Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM DASAR REKAYASA PROSES


PEMBUATAN BIODIESEL

Disusun Oleh :
APRILLIA WIJAYANTI PUTRI
2131410046

Dosen Pengampu :
ROSITA DWI CHRISNANDARI, S, Si, M. Si

Prodi D3 Tenik Kimia


Jurusan Teknik Kimia
Politeknik Negeri Malang
PEMBUATAN BIODIESEL
I. Tujuan
1. Mampu memahami dan menjelaskan teori pembuatan biodiesel
serta analisanya dengan benar.
2. Mampu membuat biodiesel dengan benar.
3. Mampu melakukan analisa kualitas/kuantitas biodiesel yang dihasilkan dengan
benar.

II. Latar Belakang

Seiring meningkatnya konsumsi energi dunia dan menurunnya cadangan minyak


bumi serta isu lingkungan yang timbul mendorong para peneliti untuk melakukan
research dalam mencari alternatif sumber energi yang bersifat renewable dan ramah
lingkungan. Salah satu alternatif sumber energi dunia yang potensial dikembangkan
menggantikan bahan bakar fosil adalah biodiesel. Keuntungan penggunaan biodiesel
sebagai bahan bakar antara lain renewable, biodegradable, dan ramah lingkungan
(Atadashi et al., 2012).

Salah satu sumber bahan baku yang potensial dikembangkan dalam pembuatan
biodiesel adalah minyak. Menurut Aziz et al (2012) minyak merupakan salah satu
alternatif bahan baku pembuatan biodiesel yang murah, ramah lingkungan, dan
mereduksi limbah rumah tangga atau industri makanan serta tidak bersaing dengan
kebutuhan pangan. Namun, viskositas minyak jelantah masih perlu diturunkan agar tidak
menghambat proses injeksi yang akan mengakibatkan pembakaran menjadi tidak
sempurna. Salah satu reaksi yang dapat menurunkan viskositas minyak jelantah adalah
reaksi transesterifikasi. Reaksi ini akan berjalan lebih cepat dengan adanya penambahan
katalis.

Pada dasarnya sumber bahan baku pembuatan biodiesel memang penting untuk
dikaji, namun hal yang paling krusial lainnya yang perluditeliti adalah jenis katalis yang
digunakan. Hal ini dikarenakan, kualitasbiodiesel yang dihasilkan dan efisiensi proses
pembuatannya sangat ditentukan oleh katalis yang digunakan. Umumnya, pembuatan
biodiesel menggunakan katalis basa homogen seperti NaOH dan KOH karena memiliki
kemampuan katalisator yang lebih tingggi dibandingkan dengan katalis lainnya. Namun,
penggunaan katalis ini memiliki kelemahan antara lain sulit di degradasi,
III. Dasar Teori
Bioenergi adalah energi alternatif dimana bahan baku yang digunakan bersifat renewable
atau dapat terbarukan. Salah satu jenis bioenergi adalah biodiesel. Biodiesel merupakan bahan
bakar alternatif yang diproduksi dari senyawa kimia bernama alkil ester yang bisa diperoleh dari
minyak nabati seperti minyak kelapa sawit. Biodiesel (methyl ester) terbentuk melalui reaksi
antara senyawa ester dengan senyawa alkohol sehingga terbentuk senyawa ester baru (methyl
ester). Bahan ester ini memiliki komposisi yang sama dengan bahan bakar solar, sehingga
biodiesel dapat dimanfaatkan untuk menggantikan solar (Yuli dkk, 2015).
Pada umumnya biodiesel dibuat dengan menggunakan 2 jenis reaksi yaitu reaksi
esterifikasi dan reaksi transesterifikasi. Kedua reaksi tersebut memiliki karakteristik tersendiri.
Penggabungan reaksi esterifikasi-transesterifikasi bertujuan untuk meningkatkan rendemen
biodiesel yang di hasilkan.

