Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. 3 No. 2.

Oktober 2018

TRADISI MEMASUKI RUMAH BARU PADA SUKU


JAWA DI KOTA MEDAN

Siti Nur Khodijah1


Mahasiswa Prodi PBSID FKIP UMN Al Washliyah1
sitinurkhodijah848@gmail.com
Rosmawati Harahap2
Dosen Prodi PBSID FKIP UMN Al Washliyah2
dahlanrahmawati59@gmail.com

Abstrak

Masalah penelitian ini adalah apakah masyarakat Jawadi Kota Medan masih melakukan acara
tradisi memasuki rumah baru? Tujuan penelitia peneliti inginmendeskripsikan beberapa orang
bersuku Jawa di Kota Medan masih melakukan acara tradisi memasuki rumah baru. Metode
penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Sumber datanya adalah teks informasi tentang
perilaku acara tradisi memasuki rumah baru di daerah Jalan Panglima Denai dan Kecamatan
Medan Tembung. Instrumen penelitiannya adalah observasi dan wawancara. Data utama
penelitian ini didapatkan melalui wawancara mendalam yang dilakukan peneliti pada kurun
waktu bulan Juli sehingga bukan September 2018. Peneliti wawancarai beberapa orang pemilik
rumah baru yang bersuku Jawa di Kota Medan. Lokasi penelitian ini yaitu Medan Denai, dan
Medan Tembung. Pelaku acara tradisi memasuki rumah baru bersuku Jawa di Jalan Panglima
Denai dan Medan Tembung telah terjadi perlakuan tradisi memasuki rumah baru yang disertai
ritual berdoa yang sesuai ajaran Islam yaitu doa keselamat, minta rezeki, bahagia, nyaman, aman,
dan tenteram, empati bagi orang lain kelak di hari nanti .Biasanya masyarakat suku Jawa dari
rumah lamanya akan berbondong-bondong mengantarkan orang tersebut dalam melakukan pindah
rumah barunya. Adat ini pun masih berlangsung sampai sekarang digunakan pada masyarakat
suku Jawa. Sebagian masyarakat pada suku Jawa masih ada yang percaya mengenai adat
istiadat memasuki rumah baru mengenai bacaan-bacaan dan ada ebagian masyarakat yang hanya
ikut-ikutan saja dan tidak tahu pada maksud dari makna tradisi memasuki rumah baru itu.

Kata kunci: rumah baru, suku jawa, tradisi,ritual, doa.

Abstract

The problem of this research is whether the Jawadi people of Medan City still perform traditional
events entering a new house? The aim of the study is that researchers want to describe some
Javanese people in the city of Medan who are still carrying out traditional events entering new
homes. This research method is descriptive qualitative method. The data source is a text of
information about the behavior of traditional events entering a new home in the area of Jalan
Panglima Denai and Kecamatan Medan Tembung. The research instruments were observation and
interview. The main data of this study were obtained through in-depth interviews conducted by
researchers in the period of July so that it was not September 2018. Researchers interviewed
several new homeowners who were Javanese in Medan. The location of this research is Medan
Denai, and Medan Tembung. The perpetrators of the tradition of entering a new Javanese house on
Jalan Panglima Denai and Medan Tembung has been treated to the tradition of entering a new
house accompanied by rituals of prayer that are in accordance with the teachings of Islam, namely
salvation, asking for sustenance, happiness, comfort, security, and peace. Usually Javanese
tribesmen from their old houses will flock to the person to move their new house. This custom is
still in use today in Javanese tribes. Some people in Javanese tribes still believe in customs
entering a new house about reading and there are some people who just follow along and do not
know the meaning of the tradition of entering the new house.

Keywords: new house, Javanese tribe, tradition, ritual, prayer.


351
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. 3 No. 2. Oktober 2018

1. PENDAHULUAN penelitiannya adalah observasi dan


wawancara.
1.1 Latar Belakang Masalah
Masyarakat yang bersuku Jawa di 2.1 Informan Penelitian
Kota Medan banyak yang berasal dari
Jawa. Tetapi ada juga merekayang Adapun nama-nama dari narasumber
kelahiran Kota Medan. Mereka suka dalam penelitian adalah sebagai berikut:
merekrut budaya Jawa kareana Data informan yang diwawancarai
keseringan tampak ber tradisi yang terdapat dalam bagan berikut.
bernuansa budaya Jawa. Karena tidak
percaya dengan hal–hal seperti itu ada
yang percaya dan juga tidak percaya.
Tetapi masih banyak. kontribusinya
setidaknya dengan menginventaris tradisi
yang masih dilakukan oleh masyarakat
supaya nilai-nilai luhur Jawa yang
terkandung dalam tradisi makna tradisi
memasuki rumah baru di Kota Medan
pada suku Jawa, sebagai salah satu
bentuk kebudayaan agar tidak hilang
seiring berjalannya waktu serta supaya
masyarakat dapat mengetahui identitas
dan jati dirinya sebagai warga Negara
Indonesia yang berkebudayaan, apalagi
dengan semakin modernnya zaman serta
pengaruh asing yang masuk ke Indonesia.
Dalam rangka keperluan pengembangan
budaya peneliti ingin metngetahui tradisi
budaya Jawa yang pernah dilakukan
merekamasa sekarang. Rumusan
masalah penelitian ini adalah apakah
masyarakat Jawadi Kota Medan masih
melakukan acara tradisi memasuki rumah
baru? Berdasarkan Kartu Tanda
Penduduknya (KTP) bahwa mereka
1.2 Tujuan Penelitian adalah semua orang yang berkelahiran di
Peneliti ingin mendeskripsikan luar pulau Jawa. Dengan kata lain
beberapa orang bersuku Jawa di Kota informan ini sekarang berdomisi dan
Medan yang masih melakukan acara membangun rumah tempat tinggalnya di
tradisi memasuki rumah baru. Jalan Penglima Denai dan dan Pasr 7
Tembung Medan. Mereka bersuku Jawa
2. METODE dan mereka berkomunikasi dengan
tetangga dengan bahasa Indonesia ragam
Metode penelitian ini adalah informal.
metode kualitatif deskriptif (Sugiyono,
2011 dan Endaswara, 2006). Sumber 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
datanya adalah teks informasi tentang
perialku acara tradisi memasuki rumah di Pembahasan yang relevan untuk
daerah Jalan Panglima Denai dan Pasar 7 menjelaskan data tentang acara tradisi
Kecamatan Medan Tembung. Instrumen memasuki rumah adalh bubu metodologi
352
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. 3 No. 2. Oktober 2018

yang menentukan data dan teknik Artinya: Assalamualikum wahai


analisisnya bersesuaian dengan kajian penjaga rumah ini selama bertahun-
teks. Data tradisi termasuk teks. tahun sekarang ada penjaga rumah ini
Referensi yang dirujuk dalam penelitian yang baru buatlah penjaga rumah ini
ini berujukan buku-buku karangan hidupnya tentram dan nyaman
Endaswara (2008) teori dan penerapan menempati rumah baru ini.
penelitian sastra. bahwa data penelitian 2) Gawe ngajaga omah anyar iki adoh
kebudayaan yang berepistimologi saka penyakit.
kebudayaan. Makanya Kamus Besar Artinya: Buatlah penjaga rumah yang
Bahasa Indonesia pun bisa digunakan baru ini dijauhkan dari penyakit.
untuk menjelaskan makana bahasa Jawa 3) Ngagawe omah sing ngenggoni omah
yang tertulis cetak miring yang ikut cara anyar iki iso terus menehi rezeki lan
Tim Penulis Kamus Besar Bahasa ora tau ngeculake.
Indonesia (2008). Artinya: Buatlah yang menempati
Makna tanda hari baik yang rumah baru ini mendapat rezeki terus
dipercayai untuk melaksanakan acara dan tak pernah putus.
memasuki rumah baru menggunakan 4) Supaya Master omah tansah ing
rujukan buku karangan Endraswara pikiran cahya lan rezeki kantli
(2003). Dalam buku ini dijelaskan gampang.
pranata dan sarana mendirikan rumah Artinya: Agar si empu rumah selalu
yang sesuai falsafah hidup Jawa. dalam pikiran terang dan mendapat
rezeki dengan mudah.
3.1 Hasil Penelitian Informan yang memasuki rumah
baru di Jalan Panglima Denai Kecamatan
Berdasarkan hasil observasi dan
Medan Denai melakukan acara tradisi
wawancara maka peneliti mendapat
memasuki rumah yang masih
sejumlah data yang berkaitan dengan
menggunakan tradisi tersenut karena
judul penelitian: Makna Tradisi
sudah turun–temurun dilakukan oleh
Memasuki Rumah Baru di Kota Medan
nenek moyangnya tetapi acara doanya
Pada Suku Jawa. Masyarakat suku Jawa
dilaksanakan sesuai teks doa agama
di Kecamatan Medan Denai dan Medan
Islam. Sebagian orang menggunakan
Tembung masih ada yang melakukan
tradisi tersebut tetapi tidak tahu maksud
acara tradisi memasuki rumah baru.
makna tradisi tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa 4
Apalagi zaman sudah makin
rumah baru di Kecamatan Medan Denai
modern banyak yang tidak percaya
melakukan acara tradisi memasuki rumah
dengan hal – hal seperti itu, ada sebagian
baru. Masyarakat suku Jawa di Medan
orang itu musyrik. Tidak semua tradisi
Tembung ada 3 rumah baru dimasuki
atau adat-istiadat di lakukan masyarakat
dengan acara yang sesuai dengan bacaan
Jawa sama, walaupun tidak sama tradisi
upacara saat memasuki rumah baru pada
yang dilakukan masyarakat suku Jawa
suku Jawa di Kota Medan. Bacaan yang
tetapi maksud makna nya tetap sama
sesuai referensi yang di dalam daftar
juga.
pustaka; langkah-langkahnya sebagai
Makna tradisi memasuki rumah
berikut.
baru pada suku Jawa yaitu agar si pemilik
1) Assalamualaikum ngajaga omah iki
rumah atau yang menempati rumah baru
nganti pirang-pirang taun saiki ana
tersebut diberi kesehatan dijauhkan dari
ngajaga omah sing anyar iki nggawe
penyakit, kemudahan rezekinya, tentram,
ngajaga omah urip sing tentram lan
aman, dan nyaman.
nmyaman manggoni omah anyar.

