Anda di halaman 1dari 95

KECACINGAN

Kelompok 25

● 2010258 Cindy Aurellia Alfianto


● 2010242 Adelia Irmanda
● 2010001 Josephine Jeanie (Sekretaris)
● 2010048 Marenita Ananda Sukmono
● 2010070 Mario Sachio Santoso
● 2010110 Vanny Jean Talita Muabuai
● 2010165 Imanuel Reinaldi (Ketua)
● 2010263 Sevita Selwaradjan
TERMINOLOGI
URTIKARIA
Kelainan kulit yang ditandai dengan peninggian kulit yang
timbul mendadak dan/atau disertai angiodema; ukurannya
bervariasi, biasanya dikelilingi eritema, terasa gatal atau
sensasi terbakar, umumnya menghilang dalam 1-24 jam.
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/viewFile/832/588

PERIORAL CYANOSIS
Warna kebiruan di sekitar bibir dan philtrum
bayi (biasa terjadi setelah kelahiran).
https://www.grepmed.com/images/3662/clinical-cyanosis-perio
ral-pediatrics-newborn

Neglected Tropical Diseases (NTD)


Penyakit-penyakit yang hanya ditemui di daerah tropis maupun subtropis.
Disebabkan oleh berbagai virus, bakteri, protozoa, dan cacing.
Termasuk penyakit menular dan biasanya diderita oleh orang-orang yang
memiliki taraf hidup yang rendah.
https://tropmed.fk.ugm.ac.id/2020/02/19/apa-itu-ntd/
LAHIR ATERM
Kehamilan cukup bulan (term/aterm), yaitu kehamilan
dengan masa gestasi 37- 40 minggu (259 - 294 hari).
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t27789.pdf

RETRAKSI SUPRASTERNAL
cekungan atau tarikan kulit di atas sternum selama
inspirasi

RETRAKSI SUBSTERNAL
Cekungan atau tarikan kulit di bawah sternum selama inspirasi

https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/3.%20Gangguan_Napas_Pada_bayi_baru_lahir.pdf
PARASITOLOGI
CACING
TAMBANG
Terdapat 2 jenis cacing tambang yaitu Necator Americanus dan
Ancylostoma Duodenale
Hospes : Manusia
Cara Infeksi : Larva infektif/ larva filari menembus kulit
Morfologi : Cacing Dewasa
→ necartor americanus
- cacing dewasa berbentuk silindris dengan ujung anterior
melengkung tajam ke arah dorsal (seperti huruf S), warna kuning
keabu-abu atau sedikit kemerahan.
- cacing jantan panjang 7-9 mm dan diameternya 0,3 mm
- cacing betina panjang 9-11 mm dan diameternya 0,4 mm
- rongga mulut terdapat bentukan semilunar cutting plate
- ujung cacing jantan terdapat bursa kopulatrix celah dalam dan
bigida dan sepasang spikula
- ujung posterior cacing betina runcing, vulva terletak di bagian
tengah tubuh.
- tidak mempunyai mucron
Ancylostoma Duodenale
- bentuk silindris dan relative gemuk,
terdapat lengkungan cervical kearah
dorso-anterior(seperti huruf c),warna
merah muda atau cokelat muda
keabu-abuan
- cacing jantan panjang 8-11 mm dan
diameternya 0,4-0,5 mm
- cacing betina panjangnya 10-13 mm dan
diameternya 0,6 mm
- rongga mulut terdapat 2 pasang gigi
ventral
- ujung posterior cacing betina tumpul,
cacing jantan mempunyai bursa kopulatrix
celah dangkal, trigida
- mempunyai mucron
Ck Jayaram Paniker, Sougata Ghosh Paniker Medical Parasitology 2013
MORFOLOGI TELUR
● Bentuk → lonjong, dinding berkulit tipis jernih tidak berwarna
● Ukuran → 40 - 60 mikron
MORFOLOGI LARVA
Larva Rhabditifrom
Bentuk agak gemuk dan pendek, dengan ukuran 300 x 20
mikron, mulut sempit,panjang esophagus (1/4 panjang
badan).
Larva Filariform
Bentuknya langsing,panjang berekor runcing,ukuran 600x
25 mikron.
Telur
Telur kedua jenis spesies tidak dapat dibedakan:
Bentuk lonjong berdinding tipis, jernih tidak berwarna,
ukuran 60 x 40 mikron, telur berisi embrio yang terdiri
dari 2-8 sel
ASCARIS
Disebut juga cacing gelang
● Tersebar diseluruh dunia terutama daerah tropis dan subtropis yang kelembapanya
tinggi
● Tempat hidup cacing dewasa di usus halus manusia

Class : nematoda
Spesies : Ascaris Lumbricoides
Hospes : manusia
Penyebaran : Debu, dan tanah ( soil transmitted helminths) → Tanah liat, Iklim tropis
suhu 23-30°C
Habitat : usus halus
Nutrisi : sisa - sisa makanan hospes
Distribusi : oral
Jantan :
- Panjang 15-30 cm, tebal 2-4 mm
- Ujung posterior melengkung di bagian perut

Betina :
- Panjang 20-40 cm, tebal 3-6mm
- Vulva di tengah
- Bertelur 100.000 - 200.000/hari
MACAM - MACAM TELUR
Macam-macam telur:
1. Telur yang dibuahi (fertilised)
2. Telur yang tidak dibuahi (unfertilised)
3. Telur dekortikasi
4. Telur matang
MORFOLOGI (LARVA) MORFOLOGI CACING DEWASA
SCHISTOSOMA
SCHISTOSOMA (FLUKE WORM)

Class → Trematoda
Species → Schistosoma haematobium
Schistosoma japonicum
Schistosoma mansoni
Schistosoma mekongi
Schistosoma intercalatum
Hospes → manusia
Hospes reservoir → siput air
Habitat → pembuluh darah
Penyebaran → kontak dengan air yang
mengandung serkaria

Sumber :
https://parasito.fkkmk.ugm.ac.id/schistosomiasis/
https://www.cdc.gov/dpdx/schistosomiasis/index.html
SCHISTOSOMA HAEMATOBIUM
Cacing dewasa jantan

● Bentuk : gemuk
● Ukuran : 1,5 cm x 1 mm
● Kulit ditutupi duri-duri halus, batil isap kepala
lebih kecil dari pada batil isap perut, bagian
ventral melipat ke arah ekor membentuk
kanalis ginekofilik, di belakang batil isap perut
terdapat 4-5 testes, porus genitalis terletak di
bawah batil isap perut.

Cacing Dewasa Betina

● Bentuk : langsing
● Ukuran : 2 cm x 0,2 mm
● batil isap kecil, ovarium di posterior
pertengahan tubuh, dan uterus panjang berisi
20-30 telur.
Sumber :
https://parasito.fkkmk.ugm.ac.id/schistosomiasis/
SCHISTOSOMA JAPONICUM
Cacing Dewasa Jantan

● Bentuk : gemuk seperti daun melipat


mempunyai kanalis ginekoforus
● Ukuran : 12-20x50-65 mm
● kulit ditutupi duri-duri halus dan lancip,
mempunyai batil isap kepala dan perut,
testisnya berjumlah 6-9 buah.

Cacing Dewasa Betina

● Bentuk : Langsing dan memanjang


● Ukuran : 26x0,3 mm
● ovarium terletak di bagian lateral, uterus
memanjang dan lurus berisi 50-100 telur

Sumber :
https://parasito.fkkmk.ugm.ac.id/schistosomiasis/
https://www.cdc.gov/dpdx/schistosomiasis/index.html
SCHISTOSOMA MANSONI
Cacing Dewasa Jantan

○ Bentuk : gemuk
○ Ukuran : panjangnya 6,4-12 mm
○ bagian ventralnya terdapat
ginekoforalis, testisnya 6-9 buah
dan kulit terdiri dari duri-duri kasar.

Cacing Dewasa Betina

○ Bentuk : Langsing dan memanjang


○ Ukuran : panjangnya 1,7-7,2 mm
○ Ovarium di anterior pertengahan
tubuh, uterus pendek berisi 1-4 butir
telur.Tempat hidupnya di vena,
kolon dan rektum
Sumber :
https://parasito.fkkmk.ugm.ac.id/schistosomiasis/
https://www.cdc.gov/dpdx/schistosomiasis/index.html
TELUR SCHISTOSOMA

Bentuk → Oval, Oval, dan Bulat


Tulang belakang → Terminal

Sumber :
https://parasito.fkkmk.ugm.ac.id/schistosomiasis/
https://www.cdc.gov/dpdx/schistosomiasis/index.html
TAENIA
TAENIA (Tape Worm)

● Class → Cestoda
● Spesies → Taenia saginata
Taenia solium
● Hospes definitif → manusia
● Hospes intermediate → sapi (T.saginata), babi (T.solium)
● Habitat → usus halus
● penyebaran → konsumsi daging infektif yang
kurang/setengah matang

Sumber:
https://www.cdc.gov/dpdx/taeniasis/index.html
https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/index.html
https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/biology.html
TAENIA ( TAENIA SAGINATA )

● Panjang 6-10mm, lebar 12mm; bentuk mirip


buah pear
● Memiliki scolex (1-2mm) dengan 4 suckers, tidak
ada hook
● Memiliki leher dengan tubuh datar dan panjang:
bersegmen → proglottids (imatur, matur, dan
gravid)
● Proglottids 1000-2000 buah, panjang 18 x
6mm: 15-30 cabang uterus (gravid) --/+ sekitar
9 proglottid lepas per hari, proglottid gravid
bersisi 100.000 telur

Sumber:
https://www.cdc.gov/dpdx/taeniasis/index.html
https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/index.html
https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/biology.html
TAENIA ( TAENIA SOLIUM )

● Ukuran < T. saginata


● Bentuk kepala globular dengan 4
sucker dan hook yang melingkar
(rostellum)
● Memiliki leher dan tubuh yang
datar dengan panjang 4-5mm
● Proglottid 5 x 10mm: 7-12 cabang
uterus; berisi 30.000-50.000
telur
● Bentuk telur sama dengan taenia
saginata

Sumber:
https://www.cdc.gov/dpdx/taeniasis/index.html
https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/index.html
https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/biology.html
Bentuk tubuh dari kedua Taenia SAMA.
Perbedaan:
● Taenia saginata lebih besar dari Taenia
solium.
● Taenia saginata tidak ada hook, Taenia
solium ada.
● Taenia saginata (6-10m) lebih panjang dari
Taenia solium (4-5m).
● Ukuran proglotid Taenia saginata (18x6mm)
lebih besar dari Taenia solium (5x10).
● Cabang uterus Taenia saginata (15-30) lebih
banyak dari Taenia solium (7-12)

Sumber:
https://www.cdc.gov/dpdx/taeniasis/index.html
https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/index.html
https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/biology.html
TELUR TAENIA

● Telur taenia sp. tidak dapat


dibedakan satu sama lain
● Warna kuning kecoklatan
● Diameter : 30-35 mikrometer
● Bentuk bulat
● Dinding telur tebal dan lurik
radial
● Oncosphere internal berisi 6 kait
(skoleks)

Sumber:
https://www.cdc.gov/dpdx/taeniasis/index.html
https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/index.html
https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/biology.html
Eggs of Taenia saginata and solium
. Similar in shapes.

