Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan buah hati yang selalu didambakan kehadirannya oleh seorang

Ibu karena dengan adanya seorang anak, maka status manusia sebagai orang wanita

telah sempurna seutuhnya. Memiliki anak yang sehat fisik dan rohaninya akan

semakin menambah kebahagiaan bagi seorang ibu dalam membesarkan buah hatinya

terutama dalam hal pendidikan, baik itu pendidikan dalam lingkungan keluarga

maupun pendidikan dalam lingkungan sekolah. Kebahagiaan seorang ibu yang

memiliki anak yang sehat cara fisik dan rohani dipastikan memiliki masa depan yang

baik karena dapat melakukan segala aktifitas layaknya anak-anak lainnya. Tetapi

tidak semua seorang Ibu dapat merasakan kebahagiaan dengan memiliki anak yang

sehat secaa fisik dan rohani, ada juga beberapa orang ibu yang malah memiliki anak

dengan keterbatasan baik secara fisik maupun secara rohani.

Anak yang memiliki keterbatasan fisik seperti tunarungu yang secara individu

memiliki hambatan dalam pendengaran permanen maupun temporer (tidak permanen)

sehingga satu-satunya cara berkomunikasi dengan anak penyintas tunarungu adalah

menggunakan bahasa isyarat melalui abjad jari yang telah dipatenkan secara

internasional.1 Oleh kerena itu ketika seorang ibu mengetahui bahwa anaknya

memiliki status sebagai Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yaitu sebagai penyintas

tunarungu pada awalnya akan akan bingung karena tidak memiliki pemahaman yang

memadai, selain itu tidak menutup kemungkinan secara psikologis akan sangat

kecewa, sedih dan mungkin merasa marah menerima kenyataan tersebut tetapi dapat
1
Zaitun, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Pekanbaru: Kreasi Edukasi 2017), 53

1
2

juga menerima dengan sabar keadaan anak sebagai Anak Berkebutuhan Khusus

(ABK) yaitu sebagai penyintas tunarungu. Hal tersebut dikarenakan memiliki anak

merupakan rezeki yang patut di syukuri sebagaimana Firman Allah SWT kepada

Luqman dalam Q.S Luqman 31 (12) sebagai berikut :


‫َولَقَ ْد ٰاتَ ْينَا لُ ْقمٰ نَ ْال ِح ْك َمةَ اَ ِن ا ْش ُكرْ هّٰلِل ِۗ‌ َو َم ْن يَّ ْش ُكرْ فَاِنَّ َما يَ ْش ُك ُر لِنَ ْف ِس ٖ ۚ‌ه َو َم ْن َكفَ َر فَاِ َّن هّٰللا َ َغنِ ٌّى َح ِميْ\\ ٌد َواِ ْذ‬
‫ى اَل تُ ْش ِر ْك بِاهّٰلل ِ ۗ اِ َّن ال ِّشرْ كَ لَـظُ ْل ٌم َع ِظ ْي ٌم‬ َّ َ‫قَا َل لُ ْقمٰ نُ اِل ْبنِ ٖه َوهُ َو يَ ِعظُهٗ ٰيبُن‬
Terjemahnya:
Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah! Dan barang siapa yang bersyukur (kepada Allah),
maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang
tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha
Terpuji".Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia
memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar.2
Melalui ayat tersebut diatas dapat diketahui bahwasannya mensyukuri nikmat

yang diberikan oleh Allah SWT merupakan kesyukuran terhadap diri sendiri. Oleh

sebab itu seorang ibu yang memiliki anak penyintas tunarungu mesti memiliki rasa

syukur terhadap keadaan anaknya. Disamping itu, tidak dipungkiri tekanan psikologis

yang dihadapi seorang ibu secara naluri kemanusiaan merupakan hal yang perlu

dikaji lebih lanjut. Oleh sebab itu, tekanan psikologis seoran ibu yang memiliki anak

penyintas tunarungu membutuhkan kajian coping stress yang memungkinkannya

dapat keluar dari tekanan psikologisnya sehingga mendapatkan solusi dari setiap

permasalahan yang ada.

Sebagaimana yang diketahui bahwa coping stress menurut Akhmad Mukhlis &

Sadid Al Muqim (ed.) merupakan suatu usaha untuk menguasai situasi tekanan

2
Kementarian Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya Edisi
Penyempurnaan, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Lajnah
Pentashihan Musfhaf Al-Qur’an, 2019), 593
3

psikologis tanpa memperhatikan akibat dari tekanan psikologis tersebut sehingga

dapat membantu seseorang untuk menoleransi dan menerima situasi yang

dihadapinya.3 Maka dengan demikian coping stress ibu terhadap anak penyintas

tunarungu sangat diperlukan untuk memberikan solusi kepada seorang ibu untuk

dapat mengatur manajemen psikologisnya dalam menghadapi situasi tekanan yang

dihadapinya. Salah satu manajemen coping stress adalah menguasai strategi-strategi

dari coping stress itu sendiri sebagaimana menurut Stuart dan Sundeen (1991) dalam

Maryam yaitu sebagai berikut :


Terdapat dua jenis mekanisme coping yang dilakukan individu yaitu coping
yang berpusan pada masalah (problem focused form of coing
mechanisme/direct action) dan coping yang berpusat pada emosi (emotion
focused of coping/palliatif fofm).4
Dengan melakukan kedua strategi tersebut diatas, coping stress ibu terhadap

anak penyintas tunarungu dapat mengatur emosi psikologisnya dalam menghadapi

segala masalah yang terjadi. Sebab selama observasi awal penulis di Kelurahan

Kabonga Besar Kabupaten Donggala menemukan bahwa bentuk stress yang dialami

dikarenakan tidak adanya persiapan bahkan kurangnya informasi yang dibutuhkann

dalam menghadapi Anak Berkebutuhan Khsusus (ABK) seperti penyintas tunarungu.


Keadaan seperti itulah yang kadang menjadikan orang tua sering putus asa dan

memiliki emosi yang tidak stabil bahkan sering menimbulkan stress. Stress yang

dirasakan oleh ibu selama observasi awal penulis adalah tentang pendidikan dan masa

depan yang akan dilalui oleh anaknya, disamping itu juga lingkungan adabtasi

pergaulan anak dengan teman-temannya yang merupakan anak-anak yang terlahir

3
Akhmad Mukhlis dan Sadid Al Muqim (ed.). Pendekatan Psikologis Kontemporer, Perilaku
Masyarakat pada Aras Kekinian, (Malang: UIN Maliki Press, 2013), 87
4
Siti Maryam, Strategi Coping: Teori dan Sumberdayanya, Jurnal Konseling Andi Matappa,
Vol. 12. No. 2 (Agustus 2017), 102. https://journal.stkip-andi-matappa.ac.id/index.php/jurkam/article/
view/12 Diakses secara online 11 November 2021
4

dengan kondisi normal sering menjadi salah satu masalah yang paling berpotensi

besar menimbulkan stress bagi orang tua.

Melalui pemaparan awal tersebut diatas, maka coping stress ibu terhadap anak

penyintas tunarungu perlu diteliti lebih lanjut untuk menemukan solusi yang dapat

membantu bagi para ibu yang mempunyai Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

penyintas tunarugu. Maka dengan demikian, penulis bermaksud mengangkat judul

penelitian proposal skripsi yaitu “Coping Stress Ibu Terhadap Anak Penyintas

Tunarungu di Kelurahan Kabonga Besar Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala”

sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) para

program studi Bimbingan Konseling Islam (BKI) Fakultas Ushuluddin Adab dan

Dakwah (FUAD) Universitas Islam Negeri (UIN) Datokarama Palu.

B. Rumusan Dan Batasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan

sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi coping stress ibu terhadap anak penyintas tunarungu di

Kelurahan Kabonga Besar Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala?

2. Bagaimana implikasi coping stress ibu terhadap anak penyintas tunarungu di

Kelurahan Kabonga Besar Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


5

Adapun tujuan dan manfaat penelitian dalam kajian proposal ini adalah sebagai

berikut:

1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui implementasi coping stress ibu terhadap anak penyintas

tunarungu di Kelurahan Kabonga Besar Kecamatan Banawa Kabupaten

Donggala?

b. Untuk mengetahui implikasi coping stress ibu terhadap anak penyintas

tunarungu di Kelurahan Kabonga Besar Kecamatan Banawa Kabupaten

Donggala?

2. Manfaat Penelitian

a. Teoritis

Penelitian ini diharapkan sebagai sumbangsi ilmu pengetahuan khususnya

dalam dunia konseling untuk coping stress terhadap anak penyintas tunarungu

maupun Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) lainnya.

b. Praktis

Penelitian ini diharapkan sebagai bahan untuk rujukan bagi para orang tua yang

memiliki anak atau anggota keluarga yang lahir dengan keadaan disabilitas

sehingga membutuhkan perlakuan khusus dari orang-orang yang ada

disekitarnya.

D. Penegasan Istilah

Judul proposal skripsi ini merupakan judul yang syarat akan istilah-istilah yang

perlu dipahami oleh pembaca agar tidak terjadi kekeliruan dalam pemahaman konsep.

Sehingga, perlu adanya penjabaran istilah sebagai batasan dalam memahami isi
6

tulisan yang terkandung di dalamnya. Adapun beberapa istilah yang perlu dijabarkan

dalam proposal skripsi ini yaitu sebagai berikut :

1. Coping Stress

Menurut Folkman dan Lazaruz dalam Azizah mendifisikan coping stress

sebagai berikut :
Coping sebagai usaha kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya
mengatasi tuntutan internal dalam atau eksternal khusus yang melelahkan atau
melebihi sumber individu. Coping berorientasi pada proses, yang berarti
bahwa coping berfokus pada apa yang sebenarnya dipikiran dan dilakukan
seseorang dalam situasi stress, dan berubah seiring berkembangnya stress.5
2. Ibu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima mengemukakan bahwa

ibu adalah wanita yang telah melahirkan seorangan seseorang, kata sapaan untuk

wanita yang sudah bersuami, sapaan takzim kepada perempuan baik yang sudah

bersuami maupun yang belum.6 Sedangkan menurut Puyu, Ibu adalah ibu adalah

seorang yang selalu menyiapkan segala kebutuhan dalam rumah tangga. Ibu adalah

seorang perempuan yang telah mengandung putra-putrinya dan melahirkan mereka.7

3. Anak

Anak dalam penelitian ini adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

sehingga menurut Depdiknas yang dikutip dari Asrori, pengertian anak adalah

sebagai berikut :
Anak yang mengalami kelainan atau penyimpangan seperti kelainan pada
fisik, mental, sosial, emosional dalam proses pertumbuhan dengan anak-anal
lain yang sebaya sehingga memerlukan pelayanan khusus. Dengan demikian,
anak yang memiliki kelainan tertentu, akan tetapi kelainan tersebut tidak
5
Lilik Ma'rifatul Azizah, Imam Zainuri dan Amar Akbar, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa, Teori dan Aplikasi Praktik Klinik, (Yogyakarta: Indomedia Pustaka, 2016), 20
6
BPPS Kemendikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, (Jakarta: Balai Pustaka,
2017), 536-537
7
Darsul S. Puyu, Perempuan, Anda Tidak Dibensi Nabi Muhammad SAW. (Meluruskan
Pemahaman hadis yang Bias Gender), (Makassar: Alauddin University Press, 2013, 26
7

signifikan sehingga tidak memerlukan pelayanan pendidikan khusus, karena


anak tersebut tidak termaksuk anak dengan berkebutuhan khusus.8
4. Penyintas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima, kata “penyintas”

berasal dari kata “sintas” yang kekuatan untuk bertahan dan diawali dengan kata

“peny” berarti orang yang mampu bertahan hidup.9 Sedangkan menurut Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenpppa) mengemukakan


bahwa :
Penyintas adalah istilah umum yang lebih sering digunakan pada sektor yang
memberikan pelayanan dukungan psikologis dan sosial karena istilah ini
mengandung unsur kekuatan untuk bertahan.10
5. Tunarungu

Menurut Nurhidayah, dkk. mengemukakan bahwa pengertian tunarungu

adalah sebagai berikut :


Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik
permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat
gangungan pendengaran adalah : (1) gangguan pendengaran sangat ringan (27
s.d. 40 dB); (2) gangguan pendengaran ringan (41 s.d. 55 dB); (3) ganguan
pendengaran sedang (56 s.d. 70 dB); (4) gangguan pendengaran berat (71 s.d.
90 dB); dan (5) gangguan pendengaran ekstrim/tuli (diatas 91 dB).11
E. Garis-garis Isi Proposal Skripsi

Keseluruhan isi proposal skripsi ini membahas tentang “Coping Stress Ibu

Terhadap Anak Penyintas Tunarungu di Kelurahan Kabonga Besar Kecamatan

Banawa Kabupaten Donggala”, sehingga untuk mempermudah dalam memahami isi

skripsi ini penulis menjelaskan garis-garis besar isi sebagai berikut:

8
Asrori, Psikologi Pendidikan, Pendekatan Multidisipliner, (Purwokerto: CV. Pena Persada,
2020), 80
9
Ibid, 1357
10
Kemenpppa, Panduan Perlindungan Hak Perempuan dari Diskriminasi dan Kekerasan
Berbasis Gender Dalam Situasi Pandemi, (Jakarta: Kemenpppa. 2020) , 27
11
Nur Hidayah, dkk, Psikologi Pendidikan, (Malang: UM Penerbit & Percetakan Universitas
Negeri Malang, 2017), 61
8

Bab pertama, menguraikan pendahuluan melalui latar belakang masalah. Hal

ini ditinjau dari dasar pemikiran proposal skripsi ini, kemudian dikemukakan

rumusan masalah sebagai batasan masalah yang difokuskan dalam penelitian, diikuti

dengan tujuan dan manfaat setelah itu penegasan istilah yang memuat tentang dasar-

dasar istilah yang digunakan dalam judul proposal ini dan yang terakhir merupakan

garis-garis besar isi proposal skripsi.

Bab kedua menguraikan tentang tinjauan pustaka yang mengacu pada

referensi terkait. Adapun yang menjadi kajian utama yaitu Penelitian Terdahulu,

Tinjauan Tentang Coping Stress, Tinjuan Tentang Anak Penyintas Tunarungu,

Implementasi Coping Stress Ibu Terhadap Anak Penyintas Tunarungu dan Kerangka

Pemikiran.

Bab ketiga menguraikan tentang metode penelitian yang terdiri dari

Pendekatan dan Desain Penelitian, Lokasi Penelitian, Kehadiran Peneliti, Data dan

Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data dan Pengecekan

Keabsahan Data

Anda mungkin juga menyukai