Anda di halaman 1dari 14

Analisis Minat Pasar Terhadap Film Indonesia Bergenre

Thriller Setan Alas


Dikerjakan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Riset Pasar
Dosen Pengampu: Dr. Agusta Ika Prihanti Nugraheni, S.E., MBA.

Kelompok 2 :
1. Az Zahra Syadza Salsabila (19/440926/SV/16278)
2. Alif Reza Akbar (19/446891/SV/16610)
3. Alldhyan Putra Bayu Hutama (19/446892/SV/16611)
4. Rechantama Assani (19/446902/SV/16621)
5. Demitrius Derian Wicaksono (19/447183/SV/16877)
6. Zidane Akbar (19/447188/SV/16882)

Program Studi Manajemen dan Penilaian Properti


Departemen Ekonomika dan Bisnis
Sekolah Vokasi
Universitas Gadjah Mada

2022
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

No Judul Tautan Artikel Pokok Bahasan Penanggung


Artikel Jawab

1 Gairah Lokadata.id Pertumbuhan signifikan penonton film- Alldhyan


perfilman film horor Indonesia tentu tak lepas dari PBH
Indonesia usaha para sineas. Sekuat tenaga mereka
mengembalikan maruah film pembangkit
rasa seram itu kepada masyarakat
penonton film Indonesia. Selama hampir
satu dekade, pecinta horor apriori karena
melulu disuguhkan film-film yang justru
memunculkan rasa muak dan jengah alih-
alih takut karena kerap dieksekusi asal-
asalan. Mencuatnya reputasi film horor
pada sisi lain memunculkan kekhawatiran.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa dalam
praktiknya, industri perfilman --di mana
saja-- kerap berlomba mendekati ladang
yang penuh "madu". Kasus di atas
menimpa jenis film horor. Sadar pangsa
pasar horor kembali booming, ramai-
ramai rumah produksi dan produser
menggarap film sejenis. Joko Anwar
mendapat informasi bahwa periode 2018
ada sekitar 65 judul film horor yang
mengantre tayang di jaringan bioskop.

2 Daftar film Wikipedia Industri film di Indonesia sempat vakum Alldhyan


Indonesia sepanjang tahun 2020 akibat pandemi PBH
terlaris Covid-19, sehingga film yang ditayangkan
sepanjang di bioskop hanya pada Januari hingga
masa Maret 2020. Saat itu, film Milea: Suara
dari Dilan yang merupakan sekuel kedua
dari seri film Dilan menjadi film terlaris
pada tahun tersebut dengan 3.122.263
penonton hingga Maret 2020. Pada 2021,
film Indonesia mulai kembali ditayangkan
di bioskop seiring pelonggaran
pembatasan sosial yang ditetapkan
pemerintah. Film Makmum 2 yang dirilis
akhir 2021 sempat menjadi film terlaris
yang ditayangkan selama pandemi Covid-
19 dengan perolehan 1.762.847 penonton.
Rekor tersebut dipatahkan tiga bulan
kemudian dengan penayangan film Kukira
Kau Rumah yang berhasil mencatat
perolehan 2.219.265 penonton.
Penayangan film KKN di Desa Penari
sejak akhir April 2022 membuat rekor
film terlaris selama pandemi kembali
dipatahkan. Hingga 16 Mei 2022, film
tersebut ditonton sebanyak 6.000.000
penonton, sekaligus menjadi film
Indonesia dengan jumlah penonton
terbanyak pada penayangan tahun 2022.
Pada 19 Mei 2022, KKN di Desa Penari
resmi menggeser posisi Warkop DKI
Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 yang
memegang rekor film Indonesia terlaris
sepanjang masa selama hampir enam
tahun, dengan meraih sedikitnya
7.000.000 penonton.

3 Prefrensi Vol. 4 No. 1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa Demitrius


Penonton (2017): preferensi penonton terhadap film Derian W
Terhadap Indonesia cenderung pada atribut film
Communicare :
Film genre film, preferensi kedua adalah
Indonesia Journal of pemasaran, preferensi ketiga adalah
Communicatio sekuel, preferensi keempat adalah karya
n Studies saduran, preferensi kelima adalah
sutradara, preferensi keenam adalah
pemain, preferensi ketujuh adalah latar
dan preferensi terakhir adalah rumah
produksi.

4 Bagaimana https:// Menentukan kepuasan pelanggan akan Demitrius


Menentukan indonesia.sae.e sebuah produk film dipengaruhi oleh Derian W
Kepuasan du berbagai faktor atau komponen
Pelanggan diantaranya, Product atau produk yang
akan sebuah akan ditawarkan adalam sesuai film
Produk Film dengan durasi tertentu.

5 Pengaruh http://e- Citra artis merupakan sejumlah Zidane


citra aktor journal.uajy.ac. keyakinan, gambaran, dan kesan Akbar
dalam minat id/ seseorang terhadap aktor tersebut. Citra
menonton 520/1/0KOM02 bagi aktor merupakan hal penting, karena
862.pdf dengan adanya citra tersebut maka
eksistensi aktor dalam dunia hiburan
menjadi eksis karena memiliki fans atau
penggemar yang loyal. Penelitian ini
dilakukan dengan metode survei
eksplanatif. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh antara citra seoag
aktor dengan minat masyarakat untuk
menonton suatu film yang di bintanginya.

6 Pengaruh file:///C:/ Penelitian ini menggunakan Metode Zidane


rating user di Users/USER/ Penelitian deskriftif dimana Penulis akan Akbar
IMDB Downloads/ mendeskripsikan mengenai pengaruh
terhadap 3943-7379-1- Rating user di IMDb terhadap keputusan
keputusan SM.pdf audiene dalam menonton film pilihanya.
audiens
dalam
menonton
film

7. Pengaruh http:// Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Alif Reza A


trailer film digilib.uin- seberapa besar pengaruh trailer film yang
terhadap suka.ac.id/id/ akan ditayangkan terhadap minat calon
minat eprint/ penonton film tersebut.
penonton 28779/1/13730
054_BAB-
I_IV-atau-
V_DAFTAR-
PUSTAKA.pdf

8. Survey https:// Berisi survey terkait minat generasi Alif Reza A


kegemaran rumahmillennia milenial
menonton ls.com/
film 2019/02/14/
generasi hasil-survey-
milenial kegemaran-
menonton-film-
millennials/
#.YzRpYXZBz
IU

9. Pengaruh https://mijil.id/ Artikel ini menjelaskan terkait pengaruh Rechantama


Film t/pengaruh- dari film bergenre thriller terhadap A
*Thriller* film-thriller- kesehatan mental manusia. Dimana
terhadap terhadap- terdapat satu kasus yang dibahas, yaitu
Kesehatan kesehatan- kasus kekerasan yang sangat brutal di
Mental mental- Tokyo Jepang. Tindak kekerasan yang
Manusia manusia/3117 dilakukan oleh seorang pria yang
berpenampilan menyerupai tokoh Arthur
Fleck pada film yang berjudul “Joker”.
Kekerasan yang dilakukan terjadi di
kereta, pria tersebut juga memakai kostum
menyerupai Joker, penusukan, dan
pembakaran di kereta itu membuat banyak
orang panik tidak karuan, terdapat banyak
korban dari luka ringan hingga luka berat.

10 Penerimaan https:// Jurnal ini menunjukkan dominan Rechantama


Penonton media.neliti.co dikarenakan jalan cerita yang ada A
Terhadap m › 79... pada film memiliki pandangan yang sama
Praktek PDF bahkan pengalaman-pengalaman yang
Eksorsis Di PENERIMAA dirasakan oleh informan benar-benar
Dalam Film N PENONTON diakui. Sedangkan negosiasi menunjukkan
Conjuring TERHADAP adanya kesamaan pendapat namun ada
PRAKTEK ... - catatan atau pendapat yang berbeda
Neliti dengan jalan cerita film. Sedangkan
pendapat oposisi menjelaskan perbedaan
kontras yang ada pada film tersebut
dengan apa yang dialami oleh
informan
Industri film Indonesia selama sepuluh tahun terakhir mulai meningkat dengan

hadirnya film-film baru. Saat ini, tidak jarang melihat di bioskop dua atau tiga film

Indonesia yang diproyeksikan sekaligus. Pemandangan yang memberi secercah

harapan bagi perfilman Indonesia sebagai bagian dari ekspresi budaya bangsa. Genre

mulai bervariasi, dari drama, komedi, aksi, remaja hingga film horor. Genre yang

terakhir ini tampaknya menjadi genre yang paling banyak disukai oleh para produser

di maupun oleh publik sebagai penikmat musik. Hal ini terlihat dengan banyaknya

berita film horor tahun 2021 dan pada pertengahan tahun 2022 yang berjumlah sekitar

25 film. Bahkan hingga saat ini bioskop-bioskop masih diserbu oleh salah satu film

horor terakhir yang rilis tahun 2022 atau masih produksi.

