Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/359872479

MANAJEMEN PENGORGANISASIAN

Chapter · April 2022

CITATIONS READS
6 1,237

1 author:

Sentot Imam Wahjono


Universitas Muhammadiyah Surabaya, Indonesia
572 PUBLICATIONS   1,210 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Struktur Organisasi di Shopee View project

PERILAKU INDIVIDU YANG MENYIMPANG View project

All content following this page was uploaded by Sentot Imam Wahjono on 11 April 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


BAHAN AJAR MANAJEMEN 6

MANAJEMEN PENGORGANISASIAN

SENTOT IMAM WAHJONO

APRIL 2022
Tujuan Pembelajaran,
Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan dapat:

1. Mendiskusikan Pengertian Pengorganisasian


2. Menjabarkan Desain Organisasi
3. Mendiskusikan Struktur Organisasi
4. Menguraikan Departementasi
5. Menjabarakan Wewenang dan Tingkat Manajemen

Sumber: https://www.google.com/search?q=pengorganisasian&tbm
Dalam bab ini akan didiskusikan pengertian pengorganisasian, mendesain organisasi, dan
departementasi. Dalam arsitektur organisasional kita mengenal struktur organisasional dan
desain organisasional. Arsitektur organisasional bermakna kumpulan dari struktur
organisasional, system pengendalian, budaya, dan system manajemen sumber daya manusia
yang secara bersama menentukan bagaimana keefektifan dan efisiensi sumber-sumber
organisasional digunakan (Jones and George, 2014: 297).
Struktur organisasional adalah system formal tentang tugas dan hubungan pelaporan
yang mengkoordinasikan dan memotivasi anggota organisasi agar mereka bekerja bersama
untuk mencapai tujuan organisasi. Sedang desain organisasional adalah proses dimana manajer
membuat pilihan pengorganisasian yang spesifik yang menghasilkan dalam struktur organisasi.
Adalah tidak mudah untuk mendesain dan menstruktur organisasi karena setiap
organisasi mempunyai lingkungan yang berbeda dan secara spesifik mempunyai cakupan dan
impak yang berbeda. Paling tidak terdapat empat factor yang mempengaruhi pendesainan dan
penstrukturan organisasi, yaitu: strategi, lingkungan organisasional, teknologi, dan sumber daya
manusia.
Peran sumber daya manusia dalam keberhasilan pengorganisasian adalah dominan.
Secara umum, semakin tinggi ketrampilan dan jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam suatu tim
atau dalam suatu organisasi menuntut semakin besar pula derajat kelenturan, struktur
desentralisasi, dan budaya profesi berbasis nilai dan norma yang mendorong otonomi dan
control diri tenaga kerja. Praktek penstrukturan organisasi tergantung pada pilihan manajer
terhadap:
a. Bagaimana memasukkan tugas-tugas kelompok dalam pekerjaan individual,
b. Bagaimana menyisipkan pekerjaan individual dalam tugas-tugas fungsional dan
divisional,
c. Bagaimana mengalokasikan kewenangan dan mengkoordinasikan atau
mengintegrasikan secara fungsional dan divisional.

1. Pengertian Pengorganisasian
Kalau perencanaan adalah kegiatan awal dari proses manajemen, maka kegiatan yang
secara wajar dilakukan setelah perencanaan adalah proses mendesain organisasi. Pengertian
pengorganisasian adalah penentuan struktur organisasi yang paling cocok dengan tujuan dan
strategi organisasi, sumber daya yang dimiliki, dan lingkungan yang melingkupinya. Pola
hubungan khusus yang diciptakan manajer dalam proses ini disebut struktur organisasi yang
didalamnya berisi cara-cara yang dipakai untuk membagi, mengorganisasi kan dan
mengkoordinasikan kegiatan organisasi.
Pengorganisasian bukan hanya masalah penetapan struktur organisasi kemudian mengisi
setiap setiap kotak struktur dengan job description dan kemudian mencari orang yang sesuai
dengan job descriptionnya (staffing). Tetapi lebih dari itu pengorganisasian adalah proses
manajerial yang berkelanjutan. Peninjauan kembali struktur organisasi, job description, dan
staffing nya juga merupakan rangkaian kegiatan pengorganisasian.
Pengorganisasian meliputi juga pengertian tentang pengelompokan jenis-jenis pekerjaan
yang sama ke dalam satu koordinasi pekerjaan yang sama. Pada setiap kelompok pekerjaan yang
sama dibuat simpul pekerjaan dengan satu fungsi pekerjaan yang sama dan kemudian
meletakkan satu orang anggota organisasi untuk melaksanakan tugas pekerjaan itu. Setiap
simpul pekerjaan itu agar efektif diberi wewenang sekaligus tanggung jawab. Agar terjadi
sinkronisasi antar beberapa simpul pekerjaan diperlukan koordinasi dan media komunikasi agar
tidak terjadi benturan kepentingan yang mengarah kepada “egoisme sektoral”.
Pengorganisasian juga melingkupi kegiatan pembagian pekerjaan diantara anggota
organisasi sehingga pekerjaan dalam organisasi menjadi merata tidak ada anggota organisasi
yang terlalu banyak pekerjaan sebaliknya terdapat anggota organisasi yang terlalu banyak
menganggur.

2. Desain Organisasi
Ada 4 langkah dasar dalam membuat keputusan dalam pengorganisasian, termasuk
dalam kegiatan membentuk organisasi baru, memperbaiki organisasi yang sudah ada, atau
mengganti sistem yang sudah ada. Empat langkah dasar tersebut adalah:

1. Pembagian kerja, adalah membagi seluruh beban pekerjaan menjadi banyak


tugas yang secara wajar dan nyaman dapat dilaksanakan oleh individu dan
kelompok dengan penuh rasa tanggung jawab. Tidak ada pekerjaan tidak bisa
terbagi sehingga terlalu berat dan akhirnya tidak mungkin dikerjakan. Seluruh
pekerjaan harus terbagi habis menjadi banyak tugas yang dapat diselesaikan
dengan baik, sesuai dengan kemampuan anggota organisasi.
2. Menggabungkan beberapa tugas secara logis sehingga diperoleh keberhasilan
pencapaian tugas (efektif) dan efisien. Pengelompokan kegiatan-kegiatan kerja
suatu organisasi agar kegiatan-kegiatan sejenis dan saling berhubungan dapat
dikerjakan bersama disebut Departementalisasi.
3. Menetapkan siapa yang membuat laporan dan kepada siapa laporan
disampaikan. Hubungan didalam organisasi semacam itu sering disebut
hierarki organisasi. Hubungan lini ke-atas dan ke-bawah, dalam arti penentuan
siapa atasan dan siapa bawahan diperlukan untuk meminta pertanggung
jawaban.
4. Koordinasi, adalah mekanisme yang menyatukan kegiatan departemen
menjadi satu kesatuan dan memantau efektivitas integrasi tersebut. Koordinasi
diperlukan untuk menghilangkan rasa menang atau rasa benar sendiri dalam
satu departemen. Demikian juga berguna untuk menyelaraskan pencapaian
tugas lintas departemen.

3. Struktur Organisasi
Henry G. Hodges mengemukakan empat bentuk bagan organisasi:
1. Piramid,
2. Vertikal,
3. Horizontal,
4. Lingkaran, jarang digunakan.