353
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. 3 No. 2. Oktober 2018

3.2 Pembahasan sang Maha Pemilik. Tentunya dengan


harapan nantinya tempat tersebut
Hasil penelitian ini didapatkan membawa hal-hal baik bagi penghuninya.
datanya melalui wawancara mendalam Di tengah masyarakat pada suku
yang dilakukan peneliti pada kurun waktu mengenai “Makna Tradisi Memasuki
bulan Juli 2018. Peneliti melakukan Rumah Baru Di Kota Medan Pada Suku
penelitian melalui wawancara kepada Jawa”. Masyarakat pada suku Jawa
masyarakat yang ada di Kota Medan memiliki kebiasaan membuat selamatan
(Medan Denai, Medan Tembung). ketika memasuki rumah baru. Berbagai
Demikianlah dilakukan penelitian pada ritualpun dilakukan baik dengan
masyarakat yang ada berada di daerah pembacaan surat tertentu secara jama’i,
Medan Denai. tahlilan, doa-doa, atau bahkan berbau
Masyarakat suku Jawa biasanya syirik pun ada yang dilakukan. Dan
setiap hendak memasuki rumah baru masih ada masyarakat yang tidak percaya
melaksanakan ritual untuk mengirinya akan hal seperti itu, tetapi pada
dalam menempati rumah baru nanti. Dan masyarakat zaman dahulu masih
biasanya masyarakat (warga ) suku Jawa mempercayai mengenai hal seperti itu.
dari rumah lamanya akan berbondong- Tidak semua orang memahami
bondong mengantarkan orang tersebut apa makna yang terkandung dari suatu
dalam melakukan pindah rumah barunya. ritual-ritual yang dilakukan, sebagian
Adat ini pun masih berlangsung sampai orang jawa hanya melakukan dan
sekarang digunakan pada masyarakat melaksanakan syarat-syarat, ritual-ritual,
suku Jawa. atau bacaan-bacaan doa tanpa memahami
“Sebagian masyarakat pada suku secara mendalam maknanya, karena
Jawa masih ada yang percaya dipercayai hanya sebagai syarat untuk
mengenai adat istiadat memasuki mendapatkan keselamatan dan keridhoan
rumah baru mengenai bacaan- dari Tuhan Yang Maha Esa. Terdapat
bacaan dan ada sebagian berbagai cara dan keyakinan turun-
masyarakat yang hanya ikut-ikutan temurun yang harus dilakukan menurut
saja dan tidak tahu pada maksud adat istiadat pada suku Jawa.
dari makna tradisi memasuki rumah “Menurut Bapak Jakar berusia
baru”. 55 tahun warga daerah kota
Medan Denai Bapak Jakar
Bukan dengan bacaan-bacaan saja sebagai orang Jawa mengetahui
tetapi masyarakat jawa juga tentang Memasuki Rumah Baru
menggunakan hari baik untuk memasuki menentukan hari yang baik untuk
rumah baru, tidak sedikit masyarakat pindah rumah (Memasuki Rumah
jawa yang masih memegang teguh adat Baru). Pada masyarakat suku
dan kepercayaan tradisional harus Jawa untuk pindah rumah
mendatangi seseorang yang dianggap tau melakukan ritual-ritual dan
cara menentukan hari baik pindah rumah, bacaan doa, dan memberikan
hanya untuk menanyakan/mencari hari sesajen, disini diartikan bukan
baik pindah rumah. Hal ini dilakukan untuk makhluk mistis namun
sebagai wujud ikhtiar (berhati-hati dijadikan persyaratan untuk
kepada Sang Maha Memiliki, mereka memasuki rumah baru”.
sadar bahwa mereka hanya menumpang
tanah milik sang Maha Pencipta, dengan Masyarakat suku Jawa memiliki
kata lain mereka tidak sembrono berbagai macam cara untuk memasuki
menempati tempat yang hanya titipan rumah baru. Di dalam tradisi memasuki
354
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. 3 No. 2. Oktober 2018

rumah baru tidak saja menggunakan dihormati dan disegani orang


bacaan-bacaan saja, tetapi juga banyak.
menggunakan sesajen-sesajen juga bisa, c. Bulan Dulkaidah: cukup baik,
tetapi untuk sekarang dengan dicintai anak istri, para orang tua,
berkembangnya zaman yang sudah saudara dan handaitaulan. Dalam
modern banyak sekali masyarakat suku hal becocok-tanam lumayan
Jawa yang tidak tahu dari makna tradisi hasilnya, banyak rezeki dan cukup
memasuki rumah baru. Ada juga uang, keadaan keluarga harmonis,
masyarakat suku Jawa yang tidak percaya tentram, dan damai.
dengan hal-hal seperti itu dan seabgian d. Bulan Besar: baik, banyak
masyarakat suku Jawa masih mendapat rezeki, berkelimpahan
mempercayainya. Ada juga masyarakat harta-benda dan uang. Anggota
suku Jawa yang menentukan hari baik keluarga yang berdiam di areal
untuk memasuki rumah baru. rumah tinggalnya yang dibangun
pada bulan besar merasakan
Bulan Baik untuk Memasuki Rumah ketentraman lahir batin, serta
Baru dihormati.
1. Bulan Sura ‘tidak baik’ Setelah menghitung
2. Bulan Sapar ‘tidak baik’ penanggalan yang baik ( bulan
3. Bulan Mulud ‘tidak baik’ baik memasuki rumah baru ) pada
4. Bulan Bakdamulud ‘baik’ masyarakat Jawa juga melakukan
5. Bulan Jumadilawah ‘tidak ritual-ritual baca doa dan
baik’m memberikan sesajen-sesajen.
6. Bulan Jumadiakhir ‘kurang baik’ Syarat-syarat yang dilakukan
7. Bulan Rajab ‘tidak baik’ memiliki makna agar kedepannya
8. Bulan Ruwah ‘baik’ si pemakai rumah akan mendapat
9. Bulan Pasa ‘tidak baik’ rezeki yang terus dan tak pernah
10. Bulan Sawal ‘sangat tidak baik’ putus.
11. Bulan Dulkaidah ‘cukup baik’ Menurut Bapak Wegi, berumur 61
12. Besar ‘sangat baik’ tahun, yang bertempat tinggal di Jalan
Berdasarkan perhitungan di atas, Panglima Denai.
bulan yang baik adalah: Bakdamulud, Bapak Wegi memang asli orang
Ruwah, Dulkaidah, dan Besar. Watak Jawa kedua orang Bapak Wegi
bulan baik pada memasuki rumah baru : memang keturunan orang Jawa.
a. Bulan Bakdamulud: Bulan baik Menurut Bapak Wegi mengenai
untuk mendirikan sesuatu adat-istiadat suku Jawa saat
termasuk rumah tinggal, keluarga memasuki rumah baru memang
yang bersagkutan mendapat wahyu harus di lakukan karena sudah
keberuntungan, apa yang turun-temurun dari nenek moyang;
diinginkan terlaksana, cita-citanya Bapak Wegi sendiri pun masih
tercapai, selalu menang dalam melakukan adat-istiadat tersebut.
menghadapi perkara, berhasil Yang pak Wegi tahu mengenai
dalam bercocok- tanam, adat-istiadat tentang Makna tradisi
berkelimphan emas dan uang, dan memasuki rumah baru, yang pak
dilindungi dari Allah Swt. wegi tahu mengenai hari baik,
b. Bualn Ruwah: bulan baik untuk karena di hari yang baik kalau kita
mendirikan rumah tinggal, rejeki mau memasuki rumah baru paling
melimpah dan halal, disegani, utama harus menetukan hari baik
agar rumah baru yang kita tempati
355
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. 3 No. 2. Oktober 2018

terasa nyaman dan di perlancarkan “Masyaallah Laaquwwatailla


rezeki kita. Tetapi masih ada Billah” Maksud yaitu agar membuat hati
seseorang yang tidak percaya akan kita menjadi tentram dan nyaman karena
hal-hal seperti itu karna rezeki Allah akan senantiasa menjaga dan
sudah Allah yang mengatur dan melindungi kita yang tinggal di atau
menetukannya. Begitu menurut menempati rumah batu.
pendapat dari Bapak Wegi”. Menurut Bapak Sugi berusia 47 tahun,
Menurut hasil wawancara di atas bertempat di Jalan Tembung Pasar 3
menurut menurut penelitian Bapak Wegi Medan.
masih menjunjung tinggi tentang nilai Mengenai makna tradisi
tradisi. Tradisi yang dilakukan secara tutn memasuki rumah baru
– temurun, Bapak Wegi percaya tentang menggunakan bacaan doa
adanya tradisi tersebut makna tradisi tersebut agar kita menempati
yang dilakukan Bapak Wegi agar sih rumah yang baru kita tempati agar
pemilik rumah baru atau yang menepati kita merasa nyaman saat berada di
rumah baru dipermudahkan rezekinya, rumah baru yang sedang kita
diberi kesehatan, tentram, aman, dan tempati dan kita merasa
nyaman. ketentraman saat berada di rumah
baru yang kita tempati dan di
3.2.1 Bacaan Doa Saat Memasuki berikan ke berkahan ke Allah swt.
Rumah Baru Bapak Sugi berusia 47 tahun,
Ada juga masyarakat suku Jawa bertempat di Jalan Tembung Pasar 3
yang menggunakan bacaan doa saat Medan itu memasuki rumah baru ingin
memasuki rumah baru. Makna dari merasa nyaman jika rumah barunya
memasuki rumah baru pada suku Jawa ditempatinya.
yang berada di daerah Kota Medan yang
di sekitar Medan Denai, dan Medan 3.2.3 Bacaan Saat Memasuki Rumah
Tembung. Tidak semua masyarakat yang Baru Pada Suku Jawa
suku Jawa tahu tentang Makna dari Assalamualaikum ngajaga omah iki
tradisi memasuki rumah baru tersebut. nganti pirang-pirang taun saiki ana
Masih banyak masyarakat yang bersuku ngajaga omah sing anyar iki nggawe
tidak tahu atau tidak memahami tentak ngajaga omah urip sing tentram lan
makna tradisi tersebut, nyaman manggoni omah anyar.
Maksud dari makna tradisi (Sumber: Endraswara, 2003).
memasuki rumah baru yaitu sebelum kita Doa itu sesuai dengan ajaran
memasuki rumah yang akan kita tempati penganut falsafah dan agama Islam yang
terlebih dahulu kita memberikan syarat- diucapka sewaktu ada acara mendirikan
syarat agar kita nantik saat menepati rumah. Menurut Bapak Hardi berusia 54
rumah tersebut terasa tentram, nyaman tahun, bertempat di jalan tembung pasar 7
dan di berikan kelancaran rezeki, seperti makna dari tradisi memasuki rumah baru
yang di ketahui masyarakat yang berada memiliki bacaan-bacaan tertentu , dan
di daerah Medan Denai dan Medan maksud dari bacaan atau doa saat
Tembung, mereka memiliki perbedaan memasuki rumah baru yaitu agar sih
dalam tradisi adat-istiadat saat memasuki pemilik rumah hidupnya tentram dan
rumah baru. nyaman.

3.2.2 Bacaan Doa Saat Memasuki “ Gawe ngajaga omah anyar iki
Rumah Baru pada Suku Jawa adoh saka panyakit”.
Menurut Ajaran Islam
356
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. 3 No. 2. Oktober 2018

Menurut bapak Yusran berusia 61 apalagi masyarakat yang sudah modern


tahun, bertempat tinggal di Jalan tidak percaya akan hal-hal seperti itu dan
Panglima Denai makna dari sebagian masyarakat mempercayainya
tradisi memasuki rumah baru sebab mereka mengikuti adat-istiadat dari
seperti yang di ketahui bapak turun temurun yang di lakukan oleh
Yusran makna tersebut agar sih nenek moyang.
pemilik rumah di jauhkan dari Makna-makna yang terdapat
penyakit dan nyaman saat dalam tradisi makna tradisi memasuki
menempati rumah baru. rumah baru menunjukkan bahwa
“ Nggawe omah sing ngenggoni pandangan hidup masyarakat Jawa
omah anyar iki iso terus menehi mengenai kehidupan sangatlah kompleks.
rezeki lan ora tau ngeculake”. Masyarakat Jawa sadar akan pentingnya
Menurut bapak Gandi, berusia 58 melestarikan tradisi adat Jawa. Bagi
tahun yang bertempat tinggal di masyarakat suku Jawa, keseimbangan
jalan Panglima Denai makna dari dalam hubungan antara Tuhan, alam dan
tradisi memasuki rumah baru lingkungan sangatlah penting. Dengan
tersebut yaitu tradisi memasuki masih dilaksanakannya tradisi makna
rumah baru memang sudah turun- tradisi memasuki rumah baru pada suku
temurun dari nenek moyang kita, Jawa juga masih menempatkan
dan maksud makna tradisi pengharapan akan suatu hal yang lebih
memasuki rumah yaitu dengan baik dalam perjalanan kehidupannya.
bacaan doa dan kita sambil
berjalan dan mesapu-sapukan 4. KESIMPULAN
rumah agar rezeki kita lancar
Berdasarkan hasil penelitian dan
terus.
data yang penulis kumpulkan dan amati
“ Supaya master omah tansah ing
dapat disimpulkan bahwa makna yang
pikiran cahya lan rezeki kantli
terkandung dalam tradisi memasuki
gampang.
rumah baru pada masyarakat suku Jawa
Menurut bapak Agus, berusia 65
di Kota Medan adalah:
tahun yang di bertempat tinggal
1. Pemilik rumah baru yang
Di Jalan Panglima Denai Jermal 7
menghuninya merasa nyaman,
makna tradisi memasuki rumah
aman, tenteram, dan mudah
baru yaitu yang saya ketahui
rezekinya.
tentang makna tradisi memasuki
2. Pemilik rumah baru yang
rumah baru yaitu kita memasuki
menghuninya berbadan sehat
rumah tersebut membaca bacaan
selalu.
dan kita kita masuk kedalam
3. Pemilik rumah baru yang
rumah membawa air putih di
menghuninya merasa pikiran
letakkan di belakang pintu agar
tenang.
kita menempati rumah baru
tersebut selalu dalam pikiran
DAFTAR PUSTAKA
tenag dan mendapatkan rezeki
dengan mudah.
Endraswara, Suwardi. (2008).
Berdasarkan hal di atas dapat
Metodologi Penelitian Sastra. :Media
diketahui bahwa makna tradisi memasuki
Pressindo.
rumah baru di Kota Medan pada suku
Endraswara, Suwardi. (2003).
Jawa, yaitu masyarakat yang suku Jawa
Mendirikan Rumah, Falsafah Hidup
mengetahui tentang adat-istiadat
Jawa, Yogyakarta: KDT.
mengenai makna tradisi memasuki baru
357
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol. 3 No. 2. Oktober 2018

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian


Pendidikan Kualitatif, Bandung:
Alfabeta.
Tim. Penulis (2008). Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
www.spengetahuan.com/2017/10/pengert
ian-tradisi-tujuan-fungsi-macam-macam-
contoh-penyebab-perubahan.html. di
akses 18 Maret 2018.
https://www.kompasiana.com/layyinatus
y.syifa/adab-ketika-menempati-rumah-
baru-dalam-islam-
54f9115da333115f378b4aff. di akses 18
Maret 2018
Waridah.2017.pengetahuan.http://www.b
imbelbahasaindonesia.com/2016/10/peng
ertian-dan-contoh-makna-
konotatif.html?m=1. di akses 18 Maret
2018
http://www.spengetahuan.com/2018/03/p
engertian-semantik-menurut-para-ahli-
unsur-jenis-jenis.html. diakses 18 Maret
2018

358

Anda mungkin juga menyukai