Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Gender dalam Pendidikan

Istilah seks dibedakan dengan gender. Seks bersifat biologis dan gender yang bersifat

psikologis, sosial dan budaya. Istilah seks menekankan pada perbedaan yang disebabkan

oleh perpedaan kromosom pada janin, sebagaimana dikatakan oleh Moore dan Sinclair

(Remiswal, 2013) sedangkan istilah gender menyangkut perbedaan psikologis, sosial

dan budaya antara laki-laki dan perempuan, seperti yang dikemukakan oleh Gidden

(Remiswal, 2013). Gender merujuk pada konsep laki-laki dan perempuan berdasarkan

dimensi sosial budaya dan psikologi. Gender dibedakan dari jenis kelamin (sex), yang

melibatkan dimensi biologis dari perempuan atau laki-laki. Peran gender adalah harapan

sosial yang menentukan bagaimana laki-laki dan perempuan seharusnya berpikir,

bertindak, dan merasakan Lippa (2005: 103) menjelaskan bahwa salah satu penyebab

perbedaan antara laki-laki dan perempuan terletak pada kromosom seks mereka. Dia

menambahkan bahwa laki-laki dan perempuan melalui tahap perkembangan fetus yang

berbeda, memiliki perbedaan hormon seks pada tahap kritis dalam perkembangan.

Menurutnya, hal tersebut menyebabkan adanya perbedaan otak laki-laki dan perempuan

dalam struktur dan dalam latar belakang fungsinya.

2. KPS (Keterampilan Proses Sains)

KPS merupakan keterampilan yang mempermudah pembelajaran Fisika,

membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, serta mengembangkan

keterampilan siswa dalam penelitian (Karamustafaoglu, 2011:27). KPS

merupakan metode ilmiah yang di dalamnya melatihkan langkah-langkah untuk


8
9

menemukan sesuatu melalui eksperimen dan percobaan (Sartika Septi Budi,

2015). KPS perlu dilatihkan kepada siswa melalui pengalaman secara langsung,

sebagai pengalaman belajar, dan disadari ketika kegiatannya sedang berlangsung

(Umi Kalsum, 2010). Ketika siswa dilibatkan dalam pembelajaran, maka siswa

akan dituntut mampu mendeskripsikan fenomena, mampu bertanya,

menjelaskan, dan mengevaluasi penjelasan yang telah diberikan terhadap ilmu

pengetahuan saat ini serta mampu mengkomunikasikannya (Simsek dan

Kabapinar, 2010:1190-1191).

KPS dasar ialah kemampuan indera manusia untuk mampu mengamati,

mengklasifikasikan maupun menemukan konsep baru dengan mencari

persamaan serta perbedaan. Sedangkan KPS terpadu ialah keterampilan pada

siswa untuk menjawab pertanyaan sendiri dan menafsirkan apa yang diamati

serta merancang investigasi untuk menguji ide atau pendapat mereka sendiri

(Rezba et.al, 2002:1-103). Aspek KPS dasar meliputi mengamati, membuat

hipotesis, merencanakan penelitian/eksperimen, menafsirkan data, inferensi,

memprediksi, mengaplikasi dan mengkomunikasikan (Semiawan et.al, 1992:17-

18). Sedangkan aspek keterampilan terpadu proses sains meliputi:

mengidentifikasi dan mendefinisikan variabel, mengumpulkan dan mengubah

data, membangun tabel data dan grafik, menggambarkan hubungan antara

variabel, menafsirkan data, memanipulasi bahan, merekam data, merumuskan

hipotesis, merancang penyelidikan, menggambar kesimpulan dan generalisasi,

keterampilan ini untuk memecahkan masalah atau melakukan percobaan sains

(Karamustafaoglu, 2011:26).
10

Dari dua teori KPS tersebut dapat disimpulkan aspek-aspek KPS sebagai

berikut, aspek pertama yaitu mengamati merupakan kemampuan memilah-

milahkan mana yang penting dari yang kurang atau tidak penting. Aspek yang

kedua yaitu membuat hipotesis merupakan kemampuan membuat perkiraan

untuk menerangkan kejadian atau pengamatan tertentu. Aspek merencanakan

percobaan merupakan kemampuan menentukan obyek yang akan diteliti

termasuklah alat dan bahan, faktor-faktor yang diperhatikan, langkah-langkah

percobaan serta tata cara untuk mencatat dan mengolah data untuk menarik

kesimpulan. Aspek melakukan percobaan merupakan kemampuan keterampilan

menentukan masalah, cara-cara melakukan penelitian, serta menggunakan alat

dan bahan. Aspek menafsirkan data merupakan kemampuan mencatat hasil

observasi, pengukuran, perhitungan, eksperimen dan menyatakan pola

hubungan. Aspek memprediksi merupakan kemampuan memperkirakan

berdasarkan hasil observasi, pengukuran atau penelitian yang memperlihatkan

kecendrungan gejala tertentu. Aspek menerapkan konsep merupakan

kemampuan menerapkan konsep yang telah dikuasai untuk memecahkan

masalah tertentu atau menjelaskan peristiwa menggunakan konsep yang dimiliki.

Aspek komunikasi merupakan kemampuan mendiskusikan dan menyampaikan

hasil penemuannya kepada orang lain secara lisan maupun tulisan.

2.Hubungan KPS dengan Aspek Gender

Untuk mengetahui hubungan antara variable, antara Keterampilan Proses dan

Aspek Gender adalah pada saat dilakukan Praktikum pada saat melakukan tes.

Seperti kita ketahui bahwa setiap siswa memiliki kemampuan belajar yang
11

berbeda-beda khususnya antara siswa laki-laki dan perempuan (Michael, 2012).

Perbedaan tersebut membuat jenis kelamin (gender) siswa mempengaruhi

capaian siswa dalam peningkatan KPS (Cheung, 2009). Dalam mempelajari ilmu

sains, pengaruh perbedaan gender terlihat dimana prestasi belajar sains siswa

perempuan mengalami kemunduran, sementara prestasi laki-laki meningkat,

perempuan lebih menguasai segala sesuatu yang menyangkut masalah kesehatan

dan lingkungan, sedangkan siswa laki-laki dengan kecakapan spasialnya lebih

unggul dalam matematika, fisika dan kimia (Rachmawati, 2008; Jangsi, dkk.,

2011; Woodzicka, dkk., 2010). Laki-laki menggunakan logika lebih baik

daripada perempuan dalam menyelesaikan rumus maupun permasalahan yang

ada (Sumarmo, dkk., 2012). Hal ini menyebabkan pada usia 11 tahun ke atas

kemampuan perhitungan yang berhubungan dengan pengukuran dan sains, pada

siswa laki-laki jauh lebih baik dari siswa perempuan (Santrock, 2008). Selain itu,

cara berpikir laki-laki dan perempuan berbeda, pria lebih analitis dan lebih

fleksibel dari wanita (Zubaidah, 2013). Berdasarkan penjelasan-penjelasan

tersebut, KPS siswa laki-laki akan lebih unggul daripada siswa perempuan pada

materi konsep laju reaksi. Hal ini dikarenakan pada materi ini lebih banyak

melakukan perhitungan saat pembelajaran.

3.Materi

1. Suhu

Suhu menyatakan derajat panas suatu benda atau ukuran panas dinginnya

suatu benda. Menurut (Herni, 2017:11) suhu adalah ukuran kuantatif tingkat

kepanasan dan kedinginan suatu benda. Suhu atau temperatur dalam fisika di
12

beri simbol T. Satuanya biasanya dengan derajat ( oC) atau juga biasa dengan

derajat Kelvin. Sedangkan menurut (Idawati, 2016:63) Suhu adalah ukuran

derajat panas atau dingin suatu benda. Alat yang digunakan untuk mengukur

suhu disebut termometer. Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya,

semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Dapat

disimpulkan suhu adalah ukuran yang menyatakan energi panas tersimpan dalam

suatu benda. Benda bersuhu tinggi berarti memiliki energi panas yang tinggi,

begitu juga sebaliknya.

Alat yang dirancang untuk mengukur suhu suatu zat disebut termometer.

Ada beberapa jenis termometer, yang prinsip kerjanya bergantung pada

beberapa sifat materi yang berubah terhadap suhu. Sebagian besar

termometer umumnya bergantung pada pemuaian materi terhadap naiknya

suhu (Jannah, 2019:18). Termometer yang biasa digunakan adalah

termometer air raksa. Dalam termometer sering digunakan titik beku dan titik

didih. Titik beku zat didefinisikan sebagai suhu di mana fase padat dan cair

ada bersama dalam kesetimbangan, yaitu tanpa adanya zat cair total yang

berubah menjadi padat atau sebaliknya. Secara eksperimen, hal ini hanya

terjadi pada suhu tertentu, untuk tekanan tertentu. Dengan cara yang sama,

titik didih didefinisikan sebagai suhu di mana zat cair dan gas ada bersama

dalam kesetimbangan. Karena titik-titik ini berubah terhadap tekanan,

tekanan harus ditentukan (biasanya sebesar 1 atm)

1) Prinsipnya: pipa diisi air raksa. Bila suhu pipa dinaikan (T>), maka
13

volume air raksa dalam pipa akan bertambah. Pertambahan volume air

raksa ini dapat dilihat pertambahan ketinggian air raksa dalam pipa. Jika

ada hubungan antara tinggi laju air raksa dan suhu, relasi kenaikan suhu

dalam pipa itulah yang digunakan sebagai model termometer.

