Anda di halaman 1dari 9

Nama : Nurhana

NIM : 1911000123
Matkul : Akuntansi Sektor Publik
Dosen : Bp. Sulaeman

Jawaban KUIS ASP 1

Jawab :
1. Salah, alasannya karena Peran utama pemerintah dalam menetapkan peraturan terhadap
pengelolaan sektor publik sehingga tidak merugikan masyarakat.
2. Benar, pada UU No. 15 tahun 2004 Bab II pasal 2 ayat 2 bahwa BPK bersama Akuntan
Publik yang ditunjuk selaku Audit Sektor Publik melakukan pemeriksaan atas pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara. Dan Bab II pasal 3 ayat 2 Dalam hal pemeriksaan
dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan undang-undang, laporan hasil
pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada BPK dan dipublikasikan.
3. Salah, karena pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang menandingkan input dengan
output dalam satuan moneter. Kinerja manajer dinilai berdasarkan laba yang dihasilkan.
Dalam hal ini laba yang dihasilkan tidak dikaitkan dengan investasi.
4. Benar, karena tujuan analisis eksternal adalah untuk mengidentifikasi berbagai kesempatan
(peluang) dan ancaman dalam lingkungan bisnis perusahaan. Kedua elemen tersebut
memiliki karakteristik yang berbeda, namun setiap pimpinan organisasi harus memahami
secara mendalam kedua elemen tersebut, baik secara teori maupun kondisi realitasnya di
lapangan. Dalam analisis tersebut mampu membantu manajer untuk menentukan keputusan
di masa depan bagi organisasi atau perusahaan.
5. Salah, karena Jika terjadi pertentangan antara kerangka konseptual dan standar akuntansi,
maka ketentuan standar akuntansi diunggulkan relatif terhadap kerangka konseptual bukan
diunggulkan terhadap sektor akuntansi.
Jawaban :
1. D. Sama-sama dalam mekanisme pasar karena pada sektor publik dasar operasionalnya
berada di luar mekanisme pasar.
2. B. Laporan Cenderung Seragam (Uniform) karena yang benar adalah laporan cenderung
kurang seragam (uniform).
3. A. Acuan bagi pemilik saham dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada laporan
keuangan. Karena dalam tujuan kerangka konseptual pengguna laporan keuangan tidak
hanya pemilik saham melainkan (1) Masyarakat; (2) Para wakil rakyat, (3) lembaga
pengawas, dan lembaga pemeriksa; (4) Pihak yang memberi atau berperan dalam proses
donasi, investasi, dan pinjaman, dan (5) Pemerintah.
4. B. Laporan laba rugi, pada komponen laporan keuangan sektor publik tidak menyajikan
laporan laba rugi melaikan laporan operasional yang menyediakan informasi mengenai
seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam
pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang
penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
Jawaban :
1. Penganggaran Publik => UU No. 17 Tahun 2003
2. Realisasi Anggaran Publik => UU No. 1 Tahun 2004
3. Basis Kas => Laporan Realisasi Anggaran
4. Basis Akrual => Neraca

Jawaban :
1. Berikut adalah 5 perbedaan sifat dan karakteristik Organisasi Sektor Publik dengan
Organisasi Sektor Privat:
NO ASPEK SEKTOR PUBLIK SEKTOR SWASTA
PERBEDAAN
1. Tujuan Nonprofit motive. Profit motive.
organisasi
2. Sumber Pajak, retribusi, utang, Pembiayaan internal:
pendanaan obligasi, laba BUMN/ Modal sendiri, laba
BUMD, penjualan aset ditahan, penjualan aktiva.
negara, dsb. Pembiayaan eksternal:
Utang bank, obligasi, pe-
nerbitan saham.
3. Pertanggung- Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban
jawaban kepada masyarakat kepada pemegang saham
(publik) dan parlemen dan kreditur.
(DPR/DPRD).
4. Struktur Birokratis, kaku, dan Fleksibel: datar, piramida,
organisasi hirarkis. lintas fungsional, dsb.
5. Karakteristik Terbuka untuk publik. Tertutup untuk publik.
anggaran
6. Sistem Cash accounting. Accrual accounting.
akuntansi
2. Di dalam pelaksanaan lelang, informasi asimetris juga dapat menyebabkan proses lelang
menjadi tidak optimal. Dalam proses lelang, KPKNL berpegang pada informasi yang
diberikan oleh penjual ketika akan melakukan suatu pelelangan. Benar atau tidaknya serta
lengkap atau tidaknya informasi yang disampaikan oleh penjual tidak dapat diketahui secara
pasti oleh Pejabat Lelang. Informasi tersebut kemudian disampaikan oleh kepada para calon
pembeli baik melalui media massa maupun lelang.go.id. Peran KPKNL bisa diibaratkan
seperti pasar mobil bekas yang hanya berpegang pada informasi yang diberikan oleh pemilik
mobil sebelumnya.

Meskipun pelaksanaan lelang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan pasar mobil
bekas dalam riset Akerlof, namun insentif dari pihak-pihak yang terlibat berbeda. Dalam
pasar mobil bekas, kegagalan pasar (market failure) yang dapat terjadi adalah hilangnya
penjual-penjual dengan mobil berkualitas baik di pasar, yang berujung pada berkurangnya
calon pembeli pada pasar mobil bekas. Pada proses lelang, penjual tidak akan berkurang
karena mayoritas barang yang dijual adalah Barang Milik Negara yang memang diwajibkan
dijual melalui lelang. Permasalahan informasi asimetris akan lebih berpengaruh kepada nilai
jual, dimana ada potensi nilai jual yang jauh dari nilai sewajarnya yang kemudian
berpengaruh kepada pendapatan dari bea lelang.

Hal ini diakibatkan informasi asimetris membuat calon penjual akan memilih langkah sangat
konservatif dalam melakukan penawaran. Dalam kondisi tertentu, informasi asimetris juga
dapat menjadi insentif bagi penjual. Penjual dapat memberikan informasi yang tidak lengkap
terkait barang yang akan dilelang tujuannya agar barang tersebut cepat laku sehingga
mempercepat proses penghapusan atau barang yang dilelang dapat dibeli oleh pihak yang
berkepentingan dengannya dengan harga rendah. Salah satu langkah agar insentif dari
informasi asimetris pada pihak penjual tersebut dapat dieliminasi adalah melalui proses
penilaian yang sangat komprehensif oleh tim penilai. Tim penilai Barang Milik Negara harus
mampu mendapatkan informasi selengkap-lengkapnya dan sebenar-benarnya terkait barang
tersebut sebagai basis proses penilaian, dan informasi tersebut disampaikan secara mendetail
kepada Pejabat Lelang yang akan melakukan pelelangan.

Kondisi informasi asimetris yang berbeda terjadi pada proses lelang hak tanggungan. Dalam
lelang hak tanggungan, tidak ada keterlibatan tim penilai KPKNL dalam menentukan nilai
limit dari barang yang akan dilelang. Informasi terkait barang yang akan dilelang sepenuhnya
mengandalkan informasi dari penjual, baik informasi terkait kondisi fisik maupun kondisi
hukum barang tersebut. Insentif pihak penjual pada kondisi ini adalah bagaimana barang
yang dilelang dapat terjual setinggi-tingginya untuk menutupi hutang debitur dengan
mempercantik informasi yang diberikan ke KPKNL. Akibat informasi asimetris tersebut,
beberapa kali timbul gugatan dari proses pelelangan yang dilakukan. Saat ini, KPKNL hanya
berpegang pada klausul yang menyebutkan bahwa segala gugatan yang timbul akibat proses
pelelangan menjadi tanggung jawab penjual. Hal tersebut memang akan membantu KPKNL
dalam penanganan hukum dari pelaksanaan lelang, namun tidak akan banyak membantu
dalam usaha peningkatan calon pembeli dalam pelaksanaan lelang.

Beberapa ahli menyarankan bahwa salah satu solusi dari informasi asimetris dalam
beragam jenis transaksi adalah melalui garansi (guarantee).

Sumber : https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-ternate/baca-artikel/13430/Informasi-
Asimetris-pada-Pelaksanaan-Lelang.html

3. Berikut adalah jenis-jenis standar akuntansi dan diterapkan pada entitas apa :
a. Standar Akuntansi Keuangan Umum konvergensi IFRS
Standar ini umum digunakan untuk bisnis. Efektif sejak 1 Januari 2015, secara garis besar
PSAK telah terkonvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS).
Namun, Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI)
juga menerbitkan PSAK dan ISAK yang merupakan produk non-IFRS antara lain, seperti
PSAK 28 dan PSAK 38, ISAK 31, ISAK 32, ISAK 35 dan ISAK 36.
b. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP)
Standar ini disusun dengan bentuk pengaturan yang lebih sederhana yang sebagian besar
menggunakan konsep biaya historis. Standar ini ditujukan untuk entitas yang tidak
memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan
umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal (pemilik yang tidak
terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit).
c. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAS)
Standar ini disusun mengacu pada fatwa MUI dan ditujukan untuk entitas yang
melakukan transaksi Syariah, baik entitas lembaga syariah maupun lembaga non Syariah.
Terdiri dari PSAK 100 sampai dengan PSAK 106 yang mencakup kerangka konseptual;
penyajian laporan keuangan syariah; akuntansi murabahah; musyarakah; mudharabah;
salam; istishna.
d. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (EMKM)
Standar ini ditujukan untuk entitas mikro, kecil, dan menengah dengan definisi yang
mengacu pada Undang-Undang No 20 Tahun 2008 tidak atau belum mampu memnuhi
persyaratan akuntansi yang diatur dalam SAK ETAP. SAK EMKM berlaku efektif
tanggal 1 Januari 2018 dan penerapan dini dianjurkan

Sumber : https://www.konsultanpajaksurabaya.com/standar-akuntansi-keuangan-yang-
berlaku-di-indonesia

4. 3 perbedaan Akuntansi Manajemen dengan Akuntansi Keuangan adalah sebagai berikut :

5. Berikut adalah pusat-pusat pertanggungjawaban Organisasi Sektor Publik :


a. Pusat Biaya (Expense Centre)
Pusat biaya adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai
berdasarkan biaya yang telah dikeluarkan.Suatu unit organisasi disebut sebagai pusat
biaya apabila ukuran kinerja dinilai berdasarkan biaya yang telah digunakan (bukan nilai
output yang dihasilkan). Contohnya Departemen Produksi, Dinas Sosial, dan Dinas
Pekerjaan Umum.
b. Pusat Laba (Profit Centre)
Adalah pusat pertanggungjawaban yang menandingkan input dengan output dalam satuan
moneter. Kinerja manajer dinilai berdasarkan laba yang dihasilkan.
Contohnya BUMN dan BUMD, objek pariwisata milik PEMDA, bandara, dan pelabuhan.
c. Pusat Pendapatan (Revenue Centre)
Adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai berdasarkan
pendapatan yang dihasilkan.
Contohnya Dinas Pendapatan Daerah, dan Ditjen Pajak
d. Pusat Investasi (Investment Centre)
Adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya dinilai berdasarkan laba
yang dihasilkan dikaitkan dengan investasi yang ditanamkan pada pusat
pertanggungjawaban yang dipimpinnya.
Contohnya Departemen Riset dan Pengembangan dan Balitbang
6. 7 komponen laporan keuangan sektor publik adalah sebagai berikut :
1. Laporan Realisasi Anggaran
ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola, yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode
pelaporan.
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
menyajikan saldo anggaran lebih awal (saldo tahun sebelumnya), penggunaan saldo
anggaran lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SIKPA) tahun berjalan,
koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, dan Saldo anggaran lebih akhir untuk
periode berjalan. Pos-pos tersebut disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya.
3. Laporan Operasional
menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas
pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional
dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
4. Laporan Perubahan Modal
menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos Ekuitas awal atau ekuitas tahun sebelumnya,
Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan dan koreksi-koreksi yang langsung
menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang
disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar
5. Neraca
posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana pada
tanggal tertentu
6. Laporan Arus Kas
menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode.
7. Catatan atas Laporan Keuangan
keterangan-keterangan yang harus disajikan dalam laporan keuangan agar para pengguna
laporan keuangan bisa mendapatkan informasi yang lengkap.

7. 6 ciri-ciri baru pemerintah setelah munculnya era New Public Management menurut
Christopher Hood yang telah diterapkan di Depkeu dan BPK adalah:
a. Manajemen profesional di sektor publik; Secara bertahap, mereka sudah mulai
menerapkannya, yaitu mengelola organisasi secara profesional, memberikan batasan tugas
pokok dan fungsi serta deskripsi kerja yang jelas, memberikan kejelasan wewenang dan
tanggung jawab.
b. Penekanan terhadap pengendalian output dan outcome; Sudah dilakukan dengan
penggunaan performance budgeting yang dirancang oleh Direktorat Jenderal
Perbendaharaan. Perubahan atas sistem anggaran yang digunakan ini merupakan yang
terpenting yang terkait dengan penekanan ataspengendalian output dan outcome.
c. Pemecahan unit-uit kerja di sektor publik; Menurut saya hal ini sudah sejak lama
dilakukan oleh Depkeu juga BPK, yaitu adanya unit-unit kerja tingkat eselon 1.
d. Menciptakan persaingan di sektor publik; Hal ini juga sudah dilakukan, yaitu adanya
mekanisme kontrak dan tender kompetitif dalam rangka penghematan biaya dan
peningkatan kualitas serta privatisasi, diatur dalam Keppers 80 tahun 2003.
e. Mengadopsi gaya manajemen sektor bisnis ke sktor publik; hampir di seluruh eselon 1 di
Depkeu sudah menerapkannya, dengan adanya modernisasi kantor baik di Ditjen Pajak,
Ditjen Perbendaharaan, maupun Ditjen Bea Cukai, juga terkait dengan emberian
remunerasi sesuai job grade karyawan. Demikian juga di BPK, selain modernisasi kantor
dan remunerasi, hubungan antara atasan dan bawahan semakin dinamis, gap senioritas
hanya muncul dalam hal-hal profesionalisme saja yang dibutuhkan.
f. Disiplin dan penghematan pengguanann sumber daya; Dalam hal disiplin biaya, saya
masih meragukan implementasinya pada kedua instansi ini, karena masih adanya aset-aset
yang dibeli melebihi spesifikasi kebutuhan. Sedangkan dalam hal disiplin pegawai,
adanya model presensi menggunakan finger print sudah sangat efektif dilakukan.

Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/319432-penerapan-prinsip-prinsip-
new-public-man-3faccfa3.pdf

8. Diakui atau tidak di Pemerintahan Daerah terdapat hubungan dan masalah keagenan,
khususnya hubungan eksekutif dan legislatif yang pada gilirannya dengan teori keagenan.
Teori keagenan merupakan salah satu dasar dalam ilmu anggaran dan akuntansi. Analisis
hubungan dan masalah keagenan di Pemerintahan Daerah tidak pelak lagi merupakan
sebuah peluang penelitian masalah anggaran dan akuntansi. Ide-ide penelitian di bidang ini
dapat mencakup dari keakurasian anggaran hingga pada analisis angka- angka laporan
keuangan Pemerintah Daerah.
Menurut Lane (2003a) teori keagenan dapat diterapkan dalam organisasi publik. Ia
menyatakan bahwa negara demokrasi modern didasarkan pada serangkaian hubungan
prinsipal-agen (Lane, 2000:12-13). Hal senada dikemukakan oleh Moe (1984) yang
menjelaskan konsep ekonomika organisasi sektor publik dengan menggunakan teori
keagenan. Bergman & Lane (1990) menyatakan bahwa rerangka hubungan prinsipal agen
merupakan suatu pendekatan yang sangat penting untuk menganalisis komitmen-komitmen
kebijakan publik. Pembuatan dan penerapan kebijakan publik berkaitan dengan masalah-
masalah kontraktual, yakni informasi yang tidak simetris (asymmetric information), moral
hazard, dan adverse selection.

Konflik keagenan dalam sektor public lebih kompleks dibandingkan dengan konflik
keagenan sektor privat karena pada sektor publik menyangkut kepentingan banyak
contohnya dalam penearapan kebijakan publik berkaitan dengan masalah-masalah
kontraktual, yakni informasi yang tidak simetris (asymmetric information), moral hazard,
dan adverse selection. Artinya dalam hal ini jika keagenan sektor publik bermasalah yang
mendapatkan dampaknya adalah semua penduduk (lebih luas) serta dapat merugikan
kerugian dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah menurun contohnya dalam
pembayaran iuran kewajiban seperti pajak.

file:///C:/Users/hana/Downloads/Syukriy_jurnal5-1.pdf

Anda mungkin juga menyukai