Sumber:
https://www.cdc.gov/dpdx/taeniasis/index.html
https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/index.html
https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/biology.html
HELMINTHIASIS
Cacing Tambang
DEFINISI
Cacing tambang merupakan salah satu dari beberapa cacing
nematoda parasit (famili Ancylostomatidae) yang memiliki kait
atau pelat bukal yang kuat untuk menempel pada lapisan usus
inang dan termasuk hama pengisap darah yang serius.

https://www.merriam-webster.com/dictionary/hookworm
Etiologi
Parasit manusia:
● Ancylostoma duodenale
● Necator americanus

Essentials.of.Medical.Parasitology
Faktor Resiko
● Anak prasekolah
● Anak usia sekolah
● Orang dewasa dengan pekerjaan tertentu seperti pemetik teh atau
penambang.
● status sosial ekonomi rendah
Epidemiologi
Infeksi cacing tambang menyebar luas. Secara global, hampir 900 juta
orang terinfeksi. Infeksi N. americanus (835 juta) lebih banyak umum dari
A. duodenale (135 juta).
● A. duodenale lazim di selatan Eropa, Afrika Utara, dan Asia Utara
● N. americanus adalah spesies yang dominan di dunia Barat,
ditemukan di seluruh Afrika Tengah dan Selatan, Tengah dan Selatan
Amerika
● Di Asia Tenggara termasuk India, keduanya spesies hidup
berdampingan

Essentials.of.Medical.Parasitology
PATOGENESIS CACING TAMBANG

https://www.cdc.gov/dpdx/hookworm/index.html
http://eprints.undip.ac.id/43728/3/ANTONIUS_WH_G2A009031_Bab2KTI.pdf
Garcia S.L, DIAGNOSTIC MEDICAL PARASITOLOGY, 5th ed
PATOFISIOLOGIS & GEJALA KLINIS
1. Gejala akibat larva :
- Pada waktu menembus kulit → menimbulkan rasa gatal/pruritus biasanya
pada sela-sela kaki, dermatitis dengan eritema (“ground itch”)
- Paru-paru → Batuk, terkadang infeksi seperti pneumonia, demam,
malaise
- Faring → Faringitis

2. Gejala akibat cacing dewasa :


- Infeksi berat → Anemia hipokrom mikrositer → terjadi karena cacing
dewasa menghisap darah dan juga pada tempat melekatnya cacing.
Diperkirakan pada N.americanus (0,015 ml/hari) dan A.duodenale (0,15
ml/hari)

Infeksi Akut : fatigue, nausea, vomiting, abdominal pain,diare dengan tinja


berwarna hitam sampai merah (tergantung tingkat kehilangan darah),
kelemahan, dan pucat,eosinofilia

Garcia S.L, DIAGNOSTIC MEDICAL PARASITOLOGY, 5th ed


Paniker J.MD,Ghosh S,MD,SCH.,Paniker’s Textbook of MEDICAL PARASITOLOGY,7th ed
Gambaran Ground Itch
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Kualitatif
- pemeriksaan secara naif (direct slide)
- pemeriksaan metode apung
- modifikasi merthiolat iodine formaldehyde
- metode selotipe
- metode konsentrasi
- teknik sediaan tebal dan metode seimentasi formol ether (
richie )
Pemeriksaan Kuantitatif
- Metode stolll
- Metode Katokatz
Penalataksanaan
- Tanpa pengobatan larva akan mati dan gejala hilang dalam beberapa minggu-bulan
- Albendazole 400 mg per hari po selama 3 hari, untuk segala usia → mengikat tubulin nematoda,
mencegah polimerisasinya selama perakitan mikrotubulus dan dengan demikian mengganggu pembelahan
sel → tidak boleh untuk ibu hamil. efek samping :

Mudah memar atau pendarahan

Demam, sakit tenggorokan, dan sakit kepala parah, kulit mengupas, dan ruam kulit merah;
atau

Demam hingga menggigil, nyeri tubuh, atau gejala seperti flu


Ascariasis
Definisi
Ascariasis adalah infeksi kecacingan yang disebabkan oleh cacing Ascaris
lumbricoides. Ascariasis merupakan penyakit cacing yang paling besar
prevalensinya di antara penyakit cacing lainnya yang menginfeksi tubuh
manusia.Nama ini berasal dari Ascaris yang berarti cacing usus dan
Lumbricus artinya mirip dengan cacing tanah biasa. Biasa disebut sebagai
cacing bulat.

Essentials.of.Medical.Parasitology
Etiologi
Ascaris lumbricoides adalah nematoda usus yang ditularkan
melalui tanah sehingga menyebabkan ascariasis. transmisi:
secara faecal oral → terkontaminasi telur cacing infektif
Faktor Resiko
● faktor usia, lebih sering pada anak-anak
● Kebersihan pribadi dan sanitasi yang buruk
● Penggunaan tinja manusia sebagai pupuk tanaman
ataupun sayuran
● Kondisi sosial ekonomi yang rendah
Epidemiologi
● Paling sering terjadi pada daerah tropis dan subtropis -
● Lebih sering pada anak-anak dibandingkan orang dewasa
● dengan kelompok usia yang paling umum antara 3-8 tahun.
● Insidensi ascariasis dipengaruhi oleh keadaan sanitasi dan
kebersihan yang buruk
● south east asia 73% , afrika 12% , amerika tengah / selatan 8%.
prevalensi di indonesia 60-90%
PATOGENESIS Ascaris Lumbricoides

http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/Ascariasis.htm
http://eprints.undip.ac.id/43728/3/ANTONIUS_WH_G2A009031_Bab2KTI.pdf
PATOFISIOLOGIS & GEJALA KLINIS
Gejala Klinik akibat larva :
1. Migrasi larva melalui paru-paru -> gejala pneumonitis sampai loffler’s syndrome
(kumpulan gejala dari demam, sesak nafas, eosinofilia yang akan menghilang dalam 3
minggu)
2. Larva menembus jaringan paru masuk ke alveoli -> terjadi kerusakan pada epitel
bronkhial.
3. Larva Ascaris migrasi dari mukosa intestinal ke organ hati, paru-paru -> terjadinya
reaksi hipersensitivitas -> urtikaria
4. Investasi ascaris -> gejala di saluran cerna -> hilang nafsu makan, penyerapan buruk ->
gangguan tumbuh kembang -> kurang gizi & gagal tumbuh

Gejala akibat cacing dewasa :


1. Pada infeksi berat, sejumlah cacing menggumpal dan menyumbat rongga usus -> bolus
ascaris -> akut abdomen -> ileus
2. Pada migrasi ektopik, masuk appendiks, saluran empedu atau duktus pankreatikus ->
Appendicitis, cholangitis, pancreatitis
3. Nutrisi dimakan cacing -> kekurangan gizi/malnutrisi -> anemia
4. Cacing dewasa invasi ke duodenum merusak vili & crypta -> mengeluarkan mediator
inflamasi -> merangsang CTZ -> nausea, vomitus
5. Inflamasi dinding usus -> diare
Paniker J.MD,Ghosh S,MD,SCH.,Paniker’s Textbook of MEDICAL PARASITOLOGY,7th ed
Pemeriksaan Penunjang
1. Secara laboratoris dapat ditegakan dengan pemeriksaan basah atau
semiliquid tinja dengan pewarnaan NaCl fisiologis atau lugol iodine, pada
pemeriksaan ini akan menemukan telur ascaris.
2. Pemeriksaan serum marker tanda-tanda inflamasi yaitu LED, total IgG,
C-reactive protein, C3 & C4.
3. Total antibodi IgE melalui teknik pemeriksaan IgE immunoenzymatic.
4. Pemeriksaan antibodi IgG anti-Ascaris melalui teknik ELISA.
5. Pemeriksaan antibodi IgE anti-Ascaris melalui teknik ELISA kuantitatif.

6. Selain itu dapat juga bila cacing dewasa keluar melalui mulut atau hidung karena muntahan atau keluar melalui
tinja.
Diagnosa dapat dibantu juga dengan foto thorax dan ultrasonografi.
Penatalaksanaan
● Cuci tangan pakai sabun 5 waktu penting (setelah BAB, setelah membersihkan anak yang BAB,
sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan, setelah memegang/menyentuh hewan)
● Menggunakan air bersih untuk keperluan rumah tangga
● Menjaga kebersihan dan keamanan makanan
● Menggunakan jamban sehat
● Mengupayakan kondisi lingkungan yang sehat
● Mengkonsumsi obat cacing secara rutin (6 bulan sekali), terutama bagi anak balita dan anak usia
sekolah
● Perbaikan gizi dan kesehatan
Penatalaksanaan
- Albendazole 400 mg po dosis tunggal, untuk segala usia → mengikat tubulin nematoda, mencegah
polimerisasinya selama perakitan mikrotubulus dan dengan demikian mengganggu pembelahan sel → tidak
boleh untuk ibu hamil. efek samping :
- Mudah memar atau pendarahan
- Demam, sakit tenggorokan, dan sakit kepala parah, kulit mengupas, dan ruam kulit merah;
atau
- Demam hingga menggigil, nyeri tubuh, atau gejala seperti flu
- Mebendazole 100 mg 2 kali sehari selama 3 hari atau 500 mg po dosis tunggal untuk segala
usia → mengikat tubulin nematoda, mencegah polimerisasinya selama perakitan mikrotubulus dan dengan
demikian mengganggu pembelahan sel. efek samping obat :
- Nyeri perut, diare, mual, dan muntah
- Pruritus, urtikaria, angioedema, dan kebotakan
- Batuk dan cegukan
- Hipotensi, hipoglikemia
- Kejang, dizziness, paraesthesia, dan baal
- Anemia, leukopenia, agranulositosis, trombositopenia
- Gangguan fungsi liver
- Hematuri
- Pyrantel pamoat 10 mg/kgBB dosis tunggal maksimum 1 gram → Menghambat Enzim
Kolinesterase. efek samping : Sistem saraf : Sakit kepala, pusing, rasa melayang. Sistem
gastrointestinal : Terasa kram pada lambung, lambung tidak nyaman, mual, muntah, diare,
anoreksia, peningkatan kadar enzim hepar transien
- Obstruksi berat → pembedahan
Taeniasis
Definisi
Taeniasis merupakan suatu infeksi parasit yang dapat disebabkan oleh cacing
Taenia sp ( Taenia saginata, Taenia solium ).

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK537154/
Etiologi
● Taenia saginata(pita pita sapi) – dikenal juga sebagai
Taeniarhynchus saginatus’
● Taenia solium (pita pita babi)
Faktor Resiko
● Mengonsumsi daging mentah atau kurang matang
● Higenitas yang buruk
● Tinggal di kawasan endemik taeniasis
● Kontak dengan kotoran hewan

https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/epi.html
Epidemiologi
● Infeksi taeniasis menyebar di seluruh dunia terutama di negara sedang
berkembang dengan tingkat sanitasi yang rendah serta memiliki
kebiasaan makan daging sapi atau babi setengah matang/ mentah.
● Infeksi oleh Taenia saginata banyak terjadi di Eropa timur, Rusia, Afrika
timur, dan Amerika Latin.
● Taenia solium insidensi banyak terjadi di negara-negara dengan sanitasi
yang rendah, memiliki kebiasan makan daging babi ½ matang atau
mentah, seperti di Eropa Timur, Amerika Latin, sub-Sahara Afrika, India dan
Asia.

https://www.cdc.gov/parasites/taeniasis/epi.html
PATOGENESIS
PATOFISIOLOGIS & GK
Intestinal Taeniasis (T. saginata & T. solium)
- Cacing dewasa asimptomatis/sedikit menimbulkan gejala
- Apabila symptomatic → rasa tidak enak pada lambung, mual, badan lemah, berat badan
menurun, diare, sakit kepala, konstipasi, nafsu makan menurun
- Cemas, gelisah
- Komplikasi → acute intestinal obstruction, acute appendicitis, pancreatitis

Cysticercosis (T. solium)


- Subcutaneous nodules
- Muscular cysticercosis
- Neurocysticercosis : peningkatan intracranial tension
- Ocular cysticercosis : conjunctiva, subretinal space → blurred vision, iritis, palpebral
conjunctivitis

Paniker J.MD,Ghosh S,MD,SCH.,Paniker’s Textbook of MEDICAL PARASITOLOGY,7th ed


Susanty E. 2018. Taeniasis solium dan sistiserkosis pada manusia. Jurnal Ilmu Kedokteran Jilid 12, Nomor 1, Maret 2018
Pemeriksaan Penunjang
Taeniasis

- Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISAs) dan Polymerase Chain Reaction (PCR) dapat digunakan untuk
membedakan jenis telur Taenia sp dan dapat digunakan untuk membedakan proglotid Taenia sp.3 Tinja yang diperiksa
adalah tinja sewaktu berasal dari defekasi spontan. Sebaiknya diperiksa dalam keadaan segar, bila tidak memungkinkan
tinja tersebut diberi formalin 5-10% sebagai pengawet.14

Sistiserkosis

- cara ekstirpasi benjolan


- radiologis (CT scan atau Magnetic Resonance Imaging (MRI)
- deteksiantibodi seperti teknik ELISA
- Western Blot (EIBT)
- uji hemaglutinasi
- deteksi coproantigen pada tinja, dan deteksi DNA dengan teknik PCR
- Pemeriksaan serologi terhadap sistiserkosis perlu didukung dengan pemeriksaan tinja dengan metode mikroskopis
maupun deteksi coproantigen untuk mengetahui apakah penderita sistiserkosis juga menderita taeniasis sehingga dapat
menjadi sumber penularan bagi dirinya sendiri maupun orang lain disekitarnya (worm carriers).
Penatalaksanaan
Non farmakologis
memasak produk daging babi dan sapi secara memadai untuk mencegah infeksi ulang
Farmakologis
R/ Albendazole tab 400mg No. LVI
S 2 dd tab I
Schistosomiasis
Definisi
Schistosomiasis (Schistosoma haematobium), lebih khusus dikenal sebagai
schistosomiasis urogenital, adalah penyakit endemik di banyak negara di
Afrika dan Timur Tengah yang mempengaruhi jutaan orang. Ini menyebabkan
berbagai masalah urogenital seperti disuria, hematuria.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554434/
Etiologi
● Schistosoma adalah trematoda yang sistem reproduksinya tidak hermafrodit.
● Tiga spesies Schistosoma yang menimbulkan masalah kesehatan pada
manusia adalah
1. Schistosoma japonicum
2. Schistosoma haematobium
3. Schistosoma mansoni

Buku ajar parasitologi kedokteran


Faktor Resiko
● Sanitasi yang buruk
● Kurangnya akses air bersih
● Anak-anak usia sekolah yang tinggal di daerah endemis, serta memiliki
kebiasaan berenang atau mandi di dalam air yang mengandung serkaria
infeksius.

Buku ajar parasitologi kedokteran


Epidemiologi
● Schistosoma haematobium dilaporkan dari Afrika dan negara-negara Timur Tengah
● Schistosoma japonicum endemis di Asia Timur dan Asia Tenggara termasuk Indonesia
● Schistosoma mansoni banyak dijumpai di Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.
● Schistosomiasis japonicum di Indonesia dilaporkan endemis di Sulawesi Tengah dengan
prevalensi antara 12% sampai dengan 74%. Sesudah dilakukan pemberantasan sejak
tahun 1995 melalui pengobatan penderita dan pemberantasan siput penularnya,
prevalensi schistosomiasis menurun pada tahun 2004 menjadi kurang dari 1%.

Buku ajar parasitologi kedokteran


PATOGENESIS SCHISTOSOMIASIS

https://www.cdc.gov/dpdx/schistosomiasis/index.html
Garcia S.L, DIAGNOSTIC MEDICAL PARASITOLOGY, 5th ed
GEJALA KLINIK SCHISTOSOMIASIS

Gejala Umum
1. Ruam
2. Demam Gejala Kronik
3. Menggigil 1. Sakit perut
4. Batuk 2. Pembesaran hati
5. Nyeri otot 3. Hematoschezia & Melena

https://www.cdc.gov/dpdx/schistosomiasis/index.html
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Hitung darah lengkap (CBC) - Dapat mengungkapkan eosinofilia perifer, terutama pada infeksi akut dan/atau
anemia
● Peningkatan level alkaline phosphatase dan level gamma-glutamyltransferase (GGT) - Diamati dengan
granulomatosis hati
● Tingkat transaminase - Umumnya tidak terpengaruh, dan peningkatan biasanya disebabkan oleh hepatitis yang
hidup bersama
● Fungsi ginjal - Dapat menurun jika nefropati obstruktif parah
● Kultur darah - Diindikasikan untuk pasien dengan demam persisten atau berulang dan untuk orang yang mungkin
mengalami infeksi Salmonella berulang dengan schistosomiasis enterik berat
● Mikrobiologi urin dan feses -> Mikrobiologi urin adalah kunci ketika mendiagnosis infeksi vesikular dari S
haematobium
● PCR → Menggunakan sampel urin pasien, uji polymerase chain reaction (PCR) sensitif 94,4% dan spesifik 99,9%
untuk diagnosis schistosomiasis. [43] PCR dapat mendeteksi dan mengukur asam deoksiribonukleat (DNA)
schistosome dalam tinja atau urin.
Penatalaksanaan
Tidak ada vaksin atau kemoterapi profilaksis untuk schistosomiasis saat ini tersedia. Namun, uji klinis
yang melibatkan sukarelawan manusia sedang dilakukan untuk mengembangkan vaksin yang efektif
melawan schistosomiasis. Selain itu, studi klinis menunjukkan bahwa artemeter dapat digunakan
sebagai agen profilaksis jika diberikan setiap 2-4 minggu sekali.
Wisatawan ke daerah endemik harus menghindari kontak dengan air tawar. Dugaan schistosomiasis
akut dalam keadaan kontak baru-baru ini dengan air tawar dan obati lebih awal jika hasil tes
diagnostik positif atau kecurigaan klinis tinggi. Perawatan dini setelah pajanan berisiko tinggi harus
meminimalkan morbiditas.
Orang yang kembali dari daerah endemik dengan riwayat pajanan air tawar harus diskrining dengan
uji serologis untuk schistosomiasis. Banyak infeksi yang diam dan mungkin tetap asimtomatik. Skrining
urin dan feses harus dilakukan pada pasien dengan serologi positif untuk identifikasi spesies. Tingkat
seropositif schistosomiasis telah tercatat sebesar 44% dan 23% pada pengungsi Afrika.
Formulasi lipid topikal N,N-dietil-m-toluamida , seperti LipoDEET, efektif dalam membunuh serkaria
schistosome. Penyerapan minimal, biaya rendah, dan berbagai aktivitas terhadap serangga dan
schistosomes membuat senyawa ini agen profilaksis yang sangat baik terhadap schistosomiasis
manusia dan hewan, terutama untuk pelancong.
Penatalaksanaan
Daerah endemik
● Pengendalian schistosomiasis di daerah endemik harus mencakup hal-hal berikut:
● Kemoterapi pencegahan berbasis populasi - WHO telah merekomendasikan kemoterapi
pencegahan untuk populasi berisiko di daerah endemik
● Penyediaan pasokan air yang aman
● Pendidikan kesehatan yang mencakup perbaikan sanitasi air dan menghindari urin atau feses
yang terkontaminasi schistosome
● Kontrol siput
PENATALAKSANAAN
Praziquantel paling efektif setelah cacing tumbuh sedikit, jadi pengobatan mungkin tertunda sampai
beberapa minggu setelah Anda terinfeksi, atau diulangi lagi beberapa minggu setelah dosis pertama
Anda. → 20-60 mg/kgBB, sebanyak 1-3 kali sehari. selluler —> mekanisme kerja :aktifitas otot cacing
kontraxi otot cacing naik —> paralysis spastic —> cacing lepas dari vena. vakuolisasi dan vesiculasi
—> integumen cacing ruptur hancur. efek samping : Mengantuk, pusing, dan kelelahan. · Mual, muntah,
dan sakit perut. · Tidak nafsu makan. · Badan pegal-pegal.

Obat steroid juga dapat digunakan untuk membantu meringankan gejala schistosomiasis akut, atau
gejala yang disebabkan oleh kerusakan otak atau sistem saraf.
PENCEGAHAN
● Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tanda dan gejala
cacingan serta cara penularan
● Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dengan cara :
1. cuci tangan pakai sabun
2. menggunakan air bersih untuk keperluan rumah tangga
3. menjaga kebersihan dan keamanan makanan
4. menggunakan jamban sehat
5. mengupayakan kondisi lingkungan yang sehat
● Meningkatkan perilaku mengkonsumsi obat cacing secara rutin terutama
bagi anak balita dan anak usia sekolah
● Meningkatkan koordinasi institusi dan lembaga serta sumber daya untuk
terselenggaranya reduksi Cacingan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG


PENANGGULANGAN CACINGAN
KOMPLIKASI
1. Komplikasi Askariasis
Umumnya berupa reaksi alergi akibat migrasi larva, pneumonitis dan
pneumonia. Komplikasi lainnya yang terjadi akibat sumbatan adalah sumbatan
jalan napas, apendisitis, ileus, saluran empedu, hingga hati
2. Komplikasi Taeniasis
Neurosistiserkosis
3. Komplikasi Cacing Tambang
Dermatitis, anemia berat hingga gangguan tumbuh kembang dan gagal jantung
4. Komplikasi Schistosomiasis
Pembengkakan hati, gagal ginjal kronis, penyumbatan hati dan kandung kemih

Kapita Selekta Kedokteran Edisi V Jilid 1


PROGNOSIS
1. Prognosis Askariasis
Baik bila tidak terjadi obstruksi akibat migrasi cacing dewasa. Dapat sembuh
sendiri dalam waktu 1,5 tahun tanpa pengobatan

2. Prognosis Taeniasis
Infeksi cacing T. saginata memiliki prognosis lebih baik karena jarang
menimbulkan komplikasi sementara T. solium menimbulkan komplikasi serius yaitu
neurosistiserkosis

3. Prognosis Cacing Tambang


Prognosis baik dengan pengobatan yang adekuat

4. Prognosis Schistosomiasis
Prognosis schistosomiasis secara umum cukup baik. WHO memaparkan bahwa
75% penderita schistosomiasis dapat sembuh dengan pemberian prazikuantel.

Kapita Selekta Kedokteran Edisi V Jilid 1


IDENTIFIKASI
SKENARIO
HETEROANAMNESIS (dari ibu pasien)
Seorang anak laki-laki berumur 4 tahun (Insidensi kecacingan) berobat ke Puskesmas dengan keluhan tampak
pucat dan sering lemas (malaise, gejala klinik→ anemia, thalassemia,diare desentriform akut, IBD, autoimun,
leukemia, trauma, infeksi kronis, keganasan) . Keluhan ini sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu (kronis).
Keluhan pucat tidak disertai adanya perdarahan baik dari gusi, hidung, mulut atau tempat lainnya(Anemia
bukan karena pendarahan hemolitik, menyingkirkan Hemofilia, Trombositopenia). Keluhan didahului dengan
gejala gatal-gatal pada kaki pasien (ground itch,reaksi hipersensitivitas/alergi → GK infeksi cacing tambang,
karena jalur cacing tambang melewati kaki) dan timbul ruam (GK) serta bekas luka (Kronis, mungkin sudah
pernah terinfeksi, Creeping eruption → GK Infeksi cacing). Nafsu makan pasien sedikit menurun(anoreksia),
dan berat badannya menurun (GK Kecacingan) beberapa bulan terakhir. BAB kadang berwarna gelap (Melena,
Suspek perdarahan GIT), dan kadang diare (GK cacingan). BAK tidak ada keluhan. Karena keluhannya pasien
pernah dibawa ke dokter umum, dikatakan kurang makanan saja dan diberi suplemen makanan (Pengobatan
inadekuat, karena penyebab malnutrisi belum teratasi) . Namun karena tidak ada perbaikan dibawa ke
Puskesmas. Keluhan serupa pada keluarga tidak ada. Pasien anak pertama, tidak mempunyai saudara. Namun
di lingkungan, ada tetangga pasien dengan keluhan yang sama (FR cacingan). Pasien tinggal di daerah
perkebunan, dan sering main dikebun (FR cacing tambang) bersama teman-temannya. Pasien pernah dirawat di
RS beberapa bulan lalu, dikatakan sakit radang paru-paru dengan keluhan batuk-batuk dan sedikit sesak.
(Pneumonia → Sindrom loeffler,TB, GK cacing Ascaris). Pasien dirawat 4 hari dan pulang dengan perbaikan
Riwayat kehamilan dan persalinan :
Anak ke-1 dari 1 anak. (kepentingannya untuk melihat malnutrisi bukan akibat kongenital/ prematur
ketika lahir sehingga terjadi kelainan anatomis kongenital sehingga terjadi malabsorbsi)
Lahir hidup: 1 Lahir mati: - Abortus: -
Lahir aterm, lahir langsung spontan menangis, ditolong oleh bidan
Berat badan lahir : 3100 gram (DBN)
Panjang badan lahir : 50 cm (DBN)
Tumbuh kembang anak, Imunisasi
Sesuai dengan perkembangan anak, Imunisasi dasar lengkap (menyangkal infeksi virus)
Riwayat Makanan
Nafsu makan sedikit menurun beberapa bulan terakhir. (anoreksia , GK infeksi cacing)
Sosial ekonomi / lingkungan
Pasien tinggal bersama kedua orang tuanya di daerah pertanian sayuran, dengan penghasilan
kurang. Selama bekerja anak mereka sering dibawa bermain di tanah pertanian. Sering makan
bersama disaat mereka di kebun tersebut ( FR cacingan) Jarang memakai alas kaki (FR Infeksi
cacing yang menular lewat tanah/soil transmitted, suspek infeksi cacing tambang)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
● Kesadaran penderita : Compos Mentis Leher : KGB leher tidak teraba membesar, retraksi
● Kesan sakit : sakit sedang suprasternal (-)
● Posisi : tidak terdapat letak paksa Thorax (DBN)
Tanda vital (DBN) Dinding thorax / paru depan dan belakang :
● Nadi : 120 x/menit , kualitas : regular, ekual, isi cukup ● Inspeksi : simetris kiri = kanan, retraksi intercostal(-)
● Respirasi : 24 x/menit , tipe : abdominothoracic ● Palpasi : pergerakan simetris kanan = kiri,
● Suhu : 37,1 C (aksiler) ● Perkusi : sonor, kiri = kanan
Pengukuran (DBN) ● Auskultasi : VBS +/+ kiri = kanan, Rh -/-, Wh -/-
● Umur : 4 tahun Jantung (DBN)
● Berat Badan : 14 kg ● Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
● Tinggi Badan : 100 cm ● Palpasi : iktus kordis teraba di ICS IV 1 cm medial linea
Kulit : midclavicular kiri,
Pucat (-), sianosis (-), rash (-), ikterik (-), urtika a/r kaki (+) (GK infeksi cacing) kuat angkat
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata ● Perkusi : -
Kepala : Bentuk simetris ● Auskultasi : bunyi jantung murni, reguler, murmur (-)
● Mata : konjungtiva anemis (anemia), sklera tidak ikterik
● Mulut : mukosa mulut dan bibir basah, perioral cyanosis (-)
Abdomen PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Inspeksi : agak cembung, lembut ● Hematologi
● Auskultasi : bising usus (+) meningkat ○ Hemoglobin : 8,4 g/dl
(hipermortilitas→ diare) ○ Hematokrit : 25 % (menurun, anemia)
● Palpasi : soepel, nyeri tekan (+) di beberapa bagian ○ Leukosit : 8,700/mm3
perut yang tidak terlalu jelas, (nyeri viseral akibat ○ Trombosit : 307.000/mm3
○ Eritrosit : 3.900.000/mm3 (menurun,anemia)
ada benda asing di GIT) hepar dan lien tidak teraba
○ MCH : 23 pg/mL (Menurun → Hipokrom)
● Perkusi : timpani ○ MCV : 65 fL (Menurun → Mikrositer)
Genital : laki laki, tidak ada kelainan (DBN) ○ MCHC : 31 g/dL (Hipokrom mikrositer)
Anus dan rectum : anus tidak ada kelainan, rektum tidak ○ Hitung jenis
diperiksa, perianal rash (-) (Suspek bukan cacing ○ Basofil : 0.0 %
Enterobius vermicularis) ○ Eosinofil : 6.0 % (eosinofilia → meningkat karena
infeksi cacing)
Anggota gerak/ekstremitas : akral hangat, capillary refill
○ Neutrofil staf : 0.0 %
time < 2 detik. Ekstremitas bawah tampak ruam papula
○ Neutrofil Segmen : 46.0 %
eritem (Tanda inflamasi atau alergi) ○ Limfosit : 38.0 %
○ Monosit : 9.0 %
● Urine Rutin : dalam batas normal
Analisa Feses :
Makroskopik
● Warna : coklat
● Konsistensi : agak cair → diare
● Lendir : positif (dari telur cacing dan hipersekresi mukus)
Mikroskopik
● Eritrosit : 0 - 2 /LPB
● Leukosit : 1 - 2 /LPB
● Pati (amylum): negatif
● Amoeba: negatif
● Macrophage: negatif
● Telur cacing : positif dengan bentuk
(Telur cacing tambang → Ancylostoma duodenale/ Necator americanus)
Dasar Diagnosis
Dasar Diagnosis ● Pemeriksaan Fisik
● Anamnesis ○ Konjungtiva Anemis
○ Laki-laki 4 tahun ○ Urtikaria a/r kaki
○ Pucat dan Malaise sejak 1 bulan lalu → Gejala ○ Bising usus meningkat (Hiperperistaltik)
Anemia ○ Nyeri tekan perut (+)
○ Gatal-gatal pada kaki pasien, timbul ruam + bekas luka ○ Ekstremitas bawah tampak ruam papula eritem,
○ RPD : gangguan paru-paru/tanda pneumonitis urtika a/r kaki (+)
beberapa bulan yang lalu. ● Pemeriksaan Hematologi
○ FR : Sosial ekonomi kurang, jarang memakai alas kaki, ○ Anemia Hipokrom Mikrositer
di lingkungan tetangga memiliki keluhan yang sama,
○ Eosinofilia
tinggal di daerah perkebunan dan sering main di kebun
○ Neutropenia
○ Konsistensi feses cair → diare
○ Telur cacing tambang di feses positif
Diagnosis Kerja
Infeksi cacing tambang + Anemia Defisiensi Fe

Pemeriksaan Penunjang
SADT
Pemeriksaan Serum Fe dan TIBC
Penatalaksanaan
Non-Farmakologi
● Memberi edukasi akan pentingnya kebersihan diri dan lingkungan
● Pastikan ruangan tempat tinggal mendapat cahaya matahari yang
cukup, karena telur cacing dapat rusak oleh cahaya matahari
● Menggunakan alas kaki saat berkontak dengan tanah
● Mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktifitas dengan
menggunakan sabun dan air mengalir
● Makanan sayur hijau, protein

Penatalaksanaan
Farmakologi
➔ R/ Mebendazole syr. 100 mg/ 5mL Fls No.1
S 2 dd cth 1 → selama 3 hari
➔ R/ Sulfas Ferosus tab 200 mg No.XV
S 1 dd tab ½ tab → hingga Hb naik 2 gr/dL
PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Ad Bonam
Quo ad Functionam : Ad Bonam
Quo ad Sanationam : Dubia Ad Bonam

Anda mungkin juga menyukai