Anda di halaman 1dari 33

APOPTOSIS DAN

NEKROSIS
PAULA M. KUSTIAWAN, M.Sc., Ph.D.
ADAPTASI, KERUSAKAN DAN KEMATIAN
SEL
• Ketika terdapat stressor atau kondisi tertentu dari lingkungan luar, sel dapat mengalami
adaptasi untuk mengkompensasi stressor tersebut
• Respon adaptasi sel terhadap stressor tersebut antara lain:
• Hipertropi
• Hiperplasia
• Atropi
• Metaplasia
• Ketika sel tidak lagi bisa beradaptasi terhadap stressor tersebut maka akan terjadi
kerusakan sel dan memicu kematian sel.
• Skema adaptasi,
kerusakan dan
kematian sel
• Hipertropi

• Proses adaptasi sel, dimana sel mengalami perbesaran ukuran


sehingga berakibat pada bertambahnya ukuran organ

• Perbesaran ini terjadi karena peningkatan jumlah struktur


ADAPTASI SEL protein dan organel sel.

• Bisa terjadi secara fisiologis (kondisi alami) ataupun patologis


(kondisi penyakit), bisa juga terjadi karena stimulus dari
peningkatan hormon tertentu

• Misalnya: adanya perbesaran uterus karena respon terhadap


hormone estrogen
Hiperplasi:
• Proses adaptasi dengan melakukan replikasi sel, sehingga
terjadi penambahan jumlah sel membuat organ membesar.
• Hiperplasi bisa secara fisiologis dan patologis
• Hiperplasi patologis misalnya cancer  sel-sel membelah
tidak terkendali
• Hiperplasi secara fisiologis dibagi menjadi 2:
ADAPTASI SEL
• 1) hormonal hyperplasia.
misalnya terjadi pembelahan/pertambahan jumlah sel
selama pubertas (pertumbuhan)
2)compensatory hyperplasia.
misalnya regenerasi/pembelahan sel hati akibat adanya
kematian jaringan hati
Atropi

• Merupakan proses pengecilan ukuran sel akibat sel kehilangan


substansi sel sehingga menyebabkan berkurangnya ukuran organ

• Pada kondisi atropi, fungsi sel akan berkurang, namun sel belum
mengalami kematian
ADAPTASI SEL • Pengecilan ukuran sel ini disebabkan oleh berkurangnya sintesis
protein dan degenerasi protein di dalam sel

• Penyebab atropi diantaranya bisa karena kehilangan inervasi,


kekurangan suplai darah, kekurangan nutrisi, kehilangan stimulasi
endokrin, dan aging.
Metaplasia

• Merupakan perubahan reversibel dari fenotip sel (penampakan


sel) yang digantikan oleh tipe sel yang lain
ADAPTASI SEL
• Sering terjadi karena iritasi yang terjadi secara kronis.

• Pada kondisi ini sel yang mengalami adaptasi digantikan oleh tipe
sel lain yang lebih bisa menghadapi stresor.
KEMATIAN SEL

• Ketika sel tidak dapat beradaptasi terhadap stressor, maka akan memicu adanya
kerusakan sel
• Kerusakan sel yang bersifat irreversible (tak terbalikkan) akan memicu kematian sel
Kematian sel dapat dibagi menjadi dua:
• Apoptosis
• Nekrosis
APOPTOSIS
• Apoptosis secara harfiah berarti jatuh/gugur (mengacu
pada daun-daun yang gugur)
• Merupakan suatu kematian sel yang terprogram, dimana
proses ini merupakan bagian dari homeostasis dalam
tubuh.
• Mengapa proses apoptosis sangat penting?
• Apoptosis berfungsi untuk menghilangkan sel-sel yang
tidak diinginkan atau tidak dibutuhkan oleh tubuh.
APOPTOSIS
• Apoptosis mengatur jumlah sel dalam organisme, kenapa
harus diatur jumlahnya? Hal ini penting untuk menjaga
proses fisiologis tetap berjalan baik, misalnya agar
mengatur sel imun kita untuk tidak menyerang protein
sendiri.
• Atau juga untuk mengatur agar tidak terjadi transmisi
neurotransmitter yang berlebihan dan tidak diperlukan
di system saraf.
APOPTOSIS

