Anda di halaman 1dari 4

DASAR TEORI ANORGANIK PRAKTIKUM 6

Garam merupakan salah satu bahan kimia yang sering dimanfaatkan oleh manusia
khususnya dalam bidang konsumsi. Penyusun terbesar garam yaitu senyawa Natrium klorida.
Selain NaCl terdapat pula bahan pengotor antara lain CaSO 4, MgSO4, MgCl2 dan lain-lain.
Garam diperoleh dengan tiga cara, yaitu penguapan air laut dengan sinar matahari,
penambangan batuan garam (rock salt) dan sumur air garam (brine). Garam hasil tambang
berbeda-beda dalam komposisinya, tergantung pada lokasi, namun biasanya mengandung
lebih dari 95% NaCl (Maulana, et al.,2019)
Garam dapur yang belum dimurnikan hasil penguapan masih mengandung zat zat
−¿ .¿
−¿ , Br ¿
3+ ¿ ,So2−¿ ,I ¿¿

pengotor seperh Ca2+¿ , Mg ¿Garam yang kita kenal sehari-hari adalah suatu
3+ ¿, Fe ¿
2+¿ ,Al ¿

kumpulan senyawa kimia dengan bagian terbesar terdiri dari Natrium klorida (NaCl) dengan
pengotor terdiri dari Kalsium sulfat (CaSO 4), Magnesium sulfat (MgSO4), Magnesium
klorida (MgCl2),dan lain-lain. Adanya berbagai macam zat pengotor yang masih terkandung
dalam garam akan mempengaruhi tingkat kemurnian garam. Tingkat kemurnian garam
berhubungan dengan kadar natrium klorida yang terkandung di dalamnya. Semakin tinggi
kandungan natrium klorida (NaCl) berarti zat impurities semakin kecil sehingga garam
semakin murni dan mendekati standar yang diinginkan (Krismanto, B., et al,
2021)Peningkatan kualitas garam dapur dapat dilakukan cara kristalisasi bertingkat,pencucian
garam dan rekristalisasi (Bahagia &Afriza, 2019).
Secara umum proses produksi garam melewati berbagai tahapan proses, yaitu proses
evaporasi pertama, proses evaporasi kedua, proses pemekatan, dan proses kristalisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan garam murni yang memenuhi Standar SNI.
Metode produksi garam yang digunakan adalah penguapan dan pemurnian dengan teknik
kristalisasi ulang dengan cara fisik (menggunakan air panas) dan metode kimia dapat
dilakukan dengan penambahan bahan kimia Ca(OH)2, NaOH, dan Na2CO3 (Lukum, A.,
Mohamad, E., Tangahu, A. D. K., & Ohi, S. Y., 2021)
Retristalisasi berasal dari kata re dan kristalisasi. Re artinya kembali sedangkan
kristalisasi berarti proses mengkristalkan. Jadi rekristalisasi adalah pengkristalankembali dari
kristal zat yang sudah terlarut oleh pelarut dalam suatu campuran/larutan dengan cara
pemanasan dan penguapan, dengan kata lain, kristalisasi merupatan salah satu cara
pemisahan atau pemurnian kristal-kristal yang larut dalam suatu larutan (Fellah &
Baumerzoug, 2018).
Rekristalisasi merupakan salah satu dari metode paling ampuh untuk pemurnian zat
pada, didasarkan atas perbedaan antara kelarutan zat yang diinginkan dan kotorannya.
Rekristalisasi terjadi ketika suatu larutan telah mencapai titik didihnya terhadap sebuah
senyawa sehingga larutan akan mulai mengendapkan senyawa tersebut. Pada kelarutan,
pelarut menyerang zat padat dan mensolvatasinya pada tingkat partikel individual (Oxtorby,
2001). Kristalisasi metodenya lebih mudah, bahannya mudah diperoleh di pasar umum dan
pelarut dapat digunakan kembali melalui penguapan. Pada proses pemurnian diterapkan
dengan penambahan natrium karbonat pada konsentrasi yang tepat untuk menyabunkan asam
lemak bebas, diikuti dengan penambahan biji kristalisasi untuk mendapatkan hasil yang lebih
tinggi dan murni (Setyaningsih, et al., 2020)
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dan campuran atau
pengotornya yang dilakukan dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah
dilaruttan dalam pelarut (solven) yang sesuai. Kristalisasi dikategorikan sebagai salah satu
proses pemisahan yang efisien. Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk
menghasilkan pemisahan dan pemurnian. Adapun sasaran dari proses kristalisasi adalah
untuk produk kristal yang mempunyai kualitas yang diinginkan. Kualitas kristal antara lain
dapat ditentukan dari tiga parameter berikut yaitu: distribusi ukuran kristal (crystal size
distribution). kemurniankristal (crystal purity) dan bentuk kristal (crystal habit/shape)
(Umam, 2018). Rekristalisasi mengacu pada kelompok proses yang dapat memanifestasikan
relaksasi stres ketingkat yang bervariasi dalam logam yang mengalami deformasi dengan
melepaskan energi tersimpan yang dihasilkan dari proses deformasi saat dipanaskan suhu
yang sesuai (Alaneme & Oktete, 2019).
Rekristalisasi garam ini dilakukan dengan cara merebus garam setelah dilakukan
filtrasi pada purifikasi. Perebusan menggunakan suhu 100-250ºC, karena suhu tersebut baik
digunakan untuk perebusan garam sehingga kadarNaCl meningkat (Rahem & Kartika, 2020).
Senyawa yang diperoleh dari sumber-sumber alam atau dari campuran reaksi hampir
selalu mengandung kotoran. Kotoran dapat mencakup beberapa kombinasi dari kotoran larut,
dan berwarna, dimana untuk mendapatkan senyawa murni kotoran ini harus dihilangkan.
Masing- masing akan dihapus dalam langkah terpisah dalam prosedur rekristalisasi
(Humphreys, 1995).Pada proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan dalam pelarut pada
suhu tertentu. Pada proses yang sederhana, pemisahan zat ini hanya cukup dengan penguapan
larutan yang diuapkan sampai kering lalu terbentuk kristal kering baru yang mempunyai sifat
fisika yang sedikit berbeda dari kristal semula. Contoh sederhana dari rekristalisasi adalah
pembuatan garam oleh para penambang garam ditepi pantai, hanya dengan penguapan alami
(Zasadzinska, et al., 2018).
Prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang
dimurnikan dengan zat pengotornya. Syarat-syarat pelarut yang sesuai adalah sebagai berikut:
- Pelarut tidak bereaksi dengan zat yang dilarutkan.
- Pelarut hanya dapat melarutkan zat yang akan dimurnikan dalam kondisi panas dan
tidak melarutkan zat pencemarnya.
- Titik didih pelarut harus lebih rendah dari titik leleh zat yang akan dimurnikan agar zat
tersebut tidak teurai.
(Kortz, 2006).
Terobosan paling menarik dalam studi rekristalisasi adalah pemahaman tentang
mekanisme nukleusi rekristalisasi dan penguraian mekanisme rekristalisasi yang dipengaruhi
oleh intervensi reaksi metalurgi seperti dekomposisi larutan padat, pengendapan, perubahan
fasa kristalografi dan perpaduan fasa (Alaneme & Okotete, 2019).
Pada percobaan ini akan dipelajari cara memurnikan Natrium klorida yang berasal dari
garam dapur dengan menggunakan air sebagai pelarutnya. Natrium klorida (NaCl),
merupakan komponen utama dalam garam dapur. Komponen lainnya yang merupakan
pengotor biasanya berasal dari ion-ion Ca2+, Mg2+, Al3+, Fe3+, SO42-, I- dan Br-. Agar daya larut
antara NaCl dengan pengotor cukup besar, maka perlu dilakukan penambahan zat-zat
tertentu. Zat-zat tambahan itu akan membentuk senyawa terutama garam yang sukar larut
dalam air. Selain itu, kristalisasi dapat dilakukan dengan cara membuat larutan jenuh dengan
menambahkan ion sejenis kedalam larutan zat yang akan dipanaskan (Mahdian & Saadi,
2022).
Melalui metode pengendapan, kristal yang dihasilkan akan lebih murni dibandingkan dengan
kristal yang dihasilkan melalui penguapan. Hal ini disebabkan karena kristal melalui
pengendapan tidak terkontaminasi oleh zat-zat pengotor (Ba2+, Ca2+, Mg2+) pada endapan
tersebut, karena pengotor tersebut tidak terendapkan atau masih dalam bentuk ion-ionnya,
sehingga kristal yang dihasilkan berwarna lebih putih dan mengkilap (Khopkar, 1990).

