500
𝑀=
6.696,108
𝑀 = 0,224

Jadi, kebutuhan alat excavator untuk triwulan 1 adalah 1 unit.

b. Produktivitas Dump Truck

Untuk menghitung produktivitas dump truck dengan menggunakan

persamaan di bawah ini :

𝑛 × 𝑞1 × 𝐹𝐹 × 60 × 𝑆𝐹 × 𝐸𝑡 × 𝑃𝑖
𝑄 = ...…………............….…....(3.5)
𝐶𝑚𝑡

Keterangan :

Q = Produksi per jam dump truck (m3/jam)

n = Jumlah bucket excavator untuk mengisi dump truck

q1 = Kapasitas bucket (m3)

FF = Faktor pengisian bucket

SF = Swell Factor

Pi = Massa jenis (m3)

Et = Efisiensi kerja dump truck

Cmt = Waktu siklus dump truck (menit)

29
Untuk mengetahui jumlah kebutuhan alat dump truck dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan berikut:


𝑉
𝑁=
𝑛 ×𝑄 ×𝑡 ×𝐸
.....................................….............……….……....(3.6)

Keterangan:

N = Jumlah kebutuhan alat

V = Volume pekerjaan (m3)

n = Durasi kerja (hari)

Q = Produktivitas dump truck (m3/jam)

t = Waktu kerja efektif (jam)

E = Efiesinsi Alat

Penyelesaian :

Dengan menggunakan Persamaan 3.6 maka diperoleh kebutuhan alat dump

truck pada front 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6.

Perhitungan kebutuhan alat dump truck triwulan 1 front 1 :


𝑉𝑜𝑙. 𝑡𝑜𝑝𝑠𝑜𝑖𝑙
𝑁=
𝑛 ×𝑄 ×𝑡 × 𝐸
1500
𝑁=
2 𝑥 82,17 𝑋 10 𝑥 0,83
1500
𝑁=
1.364,022
𝑁 = 1,099

Jadi, kebutuhan alat dump truck untuk triwulan 1 adalah 1 unit.

30
c. Biaya Operasi

1) Konsumsi Bahan Bakar

Untuk kebutuhan bahan bakar solar per jam dapat dihitung dengan

persamaan di bawah ini :


𝑡𝑚 𝑡𝑛
𝐹= ( ) + ( × 0,5) × 𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 .........................……....(3.7)
𝐶𝑇 𝐶𝑇

Sedangkan untuk biaya konsumsi bahan bakar solar dapat dihitung dengan

persamaan di bawah ini :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑎𝑟


= 𝐹 × 0,15 × 𝐻𝑃 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑎𝑟
...........….............………....(3.8)

Keterangan :

F = Faktor operasi

tm = Waktu mesin bekerja maksimal (detik)

tn = Waktu mesin bekerja normal (detik)

CT = Cycle Time (detik)

HP = Daya mesin

Penyelesaian :

Dengan menggunakan Persamaan 3.7 maka diperoleh konsumsi bahan

bakar solar per jam untuk excavator adalah sebagai berikut :

6 4
𝐹 = ( ) + ( × 0,5) × 0,83
24 24

= (0,25 + 0,0833) × 0,83

= 0,2766

31
Selanjutnya dengan menggunakan Persamaan 3.8 maka diperoleh biaya

konsumsi bahan bakar solar excavator per jam adalah sebagai berikut :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑎𝑟 𝑒𝑥𝑐𝑎𝑣𝑎𝑡𝑜𝑟


= 0,2766 × 0,15 × 454 × 𝑅𝑝 12.500
= 𝑅𝑝 235.512
Dengan menggunakan Persamaan 3.7 maka diperoleh konsumsi bahan

bakar solar per jam untuk dump truck adalah sebagai berikut :

600 480
𝐹= ( )+ ( × 0,5) × 0,83
1296 1296

= (0,4629 + 0,1851) × 0,83

= 0,537

Selanjutnya dengan menggunakan Persamaan 3.8 maka diperoleh biaya

konsumsi bahan bakar solar dump truck per jam adalah sebagai berikut :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑎𝑟 𝑑𝑢𝑚𝑝 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘


= 0,537 × 0,15 × 498 × 𝑅𝑝 12.500
= 𝑅𝑝 502.322

2) Konsumsi Minyak Pelumas

Untuk kebutuhan pelumas per jam dapat dihitung dengan persamaan di

bawah ini :

𝐻𝑃 × 𝑓 × 0,003 𝐶
𝑞= +
0,89 𝑡 ... ...................................….............………....(3.9)

Sehingga perhitungan biaya pelumas :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑙𝑢𝑚𝑎𝑠 .................................………....(3.10)


= 𝑞 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑒𝑙𝑢𝑚𝑎𝑠

32
Keterangan :

q = Kebutuhan pelumas (liter/jam)

HP = Daya mesin

f = Faktor mesin

C = Kapasitas tangki (liter)

t = Waktu pergantian pelumas (jam)

Penyelesaian :

Dengan menggunakan Persamaan 3.9 maka diperoleh konsumsi minyak

pelumas untuk excavator per jam sebagai berikut :

454 ×0,83×0,003 55
𝑂𝑙𝑖 𝑀𝑒𝑠𝑖𝑛 = + 1000
0,89

= 1,2701 + 0,055
= 1,3251
Sehingga perhitungan biaya oli mesin excavator:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑙𝑖 𝑀𝑒𝑠𝑖𝑛 = 1,3251 × 𝑅𝑝 30.000


= 𝑅𝑝 39.755

454 ×0,83×0,003 24,5


𝑂𝑙𝑖 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 = + 1000
0,89

= 1,2701 + 0,0245
= 1,2946

Sehingga perhitungan biaya oli transmisi excavator:

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑙𝑖 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 = 1,2946 × 𝑅𝑝 30.000


= 𝑅𝑝 45.313

454 ×0,83×0,003 440


𝑂𝑙𝑖 𝐻𝑖𝑑𝑟𝑜𝑙𝑖𝑠 = + 1000
0,89

= 1,2701 + 0,44
= 1,71018

33
Sehingga perhitungan biaya oli hidrolis dump truck :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑙𝑖 𝐻𝑖𝑑𝑟𝑜𝑙𝑖𝑠 = 1,71018 × 𝑅𝑝 30.000


= 𝑅𝑝 51.305,39

454 ×0,83×0,003 40
𝑂𝑙𝑖 𝐹𝑖𝑛𝑎𝑙 𝐷𝑟𝑖𝑣𝑒 = + 1000
0,89

= 1,2701 + 0,04
= 1,3101

Sehingga perhitungan biaya oli final drive dump truck :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑙𝑖 𝐹𝑖𝑛𝑎𝑙 𝐷𝑟𝑖𝑣𝑒 = 1,3101 × 𝑅𝑝 45.000


= 𝑅𝑝 58.958

454 ×0,83×0,003 85
𝑂𝑙𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑅𝑎𝑑𝑖𝑎𝑡𝑜𝑟 = 0,89
+ 1000

= 1,2701 + 0,085
= 1,355
Sehingga perhitungan biaya oli pendingin radiator dump truck :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑙𝑖 𝐹𝑖𝑛𝑎𝑙 𝐷𝑟𝑖𝑣𝑒 = 1,355 × 𝑅𝑝 45.000


= 𝑅𝑝 40.655,39

Selanjutnya dengan menggunakan Persamaan 3.9 maka diperoleh

konsumsi minyak pelumas untuk dump truck per jam sebagai berikut :

498 ×0,83×0,003 50
𝑂𝑙𝑖 𝑀𝑒𝑠𝑖𝑛 = + 6288
0,89

= 1,393 + 0,0079
= 1,4012

Sehingga perhitungan biaya oli mesin dump truck :


𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑙𝑖 𝑀𝑒𝑠𝑖𝑛 = 1,4012 × 𝑅𝑝 30.000
= 𝑅𝑝 42.036,9766

498 ×0,83×0,003 117


𝑂𝑙𝑖 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 = + 4800
0,89

= 1,393 + 0,024375
= 1,417

34
Sehingga perhitungan biaya oli transmisi dump truck :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑙𝑖 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 = 1,417 × 𝑅𝑝 70.000


= 𝑅𝑝 99.235,913

498 ×0,83×0,003 120


𝑂𝑙𝑖 𝐺𝑎𝑟𝑑𝑎𝑛 = + 4800
0,89

= 1,393 + 0,025
= 1,4182
Sehingga perhitungan biaya oli gardan dump truck :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑙𝑖 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 = 1,4182 × 𝑅𝑝 40.000


= 𝑅𝑝 56.731,236

3) Biaya Gemuk

Untuk kebutuhan gemuk per jam dapat dihitung dengan persamaan di

bawah ini :

𝑛
𝐺 = 0,01 × 𝐻𝑃 ×
𝑡 .............................................…............………....(3.11)

Sehingga perhitungan biaya gemuk per jam :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑙𝑢𝑚𝑎𝑠
= 𝐺 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐺𝑒𝑚𝑢𝑘 ........................................………....(3.12)

Keterangan :

G = Kebutuhan pelumas

HP = Daya mesin

n = Jumlah jam kerja efektif dalam satu tahun (jam)

t = Jumlah jam antar penggantian (jam)

Penyelesaian :

Dengan menggunakan Persamaan 3.11 maka diperoleh kebutuhan gemuk

per jam untuk excavator adalah sebagai berikut :

35
3000
𝐺 = 0,01 × 454 ×
1000
= 2,724

Selanjutnya dengan menggunakan Persamaan 3.12 maka diperoleh biaya

gemuk per jam untuk excavator adalah sebagai berikut :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐺𝑒𝑚𝑢𝑘 = 2,724 × 𝑅𝑝 20.000


= 𝑅𝑝 54.480

Dengan menggunakan Persamaan 3.11 maka diperoleh kebutuhan gemuk

per jam untuk dump truck adalah sebagai berikut :


3000
𝐺 = 0,01 × 498 ×
1000
= 2,988

Selanjutnya dengan menggunakan Persamaan 3.12 maka diperoleh biaya

gemuk per jam untuk dump truck adalah sebagai berikut :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐺𝑒𝑚𝑢𝑘 = 2,988 × 𝑅𝑝 20.000


= 𝑅𝑝 59.760

4) Biaya Filter

Untuk kebutuhan filter atau saringan per jam dapat dihitung dengan

persamaan di bawah ini :


𝑙
𝑛=
𝑡
....................................................................…............………....(3.13)

Sehingga perhitungan biaya filter per jam

𝑛×ℎ
𝐹=
𝑡 ...............................................................…............………....(3.14)

36
Keterangan :

F= Biaya filter per jam (rupiah/jam)

n = Jumlah filter

h = Harga filter (rupiah)

l = Jumlah jam kerja efektif yang tersedia (jam)

t = Lama penggantian filter (jam)

Penyelesaian :

Dengan menggunakan Persamaan 3.13 maka diperoleh konsumsi filter per

jam untuk excavator adalah sebagai berikut :


3000
𝑛=
500
=6

Selanjutnya dengan menggunakan Persamaan 3.14 maka diperoleh konsumsi filter

per jam untuk excavator adalah sebagai berikut :

6 × 𝑅𝑝 150.000
𝐹𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟 𝑆𝑜𝑙𝑎𝑟 =
3000

= 𝑅𝑝 300

6 × 𝑅𝑝 600.000
𝐹𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟 𝑂𝑙𝑖 =
3000

= 𝑅𝑝 1200

6 × 𝑅𝑝 300.000
𝐹𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟 𝐴𝑖𝑟 =
3000

= 𝑅𝑝 600

37
6 × 𝑅𝑝 350.000
𝐹𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎 =
3000

= 𝑅𝑝 700

Dengan menggunakan Persamaan 3.13 maka diperoleh kebutuhan filter

per jam untuk dump truck adalah sebagai berikut :


3000
𝑛=
1650
= 1,82

Selanjutnya dengan menggunakan Persamaan 3.13 maka diperoleh biaya

filter per jam untuk dump truck adalah sebagai berikut :

1,82 × 𝑅𝑝 85.000
𝐹𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟 𝑆𝑜𝑙𝑎𝑟 =
3000

= 𝑅𝑝 52

1,82 × 𝑅𝑝 150.000
𝐹𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟 𝑂𝑙𝑖 =
3000

= 𝑅𝑝 91

1,82 × 𝑅𝑝 230.000
𝐹𝑖𝑙𝑡𝑒𝑟 𝑈𝑑𝑎𝑟𝑎 =
3000

= 𝑅𝑝 139

38
5) Biaya Ban

Untuk kebutuhan ban per jam dapat dihitung dengan persamaan di bawah

ini :


𝐵= 𝑥𝑛
𝑡
.....................................................…............………....(3.15)

Keterangan :

B = Biaya Ban (Rp/Jam)

h = Harga Ban (Rp)

n = Kebutuhan Ban (Buah)

t = Lama Pergantian Ban (Jam)

Penyelesaian :

Dengan menggunakan Persamaan 3.15 maka diperoleh biaya ban per jam

untuk dump truck adalah sebagai berikut :

𝑅𝑝 5.150.000
𝐵= 𝑥6
2160
= 𝑅𝑝14.306

6) Biaya Reparasi

Untuk perhitungan biaya reparasi atau perbaikan per jam dapat dihitung

dengan persamaan di bawah ini :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑅𝑒𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖
50 % × 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛
= ..............................…..............(3.16)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

39
Penyelesaian :

Dengan menggunakan Persamaan 3.16 maka diperoleh biaya reparasi atau

perbaikan excavator per jam adalah sebagai berikut :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑅𝑒𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖
50 % × 𝑅𝑝 540.000.000
=
3000
= 𝑅𝑝 90.000

Dengan menggunakan Persamaan 3.16 maka diperoleh biaya reparasi atau

perbaikan dump truck per jam adalah sebagai berikut :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑅𝑒𝑝𝑎𝑟𝑎𝑠𝑖
50 % × 𝑅𝑝 270.000.000
=
3000
= 𝑅𝑝 45.000

7) Biaya Operator

Untuk perhitungan biaya operator per jam dapat dihitung dengan

persamaan di bawah ini :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 × 𝐺𝑎𝑗𝑖 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛𝑎𝑛 × 12 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛
= .............................(3.17)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Penyelesaian :

Dengan menggunakan Persamaan 3.17 maka diperoleh biaya operator per

jam excavator per jam adalah sebagai berikut :


1 × 𝑅𝑝 10.000.000 × 12 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 =
3000
= 𝑅𝑝 40.000

40
Dengan menggunakan Persamaan 3.17 maka diperoleh biaya operator per

jam dump truck per jam adalah sebagai berikut :


1 × 𝑅𝑝 4.000.000 × 12 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 =
3000
= 𝑅𝑝 16.000

Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh total biaya operasional

untuk excavator per jam dapat dilihat pada Tabel 4.9. Dan total biaya operasional

excavator di front 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel4.11 dan Tabel 4.12.

Perhitungan biaya operasional excavator triwulan 1 front 1 dengan biaya

operasional per jam = Rp 675.447,23 adalah :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 = 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 × 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑗𝑎𝑚 × 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑙𝑎𝑡

= 2 ℎ𝑎𝑟𝑖 × 𝑅𝑝 675.447,23 × 10 𝐽𝑎𝑚 × 1 𝑢𝑛𝑖𝑡

= 𝑅𝑝 13.508.944,57

Sedangkan perhitungan biaya operasional untuk dump truck per jam dapat

dilihat pada Tabel 4.10. Dan total biaya operasional excavator di front 1 dan 2

dapat dilihat pada Tabel4.13 dan Tabel 4.14.

Perhitungan biaya operasional dump truck triwulan 1 front 1 dengan biaya

operasional per jam = Rp 790.694,42 adalah :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 = 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 × 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑗𝑎𝑚 × 𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑙𝑎𝑡

= 2 ℎ𝑎𝑟𝑖 × 𝑅𝑝 790.694,42 × 10 𝐽𝑎𝑚 × 1 𝑢𝑛𝑖𝑡

= 𝑅𝑝 17.389.919,28

41
3. Biaya Penebaran Tanah Pucuk

Dalam kegiatan ini tanah pucuk yang sudah diangkut dari tempat

penimbunan kemudian diletakkan ke dalam lubang tanam dengan menggunakan

tenaga manusia. Adapun rumus perhitungannya :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛
......................(3.18)
= 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝐵𝑢𝑟𝑢ℎ × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑢𝑟𝑢ℎ × 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎

4. Revegetasi

a. Biaya Pengadaan Bibit

Biaya penyediaan bibit dihitung berdasarkan jumlah kebutuhan bibit dan

harga bibit mete per batang

𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑖𝑏𝑖𝑡 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑏𝑖𝑡/𝐻𝑎 × 𝐿𝑢𝑎𝑠 ...................................(3.19)

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑖𝑏𝑖𝑡


= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑏𝑖𝑡 × 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐵𝑖𝑏𝑖𝑡/𝐵𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 ................................................(3.20)

Penyelesaian :

Berdasarkan Persamaan 3.19 di atas maka diperoleh biaya pengadaan

bibit tanaman mete di front 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 4.15 dan Tabel 4.16.

Selanjutnya berdasarkan Persamaan 3.20 maka diperoleh perhitungan

biaya kebutuhan bibit mente triwulan 1 front 1 adalah :


𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑖𝑏𝑖𝑡
= 10 × 𝑅𝑝 11.000
= 𝑅𝑝 110.000

Sedangkan biaya pengadaan bibit rumput vetiver di front 1 dan 2 dapat

dilihat pada Tabel 4.17 dan Tabel 4.18.

42
Berdasarkan Persamaan 3.20 maka diperoleh perhitungan biaya kebutuhan

rumput vetiver triwulan 1 front 1 :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑖𝑏𝑖𝑡


= 50 × 𝑅𝑝 900
= 𝑅𝑝 45.000

b. Biaya Penanaman

Penanaman tanaman dilakukan dengan menggunakan buruh yang tersedia.

yang dapat dihitung dengan cara :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
= 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝐵𝑢𝑟𝑢ℎ × 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑢𝑟𝑢ℎ ........................................(3.21)

Penyelesaian :

Berdasarkan Persamaan 3.21 di atas maka biaya pembuatan lubang tanam

dan penebaran tanah pucuk di front 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 4.19 dan

Tabel 4.20.

Perhitungan biaya gaji pekerja triwulan 2 Front 1 :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑢𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐿𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑎𝑛𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑇𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑃𝑢𝑐𝑢𝑘


= 𝑅𝑝 56.470 × 1 ℎ𝑎𝑟𝑖 × 1 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
= Rp 56.470

Sedangkan biaya penanaman tanaman di front 1 dan 2 dapat dilihat pada

Tabel 4.21 dan Tabel 4.22.

Perhitungan biaya gaji pekerja triwulan 3 front 1 :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛 𝐵𝑖𝑏𝑖𝑡


= 𝑅𝑝 56.470 × 1 ℎ𝑎𝑟𝑖 × 1 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔
= Rp 56.470

43
c. Biaya Pemeliharaan

Perhitungan biaya pemeliharaan pada lima tahapan yaitu penyulaman,

penyiangan, pemberantasan hama, pemupukan dan penjarangan menggunakan

rumus yang sama yaitu sebagai berikut :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑙𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛
= 𝑈𝑝𝑎ℎ 𝐵𝑢𝑟𝑢ℎ × 𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 × 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑢𝑟𝑢ℎ
..........................................(3.22)

Penyelesaian :

Berdasarkan Persamaan 3.22 maka diperoleh rincian biaya total

pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 4.23 hingga Tabel 4.32 dan selengkapnya

pada lampiran VI.

B. Biaya Tidak Langsung :

1. Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi Alat

Biaya ini dihitung dengan rumus :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑀𝑜𝑏𝑖𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑚𝑜𝑏𝑖𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑙𝑎𝑡

= 2,5 % × 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 ................................(3.23)

Penyelesaian :

Berdasarkan Persamaan 3.23 maka diperoleh biaya mobilisasi dan

demobilisasi alat adalah sebagai berikut :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑀𝑜𝑏𝑖𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑚𝑜𝑏𝑖𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑙𝑎𝑡

= 2,5 % × 𝑅𝑝 4.644.633.085

= Rp 116.115.827

44
2. Biaya Perencanaan Reklamasi

Biaya ini dihitung dengan rumus :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑘𝑙𝑎𝑚𝑎𝑠𝑖

= 2,5 % × 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 ..................................................(3.24)

Penyelesaian :

Berdasarkan Persamaan 3.24 maka diperoleh biaya perencanaan reklamasi

adalah sebagai berikut :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑘𝑙𝑎𝑚𝑎𝑠𝑖

= 2% × Rp 4.644.633.085

= Rp 92.892.662

3. Biaya Administrasi dan Keuntungan Kontraktor

Biaya ini dihitung dengan rumus :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐴𝑑𝑚𝑖𝑛𝑖𝑠𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟

= 3 % × 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 .........................(3.25)

Penyelesaian :

Berdasarkan Persamaan 3.25 maka diperoleh biaya administrasi dan

keuntungan kontraktor adalah sebagai berikut :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐴𝑑𝑚𝑖𝑛𝑖𝑠𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟

= 3% × Rp 4.644.633.085

= Rp 139.338.993
4. Biaya Supervisi

Biaya ini dihitung dengan rumus :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑢𝑝𝑒𝑟𝑣𝑖𝑠𝑖

= 2 % 𝑥 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 .......................................................(3.26)

45
Penyelesaian :

Berdasarkan Persamaan 3.26 maka diperoleh biaya supervisi adalah

sebagai berikut :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑆𝑢𝑝𝑒𝑟𝑣𝑖𝑠𝑖

= 2 % 𝑥 Rp 4.644.633.085

= Rp 92.892.662
Berdasarkan perhitungan komponen biaya di atas maka total biaya tidak

langsung reklamasi dapat dilihat pada Tabel 4.34.

C. Biaya Total Reklamasi

Biaya ini dihitung dengan rumus :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙

= 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 + 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝐿𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 .................................(3.27)

Penyelesaian :

Berdasarkan Persamaan 3.27 maka diperoleh biaya total reklamasi adalah

sebagai berikut :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙

= 𝑅𝑝 4.644.633.085 + 𝑅𝑝 441.240.143

= 𝑅𝑝 5.085.873.228

46
3.3. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data Penelitian :


1. Luas daerah yang akan direklamasi
2. Peta Kemajuan Tambang

Biaya Langsung : Biaya Tidak Langsung :


1. Biaya Penataan Lahan
1. Biaya Mobilisasi dan Demobilisasi
2. Biaya Pengangkutan
2. Biaya Perencanaan Reklamasi
Tanah Pucuk
3. Biaya Administrasi dan
3. Biaya Penebaran Tanah
Keuntungan Kontraktor
Pucuk
4. Biaya Supervisi
4. Biaya Revegetasi

Rencana Anggaran Biaya Reklamasi

Selesai

Diagram Alir Penelitian

47
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Geologi Daerah Penelitian

4.1.1 Geomorfologi

Geomorfologi adalah bentang alam yang dikontrol oleh geologi daerah

tersebut. Geomorfologi IUP Operasi Produksi PT. IMM dan sekitarnya dapat

dibedakan menjadi 3 satuan geomorfologi yaitu (Laporan Studi Kelayakan

PT.IMM,2020) :

A. Satuan Geomorfologi Daratan Aluvium.

Terdapat di sungai – muara sungai Wae Togong, muara sungai kecil di tepi

pantai yang membentuk dataran landai, berada di sekitar sungai dan tepi pantai

yang landai. Batuannya terdiri dari endapan aluvium berupa lumpur/lempung,

lanau, pasir, kerikil - berangkal yang diendapkan pada saat banjir. Daerah ini

kadang tergenang atau mengalami banjir pada saat sungai Wae Togong meluap.

Satuan batuan ini terdapat di luar IUP Operasi Produksi yakni di sebelah Timur

dari IUP Operasi Produksi (Wae Togong) dan dataran di tepi Pantai Utara Desa

Satar Punda.

B. Satuan Geomorfologi Perbukitan Batugamping / Karst

Membentuk perbukitan-perbukitan dengan beda tinggi umumnya di bawah

50 m dengan daerah di sekitarnya. Batuannya adalah batugamping. Kenampakkan

geomorfologi karst di IUP Operasi Produksi dan sekitarnya belum menunjukkan

adanya bentuk-bentuk larutan yang menyebabkan terbentuknya rongga dan gua.

48
Bentuk karst dapat dilihat pada bentuk eksogen yaitu berupa bukit-bukit

dan lembah, tetapi bentuk-bentuk endogen seperti sungai bawah tanah, gua-gua

dan rongga baik yang berair maupun yang tidak berair tidak dijumpai di IUP

Operasi Produksi dan sekitarnya. Bentuk stalagtit dan stalgmit juga tidak dijumpai

di IUP Operasi Produksi dan sekitarnya. Sungai-sungai yang ada di satuan

geomorfologi perbukitan batugamping/karst hanya berupa sungai musiman yang

berair pada saat hujan lebat sehingga satuan geomorfologi perbukitan

batugamping ini masih belum dapat dikatakan geomorfologi karst atau dengan

kata lain sesuai dengan PERMEN ESDM No. 17 Tahun 2012 daerah ini termasuk

level I, delineasi sebaran batugamping karena bentuk karstnya belum jelas terlihat.

Di samping itu juga berdasarkan PERMEN ESDM No. 17 Tahun 2012 batas-batas

karst level I adalah batas delineasi yang artinya batasnya diperkirakan dan jika

batas itu dioverlay dengan batugamping di IUP Operasi Produksi PT. IMM lokasi

potensi batugamping tidak berada pada daerah karst level I. Berikut adalah peta

geomorfologi PT.IMM.

C. Satuan Geomorfologi Pegunungan dan Lereng Vulkanik

Satuan geomorfologi ini membentuk pegunungan dan lereng yang terjal

karena batuannya relatif lebih kompak berupa breksi vulkanik dan lava. Di IUP

Operasi Produksi dan sekitarnya morfologi ini hanya membentuk lereng-lereng

yang terjal kenampakkan pegunungan tidak terlihat karena IUP Operasi Produksi

relatif sempit. Kenampakan pegunungan hanya dapat terlihat pada peta yang lebih

regional.

49
Gambar 4. 1 Peta Gemorfologi Produksi PT. IMM dan sekitarnya
Sumber : Laporan Studi Kelayakan PT.IMM,2020

Gambar 4. 2 Morfologi IUP Operasi Produksi PT. IMM


Sumber : Laporan Studi Kelayakan PT.IMM,2020

4.1.2 Litologi

Berdasarkan peta geologi regional Manggarai bagian utara dari peta

geologi bersistem Indonesia lembar Ruteng 2107 Skala 1:250.000 P3G Bandung

50
di IUP Operasi Produksi PT. Istindo Mitra Manggarai dan sekitarnya terdiri dari

satuan batuan berumur tua ke muda (Laporan Studi Kelayakan PT.IMM,2020).

Gambar 4. 3 Peta Geologi Regional Wilayah IUP Operasi Produksi


PT. IMM
Sumber : Laporan Studi Kelayakan PT.IMM,2020

A. Formasi Kiro (Tmk)

Terdiri dari breksi, lava dan tuff dengan sisipan batupasir tufaan, breksi

dengan komponen batuan andesit dan basalt. Perekat tuff pasiran, terkersikan dan

termineralisasikan yang terbentuk magnetit dan mangan. Lava bersusunan andesit,

basalt, latit dan trakit, kelabu kehijauan sampai kehitaman. Lava andesit dan

basalt bertekstur porfir, sebagian terkersikan dan terkalsitkan; memperlihatkan

kekar berlapis. Latit kelabu kecoklatan; porfiritik; matriks kaca, serisit; padu.

Trakit, putih kelabu; berongga porfiritik dengan sanidin sebagai fenokris.

Matriksnya serisit dan kaca; terkersikan. Tuff pasiran dan batupasir tufaan; berupa

sisipan; kecokelatan; terkersikan. Berlapis baik kemiringan antara 10- 250 ke arah

Barat Daya - Timur Laut. Umurnya Miosen Awal -Tengah (19 – 2 juta tahun yang

lalu).

51
B. Formasi Nangapanda (Tmn) dan Formasi Bari (Tmb)

Tertindih secara tidak selaras oleh Formasi Wae Hekang dan Formasi

Laka (Tmpl). Formasi Nangapanda di sekitar IUP Operasi Produksi tidak

tersingkap atau tidak dijumpai. Berdasarkan Peta Geologi Regional Formasi Kiro

(Tmk) terdapat di bagian tengah Peta Geologi Regional. Pada Formasi Kiro

banyak dijumpai sumber daya berupa mangan dan besi. Sehingga di sekitar IUP

Operasi Produksi PT. IMM terdapat banyak IUP mineral logam (mangan) dan

sebagian telah ditambang. Mangan terdapat pada bongkah-bongkah batuan

vulkanik dan di antara batugamping. Di IUP Operasi Produksi PT. IMM bagian

Barat dan Utara juga terdapat Formasi Kiro.