• Memiliki karakteristik sel dimana inti sel mengalami pemadatan dan tidak terjadi
kerusakan membran sel.
• Apoptosis memerlukan sintesis aktif RNA dan protein dan merupakan suatu proses
yang memerlukan energi
• Secara morfologis, proses ini ditandai oleh pemadatan kromatin di sepanjang
membran inti
APOPTOSIS

• Pada proses apoptosis, sel


yang mati akan mengkerut
kemudian berkondensasi
menghasilkan suatu
serpihan-serpihan yang
kemudian dapat dicerna atau
diambil oleh sel lain.
APOPTOSIS

Pengaturan
apoptosis dapat
berasal dari dua
sumber:

Intraseluler Ekstraseluler
(intrinsic) (ekstrinsik)
PENGATURAN INTRINSIK
Apoptosis dan caspase
■ Sistem molekuler yang terlibat dalam proses apoptosis adalah suatu enzim
proteolitik (enzim yang memecah protein) yang disebut sebagai caspase.
■ Sistem ini termasuk pengaturan apoptosis secara intrinsik
■ Enzim ini awalnya disintesis dalam bentuk precursor tidak aktif yang disebut
procaspase
■ Procaspase akan aktif menjadi caspase jika sel menerima sinyal apoptosis
dari tubuh.
Terdapat dua tipe dari caspase yaitu:
■ Caspase inisiator
■ Caspase eksekutor
CASPASE

• Caspase inisiator yang aktif


akan memicu aktivitas caspase
eksekutor yang akan memecah
protein-protein dalam sel
PENGATURAN APOPTOSIS

• Pada tiap sel kita terdapat suatu system mesin apoptosis yang akan aktif
apabila ada sinyal apoptosis
• Protein utama yang mengatur aktivitas dari caspase adalah family protein Bcl2.
• Family protein Bcl2 memiliki beberapa anggota protein, dimana Sebagian
protein berfungsi memicu apoptosis, Sebagian lagi menghambat terjadinya
apoptosis
• Anggota Bcl2 yang memicu terjadinya apoptosis adalah protein Bax dan Bak.
• Sedangkan anggota Bcl2 yang menghambat apoptosis adalah protein Bcl2 itu
sendiri.
PROTEIN BAK DAN BAX

• Protein Bax dan Bak dapat diaktivasi oleh sinyal apoptosis intrinsic seperti
adanya kerusakan DNA atau kerusakan sel lainnya
• Bax dan Bak menginisiasi kematian sel dengan cara memicu pelepasan protein
transfer electron sitokrom c dari mitokondria menuju sitosol
• Molekul sitokrom c yang dilepas dari mitokondria dapat mengaktivasi caspase
inisiator dengan cara memicu pembentukan suatu kompleks yang disebut
apoptosom
• Apoptosom kemudian merekrut dan mengaktivasi caspase inisiator yang
kemudian mengaktifkan proses apoptosis melalui caspase eksekutor
PROTEIN BAX DAN BAK
PENGATURAN APOPTOSIS

• Family protein Bcl2 yang memiliki fungsi menghambat apoptosis antara lain: Bcl2 dan
Bcl-xl
• Adanya homeostasis antara protein pro-apoptosis dan anti-apoptosis menjadi salah
satu pengaturan keseimbangan apoptosis dalam sel-sel di tubuh.
PENGATURAN EKSTRASELULER
SINYAL EKSTRASELULER (EKSTRINSIK)

• Selain factor intrinsic, apoptosis juga dapat dipicu oleh adanya sinyal ekstraseluler
• Misalnya sinyal yang diberikan oleh sel terdekat
• Pada sel mamalia terdapat suatu reseptor yang dinamakan death reseptor. Reseptor ini
disebut juga dengan Fas.
• Fas terletak di membrane sel di beberapa tipe sel mamalia.
• Fas dapat mengikat suatu ligan yang berupa protein yang berikatan pada membrane.
• Fas Ligand ini berada pada permukaan suatu sel imun khusus yang disebut dengan killer
lymphocyte
APOPTOSIS- SINYAL EKSTRASELULER
APOPTOSIS

• Gambar: adanya kematian sel


membantu agar jumlah saraf
dan jumlah sel target menjadi
seimbang
• Adanya survival factor yang
dilepas oleh sel target akan
menyebabkan sel saraf dapat
menghindari apoptosis,
sedangkan sel saraf yang
tidak menerima survival
factor akan mengalami
apoptosis
APOPTOSIS

• Survival factor mengaktifkan regulator


transkripsi yang akan meningkatkan ekspresi
Bcl2.
• Protein Bcl2 akan menjadi banyak dan
menghambat adanya apoptosis
• Jadi hanya sel yang menerima survival factor
yang akan survive
NEKROSIS

• Nekrosis merupakan kematian sel dalam suatu organ atau jaringan yang masih
dibutuhkan oleh organisme (kematian yang tidak diprogram)
• Pada nekrosis, sel mengalami kehilangan integritas membrane dan adanya
perombakan oleh enzim yang memicu terjadinya reaksi inflamasi.
• Penyebab necrosis antara lain kekurangan oksigen, perubahan suhu yang ekstrem,
dan cedera mekanis, dimana kematian sel tersebut terjadi secara tidak terkontrol
yang dapat menyebabkan rusaknya sel, adanya respon peradangan dan berpotensi
menyebabkan masalah kesehatan yang serius.
NEKROSIS

Secara mikroskopik pada nekrosis


terdapat perubahan structural pada inti
sel yaitu:
• Piknosis : nukleus terlihat lebih bundar,
ukuran lebih kecil dan gelap
• Karioreksis : nukleus mengalami
fragmentasi menjadi kecil dan tersebar
• Kariolisis : nukleus lisis, tidak terlihat
sehingga rongga kosong dibatasi
membran nukleus
• Pada kondisi nekrosis sel mengalami
pembengkakan, kemudian membrane akan
pecah dan isi sel akan lepas dari sel
• Nekrosis memicu terjadinya inflamasi
NEKROSIS JARINGAN

Secara makroskopis, kejadian nekrosis menyebabkan beberapa kondisi yang dapat


diamati.
Bentuk-bentuk nekrosis jaringan antara lain:
- Nekrosis koagulasi
- Nekrosis liquefaktif (mencair)
- Nekrosis lemak
- Nekrosis kaseosa (perkejuan)
NEKROSIS
JARINGAN
• Nekrosis koagulatif
• Terjadi akibat hilangnya secara mendadak
fungsi sel yang disebabkan oleh hambatan
kerja sebagian besar enzim. Enzim sitoplasmik
hidrolitik juga dihambat sehingga tidak terjadi
penghancuran sel (proses autolisis minimal).
• Sel tidak mengalami lisis, dengan demikian
kerangka luar sel relatif utuh
• Gambar: jaringan ginjal yang mengalami
nekrosis (daerah berwarna pucat)  akibat
kehilangan suplai darah (suplai oksigen)
NEKROSIS
JARINGAN
Nekrosis likuefaktif
• Perlunakan jaringan nekrotik disertai
dengan larutnya jaringan.
• larutnya jaringan ini terjadi akibat kerja
enzim hidrolitik yang dilepas oleh sel
mati, atau akibat kerja lisosom dari sel
radang
• Jaringan yang mengalami likuefaksi
menjadi lunak, mudah mencair, dan
tersusun oleh sel-sel yang mengalami
disintegrasi dan cairan
NEKROSIS
JARINGAN
• Adalah bentuk campuran dari
nekrosis koagulatif dan likuefaktif,
yang makroskopik teraba lunak
kenyal seperti keju, maka dari itu
disebut nekrosis perkejuan.
• Infeksi bakteri tuberkulosis dapat
menimbulkan nekrosis jenis ini
NEKROSIS
JARINGAN
Terjadi dalam dua bentuk:

1. Nekrosis lemak traumatik

• Terjadi akibat trauma hebat pada daerah atau


jaringan yang banyak mengandung lemak

2. Nekrosis lemak enzimatik

• Terjadi akibat kerja enzim-enzim lipolitik pada


jaringan lemak.

• Proses ini biasanya terjadi pada nekrosis pankreatik


akut dan merupakan konsekuensi pelepasan lipase
pankreas ke jaringan peripankreas.

• Adanya lipase yang lepas tersebut menyebabkan


terjadinya lipolysis yang ditandai oleh hilangnya
kontur sel-sel lemak.

Anda mungkin juga menyukai