ESTERIFIKASI
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi
mereaksikan asam lemak dengan alkohol. Katalis-katalis yang cocok adalah zat berkarakter
asam kuat, seperti asam sulfat, asam sulfonat, asam sulfonat organik atau resin penukar kation
asam kuat. Asam-asam tersebut biasa dipilih dalam praktek industrial. Esterifikasi umumnya
dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar FFA tinggi (berangka asam >5 mg-
KOH/g). Pada tahap ini, asam lemak bebas akan dikonversikan menjadi metil ester. Tahap
esterifikasi biasanya diikuti dengan tahap transesterifikasi, tetapi sebelum produk esterifikasi
diumpankan ke tahap transesterifikasi, air dan bagian terbesar katalis asam yang dikandungnya
harus disingkirkan terlebih dahulu. Proses esterifikasi adalah reaksi reversibel dimana asam
lemak bebas (free fatty acid/FFA) dikonversi menjadi alkil ester melalui katalis asam (HCl atau
umumnya H2SO4). Ketika konsentrasi asam lemak bebas dalam minyak tinggi, esterifikasi dan
reaksi transesterifikasi melalui katalis asam dapat berpotensi untuk mendapatkan konversi
biodiesel yang hampir sempurna. Proses esterifikasi mengikuti mekanisme reaksi yang sama
seperti transesterifikasi katalis asam (Effendi dkk., 2018)
TRANSESTERIFIKASI
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari trigliserida
(minyak nabati) menjadi alkil ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan menghasilkan produk
samping yaitu gliserol. Alkohol akan memecah rantai trigliserida yang terdapat dalam minyak
nabati. Di antara alkohol-alkohol monohidrik yang menjadi kandidat sumber/pemasok gugus
alkil, metanol adalah yang paling umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya tinggi
(sehingga reaksi disebut metanolisis). Metanol adalah senyawa polar berantai karbon
terpendek sehingga bereaksi lebih cepat dengan trigliserida, dan melarutkan semua jenis katalis
baik basa maupun asam. Biodiesel praktis identik dengan ester metil asam-asam lemak (Fatty
Acids Metil Ester, FAME) (Hikmah dkk,. 2010). Sedangkan jika etanol yang digunakan sebagai
reaktan, maka akan diperoleh campuran etil ester asam lemak (fatty acid ethyl ester/FAEE).
Reaksi transesterifikasi adalah reaksi reversibel sehingga diperlukan penggunaan alkohol
berlebih untuk menggeser kesetimbangan kearah produk. Dengan minyak berbasis bio (minyak
nabati) maka hubungan stoikiometrinya memerlukan 3 mol alkohol per mol TAG (3:1) (Effendi
dkk., 2018)
Proses transesterifikasi dengan katalis asam diperlukan jika minyak nabati mengandung
FFA di atas 5%. Jika minyak berkadar FFA tinggi (>5%) langsung ditransesterifikasi dengan
katalis basa maka FFA akan bereaksi dengan katalis membentuk sabun. Terbentuknya sabun
dalam jumlah yang cukup besar dapat menghambat pemisahan gliserol dari metil ester dan
berakibat terbentuknya emulsi selama proses pencucian. Jadi esterifikasi digunakan sebagai
proses pendahuluan untuk mengkonversikan FFA menjadi metil ester sehingga mengurangi
kadar FFA dalam minyak nabati dan selanjutnya ditransesterifikasi dengan katalis basa untuk
mengkonversikan trigliserida menjadi metil ester (Hikmah dkk,. 2010). Proses transesterifikasi
dikatalisis oleh asam atau basa, sedangkan esterifikasi, bagaimanapun hanya dikatalisis oleh
asam
Mekanisme proses transesterifikasi dimulai dengan terjadinya kontak antara alkohol dan
katalis. Selanjutnya alkohol masuk ke dalam sel dan menghancurkan bagian-bagian sel
kemudian melarutkan minyak yang terkandung dalam bahan baku. Minyak yang telah terekstrak
bereaksi dengan alkohol menghasilkan alkil ester dengan bantuan katalis.
Katalis basa akan mempercepat reaksi transesterifikasi bila dibandingkan dengan katalis
asam. Katalis basa yang paling umum adalah NaOH, KOH, NaOCH3, dan KOCH3. Katalis
NaOH lebih reaktif dibandingkan KOH.

