Program Kerja Manajeman Resiko
Program Kerja Manajeman Resiko
I. Pendahuluan
Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak pada pencapaian
tujuan Manajemen risiko adalah budaya, proses, dan struktur yang diarahkan untuk
mewujudkan peluang sambil mengelola efek yang tidak diharapkan atau kegiatan terkoordinasi
untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi berkaitan dengan risiko (AS/NZS
4360:2004).
Setiap upaya medik umumnya mengandung risiko, sebagian diantaranya berisiko ringan
atau hampir tidak berarti secara klinis. Namun tidak sedikit pula yang memberikan konsekuensi
medik yang cukup berat. Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi
bahaya yang terjadi yang dapat memberikan pengaruh kepada hasil akhir.
Rumah sakit yang menerapkan prinsip keselamatan pasien berkewajiban untuk
mengidentifikasi seluruh risiko strategis dan operasional yang penting. Hal ini mencakup seluruh
area baik manajerial maupun fungsional, termasuk area pelayanan, tempat pelayanan, juga
area klinis. Rumah sakit perlu menjamin berjalannya sistem untuk mengendalikan dan
mengurangi risiko.
Manajemen risiko berhubungan erat dengan pelaksanaan keselamatan pasien rumah sakit
dan berdampak kepada pencapaian sasaran mutu rumah sakit. Ketiganya berkaitan erat dalam
suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini meliputi dua hal, yaitu:
1. Identifikasi proaktif dan pengelolaan potensi risiko utama yang dapat mengancam
pencapaian sasaran mutu pelayanan rumah sakit.
2. Reaktif atau responsif terhadap kerugian akibat dari keluhan, klaim, insiden, dan respon
terhadap laporan atau audit internal atau eksternal.
Panduan ini akan menjelaskan mekanisme dan tanggung jawab untuk identifikasi risiko,
analisis resiko, evaluasi risiko, pengendalian risiko, pencatatan risiko.
II. Maksud
Maksud manajemen risiko di Rumah Sakit Tk. III 04.06.02 Bhakti Wira Tamtama adalah
upaya-upaya yang dilakukan rumah sakit yang dirancang untuk mencegah cedera pada pasien
atau meminimalkan kehilangan finansial. Manajemen risiko dilakukan dengan mengenali
kelemahan dalam sistem dan memperbaiki kelemahan tersebut (dilakukan dengan menerapkan
no blame culture).
III. Tujuan
A. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien rumah sakit
B. Tujuan Khusus
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit Tk.III 04.06.02 Bhakti Wira
Tamtama.
2. Meningkatkan akuntabilitas.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan.
1
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian yang tidak diharapkan.
5. Meminimalkan risiko yang mungkin terjadi dimasa mendatang. Dengan adanya antisipasi
risiko, apabila terjadi insiden sudah terdapat alternatif penyelesaian.
6. Melindungi pasien, pengunjung, dan institusi rumah sakit.
Setelah dilakukan sosialiasi mengenai manajemen risiko rumah sakit, dilakukan pelatihan
internal mengenai cara pengisian form register risiko. Bentuk form register risiko RS Tk.III
04.06.02 Bhakti Wira Tamtama adalah sebagai berikut:
2
Tabel 1. Form register risiko
Analisis dilakukan dengan menetukan skor risiko atau insiden tersebut untuk menentukan
prioritas penanganan dan level yang harus bertanggung jawab untuk mengelola/ mengendalikan
risiko/ insiden tersebut. Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan
peringkatnya (grading). Yang harus diperhatikan dalam menilai risiko antara lain:
1. Dampak (consequence)
Penilaian dampak/ akibat suatu insiden adalah seberapa berat akibat yang dialami pasien
mulai dari tidak ceedera sampai meninggal dunia.
2. Probabilitas (likelihood)
Penilaian tingkat probabilitas/ frekuensi risiko adalah seberapa seringnya insiden tersebut
terjadi.
Penetapan tingkat risiko memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai, dan meliputi
proses berikut:
a. Menilai secara obyektif dampak/ akibat dan menentukan suatu skor
b. Menilai secara obyektif kemungkinan/ peluang/ frekuensi suatu peristiwa terjadi dan
menentukan suatu skor
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko :
Sesuai dengan bobotnya ditentukan tindakan yang akan diberlakukan terhadap masing-
masing risiko.
1. Risiko dengan skor tinggi harus segera ditindaklanjuti dan mendapat perhatian dari pimpinan.
2. Risiko dengan skor menengah-rendah akan dikelola oleh Komite PMKP bersama Kepala Unit
Kerja dan urusan/ bagian yang terkait untuk membuat rencana tindak lanjut dan
pengawasan.
5
FMEA merupakan suatu cara sistematik untuk mengidentifikasi dan mencegah
permasalahan-permasalahan dalam suatu proses atau kegiatan sebelum permasalahan
tersebut terjadi. Suatu alat yang bersifat proaktif untuk membantu penyusunan desain proses
baru atau perbaikan proses yang sudah ada. Pelaksanaanya tidak memerlukan suatu kejadian
yang tidak diinginkan sebagai latar belakang. Dalam melakukan FMEA terdapat 8 langkah yang
harus dilalui, yaitu sebagai berikut:
1. Menentukan proses yang mempunyai risiko tinggi dan membentuk tim (select a high-risk
process and assemble a team)
2. Menyusun diagram proses (diagram the process)
3. Brainstorming potential failure modes dan akibat-akibat yang ditimbulkan (brainstorm
potential failure modes and determine their effects)
4. Menentukan prioritas failure modes (prioritize failure modes)
5. Identifikasi akar penyebab masalah dari failure modes (identify root causes of failure
modes)
6. Membuat rancangan ulang proses (redesign the process)
7. Analisis dan pengujian proses baru (analyze and test the new process)
8. Implementasi dan monitoring rancangan ulang proses (implement and monitor the new
process)
VI. Sasaran
Seluruh unit memahami risiko-risiko yang ada pada unit kerja masing-masing, mampu
menilai risiko, dapat memberikan masukan atau cara alternatif untuk mengendalikan risiko,
dan dituangkan ke dalam register risiko. Masing-masing unit mampu mengidentifikasi risiko,
menganalisis, mengevaluasi dan memberi peringkat, mengelola risiko, memantau, serta
komunikasi dan konsultasi risiko yang ditemukan dengan bagian terkait.
6
VII. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
7
IX. Pencatatan, pelaporan, dan Evaluasi Kegiatan
1. Unit kerja wajib mencatat risiko yang terdapat pada unit kerja masing-masing dan
melaporkan pada tim manajemen risiko dengan menggunakan form register risiko. Tiap
risiko baru yang muncul wajib ditulis dan dilakukan pembaharuan register risiko unit.
2. Pembaharuan dilakukan oleh tiap unit dan dianalisis oleh tim manajemen risiko setiap enam
bulan sekali untuk selanjutnya dilaporkan kepada Kepala Rumah Sakit.
3. Evaluasi program manajemen risiko dilaksanakan tiap akhir tahun. Evaluasi dilakukan untuk
melihat pencapaian sasaran dan perencanaaan tahun depan.