DAFTAR TEORI
Alaneme, K.K., & Okotete, E.A. (2019). Recrystallization Mechanisms and Microstructure
Development In Emerging Metallic Materials: Journal of Saence: Advanced
Materials and Devices, 4(2019), 19-33.

Bahagia & Afrizal. (2019). Analisis Kualitas Air Laut Sebagai Bahan Garam di Provinsi
Aceh .Jurnal Serambi Engineering, IV (2), 542-548.

Fellah, L., & Boumerzoug, Z. (2018). Measurements of Recrystallization Kinetics by


Isochronal Dsc In Industrial Drown Wises. Journal Matenats, 5(2), 14912 - 14917.

Humphreys. (1995). Recrystallization and Related Annealing Pheromena, Edisi Kedua.


Oxford: The Boulevard Langford Line.
Kharismanto, B., Triandini, R., Triana, N. W., & Suprihatin, S. (2021). Pemurnian Kristal
Garam Rakyat menjadi Garam Industri dengan alat Hidroekstraktor. ChemPro,
2(02), 24-30.

Khopkter, S.M. (1990). Konsep Dasar Analitik. Jakarta: UI Press.


Kortz. (2006). Chemistry and Chemical Reachulty, Seventh Edition. USA: Belmant
Lukum, A., Mohamad, E., Tangahu, A. D. K., & Ohi, S. Y. (2021, July). Production and
optimization of sea salt quality on the coast of Tomini Bay. In Journal of Physics:
Conference Series (Vol. 1968, No. 1, p. 012013). IOP Publishing.

Mahdian & Saadi, P. (2021). Panduan Praktikum Kimia Anorganik. Banjarmasin: FKIP
ULM.
Maulana, K.D., Jamil, M.M., Putra P.E.M., Rohmawahti, B., & Ragmawati. (2017).
Peningktan Kualitas Garam Bledug Kiwu Melalui Proses Rekristalisasi dengan
Pengikat Pengotor Cao, Ba (OH)2, dan (NH4 )2 CO3. Journal of Creafivity Students,
2(1), 42 - 4b.

Oxforby, D.W. (2001). Prinsip -prinsip Kimia Modern, Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Rahem, M., & Kartika, A.G.D. (2020). Pergarah Penambahan NaOH Terhadap Peningkatan
NaCl Garam Konsumsi. Jurnal Trunojoyo Juvenil. 1(4), 461-467.

Setyaningsih, D., Warsiki, E., Ulfa, S. F., & Muna, N. (2020, March). The effect of sodium
carbonate and saccharides on mono-diacylglycerol (M-DAG) purification. In IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 460, No. 1, p. 012038).
IOP Publishing.

Umam, F. (2018). Pemurnian Garam dengan Metode Rekristalisasi di Desa Bunder


Pamekasan Untuk Mencapai SNI Garam Dapu. Jurnal Ilmiah Pengabdian, 5(1), 24-
27.

Zasadzinska,et al., (2018). Analysis of The Strenghthening and Recrystallization of


Electrolilyc Copper (Cu-ETP) ang Oxygen Free Copper (Cu-of). Jurnal
Engineering, 19 (1), 186-193.

Anda mungkin juga menyukai