Tabel 2. Syarat Mutu Biodiesel

No Parameter Uji Satuan Min/Max Persyaratan

1 Massa Jenis kg/m3 850-890

2 Viskositas Kinematik pada 40oC mm2/s (Cst) 2,3-6,0


3 Angka Setana min 51

4 Titik Nyala (Mangkok Tertutup) oC, min 100

5 Titik Kabut oC, maks 18

6 Korosi Lempeng Tembaga (3 jam pada 50oC) No 1

7 Residu karbon %-massa, maks 0,5


- dalam percontoh asli; atau

-dalam 10% ampas destilasi 0,3

8 Air dalam Sedimen %-vol, maks 0,05

9 Temperatur Distilasi 90% oC, maks 360

10 Abu tersulfatkan %-massa, maks 0,02

11 Belerang mg/kg, maks 50

12 Fosfor mg/kg, maks 4

13 Angka asam mg-KOH/g, maks 0,5

14 Gliserol bebas %-massa, maks 0,02

15 Gliserol total %-massa, maks 0,24

16 Kadar ester metil %-massa, min 96,5

17 Angka iodium %-massa 115


(g-l2/100 g), maks

18 Kestabilan oksidasi menit 480


36
Periode induksi metode rancimat
atau periode induksi metode petro oksi

19 Monogliserida %-massa, maks 0,8


IV. Metodologi
a. Alat
No Alat Karakteristik
1. Botol Penampung Plastik
2. Beaker Glass / Wadah Plastik
3. Kaca Arloji Gelas/kaca
4. Gelas Pengaduk Gelas/kaca
5. Neraca Analitik Logam
6. Overhead Stirer Logam
7. Oil bath / water bath Plastik
8. Density / Spesific Gravity Meter Logam
9. Hot Plate Logam
10. Pipet tetes Gelas/kaca
11. Pipet volum Gelas/kaca
12. Buret Gelas/kaca
13. Klem dan Statif Plastik
14. Erlenmeyer Gelas/kaca
15. Labu Ukur Gelas/kaca
16. Gelas Ukur Gelas/kaca
17. Viscometer Ostwald dan viscosity bath Gelas/kaca
18. Botol Semprot Plastik
19. Ball Pipet Karet

b. Bahan
No Bahan Karakteristik
1. Metanol Larutan tak berwarna, berbau menyengat
2. NaOH Larutan tak berwarna, berbau khas
3. Minyak Larutan berwarna kuning, kental, berbau
minyak khas
4. KOH 0,1N Larutan tak berwarna, berbau khas
5. Indikator PP Larutan tak berwarna, tak berbau
c. Prosedur
a. Pembuatan Biodiesel
Uji Kadar FFA

Minyak

- Ditimbang 20 g sampel (minyak) ke dalam Erlenmeyer

Etanol & indicator PP

- Ditambahkan 50 ml etanol panas dan 3 tetes indikator phenolphtalein (PP)


- Didinginkan pada suhu ruang
- Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
- Dicatat volume titran (ml) dan dihitung kadar FFA. Asam lemak bebas dinyatakan sebagai
% FFA.
Hasil % FFA <2%

Proses Trans-Esterifikasi

Minyak

- Ditimbang sampel (minyak)


- Ditimbang katalis sebanyak 1% dari beratsampel minyak (variable)
- Ditimbang metanol dengan perbandingan mol 3:1 dari berat minyak (variabel)
- Dimasukkan sampel ke dalam labu bundar leher 4 yang telah dirangkai
- Dicampurkan dahulu katalis dan metanol, panaskan pada suhu ± 40oC hingga
katalis larut dalam metanol
- Diset suhu waterbath pada suhu 60oC
- Dipanaskan sampel pada suhu 60oC, kemudian dmasukkan perlahan campuran
katalis
- Dilakukan pengadukan selama 60 – 90 menit
- Setelah dingin, lakukan pemisahan lapisan biodiesel dan campuran katalis
menggunakan corong pisah
- Didiamkan biodiesel di dalam corong pisah selama 24 – 48 jam

Biodiesel

- Dilakukan pencucian dengan air panas hingga biodiesel murni

Hasil
b. Analisa Viskositas Biodiesel

Air + Kinematic
Viscosity Bath

- Tangki Diisi dengan air hingga mencapai tanda batas


- Dihubungkan Kabel
- Dinyalakan Tombol Power pada sisi depan dan belakang panel

Biodiesel

3
- Viskometer Diisi dengan biodiesel sebanyak 4 bagian dari bola

- Viskometer Diletakkan pada tangka hingga 5 menit


- Biodiesel Dinaikan hingga batas atas (1) mengunakan ball pipet
- Dilepaskan Ball Pipet
- Waktu hingga mencapai batas bawah (2) Dicatat
- Percobaan diulangi sebanyak 3 kali

Hasil

c. Analisa Densitas Biodiesel

Biodiesel

- Dimasukkan Sampel melalui syringe ke dalam pipa nozel dan diijeksikan


secara perlahan, hindari adanya gelembung
- Dibiarkan syringe dan pengukuran Dimulai dengan menekan tombol Meas
- Percobaan dilakukan 3 kali

Hasil
d. Analisa Bilangan Asam Biodiesel

Biodiesel

- Dimasukkan sebanyak 2 ml biodiesel ke dalam Erlenmeyer

Etanol 95%

- Dimasukkan sebanyak 2 ml biodiesel ke dalam Erlenmeyer

Indikator PP

- Diteteskan sebanyak 2-3 tetes

Larutan Sampel

- Dititrasi menggunakan Larutan Standar KOH 0,1 N


- Dilakukan percobaan sebanyak 3 kali

Hasil
V. Data pengamatan
Pembuatan Biodiesel serta Analisis
No Prosedur Hasil Pengamatan

1. Pembuatan Biodiesel ▪ Massa minyak = 20,23 gram


(Persiapan bahan baku Uji ▪ Minyak + Metanol = larutan berwarna
Kadar FFA) kuning, terdapat gumpalan putih
▪ Minyak + Metanol + Indikator PP =
Larutan tak berwarna
▪ Dititrasi menggunakan NaOH 0,1 N
▪ V TAT 1 = 5 ml
▪ V TAT 2 = 5 ml
▪ Rata-Rata = 5 ml
▪ Warna TAT = larutan berwarna Merah
Jambu
2. Proses Trans-Esterifikasi ▪ Massa Minyak = 250,14 gram
▪ Minyak + NaOH + Metanol = Larutan
berwarna Kuning
▪ Katalis 1% dari Sampel Minyak = 2,58
gram NaOH kristal
▪ Mol Asam Palmitat = 250,24 gram →
𝑔𝑟𝑎𝑚
256,49 → 0,9755 mol
𝑚𝑜𝑙

▪ Mol Etanol = 0,9755 x 3 = 2,9265


▪ Mol methanol = 2,9265 x 32 = 93,64 ml
▪ Akan tetapi, Volume Metanol yang
digunakan saat praktikum adalah 100 ml.
3. Analisa Viskositas Biodiesel ▪ Menggunakan suhu 40◦C
Waktu Kecepatan = t
▪ t tanda batas 1 ke 2 = 47 detik
▪ t tanda batas 1 ke 2 = 46 detik
▪ t tanda batas 1 ke 2 = 46 detik
▪ Rata rata (t) = 46,3
4. Analisa Densitas Biodiesel ▪ Menggunakan hasil Biodiesel
𝑘𝑔
▪ Percobaan 1 = Densitas : 0,871 𝑚3 ,

Suhu : 20,0◦C
𝑘𝑔
▪ Percobaan 2 = Densitas : 0,871 𝑚3 ,

Suhu : 20,0◦C
𝑘𝑔
▪ Percobaan 3 = Densitas : 0,871 𝑚3 ,

Suhu : 20,0◦C
5. Analisa Bilangan Asam Biodiesel ▪ Biodiesel + Etanol 95% + Indikator PP =
larutan keruh putih kekuningan
▪ Dilakukan Titrasi dengan KOH 0,1N
sebanyak 3 kali
▪ V TAT 1 = 0,4 ml
▪ V TAT 2 = 0,3 ml
▪ V TAT 3 = 0,3 ml
▪ Rata-Rata = 0,3 ml
▪ Warna TAT = Larutan berwarna merah
Muda
𝑚
Rumus = ρ = 𝑣

m= ρ x v
Ket = ρ = massa jenis (kg/m3)
m =massa (kg)
v = volume (m3)
𝑘𝑔
= 0,871 𝑚3 x 2 𝑚3

= 1,742 kg = 1742 gram

VI. Perhitungan
𝑉 (𝑚𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻)𝑥 𝑁 𝑥 𝐵𝑀 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝐿𝑒𝑚𝑎𝑘
1. Kadar % FFA = 𝑥 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑥 1000
5𝑥 0,1 𝑁 𝑥 256,42
= 𝑥 100%
20,23 𝑥 1000
128,21
= 20,230 x 100%

= 0,00633 x 100%
= 0,633 %
Kadar % FFA menyatakan <2% maka dilanjutkan proses Trans-Esterifikasi.
2. Analisa Viskositas Biodiesel
Rumus = µ = c x t
Ket =μ = Viskositas kinematik (cSt)
K = konstanta Viskositas Ostwald
t = waktu alir fluida didalam pipa viscometer (detik)
Diketahui konstanta(C) = Size 200 yaitu 0,1026 s
µ =cxt
= 0,1026 x 46,3
= 4,76 cSt

3. Analisa Bilangan Asam


𝐴 𝑥 𝑁 𝑥 56,1
Rumus = 𝐺𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

A = volume larutan KOH yang dibutuhkan untuk titrasi (ml)


N = normalitas larutan KOH
G = berat sampel (gram)
56,1 = bobot molekul KOH (g/mol)

0,3 𝑥 0,1 𝑁 𝑥 56,1


Bilangan Asam = 1742
1,683
= 1742
𝐾𝑂𝐻
= 0,0009 mg− 𝐺𝑟𝑎𝑚

VII. Hasil Gambar Perccobaan


No Prosedur Gambar
1. Pencucian Biodiesel dilakukan selama 4
kali.
2. Hasil Biodiesel setelah dimasukkan oven
selama 1 minggu.

3. Analisa Viskositas Biodiesel.

4. Analisa Densitas Biodiesel.

5. Analisa Bilangan Asam Biodiesel


VIII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, yang berjudul pembuatan Biodiesel serta analisanya yang bertujuan untuk
Mampu memahami dan menjelaskan teori pembuatan biodiesel serta analisanya dengan benar,
Mampu membuat biodiesel dengan benar, dan mampu melakukan analisa kualitas/kuantitas biodiesel
yang dihasilkan dengan benar. Pada Praktikum kali ini menggunakan bebrapa alat yaitu Oil bath /
water bath, Gelas beaker, Overhead stirrer, Buret beserta statif, Kaca arloji, Erlenmeyer, Gelas ukur,
Labu bundar leher 4, Viscometer Ostwald dan viscosity bath, Density / Spesific Gravity Meter,
Erlenmeyer, Buret dan statif Dan Bahan yang Digunakan yaitu Metanol, NaOH, Minyak, KOH 0,1N,
Indikator PP.
Pada Praktikum kali ini hal yang pertama dilakukan adalah mempersiapkan bahan baku dengan
cara menguji kadar FFA terlebih dahulu. Tujuan dilakukan uji kadar FFA ini adalah untuk mengetahui
tingkat kerusakan dari minyak/lemak tersebut dengan mengetahui seberapa banyak kandungan asam
lemak bebasnya. Apabila kadar FFA menunjukkan angka diatas 2% maka tindakan selanjutnya adalah
proses esterifikasi yang berguna untuk menurunkan kadar FFA, namun jika kadar FFA berada dibawah
2% hal yang dilakukan adalah melanjutkan pada proses transesterifikasi yang bertujuan untuk
mengubah trigliserida menjadi alkil ester serta untuk menghilangkan secara utuh titik didih, titik nyala,
viskositas dari minyak yang direaksikan, agar metil ester yang dihasilkan dapat digunakan pada mesin
diesel tanpa merusak atau merubah mesin diesel. Pada sampel didapatkan %FFA sebesar 0,633 %
sehingga dilanjutkan tahap transesterifikasi.
Pada tahap transesterifikasi, setelah menimbang sampel langkah selanjutnya yaitu memanaskan
methanol dengan katalis dalam hal ini katalis yang digunakan adalah KOH. Menggunakan methanol
dikarenakan methanol merupakan jenis alkohol yang lebih reaktif sehingga dapat menghasilkan ester
lebih banyak daripada etanol dan butanol. Dalam hal ini penggunaan katalis juga bertujuan untuk
mempercepat proses, karena proses produksi biodiesel akan berjalan lambat dan membutuhkan suhu
maupun tekanan yang tinggi apabila tidak menggunakan katalis. Karena kadar FFA dalam sampel yang
kami peroleh dibawah 2% maka digunakanlah katalis yang bersifat basa, karena katalis asam
digunakan apabila sampel mengandung kadar FFA yang tinggi dengan tujuan katalis tersebut dapat
menyintesis minyak yang memiliki kadar FFA tinggi. Langkah selanjutnya yaitu menambahkan
campuran katalis dengan methanol menggunakan perbandingan mol 3:1 dengan berat sampel,
tujuannya adalah untuk melangsungkan reaksi transesterifikasi ke arah kanan dan menghasilkan
rendemen ester yang maksimum. Kemudian memanaskan sampel pada suhu 60°C dan dilakukan
pengadukan. Dalam hal ini suhu serta pengadukan memiliki pengaruh yang besar terhadap produk
biodiesel. Perubahan suhu reaksi menyebabkan gerakan molekul semakin cepat. Suhu mempengaruhi
viskositas dan densitas produk biodiesel. Proses pengadukan mempengaruhi produk biodiesel
dikarenakan peningkatan kecepatan pengadukan reaksi berpengaruh sangat signifikan terhadap
rendemen hasil. Setelah Proses, Minyak dimasukkan kedalam Oven selama kurang lebih 24 jam
kemudian dilakukan pencucian sebanyak 4 kali dengan tujuan untuk menghilangkan produk samping
reaksi transesterifikasi berupa gliserol.
Setelah didapatkan Hasil Biodiesel yang murni, Langkah selanjutnya yaitu Melakukan Analisa Uji
yang terdiri dari Analisa Viskositas biodiesel, Analisa Densitas biodiesel, dan Analisa Bilangan Asam
biodiesel.
Analisa viskositas biodiesel menggunakan Alat Kinematic Viskometer dan suhu larutan yang
digunakan yaitu 40◦C dengan waktu rata rata kecepatan waktu(t) sebesar 46,3 sekon, dan didapatkan
viskositas sampel sebesar 4,76 mm2/s (Cst), angka tersebut memenuhi range SNI dimana standar
viskositas sebesar 3,3-6,0 Cst. Apabila viskositas terlalu tinggi maka akan menyebabkan injeksi bahan
bakar terlalu cepat namun jika angka viskositas terlalu rendah maka dapat menyebabkan kebocoran
pompa injeksi bahan bakar .
Selanjutnya dilakukan Analisa selanjutnya yaitu Analisa Densitas yang menggunakan alat Density
𝑘𝑔
/ Spesific Gravity Meter dan didapatkan hasil densitas dari percobaan 1 hingga percobaan 2 sebesar 0,871
𝑚3

dengan Suhu : 20,0◦C. Hasil Densitas tersebut tidak sesuai SNI karena standar densitas sebesar 850-890
kg.m3.
Lalu dilakukan Analisa terakhir yaitu Analisa Bilangan Asam . Bilangan merupakan derajat
penetralan berat KOH yang dipakai untuk menetralkan satu gram berat sampel.Dan pada percobaan
kali ini didapatkan hasil Rata rata V TAT sebesar 0,3 ml dengan warna larutan merah muda, dan data
yang didaptkan dimasukkan kedalam rumus dan didapatkan hasil bilangan asam sebesar 0,0009
𝐾𝑂𝐻
mg− 𝐺𝑟𝑎𝑚 , Bilangan asam yang didapatkan sesuai dengan SNI , dimana SNI Dari bilangan Asam
𝐾𝑂𝐻
yaitu sebesar 0, 8 mg− 𝐺𝑟𝑎𝑚.
IX. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Pembuatan biodiesel berdasarkan reaksi esterifikasi dan reaksi transesterifikasi yang
diawali dengan uji kadar FFA terlebih dahulu sebelum memulai prosesnya. Reaksi
esterifikasi dilakukan apabila kadar FFA dari sampel yaitu diatas 2% karena
digunakan untuk menurunkan kadar FFA yang tinggi, namun bila FFA yang
dihasilkan dibawah 2% maka proses bisa langsung menuju transesterifikasi dimana
proses ini bertujuan untuk mengubah trigliserida menjadi alkil ester serta untuk
menghilangkan secara utuh titik didih, titik nyala, viskositas dari minyak yang
direaksikan.
2. Dari Hasil uji Analisa Didapatkan sebagai berikut.
▪ Uji Kadar % FFA = 0,633 %
▪ Uji Viskositas Kinematik Biodiesel = 4,76 mm2/s (Cst)
▪ Uji Densitas Biodiesel = 0,871 kg/m3 pada suhu 20°C
𝐾𝑂𝐻
▪ Uji Bilangan Asam Biodiesel = 0,0009 mg−
𝐺𝑟𝑎𝑚

3. Dari hasil berbagai analisis yang memenuhi standar SNI 7182:2015 yaitu uji
Viskositas yaitu sebesar 4,76 dengan standar SNI 3,3-6,0 Cst, dan Uji Bilangan Asam
𝐾𝑂𝐻 𝐾𝑂𝐻
sebesar 0,0009 mg− 𝐺𝑟𝑎𝑚 dengan standar SNI sebesar 0, 8 mg− 𝐺𝑟𝑎𝑚.

X. Referensi

Eko Naryono, Khalimatus Sa’diyah, Rosita Dwi dkk, (2022), Modul Praktikum Dasar Rekayasa
Proses, Jurusan teknik Kimia Politeknik Negeri Malang.

Febriani, A.K., Dewi, A.N., 2012. Pembuatan biodesel dari bermacam minyak goreng bekas dengan
proses transesterifikasi. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri 1, 338–346.
Atadashi, I.M., Aroua, M.K., Aziz, A.R.A., Sulaiman, N.M.N., 2011a. Refining technologies for the
purification of crude biodiesel. Appl Energy 88, 4239–4251.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai