Kelompok 2 :
1. Az Zahra Syadza Salsabila (19/440926/SV/16278)
2. Alif Reza Akbar (19/446891/SV/16610)
3. Alldhyan Putra Bayu Hutama (19/446892/SV/16611)
4. Rechantama Assani (19/446902/SV/16621)
5. Demitrius Derian Wicaksono (19/447183/SV/16877)
6. Zidane Akbar (19/447188/SV/16882)
2022
BAB I
Pendahuluan
hadirnya film-film baru. Saat ini, tidak jarang melihat di bioskop dua atau tiga film
harapan bagi perfilman Indonesia sebagai bagian dari ekspresi budaya bangsa. Genre
mulai bervariasi, dari drama, komedi, aksi, remaja hingga film horor. Genre yang
terakhir ini tampaknya menjadi genre yang paling banyak disukai oleh para produser
di maupun oleh publik sebagai penikmat musik. Hal ini terlihat dengan banyaknya
berita film horor tahun 2021 dan pada pertengahan tahun 2022 yang berjumlah sekitar
25 film. Bahkan hingga saat ini bioskop-bioskop masih diserbu oleh salah satu film
Salah satu penyebab munculnya film horor adalah kuatnya budaya mistik yang
percaya pada roh, roh, setan, hantu dan kekuatan gaib.1 Dalam dua film genre horor
telah muncul, yaitu film "Beranak Dalam Kuburan" yang disutradarai oleh Awaludin
dan Ali dengan Suzanna dan film "Lise". Menurut JB Kristanto, film berjudul Lisa itu
karya Mr. Shariefuddin disebut-sebut sebagai film horor Indonesia pertama.2 Dalam
perkembangan film horor bergenre , film horor Indonesia direkam pada 1981-1991.
masyarakat, di khususnya Jawa, namun dari sekian banyak film horor, hanya film
horor Indonesia yang dibintangi Suzzanna yang mendapat apresiasi dari masyarakat,
di antara film bergenre lainnya. film impor. Beberapa judul film horor yang
ratu legendaris Indonesia yang tak terkalahkan hingga saat ini. Puncaknya terjadi
ketika ia membintangi film Nyi Blorong pada tahun 1982 yang dirilis sebagai bagian
dari bursa film di Italia dan 4 Tahun 1980-an adalah masa keemasan horor Indonesia.
telah membuat dunia perfilman saat ini menjadi sorotan utama sineas dalam
menyalurkan hobi, minat, bakat, dan usaha mereka di Indonesia. Film Indonesia mulai
bangkit kembali pasca gerakan reformasi tahun 1998. Berawal dari menurunnya
semangat dalam produksi film Indonesia pada pertengahan tahun 90-an. Penurunan
ini terjadi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, faktor pertama adalah
pemerintah yang sangat ketat atas pemutaran perfilman pada masa Orde baru.
Bioskop yang berkelas dimulai pada nama Cinemascope yang mulai dikenal
dengan Bioskop 21. Kehadiran bioskop 21 mulai menggeser peredaran flm-film lokal
yang ditayangkan pada bioskop-bioskop kecil atau pinggiran. Faktor kedua adalah
tema film yang monoton dan cenderung diproduksi untuk mendapat keuntungan tanpa
dan distribusi film yang diserahkan kepada pihak swasta. Seperti bioskop di Indonesia
lebih banyak memutarkan film-film produksi Hollywood saja dan sedikit memutarkan
film Indonesia. Faktor keempat adalah ketika diawal tahun 90-an hadir dan maraknya
elektronik serta telenovela. Faktor kelima adalah ketika memasuki pemerintahan Orde
Baru juga membuat penayangan film Indonesia semakin merosot oleh prosedur
penyensoran film yang cukup kompleks dengan isu penyensoran dikaitkan aspek
Penggunaan film pada masa ini juga terhubung campur tangan oleh pemegang
kekuasaan yang menggunakan film sebagai media propaganda. Faktor keenam adalah
krisis moneter yang terjadi pada masa ini juga menyusutkan penayangan film
Indonesia yang harus bersaing ketat dengan film impor (Awaluddin, 2012). Keenam
komunitas, festival, pendidikan dan melalui jalur industri tidak sebanding lurus
dengan jumlah penonton di Indonesia. Masih lebih banyak jumlah penonton yang
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat kita ketahui bahwa tingkat
produksi perfilman di Indonesia dari film horor mengalami peningkatan. Minat dan
antusias penonton Indonesia dalam melihat film horor Indonesia juga ikut naik dari
tahun ke tahun jika dilihat dari jumlah penonton film terbanyak. Antusias dalam
melihat film ini dapat diartikan bahwa minat masyarakat mulai terbentuk untuk
melihat film karya asli Indonesia. Karena itu, penulis ingin mengetahui alasan dari
1. Apa aspek dari film yang membuat minat penonton fim horor Indonesia
meningkat?
2. Bagaimana minat masyarakat untuk menonton film Setan Alas yang bergenre
thriller?
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis alasan dari meningkatnya ketertarikan para rumah produksi
Bioskop
2. Penelitian ini diharapkan bisa menjadi manfaat untuk pihak-pihak yang terkait
dan menjadi bahan masukan dan informasi yang dapat digunakan untuk
Tinjauan Literatur
2.1 Film
Film adalah media audio-visual yang menggabungkan kedua unsur, yaitu naratif dan
sinematik–dalam hal ini adalah gambar hidup. Menurut pengertian lain, film adalah media
yang bersifat visual dan audio untuk menyampaikan pesan kepada sekelompok orang yang
2.2 Genre
Dalam pembuatan film kerap kali terdapat idealisme dalam menentukan tema untuk
menyampaikan cerita agar dapat diterima oleh orang yang menonton. Terdapat beberapa
genre yang ada antara lain: drama, action, horror, thriller, fantasi, perang dan ilmiah. Namun
dalam perjalanannya, genre-genre film diatas sering dicampur satu sama lain (mix genre)
Menurut Tim Dirks, thriller adalah film yang mengejar tujuan satu tujuan dimana
terdapat bumbu-bumbu ketegangan untuk memberikan sensasi dan menjaga mood audiens
hingga klimaks. Ketegangan biasanya muncul ketika karakter utama ditempatkan dalam
situasi yang mengancam atau misi melarikan diri dari situasi yang mustahil dan berbahaya
(Frans, 2008).
2.4 Bioskop
Dikutip dari Wikipedia, bioskop merupakan kata serapan dari bahasa Belanda,
bioscoop, sebagai pihak yang pertama kali memperkenalkan pemutaran film di Indonesia.
Secara etimologis bioscoop berasal dari bahasa Yunani bios yang berarti ‘hidup’, dan σкoπoς
yang berarti ‘melihat’, sehingga secara keseluruhan bioskop berarti “melihat kehidupan” atau
Bahasa Indonesia, bioskop didefinisikan sebagai tempat untuk menonton pertunjukan film
dengan menggunakan layar lebar. Dalam pertunjukan film citra gambar dalam gulungan film
seluloid diproyeksikan ke layar berukuran berkali lipat lebih besar dengan menggunakan
mesin proyektor.
dibanding movie theatre dan cinema karena istilah tersebut yang pertama kali dikenalkan
Belanda dan India sebagai pihak pelopor bioskop di Indonesia.Setiap istilah mewakili
penekanan yang berbeda. Jika bioskop lebih menekankan pada esensi pertunjukan film dan
mekanisme proyeksi film sehingga menghasilkan gambar yang terlihat hidup, movie theatre
lebih bertekanan pada pertunjukan teatrikal dari gambar bergerak, motion picture
(movie).Cinema atau sinema lebih bermakna luas, berhubungan dengan apapun di dunia
perfilman. Istilah sinema dapat digunakan mulai dari pembuat film, ‘sineas’, kebangsaan
Rumah produksi merupakan sebuah badan usaha yang mempunyai organisasi dan
kepada khalayak, sasarannya baik secara langsung maupun melalui broadcasting house.
Rumah produksi juga mengelola informasi gerak atau statis dimana informasi yang didapat
pembuatan rekaman audio yang kegiatan utamanya membuat rekaman acara siaran, sesuai
yang utama adalah memproduksi suatu program baik untuk acara televisi, film layar lebar,
profil perusahaan, video clip, maupun iklan media elektronik. Yang kegiatannya dimulai dari
Metode Penelitian
gambar atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif yang menggunakan
angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut serta
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data yang bersifat kuantitatif
karena dinyatakan dengan angka-angka yang menunjukkan nilai terhadap besaran atas
variabel yang diwakilinya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder. Data primer menurut Sugiyono (2010) adalah sumber
data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer diperoleh
dari menyebar kuesioner ke seluruh penggemar film horor yang bersedia menjadi
responden dan mengisi kuesioner. Sedangkan data sekunder adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-
sumber yang telah ada (Hasan, 2002: 58). Data ini digunakan untuk mendukung
informasi yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain
sebagainya.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam
kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode
pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner , yang dimana merupakan teknik
diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan
jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008:
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang minat dalam perfilman horor
Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis. Semua data yang terkumpul
kemudian disajikan dalam susunan yang baik dan rapi, yang termasuk dalam kegiatan
analisis data adalah mengetahui faktor yang mempengaruhi minat penonton terhadap
Hasil wawancara dengan Bapak R. Kus Hendradi Laksono, Produser Eksekutif Rumah
Kbbi.web.id
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/691/jbptunikompp-gdlmuhzamzamm-34530-8
unikom_m-i.pdf
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
https://spectrumindonesia.com/production-house-rumah-produksi/