Salah satu penyebab munculnya film horor adalah kuatnya budaya mistik yang

berkembang di masyarakat Indonesia. Menurut Koentjaraningrat, orang Indonesia

percaya pada roh, roh, setan, hantu dan kekuatan gaib.1 Dalam dua film genre horor

telah muncul, yaitu film "Beranak Dalam Kuburan" yang disutradarai oleh Awaludin

dan Ali dengan Suzanna dan film "Lise". Menurut JB Kristanto, film berjudul Lisa itu

karya Mr. Shariefuddin disebut-sebut sebagai film horor Indonesia pertama.2 Dalam

perkembangan film horor bergenre , film horor Indonesia direkam pada 1981-1991.

Tema film horor Indonesia adalah tentang cerita-cerita yang berkembang di

masyarakat, di khususnya Jawa, namun dari sekian banyak film horor, hanya film

horor Indonesia yang dibintangi Suzzanna yang mendapat apresiasi dari masyarakat,

di antara film bergenre lainnya. film impor. Beberapa judul film horor yang

menampilkan Suzanna termasuk dalam lima film populer di Indonesia, terkhususnya

di Jakarta Keberhasilan memerankan film horor telah menjadikan Suzzanna sosok

ratu legendaris Indonesia yang tak terkalahkan hingga saat ini. Puncaknya terjadi
ketika ia membintangi film Nyi Blorong pada tahun 1982 yang dirilis sebagai bagian

dari bursa film di Italia dan 4 Tahun 1980-an adalah masa keemasan horor Indonesia.

Keinginan penonton dalam mencari, menggunakan dan menilai suatu film

telah membuat dunia perfilman saat ini menjadi sorotan utama sineas dalam

menyalurkan hobi, minat, bakat, dan usaha mereka di Indonesia. Film Indonesia mulai

bangkit kembali pasca gerakan reformasi tahun 1998. Berawal dari menurunnya

semangat dalam produksi film Indonesia pada pertengahan tahun 90-an. Penurunan

ini terjadi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, faktor pertama adalah

perkembangan bioskop di Indonesia yang mulai berkelas-kelas hingga peraturan

pemerintah yang sangat ketat atas pemutaran perfilman pada masa Orde baru.

Bioskop yang berkelas dimulai pada nama Cinemascope yang mulai dikenal

dengan Bioskop 21. Kehadiran bioskop 21 mulai menggeser peredaran flm-film lokal

yang ditayangkan pada bioskop-bioskop kecil atau pinggiran. Faktor kedua adalah

tema film yang monoton dan cenderung diproduksi untuk mendapat keuntungan tanpa

mempertimbangkan kualitas film tersebut. Faktor ketiga adalah dikarenakan impor

dan distribusi film yang diserahkan kepada pihak swasta. Seperti bioskop di Indonesia

lebih banyak memutarkan film-film produksi Hollywood saja dan sedikit memutarkan

film Indonesia. Faktor keempat adalah ketika diawal tahun 90-an hadir dan maraknya

stasiun-stasiun televisi swasta yang menghadikan film-film impor dan sinema

elektronik serta telenovela. Faktor kelima adalah ketika memasuki pemerintahan Orde

Baru juga membuat penayangan film Indonesia semakin merosot oleh prosedur

penyensoran film yang cukup kompleks dengan isu penyensoran dikaitkan aspek

politik, ekonomi, sosial budaya, agama, bahkan hak asasi manusia.

Penggunaan film pada masa ini juga terhubung campur tangan oleh pemegang

kekuasaan yang menggunakan film sebagai media propaganda. Faktor keenam adalah
krisis moneter yang terjadi pada masa ini juga menyusutkan penayangan film

Indonesia yang harus bersaing ketat dengan film impor (Awaluddin, 2012). Keenam

faktor tersebut menyebabkan peningkatan produksi film Indonesia baik melalui

komunitas, festival, pendidikan dan melalui jalur industri tidak sebanding lurus

dengan jumlah penonton di Indonesia. Masih lebih banyak jumlah penonton yang

menonton film luar dibandingkan film Indonesia (Awaluddin, 2012).

1.2 Masalah Penelitian dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat kita ketahui bahwa tingkat

produksi perfilman di Indonesia dari film horor mengalami peningkatan. Minat dan

antusias penonton Indonesia dalam melihat film horor Indonesia juga ikut naik dari

tahun ke tahun jika dilihat dari jumlah penonton film terbanyak. Antusias dalam

melihat film ini dapat diartikan bahwa minat masyarakat mulai terbentuk untuk

melihat film karya asli Indonesia. Karena itu, penulis ingin mengetahui alasan dari

meningkatnya ketertarikan para rumah produksi untuk mengerjakan film horor.

Berdasarkan alasan tersebut muncul pertanyaan penelitian yakni :

1. Apa aspek dari film yang membuat minat penonton fim horor Indonesia

meningkat?

2. Bagaimana minat masyarakat untuk menonton film Setan Alas yang bergenre

thriller?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis alasan dari meningkatnya ketertarikan para rumah produksi

untuk mengerjakan film horor.

2. Menganalisis minat konsumen untuk menonton film horor Indonesia di

Bioskop

3. Menganalisis proses pengambilan keputusan konsumen dalam memilih film

yang akan di tonoton di bioskop.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Penilitian ini menjadi sarana untuk mengembangkan wawasan dan

kemampuan analitis terhadap masalah-masalah keseharian yang ada

khususnya pada masalah dalam bidang riset pemasaran.

2. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi manfaat untuk pihak-pihak yang terkait

dan menjadi bahan masukan dan informasi yang dapat digunakan untuk

perkembangan industri per filman Indonesia agar menghasilkan film yang

berkualitas tinggi dan memiliki nilai ekonomis tinggi.


BAB II

Tinjauan Literatur

2.1 Film

Film adalah media audio-visual yang menggabungkan kedua unsur, yaitu naratif dan

sinematik–dalam hal ini adalah gambar hidup. Menurut pengertian lain, film adalah media

yang bersifat visual dan audio untuk menyampaikan pesan kepada sekelompok orang yang

berkumpul di suatu tempat.

2.2 Genre

Dalam pembuatan film kerap kali terdapat idealisme dalam menentukan tema untuk

menyampaikan cerita agar dapat diterima oleh orang yang menonton. Terdapat beberapa

genre yang ada antara lain: drama, action, horror, thriller, fantasi, perang dan ilmiah. Namun

dalam perjalanannya, genre-genre film diatas sering dicampur satu sama lain (mix genre)

seperti horor-komedi, western-komedi, horror-science fiction dan sebagainya.

2.3 Genre Thriller

Menurut Tim Dirks, thriller adalah film yang mengejar tujuan satu tujuan dimana

terdapat bumbu-bumbu ketegangan untuk memberikan sensasi dan menjaga mood audiens

hingga klimaks. Ketegangan biasanya muncul ketika karakter utama ditempatkan dalam

situasi yang mengancam atau misi melarikan diri dari situasi yang mustahil dan berbahaya

(Frans, 2008).
2.4 Bioskop

Dikutip dari Wikipedia, bioskop merupakan kata serapan dari bahasa Belanda,

bioscoop, sebagai pihak yang pertama kali memperkenalkan pemutaran film di Indonesia.

Secara etimologis bioscoop berasal dari bahasa Yunani bios yang berarti ‘hidup’, dan σкoπoς

yang berarti ‘melihat’, sehingga secara keseluruhan bioskop berarti “melihat kehidupan” atau

perkembangannya dipahami sebagai “gambar hidup”. Sedangkan berdasarkan Kamus Besar

Bahasa Indonesia, bioskop didefinisikan sebagai tempat untuk menonton pertunjukan film

dengan menggunakan layar lebar. Dalam pertunjukan film citra gambar dalam gulungan film

seluloid diproyeksikan ke layar berukuran berkali lipat lebih besar dengan menggunakan

mesin proyektor.

Bioskop merupakan salah satu istilah untuk menyebut bangunan tempat

dilaksanakannya pemutaran film.Istilah bioskop lebih lazim digunakan di Indonesia

dibanding movie theatre dan cinema karena istilah tersebut yang pertama kali dikenalkan

Belanda dan India sebagai pihak pelopor bioskop di Indonesia.Setiap istilah mewakili

penekanan yang berbeda. Jika bioskop lebih menekankan pada esensi pertunjukan film dan

mekanisme proyeksi film sehingga menghasilkan gambar yang terlihat hidup, movie theatre

lebih bertekanan pada pertunjukan teatrikal dari gambar bergerak, motion picture

(movie).Cinema atau sinema lebih bermakna luas, berhubungan dengan apapun di dunia

perfilman. Istilah sinema dapat digunakan mulai dari pembuat film, ‘sineas’, kebangsaan

perfilman, ‘sinema Indonesia’, juga tempat menonton film ‘gedung sinema’.


2.5 Rumah Produksi Film

Rumah produksi merupakan sebuah badan usaha yang mempunyai organisasi dan

keahlian dalam memproduksi program-program audio dan audiovisual untuk disajikan

kepada khalayak, sasarannya baik secara langsung maupun melalui broadcasting house.

Rumah produksi juga mengelola informasi gerak atau statis dimana informasi yang didapat

bersumber dari manusia ataupun peristiwa yang ada (Laksono,2008).

Rumah Produksi merupakan perusahaan pembuatan rekaman video dan perusahaan

pembuatan rekaman audio yang kegiatan utamanya membuat rekaman acara siaran, sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk keperluan Lembaga penyiaran.

(Spectrum Indonesia, n.d)

Rumah Produksi merupakan sebuah rumah produksi yang kegiatan sehari-harinya

yang utama adalah memproduksi suatu program baik untuk acara televisi, film layar lebar,

profil perusahaan, video clip, maupun iklan media elektronik. Yang kegiatannya dimulai dari

perencanaan, shooting,editing sampai dengan pemasaran produk. (Muhzamzam, n,d)


BAB III

Metode Penelitian

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif deskriptif.

Kuantitatif deskriptif merupakan suatu metode yang bertujuan untuk membuat

gambar atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif yang menggunakan

angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta

penampilan dan hasilnya (Arikunto, 2006).

3.2 Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data yang bersifat kuantitatif

karena dinyatakan dengan angka-angka yang menunjukkan nilai terhadap besaran atas

variabel yang diwakilinya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data primer dan data sekunder. Data primer menurut Sugiyono (2010) adalah sumber

data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer diperoleh

dari menyebar kuesioner ke seluruh penggemar film horor yang bersedia menjadi

responden dan mengisi kuesioner. Sedangkan data sekunder adalah data yang

diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-

sumber yang telah ada (Hasan, 2002: 58). Data ini digunakan untuk mendukung

informasi yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain

sebagainya.
3.3 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam

kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode

pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner , yang dimana merupakan teknik

pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan

jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008:

66) Penelitian ini menggunakan kuesioner, daftar pertanyaannya dibuat secara

terstruktur dengan bentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice questions)

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang minat dalam perfilman horor

Indonesia dari responden.

3.4 Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis. Semua data yang terkumpul

kemudian disajikan dalam susunan yang baik dan rapi, yang termasuk dalam kegiatan

analisis data adalah mengetahui faktor yang mempengaruhi minat penonton terhadap

perfilman horor Indonesia, kemudian diolah untuk mendapatkan nilai persentase.


Daftar Pustaka

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasil wawancara dengan Bapak R. Kus Hendradi Laksono, Produser Eksekutif Rumah

Produksi “XX Creative”, tanggal 26 April 2008.

http://id.wikipedia.org/wiki/Bioskop, 12 Oktober 2022

Kbbi.web.id

M. Iqbal Hasan, 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.

Penerbit Ghalia Indonesia : Jakarta.

Muhzamzam. (n.d.). Definisi Rumah Produksi.

https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/691/jbptunikompp-gdlmuhzamzamm-34530-8

unikom_m-i.pdf

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Spectrum indonesia. (n.d.). Definisi Rumah Produksi.

https://spectrumindonesia.com/production-house-rumah-produksi/

Anda mungkin juga menyukai