Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS DISKRIMINASI HARGA DIRI DAN INTERAKSI

DITINJAU DARI STATUS SOSIAL KELUARGA

Dosen Pengampu: Windawati Pinem, S.Sos.,MIP

Disusun Oleh:

Kelas C PPKn Kelompok 1

1. Alfarizh Bayhaqi Sitorus (NIM: 3203111022)


2. Amelia Situmorang (NIM: 3203311037)
3. Defna Nobirianto Sitorus (NIM: 22PMM052)
4. Denni Iwan permata saragih (NIM: 3203311014)
5. Doni Joremenda (NIM: 3203111029)
6. Salman Lubis (NIM: 3202111010)
7. Trimei Rosalya Purba (NIM: 3202411032)

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITA NEGERI MEDAN

2022
ANALISIS DISKRIMINASI HARGA DIRI DAN INTERAKSI
DITINJAU DARI STATUS SOSIAL KELUARGA

Diskriminasi adalah suatu perbuatan, praktik atau kebijakan yang memperlakukan


seseorang atau kelompok secara berbeda dan tidak adil atas dasar karakteristik dari
seseorang atau kelompok. Diskriminasi terjadi ketika individu atau kelompok
diperlakukan dengan lebih buruk dibandingkan orang lainnya karena faktor
keanggotaan aktual atau yang dipersepsikan dalam kelompok sosial atau kategori
sosial tertentu.
Status sosial ialah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial,
sehubungan dengan kelompok-kelompok lain didalam kelompok yang lebih besar.
Menurut Soekanto (2009:210) status sosial yaitu tempat seseorang secara umum
dalam masyarakatnya berhubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan
pergaulannya, prestasinya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Diskriminasi
yang sering terjadi yaitu mengenai harga diri dan interaksi sosial yang ditinjau dari
status sosial orang tua.
Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah
atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap keberadaan
dan keberartian dirinya. Individu yang memiliki harga diri yang tinggi akan
menerima dan menghargai dirinya. Harga diri yang rendah digambarkan sebagai
perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri, merasa
gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas,
destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah
tersinggung dan menarik diri secara sosial.
Remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan sangat
membutuhkan harga diri, karena harga diri mencapai puncaknya pada masa remaja.
Harga diri remaja berkembang dan terbentuk dari interaksinya dengan orang lain,
melalui penghargaan, penerimaan dan respon sikap yang baik dari orang lain secara
terus menerus. Ciri khas yang menonjol pada remaja adalah masalah yang
menyangkut penilaian terhadap dirinya sendiri sehingga mereka terikat dengan
adanya penerimaan lingkungannya. Penilaian orang lain terhadap segala atribut yang
melekat pada diri remaja sangat berpengaruh terhadap penilaiannya terhadap diri
sendiri. Atribut yang baik merupakan sesuatu yang membanggakan bagi remaja dan
akan menaikkan harga dirinya, sebaliknya atribut buruk yang melekat pada dirinya
2
akan dianggap memalukan dan dinilai merendahkan harga dirinya. Hal ini berkaitan
dengan diskriminasi status sosial yang terjadi pada beberapa anak yang dikucilkan
didalam lingkungan masyarakat tepatnya di Desa Kelurahan Ujung Bandar,
kabupaten Labuhanbatu, Sumatera Utara.
Kebutuhan yang serba kekurangan didalam keluarga, menyebabkan orang tua
sangat sibuk untuk mencari kebutuhan sehari-hari, seperti yang dialami bapak Putra
dan keluarga. Bapak Putra bekerja serabutan, yaitu mencari barang rongsokan,
sedangkan istri dalam kondisi sakit, mengakibatkan istri bapak Putra hanya berdiam
diri dirumah, sedangkan anaknya Yusuf Admaja menemani ibunya di rumah setelah
pulang sekolah. Rumah yang jauh dari pemukiman warga, mengkakibatkan
jarangnya keluarga bapak Putra berinteraksi dengan masyarakat yang berada di Desa
Kelurahan Ujung Bandar ditambah status sosial yang serba kekurangan mengakibat-
kan Yusuf Admaja anak dari bapak Putra mendapatkan diskriminasi, dimana adanya
bullyan dan sebagainya. Hal ini juga dialami bapak Putra dan istri, dimana akibat
status sosialnya yang berbeda dengan masyarakat yang ada di Kelurahan Ujung
Bandar, mengakibatkan bapak Putra dan istri jarang berinteraksi dengan masyarakat
setempat, apalagi didalam setiap agenda yang dilaksanakan baik agenda
kemasyarakatan dan demokrasi, bapak Putra dan keluarga jarang diikut sertakan.
Hal inilah mengakibatkan harga diri, rasa percaya diri didalam keluarga bapak
Putra terutama anaknya menjadi sangat rendah. padahal status kewarganegaraan
menayatukan semua warga berhadapan dengan pemerintah yang wajib menjamin
hak-hak warga tanpa diskriminasi. Sistem demokrasi secara normatif tidak
memberikan toleransi bagi diskriminasi dalam bentuk apapun selama warga tidak
melawan hukum. Negara demokrasi tidak boleh menjadi alat yang mengesahkan
diskriminasi. Pemerintah ditingkat desa/kelurahan harusnya menjamin kesamaan
warga negara di dalam kegiatan pemerintah yang mengikutsertakan masyarakat, dan
didak tebang pilih dalam bermasyarakat dan dalam penegakan hukum. Tingkat
demokratis suatu bangsa tidak hanya diukur dari tingginya pasrtispasi pemilih dalam
pemilu, tetapi juga dari politik kewarganegaraan harus juga menyetaraan warga
antara status sosial ekonomi yang serba berkecukupan dan status sosial ekonomi yang
serba kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai