Disusun Oleh :
APRILLIA WIJAYANTI PUTRI
2131410046
Dosen Pengampu :
ROSITA DWI CHRISNANDARI, S, Si, M. Si
Salah satu sumber bahan baku yang potensial dikembangkan dalam pembuatan
biodiesel adalah minyak. Menurut Aziz et al (2012) minyak merupakan salah satu
alternatif bahan baku pembuatan biodiesel yang murah, ramah lingkungan, dan
mereduksi limbah rumah tangga atau industri makanan serta tidak bersaing dengan
kebutuhan pangan. Namun, viskositas minyak jelantah masih perlu diturunkan agar tidak
menghambat proses injeksi yang akan mengakibatkan pembakaran menjadi tidak
sempurna. Salah satu reaksi yang dapat menurunkan viskositas minyak jelantah adalah
reaksi transesterifikasi. Reaksi ini akan berjalan lebih cepat dengan adanya penambahan
katalis.
Pada dasarnya sumber bahan baku pembuatan biodiesel memang penting untuk
dikaji, namun hal yang paling krusial lainnya yang perluditeliti adalah jenis katalis yang
digunakan. Hal ini dikarenakan, kualitasbiodiesel yang dihasilkan dan efisiensi proses
pembuatannya sangat ditentukan oleh katalis yang digunakan. Umumnya, pembuatan
biodiesel menggunakan katalis basa homogen seperti NaOH dan KOH karena memiliki
kemampuan katalisator yang lebih tingggi dibandingkan dengan katalis lainnya. Namun,
penggunaan katalis ini memiliki kelemahan antara lain sulit di degradasi,
III. Dasar Teori
Bioenergi adalah energi alternatif dimana bahan baku yang digunakan bersifat renewable
atau dapat terbarukan. Salah satu jenis bioenergi adalah biodiesel. Biodiesel merupakan bahan
bakar alternatif yang diproduksi dari senyawa kimia bernama alkil ester yang bisa diperoleh dari
minyak nabati seperti minyak kelapa sawit. Biodiesel (methyl ester) terbentuk melalui reaksi
antara senyawa ester dengan senyawa alkohol sehingga terbentuk senyawa ester baru (methyl
ester). Bahan ester ini memiliki komposisi yang sama dengan bahan bakar solar, sehingga
biodiesel dapat dimanfaatkan untuk menggantikan solar (Yuli dkk, 2015).
Pada umumnya biodiesel dibuat dengan menggunakan 2 jenis reaksi yaitu reaksi
esterifikasi dan reaksi transesterifikasi. Kedua reaksi tersebut memiliki karakteristik tersendiri.
Penggabungan reaksi esterifikasi-transesterifikasi bertujuan untuk meningkatkan rendemen
biodiesel yang di hasilkan.
ESTERIFIKASI
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi
mereaksikan asam lemak dengan alkohol. Katalis-katalis yang cocok adalah zat berkarakter
asam kuat, seperti asam sulfat, asam sulfonat, asam sulfonat organik atau resin penukar kation
asam kuat. Asam-asam tersebut biasa dipilih dalam praktek industrial. Esterifikasi umumnya
dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar FFA tinggi (berangka asam >5 mg-
KOH/g). Pada tahap ini, asam lemak bebas akan dikonversikan menjadi metil ester. Tahap
esterifikasi biasanya diikuti dengan tahap transesterifikasi, tetapi sebelum produk esterifikasi
diumpankan ke tahap transesterifikasi, air dan bagian terbesar katalis asam yang dikandungnya
harus disingkirkan terlebih dahulu. Proses esterifikasi adalah reaksi reversibel dimana asam
lemak bebas (free fatty acid/FFA) dikonversi menjadi alkil ester melalui katalis asam (HCl atau
umumnya H2SO4). Ketika konsentrasi asam lemak bebas dalam minyak tinggi, esterifikasi dan
reaksi transesterifikasi melalui katalis asam dapat berpotensi untuk mendapatkan konversi
biodiesel yang hampir sempurna. Proses esterifikasi mengikuti mekanisme reaksi yang sama
seperti transesterifikasi katalis asam (Effendi dkk., 2018)
TRANSESTERIFIKASI
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari trigliserida
(minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan menghasilkan produk
samping yaitu gliserol. Alkohol akan memecah rantai trigliserida yang terdapat dalam minyak
nabati. Di antara alkohol-alkohol monohidrik yang menjadi kandidat sumber/pemasok gugus
alkil, metanol adalah yang paling umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya tinggi
(sehingga reaksi disebut metanolisis). Metanol adalah senyawa polar berantai karbon
terpendek sehingga bereaksi lebih cepat dengan trigliserida, dan melarutkan semua jenis katalis
baik basa maupun asam. Biodiesel praktis identik dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty
Acids Metil Ester, FAME) (Hikmah dkk,. 2010). Sedangkan jika etanol yang digunakan sebagai
reaktan, maka akan diperoleh campuran etil ester asam lemak (fatty acid ethyl ester/FAEE).