2) Skala Celcius

Skala Celcius ditera dengan suhu es yang mencair pada suhu 0 oC dan air

mendidih pada suhu 100 oC, lalu skala diantaranya dibagi sama.

3) Skala Fehrenheit

a. Titik nol F ditera dengan suhu es dan garam yang sedang mencair. suhu

air mendidih pada 212 oF dan es mencair pada 32 oF.

b. Relasi suhu Fahreheit dan suhu Celcius menjadi: F = 9/5 C + 32o atau C

= 5/9 (F-32o). F = suhu Fahrenheit, C = suhu Celcius.

4) Skala Reamur

a. Skala Reamur menggunakan acuan 0 oR untuk es mencair dan 80 oR

untuk air mendidih.

b. Hubungan antara skala Reamur dan Celsius menjadi oR = 4/5 oC.

5) Suhu mutlak Kelvin

a. Skala Kelvin (K) banyak digunakan dalam bidang ilmiah termofisika

dan termodinamika.

b. Suhu nol absolut diukur pada – 273 oC

c. Hubungan Kelvin dan Celcius K = oC + 273o

d. Relasi suhu Kelvin, Celcius, Fahrenheit, dan Reamur

 o
C = 5/9 (oF – 32o)
14

 o
F = 9/5 oC + 32o

 o
R = 4/5 oC.

 K = oC + 273o

5. Kalor

Panas atau kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat

menyebabkan perubahan suhu atau kalor adalah energi yang ditransfer dari suatu

benda ke benda lain karena beda temperatur. Kalor mengalir dengan sendirinya

dari suatu benda yang temperaturnya lebih tinggi ke benda lain yang

temperaturnya lebih rendah. Menurut (Idawati, 2016:63) Panas atau kalor adalah

energi yang berpindah akibat perbedaan suhu. Dapat disimpulkan kalor adalah

perpindahan energi panas yang terjadi dari benda bersuhu yang lebih tinggi ke

benda bersuhu lebih rendah.

1) Kapasitas Kalor dan Kalor Jenis

Kenaikan suhu suatu benda dapat digunakan untuk menentukan kalor yang

tersimpan dalam benda tersebut. Banyaknya kalor yang diperlukan oleh benda

untuk mengubah suhu sebesar 1oC atau 1K disebut kapasitas kalor, sehingga

hubungan kalor, kapasitas kalor, dan perubahan suhu suatu benda dapat

dinyatakan sebagai berikut:

Q
C=
ΔT (1)

Q=CΔT (2)
Keterangan :
15

C = kapasitas kalor (J/K)

Q = kalor (J)

∆T = perubahan suhu (K)

Bila energi panas ditambahkan pada suatu zat, maka temperatur zat itu

biasanya naik. Jumlah energi kalor Q yang dibutuhkan untuk menaikkan

temperatur suatu zat adalah sebanding dengan perubahan temperatur dan

massa zat itu. Dengan demikian, kalor dapat dituliskan dengan persamaan

(Tipler, 1998).

Q=mc ΔT
(3)
Keterangan :

c = kalor jenis

Q = kalor (J)

∆T = perubahan suhu (K)

m = massa benda (Kg)

Dengan C adalah kapasitas kalor zat, yang didefinisikan sebagai energi

panas yang dibutuhkan untuk menaikkan temperature suatu zat dengan satu

derajat. Kalor jenis (c) adalah kapasitas kalor persatuan massa. Dengan

demikian, kalor jenis dapat ditulis dengan persamaan (Tipler, 1998).

C
c=
m
(4)
Keterangan :

C = kapasitas kalor (J/K)

c = kalor jenis
16

m = massa benda (Kg)

2) Hukum Kekekalan Energi Pada Kalor

Hukum kekekalan energi pada kalor memenuhi asas yang diajukan oleh

Joseph Black, yaitu pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang

dilepas oleh zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor

yang diserap oleh zat yang suhunya lebih rendah. Pernyataan ini sering

disebut dengan Asas Black. Dengan demikian, dapat ditulis

persamaan(Giancoli, 1998)

Qkeluar =Qmasuk
(5)

mc ΔT keluar =mc ΔT masuk


(6)
3) Perubahan Wujud dan Kalor Laten

Perubahan wujud suatu zat disebabkan oleh zat melepas atau menyerap

kalor. Perubahan wujud suatu zat dapat menyerap panas dalam jumlah yang

besar tanpa mengalami perubahan apapun pada temperaturnya. Ini terjadi

selama perubahan wujud artinya, ketika kondisi fisis zat itu berubah dari

suatu bentuk menjadi bentuk lainnya. Jenis perubahan wujud adalah

pembekuan, penguapan dan sublimasi.

Sejumlah energi panas tertentu dibutuhkan untuk mengubah fasa

sejumlah zat tertentu. Panas yang dibutuhkan sebanding dengan massa zat.

Panas yang dibutuhkan untuk mencairkan zat bermassa m tanpa perubahan

temperaturnya adalah sebagai berikut (Tipler, 1998).

Q=mL f
(7)
17

Keterangan :

Q = kalor (J)
m = massa zat (kg)
Lf = kalor lebur/kalor laten (J/kg)
Bila perubahan fasa adalah dari cair menjadi gas, maka panas yang

dibutuhkan adalah sebagai berikut (Tipler, 1998).

Q=mL V (8)

Keterangan :

Q = kalor (J)
m = massa zat (kg)
LV = kalor penguapan (J/kg)
4) Grafik Suhu Terhadap Kalor

Diagram berikut menunjukkan grafik suhu terhadap waktu untuk es di

bawah 00C yang dipanaskan sampai di atas 1000C dalam waktu tertentu. Selang

waktu pada sumbu mendatar sebanding dengan kalor yang diserap oleh es

selama pemanasan.

Gambar 2.1 Grafik Suhu Terhadap Kalor


18

Gambar 1 menunjukkan kalor yang diperlukan selama proses

pemanasan es dari A ke F yang ditentukan dengan persamaan berikut ini:

Q = Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5

∆T 1
Pada massa tetap, kemiringan grafik ( )sebanding dengan nilai (c
Q c

= kalor jenis), dan dapat dinyatakan denga persamaan berikut:

ΔT 1
=
Q mc
(9)
5) Perpindahan Kalor

1) Konduksi

Perpindahan kalor secara konduksi adalah perpindahan energi termal

melalui interaksi antara partikel atau molekul tanpa disertai perpindahan

partikel tersebut. Arus termal konduksi (laju hantaran kalor) I adalah

sebagai berikut (Tipler, 1998).

Q kA ΔT
=
t l (10)
Keterangan :

Q = kalor (Joule)
k = koefisien konduksi (konduktivitas termal)
t = waktu (s)
A = luas penampang (m2)
l = panjang logam (m)
∆T = suhu (Kelvin)
2) Konveksi

Perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan energi termal

melalui interaksi partikel tersebut. Arus termal konveksi (laju

perpindahan kalor) I adalah sebagai berikut (Sumarsono, 2009).


19

Q
=hA ΔT
t (11)

Keterangan:

Q = kalor (Joule)
h = koefisien konveksi
t = waktu (s)
A = luas penampang (m2)
T = suhu (Kelvin)
3) Radiasi

Radiasi adalah perpindahan kalor dari permukaan suatu benda dalam

bentuk gelombang elektromagnetik. Energi yang dipancarkan atau

diserap per satuan waktu per satuan luas benda adalah sebagai berikut

(Tipler, 1998).

P=eσ AT 4 (12)

Keterangan:

P = daya yang diradiasikan (watt/W)


e = emisivitas benda atau koefisien pancaran suatu benda
σ = konstanta Stefan Boltzmann (5,6703 x 10-8 W/m2. K4)
A = luas benda yang memancarkan radiasi (m2)
Dengan harga e tergantung pada warna permukaan benda.

Permukaan benda yang berwarna hitam sempurna nilai e = 1, sedangkan

untuk benda yang berwarna putih sempurna nilai e = 0. Jadi nilai

emisivitas secara umum adalah 0 ≤ e ≥ 1.


20

B. Kajian Penelitian Yang relevan

1. Hasil penelitian yang relevan sebelumnya adalah penelitian yang dilakukan oleh

Nur Indah Umra, (2018) Hasil analisis data keterampilan proses sains peserta

didik laki- laki memperoleh skor rata-rata adalah 13.13. Hasil dari keterampilan

proses sains peserta didik perempuan memperoleh skor rata-rata adalah 12.86.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan dari

kemampuan proses sains peserta didik.

2. Abadi dan Sofia (2017) Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran LKS

berbasis pendekatan saintifik pada materi konsep laju reaksi efektif dalam

meningkatkan KPS siswa berdasarkan gender dan KPS siswa laki-laki lebih tinggi

daripada KPS siswa perempuan.

3. Fernando dan Ilhami (2020) Hasil penelitian meta-analisis membuktikan adanya

pengaruh model pembelajaran kooperative terhadap keterampilan proses sains

siswa. Sedangkan dilihat dari presfektif gender, model pembelajaran kooperative

tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada perlakuan pengaturan

kelompok belajar terhadap kemampuan keterampilan proses sains siswa.

C. Kerangka Pikir

Penelitian ini menggunakan satu kelas sampel yang diberikan perlakuan berbeda

yaitu pertama dibelajarkan dengan metode eksperimen simulasi. Kedua kelas tersebut

akan diamati perbedaan KPS dan hasil belajarnya. Pembelajaran dengan metode

eksperimen sudah umum dilakuan di sekolah-sekolah, namun dengan adanya


21

beberapa kelemahan pada metode eksperimen nyata seperti kurang tersedianya alat-

alat praktikum dan akurasi alat yang kurang baik, maka diduga visualisasi

laboratorium dapat menjadi salah satu solusi pengganti eksperimen. Oleh karena itu

peneliti menduga bahwa KPS dan hasil belajar siswa dengan pembelajaran

menggunakan metode ekperimen dapat menyamai KPS dan hasil belajar siswa

menggunakan eksperimen.

Sebelum pembelajaran dimulai, siswa pada kedua kelas eksperimen terlebih

dahulu diberikan tes kemampuan awal berupa soal pretest mengenai materi prasyarat

sebelum memulai materi pokok. Pretest ini diberikan untuk mengetahui sejauh mana

kemampuan awal siswa sebelum dibelajarkan, kemudian hasil pretest tersebut

dikelompokan kedalam kategori tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan kategori

kemampuan awal tersebut diduga siswa yang kemampuan awalanya tinggi cenderung

menyukai pembelajaran dengan metode ekperimen dan sebaliknya siswa yang

kemampuan awalnya rendah mungkin lebih menyukai pembelajaran dengan metode

eksperimen. Hal tersebut dikarenakan eksperimen di laboratorium merupakan hal

yang baru bagi siswa, sehingga siswa yang kemampuan awalnya rendah tertarik

dengan eksperimen yang dilakukan jika dilihat dari cara eksperimen yang

menggunakan simulasi seperti aplikasi game.

Uraian diatas membuat peneliti menduga bahwa pada kelas yang menggunakan

metode eksperimen di laboratorium, siswa yang kemampuan awalnya rendah akan

memperoleh skor KPS dan hasil belajar lebih baik jika dibandingkan dengan siswa

yang kemampuan awalnya tinggi pada kelas tersebut. Sebaliknya siswa yang
22

menggunakan metode eksperimen di laboratorium, siswa yang kemampuan awanya

tinggi yang akan memperoleh skor KPS dan hasil belajar yang lebih baik.

Adapun pretest yang dimaksud dalam penelian ini berupa soal tes awal mengenai

materi prasyarat yang terkait dengan materi yang akan dibelajarkan. KPS yang

dimaksud adalah hasil keterampilan siswa selama praktikum berlangsung. dan hasil

belajar yang dimaksud adalah berupa nilai yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti

kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu, dengan soal-soal terkait

materi yang telah diajarkan.

Perolehan skor KPS dan hasil belajar pada penelitian ini dibandingkan

berdasarkan perlakuan yang diberikan dengan melihat kemampuan awal siswa.

Berikut ini dibuat diagram kerangka pemikiran untuk memberikan gambaran yang

lebih jelas mengenai kerangka pemikiran diatas:

Kemampuan Awal Siswa

Tinggi Rendah

SETELAH DILAKSANAKAN PENELITIAN

LAKI-LAKI PEREMPUAN

KPS Hasil Belajar KPS Hasil belajar

dibandingkan
dibandingkan

Gambar 2.2 Kerangka Pikir


23

Anda mungkin juga menyukai