C. Formasi Bari (Tmb)

Batugamping berselingan dengan batugamping pasiran setempat sisipan

batupasir gampingan. Batugamping putih kelabu kurang padat berumur Miosin

Tengah dengan lingkungan pengendapan litoral (laut dangkal). Tebal diperkirakan

1.200 m. Formasi ini tertindih secara selaras oleh Formasi Waehekang (Tmpw)

dan Formasi Laka (Tmpl). Berdasarkan Peta Geologi Regional Formasi Bari

(Tmb) terdapat di bagian Barat, Timur dan Utara. Di Bagian Barat IUP Operasi

Produksi terpetakan Formasi Kiro, namun pada penyelidikan geologi detail batas

Formasi Kiro tidak sampai ke bagian tengah IUP Operasi Produksi. Hal ini

dikarenakan peta geologi regional ini dibuat pada peta skala 1:250.000. Formasi

Bari di IUP Operasi Produksi sebarannya lebih luas dibandingkan dengan sebaran

Formasi Bari pada Peta Geologi Regional.

52
D. Formasi Laka (Tmpl)

Terdiri dari tuff setempat berselingan dengan batupasir tufaan setempat;

bersisipan dengan batupasir gampingan. Tuff putih kehijauan halus - kasar,

menyudut - membulat tanggung, padat. Batupasir tufaan, putih kehijauan halus -

kasar. Menyudut – membulat tanggung, cukup padat. Batugamping pasiran putih

kecokelatan, keras. Berumur Miosen Akhir - Pliosen. Lingkungan pengendapan

sub litoral – sub litoral luar (laut dalam). Tertindih secara tidak selaras oleh batuan

gunung api tua. Berdasarkan Peta Geologi Regional Formasi Laka (Tmpl)

memanjang dari Tenggara – Barat Laut.

E. Formasi Waehekang (Tmpw)

Batugamping klastika, putih kekuningan mengandung tuff yang kurang

padat, bersifat pasiran serta mengandung rijang merah jingga, berlapis. Berumur

Miosen Akhir – Pliosin. Lingkungan pengendapannya laut dalam. Formasi ini

menjemari dengan Formasi Laka dan tertindih secara tidak selaras oleh satuan

gunung api tua. Berdasarkan Peta Geologi Regional Formasi Wae hekang (Tmpw)

berada di arah Barat Laut. Formasi Waehekang juga terdiri dari batugamping

namun kadarnya tidak memenuhi standar untuk bahan baku semen.

F. Undak Pantai (Qct)

Terdiri dari perselingan konglomerat batupasir, sedikit gampingan, mudah

lepas, hampir mendatar, struktur silangsiur, mencapai ketinggian 10 – 50 m di atas

permukaan laut. Berdasarkan Peta Geologi Regional Undak Pantai (Qct) berada di

arah Barat Laut tepatnya di sebelah bawah Aluvium (Qal). Formasi ini sebarannya

sangat kecil jika dibandingkan dengan formasi yang lain. Adanya Undak Pantai

53
yang berumur Quarter menunjukkan bahwa Pulau Flores aktif mengalami

pengangkatan yakni dulunya berada di daerah pantai tetapi saat ini telah berada 50

m di atas permukaan laut.

G. Batugamping Koral (Ql)

Mengandung sedikit ganggang pejal; mencapai ketinggian kurang lebih

200 m di atas permukaan laut. Berdasarkan Peta Geologi Regional Batugamping

Koral (Ql) berada di arah Barat Laut. Batugamping Koral yang berumur Quarter

ini juga menunjukkan Pulau Flores aktif mengalami pengangkatan. Dulunya

berada di bawah permukaan laut namun saat ini bisa mencapai 200 m di atas

permukaan laut.

H. Aluvium (Qal)

Terdiri dari kerakal dan kerikil andesit, dasit, basalt, dan granit; pasir,

lumpur dan lanau terendapkan dalam lingkungan sungai dan pantai. Berdasarkan

Peta Geologi Regional Aluvium (Qal) berada di arah Barat dan di arah Timur dari

IUP Operasi Produksi. Aluvium berada di sungai dan muara sungai Wae Pesi di

sekitar Reo dan Wae Togong di sekitar Lamba Leda.

Berdasarkan peta geologi regional di IUP Operasi Produksi PT. IMM

terlihat bukanlah batugamping / Formasi Bari namun Formasi Kiro, hal ini karena

peta ini sangat regional dan perlu untuk penyelidikan detail. Pada batugamping

Formasi Kiro terlihat tidak ada struktur rekahan atau patahan, kondisi ini

menyebabkan proses karstifikasi pada batugamping belum berkembang dengan

baik. Peta Geologi regional ini jugalah menjadi dasar dikatakan morfologi karst

level 1 sesuai PERMEN ESDM No. 17 Tahun 2012.

54
4.2. Rencana Anggaran Biaya Reklamasi

Kegiatan reklamasi di lokasi IUP Operasi Produksi PT Istindo Mitra

Manggarai direncanakan akan dilakukan secara bertahap mengikuti kemajuan

tambang dengan pembagian waktu dari Triwulan 1, Triwulan 2, Triwulan 3,

Triwulan 4, Tahun ke 2 – 5, dan Tahun ke 10. Adapun peta perencanaan kemajuan

tambang dapat dilihat pada Lampiran I. Reklamasi ini akan dilakuakn pada lahan

bekas tambang batugamping dengan luas keseluruhan sebesar 19,5 Ha atau

195.000 m2 di front 1 dan 16 Ha atau 16.000 m2 di front 2 dan selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran II. Penataan lahan bekas tambang batugamping dimulai dari

kegiatan blasting, pemuatan dan pengangkutan tanah pucuk, dan revegetasi atau

penanaman kembali.

Berdasarkan perencanaan teknis reklamasi yang ada maka dilakukan

perhitungan biaya reklamasi yang dibagi menjadi 2 yaitu biaya langsung dan

biaya tidak langsung. Adapun peta perencaan teknis reklamasi dapat dilihat pada

Lampiran III.

4.2.1 Biaya Langsung

Dalam perencanaan biaya reklamasi, biaya langsung dihitung berdasarkan

tahapan reklamasi yang akan dilakukan. Adapun komponen biayanya sebagai

berikut:

A. Biaya Persiapan Lahan Sesuai Kemajuan Tambang

Kegiatan persiapan lahan dimulai dengan blasting yang akan dilakukan

pada 3577 lubang ledak di front 1 dan 2937 lubang ledak di front 2 dengan

menggunakan DANFO sebagai bahan peledak yang dianggap efektif. Perhitungan

55
biaya bahan peledak dilakukan dengan mengalikan total kebutuhan bahan peledak

DANFO per lubang (kg) dalam satu kali peledakan dengan biaya bahan peledak

DANFO per kg. Adapun total biaya bahan peledak di front 1 dan 2 dapat dilihat

pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Tabel 4. 1 Perhitungan Biaya Bahan Peledak Front 1


Jumlah
Luasan Bahan Peledak Biaya Bahan
Tahun Lubang
(m2) (Kg) Peledak
Ledak
Triwulan 1 1.000 19 48 Rp 356,315
Triwulan 2 4.000 74 184 Rp 1.369.869
Triwulan 3 6.000 111 275 Rp 2.045.573
Triwulan 4 13.000 239 594 Rp 4.410.534
Tahun 2 25.000 458 1.140 Rp 8.464.753
Tahun 3 29.000 532 1.322 Rp 9.816.160
Tahun 4 34.000 623 1.550 Rp 11.505.418
Tahun 5 36.000 660 1.641 Rp 12.181.121
Tahun 10 47.000 861 2.141 Rp 15.897.489
Total 195.000 3.577 8.895 Rp 66.047.231
Sumber: Penulis,2021

Tabel 4. 2 Perhitungan Biaya Bahan Peledak Front 2


Jumlah
Luasan Bahan Biaya Bahan
Tahun Lubang
(m2) Peledak (Kg) Peledak
Ledak
Triwulan 1 7.000 129 321 Rp 2.383.424
Triwulan 2 9.000 166 412 Rp 3.059.127
Triwulan 3 10.000 184 458 Rp 3.396.979
Triwulan 4 11.000 202 503 Rp 3.734.831
Tahun 2 14.000 257 640 Rp 4.748.386
Tahun 3 18.000 330 822 Rp 6.099.792
Tahun 4 19.000 349 867 Rp 6.437.644
Tahun 5 24.000 440 1.095 Rp 8.126.902
Tahun 10 48.000 879 2.187 Rp 16.235.340
Total 160.000 2.937 7.303 Rp 54.222.425
Sumber : Penulis, 2021

Berdasarkan tabel di atas maka total biaya bahan peledak pada front 1

adalah sebesar Rp 66.047.231 dan pada front 2 adalah sebesar Rp 54.222.425

56
B. Biaya Pengangkutan Tanah Pucuk

Pemuatan dan pengangkutan tanah pucuk dari area penimbunan yang

berjarak sekitar 2 km dari front penambangan menggunakan alat gali muat

excavator tipe PC750 SE-7 Front dan alat angkut dump truck tipe Komatsu

HD405-8 dengan spesifikasi dapat dilihat pada Lampiran IV. Adapun perhitungan

kebutuhan alat excavator di front 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel

4.4 dan perhitungan kebutuhan alat dump truck di front 1 dan 2 pada Tabel 4.5

dan Tabel 4.6 di bawah ini

Tabel 4. 3 Perhitungan Kebutuhan Alat Excavator di Front 1


Durasi Kerja Volume Top
Tahun Jumlah Alat
(Hari) Soil (m3)
Triwulan 1 2 1.500 1
Triwulan 2 4 6.000 1
Triwulan 3 7 9.000 1
Triwulan 4 14 19.500 1
Tahun 2 28 37.500 1
Tahun 3 28 43.500 1
Tahun 4 35 51.000 1
Tahun 5 35 54.000 1
Tahun 10 28 70.500 1
Sumber : Penulis, 2021

Tabel 4. 4 Perhitungan Kebutuhan Alat Excavator di Front 2


Durasi Kerja Volume Top
Tahun Jumlah Alat
(Hari) Soil (m3)
Triwulan 1 7 10.500 1
Triwulan 2 8 13.500 1
Triwulan 3 10 15.000 1
Triwulan 4 10 16.500 1
Tahun 2 14 21.000 1
Tahun 3 21 27.000 1
Tahun 4 21 28.500 1
Tahun 5 28 36.000 1
Tahun 10 28 72.000 1
Sumber : Penulis, 2021

57
Tabel 4. 5 Perhitungan Kebutuhan Alat Dump Truck di Front 1
Durasi Kerja Volume Top
Tahun Jumlah Alat
(Hari) Soil (m3)
Triwulan 1 2 1.500 1
Triwulan 2 4 6.000 2
Triwulan 3 7 9.000 2
Triwulan 4 14 19.500 2
Tahun 2 28 37.500 2
Tahun 3 28 43.500 2
Tahun 4 35 51.000 2
Tahun 5 35 54.000 2
Tahun 10 28 70.500 4
Sumber : Penulis, 2021

Tabel 4. 6 Perhitungan Kebutuhan Alat Dump Truck di Front 2


Durasi Kerja Volume Top Soil
Tahun Jumlah Alat
(Hari) (m3)
Triwulan 1 7 10.500 2
Triwulan 2 8 13.500 2
Triwulan 3 10 15.000 2
Triwulan 4 10 16.500 2
Tahun 2 14 21.000 2
Tahun 3 21 27.000 2
Tahun 4 21 28.500 2
Tahun 5 28 36.000 2
Tahun 10 28 72.000 4
Sumber : Penulis, 2021

Berdasarkan tabel di atas maka kebutuhan alat excavator di front 1 adalah

sebanyak 9 unit dan di front 2 adalah sebanyak 9 unit. Sedangkan kebutuhan alat

dump truck di front 1 adalah sebanyak 19 unit dan di front 2 adalah sebanyak 20

unit.

Dalam pengoperasian alat mekanis pada kegiatan pengangkutan tanah

pucuk ini komponen biaya yang dihitung adalah biaya operasional yang terdiri

dari beberapa komponen yang dapat dilihat pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 dan

selengkapnya pada Lampiran V.

58
Tabel 4. 7 Komponen Biaya Operasional Excavator PC750 SE-7
Lama Penggantian /
Komponen Biaya Biaya/Liter/Buah
tahun (jam)
Bahan Bakar Rp 12.500 -
Oli Mesin Rp 30.000 1.000
Oli Transmisi Rp 35.000 1.000
Oli Hidrolis Rp 30.000 1.000
Oli Pendingin Radiator Rp 30.000 1.000
Oli Final Drive Rp 45.000 1.000
Gemuk Rp 20.000 1.000
Filter Solar Rp 150.000 500
Filter Oli Rp 600.000 500
Filter Air Rp 300.000 500
Filter Udara Rp 350.000 500
Operator Rp 10.000.000 -
Pembantu Operator Rp 5.000.000 -
Perbaikan / Reparasi Rp 90.000 -
Sumber : Laporan Studi Kelayakan PT.IMM, Kilkut.com, Solarindustri.co.id

Tabel 4. 8 Komponen Biaya Operasional Dump Truck Komatsu HD4058


Lama
Kapasitas Tangki
Komponen Biaya Harga/Liter/Buah Pergantian
(Liter)
(Jam)
BBM (Solar
Rp 12.500 - -
Industri)
Oli Mesin Rp 30.000 50 6.288
Oli Transmisi Rp 70.000 117 4.800
Oli Gardan Rp 40.000 120 4.800
Grease / Gemuk Rp 100.000 - 100
Fuel Filter Rp 85.000 - 1.650
Oil Filter Rp 150.000 - 1.650
Air Filter Rp 230.000 - 1.650
Ban Rp 5.150.000 - 2.160
Operator Rp 4.000.000 - -
Sumber : Laporan Studi Kelayakan PT.IMM, Kilkut.com, Solarindustri.co.id

Berdasarkan komponen biaya di atas, biaya operasional excavator dan

dumpt truck per jam dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 di bawah ini :

59
Tabel 4. 9 Perhitungan Biaya Operasional Excavator Per Jam
Komponen Biaya Kebutuhan Satuan Biaya
solar (H) 18,84 liter/jam Rp 235.512
Oli Mesin 1,33 liter/jam Rp 39.755
Oli Transmisi 1,29 liter/jam Rp 45.313
Oli Hidrolis 1,71 liter/jam Rp 51.305
Oli Final Drive 1,31 liter/jam Rp 58.958
Oli Pendingin
1,36 liter/jam Rp 40.655
Radiator
Gemuk 2,724 Kg/jam Rp 54.480
Filter Solar 6 Buah Rp 300
Filter Oli 6 Buah Rp 1.200
Filter Air 6 Buah Rp 600
Filter Udara 6 Buah Rp 700
Operator 1 Orang Rp 40.000
Pembantu
1 Orang Rp 50.000
Operator
Perbaikan /
- per jam Rp 90.000
Reparasi
Total Rp RP 675.447
Sumber : Penulis, 2021
Tabel 4. 10 Perhitungan Biaya Operasional Dump Truck Per Jam
Komponen Biaya Kebutuhan Satuan Biaya
BBM (Solar Industri) 40,19 liter/jam Rp 502.322
Oli Mesin 1,40 liter/jam Rp 42.037
Oli Transmisi 1,42 liter/jam Rp 99.235
Oli Gardan 1,42 liter/jam Rp 56.760
Grease 2,99 liter/jam Rp 59.760
Fuel Filter 2 Kg/jam Rp 52
Oil Filter 2 buah Rp 91
Air Filter 2 buah Rp 139
Ban 6 buah Rp 14,306
Operator 1 buah Rp 16,000
Total Rp 790.674
Sumber : Penulis, 2021

Total biaya operasional excavator di front 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel

4.11 dan Tabel 4.12 sedangkan untuk biaya operasional dump truck pada front 1

dan 2 dapat dilihat pada Tabel 4.13 dan Tabel 4.14 di bawah ini :

60
Tabel 4. 11 Perhitungan Biaya Operasional Excavator di Front 1
Total
Durasi Biaya Operasional
Tahun Kebutuhan
Kerja (Hari) Excavator
Excavator
Triwulan 1 2 1 Rp 13.508.944
Triwulan 2 4 1 Rp 27.017.889
Triwulan 3 7 1 Rp 47.281.305
Triwulan 4 14 1 Rp 94.562.611
Tahun 2 28 1 Rp 189.125.223
Tahun 3 28 1 Rp 189.125.223
Tahun 4 35 1 Rp 236.406.529
Tahun 5 35 1 Rp 236.406.529
Tahun 10 28 1 Rp 189.125.223
Total 181 9 Rp 1.222.559.484
Sumber : Penulis, 2021

Tabel 4. 12 Perhitungan Biaya Operasional Excavator di Front 2


Total
Durasi Kerja Biaya Operasional
Tahun Kebutuhan
(Hari) Excavator
Excavator
Triwulan 1 7 1 Rp 47.281.305
Triwulan 2 8 1 Rp 54.035.778
Triwulan 3 10 1 Rp 67.544.722
Triwulan 4 10 1 Rp 67.544.722
Tahun 2 14 1 Rp 94.562.611
Tahun 3 21 1 Rp 141.843.917
Tahun 4 21 1 Rp 141.843.917
Tahun 5 28 1 Rp 189.125.223
Tahun 10 28 1 Rp 189.125.223
Total 147 9 Rp 992.907.425
Sumber : Penulis, 2021

61
Tabel 4. 13 Perhitungan Biaya Operasional Dump Truck di Front 1
Total
Durasi Kerja Biaya Operasional
Tahun Kebutuhan
(Hari) Dump Truck
Dump Truck
Triwulan 1 2 1 Rp 15.813.488
Triwulan 2 4 2 Rp 63.253.953
Triwulan 3 7 2 Rp 110.694.418
Triwulan 4 14 2 Rp 221.388.836
Tahun 2 28 2 Rp 442.777.672
Tahun 3 28 2 Rp 442.777.672
Tahun 4 35 2 Rp 553.472.091
Tahun 5 35 2 Rp 553.472.091
Tahun 10 28 4 Rp 885.555.345
Total Biaya Rp 3.289.205.570
Sumber : Penulis, 2021
Tabel 4. 14 Perhitungan Biaya Operasional Dump Truck di Front 2
Total
Durasi Kerja Biaya Operasional
Tahun Kebutuhan
(Hari) Dump Truck
Dump Truck
Triwulan 1 7 2 Rp 110.694.418
Triwulan 2 8 2 Rp 126.507.906
Triwulan 3 10 2 Rp 158.134.883
Triwulan 4 10 2 Rp 158.134.883
Tahun 2 14 2 Rp 221.388.836
Tahun 3 21 2 Rp 221.388.836
Tahun 4 21 2 Rp 332.083.254
Tahun 5 28 2 Rp 332.083.254
Tahun 10 28 4 Rp 885.555.345
Total Biaya Rp 2.767.360.456
Sumber : Penulis, 2021

Berdasarkan tabel di atas maka biaya operasional excavator di front 1

adalah sebesar Rp 1.222.559.484 dan di front 2 adalah sebesar Rp 992.907.425

Sedangkan biaya operasional dump truck di front 1 adalah sebesar Rp

3.289.205.570 dan di front 2 adalah sebesar Rp 2.767.360.456

62
C. Biaya Penebaran Tanah Pucuk

Dalam kegiatan ini tanah pucuk yang sudah diangkut dari tempat

penimbunan kemudian diletakkan ke dalam lubang tanam dengan menggunakan

tenaga manusia atau buruh. Biaya ini dihitung bersamaan dengan kegiatan

penanaman dan pembuatan lubang tanam sehingga besarnya biaya dapat dilihat

pada perhitungan buruh di tahapan revegetasi.

D. Biaya Revegetasi

Revegetasi pada lahan bekas tambang batugamping di PT. IMM dilakukan

dengan menanam tanaman cover crop berupa rumput vetiver (Chrysopogon

Zizanioides) sebanyak 9750 bibit pada front 1 dan 8000 bibit pada front 2 serta

tanaman pionir berupa jambu mete (Anacardium Occidentale L) sebanyak 1950

pohon pada front 1 dan 1600 pohon pada front 2.

Perhitungan biaya pengadaan tanaman diperoleh dari mengalikan

banyaknya kebutuhan bibit tanaman dengan harga bibit tanaman per pohon sesuai

dengan standar satuan harga yang berlaku. Adapun perhitungan biaya kebutuhan

bibit jambu mete (Anacardium Occidentale L) di front 1 dan 2 dapat dilihat pada

Tabel 4.15 dan Tabel 4.16 sedangkan biaya kebutuhan rumput vetiver

(Chrysopogon Zizanioides) di front 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 4.17 dan 4.18

di bawah ini :

63
Tabel 4. 15 Perhitungan Biaya Pengadaan Bibit Mete di Front 1
Luasan Kebutuhan Bibit Biaya Kebutuhan
Tahun
(m2) Mete Bibit Mete
Triwulan 1 1.000 10 Rp 110.000
Triwulan 2 4.000 40 Rp 440.000
Triwulan 3 6.000 60 Rp 660.000
Triwulan 4 13.000 130 Rp 1.430.000
Tahun 2 25.000 250 Rp 2.750.000
Tahun 3 29.000 290 Rp 3.190.000
Tahun 4 34.000 340 Rp 3.740.000
Tahun 5 36.000 360 Rp 3.960.000
Tahun 10 47.000 470 Rp 5.170.000
Total 195.000 1950 Rp 21.450.000
Sumber : Penulis, 2021
Tabel 4. 16 Perhitungan Biaya Pengadaan Bibit Mete di Front 2
Luasan Kebutuhan Bibit Biaya Kebutuhan
Tahun
(m2) Mete Bibit Mete
Triwulan 1 7.000 70 Rp 770.000
Triwulan 2 9.000 90 Rp 990.000
Triwulan 3 10.000 100 Rp 1.100.000
Triwulan 4 11.000 110 Rp 1.210.000
Tahun 2 14.000 140 Rp 1.540.000
Tahun 3 18.000 180 Rp 1.980.000
Tahun 4 19.000 190 Rp 2.090.000
Tahun 5 24.000 240 Rp 2.640.000
Tahun 10 48.000 480 Rp 5.280.000
Total 160.000 1.600 Rp 17.600.000
Sumber : Penulis, 2021
Tabel 4. 17 Perhitungan Biaya Pengadaan Rumput Vetiver di Front 1
Biaya
Luasan Kebutuhan Bibit
Tahun Kebutuhan
(m2) Rumput Vetiver
Rumput Vetiver
Triwulan 1 1.000 50 Rp 45.000
Triwulan 2 4.000 200 Rp 180.000
Triwulan 3 6.000 300 Rp 270.000
Triwulan 4 13.000 650 Rp 585.000
Tahun 2 25.000 1.250 Rp 1.125.000
Tahun 3 29.000 1.450 Rp 1.305.000
Tahun 4 34.000 1.700 Rp 1.530.000
Tahun 5 36.000 1.800 Rp 1.620.000
Tahun 10 47.000 2.350 Rp 2.115.000
Total 195.000 9.750 Rp 8.775.000
Sumber : Penulis, 2021

64
Tabel 4. 18 Perhitungan Biaya Pengadaan Rumput Vetiver di Front 2
Biaya
Luasan Kebutuhan Bibit Kebutuhan
Tahun
(m2) Rumput Vetiver Rumput
Vetiver
Triwulan 1 7.000 350 Rp 315.000
Triwulan 2 9.000 450 Rp 405.000
Triwulan 3 10.000 500 Rp 450.000
Triwulan 4 11.000 550 Rp 495.000
Tahun 2 14.000 700 Rp 630.000
Tahun 3 18.000 900 Rp 810.000
Tahun 4 19.000 950 Rp 855.000
Tahun 5 24.000 1.200 Rp 1.080.000
Tahun 10 48.000 2.400 Rp 2.160.000
Total 160.000 8.000 Rp 7.200.000
Sumber : Penulis, 2021

Berdasarkan tabel di atas maka total biaya pengadaan bibit jambu mete

(Anacardium Occidentale L) di front 1 adalah sebesar Rp 21.450.000 dan di front

2 adalah sebesar Rp 17.600.000 Sedangkan biaya pengadaan rumput vetiver

(Chrysopogon Zizanioides) di front 1 adalah sebesar Rp 8.775.000 dan di front 2

adalah sebesar Rp 7.200.000.

Selanjutnya kegiatan penanaman tanaman cover crop dan jambu mete

akan dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia atau buruh dengan

perhitungan biaya penanaman tanaman diperoleh dari mengalikan banyaknya

jumlah buruh dengan besarnya upah buruh per hari sesuai data BPS. Adapun hasil

perhitungan biaya pembuatan lubang tanam dan penebaran tanah pucuk di front 1

dan 2 dapat dilihat pada Tabel 4.19 dan 4.20 sedangkan perhitungan biaya

penanaman di front 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 4.21 dan Tabel 4.22 di bawah

ini :

65
Tabel 4. 19 Perhitungan Biaya Pembuatan Lubang Tanam di Front 1
Jumlah Lubang
Tahun Jumlah Buruh Biaya Buruh
Tanam
Triwulan 1 10 1 Rp 56.470
Triwulan 2 40 1 Rp 56.470
Triwulan 3 60 2 Rp 112.940
Triwulan 4 130 3 Rp 169.410
Tahun 2 250 6 Rp 338.820
Tahun 3 290 7 Rp 395.290
Tahun 4 340 9 Rp 508.230
Tahun 5 360 9 Rp 508.230
Tahun 10 470 12 Rp 677.640
Total 1.950 49 Rp 2.823.500
Sumber : Penulis, 2021
Tabel 4. 20 Perhitungan Biaya Pembuatan Lubang Tanam di Front 2
Jumlah Lubang
Tahun Jumlah Buruh Biaya Buruh
Tanam
Triwulan 1 70 2 Rp 112.940
Triwulan 2 90 2 Rp 112.940
Triwulan 3 100 3 Rp 169.410
Triwulan 4 110 3 Rp 169.410
Tahun 2 140 4 Rp 225.880
Tahun 3 180 5 Rp 282.350
Tahun 4 190 5 Rp 282.350
Tahun 5 240 6 Rp 338.820
Tahun 10 480 12 Rp 677.640
Total 1.600 40 Rp 2.371.740
Sumber : Penulis, 2021

Tabel 4. 21 Perhitungan Biaya Penanaman di Front 1


Tahun Jumlah Bibit Jumlah Buruh Biaya Buruh
Triwulan 1 10 1 Rp 56.470
Triwulan 2 40 1 Rp 56.470
Triwulan 3 60 1 Rp 56.470
Triwulan 4 130 1 Rp 56.470
Tahun 2 250 2 Rp 112.940
Tahun 3 290 2 Rp 112.940
Tahun 4 340 3 Rp 169.410
Tahun 5 360 3 Rp 169.410
Tahun 10 470 4 Rp 225.880
Total 1.950 18 Rp 1.016.460
Sumber : Penulis, 2021

66
Tabel 4. 22 Perhitungan Biaya Penanaman di Front 2
Tahun Jumlah Bibit Jumlah Buruh Biaya Buruh
Triwulan 1 70 1 Rp 56.470
Triwulan 2 90 1 Rp 56.470
Triwulan 3 100 1 Rp 56.470
Triwulan 4 110 1 Rp 56.470
Tahun 2 140 1 Rp 56.470
Tahun 3 180 2 Rp 112.940
Tahun 4 190 2 Rp 112.940
Tahun 5 240 2 Rp 112.940
Tahun 10 480 4 Rp 225.880
Total 1.600 15 Rp 847.050
Sumber : Penulis, 2021

Berdasarkan tabel di atas maka total biaya pembuatan lubang tanam dan

penebaran tanah pucuk di front 1 adalah sebesar Rp 2.823.500 dan di front 2

adalah sebesar Rp 2.371.740 Sedangkan biaya penanaman di front 1 adalah

sebesar Rp 1.016.460 dan di front 2 adalah sebesar Rp 847.050

Selanjutnya dilakukan kegiatan pemeliharaan yang meliputi kegiatan

penyulaman dengan total biaya sebesar Rp 6.663.460 dengan rincian biaya pada

front 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 4.23 dan Tabel 4.24 , kegiatan penyiangan

dengan total biaya sebesar Rp 6.663.460 dengan rincian biaya pada front 1 dan 2

dapat dilihat pada Tabel 4.25 dan Tabel 4.26, kegiatan pemberantasan hama dan

penyakit dengan total biaya sebesar Rp 5.195.240 dengan rincian biaya pada front

1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 4.27 dan Tabel 4.28, kegiatan penjarangan

dengan total biaya Rp 10.277.540 dengan rincian biaya pada front 1 dan 2 dapat

dilihat pada Tabel 4.29 dan Tabel 4.30, dan kegiatan pemupukan dengan total

biaya sebesar Rp 35.256.210 dengan rincian biaya pada front 1 dan 2 dapat dilihat

pada Tabel 4.31 dan Tabel 4.32 dan lampiran VI.

67
Tabel 4. 23 Perhitungan Biaya Penyulaman di Front 1
Tahun Jumlah Vegetasi Jumlah Buruh Biaya Buruh
Triwulan 1 10 1 Rp 56.470
Triwulan 2 40 1 Rp 56.470
Triwulan 3 60 2 Rp 112.940
Triwulan 4 130 4 Rp 225.880
Tahun 2 250 8 Rp 451.760
Tahun 3 290 10 Rp 564.700
Tahun 4 340 11 Rp 621.170
Tahun 5 360 12 Rp 677.640
Tahun 10 470 16 Rp 903.520
Total 1.950 65 Rp 3.670.550
Sumber : Penulis, 2021

Tabel 4. 24 Perhitungan Biaya Penyulaman di Front 2


Tahun Jumlah Vegetasi Jumlah Buruh Biaya Buruh
Triwulan 1 70 2 Rp 112.940
Triwulan 2 90 3 Rp 169.410
Triwulan 3 100 3 Rp 169.410
Triwulan 4 110 4 Rp 225.880
Tahun 2 140 5 Rp 282.350
Tahun 3 180 6 Rp 338.820
Tahun 4 190 6 Rp 338.820
Tahun 5 240 8 Rp 451.760
Tahun 10 480 16 Rp 903.520
Total 1.600 53 Rp 2.992.910
Sumber : Penulis, 2021

Tabel 4. 25 Perhitungan Biaya Penyiangan di Front 1


Tahun Jumlah Vegetasi Jumlah Buruh Biaya Buruh
Triwulan 1 10 1 Rp 56.470
Triwulan 2 40 1 Rp 56.470
Triwulan 3 60 2 Rp 112.940
Triwulan 4 130 4 Rp 225.880
Tahun 2 250 8 Rp 451.760
Tahun 3 290 10 Rp 564.700
Tahun 4 340 11 Rp 621.170
Tahun 5 360 12 Rp 677.640
Tahun 10 470 16 Rp 903.520
Total 1.950 65 Rp 3.670.550
Sumber : Penulis, 2021

68
Tabel 4. 26 Perhitungan Biaya Penyiangan di Front 2
Tahun Jumlah Vegetasi Jumlah Buruh Biaya Buruh
Triwulan 1 70 2 Rp 112.940
Triwulan 2 90 3 Rp 169.410
Triwulan 3 100 3 Rp 169.410
Triwulan 4 110 4 Rp 225.880
Tahun 2 140 5 Rp 282.350
Tahun 3 180 6 Rp 338.820
Tahun 4 190 6 Rp 338.820
Tahun 5 240 8 Rp 451.760
Tahun 10 480 16 Rp 903.520
Total 1.600 53 Rp 2.992.910
Sumber : Penulis, 2021

Tabel 4. 27 Perhitungan Biaya Pemberantasan Hama dan Penyakit Front 1


Tahun Jumlah Vegetasi Jumlah Buruh Biaya Buruh
Triwulan 1 10 2 Rp 112.940
Triwulan 2 40 2 Rp 112.940
Triwulan 3 60 3 Rp 169.410
Triwulan 4 130 3 Rp 169.410
Tahun 2 250 4 Rp 225.880
Tahun 3 290 5 Rp 282.350
Tahun 4 340 5 Rp 282.350
Tahun 5 360 6 Rp 338.820
Tahun 10 470 12 Rp 677.640
Total 1.950 42 Rp 2.371.740
Sumber : Penulis, 2021

Tabel 4. 28 Perhitungan Biaya Pemberantasan Hama dan Penyakit Front 2


Tahun Jumlah Vegetasi Jumlah Buruh Biaya Buruh
Triwulan 1 70 1 Rp 56.470
Triwulan 2 90 1 Rp 56.470
Triwulan 3 100 2 Rp 112.940
Triwulan 4 110 3 Rp 169.410
Tahun 2 140 6 Rp 338.820
Tahun 3 180 7 Rp 395.290
Tahun 4 190 9 Rp 508.230
Tahun 5 240 9 Rp 508.230
Tahun 10 480 12 Rp 677.640
Total 1.600 50 Rp 2.823.500
Sumber : Penulis, 2021

69
Tabel 4. 29 Perhitungan Biaya Penjarangan Front 1
Tahun Jumlah Vegetasi Jumlah Buruh Biaya Buruh
Triwulan 1 10 1 Rp 56.470
Triwulan 2 40 2 Rp 112.940
Triwulan 3 60 3 Rp 169.410
Triwulan 4 130 7 Rp 395.290
Tahun 2 250 13 Rp 734.110
Tahun 3 290 15 Rp 847.050
Tahun 4 340 17 Rp 959.990
Tahun 5 360 18 Rp 1.016.460
Tahun 10 470 24 Rp 1.355.280
Total 1.950 100 Rp 5.647.000
Sumber : Penulis, 2021

Tabel 4. 30 Perhitungan Biaya Penjarangan Front 2


Tahun Jumlah Vegetasi Jumlah Buruh Biaya Buruh
Triwulan 1 70 4 Rp 225.880
Triwulan 2 90 5 Rp 282.350
Triwulan 3 100 5 Rp 282.350
Triwulan 4 110 6 Rp 338.820
Tahun 2 140 7 Rp 395.290
Tahun 3 180 9 Rp 508.230
Tahun 4 190 10 Rp 564.700
Tahun 5 240 12 Rp 677.640
Tahun 10 480 24 Rp 1.355.280
Total 1.600 82 Rp 4.630.540
Sumber : Penulis, 2021

Tabel 4. 31 Total Biaya Pengadaan Pupuk


Front Total Urea TSP Kcl Kisierit

(kg) 555.750 555.750 429.000 321.750


1
(Rp) Rp 1.000.350 Rp 1.111.500 Rp 3.432.000 Rp 2.252.250

(kg) 456 456 352 264


2
(Rp) Rp 820.800 Rp 912.000 Rp 2.816.000 Rp 1.848.000

Sumber : Penulis, 2021

70
Tabel 4. 32 Total Biaya Pemupukan
Front Jumlah Buruh Total Biaya
1 170 Rp 9.599.900
2 135 Rp 7.623.450
Sumber : Penulis, 2021

E. Total Biaya Reklamasi Langsung

Total biaya reklamasi langsung dihitung berdasarkan jumlah biaya

komponen-komponen kegiatan pada saat reklamasi lahan bekas tambang

batugamping dilakukan. Komponen-komponen tersebut meliputi kegiatan

penataan lahan, pengangkutan tanah pucuk, penebaran tanah pucuk dan

revegetasi. Total biaya reklamasi langsung didapatkan dari jumlah biaya kegiatan

reklamasi di front 1 adalah sebesar Rp 4.644.633.085 sedangkan di front 2 adalah

sebesar Rp 3.869.969.206 Adapun rincian total biaya langsung dapat dilihat pada

Tabel 4.33

Tabel 4. 33 Total Biaya Reklamasi Langsung


Front Komponen Total Biaya

Penataan Lahan
Rp 66.047.231
1 Pengangkutan Tanah Pucuk
Rp 4.511.765.054
Revegetasi
Rp 66.820.800
Total Rp 4.644.633.085

Penataan Lahan
Rp 54.222.425
2 Pengangkutan Tanah Pucuk
Rp 3.760.267.881
Revegetasi
Rp 55.478.900
Total Rp 3.869.969.206

Sumber : Penulis, 2021

71
4.2.2 Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung dihitung berdasarkan total keseluruhan biaya

langsung dengan memperhatikan komponen biaya seperti biaya mobilisasi dan

demobilisasi alat, biaya perencanaan reklamasi, biaya administrasi dan

keuntungan kontraktor dan biaya supervisi dan diperoleh biaya tidak langsung

pada front 1 adalah sebesar Rp 438.868.968 dan pada front 2 adalah sebesar Rp

365.653.060 Adapun rincian biaya tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 4.34.

Tabel 4. 34 Total Biaya Tidak Langsung


Front Komponen Biaya Total Biaya

Mobilisasi dan Demobilisasi Alat


Rp 116.115.827
Perencanaan Reklamasi
Rp 92.892.662
1 Administrasi dan Keuntungan
Rp 139.338.993
Kontraktor

Supervisi
Rp 92.892.662
Total
Rp 441.240.143
Mobilisasi dan Demobilisasi Alat
Rp 96.749.230
Perencanaan Reklamasi
Rp 77.399.384
2 Administrasi dan Keuntungan
Rp 116.099.076
Kontraktor

Supervisi Rp 77.399.384

Total Rp 367.232.808

Sumber : Penulis, 2021

72
4.2.3 Biaya Total Reklamasi

Biaya total reklamasi diperoleh dari biaya langsung ditambah biaya tidak

langsung sehingga didapat total biaya reklamasi pada front 1 adalah sebesar Rp

5.085.873.228 dan pada front 2 adalah sebesar Rp 4.237.616.281

73
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian rencana biaya reklamasi lahan bekas penambangan

batugamping di PT. Istindo Mitra Manggarai dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

a. Parameter – parameter yang perlu dimasukkan dalam rencana anggaran biaya

perencanaan reklamasi lahan bekas tambang batugamping di Lokasi IUP Operasi

Produksi PT Istindo Mitra Manggarai adalah biaya langsung yang meliputi biaya

penataan lahan, biaya pengangkutan tanah pucuk dan biaya revegetasi sedangkan

biaya tidak langsung meliputi biaya mobilisasi dan demobilisasi alat, biaya

perencanaan reklamasi, biaya administrasi dan keuntungan kontraktor dan biaya

supervisi.

b. Besar biaya yang dibutuhkan dalam perencanaan reklamasi lahan bekas tambang

batugamping di Lokasi IUP Operasi Produksi PT Istindo Mitra Manggarai pada

front 1 adalah sebesar Rp 5.085.873.228 dan pada front 2 adalah sebesar Rp

4.237.616.281. Sehingga dapat disimpulkan bahwa biaya reklamasi di front 1

lebih besar dibandingkan biaya reklamasi di front 2.

5.2 Saran

Rincian biaya reklamasi lahan bekas tambang batugamping dapat diperbarui

seiring berjalannya waktu apabila terjadi perubahan nilai terhadap komponen-

komponen biaya yang berpengaruh dalam perhitungan biaya reklamasi tersebut.

74
DAFTAR PUSTAKA

Ai Duriah, Abdurachman, D. Subardja.2010. Reklamasi Lahan Eks-Penambangan


Untuk Perluasan Areal Pertanian
Anonim, 2010. Peraturan Pemerintah No.78 Tahun 2010. Reklamasi dan
Pascatambang Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Jakarta.
Anonim, 2014. Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2014. Pelaksanaan Reklamasi
dan Pascatambang Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara.
Jakarta.
Anonim, 1999. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 125 Tahun 1999. Bahan
Peledak. Jakarta
Asfim T. W, Ashari Y, Yuliadi. 2017. Perhitungan Rencana Biaya Teknis Reklamasi
Timbunan Backfilling di Pit 3 Banko Barat di PT Bukit Asam. Tbk Tanjung
Enim, Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan
Charles T. H, Foster G, 2008. Akuntansi Biaya, Dengan Penekanan Manajerial,
Jakarta, Erlangga.
Ebran A, Tamrin Kasim, Yunasril.2017. Perencanaan dan Biaya Reklamasi Lahan
Bekas Tambang Area Tambang Batubara PT Baturona Adimulya Desa Supat
Barat, Kecamatan Babat Supat, Kabupaten Musi Banyuasin
Faisal M. A, Repin R.D, Wawong D. R.2019.Rencana Biaya Reklamasi Langsung
Program Pascatambang Lahan Bekas Tambang Di CV. Empat Jaya,
Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta
J.J Manon, 1978. The Modern Technique of Rock Blasting, Explosives: Their
Classification and Characteristics; Chemistry and Physics.
Mochammad R. A, Eddy Winarno.2017. Rencana Biaya Reklamasi Program
Pascatambang Lahan Bekas Tambang Pasir Kuarsa di PT Tri Panorama Setia
Kecamatan Kijang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau
Mulyadi, 2014. Akuntansi Biaya. DIY Yogyakarta, Penerbit UPP STIM YKPN
PT.Dahana,2019. Katalog Dahana. Total Explosives Solution
Rochmanhadi, 1987. Kapasitas dan Produksi Alat-alat Berat. Semarang:
Badan Penerbit Pekerjaan Umum.

75
LAMPIRAN LAMPIRAN

76
LAMPIRAN I
PETA PERENCANAAN KEMAJUAN TAMBANG

Penambangan yang dilakukan di PT. Istindo Mitra Manggarai ialah metode

tambang terbuka quarry. Berikut adalah peta rencana awal penambangan

batugamping pada IUP Operasi Produksi PT. Istindo Mitra Manggarai (PT. IMM) di

Lengko Lolok, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai

Timur. (Sardin Emilianus,2021)

Sumber : Sardin Emilianus,2021


Gambar I.a Peta Rencana Awal Penambangan Batugamping PT. Istindo
Mitra Manggarai (PT. IMM)

77
Kemajuan tambang pada lokasi IUP Operasi Produksi PT. IMM di Lengko

Lolok yakni meliputi: setiap triwulan pada tahun ke-1, setiap tahun pada tahun ke-2

sampai tahun ke-5 dan tahun ke-10. Tujuan dari kemajuan tambang ini dibuat untuk:

mengetahui arah kemajuan tambang batugamping, mengetahui luas area batugamping

tertambang serta luas area bench dan mengetahui volume batugamping tertambang.

Sumber : Sardin Emilianus,2021


Gambar I.b. Arah Kemajuan Tambang Batugamping Front I dan II Tahun Ke-1

78
Sumber : Sardin Emilianus,2021
Gambar A.3. Arah Kemajuan Tambang Batugamping Front I dan
II Tahun ke-2 sampai ke-5

Sumber : Sardin Emilianus,2021


Gambar I.c. Arah Kemajuan Tambang Batugamping Front I dan II Tahun Ke-2

79
Sumber : Sardin Emilianus,2021
Gambar I.d Arah Kemajuan Tambang Batugamping Front I dan II Tahun ke-10

80
LAMPIRAN II
PETA LUASAN AREA TERTAMBANG DAN LUASAN BENCH

81
82
83
84
85
86
87
88
89
LAMPIRAN III
PETA PERENCANAAN TEKNIS REKLAMASI

Sumber : Mandala Hanleny, 2021


Gambar III.a Rencana Reklamasi Lahan Bekas Tambang di PT. IMM

90
LAMPIRAN IV
SPESIFIKASI ALAT

a. Alat Gali Muat

Gambar IV.a KOMATSU TIPE PC750SE-7 Front Shovel 4.0m3

91
Tabel IV. a SPESIFIKASI ALAT KOMATSU PC750 SE-7 :
No Mesin
1 Jumlah Selinder 6
2 Mesin Muatan 2238

3 Model mesin SAA6D140E-2


4 Daya Bersih 443,9 hp
5 Daya Terukur 1800 rpm
6 Pemindahan 930,1 Cu
Operasional
7 Bobot Kerja 168091,5 lb
8 Kapasitas Bahan Bakar 232,5 gal
Kapasitas Cairan Sistem
9 22,5 gal
Pendingin
Kapasitas Cairan Sistem
10 116,3gal
hidrolik
10 Kapasitas Oli Mesin 10,3 gal
Kapasitas Cairan Penggerak
11 8 gal
Ayun
Tekana Katup Relief Sistem
12 4551,5 psi
Hidrolik
13 Kapasitas Air Pompa Hidrolik 266,3 gal/menit
Mekanisisme Ayun
14 Kecepatan Ayun 5,7 rpm
15 Sudut Putaran 900 24 Detik
Bucket
16 Kapasitas Bucket Refrensi 4,0 m3

17 Kapasitas Bucket Minimum 4,0 m3

18 Kapasitas Bucket Maksimum 4,4 m3

92
b. Alat Angkut

Gambar IV.b Dumptruck Komatsu HD 405-7R. (Komatsu, 2009)

Panjang keseluruhan = 8,645 m

Tinggi keseluruhan = 4 m

Lebar keseluruhan = 4,76 m

Tabel IV. b SPESIFIKASI ALAT KOMATSU HD 405-7R


No Dumptruck Komatsu HD 405-7R
1 Merk Komatsu
2 Type HD 405-7R
3 Model Engine Komatsu-SAA6D140E-5
4 Standar Tire 18.00-R33
5 Fuel Tank 484 Liter
6 Type Transmission Full-automatic, planetary type
7 Gross Horsepower 498 HP
8 Max Speed 70 km/h
9 Minimum Turning Radius 7.2 m
10 Empty Weight 34400 kg
11 Loaded Weight 74480 kg
12 Capacity 40 metric tons

93
LAMPIRAN V
DAFTAR HARGA SOLAR SELAMA BULAN APRIL 2018 SAMPAI
BULAN APRIL 2020

Tabel Daftar Harga Solar Industri Tambang Area IV Maluku, Nusa Tenggara Timur,
Irian Jaya 2018
BULAN HARGA (Rupiah)
April Rp 12510.050
Mei Rp 13086.550
Rp 13490.10
Juni Rp 14124.250
Rp 13836.0
Juli Rp 13605.40
Rp 13951.30
Agustus Rp 13951.30
Rp 14239.550
September Rp 14470.150
Rp 15277.250
Oktober Rp 15392.550
Rp 16545.550
November Rp 16545.550
Rp 15738.450
Desember Rp 14124.250
Rp 12740.650
Rata-rata Rp 13534.939
Sumber : solarindustri.co.id

94
Tabel Daftar Harga Solar Industri Tambang Area IV Maluku, Nusa Tenggara Timur,
Irian Jaya 2019
BULAN HARGA
Januari Rp 12164.150
Rp 11472.350
Februari Rp 12510.050
Rp 12625.350
Maret Rp 13547.750
Rp 13893.650
April Rp 14008.950
Rp 13951.30
Mei Rp 14412.50
Rp 14412.50
Juni Rp 14585.450
Rp 13490.10
Juli Rp 12913.60
Rp 13432.250
Agustus Rp 13547.750
Rp 13423.450
September Rp 13144.20
Rp 13086.550
Oktober Rp 13720.70
Rp 13432.450
November Rp 13259.50
Rp 13086.550
Desember Rp 12913.60
Rp 13201.850
Rata-rata Rp 13343.190
Sumber : solarindustri.co.id

95
Tabel Daftar Harga Solar Industri Tambang Area IV Maluku, Nusa Tenggara Timur,
Irian Jaya 2020
BULAN HARGA
Januari Rp 13720.70
Rp 14297.20
Februari Rp 13086.550
Rp 12337.10
Maret Rp 12279.450
Rp 11702.950
April Rp 9224.0
Rp 9051.050
Mei Rp 8705.150
Rp 8647.50
Juni Rp 9396.950
Rp 10088.750
Juli Rp 10607.60
Rp 11184.10
Agustus Rp 11587.650
Rp 11414.70
September Rp 11307.050
Rp 11241.750
Oktober Rp 11011.550

rata- rata Rp 11099.566


Sumber : solarindustri.co.id

Rata-rata harga solar = Rp 12.456 = Rp. 12.500

96
LAMPIRAN VI
PERHITUNGAN BIAYA PENGADAAN PUPUK DAN BIAYA PEMUPUKAN

97
98
99
100
101
102
103

Anda mungkin juga menyukai