Anda di halaman 1dari 2

Salah satu dari empat kewajiban orang yang masih hidup terhadap seorang yang telah meninggal adalah

mengafani. Ini dilakukan setelah mayit atau jenazah dimandikan dan sebelum dishalati. Meski terlihat
sederhana namun mengafani mayit bukanlah hal yang setiap orang bisa melakukannya. Pada umumnya
pekerjaan ini diserahkan oleh ahli waris mayit kepada seorang yang profesinya lazim disebut dengan
Lebe di satu daerah atau Modin di daerah yang lain. Lalu bagaimana semestinya mengafani mayit
dilakukan? Dr. Musthafa Al-Khin dalam kitabnya al-Fiqhul Manhaji ‘ala Madzahib al-Imam asy-Syafi’i
menjelaskan tentang hal ini sebagai berikut:

Mengafani mayit paling sedikit adalah membungkusnya dengan kain yang dapat menutupi seluruh
anggota badan dan menutup kepala bila si mayit bukan orang yang sedang ihram. Sedangkan cara
mengafani mayit secara sempurna adalah sebagai berikut: Bila mayitnya seorang laki-laki ia dikafani
dengan menggunakan tiga lembar kain putih dimana masing-masing kain tersebut berukuran cukup
lebar dengan panjang sesuai panjang tubuh si mayit dan dengan lebar yang sekiranya bisa membungkus
seluruh tubuh si mayit. Dimakruhkan mengafani mayit dengan menggunakan kain selain warna putih
sebagaimana juga dimakruhkan menggunakan semacam gamis dan menutup kepalanya dengan
semacam surban. Berdasarkan hadits riwayat Imam Muslim dari Sayidatina Aisyah, beliau berkata:

‫يض‬ ٍ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِي ثَاَل ثَ ِة َأ ْث َوا‬


ٍ ِ‫ب ب‬ َ ِ‫ُكفِّنَ َرسُو ُل هللا‬
ٌ‫ َواَل ِع َما َمة‬، ٌ‫ْس فِيهَا قَ ِميص‬ ٍ ‫ ِم ْن ُكرْ س‬،‫َسحُولِيَّ ٍة‬
َ ‫ لَي‬،‫ُف‬

Artinya: “Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam dikafani dengan menggunakan tiga kain putih sahuliyah
dari Kursuf, tidak ada dalam tiga kain itu gamis dan surban.” Sahuliyah adalah kain putih yang bersih
yang hanya dibuat dari bahan katun. Juga sebuah hadits riwayat Imam Turmudzi dari sahabat Ibnu Abas,
bahwa Rasulullah bersabda:

‫ َو َكفِّنُوا‬،‫ فَِإنَّهَا ِم ْن َخي ِْر ثِيَابِ ُك ْم‬،‫اض‬


َ َ‫البَسُوا ِم ْن ثِيَابِ ُك ُم البَي‬

‫فِيهَا َموْ تَا ُك ْم‬

Artinya: “Pakailah pakaianmu yang berwarna putih, karena itu sebaik-baik pakaian kalian, dan kafani
mayit kalian dengannya.” Adapun bila yang meninggal orang perempuan maka disunahkan
mengafaninya dengan menggunakan lima kain putih. Kelima kain itu berupa satu helai sarung yang
menutupi bagian pusar hingga anggota paling bawah, khimar atau tudung yang menutupi bagian kepala,
gamis yang menutupi bagian atas hingga di bawahnya sarung, dan lembar kain yang bisa membungkus
seluruh jasad mayit.

Hal ini didasarkan pada sebuah hadits riwayat Abu Dawud dimana Rasul memerintahkan agar anak
perempuannya, Umi Kulsum, dikafani secara demikian. Cara mengafani mayit sebagaimana di atas itu
diperuntukkan bagi mayit yang tidak sedang berihram. Bila si mayit adalah orang yang sedang berihram
maka bagian kepala wajib dibuka bila mayitnya laki-laki dan bagian wajah wajib dibuka bila perempuan.
Juga diwajibkan kain kafan yang digunakan adalah dari jenis kain yang ketika masih hidup diperbolehkan
untuk menggunakannya. Karenanya jenazah laki-laki tidak diperbolehkan dikafani dengan menggunakan
kain sutera sebab ketika masih hidup ia juga dilarang memakainya. Seyogyanya pula pada bagian-bagian
yang berlubang dan pada anggota sujud diberi kapas yang diberi kapur barus dan diikatkan tali dari
potongan kain yang nantinya akan dilepas di kuburan. Wallahu a’lam. (Yazid Muttaqin)

Anda mungkin juga menyukai