Anda di halaman 1dari 7

Sifat-Sifat Logam Golongan Alkali

1. Sifat Fisika Logam Alkali


Pada umumnya, logam alkali berbentuk padatan kecuali cesium berbentuk cair.
Padatan pada logam alkali sangat lunak karena hanya terdapat satu electron valensi.
Struktur kristal logam alkali adalah kubus berpusat badan (bcc = body-centered-cubic).
Beberapa sifat unsur ini yang tak biasa terdapat pada logam adalah titik lelehnya rendah,
massa jenis rendah, dan sifat lunaknya. Ketiga sifat ini terutama khas bagi unsur-unsur
alkali. Semuanya dari litium sampai cesium mudah diubah bentuknya (deformasi).
Logam alkali memiliki jari-jari atom paling besar dibandingkan dengan unsur lain
dalam satu periode, dan bila atom-atom itu melepaskan elektron terluarnya, maka akan
terbentuk ion positif. Muatan positif inti atom dalam ion-ion alkali akan menjadi lebih
tinggi dari pada muatan negatif elektron-elektronnya, sehingga tarikan inti akan menjadi
lebih efektif. Oleh karenanya, jari-jari ion yang terbentuk akan menjadi lebih kecil dari
pada jari-jari atom yang bersangkutan.
Jari-jari atom dan jari-jari ion bertambah dari Li ke Fr, hal ini akibat dari
bertambahnya jumlah lintasan dalam atom logam alkali. Massa jenis logam alkali
berbeda mulai dari 5-15 gcm-3.
Elektronegativitas unsur-unsur alkali umumnya sangat rendah, sehingga ketika
Bersatu dengan unsur lain yang memiliki elektronegativitas yang relatif jauh lebih tinggi
akan terbentuk senyawa ionik. Kecenderungan elektronegativitas golongan alkali dari Li
ke Cs makin kecil.
Logam alkali terikat satu sama lain dengan ikatan logam, dimana dari Li ke Cs
kekuatan ikatan logamnya semakin berkurang yang dipengaruhi oleh rapat muatan ion
positif dan awan elektron, serta jari-jari atom. Energi ionisasi logam alkali relative rendah
karena hanya terdapat 1 elektron pada kulit terluar. Dari Li ke Cs EI semakin berkurang.
Beberapa sifat fisika logam alkali dapat dilihat pada tabel dibawah.
Litium Natrium Kalium Rubidium Cesium
Nomor atom 3 11 19 37 55
Jari-jari atom 0,133 nm 0,157 nm 0,203 nm 0,216 nm 0,235 nm
Keelektronegatifan 1 0,9 0,8 0,8 0,7
Titik didih 1330 oC 892 oC 774 C
o
688 oC 690 oC
Titik leleh 180 oC 97,8 oC 63,7 Co
38,9 oC 29,7 oC
Massa jenis 0,54 g/mL 0,97 g/mL 0,86 g/mL 1,53 g/mL 1,93 g/mL

Elektron valensi dalam atom alkali juga dapat dengan mudah mengalami eksitasi
ke tingkat energi yang lebih tinggi, sehingga dapat dianalisis secara kualitatif berdasarkan
warna nyala yang ditimbulkan pada pemanasan unsur itu dan ternyata warna itu berada
dalam daerah cahaya tampak (visible) yang karakteristik untuk setiap unsurnya.
Logam umumnya memiliki titik leleh yang tinggi, tetapi logam alkali memiliki titik leleh
dan titik
didih Li Na K Rb Cs yang

Warna Nyala Merah Kuning Ungu Ungu- Biru


merah
Panjang 670,8 589,3 766,5 780,0 455,5
gelombang
(nm)
rendah akibat dari melemahnya gaya tarik menarik pada ikatan logamnya, dimana dari Li ke Cs
titik leleh dan titik didih cenderung menurun. Semua ion alkali memiliki konfigurasi elektron gas
mulia. Ion-ion ini tidak memiliki elektron tak berpasangan, sehingga bersifat diamagnetik dan
tak berwarna.
Berikut adalah tabel warna nyala yang dihasilkan oleh logam alkali dan gambar
spektrum gelombang elektromagnetik yang menyatakan warna dari setiap panjang
gelombang yang dihasilkan.

Tabel Warna Nyala Logam Alkali

https://www.kelaspintar.id/blog/edutech/mengenal-spektrum-gelombang-elektromagnetik-3558/
Gambar Spektrum Gelombang Elektromagnetik

2. Sifat Kimia Logam Alkali


Logam alkali adalah unsur paling reaktif disbanding logam lain karena hanya
memiliki satu electron pada kulit terluar dan EI yang kecil merupakan unsur logam yang
sangat reaktif dibanding logam golongan lain, sehingga unsur alkali tidak terdapat bebas
di alam. Dalam satu golongan, kereaktifan logam alkali makin bertambah yang
dipengaruhi oleh jari-jari atom dan keelektronegatifannya. Dari Li ke Cs jsri-jari atom
bertambah yang menyebabkan electron valensi semakin lemah terikat ke inti dan EI yang
berkurang dari Li ke Cs menyebabkan logam alkali semakin mudah melepas elektron
valensinya.
Logam alkali mudah bergabung dengan kebanyakan unsur non logam membentuk
senyawa ion seperti halida, hidrida, oksida, dan sulfida. Semua unsur alkali yang
memiliki reaktivitas yang tinggi dan sangat cepat bereaksi dengan udara membentuk
oksida (atau nitrida untuk litium). Reaktivitas unsur-unsur alkali terhadap air bertambah
dari litium ke sesium. Dalam hal ini, hidroksida dan gas hidrogen akan terbentuk.
Hidroksida yang terbentuk dikenal sebagai basa yang sangat kuat.
2 M + 2 H2O → 2 MOH + H2
Reaksi-Reaksi Logam Golongan Alkali
1. Reaksi dengan Air
Hasil yang diperoleh dari reaksi antara logam alkali dan air adalah gas hidrogen
dan logam hidroksida. Reaksi logam dengan air menghasilkan gas hidrogen, khususnya
bagi logam-logam alkali seperti Li, Na, K, karena reaktivitasnya yang sangat tinggi.
Logam hidroksida yang dihasilkan merupakan suatu basa kuat. Semakin kuat sifat
logamnya maka basa yang dihasilkan semakin kuat pula, dengan demikian basa paling
kuat yaitu dihasilkan oleh sesium. Berikut adalah reaksi yang terjadi antara logam alkali
dan air:
2M(s) + 2H2O(l) → 2MOH(aq) + H2(g) (M = logam alkali)
Reaksi antara logam alkali dengan air merupakan reaksi yang eksotermis. Li
bereaksi dengan tenang dan sangat lambat, Natrium dan kalium bereaksi dengan keras
dan cepat, sedangkan rubidium dan sesium bereaksi dengan keras dan dapat
menimbulkan ledakan.
2. Reaksi dengan Oksigen
Sebagian besar logam bereaksi dengan gas dioksigen membentuk ion dioksida
O .Tetapi pada logam alkali, selain membentuk oksida, juga bisa membentuk peroksida
2-

O22-,kecuali litium hanya membentuk oksida menurut persamaan reaksi:


4Li(s) + O2(g) → 2Li2O(s)
Natrium bereaksi dengan dioksigen menghasilkan natrium dioksida (2-) atau Na2O2 yang
biasa disebut natrium peroksida menurut persamaan reaksi:
2Na(s) + O2(g) → 2Na2O2(s)
Natrium peroksida mengandung ion dioksida(2-), O22-, atau ion peroksida.
Natrium dioksida(2-) bersifat diamagnetik, dan panjang ikatan O-O kira-kira 149
pm, jauh lebih panjang daripada ikatan pada molekul dioksigen (O=O) yaitu 121 pm.
Sifat diamagnetik dan lemahnya ikat-an senyawa ini dapat dijelaskan dengan model
orbital molekular ion dioksida (2-).
Tiga logam alkali yang lain bereaksi dengan dioksigen berlebih membentuk
dioksida(1-), atau biasa disebut superoksida, yang bersifat paramagnetik karena
mengandung ion dioksida(1-), O2-; misalnya, logam kalium bereaksi menurut persamaan
reaksi:
K(s) + O2(g) → KO2(s)
Panjang ikatan O-O dalam ion-ion dioksida(1-) ini yaitu 133 pm, lebih pendek daripada
panjang ikatan dalam ion dioksida(2-), tetapi sedikit lebih panjang daripada panjang
ikatan dalam molekul dioksigen.
Spesies O22- lebih mudah terpolarisasi daripada O2-, dan daya mempolarisasi ion
Na+ lebih kuat daripada ion K+. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa oksida natrium
stabil sebagai dioksida (2-) atau peroksida, dan oksida kalium stabil sebagai dioksida (1-)
atau superoksida.
Semua oksida alkali bereaksi hebat dengan air membentuk larutan alkali
hidroksida. Reaksi air dengan dioksida (2-) menghasilkan hidrogen peroksida, dan
dengan dioksida (1-) menghasilkan hidrogen peroksida dan gas dioksigen, menurut
persamaan reaksi:
2Li2O(s) + H2O(l) → 2LiOH(aq)
Na2O2(s) + 2H2O(l) → 2NaOH(aq) + H2O2(aq)
2KO2(s) + 2H2O(l) → 2KOH(aq) + H2O2(aq) + O2(g)
Kalium dioksida(1-), KO2, digunakan dalam kapsul ruang angkasa, kapal selam,
dan beberapa jenis peralatan pernafasan, sebab dioksida(1-) menyerap karbon dioksida
hasil pernafasan (dan uap air) dan membebaskan oksigen, menurut persamaan reaksi:
2KO2(s) + 2CO2(g) → 2K2CO3(s) + 3O2(g)
K2CO3(s) + CO2(g) + H2O(g) → 2KHCO3(s)
Logam alkali pada udara terbuka dapat bereaksi dengan uap air dan oksigen.
Untuk menghindari hal ini, biasanya litium, natrium dan kalium disimpan dalam minyak
atau minyak tanah untuk menghindari terjadinya kontak dengan udara.
Litium merupakan satu-satunya unsur alkali yang bereaksi dengan nitrogen
membentuk Li3N. Hal ini disebabkan ukuran kedua atom yang tidak berbeda jauh dan
struktur yang dihasilkanpun sangat kompak dengan energi kisi yang besar.
Produk yang diperoleh dari reaksi antara logam alkali dengan oksigen yakni berupa
oksida logam. Berikut reaksi yang terjadi antara alkali dengan oksigen
4M + O2 → 2L2O (L = logam alkali)
Pada pembakaran logam alkali, oksida yang terbentuk bermacam-macam tergantung pada
jumlah oksigen yang tersedia. Bila jumlah oksigen berlebih, natrium membentuk
peroksida, sedangkan kalium, rubidium dan sesium selain peroksida dapat pula
membentuk superoksida. Persamaan reaksinya yaitu:
Na(s) + O2(g) → Na2O2(s)
L(s) + O2(g) → LO2(s) (L = kalium, rubidium dan sesium)
3. Reaksi dengan Hidrogen
Dengan pemanasan logam alkali dapat bereaksi dengan hidrogen membentuk
senyawa hidrida. Senyawa hidrida yaitu senyawaan logam alkali yang atom hidrogen
memiliki bilangan oksidasi -1.
2L(s) + H2(g) → 2LH(s) (L = logam alkali)
4. Reaksi dengan Halogen
Unsur-unsur halogen merupakan suatu oksidator sedangkan logam alkali
merupakan reduktor kuat. Oleh sebab itu reaksi yang terjadi antara logam alkali dengan
halogen merupakan reaksi yang kuat. Produk yang diperoleh dari reaksi ini berupa garam
halida.
2L + X2 → 2LX (L = logam alkali, X = halogen)
5. Reaksi dengan Senyawa/Amonia
Logam-logam alkali mempunyai sifat yang menarik dalam hal kelarutannya
dalam amonia yang menghasilkan larutan biru tua jika larutannya encer. Larutan ini dapat
menghantarkan arus listrik, dengan spesies utama yang diduga membawa arus dalam
larutan adalah elektron yang tersolvasi sebagai hasil ionisasi logam alkali. Misalnya
untuk logam natrium, persamaan ionisasi dalam larutan amonia adalah:
Na(s) + NH3 → Na+ (NH3) + e (NH3)
Jika larutan ini dipekatkan dengan penguapan, warna larutan berubah menjadi seperti
perunggu dan berperilaku seperti logam cair. Jika dibiarkan dalam waktu lama atau
dipercepat dengan penambahan katalisator logam transisi, larutan ini terurai dengan
menghasilkan garam amida dan gas hydrogen menurut persamaan reaksi:
2Na+ (NH3) + 2NH3(l) + 2e → 2NaNH2 (NH3) + H2(g)
Logam-logam alkali dapat bereaksi dengan amoniak bila dipanaskan dan akan
terbakar dalam aliran hidrogen klorida.
2L + 2HCl → LCl + H2
2L + 2NH3 → LNH2 + H2 (L = logam alkali)

Senyawa-Senyawa Golongan Alkali


Sifat kimia yang begitu serupa dari logam-logam alkali sehingga senyawa-
senyawanya begitu mirip. Senyawa-senyawa natrium sangat luas dipakai karena biasanya
merupakan senyawa yang paling murah. Perbedaan kimiawi antara berbagai ion alkali
tidak begitu menyolok, sehingga bisa diganti satu sama lainnya, baik dalam kebanyakan
reaksi di laboratorium dan industri.
Semua ion alkali tak berwarna dan agak tak aktif. Garamnya yang sederhana,
seperti LiCI, KNO3, Cs2SO4, dan Rb2CO3, biasanya sangat larut dalam air. Larutan
senyawa-senyawa ini merupakan elektrolit kuat yang khas.
1. Oksida
Oksida golongan alkali dari jenis M2O (Na2O, K2O, dan seterusnya) adalah zat
padat putih yang luar biasa peka terhadap air dan karbon dioksida. Apabila bereaksi,
masing-masing zat tersebut membentuk hidroksida, MOH, dan karbonat M2CO3.
Monoksida, M2O, dari logam alkali dapat diperoleh dengan memanaskan logam itu
dalam udara kering yang disediakan terbatas dan pada suhu yang relatif rendah (di
bawah sekitar 180 °C).
Logam alkali dapat membentuk peroksida. Natrium peroksida, Na2O2, kalium
peroksida, K2O2 merupakan contoh yang terkenal. Dalam ion peroksida, bilangan
oksidasi dari oksigen adalah -1. Ion peroksida adalah zat pengoksidasi yang kuat.
Natrium peroksida terbentuk bila natrium dibakar dalam aliran oksigen kering.
2. Hidroksida
Padatan hidroksida berwarna putih dan transparan menyerap uap air dari udara
hingga terlarut dalam air berlebih adalah suatu proses yang dikenal sebagai
deliquescence. Hanya ada satu, yakni litium hidroksida yang membentuk oktahidrat
yang stabil LiOH.8H2O. Hidroksida logam alkali semuanya sangat berbahaya karena
ion hidroksida bereaksi dengan protein pada kulit yang merusak permukaan kulit.
NaOH dan KOH biasanya dijual dalam bentuk pellet. Hidroksida ini, baik sebagai
larutan atau padatan dapat menyerap karbon dioksida yang ada di atmosfir :
2NaOH(aq) + CO2 → Na2CO3(aq) + H2O(l)
3. Halida
Beberapa halida alkali terdapat begitu melimpah di alam, sehingga digunakan
sebagai bahan mentah untuk membuat senyawa lain, seperti logam dan halogen.
Natrium klorida dan kalium klorida diambil langsung dari tambangnya. Sewaktu
pemurnian bijih-bijihnya atau larutannya, kadang-kadang diperoleh halida lainnya
seperti litium, rubidium, sesium klorida, dan beberapa bromida dan iodida yang ada
dalam kuantitas kecil dalam bijih itu. Litium klorida dan litium bromida sangat
higroskopis dan digunakan sebagai pengering. Natrium klorida merupakan komoditas
yang penting. NaCI selain digunakan sebagai garam meja juga banyak digunakan
untuk membuat senyawa atau unsur lain, seperti NaOH, Cl 2, H2, dan logam natrium.
Kalium klorida sering digunakan sebagai pupuk. Ion kalium merupakan salah satu
dari tiga unsur penting dalam pertumbuhan tanaman selain nitmgen dan fospor.
Rubidium klorida digunakan dalam biokimia untuk merangsang sel memendekkan
DNA.
4. Karbonat
Karbonat alkali, M2CO3, jauh lebih Iarut dibanding karbonat alkali tanah, MCO 3,
suatu fakta yang menjelaskan mengapa zat yang terakhir ini lebih umum ditemukan
sebagai lapisan batu sedimen (batu endapan). Semua logam alkali, kecuali litium,
membentuk karbonat yang larut. Karbonat yang paling murah dan berguna
diantaranya natrium bikarbonat, NaHCO3 (soda kue), dan natrium karbonat, Na2CO3
(soda abu).
Karbonat dan bikarbonat bereaksi dengan kebanyakan asam, menghasilkan CO2.
Reaksi ini sangat cepat dan gas tersebut dengan mudah terlepas. Sebuah reaksi yang
dapat dengan mudah diuji di dapur, terjadi bila natrium bikarbonat dan asam asetat
(cuka) bergabung.
NaHCO3 + HC2H3O2 → NaC2H3O2 + H2O + CO2
Bikarbonat adalah zat amfoter, yaitu dapat bereaksi baik dengan asam atau basa.
Bikarbonat tidak stabil, bila dipanaskan akan terurai menjadi karbonat. Kalium
bikarbonat bubuk digunakan dalam alat pemadam kebakaran karena ia mudah terurai
dengan menghasilkan karbon dioksida.
KHCO3 → K2CO3 + H2O + CO2
Litium karbonat digunakan dalam perawatan pasien penyakit mental yang
menderita depresi. Kalium karbonat K2CO3, juga dikenal sebagai potash, digunakan
dalam industri pembuatan kaca/gelas dan sabun. Sedangkan, rubidium karbonat
Rb2CO3 digunakan pada Iensa kacamata.
5. Sulfat
Natrium sulfat Na2SO4 digunakan dalam pembuatan kaca dan dalam proses
merubah kayu menjadi bubur serat (pulp). Natrium sulfat dekahidrat Na 2SO4.10H2O
(disebut garam Gauber), mempunyai sifat yang mempunyai prospek sebagai bahan
penyimpan energi surya untuk pemanasan dengan panas matahari. Zat ini mempunyai
suhu transisi yang cocok (32,4 °C), panas lebur sebesar 251 kj/kg, dan murah
harganya. Kalium sulfat K2SO4 adalah bahan berharga dalam jenis pupuk tertentu.

DAPUS
Fitri, Zarlaida. (2019). Kimia Unsur Golongan Utama. Banda Aceh : Syiah Kuala
University Press.
HS, Syamsidar. (2013). Dasar Reaksi Kimia Anorganik. Makassar : Alauddin University
Press.
Rahmah, S., Nainggolan, E., Harahap, A. F., Riska, C. S., Sitepu, D. S., ASiregar, A. C.,
& Simanjuntak, D. P. Reaction of Metals with Floor Cleaner Liquids. Indonesian Journal
of Chemical Science and Technology (IJCST), 3(1), 17-19.
Sugiyanto, K.H. dan Retno D. Suyanti. (2010). Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta :
Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai