Anda di halaman 1dari 2

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
Pada skenario kehilangan gigi adalah ukuran umum kesehatan mulut yang buruk karena
mempengaruhi pengunyahan, bicara dan fungsi sosial. Timbulnya kehilangan gigi dapat
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: trauma, karies, penyakit periodontal. Jika gigi yang
hilang tidak segera diganti dengan gigi palsu, akan timbul berbagai konsekuensi, antara lain:
bergesernya gigi asli ke ruang gigi yang hilang, erupsi berlebih, penurunan efisiensi
pengunyahan. Pembuatan gigi palsu merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh dokter gigi, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak
masyarakat yang melakukan perawatan pembuatan gigi palsu pada tukang gigi. Banyak faktor
yang melatarbelakangi seseorang dalam menggunakan jasa tukang gigi untuk pembuatan gigi
palsu. Desa X merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan X. Kabupaten X. Data awal
yang diperoleh menunjukkan bahwa 9 dari 10 penduduk desa benar-benar membuat gigi tiruan
menggunakan jasa tukang gigi dengan alasan murah, budaya yang turun temurun dari
masyarakat sebelumnya, dan akses ke fasilitas kesehatan sulit karena jalannya terjal dan
jembatan yang menghubungkan desa-desa terputus.
Berdasarkan teori determinan Hendrik L. Bloom Desa X pada scenario diatas determinan
perilaku kesehatan masyarakatnya dipengaruhi oleh tiga factor yaitu, pertama lingkungan sekitar
mencakup fisik: sampah, air, udara, perumahan, sosial : kebudayaan, pendidikan, ekonomi
(interaksi manusia), dan biologi : hewan , jasad remik, tetumbuhan. Kedua, kebiasaan perilaku
(life style) merupakan adat atau kebiasaan dari masyarakat, sehat tidaknya lingkungan dan
keluarga tergantung perilaku. Ketiga, ada atau tidaknya pelayanan kesehatan disekitar, pelayanan
kesehatan memiliki peranan yaitu menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan,
pencegahan penyakit pengobatan, dan perawatan kesehatan dan dipengaruhi oleh faktor lokasi
atau jarak ke tempat pelayanan kesehatan sumber daya manusia, informasi kesesuaian program
pelayanan kesehatan dengan kebutuhan masyarakat.
Faktor sosiodemografi juga dapat mempengaruhi perilaku masyarakat desa X seperti,
pendapatan keluarga, pendapatan keluarga yang tinggi menentukan kondisi kehidupan seperti
perumahan yang aman dan kemampuan untuk membeli makanan yang cukup baik. Populasi
yang paling sehat adalah mereka yang berada dalam masyarakat yang sejahtera dan memiliki
distribusi kekayaan yang adil. Kemudian ada pendidikan, status kesehatan meningkat dengan
tingkat pendidikan. Pendidikan meningkatkan peluang untuk pendapatan dan keamanan kerja,
dan melengkapi orang dengan rasa kontrol atas keadaan hidup-faktor kunci yang mempengaruhi
kesehatan. Tingkat pendidikan yang rendah dikaitkan dengan kesehatan yang buruk, lebih
banyak stres dan kepercayaan diri yang lebih rendah.
Dahlgren dan Whitehead (1993) juga menggambarkan faktor penentu kesehatan dalam
format visual lingkaran konsentris yang memancar keluar. Diagram ini menyajikan determinan
kesehatan dalam lapisan pengaruh, dimulai dengan individu dan bergerak ke masyarakat yang
lebih luas. Inti batin mewakili faktor gaya hidup individu yang terdiri dari faktor penentu
kesehatan yang tidak dapat dimodifikasi (usia, jenis kelamin, etnis dan genetika). Lapisan
berikutnya terdiri dari jaringan sosial dan dukungan sosial yang dapat mempengaruhi kesehatan
individu. Lapisan ketiga terdiri dari faktor-faktor yang lebih struktural yang terkait dengan
kondisi hidup dan kerja. Terakhir, lapisan terluar terdiri dari faktor sosial ekonomi, budaya dan
lingkungan secara umum.
Masyarakat desa X memiliki budaya turun temurun dari masyarakat sebelumnya untuk
lebih memilih menggunakan jasa tukang gigi dibandingkan dokter gigi dengan alasan lebih
murah, akses ke fasilitas kesehatan sulit dikarenakan jalannya yang terjal serta jembatan
penghubung antar desa terputus serta minimnya informasi tentang bahaya pemasangan gigi palsu
pada tukang gigi yang biasanya tidak menggunakan prosedur serta alat dan bahan sesuai
kompetensi dokter gigi.

3.2 Hadits
Penelitian membuktikan bahwa prevalensi penyakit yang terkait dengan personal hygiene
(pemeliharaan kebersihan perorangan), terutama pada oral hygiene (kesehatan gigi) masih cukup
tinggi (Rahaju, 2013). Islam jauh-jauh hari sudah menegaskan pentingnya menjaga kebersihan
gigi (mulut) yang tertuang dalam hadist dan kitab-kitab karya ulama terdahulu. Sebagaimana
ditegaskan Rasulullah dalam sebuah hadist, “Seandainya tidak memberatkan umatku, niscaya
aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali melakukan wudhu.” (HR. Al Bukhari dan
Muslim) ini menandakan bahwa Islam tidak menyepelekan urusan kesehatan gigi (Nismal, 2018)
Hakikatnya manusia tidak dapat beribadah secara maksimal apabila terkendala oleh
masalah kesehatan, oleh karena itu kesehatan merupakan suatu hal yang sangatlah penting untuk
mendapat perhatian. Sabda Rasulullah yang menyatakan bahwa “mukmin yang kuat lebih baik
dan lebih disayangi Allah daripada mukmin yang lemah”

DAFTAR PUSTAKA
Mela Citra Melati, dkk.(2019).Kesehatan Gigi Dan Mulut Dalam Perspektif Islam. Jurusan
Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya.

Anda mungkin juga menyukai