Reaksi transesterifikasi adalah reaksi reversibel sehingga diperlukan penggunaan alkohol
berlebih untuk menggeser kesetimbangan kearah produk. Dengan minyak berbasis bio (minyak
nabati) maka hubungan stoikiometrinya memerlukan 3 mol alkohol per mol TAG (3:1) (Effendi
dkk., 2018)
Proses transesterifikasi dengan katalis asam diperlukan jika minyak nabati mengandung
FFA di atas 5%. Jika minyak berkadar FFA tinggi (>5%) langsung ditransesterifikasi dengan
katalis basa maka FFA akan bereaksi dengan katalis membentuk sabun. Terbentuknya sabun
dalam jumlah yang cukup besar dapat menghambat pemisahan gliserol dari metil ester dan
berakibat terbentuknya emulsi selama proses pencucian. Jadi esterifikasi digunakan sebagai
proses pendahuluan untuk mengkonversikan FFA menjadi metil ester sehingga mengurangi
kadar FFA dalam minyak nabati dan selanjutnya ditransesterifikasi dengan katalis basa untuk
mengkonversikan trigliserida menjadi metil ester (Hikmah dkk,. 2010). Proses transesterifikasi
dikatalisis oleh asam atau basa, sedangkan esterifikasi, bagaimanapun hanya dikatalisis oleh
asam
Mekanisme proses transesterifikasi dimulai dengan terjadinya kontak antara alkohol dan
katalis. Selanjutnya alkohol masuk ke dalam sel dan menghancurkan bagian-bagian sel
kemudian melarutkan minyak yang terkandung dalam bahan baku. Minyak yang telah terekstrak
bereaksi dengan alkohol menghasilkan alkil ester dengan bantuan katalis.
Katalis basa akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila dibandingkan dengan katalis
asam. Katalis basa yang paling umum adalah NaOH, KOH, NaOCH3, dan KOCH3. Katalis
NaOH lebih reaktif dibandingkan KOH.
b. Bahan
No Bahan Karakteristik
1. Metanol Larutan tak berwarna, berbau menyengat
2. NaOH Larutan tak berwarna, berbau khas
3. Minyak Larutan berwarna kuning, kental, berbau
minyak khas
4. KOH 0,1N Larutan tak berwarna, berbau khas
5. Indikator PP Larutan tak berwarna, tak berbau
c. Prosedur
a. Pembuatan Biodiesel
Uji Kadar FFA
Minyak
Proses Trans-Esterifikasi
Minyak
Biodiesel
Hasil
b. Analisa Viskositas Biodiesel
Air + Kinematic
Viscosity Bath
Biodiesel
3
- Viskometer Diisi dengan biodiesel sebanyak 4 bagian dari bola
Hasil
Biodiesel
Hasil
d. Analisa Bilangan Asam Biodiesel
Biodiesel
Etanol 95%
Indikator PP
Larutan Sampel
Hasil
V. Data pengamatan
Pembuatan Biodiesel serta Analisis
No Prosedur Hasil Pengamatan
Suhu : 20,0◦C
𝑘𝑔
▪ Percobaan 2 = Densitas : 0,871 𝑚3 ,
Suhu : 20,0◦C
𝑘𝑔
▪ Percobaan 3 = Densitas : 0,871 𝑚3 ,
Suhu : 20,0◦C
5. Analisa Bilangan Asam Biodiesel ▪ Biodiesel + Etanol 95% + Indikator PP =
larutan keruh putih kekuningan
▪ Dilakukan Titrasi dengan KOH 0,1N
sebanyak 3 kali
▪ V TAT 1 = 0,4 ml
▪ V TAT 2 = 0,3 ml
▪ V TAT 3 = 0,3 ml
▪ Rata-Rata = 0,3 ml
▪ Warna TAT = Larutan berwarna merah
Muda
𝑚
Rumus = ρ = 𝑣
m= ρ x v
Ket = ρ = massa jenis (kg/m3)
m =massa (kg)
v = volume (m3)
𝑘𝑔
= 0,871 𝑚3 x 2 𝑚3
VI. Perhitungan
𝑉 (𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻)𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝑀 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘
1. Kadar % FFA = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑥 1000
5𝑥 0,1 𝑁 𝑥 256,42
= 𝑥 100%
20,23 𝑥 1000
128,21
= 20,230 x 100%
= 0,00633 x 100%
= 0,633 %
Kadar % FFA menyatakan <2% maka dilanjutkan proses Trans-Esterifikasi.
2. Analisa Viskositas Biodiesel
Rumus = µ = c x t
Ket =μ = Viskositas kinematik (cSt)
K = konstanta Viskositas Ostwald
t = waktu alir fluida didalam pipa viscometer (detik)
Diketahui konstanta(C) = Size 200 yaitu 0,1026 s
µ =cxt
= 0,1026 x 46,3
= 4,76 cSt
dengan Suhu : 20,0◦C. Hasil Densitas tersebut tidak sesuai SNI karena standar densitas sebesar 850-890
kg.m3.
Lalu dilakukan Analisa terakhir yaitu Analisa Bilangan Asam . Bilangan merupakan derajat
penetralan berat KOH yang dipakai untuk menetralkan satu gram berat sampel.Dan pada percobaan
kali ini didapatkan hasil Rata rata V TAT sebesar 0,3 ml dengan warna larutan merah muda, dan data
yang didaptkan dimasukkan kedalam rumus dan didapatkan hasil bilangan asam sebesar 0,0009
𝐾𝑂𝐻
mg− 𝐺𝑟𝑎𝑚 , Bilangan asam yang didapatkan sesuai dengan SNI , dimana SNI Dari bilangan Asam
𝐾𝑂𝐻
yaitu sebesar 0, 8 mg− 𝐺𝑟𝑎𝑚.
IX. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Pembuatan biodiesel berdasarkan reaksi esterifikasi dan reaksi transesterifikasi yang
diawali dengan uji kadar FFA terlebih dahulu sebelum memulai prosesnya. Reaksi
esterifikasi dilakukan apabila kadar FFA dari sampel yaitu diatas 2% karena
digunakan untuk menurunkan kadar FFA yang tinggi, namun bila FFA yang
dihasilkan dibawah 2% maka proses bisa langsung menuju transesterifikasi dimana
proses ini bertujuan untuk mengubah trigliserida menjadi alkil ester serta untuk
menghilangkan secara utuh titik didih, titik nyala, viskositas dari minyak yang
direaksikan.
2. Dari Hasil uji Analisa Didapatkan sebagai berikut.
▪ Uji Kadar % FFA = 0,633 %
▪ Uji Viskositas Kinematik Biodiesel = 4,76 mm2/s (Cst)
▪ Uji Densitas Biodiesel = 0,871 kg/m3 pada suhu 20°C
𝐾𝑂𝐻
▪ Uji Bilangan Asam Biodiesel = 0,0009 mg−
𝐺𝑟𝑎𝑚
3. Dari hasil berbagai analisis yang memenuhi standar SNI 7182:2015 yaitu uji
Viskositas yaitu sebesar 4,76 dengan standar SNI 3,3-6,0 Cst, dan Uji Bilangan Asam
𝐾𝑂𝐻 𝐾𝑂𝐻
sebesar 0,0009 mg− 𝐺𝑟𝑎𝑚 dengan standar SNI sebesar 0, 8 mg− 𝐺𝑟𝑎𝑚.
X. Referensi
Eko Naryono, Khalimatus Sa’diyah, Rosita Dwi dkk, (2022), Modul Praktikum Dasar Rekayasa
Proses, Jurusan teknik Kimia Politeknik Negeri Malang.
Febriani, A.K., Dewi, A.N., 2012. Pembuatan biodesel dari bermacam minyak goreng bekas dengan
proses transesterifikasi. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri 1, 338–346.
Atadashi, I.M., Aroua, M.K., Aziz, A.R.A., Sulaiman, N.M.N., 2011a. Refining technologies for the
purification of crude biodiesel. Appl Energy 88, 4239–4251.
Lampiran