Piramid

Gambar 6.1. Bentuk Struktur Organisasi Piramid

Bentuk struktur organisasi seperti ini yang paling banyak digunakan, karena sederhana,
jelas dan mudah dimengerti. Banyak organisasi sederhana, mulai panitia peringatan tujuh belas
agustusan di kampung-kampung, sampai kepanitian ad-hoc di parlemen (DPR/D) menggunakan
bentuk seperti ini. Organisasi tingkat RT dan RW juga memakai bentuk ini, sehingga tidak heran
bila masyarakat awam memaknai struktur organisasi adalah dengan bentuk piramid ini.
Bentuk struktur organisasi yang lain adalah bentuk vertikal. Bentuknya mirip dengan
piramid dengan bentuk struktur yang kebawah. Bentuk vertikal ini agak jarang dipakai.

Gambar 6.2. Struktur Organisasi Horizontal


Bentuk struktur organisasi horizontal seperti bentuk struktur organisasi vertikal namun
menyamping, aliran wewenang dan tanggung jawab dari kiri ke kanan. Bentuk struktur organisasi
horizontal ini jarang digunakan, apalagi untuk organisasi kecil dan sederhana. Kadang dijumpai
pada organisasi yang rumit dan besar seperti militer. Demikian pula bentuk struktur organisasi
lingkaran, jarang digunakan. Kita dapat melihat bentuk struktur organisasi lingkaran pada
“Dewan Keamanan PBB” yang beranggotakan 11 negara, 5 negara sebagai anggota tetap yang
mempunyai hak veto, dikenal sebagai the big five, dan 6 negara anggota tidak tetap yang dipilih
secara bergiliran setiap 2 tahun sekali.
Efisiensi aliran pekerjaan dalam organisasi tergantung pada keberhasilan integrasi satuan-
satuan yang ada dalam organisasi. Oleh karenanya pembagian kerja dan kombinasi tugas
seharusnya tergambar dalam struktur organisasi dengan baik dan benar. Patut dihindari aliran
pekerjaan dan aliran tanggung jawab yang tidak tergambar dengan jelas dalam struktur
organisasi. Hal ini akan mengakibatkan kebingunan dalam pelaksanaan tugas.

4. Departementasi
Seperti kita ketahui, departementasi adalah tindakan mengelompokkan kegiatan-kegiatan
kerja suatu organisasi dengan tujuan kegiatan-kegiatan sejenis dan saling berhubungan dapat
dikerjakan bersama. Mengingat bentuk organisasi berbeda-beda, maka terdapat beberapa cara
dimana organisasi dapat memutuskan pola organisasi yang akan digunakan untuk
mengelompokkan kegiatan-kegiatan yang bermacam-macam untuk dilaksanakan. Beberapa
bentuk departementasi adalah berdasar sebagai berikut :
1. Fungsi, pemasaran, akuntansi, produksi atau keuangan.
2. Produk atau jasa, divisi mesin cuci, lemari es, televisi atau radio.
3. Wilayah, berdasar provinsi atau regional.
4. Langganan, pedagang eceran, industri, pemerintah, militer.
5. Proses atau peralatan, pemotongan, perakitan, packing dan finishing.
6. Waktu, shift pertama, kedua dst.
7. Pelayanan, kelas bisnis, ekonomi, dll.
8. Alpha-numerical : pelayanan nomor telpon 0 – 999 berada dalam satu departemen,
1.000–1.999 berada dalam departemen lainnya.
9. Proyek dan matrix, digunakan pada perusahaan konstruksi, dan perusahaan Konsultan.

Hampir semua organisasi menggunakan lebih dari satu pendekatan dalam


departementasi, bahkan dalam organisasi besar mungkin dijumpai 4, 5 ataupun 7 pendekatan
digunakan secara bersama-sama dalam operasionalisasi organisasinya.
Departementasi fungsional mengelompokkan fungsi-fungsi yang sama pada kegiatan-
kegiatan sejenis untuk membentuk satu kesatuan unit kerja, seperti personalia, penjualan dan
pemasaran, keuangan dan akuntansi, sistem komputer, dan lain-lain. Departementasi fungsional
adalah bentuk pembagian tugas dan kerja yang umum. Kebaikan pendekatan fungsional adalah :
menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi-fungsi utama, menciptakan efisiensi melalui
spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi, dan memungkinkan pengendalian. Pendekatan ini
cocok untuk organisasi yang stabil yang memerlukan koordinasi internal yang minim,
membutuhkan lebih sedikit ketrampilan pribadi, dan meminimumkan duplikasi personalia dan
peralatan kerja. Sedang kelemahan pendekatan fungsional adalah : dapat menciptakan konflik
antar fungsi (egoisme sektoral), memungkinkan kemacetan pada tugas yang berurutan,
menyebabkan penyempitan pandangan karyawan.
Departementasi divisional, organisasi divisional dapat dibentuk berdasarkan
pengelompokan produk, wilayah geografis, pelanggan atau proses dan mesin-peralatan.
Penerapan pendekatan divisional akan dapat menutup kelemahan pendekatan fungsional tapi
tentu saja penerapan yang kurang hati-hati justru akan memunculkan kelemahan yang lebih
banyak khususnya dalam hal biaya yang mungkin sekali akan lebih besar.

5. Wewenang dan Tingkat Manajemen


Gambar 6.3 menunjukkan bahwa semakin tinggi jabatan membuat seseorang akan
semakin luas kewenangan, dengan demikian semakin berat juga tanggung jawabnya. Oleh
karenanya seorang Direktur yang jumlah orangnya sedikit, akan semakin sedikit terkena
peraturan dan batasan. Sebaliknya bagi karyawan yang jumlahnya banyak akan semakin banyak
terkena peraturan dan batasan.

Gambar 6.3. Keluasan Wewenang dihubungkan dengan tingkat Manajemen


Tanggung jawab (responsibility) adalah kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul
bila seseorang bawahan menerima wewenang manajer dalam proses pendelegasian tugas atau
fungsi tertentu. Sedang akuntabilitas (accountability) adalah faktor diluar individu dan perasaan
pribadi karyawan atas pekerjaan yang dilimpahkan kepadanya untuk selalu dapat dipertanggung
jawabkan dengan baik. Semakin tinggi jenjang atau hierarki seseorang semakin luas cakupan
wewenang dan kekuasaannya tanpa terikat oleh peraturan dan batasan, sebaliknya semakin ke
bawah – karyawan misalnya – semakin terikat untuk memenuhi peraturan dan batasan, seperti
dalam gambar diatas.

DAFTAR PUSTAKA
Dogaru, Mirela. 2012. Management and its role in market economy. Procedia – Social and
Behavioral Sciences. Elsevier. 62. p. 536-539.
Hyvari, Irja. 2016. Roles of top management and organizational project management in the
effective company strategy implementation. Procedia – Social and Behavioral Sciences.
Elsevier. 226. p. 108-115.
Jones, Gareth R. George, Jennifer M. 2014, Contemporary Management, Global Edition.
Singapore: Mc Graw Hill Education.
Robbins, Stephen P. Coulter, Mary. 2014, Management, Global Edition. Harlow (UK): Pearson
Education.
Schermerhorn, J.R. 2013, Introduction to Management, Twelfth Edition. Hoboken NJ (USA): John
Wiley.
Wahjono, Sentot Imam. Marina, Anna. Wardhana, Andi. Darmawan, Akhmad. 2019. Pengantar
Manajemen. Penerbit RajaGrafindo, Jakarta, Indonesia.
Wahjono, Sentot Imam. 2008. Manajemen, Tata Kelola Organisasi Bisnis. Indeks Publisher,
Jakarta.
Wahjono, Sentot Imam. Harnida Hanim binti Abdul Hamid, Adillah Mohd. Din, Hasan Saleh, 2014.
Management Practices is Not Important for Women Entrepreneurs in Family Business
while Enhance Their Business Performance: Evidence from Melaka, Malaysia. Paper
presented at International Conference on Business and Economics 2014 (ICBE2014),
Universitas Andalas, Padang, Indonesia, 22-23 October 2014.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai